Kinerja Perawat dalam Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) di RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

Lampiran 1 JADWAL TENTATIF PENELITIAN

No Aktivitas Penelitian September 2015 Oktober 2015 November 2015 Desember 2015

Januari Februari 2016

Maret 2016

April 2016

Mei Juni Juli Agustus

2016

2016 2016 2016 2016

Minggu Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul

penelitian

2 Menyusun Bab 1

3 Menyusun Bab 2 4 Menyusun Bab 3

5 Menyusun Bab 4

6 Menyerahkan

proposal penelitian 7 Ujian sidang

proposal 8 Revisi proposal

penelitian 9 Uji Validitas &

Reliabilitas 10 Pengumpulan data

11 Analisa data

12 Pengajuan sidang

skripsi 13 Ujian sidang

skripsi 14 Revisi skripsi


(2)

Lampiran 2 PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mustika Dewi Pane

NIM : 121101075

Fakultas/Universitas : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Kinerja Perawat dalam

Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) di RSUP Haji Adam Malik Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kinerja perawat dalam PPI.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian dan pengaruh apapun pada pekerjaan ataupun jabatan saudara/i. Hal tersebut karena semua informasi dan kerahasiaan identitas yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Apabila saudara/i merasa tidak nyaman dengan penelitian ini, saudara/i diperkenankan untuk tidak bersedia menjadi responden.

Saya sangat berharap saudara/i bersedia menjadi responden untuk penelitian ini dan mengisi lembar persetujuan sebagai bukti bahwa saudara/i telah menjadi responden. Atas perhatian dan kesediaannya, saya ucapkan banyak terimakasih.

Medan, Mei 2016 Peneliti


(3)

Lampiran 3 PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : Kinerja Perawat dalam Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) di RSUP Haji Adam Malik Medan

Peneliti : Mustika Dewi Pane

Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Saya telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sesuai dengan judul di atas. Saya mengerti bahwa sebelumnya peneliti telah melihat (mengobservasi) bagaimana kinerja saya dalam PPI. Saya mengerti penelitian ini tidak mempunyai resiko terhadap pekerjaan saya dan mengerti manfaat penelitian sebagai masukan untuk perkembangan pelayanan keperawatan.

Saya mengerti bahwa data dan identitas saya dalam penelitian akan dirahasiakan dan akan dimusnahkan bila penelitian ini selesai. Apabila saya merasa tidak nyaman ikut berpartisipasi, saya berhak untuk membatalkan peran serta saya.

Saya menerima persetujuan untuk berperan serta pada penelitian ini secara sukarela dan sadar dengan menandatangani surat persetujuan sebagai subjek penelitian.


(4)

DATA DEMOGRAFI

Nomor Urut

Diisi oleh peneliti Petunjuk pengisian :

A. Mohon bantuan dan kesediaan saudara/i untuk menjawab kuisioner dibawah ini dengan cara mengisi titik-titik yang tersedia

B. Berikan tanda chek (v) pada kotak yang tersedia

Umur : ……… tahun

Jenis kelamin : Pria

Wanita

Tingkat pendidikan : SPK

DIII Keperawatan S1 Keperawatan

Lama bekerja : < 1 tahun

1 – 3 tahun

> 3 tahun

Pelatihan PPI : Pernah


(5)

Lampiran 4 LEMBAR OBSERVASI TINDAKAN PERAWAT DALAM PPI

No Tindakan

No : R : Tgl :

No : R : Tgl :

No : R : Tgl :

No : R : Tgl :

No : R : Tgl :

No : R : Tgl :

No : R : Tgl :

No : R : Tgl :

No : R : Tgl :

No : R : Tgl : Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 1. Cuci tangan

2. Memakai sarung tangan 3. Penggunaan masker 4. Pencegahan dari cedera jarum

suntik dan benda tajam lainnya

5. Manajemen limbah HASIL AKHIR

Keterangan : Note :


(6)

Lampiran 5

DATA DEMOGRAFI PERAWAT YANG BEKERJA DI RSUP HAM MEDAN

NO UMUR JENIS KELAMIN TINGKAT PENDIDIKAN LAMA BEKERJA PELATIHAN PPI

1 38 Perempuan SPK > 3 tahun PERNAH

2 27 Perempuan DIII Keperawatan 1 - 3 tahun TIDAK PERNAH 3 36 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 4 34 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 5 35 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH

6 31 Perempuan SPK > 3 tahun TIDAK PERNAH

7 28 Perempuan DIII Keperawatan 1 - 3 tahun TIDAK PERNAH 8 35 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 9 36 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 10 38 Perempuan S1 Keperawatan > 3 tahun PERNAH 11 30 Perempuan DIII Keperawatan 1 - 3 tahun PERNAH 12 29 Perempuan DIII Keperawatan 1 - 3 tahun TIDAK PERNAH 13 33 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 14 37 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 15 39 Perempuan S1 Keperawatan > 3 tahun PERNAH 16 36 Perempuan S1 Keperawatan > 3 tahun PERNAH 17 28 Perempuan DIII Keperawatan 1 - 3 tahun TIDAK PERNAH 18 36 Perempuan S1 Keperawatan > 3 tahun PERNAH 19 38 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 20 34 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 21 30 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 22 35 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 23 38 Perempuan S1 Keperawatan > 3 tahun PERNAH 24 30 Perempuan DIII Keperawatan 1 - 3 tahun TIDAK PERNAH 25 37 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 26 27 Perempuan DIII Keperawatan 1 - 3 tahun TIDAK PERNAH 27 36 Perempuan S1 Keperawatan > 3 tahun PERNAH 28 39 Perempuan S1 Keperawatan > 3 tahun PERNAH 29 37 Perempuan S1 Keperawatan > 3 tahun PERNAH 30 35 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 31 35 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH


(7)

33 30 Perempuan DIII Keperawatan 1 - 3 tahun TIDAK PERNAH 34 38 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 35 35 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 36 30 Perempuan DIII Keperawatan 1 - 3 tahun PERNAH 37 36 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 38 37 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 39 36 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 40 36 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 41 35 Perempuan DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH 42 30 Perempuan DIII Keperawatan 1 - 3 tahun TIDAK PERNAH 43 39 Laki-laki DIII Keperawatan > 3 tahun PERNAH


(8)

Lampiran 6

Statistics

UMUR

N Valid 43

Missing 0

Mean 1.47

Median 1.00

Mode 1

Std. Deviation .505

Minimum 1

Maximum 2

UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 23 53.5 53.5 53.5

2 20 46.5 46.5 100.0

Total 43 100.0 100.0

Statistics

JENIS KELAMIN

TINGKAT

PENDIDIKAN LAMA BEKERJA PELATIHAN PPI

N Valid 43 43 43 43


(9)

Frequency Table

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-lak 1 2.3 2.3 2.3

Perempua 42 97.7 97.7 100.0

Total 43 100.0 100.0

TINGKAT PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid DIII Kep 33 76.7 76.7 76.7

S1 Keper 8 18.6 18.6 95.3

SPK 2 4.7 4.7 100.0

Total 43 100.0 100.0

LAMA BEKERJA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > 3 tahu 32 74.4 74.4 74.4


(10)

PELATIHAN PPI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PERNAH 33 76.7 76.7 76.7

TIDAK PE 10 23.3 23.3 100.0


(11)

Lampiran 7 Hasil Kinerja Perawat dalam PPI di RSUP HAM Medan

NO cuci tangan

sarung

tangan MASK SUNTIK SAMPAH Total

1 2 3 2 3 3 13

2 2 2 3 3 3 13

3 2 3 2 2 3 12

4 2 1 2 2 3 10

5 2 2 1 3 3 11

6 3 3 1 3 3 13

7 2 1 2 1 3 9

8 3 1 2 2 3 11

9 3 2 2 3 3 13

10 3 2 2 3 3 13

11 3 3 2 2 3 13

12 2 1 1 2 3 9

13 3 1 2 2 3 11

14 3 3 1 3 3 13

15 3 3 1 3 3 13

16 2 3 1 2 3 11

17 2 3 1 2 3 11

18 2 3 2 2 3 12

19 2 1 1 2 3 9

20 2 3 2 3 3 13

21 3 3 2 2 3 13

22 3 1 1 2 3 10

23 3 3 1 3 3 13

24 2 3 3 2 3 13

25 2 1 1 2 3 9

26 2 1 1 2 3 9

27 3 3 1 3 3 13


(12)

33 2 1 1 2 3 9

34 2 3 3 2 3 13

35 2 3 2 3 3 13

36 3 3 2 2 3 13

37 3 3 1 3 3 13

38 2 1 1 2 3 9

39 3 3 1 3 3 13

40 2 3 2 2 3 12

41 3 1 3 3 3 13

42 2 3 1 2 3 11


(13)

Lampiran 8

Statistics

CUCI TANGAN

SARUNG

TANGAN MASKER JARUM SUNTIK SAMPAH

N Valid 43 43 43 43 43

Missing 0 0 0 0 0

Mean 2.40 2.28 1.72 2.35 3.00

Median 2.00 3.00 2.00 2.00 3.00

Mode 2 3 1 2 3

Std. Deviation .495 .908 .734 .529 .000

Minimum 2 1 1 1 3

Maximum 3 3 3 3 3

Frequency Table

CUCI TANGAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid melakukan seluruh tindakan

tapi tidak benar 26 60.5 60.5 60.5

Melakukan seluruh tindakan

dengan benar 17 39.5 39.5 100.0


(14)

SARUNG TANGAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak melakukan tindakan 13 30.2 30.2 30.2

melakukan seluruh tindakan

tapi tidak benar 5 11.6 11.6 41.9

melakukan seluruh tindakan

dengan benar 25 58.1 58.1 100.0

Total 43 100.0 100.0

MASKER

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak melakukan tindakan 19 44.2 44.2 44.2

melakukan seluruh tindakan

tapi tidak benar 17 39.5 39.5 83.7

melakukan seluruh tindakan

dengan benar 7 16.3 16.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

JARUM SUNTIK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak melakukan tindakan 1 2.3 2.3 2.3

melakukan seluruh tindakan

tapi tidak benar 26 60.5 60.5 62.8

melakukan seluruh tindakan

dengan benar 16 37.2 37.2 100.0


(15)

SAMPAH

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid melakukan seluruh tindakan


(16)

Lampiran 9

KINERJA PERAWAT DALAM PPI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 23 53.5 53.5 53.5

cukup 20 46.5 46.5 100.0

Total 43 100.0 100.0

Statistics

KINERJA PERAWAT DALAM PPI

N Valid 43

Missing 0

Mean 1.47

Median 1.00

Mode 1

Std. Deviation .505

Minimum 1


(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

Lampiran 13 TAKSASI DANA

1. Print dan penjilidan proposal Rp 170.000,-

2. Konsumsi sidang proposal Rp 250.000,-

3. Perbanyak kuesioner Rp 100.000,-

4. Biaya transportasi Rp 200.000,-

5. Print dan jilid skripsi Rp 200.000,-

6. Biaya tak terduga Rp 100.000,-


(23)

Lampiran 14 RIWAYAT HIDUP

Nama : Mustika Dewi Pane

Tempat Tanggal Lahir : Malintang Julu, 4 Agustus 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Dr. Mansyur Gang Citra No. 15 Medan

Email : m.dewi3894@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 200201Padangmatinggi Tahun 2000-2006

2. SMP Negeri 1 Padangsidimpuan Tahun 2006-2009

3. SMA Negeri 6 Padangsidimpuan Tahun 2009-2012


(24)

(25)

(26)

46

DAFTAR PUSTAKA

Cherry, B., & Jacob, S. R. (2014). Contemporary Nursing : Issues, Trends, and Management. Ed 6. St. Louis: Elsevier

Clinical Governance. (2013). Standar Infection Prevention and Control Guidelines. NHS Professionals.

Darmawati, R., Amonito, C., & Ernawati. (2014). Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Pencegahan Infeksi dengan Keptuhan Menggunakan Sarung Tangan dalam Pemasangan Infus. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 10 (3), 113 – 118.

Depkes RI. (2008). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. Jakarta

_________. (2010). Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan

Evans, Liz. (2012). Essential Practice for Infection Prevention and Control Guidance for Nursing Staff. London: CareFusion

Infection Control Team. (2015). National Infection Prevention and Control Manual. Scotlandia: NHS

Kemenkes RI. (2012). Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

____________ (2014). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Kasus Konfirmasi atau Probabel Infeksi Virus Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV). Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Mangkunegara, P. A. A. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Rosdakarya.

National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Diseases. (2011). Basic Infection Control and Prevention Plan for Outpatient Oncology Settings. United States: CDC


(27)

47

Nurjannah. (2015). Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene di RSUD Deli Serdang. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tidak Dipublikasikan

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2. Surabaya: Salemba Medika

Puspasari, Yunita. (2015). Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Praktik Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Islam Kendal. FIKkes Jurnal Keperawatan, 8 (1), 23 – 43.

Puspitasari, N., & Tarigan, M. (2012). Gambaran Cuci Tangan Perawat di Ruang RA, RB, ICU, CVCU, RSUP H. Adam Malik Medan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tidak Dipubliskan.

Putra, R. A. (2010). Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Luka Pasca Bedah. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tidak Dipublikasikan

Ritchie, L., & McIntyre, J. (2015). Standardising Infection Control Precautions. Nursing Time, 3 (38), 17 - 20.

Simanjuntak, P. J. (2005). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Wigglesworth, N. (2014). National Model Policies for Infection Prevention and Control. Retrieved from http://www.hps.scot.nhs.uk

WHO. (2002). Prevention of Hospital-Acquired Infections A Practical Guide 2nd Edition. Departement of Communicable Disease, Surveilance and Response. (http : www.who.int/research/en/emc, diunduh tanggal 13 September 2015).

______ (2007). Standard Precautions in Health Care Aide-Memoire. (http://www.who.int/scr/resources/publications/standardprecautions/en/) ______ (2014). Interim Infection Prevention and Control Guidance for Care of


(28)

25

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1.Kerangka Penelitian

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja perawat dalam PPI di RSUP H. Adam Malik Medan. Sumber PPI pada penelitian ini berdasarkan WHO tahun 2014 yang terdiri dari 10 (sepuluh) item, meliputi kebersihan tangan, penggunaan sarung tangan, pemakaian pelindung wajah (masker), penggunaan gaun, pencegahan cedera dari jarum suntik dan benda tajam lainnya, etika batuk, kebersihan lingkungan, penatalaksanaan linen, manajemen limbah, dan perawatan peralatan pasien.

Penelitian ini hanya akan meneliti 5 (lima) item dari pendapat WHO tersebut yaitu, kebersihan tangan, penggunaan sarung tangan, pemakaian pelindung wajah (masker), pencegahan cedera dari jarum suntik dan benda tajam lainnya, dan manajemen limbah. Hal ini dikarenakan penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu satu bulan sehingga untuk meneliti kesepuluh item ini dikhawatirkan tidak akan cukup karena ada beberapa item PPI yang tidak bisa sering ditemukan pengapliksiannya seperti etika batuk, dan juga penelitian ini hanya untuk mengobservasi tindakan invasif saja seperti pemasangan infus, pengambilan sampel darah, dan kateter yang sesuai dengan standar prosedur.


(29)

26

Skema 3.1

Kerangka penelitian kinerja perawat dalam Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI)

Keterangan :

: item yang diteliti : item yang tidak diteliti Kinerja perawat dalam Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) :

- Cuci tangan

- Memakai sarung tangan - Penggunaan masker

- Pencegahan cedera dari jarum suntik dan benda tajam lainnya

- Manajemen limbah

- Baik - Cukup - Kurang

- Penggunaan apron dan gaun - Etika batuk

- Kebersihan lingkungan - Penatalaksanaan linen - Perawatan peralatan pasien


(30)

27

3.2.Defenisi Operasional

Defenisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Kinerja perawat dalam pengendalian dan pencegahan infeksi

Tindakan yang dilakukan perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP

HAM Medan

tentang PPI meliputi kebersihan tangan, penggunaan sarung tangan, pemakaian pelindung wajah (masker),

pencegahan cedera dari jarum dan benda tajam lainnya, dan menajemen limbah Melalui observasi dengan menggunakan lembar

observasi yang meliputi 5 tindakan PPI dengan penilaian : - Dilakukan dengan benar - Dilakukan

tapi tidak benar - Tidak dilakukan - Baik dengan jumlah seluruh tindakan 13 - 15 - Cukup

baik dengan jumlah 9 - 12

- Kurang baik dengan jumlah 5 – 8

Ordinal


(31)

28

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan tujuan untuk mengidentifikasi kinerja perawat dalam PPI di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja di ruang Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan yang berjumlah 74 orang. 4.2.2. Sampel

Banyak sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak: n = 1 + N dN

Keterangan : n = besar sampel N = besar populasi

d = tingkat signifikansi/ketepatan yang diinginkan (0,1) Maka :

n = N


(32)

29

4.2.3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, dimana perawat yang dijadikan sampel penelitian adalah perawat yang sudah menjadi pegawai di RSUP H. Adam Malik Medan, perawat yang sedang melakukan pengambilan sampel darah, pemasangan infus, pemasangan kateter, dan perawatan luka di ruangan Rindu A.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di ruang Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan. Alasan peneliti memilih RSUP H. Adam Malik Medan karena rumah sakit tersebut sudah menerapkan standar PPI, dan peneliti tertarik untuk melihat penerapan standar ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dimulai dari tahap penyusunan proposal pada September 2015 hingga laporan penelitian pada bulan Juli 2016. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2016 hingga Mei 2016.


(33)

30

4.4. Pertimbangan Etik

Pengumpulan data dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek etika sebagai berikut :

1. Autonomy

Perawat memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti akan menghormati keputusan dari perawat dengan memberikan informed consent untuk meminta persetujuan perawat yang terdiri dari : (1) penjelasan manfaat penelitian; (2) penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan; (3) penjelasan manfaat yang akan didapatkan; (4) persetujuan perawat dapat mengundurkan diri kapan saja; dan (5) jaminan anonimitas dan kerahasiaan.

2. Confidentiality

Menjelaskan kepada perawat bahwa identitas tidak akan ditampilkan untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas perawat. Peneliti menggunakan koding (nomor responden) sebagai ganti indentitas.

3. Beneficience

Prinsip ini dilakukan dengan maksud penelitian yang dilakukan membawa manfaat yang besar khususnya bagi institusi yang diteliti. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi manajemen rumah sakit,


(34)

31

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2 bagian yaitu lembar data demografi, dan lembar observasi.

4.5.1. Lembar Data demografi

Lembar data demografi yang diisi oleh perawat berupa identitas responden yang meliputi, nomor urut, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama masa kerja perawat di rumah sakit, dan pernah atau tidak mengikuti pelatihan PPI.

4.5.2. Lembar Observasi PPI

Lembar observasi digunakan untuk mengamati kinerja perawat pelaksana dalam PPI yang terdiri dari 5 item, meliputi kebersihan tangan, penggunaan sarung tangan, pemakaian pelindung wajah (masker), pencegahan cedera dari jarum suntik dan benda tajam lainnya, dan manajemen limbah. Masing-masing item ini terdapat tindakan-tindakan yang mengacu dan sesuai dengan tinjauan pustaka dan juga WHO (2014). Pengamatan dilakukan sebanyak 1 (satu) kali untuk satu tindakan untuk setiap perawat.

Setiap tindakan diberi nilai 3 jika melakukan seluruh tindakan dengan benar (100%), nilai 2 jika melakukan seluruh tindakan tapi tidak benar (40% - 90%), dan nilai 1 jika ada beberapa tindakan yang tidak dilakukan (10% - 30%). Kemudian nilai diakumulasikan untuk mendapatkan nilai akhir.


(35)

32

13 – 15 kinerja baik 9 – 12 kinerja cukup baik 5 – 8 kinerja kurang baik

4.6. Validitas dan Reliabilitas 4.6.1. Validitas

Penelitian ini tidak dilakukan uji validitas karena instrumen yang digunakan merupakan instrumen baku yang mengacu pada ketentuan WHO (2014).

4.6.2. Reliabilitas

Penelitian ini tidak dilakukan uji reliabilitas karena penelitian ini merupakan observasi dan instrumen digunakan oleh peneliti sendiri.

4.7. Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu, pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) kemudian surat dari Fakultas Keperawatan USU di kirim ke RSUP H. Adam Malik Medan sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat izin dari Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, peneliti menjumpai kepala ruangan Rindu A RSUP H.Adam Malik Medan untuk meminta izin dan menjelaskan maksud dari


(36)

33

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan tindakan PPI yang dilakukan oleh perawat pelaksana melalui tindakan invasif, pengamatan dilakukan tanpa pengetahuan responden, dengan alasan apabila responden mengetahui kegiatannya akan diobservasi oleh peneliti maka dikhawatirkan hasilnya akan bias. Kinerja perawat pelaksana yang diamati ada 5 (lima) poin, yaitu : cuci tangan, penggunaan sarung tangan saat tindakan, pemakaian pelindung wajah (masker) saat melakukan tindakan, pencegahan cedera dari jarum suntik dan benda tajam lainnya, dan manajemen limbah.

Setelah memperoleh data dari pengamatan (observasi) tidakan perawat dalam PPI, peneliti memberikan informed consent untuk meminta persetujuan dari responden, apabila responden bersedia dan telah menandatangani informed consent peneliti akan memberikan lembar data demografi untuk diisi responden. Peneliti memeriksa kelengkapan data dan mengumpulkan lembar data demografi responden. Apabila lembar data belum diisi secara lengkap, peneliti meminta responden untuk melengkapi data demografinya dan mengumpulkan kembali lembar tersebut.

4.8. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua data dalam lembar observasi dikumpulkan melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisis


(37)

34

data. Kemudian memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi.

Analisis dalam penelitian ini menggunakan univariat dengan tujuan untuk mendapatkan deskriptif dari tiap variabel. Selanjutnya menyajikan hasil univariat dalam bentuk tampilan distribusi frekuensi dan persentase dari karakteristik perawat (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja, dan pernah atau tidak mengikuti pelatihan PPI), dan gambaran perawat yang melaksanakan tindakan PPI dari hasil observasi yang telah dilakukan. Sehingga mendapatkan hasil akhir yaitu kinerja perawat dalam melaksanakan PPI di RSUP Haji Adam Malik Medan.


(38)

35

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kinerja perawat dalam PPI di RSUP HAM. Hasil dari penelitian ini diperoleh dengan cara mengobservasi langsung tindakan yang dilakukan perawat ketika melakukan tindakan invasife saat merawat pasien dan penyebaran informed consent serta lembar data demografi untuk data dari perawat yang sudah bersedia menjadi responden untuk penelitian ini.

Hasil penelitian ini terdiri dari karakteristik demografi responden dan juga hasil dari kinerja perawat dalam PPI. Hasil penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut.

5.1.1. Karakteristik Demografi Responden

Diperoleh data bahwa rata-rata usia perawat berada pada rentang usia dewasa awal sebanyak 53,5%, mayoritas berjenis kelamin wanita sebanyak 97,7%, tingkat pendidikan kebanyakan DIII Keperawatan sebanyak 76,7%, kebanyakan perawat telah bekerja di rumah sakit selama lebih dari 3 tahun sebanyak 74,4%, dan hasil untuk perawat yang pernah mengikuti pelatihan PPI sebanyak 76,7%.


(39)

36

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Perawat di RSUP HAM Medan ( n = 43 )

NO Data Demografi Frekunsi

( f )

Persentase ( % ) 1. 2. 3. 4. 5. Umur

26 – 35 tahun 36 – 45 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tingkat pendidikan SPK DIII Keperawatan S1 Keperawatan Lama Bekerja di RS

1 – 3 tahun > 3 tahun Pelatihan PPI Pernah Tidak pernah 23 20 1 42 2 33 8 11 32 33 10 53,5 46,5 2,3 97,7 4,7 76,7 18,6 25,6 74,4 76,7 23,3

5.1.2. Kinerja Perawat dalam PPI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat dalam PPI yang dikaitkan dengan item penelitian, menunjukkan bahwa seluruh perawat memiliki nilai yang baik dalam manajemen limbah sebanyak 100%, memakai sarung tangan 58,1%, cuci tangan 39,5%, memakai masker 16,3%, dan pencegahan dari jarum suntik dan benda tajam lainnya 37,2%.


(40)

37

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Perawat dalam PPI di RSUP HAM Medan ( n = 43 )

Tindakan Dilakukan dengan benar Dilakukan tapi tidak benar Tidak dilakukan

F % f % f %

1. Cuci tangan

2. Menggunakan sarung tangan

3. Menggunakan masker 4. Pencegahan cedera

dari jarum suntik dan benda tajam lainnya 5. Manajemen limbah

17 25 7 16 43 39,5 58,1 16,3 37,2 100 26 5 17 26 0 60,5 11,6 39,5 60,5 0 0 13 19 1 0 0 30,2 44,2 2,3 0

Diperoleh data bahwa kinerja perawat dalam PPI bernilai baik sebanyak 53,5%, hasil ini tidak jauh berbeda dengan nilai kinerja perawat yang memiliki kinerja cukup baik yaitu sebanyak 48,8%.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kinerja Perawat dalam PPI di RSUP HAM Medan (n=43)

Kinerja Perawanat dalam PPI Frekuensi ( f )

Persentase ( % ) Baik Cukup Total 23 20 43 53,5 46,5 100 5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terkait kinerja perawat dalam pengendalian pencegahan infeksi. Didapatkan hasil bahwa sebanyak 53,5% perawat memiliki kinerja baik dalam PPI. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan perawat dengan kinerja cukup baik sebanyak 46,5%.


(41)

38

Hal ini dikarenakan adanya item yang dilakukan dengan nilai baik tapi di item lain memiliki nilai buruk. Berdasarkan hasil, hal ini bisa dilihat dari perbedaan nilai item manajemen limbah dan penggunaan masker.

Hasil yang diperoleh seluruh perawat 100% mampu untuk melakukan manajemen limbah dengan sangat baik. Perawat mampu membedakan untuk membuang spuit jarum suntik ke tempat sampah berwarna merah, handscoon yang sudah digunakan dibuang ketempat sampah berwarna kuning, dan sampah seperti plastik atau tisu dibuang ke tempat sampah berwarna hitam. Tindakan ini juga didukung dengan adanya ditemukan tempat sampah dengan tiga warna di setiap troli yang diletakkan di samping pintu perawatan pasien.

Hasil dari item manajemen limbah apabila dibandingkan dengan item penggunaan masker memiliki nilai yang sangat jauh berbeda. Hasil observasi yang telah dilakukan diperoleh data bahwa sebanyak 25,6% perawat yang menggunakan masker ketika melakukan tindakan perawatan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sarana seperti masker dapat ditemukan di setiap troli yang diletakkan di samping pintu perawatan pasien.

National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Diseases (2011) menyebutkan beberapa tindakan yang sebaiknya menggunakan masker yaitu ketika ada potensi kontak dengan pernafasan dan semprotan


(42)

39

yang dilakukan perawat hanya menggunakan masker ketika melakukan tindakan pada pasien yang memiliki diagnosa infeksius. Tindakan perawatan seperti pemasangan kateter atau membuang cairan dari kateter sebanyak 69,8% perawat tidak menggunakan masker. Hal ini berbeda dengan penjelasan National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Diseases.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Puspasari (2015), diperoleh data sebanyak 52,7% perawat memiliki praktik yang baik dalam pencegahan infeksi nosokomial, dan nilai untuk perawat yang memiliki praktik kurang baik sebanyak 47,3%.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Simanjuntak (2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja terdiri dari kompetensi individu, dukungan organisasi, dan dukungan majemen. Kompetensi individu seperti kemampuan, keterampilan, motivasi, dan sikap. Dukungan organisasi seperti sarana dan prasarana. Dukungan majemen seperti hubungan antara supervise atau kepala ruangan dengan perawat pelaksana.

Berdasarkan hasil dari penelitian bila dihubungkan dengan pernyataan dari Simanjuntak tentang faktor yang mempengaruhi kinerja. Hal ini bisa saja karena motivasi dan sikap dari perawat yang kurang dalam pemahaman PPI, dan juga kurangnya dukungan supervisi untuk memberikan motivasi kepada perawat pelaksana untuk lebih mematuhi PPI untuk pencegahan infeksi.


(43)

40

Dukungan organisasi seperti sarana dan prasarana. RSUP H. Adam Malik sudah cukup memadai, karena sarana seperti cairan handrub ada disetiap pintu ruangan perawatan pasien, handscoon juga ada di dalam troli, tempat sampah dengan tiga warna yang ada di setiap sudut rumah sakit, dan juga poster seperti pemakaian masker, dan juga poster cuci tangan yang baik ada di setiap sudut rumah sakit.

Kemenkes RI (2012) menyatakan bahwa prinsip penting dari keberadaan institusi pelayanan kesehatan berkualitas adalah perlindungan bagi pasien, tenaga kesehatan, tenaga pendukung dan komunitas masyarakat di sekitarnya dari penularan infeksi sehingga penerapan PPI ini harus efektif dan efisien. Tindakan PPI seperti cuci tangan, penggunaan masker, dan penggunaan jarum suntik perlu sangat diperhatikan. Hal ini karena masih ada perawat yang melakukan ketiga tindakan ini tidak sesuai dengan standar prosedur.

Hasil dari observasi yang telah dilakukan untuk tindakan cuci tangan yang dilakukan perawat diperoleh data bahwa sebanyak 39,5% yang melakukan tindakan cuci tangan dengan baik dan sesuai dengan ketetapan WHO (2014), yaitu mencuci tangan sebelum dan setelah menyentuh pasien dan juga mencuci tangan selama 15 detik dengan 6 langkah.

Ritchie & McIntyre (2015) menyatakan bahwa kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting dan merupakan pilar untuk PPI.


(44)

41

tangan ini dengan baik dan sesuai dengan standar prosedur WHO (2014) sehingga infeksi silang antara pasien dan perawat dapat dihindari.

Berdasarkan hasil dari observasi yang telah dilakukan, ditemukan bahwa sebanyak 60,4% perawat yang melakukan teknik cuci tangan yang tidak sesuai dengan standar prosedur dari WHO (2014). Hal ini bisa dilihat ketika peneliti melakukan observasi, teknik cuci tangan dilakukan dengan seadanya hanya mengusap telapak tangan satu kali usapan dengan cairan cuci tangan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2010), didapatkan hasil bahwa 100% perawat RSUP HAM Medan memiliki tindakan cuci tangan yang baik. Hasil penelitian Puspitasari (2012) yang juga berbeda didapatkan hasil bahwa 86,1% perawat RSUP HAM Medan dinyatakan baik dalam tindakan cuci tangan.

Tindakan lain yang juga sebaiknya menjadi perhatian yaitu pencegahan dari cedera jarum suntik dan benda tajam lainnya. Hasil yang diperoleh yaitu 37,2% perawat yang menggunakan jarum suntik sesuai dengan standar prosedur WHO (2014).

WHO (2014) menjelaskan bahwa penutupan kembali jarum suntik setelah digunakan tidak perlu dilakukan, sebaiknya jarum dan syring-nya langsung dibuang ke kotak khusus. WHO (2014) juga menyebutkan melepaskan syring dari jarum suntik dengan tangan, membengkokkan, ataupun mematahkan sebaiknya dihindari karena akan berbahaya bagi perawat atau tenaga medis lainnya.


(45)

42

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan ditemukan bahwa sebanyak 62,8% perawat tidak patuh dalam penerapan standar prosedur dari WHO (2014). Perawat masih melakukan tindakan yang bisa membahayakan diri perawat sendiri dengan menutup kembali jarum suntik dengan menggunakan dua tangan. Hal ini berbahaya bagi perawat ketika melakukan perawatan pada pasien. Bahaya utama dari cedera benda tajam adalah penyebaran virus hepatitis B, hepatitis C, dan HIV melalui darah yang masih ada pada instrumen (Evans, Liz, dkk., 2012).

WHO (2007) menjelaskan tujuan dari penggunaan sarung tangan yaitu untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah, cairan tubuh, secret, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi. WHO (2014) juga menjelaskan bahwa untuk mengganti sarung tangan dan mencuci tangan segera setelah selesai memberikan perawatan pada pasien, dan menggunakan sarung tangan yang baru untuk pasien yang akan diberikan perawatan.

Hasil dari observasi yang telah dilakukan diperoleh data bahwa sebanyak 58,1% menggunakan handscone disetiap tindakan perawatan. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan perawat yang tidak menggunakan sarung tangan ketika melakukan perawatan yaitu sebanyak 41,9%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja perawat dalam mematuhi PPI terkait penggunaan sarung tangan masih tergolong


(46)

43

adanya perawat yang tidak menggunakan sarung tangan ketika melakukan perawatan seperti pemasangan infus.

Penelitian yang dilakukan oleh Darmawati, R., Amonito, C., & Ernawati (2014) mendapatkan hasil bahwa perawat yang memiliki pengetahuan tentang pencegahan infeksi kategori cukup sebanyak 57,1% tidak patuh dalam menggunakan sarung tangan dalam pemasangan infus. Darmawati, R., Amonito, C., & Ernawati menyebutkan bahwa hal ini disebabkan perawat kurang menyadari dan sering mengabaikan standar operasional pemakaian APD khususnya sarung tangan.

Berdasarkan penjelasan yang sudah disebutkan, sebaiknya kepala ruangan lebih memperhatikan kinerja perawat dalam PPI dan memberikan motivasi yang baik sehingga perawat akan lebih memperhatikan dan meningkatkan kinerja dalam pencegahan infeksi. Pemberian reward dan punishment juga bisa digunakan untuk lebih memotivasi perawat dalam meningkatkan kinerjanya. Tim PPI juga sebaiknya lebih meningkatkan evaluasi kinerja perawat dalam PPI sehingga nantinya kinerja perawat dalam PPI akan semakin baik dan meningkatkan pelayanan mutu bagi pasien.


(47)

44

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kinerja perawat dalam PPI tergolong cukup baik. Hal ini dikarenakan selisih antara jumlah perawat yang melakukan tindakan baik dengan tindakan cukup hanya sedikit. Berdasarkan dari hasil observasi yang telah dilakukan, tindakan yang dilakukan perawat dengan sangat baik terkait PPI yaitu penanganan sampah dan penggunaan handscone. Hal ini karena tersedianya fasilitas yang memadai, terdapat tempat sampah dengan tiga warna disetiap sudut rumah sakit, dan juga tersedianya handscoon pada troli di setiap pintu sebelum masuk ruangan perawatan.

Tindakan lain seperti cuci tangan, penggunaan masker, dan pencegahan dari cedera jarum suntik masih tergolong bernilai cukup. Hal ini dengan masih adanya perawat yang tidak mematuhi standar prosedur WHO (2014) dengan baik.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan sebagai berikut : 6.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan


(48)

45

keperawatan, khususnya dalam pencegahan cedera dari jarum suntik. Hal ini bertujuan untuk membiasakan diri mahasiswa untuk melakukan tindakan PPI sedari awal sebelum memasuki lingkungan rumah sakit. 6.2.2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Pelatihan PPI sebaiknya lebih diperhatikan lagi dan tim PPI lebih meningkatkan evaluasi pengaplikasian PPI ketika perawat melakukan tindakan perawatan pada pasien, pemberian reward, dan juga sosialisasi tentang PPI. Hal ini untuk mencegah penyebaran infeksi lebih luas, dan juga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

6.2.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang PPI ini dengan kesepuluh item dan hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai perbandingan untuk hasil peneliti selanjutnya.


(49)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Standar Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI)

PPI adalah tonggak yang harus selalu diterapkan di semua fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi semua pasien dan mengurangi resiko infeksi lebih lanjut. Standar PPI adalah langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi dasar yang diperlukan untuk mengurangi resiko penularan agen infeksi dari yang diketahui atau tidak diketahui sumber infeksi (Infection Control Team, 2015).

Prinsip utama dari kewaspadaan standar pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan (Depkes RI, 2010). Berikut dijelaskan standar PPI tenaga kesehatan (WHO, 2007):

2.1.1. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene

Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting dan merupakan pilar untuk PPI. Petugas kesehatan memiliki potensi terbesar untuk menyebarkan mikroorganisme yang dapat mengakibatkan infeksi karena berhubungan langsung dengan pasien, sehingga tindakan kebersihan tangan ini harus dilaksanakan oleh semua tenaga kesehatan


(50)

7

Tindakan cuci tangan ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan alkohol ataupun menggunakan sabun dan air mengalir (Clinical Govermance, 2013). Antiseptik berbasis alkohol adalah metode yang paling disukai untuk mendesinfeksi tangan, kecuali ketika tangan terlihat kotor (misalnya, kotoran, darah, cairan tubuh), atau setelah merawat pasien yang diketahui atau dicurigai terkena infeksi diare (misalnya, clostridium difficile, norovirus), dimana penggunaan sabun dan air akan lebih efektif (National Center for Emerging and Zoonatic Infectious Diseases, 2011)

Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai kebersihan tangan (Kemenkes RI, 2012) :

1) Sebelum kebersihan tangan, cincin, jam dan seluruh perhiasan yang ada di perhelangan tangan harus dilepas

2) Kuku harus tetap pendek dan bersih

3) Jangan menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena dapat menjadi tempat bakteri terjebak dan menyulitkan terlihatnya kotoran di dalam kuku

4) Selalu gunakan air mengalir, apabila tidak tersedia, maka harus menggunakan salah satu pilihan sebagai berikut :

4.1. Ember berkeran yang tertutup

4.2. Ember dan gayung, dimana seseorang menuangkan air sementara yang lainnya mencuci tangan


(51)

8

5) Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper towel atau membiarkan tangan kering sendiri sebelum menggunakan sarung tangan

Berikut dijelaskan cara-cara mencuci tangan yang benar (WHO, 2009) : 1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

1) Basahi tangan dengan menggunakan air mengalir 2) Usapkan sabun keseluruh permukaan tangan

3) Ikuti teknik mencuci tangan yang benar seperti gambar di bawah ini

4) Gosok tangan selama 15 detik tapi tidak lebih dari 3 menit, meliputi seluruh permukaan tangan dan jari.

5) Bilas tangan dengan air dan keringkan secara menyeluruh dengan handuk kering

6) Gunakan hands-free (misalnya siku) untuk mematikan keran. 2. Cuci tangan dengan menggunakan alkohol

1) Tindakan ini dilakukan ketika tangan mungkin terkontaminasi, tetapi tidak tampak kotor (misalnya memasuki atau meninggalkan bangsal/daerah klinis/pasien)

2) Langkah-langkah mencuci tangan dengan menggunakan antiseptic bebasis alkohol sama seperti ketika melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir


(52)

9

4) Banyaknya cairan yang digunakan sesuai dengan jumlah yang direkomendasikan oleh produk biasanya sekitar 3 ml

Selain itu WHO juga menetapkan lima waktu untuk pelaksanaan hand hygiene (WHO, 2009) :

1) Sebelum menyentuh pasien 2) Sebelum prosedur aseptic 3) Setelah terpajan resiko cairan 4) Setelah menyentuh pasien

5) Setelah menyentuh benda-benda yang melingkupi pasien

Jika tenaga kesehatan berada dalam lima kondisi tersebut, petugas harus melaksanakan hand hygiene agar tangan petugas tidak terkontaminasi. Hand hygiene yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, agar kuman yang terdapat pada tangan bisa dihilangkan. 2.1.2. Penggunaan Sarung Tangan

Pemakaian sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah, cairan tubuh, secret, kulit yang tidak utuh, selaput lender pasien dan benda yang terkontaminasi (WHO, 2007).

Dikenal 3 jenis sarung tangan, yaitu (Depkes RI, 2008):

1) Sarung tangan bersih, yaitu sarung tangan yang didisinfeksi tinggi. Dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lender misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam, merawat luka terbuka.


(53)

10

2) Sarung tangan steril, yaitu sarung tangan yang disterilkan dan harus digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak ada sarung tangan steril baru dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi. 3) Sarung tangan rumah tangga, yaitu satung tangan yang terbuat dari

latex atau vinil tebal, seperti sarung tangan yang biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga. Sarung tangan ini biasanya dipakai pada waktu membersihkan alat kesehatan, dan permukaan meja kerja, dll.

Prosedur pemakaian sarung tangan steril (Kemenkes, 2012):

1) Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisi sebelah dalam lipatannya.

2) Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke lantai, sehingga bagian lubang jari-jari tangannya terbuka, lalu masukkan tangan

3) Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang sudah memakai sarung tangan ke bagian lipatan (bagian yang tidak tersentuh dengan kulit tangan)

4) Pasang sarung tangan dengan kedua dengan cara memasukkan jari-jari tangan yang belum memakai sarung tanagan, kemudian luruskan lipatan dan atur posisi sarung tangan sehingga terasa pas di tangan.


(54)

11

Prosedur melepas sarung tangan (Depkes RI, 2008) :

1) Pegang salah satu tangan pada lipatan lalu tarik ke arah ujung jari-jari tangan sehingga bagian dalam dari sarung tangan pertama menjadi sisi luar

2) Jangan dibuka sampai terlepas sama sekali, biarkan sebagian masih berada pada tangan sebelum melepas sarung tangan yang kedua. Hal ini penting untuk mencegah terpajannya kulit tangan yang terbuka dengan permukaan sebelah luar sarung tangan

3) Biarkan sarung tangan yang pertama sampai disekitar jari-jari, lalu pegang sarung tangan yang kedua pada lipatannya lalu tarik kearah ujung jari hingga bagian dalam sarung tangan menjadi sisi luar

4) Pada akhir setelah hampir di ujung jari, maka secara bersama dan dengan sangat hati-hati sarung tangan dilepas

5) Perlu diperhatikan bahwa tangan yang terbuka hanya boleh menyentuh bagian dalam sarung tangan

2.1.3. Pemakaian Pelindung Wajah (Mata, Hidung, dan Mulut)

Gunakan masker ataupun pelindung mata untuk melindungi membran mukosa mata, hidung, dan mulut selama aktivitas yang berhubungan langsung dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi (WHO, 2007; Depkes RI, 2008).

1. Alat Pelindung Mata

Alat pelindung mata melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara melindungi mata. Pelindung mata


(55)

12

mencakup kacamata (googles) plastic bening, kacamata pengaman, pelindung wajah, dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker (Depkes RI, 2008).

2. Masker

Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut (Depkes RI, 2008).

National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Diseases (2011) menyatakan pemakaian masker sebaiknya digunakan:


(56)

13

penggunaannya dengan kacamata atau pelindung wajah untuk melindungi mulut, hidung, dan mata

2) Ketika pemasangan kateter atau menyuntikkan material kedalam kanal spinal atau subdural. Masker juga sebaiknya digunakan ketika melakukan kemoterapi.

2.1.4. Apron dan gaun

Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet/airbone. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi (Depkes RI, 2008).

Clinical Govermance (2013) menyebutkan aturan penggunaan apron dan gaun:

1) Harus segera dilepaskan setelah tindakan selesai

2) Jangan pernah dipakai ke pasien/klien/area yang berbeda

3) Celemek mungkin memiliki warna-kode untuk tindakan tertentu dan/atau area tertentu sesuai dengan kebijakan ditempat tersebut (misalnya ketika menangani atau melayani makanan dalam area klinik)

4) Jika ada resiko percikan dari darah, cairan tubuh, sekresi atau eksresi ke seluruh tubuh gaun harus dipakai


(57)

14

5) Untuk mencegah kontaminasi, saat melepas gaun/apron, sisi yang terluar harus dibalik ke sisi bagian dalam, digulung menjadi bola dan segera dibunag sebagai limbah klinis

2.1.5. Pencegahan Cedera dari Jarum Suntik dan Benda Tajam Lainnya Benda tajam misalkan jarum, pisau bedah, stitch cutter, ampul kaca, dan setiap instrumen yang tajam. Bahaya utama dari cedera benda tajam adalah penyebaran virus hepatitis B, hepatitis C, dan HIV melalui darah yang masih ada pada instrumen tersebut (Evans, Liz, dkk., 2012).

Keselamatan injeksi mengacu pada penggunaan yang tepat dan penanganan persediaan injeksi dan infus (misalnya syringe, needle, perangkat fingerstik, tabung infus, botol obat). Praktek-praktek ini dimaksudkan untuk mencegah penularan penyakit menular antara satu pasien dan yang lain, atau antara pasien dan petugas kesehatan selama persiapan dan pemberian obat parenteral (National Center for Emerging Zoomotic Infectious Diseases, 2011).

WHO (2014) menjelaskan pencegahan cedera dan manajemen injeksi:

1) Setiap pasien harus diinjeksi dengan benar dan hati-hati dan peralatan yang telah digunakan harus dibuang. Syringe, needle atau peralatan sejenisnya tidak bisa digunakan lagi


(58)

15

3) Batasi pengeluaran darah dan tes laboratorium seperlunya untuk evaluasi diagnostik dan perawatan pasien

4) Jika penggunaan benda tajam tidak dapat dihindari, pastikan pencegahan berikut diamati:

4.1. Jangan ganti tutup jarum yang telah digunakan

4.2. Jangan mengarahkan ujung jarum yang digunakan pada bagian tubuh

4.3. Jangan lepaskan syringe bekas dari jarum suntik sekali pakai dengan tangan, dan jangan membengkokkan, ataupun mematahkannya

4.4. Buang syringe, needle, pisau bedah dan benda tajam lainnya di tempat atau wadah tahan tusukan

5) Pastikan bahwa wadah tahan tusukan untuk benda tajam ditempatkan sedekat mungkin dengan daerah dimana objek digunakan untuk membatasi jarak antara penggunaan dan pembuangan. Jika wadah benda tajam jauh, jangan pernah membawa benda tajam di tangan, tetapi menempatkannya dalam bengkok atau wadah yang serupa untuk membawa ke wadah benda tajam

6) Pastikan bahwa wadah tahan tusukan aman dengan tutup yang kuat dan rapat dan diganti ketika sudah penuh ¾

7) Pastikan wadah ditempatkan di daerah yang tidak mudah diakses oleh pengunjung, terutama anak-anak


(59)

16

2.1.6. Hygiene respirasi / Etika Batuk

National center for emerging and zoonotic infectious diseases (2011), menjelaskan untuk mencegah penularan infeksi pernafasan di rumah sakit, langkah-langkah pencegahan infeksi berikut ini diimplementasikan untuk semua orang yang berpotensi terinfeksi. Hal ini berlaku untuk semua orang (misalnya, pasien dan anggota keluarga yang menemani, pengasuh, dan pengunjung) dengan tanda-tanda dan gejala penyakit pernafasan, termasuk batuk, rhinorhhea, atau peningkatan produksi sekresi pernafasan

1. Identifikasi orang dengan potensial infeksi pernafasan

1) Tenaga kesehatan harus tetap waspada untuk setiap orang dengan gejala infeksi pernafasan

2) Tanda-tanda yang ditimbulkan di area resepsionis menginstruksikan pasien dan orang yang menemani untuk:

3) Keluhan pasien dengan adanya infeksi pernafasan selama registrasi 4) Praktek kebersihan pernafasan dan etika batuk dan memakai

masker wajah yang diperlukan 2. Tersedianya persediaan

Persediaan berikut diberikan di ruang tunggu dan area tunggu umum lainnya:


(60)

17

3. Etika batuk

Terapkan etika kebersihan pernafasan/batuk, sebagai berikut: 1) Tutup mulut & hidung saat batuk/bersin dengan tisu 2) Buang tisu ke tempat sampah

3) Lakukan kebersihan tangan

4) Jika tisu tidak tersedia, bersinkan atau batukkan ke lengan bagian dalam

2.1.7. Kebersihan Lingkungan

Mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan dengan melakukan pembersihan lingkungan, desinfeksi permukaan lingkungan yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh, melakukan pemeliharaan peralatan medis dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara yang baik (Depkes RI, 2008)

Prinsip dasar manajemen lingkungan :

1) Pastikan lingkungan kerja Anda rapi dan ‘bebas kacau’ untuk memastikan pembersihan yang efektif dapat dilakukan

2) Pastikan semua peralatan/wadah digunakan untuk membersihkan lingkungan bersih sebelum digunakan

3) Deterjen netral cocok untuk membersihkan lingkungan secara rutin (agen antimikroba tidak rutin direkomendasikan)


(61)

18

4) Alkohol dan deterjen tisu tidak cocok untuk membersihkan permukaan besar dan tidak harus digunakan untuk mebersihkan lingkungan secara rutin

5) Chlorhexidine (misalnya Hibiscrub dan agen antiseptik tangan lain)

tidak boleh digunakan untuk membersihkan lingkungan

6) Segera bersihkan tumpahan darah atau bahan infeksius lainnya menggunakan cairan desinfektan

7) Hindari penggunaan karpet dan furniture dari bahan kain yang menyerap di daerah kerja, laboratorium dan daerah pemrosesan instrument

2.1.8. Penatalaksanaan Linen

Kain kotor /linen dalam pengaturan kesehatan dapat menimbulkan potensi sejumlah besar patogen mikroorganisme, oleh karena itu penting bahwa tindakan ini dilakukan (Clinical Governance, 2013).

Tangani linen yang sudah digunakan dengan hati-hati dengan menggunakan APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur. Resiko terpajan atau mengalami ISPA akibat membawa linen yang sudah digunakan relatif kecil. Namun demikian membawa linen yang sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-hati (Depkes RI, 2008).

WHO (2014) menjelaskan manajemen linen sebagai berikut:


(62)

19

sebaiknya tenaga kesehatan menggunakan APD , seperti sarung tangan karet dan apron.

2) Linen kotor harus ditempatkan pada tas anti bocor atau ember di lokasi penggunaan dan permukaan wadah harus didesinfeksi (menggunakan desinfektan yang efektif) sebelum dipindahkan dari ruang isolasi. Jika ada kotoran padat seperti feses atau muntahan, bersihkan dengan hati-hati dan siram ke dalam toilet sebelum linen ditempatkan di wadah. Jika linen diangkut dari ruangan pasien harus dimasukkan ke dalam wadah terpisah dan tidak boleh mengenai tubuh

3) Jika linen memiliki kotoran yang bisa menyebabkan penularan infeksi, sebaiknya linen dibakar atau diproses oleh autoklaf, terutama jika pembersihan aman dan desinfeksi tidak mungkin atau dapat diandalkan 4) Linen dimaksudkan untuk dicuci dan didekontaminasi, harus diangkut

langsung ke area cuci dalam wadah dan dicuci segera

5) Untuk pencucian suhu rendah, cuci kain dengan deterjen dan air, bilas dan kemudian rendam dalam larutan klorin 0,05% selama kurang lebih 15 menit. Linen kemudian harus dikeringkan sesuai dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan

6) Jika linen yang terkontaminasi harus dicuci menggunakan tangan, karena mesin cuci tidak ada atau daya tidak terjamin, letakkan linen kotor pada ember besar dan isi dengan air dan sabun. Rendam linen dalam ember dan pastikan sudah benar-benar tertutup dengan rapat. Gunakan tongkat untuk mengaduk, kemudian buang air dan isi ember


(63)

20

dengan klorin 0,05% dan rendam selama 15 menit. Keluarkan linen dan kemudian bilas dengan air bersih.

2.1.9. Manajemen Limbah

Depkes RI (2008) menyebutkan limbah yang berasal dari rumah sakit/sarana kesehatan dapat dibedakan menjadi:

1) Limbah rumah tangga, atau limbah non-medis, yaitu limbah yang tidak kontak dengan darah atau cairan tubuh sehingga disebut sebagai resiko rendah

2) Limbah medis, yaitu bagian dari sampah rumah sakit/sarana kesehatan yang berasal dari bahan yang mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien dan dikategorikan sebagai limbah beresiko tinggi dan bersifat menularkan penyakit. Limbah medis dapat berupa : limbah klinis, dan limbah laboratorium.

3) Limbah berbahaya, adalah limbah kimia ynag mempunyai sifat beracun. Limbah jenis ini meliputi produk pembersih, desinfektan, obat-obatan sitoksik dan senyawa radio aktif.

Upaya penanganan limbah di pelayanan kesehatan meliputi penanganan limbah cair dan limbah padat (sampah). Adapun teknik penanganan sampah meliputi pemisahan, penanganan, penampungan semestara, dan pembuangan.


(64)

21

1. Pemisahan

Pemilahan dilakukan dengan menyediakan wadah yang sesuai dengan jenis sampah medis. Wadah-wadah sampah tersebut biasanya menggunakan kantong plastik berwarna.

1) Hitam, sampah yang tidak mengandung bahan menular, benda tajam, dan produk medis, hanya untuk bahan non medis. Pembuangan akhir adalah ke TPA.

2) Orange/Biru Muda

1. Orange, terdiri dari item yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan darah dan/atau cairan tubuh.

2. Biru muda, untuk limbah untuk laboratorium /mikrobiologi. 3) Kuning, limbah yang sangat menular atau item dengan infeksi

tinggi atau yang terkontaminasi. Ini termasuk jaringan tubuh manusia, alat kesehatan, dan kotak sampah benda tajam.

4) Merah, limbah kimia (Infection Control Team, 2015; Wigglesworh, 2014)

2. Penanganan

Penanganan sampah dari masing-masing sumber dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Wadah tidak boleh penuh atau luber. Bila wadah sudah terisi

¾

bagian maka segera dibawa ke tempat pembuangan akhir

2) Wadah berupa kantong plastik dapat diikat rapat pada saat akan diangkut, dan dibuang berikut wadahnya


(65)

22

3) Pengumpulan sampah dari ruang perawatan atau pengobatan harus tetap pada wadahnya dan jangan dituangkan pada gerobak (kereta sampah) yang terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi disekitarnya dan mengurangi resiko kecelakaan terhadap petugas, pasien, dan pengunjung

4) Petugas yang menangani harus selalu menggunakan sarung tangan dan sepatu, serta harus mencuci tangan dengan sabun setiap selesai mengambil sampah.

3. Penampungan sementara

Pewadahan sementara sangat diperlukan sebelum sampah dibuang. Syarat yang harus dipenuhi wadah sementara yaitu :

1) Ditempatkan pada daerah ynag mudah dijangkau petugas, pasien dan pengunjung

2) Harus bertutup dan kedap air serta tidak mudah bocor agar terhindar dari jangkauan serangga, tikus, dan binatang lainnya 3) Hanya bersifat sementara dan tidak boleh lebih dari satu hari. 4. Pembuangan/Pemusnahan

Seluruh sampah yang dihasilkan pada akhirnya harus dilakukan pembuangan atau pemusnahan. System pemusnahan yang dianjurkan adalah dengan pembakaran. Pembakaran dengan suhu tinggi akan membunuh mikroorganismedan mengurangi sampai sampai 90%.


(66)

23

2.1.10.Perawatan Peralatan Pasien

Perawatan peralatan yang digunakan pada pasien/klien bisa terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, sekret, dan eksresi selama pemberian perawatan dan harus dikelola dengan tepat untuk membatasi resiko kontaminasi dengan mikroorganisme. Untuk keperluan pedoman ini, peralatan perawatan harus item yang non invasif dan dapat digunakan kembali misalnya stetoskop, infuse pumps, drip stands, dan termometer (Clinical Govermance, 2013).

Perawatan perlatan pasien diklasifikasikan sebagai berikut (Infection Control Team, 2015) :

1) Alat sekali pakai, yaitu peralatan yang digunakan sekali pada satu pasien dan jika sudah digunakan segera dibuang. Jangan gunakan kembali meskipun pasien yang sama

1.1. Needles dan syringes adalah alat sekali pakai. Tidak

diperbolehkan digunakan untuk lebih dari satu pasien atau digunakan kembali untuk memasukkan obat

1.2. Jangan pernah memberi obat dari satu botol intravena untuk beberapa pasien

2) Single patient use, yaitu peralatan yang dapat digunakan kembali pada

pasien yang sama

3) Reusable invasive equipment, yaitu peralatan sekali pakai yang


(67)

24

4) Reusable non-invasive equipment, yaitu peralatan yang bisa dipakai

lebih dari satu pasien namun harus selalu didesinfeksi sebelum digunakan kembali, misalnya commode, dan patient transfer trolley

Perawatan peralatan pasien menurut Kemenkes RI (2012) disebutkan, sebagai berikut:

1) Bersihkan dan sterilkan peralatan kritis sebelum digunakan 2) Bersihkan dan sterilkan peralatan semi kritis sebelum digunakan 3) Biarkan pembungkus alat mengering di sterilisator sebelum ditangani

untuk menghindari kontaminasi

4) Area pemrosesan intrumen meliputi area penerimaan, pembersihan dan desinfeksi, persiapan dan pembungkusan, sterilisasi dan penyimpanan 5) Gunakan alat pembersih otomatis (Ultrasonic cleaner atau

washer-desinfector)

6) Pakai sarung tangan rumah tangga untuk membersihkan instrumen dan prosedur desinfeksi

7) Pakai APD selama melakukan pembersihan peralatan

8) Gunakan system container atau pembungkus yang cocok dengan tipe proses sterilisasi yang digunakan

9) Sebelum instrumen kritis dan semi kritis disterilisasi, periksa kebersihan instrument, kemudian bungkus atau tempatkan insrumen dalam kontainer yang tepat untuk mempertahankan kesterilan selama


(68)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2008). Salah satu cara untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yaitu rumah sakit harus mampu meminimalkan resiko infeksi kepada tenaga kesehatan, pengunjung, dan pasien rumah di sakit (Kemenkes RI, 2014). Infeksi yang terjadi di rumah sakit dan sering menyerang tenaga kesehatan, pengunjung, ataupun pasien ini sering disebut dengan infeksi nosokomial.

WHO (2007) menyatakan infeksi nosokomial atau disebut juga dengan hospital-acquired infections adalah infeksi yang terjadi lebih dari 48 jam setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Geffers & Gasmeier (2011), menyebutkan bahwa infeksi nosokomial adalah komplikasi dari rawat inap yang menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Infeksi ini memperpanjang rawat inap, membutuhkan diagnosa dan pengobatan yang lebih baik, dan tambahan biaya.

Infeksi ini terus meningkat dari 1% di beberapa Negara Eropa dan Amerika, sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin, dan Afrika (Depkes RI, 2011). Survey yang dilakukan WHO terhadap 55 rumah sakit di


(69)

2

14 negara menunjukkan 8,7% dari rumah sakit tersebut terdapat pasien dengan infeksi nosokomial. Selain itu survey mengatakan bahwa 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi akibat perawatan di rumah sakit (WHO, 2002).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anshar (2013) di 11 rumah sakit di Jakarta pada tahun 2004 menunjukkan 9,8% pasien rawat inap menderita infeksi nosokomial. Penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2007 terdapat angka kejadian infeksi nosokomial di ruangan RB1 sebesar 2,6% dan infeksi nosokomial plebitis 4,48% di ruangan CVCU (Habni, 2009).

Standar indikator infeksi nosokomial pada pasien rawat inap adalah 1,5% (Depkes RI, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa angka infeksi nosokomial yang terjadi di rumah sakit masih di atas standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan pernyataan tersebut, diperlukan suatu aturan untuk meminimalkan resiko infeksi yang terjadi di rumah sakit yaitu dengan menerapkan PPI.

