Kinerja Perawat dalam Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) di RSUP Haji Adam Malik Medan

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2008). Salah satu
cara untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yaitu rumah sakit
harus mampu meminimalkan resiko infeksi kepada tenaga kesehatan,
pengunjung, dan pasien rumah di sakit (Kemenkes RI, 2014). Infeksi yang
terjadi di rumah sakit dan sering menyerang tenaga kesehatan, pengunjung,
ataupun pasien ini sering disebut dengan infeksi nosokomial.
WHO (2007) menyatakan infeksi nosokomial atau disebut juga
dengan hospital-acquired infections adalah infeksi yang terjadi lebih dari 48
jam setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan
lainnya. Geffers & Gasmeier (2011), menyebutkan bahwa infeksi
nosokomial adalah komplikasi dari rawat inap yang menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas. Infeksi ini memperpanjang rawat
inap, membutuhkan diagnosa dan pengobatan yang lebih baik, dan tambahan

biaya.
Infeksi ini terus meningkat dari 1% di beberapa Negara Eropa dan
Amerika, sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin, dan Afrika
(Depkes RI, 2011). Survey yang dilakukan WHO terhadap 55 rumah sakit di

Universitas Sumatera Utara

2

14 negara menunjukkan 8,7% dari rumah sakit tersebut terdapat pasien
dengan infeksi nosokomial. Selain itu survey mengatakan bahwa 1,4 juta
orang di seluruh dunia menderita infeksi akibat perawatan di rumah sakit
(WHO, 2002).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anshar (2013) di 11 rumah
sakit di Jakarta pada tahun 2004 menunjukkan 9,8% pasien rawat inap
menderita infeksi nosokomial. Penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan
pada tahun 2007 terdapat angka kejadian infeksi nosokomial di ruangan
RB1 sebesar 2,6% dan infeksi nosokomial plebitis 4,48% di ruangan CVCU
(Habni, 2009).
Standar indikator infeksi nosokomial pada pasien rawat inap adalah

1,5% (Depkes RI, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa angka infeksi
nosokomial yang terjadi di rumah sakit masih di atas standar yang telah
ditetapkan. Berdasarkan pernyataan tersebut, diperlukan suatu aturan untuk
meminimalkan resiko infeksi yang terjadi di rumah sakit yaitu dengan
menerapkan PPI.
Wigglesworth (2014) menyebutkan bahwa PPI adalah langkah-langkah
pencegahan dan pengendalian infeksi dasar yang diperlukan untuk
mengurangi resiko penularan mikroorganisme dari yang diketahui atau tidak
diketahui sumber infeksinya. Sumber-sumber (potensial) infeksi termasuk
darah dan cairan tubuh, kotoran (tidak termasuk keringat), luka terbuka atau
selaput lendir dan peralatan atau item dalam lingkungan perawatan yang
mungkin terkontaminasi.

Universitas Sumatera Utara

3

PPI ini terdiri dari 10 (sepuluh) tindakan, yaitu kebersihan tangan
(hand hygiene), penggunaan sarung tangan, pemakaian pelindung wajah
(mata, hidung, dan mulut), apron dan gaun, pencegahan cedera dari jarum

suntik dan benda tajam lainnya, hygiene respirasi (etika batuk), kebersihan
lingkungan, penatalaksanaan linen, manajemen limbah, dan perawatan
peralatan pasien (WHO, 2014).
PPI perlu diterapkan untuk meminimalkan resiko infeksi dan
memastikan keselamatan pasien/klien, tenaga kesehatan, dan pengunjung
yang mengunjungi rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya (Evans,
2012). Kemenkes RI (2012) juga menyatakan bahwa prinsip penting dari
keberadaan institusi pelayanan kesehatan berkualitas adalah perlindungan
bagi

pasien, tenaga

kesehatan, tenaga pendukung dan komunitas

masyarakat di sekitarnya dari penularan infeksi sehingga penerapan PPI ini
harus efektif dan efisien.
Tindakan ini adalah tanggungjawab semua staff yang bekerja di
bidang

kesehatan dan kepedulian sosial, dan merupakan bagian dari


program patient safety. Ritchie & McIntyre (2015) menyebutkan bahwa
beberapa alasan dari ketidakpatuhan staf kesehatan dalam melakukan PPI
yaitu karena tekanan waktu, dan adanya kegagalan dalam mematuhi aturan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang paling dasar.
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung (2007) didapatkan 22 perawat
tertusuk jarum ketika melakukan tindakan perawatan, tahun 2008 ada 12
perawat, dan tahun 2009 ada 8 perawat (Safetysyringes, 2011). Observasi

Universitas Sumatera Utara

4

penelitian di RSUD Kota Bandung tempat praktik, pengawasan dan
penerapan APD pada perawat pelaksana maupun mahasiswa praktik
keperawatan masih kurang baik, banyak perawat yang tidak menggunakan
APD seperti masker dan sarung tangan dalam memberikan layanan
kesehatan. Penelitian lain, yang dilakukan oleh Nurnjannah (2015) di RSUD
Deli Serdang menyatakan bahwa dari 43 perawat hanya 4 orang saja yang
melaksanakan cuci tangan dengan teratur.

Kinerja merupakan hasil karya nyata dari pekerjaan karyawan yang
dapat diukur secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan standar
pekerjaannya dalam suatu organisasi (Mangkunegara, 2009). Kinerja
seseorang dalam suatu organisasi dapat dinilai melalui penilaian kinerja,
untuk mengetahui apakah karyawan bekerja sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya (Mangkunegara).
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang kinerja perawat dalam PPI di RSUP H. Adam Malik Medan. Alasan
peneliti memilih RSUP H. Adam Malik Medan karena rumah sakit tersebut
sudah menerapkan standar PPI ini, dan peneliti tertarik untuk melihat sudah
sejauh mana penerapan standar ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik
Medan.

1.2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana kinerja perawat dalam PPI di RSUP. H. Adam Malik Medan?

Universitas Sumatera Utara

5


1.3. Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi gambaran kinerja perawat dalam PPI seperti cuci
tangan, memakai sarung tangan, penggunaan masker, pencegahan cedera
dari jarum suntik dan benda tajam lainnya, dan manajemen limbah di RSUP.
H. Adam Malik Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pendidik keperawatan
untuk mengajarkan teknik yang benar dalam PPI bagi mahasiswa
keperawatan. Hal ini bertujuan untuk membiasakan diri mahasiswa
untuk melakukan tindakan PPI sedari awal sebelum memasuki
lingkungan rumah sakit.
1.4.2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Memberikan informasi bagi komite PPI dalam memperbaiki kinerja
perawat dalam PPI untuk mengurangi resiko infeksi nosokomial di
pelayanan kesehatan dan juga mengembangkan kualitas perawat
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada
masyarakat.
1.4.3. Bagi Penelitian Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi

peneliti-peneliti lain yang ingin membahas masalah yang berkaitan
dengan penelitian ini dan dapat menjadi sumber referensi pada
peneliti selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara