Analisis Penerapan E-Commerce dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha (Studi pada UKM di Kota Medan )

(1)

Tampilan Twitter dan Instagram Teri Bajak

Sumber : Twitter @teribajakmedan, dan instagram : @teribajakmedan

Tampilan Blog Teri Bajak


(2)

Tampilan Instagram Anggita Clay

Sumber : Instagram : @anggitaclay

Tampilan Instagram Labella Outlet


(3)

Sumber : Instagram : @superbigtwin, twitter : @superbigtwin

Tampilan Instagram Allco Pomade


(4)

Tampilan Instagram Maccaronirin

Sumber : Instagram : @maccaronirin

Tampilan Instagram 061 Store


(5)

Sumber : Facebook : Molen Arab

Tampilan Instagram Molen Arab


(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

Buku :

Anoraga, Pandji dan Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil. Jakarta : Rineka Cipta.

Barakatullah, Abdul Halim, Teguh Prasetyo. 2005. Bisnis E-commerce (Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

C. Laudon, Kenneth & P. Laudon, Jane. 2005. Sistem Informasi Manajemen Mengelola Perusahaan Digital. Edisi 8. Yogyakarta: Andi Offset.

Hartono, Bambang. 2013. Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer. Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayat, Taufik, 2008. Panduan Membuat Toko Online dengan OSCommerce, Jakarta: Mediakita.

Hubeis, Musa. 2009. Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.

MADCOMS. 2009. Bisnis Sukses Lewat Internet. Yogyakarta: Andi Offset. Moleong, Maxy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyanto, Agus. 2009. Sistem Informasi Konsep & Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(18)

Porter, M. E, dan A. Maulana. 1995. Strategi Bersaing, Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakarta: Erlangga.

Strange, Carol Anne. 2010. Berani Memulai & Menjalankan Bisnis Internet. Jakarta: Tiga Kelana.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Sumihardjo, Tumar. 2008. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Melalui Pengembangan Daya Saing Berbasis Potensi Daerah. Bandung: Penerbit Fokusme.

Sunyoto, Danang. 2015. Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage). Jakarta : CAPS (Center for Academic Publishing Service).

Sunarto, Andi. 2009. Seluk Beluk E-Commerce (Panduan Bagi Pemula Untuk Menjual Produknya Melalui Internet). Jogjakarta: Garai Ilmu.

Suyanto, M. 2003. Strategi Periklanan Pada E-Commerce Perusahaan Top Dunia. Yogyakarta: Andi Offset.

Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Salemba Empat: Jakarta.

Tambunan, Tulus. 2009. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Salemba Empat: Jakarta.

Turban, Effraim, Lee, King, dan Chung, 2000. Electronic Commerce : A Managerial Perspective. Person Education Inc., Upper Saddle River New Jersey.


(19)

Gabungan. Jakarta: Prenada Media Grup

Jurnal :

Almilia, Luciana Spica dan Lidia Robahi. 2007. “Penerapan E-commerce Sebagai Upaya Meningkatkan Persaingan Bisnis Perusahaan”. Surabaya : STIE Perbanas.

Maryama, Siti.2013. “ Penerapan E-Commerce dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha”. Jakarta : STIE Ahmad Dahlan.

Prabandari, Sri Palupi dan Misbahuddin Azzuhri. 2011. dengan judul “efektivitas penggunaan e-commerce sebagai penunjang aktifitas bisnis pada usaha kecil menengah (UKM) di malang raya”. Malang : Universitas Brawijaya.

Skripsi

Khasanah, Siti Nur.2007. “Efektivitas Penerapan E-commerce pada Perhotelan Studi Pada Hotel Sahid Surabaya”. Malang : Universitas Islam Negeri (UIN).

Situs Internet :

Jackslabs, 2015. “Pengguna Sosial Media “. Diakses tanggal 30 Maret 2016 dari


(20)

Berliyanto, 2015. “Pengguna Internet di Indonesia”. Diakses tanggal 19 Maret 2016 dari http://blog.idkeyword.com/profil-pengguna-internet-di-indonesia-tahun-2015/

Pratiwi, Hesti. 2013. “Peluang E-Commerce di Indonesia”. Diakses tanggal 15 maret 2016 dari https://dailysocial.id/post/andi-s-boediman-peluang-e-commerce-di-indonesia-luar-biasa/

Wikipedia, 2016. “Internet”. Diakses tanggal 16 maret 2016 dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Internet

Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia 2016. “Kriteria UKM”. Diakses tanggal 3 mei 2016 dari http://www.depkop.go.id/


(21)

27 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Analisis data dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan jawaban responden yang kemudia disajikan dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi dan grafik. Dalam penelitian kualitatif deskriptif, peneliti berusaha menguraikan secara detail kebenaran dan fakta-fakta berdasarkan data-data yang diperoleh.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta yang ditemukan dilapangan. Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta yang ditemukan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti menyusun proposal, melaksanakan pengumpulan data di lapangan, sampai peneliti mendapatkan seluruh data (Sugiyono, 2014).

Sementara itu, dilihat dari teknik penyajian datanya penelitian menggunakan pola deskriptif. Pendekatan deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang siapa, apa, kapan dan bagaimana yang berkaitan dengan objek penelitian.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 10 UKM yang berada di kota Medan. Penelitian akan dimulai pada bulan april 2016 dan lama penelitian sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan informasi dan data.


(22)

28

3.3 Sumber Data

Objek penelitian ini adalah 10 unit UKM yang berbasis di kota Medan, dan telah menggunakan metode e-commerce dalam operasional usahanya, yaitu :

1. Teri Bajak 2. Anggita Clay 3. Labella outlet

4. Super Big Twin Pizza 5. Allco Pomade

6. Maccaronirin 7. 061 Store 8. Molen Arab 9. Rittykett_ 10.Barnes Food

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong, Lexy J (2009 : 157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung mengenai objek penelitian. Sumber data diperoleh dari informan dan kegiatan observasi partisipatif yang dilakukan peneliti bersama dengan subjek penelitian.

Informan yang dimaksudkan berasal dari subjek penelitian langsung yaitu pelaku UKM. Dalam penelitian ini informan diperoleh melalui key person karena peneliti sudah memahami informasi awal tentang objek penelitian maupun


(23)

informan penelitian. Sehingga dengan menggali data dari key person dirasa lebih efektif dan efisien dalam proses pengumpulan data.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk dapat menguraikan dengan jelas tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka kegiatan pengumpulan data sangat penting. Artinya penekanan objek/subjek dan muatan data yang diperoleh memerlukan langkah-langkah yang akurat dan sistematis guna dijadikan acuan dalam mengelola data/informasi yang berhubungan dengan penelitian.

Berkaitan dengan penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Studi Lapangan (Data Primer)

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan informasi langsung dari objek penelitian dengan menggunakan metode khusus yaitu :

A. Wawancara, yaitu wawancara dimana peneliti menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dengan tujuan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang dirumuskan. Data didapat langsung dari sumber informan yang berkenaan dengan masalah penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan langsung dari subjek/objek atau sumber informasi yang dicari.

B. Observasi, adalah melakukan pengamatan secara langsung, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu subjek/objek dengan menggunakan seluruh alat indera.


(24)

30

2. Studi Kepustakaan (Data Sekunder)

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari sumber-sumber baku seperti buku, jurnal, karya ilmiah, situs internet, dan sebagainya yang berhubungan dengan materi penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014) analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh.Aktifitas dalam analisis data yaitu:

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data

Melalui penyajian data, maka data dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan mudah difahami.Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya namun yang paling sering adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Verifikasi

Verifikasi atau penarikan kesimpulan adalah merupakan temuan baru berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas.


(25)

3.6 Definisi Konsep

Definisi konsep yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah : 1. E-commerce

Merupakan kosep baru dalam dunia bisnis dimana bisnis dijalankan melalui media internet. E-commerce membuat aktifitas bisnis lebih praktis karena dapat menghubungkan penjual dan pembeli tanpa harus bertemu. 2. Daya Saing

Merupakan hasil dari segala usaha yang dilakukan perusahaan untuk mecapai keunggulan dibidang harga, kualitas pelayanan dan lain-lain. Perusahaan berlomba-lomba untuk lebih unggul dibandingkan perusahaan lawan yang sejenis dalam menarik perhatian konsumen.


(26)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Profil Objek Penelitian

Tabel 4.1

Profil Objek Penelitian

No. Nama

Pemilik

Nama

UKM Alamat

No. telpon/ Whatsapp

Facebook/

Instagram / Twitter Line BBM Website / Blog

1 Windy Septia Dewi Vanessa Harahap Teri Bajak

Jl. Balai Kota no. 2

Bandara Kualanamu lt. 3

08116155866

Teribajakmedan / @ teribajakmedan /

@teribajakmedan

teribajakmedan 754233c9

http://teribajak medan.blogspot .co.id/ 2 Ridha Ardilla Anggita Putri Anggita Clay

Jl. Turi Komplek De Residence 1

Blok D no. 1

082273690722 - / @anggitaclay /

@anggitaclayart Ridaardila 73cd456 -

3 Thalita Eka Labella Outlet

Jl. Karya Bakti

no. 4 082277274766

Labellaoutlet / @ Labellaoutlet /

@ Labellaoutlet

Thaatalita

@Labellaoutlet 76588c2 -

4 Ridha Nuzli Rahmadita Ridha Nuzli Rahmadina Super Big Twin Pizza Jl. Amal Perumahan Evergreen no F.18 082165506225/ 08566384003

Super Big Twin Pizza / @Super Big

Twin Pizza / @Super Big Twin

Pizza


(27)

5 Juan Utama Batubara

Alco Pommade

Jl. Jermal 3 No. 3, Kec. Medan Denai 081283869014 allcopomade/ @allcopomade/ @allcopomade

@yzl26321 5AA4C90D -

6 Ririn

Nasution

Maccaroni

rin Jl. Keladi no. 37 082160790004

- / @maccaronirin /

@maccaronirin Ririnnasution90

2a4c5173

5e719e88 -

7

Muhammad Ghofur Dwiyanto

061 Store

Jl. Karya Wisata Perumahan Citra Wisata Blok. 14

no. 5 082166409322 061Store/ @061Store/ @061Store Ghofurdwiyanto

Ghofartriyono 5D6C5D1E

8 Syaiful Burhan

Molen Arab

Jl. Amaliun Gg.

Perdamaian no. 1 0811600771

molenarab/ @ molenarab/ @

molenarab

@molenarab 5F5020EA http://www.mol enarab.com/

9 Dwi Ayu

Arsita Sari Rittykett_

Jl. Amal no. 28

Medan Sunggal 082167194114

Rittykett_ / @ Rittykett_ / @

Rittykett_

- 598EDDA6 -

10 Wiwid Syahdiah Sugiarti Barnes Food

Jl. Karyawan no.

25 D 082226961466

Barnes Food/ @barnesfood /

@barnesfood

@xjs7021g 5F06B93A -


(28)

34

4.2 Deskripsi Objek Penelitian 4.2.1 Teri Bajak

Gambar 4.1 Logo Teri Bajak

Sumber : Teri bajak (2016)

Teri bajak merupakan UKM yang menjual oleh-oleh khas medan berupa olahan ikan teri yang diolah dengan sambal atau biasa disebut sambal teri kacang. Teri Bajak mengangkat makanan tradisional ke dalam kemasan modern yang praktis, mudah dibawa dan disimpan kembali serta tahan hingga satu bulan. Toko Teri bajak terletak di area strategis yaitu Merdeka walk dan bandara kualanamu, selain itu produk teri bajak dapat juga dibeli di beberapa swalayan di kota medan.

Tabel 4.2

Jenis-jenis Produk dan Harga Teri Bajak

Jenis Produk Harga Satuan

Teri medan sambal merah /rawit 150 gram Rp. 40.000 Teri Medan kacang sambal merah/rawit 150 gram Rp. 40.000


(29)

Teri belah sambel merah/rawit 150 gram Rp. 40.000

Teri belah kacang sambal merah/rawit 150 gram Rp. 40.000

Teri Mentah 200 gram Rp. 25.000

Teri Medan 500 gram Rp. 70.000

Teri Medan 1 kg Rp. 130.000

Kue Bawang Teri 200 gram Rp. 20.000

Kue Bawang Teri 1 kg Rp. 95.000

Orong-orong Bajak 500 gram Rp. 25.000

Sumber : Teri bajak (2016)

Menurut pemilik, target pasar teri bajak adalah orang-orang di luar kota medan yang berkunjung ke medan dan mencari makanan khas untuk dijadikan oleh-oleh. Karena itu, pemilik usaha ini memilih menggunakan e-commerce sebagai senjata utama dalam menarik perhatian konsumen.

Awalnya pemilik memanfaatkan aplikasi twitter untuk memasarkan produk dengan membuat tweet menarik tentang produknya. Pemilik juga membuat akun facebook karena dirasa lebih dapat menampilkan gambar produk teri bajak. Kemudian disusul dengan dibuatnya blog dan website, dan yang terakhir adalah membuat akun instagram khusus teri bajak.

Dalam menerima pesanan, pemilik menggunakan blackberry masangger (bbm), line, dan whatsapp untuk memudahkan konsumen yang memiliki keterbatasan waktu dan jarak untuk melakukan pemesanan teri bajak.


(30)

36

Melalui wawancara dengan pemilik, di awal penggunaan e-commerce dianggap mampu meningkatkan omzet penjualan sebanyak 30% dari omzet yang didapat sebelum menggunakan e-commerce dimana omzet yang didapat lebih dari 10 juta rupiah per bulannya. Dengan menggunakan e-commerce pemilik mengaku dapat menghemat waktu untuk melakukan transaksi jual beli sehingga dapat mengerjakan hal lain di waktu yang sama. Pemilik mengungkapkan dengan penggunaan e-commerce, konsumen terus bertambah dengan semakin mudahnya akses jual beli yang dilakukan.

“Sekarang orang luar medan yang pernah di bawain oleh-oleh dari keluarganya yang beli di kami mulai banyak yang mesan dari line. Mereka tau kontak teri bajak dari kemasan yang ada di cantumkan media social dan line. Tapi sering salah pahamlah soalnya kan mesannya dari chat gak sejelas

kalo ngomong langsung ” (wawancara pada 7 juni 2016)

Dengan memanfaatkan e-commerce, pemilik juga berusaha meyakinkan pelanggan bahwa teri bajak adalah oleh-oleh khas medan yang terpercaya dengan mengendorse artis untuk mempromosikan produknya. Ini dapat di lihat pada blog yang menampilkan pelawak tukul arwana yang sedang memegang kemasan teri bajak.


(31)

4.2.2 Anggita Clay

Anggita clay art adalah salah satu usaha yang bergerak dibidang kerjainan clay yang dibingkai yaitu miniature clay in frame. Clay adalah keterampilan tangan yang menggunakan beberapa bahan tepung dan lem kayu, yang diolah menjadi adonan dan diberi warna sesuai keinginan. Dari adonan tersebut, dapat dibentuk pola sesuai dengan pesanan seperti halnya minatur.

Usaha yang berdiri pada februari 2013 ini menawarkan berbagai tema clay frame yaitu tema birthday, anniversary, wedding, graduation, kelahiran bayi, dan lain-lain sehingga sangat cocok untuk dijadikan kado atau souvenir. Tujuan utama produk anggita clay adalah membuat konsumen menyimpan kenangan dalam sebuah bingkai berbentuk miniature clay.

Tabel 4.3

Jenis-jenis Produk dan Harga Anggita Clay

Produk Ukuran Harga

Mini 16 x 21 cm Rp. 150.000

Small 28 x 33 cm Rp. 200.000

Medium 33 x 38 cm Rp. 250.000

Large 38 x 43 cm Rp. 300.000

Clay dengan Frame Ukir - Rp. 220.000

Mini Lovelyclay 30 x 30 cm Rp. 275.000

Lovelyclay 20 inch Rp. 500.000


(32)

38

Dalam usaha mengenalkan produknya secara luas, pemilik sering mengikuti event yang diadakan oleh dinas umkm kota medan juga event yang diadakan di kampus-kampus. Pemilik juga memasarkan produknya melalui penggunaan e-commerce dengan membuat akun instagram dan twitter khusus anggita clay.

Dalam wawancara, pemilik mengungkapkan penggunaan instagram dan twitter sangat efektif membantu pemasaran produk ini. Miniature clay sangat jarang ditemui karena pembuatannya yang sulit dan proses pengerjaan yang lama. Dalam setiap promosinya anggita clay selalu menekankan produknya murah dan berkualitas. Harga menjadi keunggulan tersendiri bagi anggita clay untuk bersaing dengan usaha sejenis karena usaha lain yang sejenis biasanya mematok harga yang lebih mahal.

“Setelah buka instagram ada aja yang kontak kami dari line. Katanya liat di instagram trus nanya harga. Jarang ada kerajinan clay yang promosi dinstagram di medan. Apalagi kami sering ikut acara-acara ukm gitu jadi

kalo minat langsung chat kami atau liat instagram” (wawancara pada 17 mei

2016)

Proses pemesanan dapat dilakukan melalui line dan bbm yang saat ini masih dikelola oleh pemilik sendiri. Calon konsumen yang tertarik cukup menginvite salah satu kontak pemilik kemudian pemilik akan mengirimkan contoh gambar clay yang sudah jadi disertai dengan price list (daftar harga). Selanjutnya calon konsumen akan memilih konsep apa yang ingin dibuat dan memilih ukuran frame clay. Proses


(33)

produksi dilakukan setelah konsumen melakukan pembayaran melalui rekening pemilik.

Produk anggita clay adalah handmade dan hasilnya tidak bisa 100% sama dengan konsep yang telah dibuat sebelumnya maka hambatan yang dirasakan paling sering adalah salah paham antara pemilik dan konsumen dalam hal desain. Karena pendeskripsian konsep yang diinginkan konsumen melalui chat line atau bbm kadang tidak sejelas apabila berbicara secara langsung.

4.2.3 Labella outlet

Gambar 4.2 Logo Labella Outlet

Sumber : Labella Outlet (2016)

Labella outlet adalah salah satu jenis UKM yang bergerak di bidang fashion, yang menjual produk-produk kebutuhan sandang wanita yang berlokasi di JL Karya Bakti No. 4, Medan. Lokasi Labella outlet dekat dengan pemukiman penduduk dan berada persis di depan kampus UISU Medan. Karena itu, target pasar utama dari Labella outlet adalah mahasiswi-mahasiswi UISU yang selalu melintas di depan toko.


(34)

40

Awalnya, Labella outlet hanya menjual pakaian yang berasal dari Jakarta dan bandung. Pemilik kemudian mengikuti trend yang sedang berkembang saat itu yaitu trend baju impor. Maka beralihlah Labella Outlet menjadi toko yang menjual berbagai pakaian wanita impor dari Bangkok, Thailand.

Tabel 4.4

Jenis-jenis Produk dan Harga di Labella Outlet

Jenis Produk Harga

Blouse dan Blazer Rp 95.000 s/d Rp 250.000

Dress Rp 95.000 s/d Rp 250.000

Pashmina & Jilbab Rp 35.000 s/d Rp 45.000

Celana Rp 95.000 s/d Rp 155.000

Tas Rp 75.000 s/d Rp 150.000

Aksesoris Rp 50.000 s/d Rp 100.000

Sepatu & Sendal Rp 100.000 s/d Rp 200.000

Sumber : Labella Outlet (2016)

Sistem yang ada pada toko ini berawal dari system penjualan PO (Pre Order). Pre Order adalah sistem penjualan secara berkala dimana pelanggan atau konsumen membayar dahulu lalu barang datang pada saat yang ditentukan. Pre Order ini merupakan suatu sistem penjualan yang membutuhkan kepercayaan antara penjual dan pembeli. Pembeli memberikan kepercayaan sepenuhnya pada penjualan untuk barang yang dipesan.

Oleh karena itu pemilik mulai menerapkan e-commerce dalam menjalankan usahanya. Pemilik memasarkan produknya melalui facebook, twitter dan yang terbaru


(35)

adalah instagram kemudian menerima pesanan melalui blackberry masangger (bbm) dan line. Dalam wawancara, pemilik merasa bahwa semenjak menggunakan e-commerce pada tahun 2013 jumlah orderan meningkat sampai 2 kali lipat hingga pemiliki harus merekrut pegawai sebagai admin yang bertanggung jawab menerima pesanan dari bbm dan line.

Pemilik juga mengungkapkan bahwa tidak menjadi masalah memiliki banyak pesaing yang menjual produk yang sama karena pemilik selalu melakukan strategi pemasaran online yang menarik konsumen.

“Pesaing memang banyak apalagi kami masih lumayan baru jual bau Bangkok. Tapi Alhamdulillah orderan selalu ada aja. Harga yang kami tawarkan masi wajar , kalau beli banyak kami kasi diskon, apalagi kami uda

punya toko jadi konsumen lebih percaya belanja di kami “ (wawancara pada 28 juni 2016)


(36)

42

4.2.4 Super Big Twin Pizza

Gambar 4.3

Logo Super Big Twin Pizza

Sumber : Super Big Twin Pizza (2016)

Usaha ini diawali dari kedua pemilik yang ingin berlibur tapi tidak mempunyai cukup uang. Alhasil mereka mencoba untuk berjualan pizza dengan ukuran standart. Usai mendapatkan uang yang mencukupi untuk kebutuhan berlibur, pemilik memutuskan untuk berhenti berjualan. Sepulang dari berlibur keduanya kemudian mendapatkan pekerjaan di dua perusahaan yang berbeda. Namun mereka merasa tak nyaman atas pekerjaannya, dan akhirnya memutuskan untuk berhenti.. Setelahnya pada 2012, mereka kembali membuka usaha pizza dengan konsep yang berbeda. Hingga akhirnya mereka sepakat untuk menjalankan usaha Pizza yang dinamai dengan Super Big Twin Pizza.


(37)

Tabel 4.5

Jenis-jenis Produk dan Harga di Super Big Twin Pizza

Produk Harga Produk Harga

Medium Large

Supreme Rp. 160.000 Rp. 215.000 Tropical Garden Rp. 280.000 Supreme Super Spicy Rp. 165.000 Rp. 220.000 Retro Burger 24pc Rp. 120.000 Fat Lovers Rp. 155.000 Rp. 200.000 Retro Burger 30pc Rp. 145.000 Fat Lovers Super Spicy Rp. 160.000 Rp. 205.000 Double Bad Rp. 100.000 Chick and Beef Rp. 170.000 Rp. 215.000 Calzone Rp. 85.000

Mozza Corn Rp. 175.000 - Rolling Tempura Rp. 90.000

Supertown ( 6 Taste) Rp. 185.000 Rp. 245.000

3 Taste Rp. 165.000 Rp. 220.000

Superman (8 Taste) Rp. 200.000 Rp. 260.000 Chicken Rawr Rp. 185.000 -

2 Taste Budha Rp. 185.000 -

March Meat Rp. 205.000 Rp. 275.000 Tuna Kingdom Rp. 185.000 Rp. 245.000

Sumber :Super Big Twin Pizza (2016)

Dalam hal pemasaran, kedua pemilik sangat mengandalkan e-commerce. Mereka mengakui bahwa dengan dibuatnya akun facebook, twitter dan instagram khusus Super Big Twin Pizza, Jumlah pesanan meningkat. Banyak yang tertarik dengan konsep pizza besar yang ditawarkan. Pada momen tertentu, Super Big Twin


(38)

44

Pizza juga menawarkan menu khusus yang hanya bisa dipesan dalam satu hari. Inilah yang membuat konsumen setia selalu melihat ulang akun instagram Super Big Twin Pizza. Untuk memudahkan konsumen yang ingin memesan, pemilik juga membuat blog khusus.

“Di instagram banyak di upload testimony dari orang yang beli supaya jadi pancingan buat orang lain. Jadi biasanya mereka tertarik beli karna lihat kawannya yang upload poto megang pizza besar. Di blog cuma khusus menampilkan gambar dan harga. Karena menu nya kan banyak jadi biar

gampang mereka pilih.” (wawancara pada 20 mei 2016)

Untuk memudahkan pemesanan, pemilik juga membuat akun line khusus. Konsumen yang ingin membeli cukup menyebutkan menu dan ukuran yang diinginkan saja melalui chat line. Tetapi karena kurangnya tenaga kerja, chat line yang masuk biasanya lama di respon oleh pemilik.


(39)

4.2.5 Allco Pomade

Gambar 4.4 Logo Allco Pomade

Sumber : Allco Pomade (2016)

Berawal dari ketertarikannya memakai pomade, pemiliki mulai membuat usaha sampingan yaitu kaka pomade. Kaka pomade seperti halnya supermarket yang menjual berbagai macam merk pomade mulai dari produksi dalam dan luar negeri. Saat itu, pemilik masih menjadi agen yang mengambil barang dari distributor untuk dijual kembali. Melihat tinggiinya minat beli konsumen terhadap produk pomade di kaka pomade, kemudian pemilik berfikir untuk menciptakan merk pomade produksi sendiri dan menjadi distributor resmi sebuah produk. Tak butuh waktu lama, pemilik akhirnya memproduksi allco pomade.

Tabel 4.6

Jenis-jenis Produk dan Harga di Allco Pomade

Produk Ukuran Harga

Pomade all variant 50 gram Rp. 50.000 Pomade all variant 120 gram Rp. 130.000 Sumber : Allco Pomade (2016)


(40)

46

Allco pomade resmi didirikan pada tahun 2015. Pemilik menyadari bahwa pemasaran pomade harus menggunakan srategi yang tepat. Apalagi sekarang banyak merk pomade yang sudah lebih dulu terkenal. Maka itu, pemilik memilih menerapkan e-commerce dalam bisnisnya.

“E-Commerce itu kan modalnya kepercayaan. Gimana caranya konsumen percaya kalo allco pomade itu bagus. Sekarang kami juga memposisikan diri jadi distributor dan berkat pemasaran dari e-commerce ini kami uda punya 7

agen di seluruh wilayah Indonesia” (wawancara pada 2 juni 2016)

Dengan menerapkan e-commerce kini agen allco pomade sudah tersebar di 7 wilayah di Indonesia yaitu Medan, Surabaya, Padang, Pekanbaru, Riau, Sibolga, Jambi, Kisaran dan Palembang. Omzet penjualan pun meningkat lebih dari 100% dengan pendapatan 9 sampai 10 juta per bulan.

Untuk melayani pembelian eceran, pemilik membuat akun line @ yang di kelola oleh admin. Sedangkan untuk pembelian dalam jumlah besar, pemilik memilih untuk menggunakan aplikasi bbm. Serta untuk melayani pertanyaan seputar keagenan pemilik membuat e-mail khusus allco pomade.


(41)

4.2.6 Macaronirin

Gambar 4.5 Logo Maccaronirin

Sumber : Maccaronirin (2016)

Berawal dari hobi dibidang tata boga, ririn selaku pemilik macaronirin mulai serius menekuni usaha makanan ringan rumahan. Dengan modal seadanya, pada tahun 2012 ririn mulai membuka usaha yang fokus awalnya hanya menjual macaroni panggang atau biasa disebut macaroni schotel saja. Promosi yang dilakukan hanya sebatas menawarkan kepada saudara dan teman-teman terdekat. Ririn juga sering mengikuti event-event yang diadakan oleh dinas umkm kota medan untuk mempromosikan produknya. Sejak itu, usaha macaronirin mulai dikenal secara luas.

Macaronirin terus berinovasi dalam hal menarik konsumen. Salah satunya adalah dengan menambah variasi menu yang ditawarkan. Harga yang relatif murah dengan kualitas produk yang baik menjadi keunggulan produk maccaronirin pada saat


(42)

48

itu. Pesanan tidak hanya datang dari orang-orang terdekat saja, tetapi sudah sampai pada kantor-kantor yang sedang mengadakan acara.

Tabel 4.7

Jenis-jenis Produk dan Harga di Maccaronirin

Produk Harga Produk Harga

Maccaroni Schotel small Rp. 25.000 Beef lasagna medium Rp. 80.000 Maccaroni Schotel oval Rp. 55.000 Puding Roti + toping Rp. 15.000 – Rp. 18.000 Maccaroni Schotel medium Rp. 70.000 Tortilla Bolognaise Rp. 15.0000 Beef lasagna small Rp. 30.000 Tortilla Barbeque Rp. 25.000 Beef lasagna oval Rp. 65.000

Sumber : Maccaronirin (2016)

Pada tahun 2013, macaronirin mulai menerapkan e-commerce dalam usaha meningkatkan volume penjualannya. Dimulai dengan membuat akun bbm khusus maccaronirin dan mengundang pelanggan nya bergabung dalam grup bbm. Kemudian membuat akun instagram khusus maccaronirin serta akun line.

Melalui wawancara yang dilakukan, pemilik menuturkan bahwa semenjak membuka akun instagram, omzet meningkat sampai dua kali lipat dikarenakan jumlah pesanan mulai meningkat pula.

„‟Pesanan gak cuma datang dari orang-orang sekitar medan tapi sampai dijadikan oleh-oleh untuk teman yang akan pergi ke luar kota. Bahkan pesanan pernah datang dari aceh dan jakarta, tetapi karena kemasan yang


(43)

belum aman dan takut basi, kami belum berani kirim ke luar kota”.

(wawancara pada 7 mei 2016)

Dengan adanya akun line dan bbm kini maccaronirin dapat menerima orderan kapan saja. Konsumen yang ingin memesan dapat menghubungi via chat line atau bbm dan akan di kerjakan keesokan harinya. Untuk memudahkan distribusi pesanan dan menjaga kualitas produk tetap baik, maccaronirin juga bekerjasama dengan agen delivery medan untuk mengantar pesanan konsumen sampai di tujuan.

4.2.7 061 Store

Gambar 4.6 Logo 061 Store


(44)

50

061 Store merupakan salah satu toko yang menjual kebutuhan sandang pria. Didirikan pada awal tahun 2015 dengan konsep toko sederhana yang terletak persis di halaman rumah pemilik. Produk yang ditawarkan bervariasi, mulai dari baju, kemeja, tas, sepatu, hingga kebutuhan pria yang popular saat ini, pomade.

Letak toko yang terletak di dalam komplek perumahan dan kurang strategis di pahami pemilik sebagai hambatan dalam menjual produk. Konsumen yang datang hanya berasal dari sekitar area toko. Untuk itu, pemilik segera beralih membuat toko online di instagram atau dengan kata lain pemilik mulai menerapkan e-commerce dalam menjalankan usahanya. Instagram dianggap bisa mempromosikan produk 061 store, karena menurut pemilik instagram dapat menampilkan foto-foto produk secara jelas lengkap dengan informasi produk tersebut.

Tabel 4.8

Jenis-jenis Produk dan Harga di 061 Store

Produk Harga

Sepatu Rp 195.000

Kemeja Rp 125.000

Celana Rp 140.000

Tas Rp 70.000

Pomade Rp 70.000

Kaos Rp 80.000


(45)

Melalui instagram, pemilik secara rutin mengupload foto yang terlebih dahulu diedit pencahayaannya agar terlihat lebih menarik. Juga disertai dengan informasi mengenai produk, seperti harga, ukuran, warna dan lain-lain. Pemilik juga menginformasikan format pemesanan untuk memudahkan konsumen dalam memesan barang. Pemesanan barang di lakukan melalui line dan bbm.

Dalam wawancara, pemilik mengakui bahwa manfaat terbesar e-commerce bagi 061 Store adalah konsumen dapat membeli produk tanpa harus mendatangi toko secara langsung. Hanya dengan melihat produk saja konsumen dapat melakukan pembelian dengan mudah. Dalam segi persaingan dengan usaha sejenis, pemilik mengaku dapat lebih menunjukan keberadaan tokonya.

4.2.8 Molen Arab

Gambar 4.7 Logo Molen Arab


(46)

52

Usaha molen arab mulai dirintis sejak tahun 2013, dengan modal 2,5 juta. Usaha ini berawal dari kesulitan pemilik untuk membayar uang kontrakan rumah kemudian berfikir untuk mencari penghasilan sendiri walaupun saat itu pemilik masih berstatus sebagai mahasiswa. Moleh arab merupakan olahan pisang modern yang diselimuti adonan tepung.

Resep yang digunakan didapat dari internet yang kemudian dimodifikasi oleh pemilik. Pemilik mengakui sempat gagal sampai 5 kali tapi karena usaha pantang menyerah akhirnya jadilah resep molen arab seperti sekarang ini. Rasanya sama seperti molen pisang biasanya yang membedakan hanyalah ukurannya yang lebih besar dan rasa yang bevariasi.

Awalnya pemilik hanya membawa 50 potong molen yang rencananya akan dijual kepada teman-teman kampus. Ternyata respon konsumen sangat bagus, hanay dalam satu jam molen arab telah habis terjual. Dari hanya 50 potong molen diproduksi setiap harinya, kemudian berkembang menjadi 400 potong. Hingga saat ini kapasitas produksi mencapai 2000 potong perharinya.

Tabel 4.9

Jenis-jenis Produk dan Harga Molen Arab

Produk Harga

Molen Arab original Rp. 4.000

Molen Arab coklat Rp. 5.000

Molen Arab keju Rp. 6.000


(47)

Molen Arab durian Rp. 6.000

Molen Arab kacang Rp. 6.000

Sumber : Molen Arab (2016)

Target pasar utama molen arab pada awalnya adalah mahasiswa USU. Penjualan dilakukan dengan system reseller. Molen arab di jual di beberapa fakultas di USU dengan ciri khas penjualnya membawa keranjang dengan logo molen arab.

Pada awal kemunculannya pemilik memang sudah berfikir untuk menerapkan e-commerce dengan membuat akun web, facebook, instagram dan twitter, tetapi hanya sebagai identitas saja. kemudian pada tahun 2015, ketika krisis ekonomi mulai mempengaruhi daya beli mahasiswa, pemilik mulai berfikir cara baru untuk

mengembangkan usahanya.

“Pas tahun 2015 itu omset kami menurun drastis, bisa dibilang sampai minus karena mahasiswa lebih milih beli makan (nasi) daripada beli snack. Disitulah kami berfikir untuk serius menggunakan e-commerce. Dan ga

sampe 3 bulan, usaha kami mulai naik lagi dan kerugian tertutupi”

(wawancara pada 9 juni 2016)

Pemilik mengakui setelah menerapkan e-commerce omset yang diperoleh meningkat hingga 100%. Tampilan web diperbaharui, Instagram, twitter dan facebook dikelola secara rutin, akun bbm dan line kini sudah dikelola oleh admin yang sengaja direkrut untuk menerima pesanan. Kini pesanan molen arab tidak hanya


(48)

54

datang dari kalangan mahasiswa USU saja, tetapi juga warga kota medan. Bahkan, orang-orang dari luar kota yang berkunjung ke medan menyempatkan diri untuk membeli molen arab sebagai buah tangan.

“Ada orderan dari luar medan tapi kami gak berani kirim karena molen arab

ini kan gorengan. Memang gak basi tapi rasanya udah pasti berubah, jadi

kami batasi pemesanan cuma dari daerah medan aja untuk sekarang ini.”

(wawancara pada 9 juni 2016)

4.2.9 Rittykett_

Gambar 4.8 Logo Rittykett


(49)

Rittykett merupakan singkatan dari 3 produk terlaris yaitu risol, roti, dan kroket. Usaha ini berawal dari hobby ibu dari pemilik yang senang membuat kue untuk acara arisan keluarga. Karena rasanya yang enak dan bentuknya yang menarik, akhirnya banyak pesanan yang datang dari orang-orang terdekat. Dari sinilah pemilik mencoba untuk serius dalam mengelola usaha toko kuenya.

Pada tahun 2013 rittykett mulai di buka tepat didepan rumah si pemilik dengan hanya menjual 4 jenis kue tetap yaitu risol, roti goreng isi ayam, kue sus dan kroket. Respon dari masyarakat sekitar ternyata cukup bagus terbukti dengan makin banyaknya pesanan untuk acara-acara kecil seperti acara ulang tahun, arisan, buka puasa dan lain-lain.

Tabel 4.10

Jenis-jenis Produk dan Harga di Rittykett

Produk Harga Produk Harga

Risol Rogut Ayam Rp. 2.000 Pie Buah Rp. 3.500

Risol Ayam Rp. 2.000 Dadar Gula Putih Rp. 1.500

Risol Burger Rp. 3.000 Dadar Gula Merah Rp. 1.500

Risol mayones Rp. 4.000 Dadar Vla Rp. 1.500

Risol sayur/jagung Rp. 1.500 Lapis Rp. 1.500

Kroket kentang ayam Rp. 2.000 Putu Ayu Rp. 1.500

Kroket ketan ayam Rp. 2.500 Klepon/malaka Rp. 1.500 Roti Goreng isi Ayam Rp. 2.000 Onde-onde Rp. 2.500


(50)

56

Roti Gulung Sosis Rp. 3.500 Angku/kueku Rp. 3.000

Lemper ayam Rp. 2.500 Brownis Kukus Rp. 2.500

Semar Mendem Rp. 3.000 Brownis Panggang Rp. 2.500

Sus Coklat Rp. 2.500 Bika Ambon Rp. 3.000

Elair Rp. 3.000 Bolu Kukus Rp. 3.000

Pie Susu Rp. 2.500 Donat mini toping kacang/seres/coklat

Rp. 2.000

Sumber : Rittykett (2016)

Melihat respon yang positif, pemilik mulai memasarkan produknya melalui penggunaan e-commerce. Dimulai dengan membuat akun instagram dan facebook. Kemudian untuk memudahkan konsumen mengenali produknya, pemilik memberikan logo pada kotak kue dengan mencantumkan akun media sosialnya.

Dalam wawancara yang dilakukan, pemilik mengaku jumlah pelanggannya terus bertambah sejak menerapkan e-commerce. Pesanan mulai datang dari berbagai macam kalangan, mulai dari acara seminar, sidang, acara pembukaan kantor, pernikahan dan lain-lain. Pesanan yang datang tidak hanya dari masayarakat sekitar medan saja, tetapi juga dari luar kota.

Kalau untuk pesanan dari luar kota saya kirim risol mentah jadi tinggal goreng saja. Biasanya mereka tau rittykett_ dari kawannya juga yang tinggal

di medan dan udah pernah rasa jadi mau beli lagi”(wawancara pada 18 mei


(51)

4.2.10 Barnes Food

Gambar 4.9 Logo Barnes Food

Sumber : Barnes Food (2016)

Barnes food merupakan usaha di bidang kuliner. Awalnya barnes food bernama barnes tumpeng yang khusus menjual aneka tumpeng. Tetapi seiring berjalannya waktu barnesfood juga menjual kue tradisional, maka pemilik mengganti nama usahanya menjadi barnes food. Menurut pemilik, barnes food berarti pekerja keras dalam bahasa primbon jawa.

Pemilik mengakui bahwa awalnya sama sekali tidak memiliki keahlian dan pengalaman membuat tumpeng. Satu waktu, organisasi yang diikuti pemilik menantangnya untuk membuat tumpeng ulang tahun., langsung saja pemilik berani dan mencoba membuat tumpeng seadanya. Ternyata hasilnya tidak mengecawakan


(52)

58

dan mendapat sambutan positif dari orang-orang sekitarnya. Hal itulah yang menjadi latar belakang berdirinya barnes food.

Tabel 4.11

Jenis-jenis Produk dan Harga di Barnes Food

Produk Harga Produk Harga

Mini Tumpeng 1 orang Rp. 35.000 Midi Tumpeng 7 orang Rp. 250.000 Mini Tumpeng 2 orang Rp. 80.000 Midi Tumpeng 8 orang Rp. 285.000 Mini Tumpeng 3 orang Rp. 100.000 Midi Tumpeng 9 orang Rp. 320.000 Mini Tumpeng 4 orang Rp. 135.000 Midi Tumpeng 10 orang Rp. 350.000 Midi Tumpeng 5 orang Rp. 180.000 Big Size Tumpeng Tampah Rp. 550.000 Midi Tumpeng 6 orang Rp. 210.000

Sumber : Barnes Food (2016)

Pemilik barnes food menyadari bahwa bisnis tumpeng dan kue tradisional sudah banyak di lakoni para pesaingnya. Tetapi itu tidak menyurutkan langkah pemilik barnes food untuk terus mengembangkan usahanya. Pada akhir tahun 2014 pemilik mulai menggunakan e-commerce dalam usahanya. Dimulai dengan mempromosikan produk tumpeng di facebook pribadinya kemudian membuka akun khusus barnes food di facebook dan instagram.

awalnya saya upload foto-foto tumpeng pesanan orang di facebook saya. Karena kan facebook saya sudah punya banyak teman dan banyak yang nanya akhirnya saya bikin akun khusus barnesfood di instagram dengan email yang sama jadi kawan di facebook bisa langsung add saya di instagram.


(53)

Untuk menerima pesanan dan mempermudah hubungan komunikasi dengan konsumen, pemilik barnes food juga membuat akun bbm dan line. Proses pengantaran produk sampai ke konsumen dilakukan sendiri oleh pemilik, tetapi terkadang juga mengandalkan ojek online (go-jek).

“Line @ itu sangat membantu sekali kak. Dalam sekali klik konsumen bisa

lihat menu dan harga. Jadi konsumen tinggal pilih, gak perlu nanya harga lagi. Trus kalo ada informasi kayak buat menu baru bisa langsung di share

dari line @ dan konsumen bisa langsung dapat informasinya”

4.3 Penyajian Data

4.3.1 Motif yang Mendorong Pelaku Usaha kecil dan Menengah dalam Menerapkan e-commerce

Dari wawancara penulis kepada 10 UKM di kota Medan, diperoleh motif atau alasan yang mendasari UKM dalam menerapkan e-commerce. Kesemua jawaban mengenai motif yang di berikan pemilik UKM tersebut penulis rangkum dalam 7 motif yaitu :

1. Mempromosikan produk.

2. Mendapatkan pelanggan baru melalui akses ke pasar global yang lebih luas. 3. Membangun merk sehingga menciptakan citra positif terhadap perusahaan. 4. Meningkatkan daya saing dengan sesama UKM.

5. Menghemat biaya dalam penggunaan tenaga kerja.


(54)

60

7. Memuaskan pelanggan dengan memberikan pelayanan tanpa batas waktu dan jangkauan yang luas.

Hasil selengkapnya tentang motif yang mendasari 10 UKM di Kota Medan dalam menerapkan e-commerce dapat dilihat pada gambar 4.10

Gambar 4.10

Motif yang Mendorong Pelaku UKM dalam Menerapkan e-commerce

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari gambar di atas dapat diketahui seberapa besar motif UKM untuk menerapkan e-commerce. Dengan presentasi terbesar yaitu 100 % mempromosikan produk, motif membangun merk 92%, menghemat biaya dan memuaskan pelanggan berada pada persentasi yang sama yaitu 82 %, meningkatkan daya saing dengan

100% 92%

78%

72% 82% 66% 82%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Motif yang Mendorong Pelaku Usaha kecil

dan Menengah dalam Menggunakan

e-commerce

Motif yang Mendorong Pelaku Usaha kecil dan Menengah dalam Menggunakan e-commerce


(55)

UKM sejenis 78%, yang terakhir memperluas jaringan bisnis untuk mendapat agen dan distributor sebesar 66 %.

4.3.2 Manfaat dan Hambatan dalam Penerapan e-commerce bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah

Manfaat Penerapan E-commerce

Dari wawancara penulis kepada 10 UKM di kota Medan, diperoleh manfaat yang dirasakan dalam menerapkan e-commerce. Kesemua jawaban mengenai manfaat yang di berikan pemilik UKM tersebut penulis rangkum dalam 7 manfaat yaitu :

1. Meningkatan Omzet Penjualan 2. Peningkatan jumlah Pelanggan 3. Perluasan jangkauan Bisnis 4. Sarana Promosi

5. Peluang Terbukanya Bisnis Baru 6. Kepuasan pelanggan

7. Kemudahan dalam berhubungan dengan konsumen

Hasil selengkapnya tentang manfaat yang dirasakan 10 UKM di Kota Medan dalam menerapkan e-commerce dapat dilihat pada gambar 4.11


(56)

62

Gambar 4.11

Manfaat Penerapan E-commerce bagi UKM

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari gambar di atas dapat diketahui manfaat terbesar yang dirasakan UKM adalah kemudahan dalam berhubungan dengan konsumen 96%, sarana promosi 92%, meningkatkan omzet penjualan 88%, peningkatan jumlah pelanggan 86%, kepuasan pelanggan 80%, peluang terbukanya bisnis baru 76%, dan terakhir perluasan jangkauan bisnis 74%.

Hambatan Penerapan E-commerce

Dari wawancara penulis kepada 10 UKM di kota Medan, diperoleh hambatan yang dirasakan UKM dalam menerapkan e-commerce. Kesemua jawaban mengenai hambatan yang di berikan pemilik UKM tersebut penulis rangkum dalam 4 hambatan yaitu :

88% 86%

74%

92%

76% 80%

96% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Manfaat Penerapan E-commerce

Manfaat Penerapan E-commerce


(57)

1. Sumber daya manusia yang terbatas

2. Kurangnya Informasi mengenai e-commerce

3. Biaya ISP (internet service provider) yang masih mahal 4. Cara memasarkan produk

Hasil selengkapnya tentang hambatan yang dirasakan 10 UKM di Kota Medan dalam menerapkan e-commerce dapat dilihat pada gambar 4.12

Gambar 4.12

Hambatan Penerapan E-commerce bagi UKM

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari gambar diatas, dapat diketahui hambatan terbesar yang dirasakan UKM adalah cara memasarkan produk 72%, biaya internet service provider yang mahal 60%, kurangnya informasi mengenai e-commerce 58% dan yang terakhir SDM yang terbatas 56%.

56% 58% 60%

72% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

SDM yang terbatas Kurangnya informasi e-commerce

Biaya ISP yang mahal Cara Memasarkan Produk Hambatan dalam Penerapan E-commerce


(58)

64

4.3.3 Peranan / Penerapan e-commerce dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha kecil dan Menengah

Lama Penerapan E-commerce

Lama penerapan e-commerce dihitung sejak UKM pertama kali menerapkan e-commerce dalam usahanya. Hasil selengkapnya tenang lama penggunaan e-commerce oleh UKM dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12

Lama Penerapan E-commerce Lama Penerapan Jumlah %

< 1 tahun 3 30 %

1 – 5 tahun 7 70 %

> 5 tahun 0 0

10 100 %

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Berdasarkan data di atas diperoleh bahwa sebanyak 3 UKM menerapkan atau menggunaka e-commerce kurang dari satu tahun. 7 UKM menerapkan atau menggunaka e-commerce antara 1 sampai dengan 5 tahun. Dan tidak ada UKM yang sudah menerapkan e-commerce lebih dari 5 tahun.


(59)

Omzet Penjualan UKM

Omzet yang dimaksud dalam penelitian ini adalah omzet penjualan yang berhasil diperoleh UKM per bulan. Hasil selengkapnya tentang omzet penjualan dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13

Omzet Penjualan UKM

Omzet penjualan / bulan Jumlah %

< Rp. 5.000.000 1 10 %

Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000 6 60 %

> Rp. 10.000.000 2 20 %

10 100 %

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Presentase tertinggi adalah UKM yang omzet penjualannya berkisar antara 5.000.000 sampai dengan 10.000.000 yaitu 60 % sedangkan presentase yang terendah adalah dengan omzet penjualan dibawah Rp. 5.000.000 yaitu sebesar 10% sedangkan 20 % lainnya beromzet diatas Rp. 10.000.000.

Penggunaan E-Commerce dalam Mempengaruhi Omzet UKM

Yang dimaksud penggunaan e-commerce dalam mempengaruhi omzet UKM adalah seberapa besar pengaruh penerapan e-commerce dalam pendapatan UKM (omzet). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.14.


(60)

66

Tabel. 4.14

Penggunaan E-Commerce dalam Mempengaruhi Omzet UKM

Keterangan Jumlah %

Omzet meningkat > 100% 7 70 % Omzet meningkat < 100% 3 30 %

Omzet Tetap 0 0 %

Omzet Menurun 0 0

10 100 %

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 7 UKM mengaku setelah menggunakan e-commerce omzet usahanya meningkat diatas 100 %, 3 UKM lainnya mengaku omzet nya meningkat diatas 100% dan tidak ada satupun UKM yang mengaku omzetnya tetap maupun turun.

Biaya yang Dikeluarkan untuk E-Commerce

Biaya yang dimksudkan disini adalah biaya yang dikeluarkan dalam menerapkan e-commerce meliputi biaya pulsa, paket internet, pengelolaan web dan lain-lain.


(61)

Tabel 4.15

Biaya yang Dikeluarkan untuk E-Commerce

Biaya Jumlah %

< Rp. 1.000.000 9 90 % = Rp. 1.000.000 1 10 % > Rp. 1.000.000 0 0

10 100 %

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari tabel diatas dapat diketahui, 9 UKM mengeluarkan biaya kurang dari Rp. 1.000.000 untuk e-commerce, dan satu UKM mengaku mengeluarkan uang sebesar Rp. 1000.000 untuk e-commerce.

Jumlah Pelanggan Tetap dalam 6 Bulan Terakhir

Jumlah pelanggan yang dimaksud adalah jumlah pelanggan yang telah membeli produk ukm lebih dari satu kali. Hasil selengkapnya tentang jumlah pelanggan tetap dalam 6 bulan terakhir dapat dilihat pada tabel 4.16

Tabel 4.16

Jumlah Pelanggan Tetap dalam 6 Bulan Terakhir

Pelanggan Jumlah %

> 100 pelanggan 5 50 % 50 – 100 pelanggan 4 40 % < 50 pelanggan 1 10 %

10 100 %


(62)

68

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa 5 UKM memiliki 100 pelanggan tetap dalam 6 bulan terakhir, 4 UKM memilik 50 sampai dengan 100 pelanggan dan 1 UKM memilik kurang dari 50 pelanggan dalam 6 bulan terakhir.

Tempat Asal Pelanggan

Ditinjau dari tempat asal pelanggan UKM, dapat diketahui bahwa pelanggan yang berasal dari kota medan sekitarnya sebesar 80%, Pelanggan yang berasal dari luar provinsi sumatera utara sebesar 10 % , dan pelanggan yang berasal dari luar pulau sumatera sebesar 10% sedangkan pelanggan yang berasal dari luar indonesia sebesar 0 %. Tempat asal pelanggan selengkapnya disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.17

Tempat Asal Pelanggan

Asal Jumlah %

Kota Medan dan Sekitarnya 8 80 % Luar Provinsi Sumatera Utara 1 10 %

Luar Pulau Sumatera 1 10%

Luar Indonesia 0 0

10 100 %


(63)

4.4Analisis Data

Pada analisis data, penulis akan menjabarkan data yang telah diperoleh melalui wawancara dan observasi kepada objek penelitian yaitu 10 UKM di kota Medan sesuai dengan kerangka teori yang telah di buat sebelumnya.

Dari 10 UKM yang menjadi objek penelitian ini kesemuanya masuk dalam kelompok e-commerce Business-to-consumere (B2C). Dimana produk dari objek penelitian ini sudah dapat langsung dipakai atau dikonsumsi oleh konsumen. Dan system penjualannya langsung kepada konsumen akhir tanpa melalui perantara.. Hal ini sesuai dengan tiga kelompok besar e-commerce menurut Laudon (2005:163) yaitu: Business-to-consumere (B2C), Business-to-business (B2B), Consumer-to-consumer (C2C).

Dalam penerapannya 10 UKM yang menjadi objek dalam penelitian ini memliki komponen standar e-commerce sesuai dengan yang dikemukakan Hidayat (2008:7) yaitu:

1. Produk : Produk yang dijual oleh objek dalam penelitian ini berupa miniature clay, makanan, pakaian, dan pomade.

2. Tempat menjual produk (a place to sell) : tempat menjual produk dalam objek penelitian ini selain toko konvensional adalah website, blog, media sosial (instagram, twitter, facebook).

3. Cara menerima pesanan : Pesanan di terima melalui aplikasi chat line, line @, whatsapp dan bbm.


(64)

70

5. Metode pengiriman dilakukan dengan system kurir seperti JNE, TIKI, POS, GO-JEK dan lain-lain.

6. Customer service atau pelayanan konsumen dilakukan melalui e-mail, chat bbm, line, line @, dan whatsapp.

Proses transaksi e-commerce yang dilakukan oleh objek dalam penelitian ini sesuai dengan proses transaksi e-commerce dalam buku Strategi Periklanan Pada E-Commerce Perusahaan Top Dunia (Suyanto, 2003:46) yaitu : produk ditunjukkan kepada konsumen melalui web, blog dan media sosial lainnya (show). Kemudian konsumen melakukan register atau menghubungi pemilik untuk melakukan pemesanan. Setelah pemesanan dilakukan, langkah selanjutnya adalah pembayaran (payment) melalui transfer atau pembayaran cash ke toko konvensional. Selanjutnya akan di tanyakan identitas konsumen untuk proses verifikasi, dan yang terakhir barang akan dikirim kepada konsumen (deliver)

Motif atau alasan dengan persentasi paling besar yaitu 100% (sangat diharapkan) yang mendasari 10 UKM yang menjadi objek dalam penelitian adalah mempromosikan produk. E-commerce dianggap sebagai cara terbaik untuk melakukan promosi melihat kecendrungan masyarakat yang kini senang berbelanja dengan proses cepat dan mudah.

Motif selanjutnya adalah membangun merk 92% (sangat diharapkan), dengan menerapkan e-commerce pemilik UKM berharap dapat membangun merk dan melekat di benak masyarakat. Motif menghemat biaya 82% (sangat diharapkan) yaitu pemilik UKM berharap dapat menghemat biaya tenaga kerja karena dalam penerapan e-commerce tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Motif memuaskan pelanggan


(65)

82% (sangat diharapkan), dengan penerapan e-commerce pemilik UKM berharap dapat memuaskan keinginan pelanggan untuk berbelanja kapanpun dan dimanapun.

Kemudian meningkatkan daya saing 72% (diharapkan), pemilik UKM berharap dengan menerapkan e-commerce dapat menjadi salah satu kekuatan dalam bersaing dengan UKM lain yang sejenis. Motif Memperluas jaringan, yaitu pemilik UKM berharap dapat menemukan pemasok baru atau agen baru untuk menyuplai kebutuhan produksi usahanaya tetapi hal ini bukan menjadi harapan tertinggi UKM dengan hanya mendapat presentasi 60% (netral).

Hal yang sangat bermanfaat dengan presentasi 96% yaitu kemudahan dalam berhubungan dengan konsumen. E-commerce membuktikan bahwa untuk berhubungan dengan konsumen bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja yang tentu saja berbeda dengan toko konvensional yang mempunyai batas waktu pelayanan.

Kemudian menurut objek dalam penelitian ini, e-commerce sangat bermanfaat sebagai sarana promosi dengan presentasi 92%, disusul dengan peningkatan omzet penjualan 88%, peningkatan jumlah pelanggan 86%, kepuasan pelanggan 80%. Peluang terbukanya bisnis baru 76% dan perluasan jangkauan bisnis 74% dianggap biasa saja bagi pemilik UKM.

Hal yang menghambat dalam penerapan e-commerce bagi 10 UKM dalam penelitian ini adalah cara memasarkan produk dengan persentasi 72%. Pemilik UKM mengaku masih mencari cara yang pas untuk memasarkan produknya melalui e-commerce, mengingat banyaknya usaha sejenis yang juga memiliki produk yang sama.


(66)

72

Kemudian biaya internet service provider ditanggapi pemilik UKM masih wajar dengan persentasi 60% (netral). Harga ISP dianggap masih wajar mengingat banyaknya manfaat yang didapat melalui penerapan e-commerce. Kurangnya informasi mengenai e-commerce juga ditanggapi netral oleh pemilik UKM karena penggunaan e-commerce masih bisa dipelajari melalui buku dan sumber informasi internet. Dan yang terakhir Sumber daya manusia yang terbatas 56% juga ditanggapi netral karena beberapa pemilik UKM dalam penelitian ini mengelola situs e-commerce nya sendiri dan sebagian yang lain mempekerjakan karyawan khusus (admin).

Dalam hal meningkatkan daya saing 10 UKM yang menjadi objek dalam penelitian ini sudah memanfaatkan tekhnologi dalam menjalankan usahanya. Tekhnologi merupakan salah satu prasyarat utama dalam meningkatkan daya saing menurut tambunan (2009:105). Tekhnologi yang dimaksud adalah penerapan system jual beli online dimana pada awalnya objek dalam penelitian ini hanya membuka toko konvensional. Dapat dilihat pada tabel 4.10, 3 UKM sudah menerapkan e-commerce kurang dari satu tahun dan 7 lainnya menerapkan e-commerce selama 1 sampai dengan 5 tahun. Dalam penerapan e-commerce, 9 UKM mengeluarkan biaya kurang dari Rp. 1.000.000 dalam sebulan dan 1 UKM mengeluarkan biaya Rp.1.000.000.

Peningkatan daya saing dapat dilihat pada jumlah pelanggan tetap dalam 6 bulan terahir. 5 UKM memiliki lebih dari 100 pelanggan tetap, 4 UKM memiliki 50-100 pelanggan tetap dan 1 UKM memiliki kurang dari 50 pelanggan tetap dalam 6 bulan terakhir. Peningkatan daya saing juga dapa dilihat pada omzet yang meningkat. Pada tabel 4.12 Dapat diketahui bahwa setelah mengunakan e-commerce, tidak ada


(67)

UKM yang omzetnya tetap atau menurun.3 UKM mengaku omzetnya meningkat kurang dari 100% dan 7 lainnya mengaku omzetnya meningkat lebih dari 100%.


(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penulis yaitu untuk mengetahui motif, manfaat dan hambatan yang dirasakan UKM serta mengetahui sejauh mana penerapan E-commerce dalam meningkatkan daya saing UKM, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Motif atau alasan yang mendasari UKM menerapkan E-commerce adalah sebagai berikut mempromosikan produk 100%, membangun merk 92%, menghemat biaya dan memuaskan pelanggan berada pada persentasi yang sama yaitu 82 %, meningkatkan daya saing dengan UKM sejenis 78%, yang terakhir memperluas jaringan bisnis untuk mendapat agen dan distributor sebesar 66 %.

2. Manfaat paling besar yang dirasakan UKM adalah kemudahan dalam berhubungan dengan konsumen 96%, sarana promosi 92%, meningkatkan omzet penjualan 88%, peningkatan jumlah pelanggan 86%, kepuasan pelanggan 80%, peluang terbukanya bisnis baru 76%, dan terakhir perluasan jangkauan bisnis 74%..

3. Hal yang dirasa paling menghambat UKM dalam menerapkan E-commerce adalah cara memasarkan produk 72%, biaya internet service provider yang mahal 60%, kurangnya informasi mengenai E-commerce 58% dan yang terakhir SDM yang terbatas 56%.

4. Peningkatan daya saing dapat dilihat pada omzet yang meningkat. Setelah mengunakan E-commerce, tidak ada UKM yang omzetnya tetap atau


(69)

5. menurun. 3 UKM mengaku omzetnya meningkat kurang dari 100% dan 7 lainnya mengaku omzetnya meningkat lebih dari 100%.

6. Dalam penerapan E-commerce, objek dalam penelitian ini menerima pesanan melalui aplikasi chat Line, Line @, Whatsapp dan BBM. Menjual produk melalui Website, Blog, media sosial (Instagram, Twitter, Facebook). Serta cara pembayaran dilakukan dengan CoD (Cash on Delivery) dan transfer.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap 10 UKM di Kota Medan, Penulis memiliki beberapa saran yaitu :

1. Pengelolaan media sosial yang khusus menerima pesanan seperti Whatsapp, Line dan BBM agar lebih dioptimalkan dengan membuat akun khusus usaha dan tidak dicampurkan dengan akun pribadi.

2. Memperbaharui tampilan media social yang khusus untuk mempromosikan produk seperti Facebook, Instagram, Twitter, Blog dan Website secara berkala agar konsumen selalu mendapat hal-hal baru saat berkunjung.

3. Memperbaharui informasi produk dan harga pada media social yang khusus untuk mempromosikan produk seperti Facebook, Instagram, Twitter, Blog dan Website secara berkala untuk memenuhi rasa ingin tahu konsumen yang ingin berbelanja.

4. Meningkatkan pelayanan dengan merespon secara cepat pertanyaan yang diajukan konsumen demi kenyamanan konsumen dalam berbelanja.


(70)

76

5. Menanyakan kembali kesan konsumen setelah berbelanja sehingga konsumen merasa lebih dekat. Dan mengumpan kembali kesan konsumen (testimony) tersebut ke media social seperti Facebook, Instagram, Twitter, Blog dan Website agar calon konsumen lain merasa percaya untuk melakukan transakasi jual beli.


(71)

6 BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 E-Commerce

2.1.1 Pengertian E-Commerce

E-commerce adalah bagian dari ruang yang dikenal dengan e-business. Dalam hal ini e-commerce dipandang sebagai penerapan dari e-business, dalam kaitannya dengan proses penjualan dan pembelian produk serta layanan. Aspek ini mencakup pertukaran data (data exchange) selama proses transaksi yang berhubungan dengan pengelolaan aktifitas pembayaran.

Menurut Jullian Ding dalam Halim (2005;11), e-commerce merupakan suatu transaksi komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah barang, pelayanan, atau peralihan hak dimana komersial ini terdapat didalam media elektronik (media digital) yang secara fisik tidak memerlukan pertemuan para pihak dan keberadaan media ini dalam public network (sistem tertutup). Jadi dapat disimpulkan bahwa e-commerce adalah kegiatan jual beli di dunia maya tanpa perlu berhubungan secara langsung

Pengertian dari e-commerce menurut Kalakota dan Whinston (Suyanto, 2003:11) dapat ditinjau dalam 4 perspektif berikut yaitu :

1. Dari perspektif komunikasi, e-commerce adalah pengiriman barang, layanan, informasi atau pembayaran melalui jaringan komputer atau melalui peralatan elektronik lainnya.


(72)

7

2. Dari perspektif proses bisnis, e-commerce adalah aplikasi dari teknologi yang menuju otomatisasi dari transaksi bisnis dan aliran kerja.

3. Dari perspektif layanan, e-commerce merupakan suatu alat yang memenuhi keinginan perusahaan, konsumen dan manajemen untuk memangkas biaya layanan (service cost) ketika meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan kecepatan layanan pengiriman.

4. Dari perspektif online, e-commerce menyediakan kemampuan untuk membeli dan menjual barang ataupun informasi melalui internet dan sarana online berikutnya.

Seluruh definisi yang dijelaskan di atas pada dasarnya memiliki kesamaan yang mencakup komponen transaksi (pembeli, penjual, barang, jasa dan informasi), subyek dan obyek yang terlibat, serta media yang digunakan (dalam hal ini adalah internet).

2.1.2 Manfaat E-commerce

Manfaat yang di dapat melalui penerapan e-commerce antara lain : 1. Bagi Penjual :

a) Memperluas pangsa pasar (market place) hingga ke pasar nasional dan internasional.

b) Dengan biaya operasi yang minim, sebuah perusahaaan dapat dengan mudah menemukan lebih banyak pelanggan, pemasok (supplier) yang lebih baik dan partner bisnis yang paling cocok dari seluruh dunia.

c) Penjual tidak memerlukan modal besar untuk mencari lokasi, membangun tempat usaha ataupun menyewa toko.


(73)

d) Efisiensi tenaga kerja, bisnis online hanya memerlukan beberapa tenaga kerja dengan kemampuan yang dapat diandalkan.

e) E-commerce menurunkan biaya pembuatan, pemrosesan, pendistribusian, penyimpanan, dan pencarian informasi yang menggunakan kertas.

2. Bagi Konsumen :

a) E-commerce memungkinkan pelanggan untuk berbelanja atau melakukan transaksi selama 24 jam sehari sepanjang tahun dari hampir setiap lokasi. b) E-commerce memberikan lebih banyak pilihan kepada pelanggan, mereka

bisa memilih berbagai produk dari banyak vendor.

c) E-commerce menyediakan produk dan jasa yang tidak mahal kepada pelanggan dengan cara mengunjungi banyak tempat dan melakukan perbandingan secara cepat.

d) Pelanggan bisa menerima informasi yang relevan secara detil dalam hitungan detik, bukan lagi hari atau minggu.

2.1.3 Pengelompokkan E-Commerce

Ada beberapa cara pengelompokan transaksi e-commerce. Salah satunya adalah dengan melihat sifat partisipan dalam transaksi e-commerce. Menurut Laudon (2005:163) tiga kelompok besar e-commerce adalah :

1. Business-to-consumere (B2C).

Mencakup penjualan barang-barang dan jasa antar bisnis. Transaksi bisnis ini meliputi produk yang diperjualbelikan mulai dari produk barang dan jasa baik dalam bentuk berwujud maupun dalam bentuk elektronik atau digital yang telah siap untuk digunakan oleh konsumen.


(74)

9

2. Business-to-business (B2B).

Bisnis ke bisnis merupakan sistem komunikasi bisnis antar pelaku bisnis atau dengan kata lain transaksi secara elektronik antar perusahaan (dalam hal ini pelaku bisnis) yang dilakukan secara rutin dan dalam kapasitas atau volume produk yang besar

3. Consumer-to-consumer (C2C).

Konsumen ke konsumen merupakan transaksi bisnis secara elektronik yang dilakukan antar konsumen untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dan pada saat tertentu pula.

2.1.4 Komponen E-Commerce

E-commerce memiliki beberapa komponen standar yang dimiliki dan tidak dimiliki transaksi bisnis yang dilakukan secara offline, yaitu (Hidayat, 2008:7):

1. Produk: Banyak jenis produk yang bisa dijual melalui internet seperti komputer, buku, musik, pakaian, mainan, dan lain-lain.

2. Tempat menjual produk (a place to sell): tempat menjual adalah internet yang berarti harus memiliki domain dan hosting.

3. Cara menerima pesanan: email, telpon, sms dan lain-lain.

4. Cara pembayaran: Cash, cek, bank draft, kartu kredit, internet payment (misalnya paypal).

5. Metode pengiriman: pengiriman bisa dilakukan melalui paket, salesman, atau didownload jika produk yang dijual memungkinkan untuk itu (misalnya software).


(75)

6. Customer service: email, formulir on-line, FAQ, telpon, chatting, dan lain-lain.

2.1.5 Proses Transaksi E-Commerce

Agar sebuah perdagangan antar pembeli dan penjual dapat dilakukan, maka harus ada satu proses tertentu. Proses transaksi e-commerce bisa mencakup tahap-tahap sebagai berikut (Suyanto, 2003:46):

1. Show

Penjual menunjukkan produk atau layanannya di situs yang dimiliki, lengkap dengan detail spesifikasi produk dan harganya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan konsumen dalam menerima informasi atas barang yang ingin dibeli.

2. Register

Konsumen melakukan register atau mendaftar untuk memasukkan data-data identitas, alamat pengiriman dan lain-lain.

3. Order

Setelah konsumen memutuskan produk apa yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah melakukan order pembelian. Dapat dilakukan dengan menghubungi si penjual melalui kontak yang tertera atau jika mengorder dari situs web dapat mengikuti langkah-langkah pembelian pada situs tersebut. 4. Payment

Konsumen melakukan pembayaran dengan cara transfer ke nomor rekening penjual.


(76)

11

5. Verification

Verifikasi data konsumen adalah konsumen diminta untuk mengisi kembali data-data pembayaran seperti, nomer rekening atau kartu kredit.

6. Deliver

Produk yang dipesan dan sudah di bayar oleh konsumen (transfer) maka kemudian akan dikirimkan oleh penjual melalui kurir ke alamat konsumen.

2.1.6 Hambatan E-Commerce di Indonesia

Penerapan e-commerce di Indonesia masih menghadapi banyak kendala. Kendala-kendala yang dihadapi bangsa Indonesia dalam penerapan e-commerce adalah sebagai berikut :

1. Pemahaman Dunia Teknologi Informasi yang Masih Kurang.

Harus diakui bahwa masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya memahami teknologi informasi. Sejauh ini, masih dikenal sebatas masyarakat kota dan umumnya baru dinikmati oleh generasi muda.

2. Tingginya Cybercrime

Cybercrime dapat diartikan sebagai tindak pelanggaran hukum di lingkup teknologi informasi. Jenis dari cybercrime yaitu kasus carding, penipuan, pembajakan situs, menyebarkan virus dan worm, pembajakan software, serta mencoba menjadi cracker, hacker, dan lain-lain.

3. Ketegasan Peraturan dan Perundang-undangan

Semua kasus yang terjadi di dunia maya membutuhkan ketegasan aturan yang jelas dan didukung oleh aparat penegak hukum yang memiliki kemampuan


(77)

andal. Dapat dikatakan bahwa saat ini kemampuan aparat penegak hukum di Indonesia masih terbatas dalam mengatasi kasus-kasus cybercrime.

4. Masih Mahalnya Infrastruktur Jaringan.

Biaya pemasangan dan penggunaan internet dirasa masih mahal bagi sebagian masyarakat. Kualitas jaringan internet di Indonesia masih jauh dari kata

“memuaskan” jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

2.2 Daya Saing

2.2.1 Pengertian Daya Saing

Daya saing berhubungan dengan bagaimana efektivitas suatu perusahaan di pasar persaingan, dibandingkan perusahaan lain yang menawarkan produk atau jasa yang sama. Menurut Z. Heflin Frinces dalam Danang Sunyanto (2014:30) daya saing merupakan hasil puncak dari berbagai keunggulan dan nilai lebih yang dimiliki untuk membuat sesuatu baik berupa organisasi, produk maupun jasa. Keunggulan tersebut dilahirkan dari proses kerja dan kinerja yang dilakukan dengan tingkat kualitas yang baik dengan konsep manajemen profesional modern ditambah adanya kontribusi dari berbagai sumber daya terbaik.

Dalam persepkitif bisnis, daya saing dikonsepsionalisasikan sebagai kumpulan dari hasil proses kerja dan kinerja yang berwujud dalam berbagai keunggulan komparatif seperti kualias, harga, pelayanan, kemasan, penyampaian, dan lain-lain serta berbagai fungsi manajemen yang menyatu ke dalam satu bentuk organisasi atau produk atau jasa yang kemudian melahirkan satu jati diri baru organisasi atau produk atau jasa sebagai suatu kondisi yang terbaiknya.

Menurut Porter (1995:5) mengatakan:”competition is at the core of the succes or failure of firms”.Persaingan adalah inti dari kesuksesan atau kegagalan


(78)

13

perusahaan. Terdapat dua sisi yang ditimbulkan oleh persaingan yaitu sisi kesuksesan karena telah mendorong perusahaan untuk lebih dinamis dan bersaing dalam menghasilkan produk yang memberika layanan terbaik bagi pasar. Sedangkan sisi lainnya adalah kegagalan karena akan memperlemah perusahaan yang bersifat statis, takut akan persaingan dan tidak mampu menghasilkan produk yang berkualitas.

Daya saing menurut Pusat Studi dan Pendidikan Kebanksentralan Bank Indonesia (Sumihardjo, 2008:39) harus mempertimbangkan beberapa hal :

1. Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih mendefinisikan daya saing sebagai “kemampuan suatu perekonomian”

daripada “kemampuan sektor swasta atau perusahaan.

2. Pelaku ekonomi atau economic agent bukan hanya perusahaan, akan tetapi juga rumah tangga, pemerintah dan lain-lain. Semuanya berpadu dalam suatu sistem ekonomi yang sinergis. Tanpa memungkiri peran besar sektor swasta perusahaan dalam perekonomian, fokus perhatian akan diperluas, tidak hanya terbatas akan hal itu saja dalam rangka menjaga luasnya cakupan konsep daya saing.

3. Tujuan hasil akhir dari meningkatkan daya saing suatu perekonomian tak lain adalah meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk di dalam perekonomian tersebut. Kesejahteraan atau level of living adalah konsep yang maha luas yang pasti tidak hanya tergambarkan dalam sebuah besaran variabel seperti pertumbuhan ekonomi.


(79)

2.2.2 Identifikasi Karakteristik UKM yang Berdaya Saing Tinggi

Daya saing memang merupakan konsep yang cukup ruwet. Tidak ada satu indikator pun yang bisa digunakan untuk mengukur daya saing, yang memang sangat sulit untuk diukur (Markovics, 2005 dikutip dalam Tambunan, 2009:95). Namun demikian, daya saing adalah suatu konsep yang umum digunakan di dalam ekonomi, yang biasanya merujuk kepada komitmen terhadap persaingan pasar dalam kasus perusahaan-perusahaan dan keberhasilan dalam persaingan internasional.

Dengan memakai konsep daya saing, (Man dkk.2002, dikutip dalam Tambunan, 2009:95) membuat suatu model konseptual untuk menghubungkan karakteristik-karakteristik dari manajer atau pemilik UKM dan kinerja perusahaan jangka panjang. Model Konseptual tersebut terdiri dari empat elemen: skop daya saing perusahaan, kapabilitas organisasi dari perusahaan, kompetensi pengusaha / pemilik usaha, dan kinerja.


(80)

15

Gambar 2.1

Faktor-faktor Utama Penentu Daya Saing Daya Saing Produk

Daya Saing Perusahaan

Faktor-faktor Penentu Daya Saing Perusahaan

Keahlian Ketersediaan Ketersediaan

Pekerja Modal Informasi

Keahlian Organisasi dan Ketersediaan Ketersediaan Pengusaha manajemen yang Teknologi input lainnya

baik Sumber : Tambunan (2009:96)

Sejumlah aspek internal perusahaan yang terkait dengan keenam faktor utama penentu daya saing seperti yang diperlihatkan pada gambar tersebut, dan aspek eksternal terkait dengan kinerja. Dalam aspek-aspek internal ada tiga hal yang paling penting. Pertama, SDM (pekerja dan pengusaha/pemilik usaha). Kedua, ketersediaan atau penguasaan teknologi. Ketiga, organisasi dan manajemen. Sedangkan dari aspek eksternal yan menyangkut kinerja perusahaan adalah terutama volume produksi, pangsa pasar, dan orientasi pasar atau diversifikasi pasar.

2.2.3 Prasyarat dan Strategi Pencapaian Daya Saing

Penentu utama daya saing dari suatu perusahaan adalah perusahaan itu sendiri, dan pelaku kuncinya adalah pengusaha/manajer dan pekerja. Dalam


(81)

Informasi

Teknologi Input Krusial lainnya Pendidikan Modal

kelompok UKM, pengusaha akan selalu berperan penting, karena pada umumnya pengusaha atau pemilik usaha adalah penggerak utama perusahaan. Ini artinya, kreativitas, spirit kewirausahaan dan jiwa inovatif dari pengusaha yang didukung oleh keahlian dari para pekerjanya adalah sumber utama peningkatan daya saing UKM. Agar pengusaha dan pekerjanya dapat berperan optimal, paling tidak ada 5 prasyarat utama, yaitu mereka memiliki sepenuhnya pendidikan, modal, tekhnologi, informasi dan input krusial lainnya.

Gambar 2.2

Daya Saing Dan Faktor-Faktor Pendukung Utama Daya Saing Perusahaan

Pendorong Inti : Pengusaha & Pekerja (SDM)

Prasayarat Utama

Sumber : Tambunan (2009:105)

Pemenuhan kelima prasyarat tersebut adalah tanggung jawab sepenuhnya daripada perusahaan dan bagaimna cara memenuhinya adalah bagian dari strategi yang harus dilakukan oleh perusahaan tersebut, bukan pemerintah. Jadi, Strategi yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya terdiri atas dua komponen atau substrategi. Komponen pertama, strategi untuk memenuhi/pengadaan kelima prasyarat utama tersebut menjadi suatu produk yang


(82)

17

kompetitif. Komponen kedua, strategi untuk menggunakan secara optimal kelima prasyarat tersebut menjadi suatu produk yang kompetitif.

Khusus untuk komponen kedua, perhatian harus ditujukan pada peningkatan dua hal, yakni kemampuan produksi dan kemampuan pemasaran. Upaya meningkatkan kemampuan produksi termasuk peningkatan kemampuan tekhnologi dan kemampuan desain. Sedangkan upaya peningkatan kemampuan pemasaran, termasuk promosi, distribusi dan pelayanan pascajual.

2.3 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

2.3.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

UKM didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya (misal spesifikasi tekhnologi). Dalam buku Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis (Hubeis, 2009:20) terdapat beberapa definisi mengenai UKM yaitu sebagai berikut :

1. Di Indonesia terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi.

a) Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sd. 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sd. 99 orang. b) Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha kecil

dan memengah (UKM) :

1) Usaha mikro adalah usaha produktif miliki orang dan perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.


(83)

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagain baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

c) Departemen Perindustrian dan Perdagangan

1) Perusahaan memiliki aset maksimum Rp. 600 juta di luar tanah dan bangunan (Departemen Perindustrian sebelum digabung)

2) Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp. 25 juta (Departemen Perdagangan sebelum digabung)

d) Departemen Keuangan : UKM adalah perusahaan yang memiliki omzet maksimum Rp. 600 juta per tahun dan atau set maksimum RP. 600 juta di luar tanah dan bangunan.


(84)

19

2. Di negara lain atau tingkat dunia, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM yang sesuai menurut karakteristik masing-masing negara, yaitu sebagai berikut :

a) World Bank : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30 orang. Pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3 juta.

b)Di Amerika : UKM adalah industri yang tidak dominan disekitarnya dan mempunyai pekerja kurang dari 500 orang.

c) Di Eropa : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang dan pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang, dikategorikan usaha rumah tangga.

d) Di Jepang : UKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing dan retail/service dengan jumlah tenaga kerja 54 - 300 orangdengan modal ¥ 50 juta-300 juta.

e) Di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-15 orang (Thailand), atau 5-50 orang (Malaysia), atau 10-99 orang (Singapura), dengan modal ± US$ 6 juta.


(85)

Tabel 2.1 Kriteria UMKM

No. Keterangan Kriteria

Aset Omset

1 Usaha Mikro Maks. Rp 50 juta Maks. Rp 500 juta

2 Usaha Kecil >Rp 50 juta-Rp 500 juta >Rp 500 juta-Rp 2,5 milyar 3 Usaha Menengah >Rp 500 juta-Rp 10 milyar >Rp 2,5 milyar-Rp 50 milyar

Sumber : http://www.depkop.go.id/

2.3.2 Karakteristik Usaha Kecil dan Menengan (UKM)

Menurut laporan dari BPS (2006) yang dikutip oleh Tambunan (2009:7) dalam bukunya yang berjudul UMKM di Indonesia, ada perbedaan antara usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah dalam latar belakang atau motivasi pengusaha. Alasan kegiatan usaha mikro adalah latar belakang ekonomi, artinya usaha ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh perbaikan penghasilan dan atau merupakan strategi untuk bertahan hidup.

Latar belakang pengusaha kecil beragam dari usaha mikro, walalupun latar belakang ekonomi juga merupakan alasan yang utama, tetapi sebagian lain mempunyai latar belakang yang lebih realistis dengan melihat propsek usaha ke depan dengan kendala modal yang terbatas.Sedangkan latar belakang pengusaha menengah sebagian besar sama seperti motivasi pengusaha kecil, yakni melihat prospek ke depan, adanya peluang, dan pangsa pasar yang aman dan besar.

Selain motivasi pengusaha, juga ada perbedaan menurut status badan hukum.Berdasarkan hasil survey BPS, terlihat bahwa sebagian besar UMKM


(1)

Terakhir, penulis memohon ampun kepada Allah SWT dan mengharapkan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua kalangan yang telah membantu penulisan skripsi ini, khususnya kepada diri penulis pribadi. Amin ya Rabbal’alamin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, Juni 2016


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 E-Commerce ... 6

2.1.1 Pengertian E-Commerce ... 6

2.1.2 Manfaat E-Commerce ... 7

2.1.3 Pengelompokan E-Commerce ... 8

2.1.4 Komponen E-Commerce ... 9

2.1.5 Proses Transaksi E-Commerce ... 10

2.1.6 Hambatan E-Commerce di Indonesia ... 11

2.2 Daya Saing ... 12

2.2.1 Pengertian Daya Saing ... 12

2.2.2 Identifikasi Karakteristik UKM yang Berdaya Saing Tinggi ... 14

2.2.3 Prasayarat dan Strategi Pencapaian Daya Saing ... 15

2.3 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 17

2.3.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 17


(3)

2.3.3 Masalah-masalah yang Dihadapi Usaha Kecil dan Menengah ... 21

2.4 Penelitian Terdahulu ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian ... 27

3.2 Lokasi Penelitian ... 27

3.3 Sumber data ... 28

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.5 Teknik Analisis Data ... 30

3.6 Definisi Konsep ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Profil Objek Penelitian ... 32

4.2 Deskripsi Objek Penelitian ... 34

4.2.1 Teri Bajak ... 34

4.2.2 Anggita Clay ... 37

4.2.3 Labella Outlet ... 39

4.2.4 Super Big Twin Pizza ... 42

4.2.5 Allco Pomade ... 45

4.2.6 Maccaronirin ... 47

4.2.7 061 Store ... 49

4.2.8 Molen Arab ... 51

4.2.9 Rittykett ... 54

4.2.10 Barnes Food ... 57

4.3 Penyajian Data ... 59

4.3.1 Motif yang Mendorong Pelaku Usaha Kecil dan Menengah dalam Menerapkan E-Commerce ... 59


(4)

4.3.2 Manfaat dan Hambatan dalam Penerapan E-Commerce bagi Pelaku Usaha Kecil dan Menengah ... 61 4.3.3 Penerapan E-Commerce dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha

Kecil dan Menengah ... 64 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 74 5.2 Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Pengguna Internet di Indonesia ... 2

Tabel 2.1 Kriteria UMKM ... 20

Tabel 4.1 Profil Objek Penelitian ... 32

Tabel 4.2 Jenis-jenis Produk dan Harga Teri Bajak ... 34

Tabel 4.3 Jenis-jenis Produk dan Harga Anggita Clay ... 37

Tabel 4.4 Jenis-jenis Produk dan Harga di Labella Outlet... 40

Tabel 4.5 Jenis-jenis Produk dan Harga di Super Big Twin Pizza ... 43

Tabel 4.6 Jenis-jenis Produk dan Harga di Allco Pomade ... 45

Tabel 4.7 Jenis-jenis Produk dan Harga di Maccaronirin ... 48

Tabel 4.8 Jenis-jenis Produk dan Harga di 061 Store ... 50

Tabel 4.9 Jenis-jenis Produk dan Harga di Molen Arab ... 52

Tabel 4.10 Jenis-jenis Produk dan Harga di Rittykett ... 55

Tabel 4.11 Jenis-jenis Produk dan Harga di Barnes Food ... 58

Tabel 4.12 Lama Penerapan E-Commerce... 64

Tabel 4.13 Omzet Penjualan UKM ... 65

Tabel 4.14 Penggunaan E-Commerce dalam Mempengaruhi Omzet UKM... 66

Tabel 4.15 Biaya yang Dikeluarkan Untuk E-Commerce ... 67

Tabel 4.16 Jumlah Pelanggan Tetap dalam 6 Bulan Terakhir ... 67


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor-faktor Utama Penentu Daya Saing ... 15

Gambar 2.2 Daya Saing dan Faktor-faktor Pendukung Utama ... 16

Gambar 4.1 Logo Teri Bajak ... 34

Gambar 4.2 Logo Labella Outlet ... 39

Gambar 4.3 Logo Super Big Twin Pizza ... 42

Gambar 4.4 Logo Allco Pomade ... 45

Gambar 4.5 Logo Maccaronirin ... 47

Gambar 4.6 Logo O61 Store ... 49

Gambar 4.7 Logo Molen Arab ... 51

Gambar 4.8 Logo Rittykett ... 54

Gambar 4.9 Logo Barnes Food ... 57

Gambar 4.10 Motif yang Mendorong UKM dalam Menerapkan E-Commerce ... 60

Gambar 4.11 Manfaat Penerapan E-Commerce bagi UKM ... 62