Wigglesworth (2014) menyebutkan bahwa PPI adalah langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi dasar yang diperlukan untuk mengurangi resiko penularan mikroorganisme dari yang diketahui atau tidak diketahui sumber infeksinya. Sumber-sumber (potensial) infeksi termasuk darah dan cairan tubuh, kotoran (tidak termasuk keringat), luka terbuka atau


(70)

3

PPI ini terdiri dari 10 (sepuluh) tindakan, yaitu kebersihan tangan (hand hygiene), penggunaan sarung tangan, pemakaian pelindung wajah (mata, hidung, dan mulut), apron dan gaun, pencegahan cedera dari jarum suntik dan benda tajam lainnya, hygiene respirasi (etika batuk), kebersihan lingkungan, penatalaksanaan linen, manajemen limbah, dan perawatan peralatan pasien (WHO, 2014).

PPI perlu diterapkan untuk meminimalkan resiko infeksi dan memastikan keselamatan pasien/klien, tenaga kesehatan, dan pengunjung yang mengunjungi rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya (Evans, 2012). Kemenkes RI (2012) juga menyatakan bahwa prinsip penting dari keberadaan institusi pelayanan kesehatan berkualitas adalah perlindungan bagi pasien, tenaga kesehatan, tenaga pendukung dan komunitas masyarakat di sekitarnya dari penularan infeksi sehingga penerapan PPI ini harus efektif dan efisien.

Tindakan ini adalah tanggungjawab semua staff yang bekerja di bidang kesehatan dan kepedulian sosial, dan merupakan bagian dari program patient safety. Ritchie & McIntyre (2015) menyebutkan bahwa beberapa alasan dari ketidakpatuhan staf kesehatan dalam melakukan PPI yaitu karena tekanan waktu, dan adanya kegagalan dalam mematuhi aturan pencegahan dan pengendalian infeksi yang paling dasar.

Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung (2007) didapatkan 22 perawat tertusuk jarum ketika melakukan tindakan perawatan, tahun 2008 ada 12 perawat, dan tahun 2009 ada 8 perawat (Safetysyringes, 2011). Observasi


(71)

4

penelitian di RSUD Kota Bandung tempat praktik, pengawasan dan penerapan APD pada perawat pelaksana maupun mahasiswa praktik keperawatan masih kurang baik, banyak perawat yang tidak menggunakan APD seperti masker dan sarung tangan dalam memberikan layanan kesehatan. Penelitian lain, yang dilakukan oleh Nurnjannah (2015) di RSUD Deli Serdang menyatakan bahwa dari 43 perawat hanya 4 orang saja yang melaksanakan cuci tangan dengan teratur.

Kinerja merupakan hasil karya nyata dari pekerjaan karyawan yang dapat diukur secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan standar pekerjaannya dalam suatu organisasi (Mangkunegara, 2009). Kinerja seseorang dalam suatu organisasi dapat dinilai melalui penilaian kinerja, untuk mengetahui apakah karyawan bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya (Mangkunegara).

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kinerja perawat dalam PPI di RSUP H. Adam Malik Medan. Alasan peneliti memilih RSUP H. Adam Malik Medan karena rumah sakit tersebut sudah menerapkan standar PPI ini, dan peneliti tertarik untuk melihat sudah sejauh mana penerapan standar ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan.


(72)

5

1.3. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi gambaran kinerja perawat dalam PPI seperti cuci tangan, memakai sarung tangan, penggunaan masker, pencegahan cedera dari jarum suntik dan benda tajam lainnya, dan manajemen limbah di RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pendidik keperawatan untuk mengajarkan teknik yang benar dalam PPI bagi mahasiswa keperawatan. Hal ini bertujuan untuk membiasakan diri mahasiswa untuk melakukan tindakan PPI sedari awal sebelum memasuki lingkungan rumah sakit.

1.4.2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Memberikan informasi bagi komite PPI dalam memperbaiki kinerja perawat dalam PPI untuk mengurangi resiko infeksi nosokomial di pelayanan kesehatan dan juga mengembangkan kualitas perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat.

1.4.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin membahas masalah yang berkaitan dengan penelitian ini dan dapat menjadi sumber referensi pada peneliti selanjutnya.


(73)

xi

Title of the Research Name of Student Student II) Number Faculty

Academic Year

: Nurses' Perfonnance in IPC (Infection Prevention and Control) at RSUP Haji Adam Malik, Medan

: Mustika Dcwi Pane : t21101075

: Nursi ng, University of Sum at era Utara : 201512016

ABSTRACT

IPC (Infection Prevention alld COlltrol) is an action which has to be obeyed by nurses to prevent from the spread of nosocomial infection/rom patients to nurses alld vice versa. fPC action includes hand hygiene, using gloves and maskers while working, being careful in using hypodermic needles and other sharp object!1', and understanding wasle management. The objective of the research was 10 identify nurse!; ' performance in JPc. The research used descriptive design. The samples were 43 nurses who did invasive action, using purposive sampling technilJue. The result of the research showed that 53.5% of the respondents had good performance and 46.5% of the respondents hod moderate performallce. Based on thil' resull, it wO!,'found thal there wa5lilfle difference in value so that it could be concluded that there were some items of performance which had bad value so that it should be improved 10 a better one.

Keywords: Nurse's Performance, IPC (Infection Prevention and Control), NosocomiallnfectiOl/


(74)

xii

Judul Penelitian : Kinerja Perawat dalam Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Mustika Dewi Pane

NIM : 121101075

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2015/2016

ABSTRAK

Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) adalah tindakan yang harus dipatuhi oleh perawat untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi nosokomial yang bisa menyebar dari pasien ke perawat ataupun sebaliknya. Tindakan PPI antara lain mencuci tangan, menggunakan sarung tangan dan masker ketika melakukan perawatan, berhati-hati ketika menggunakan jarum suntik dan benda tajam lainnya, dan juga mengerti dalam manajemen sampah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja perawat dalam PPI. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling dengan kriteria sampel yaitu perawat yang melakukan tindakan invasif dengan jumlah sampel sebanyak 43 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat dalam PPI dalam kategori baik sebanyak 53,5%, nilai ini tidak jauh berbeda dengan nilai kinerja dengan kategori cukup baik sebanyak 46,5%. Berdasarkan hasil ini terlihat perbedaan nilai yang sedikit sehingga dapat disimpulkan bahwa ada beberapa item kinerja yang memiliki nilai kurang yang perlu untuk ditingkatkan lebih baik lagi.

Kata kunci : Kinerja Perawat, Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI), Infeksi Nosokomial


(75)

i

Kinerja Perawat dalam Pengendalian dan Pencegahan Infeksi

(PPI) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

Mustika Dewi Pane 121101075


(76)

(77)

(78)

iv

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Kinerja Perawat dalam Pengendalian

dan Pencegahan Infeksi (PPI) di RSUP Haji Adam Malik Medan” sebagai salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang.

Tugas Akhir ini juga tidak terlepas dari bantuan semua pihak sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembantu dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp. KMB selaku pembantu dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat selaku pembantu dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Ibu Diah Arruum, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku dosen penguji. Terimakasih atas masukan yang telah diberikan untuk perbaikan Tugas Akhir ini.

7. Bapak Achmad Fathi, S.Kep., Ns., MNS selaku dosen penguji. Terimakasih atas masukan yang telah diberikan untuk perbaikan Tugas Akhir ini.

8. Seluruh Staf RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.


(79)

v

9. Seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan USU yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

10. Terimakasih juga kepada ayahanda Kaspari Pane dan ibunda Rosanna Nasution, yang sudah memberikan doa dan dukungan selama tahap penyusunan skripsi ini.

11.Terima kasih juga kepada sahabat peneliti yang banyak memberikan dukungan dan semangat serta berbagi suka dan duka dalam proses pengerjaan skripsi ini.

12.Teman-teman seperjuangan S1 stambuk 2012 Fakultas Keperawatan USU, yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan masukan, berbagi pengetahuan dan mendukung peneliti.

Akhir kata penulis hanya dapat mengharapkan mudah-mudahan penulisan Tugas Akhir yang jauh dari kesempurnaan ini, dapat bermanfaat bagi kita semua dan juga kita harapkan mendapatkan berkah dari Allah SWT.

Medan, Agustus 2016 Penulis

Mustika Dewi Pane 121101075


(80)

vi

Daftar Isi

halaman

Halaman judul ... i

Halaman orisinalitas ... ii

Halaman pengesahan... iii

Prakata ... iv

Daftar isi ... vi

Daftar lampiran ... viii

Daftar skema ... ix

Daftar tabel ... x

Abstrak ... xi

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Pertanyaan penelitian... 4

1.3. Tujuan penelitian ... 5

1.4. Manfaat penelitian ... 5

Bab 2. Tinjauan pustaka ... 6

2.1. Standar Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) ... 6

2.1.1. Kebersihan tangan/hand hygiene ... 6

2.1.2. Penggunaan sarung tangan ... 9

2.1.3. Pemakaian pelindung wajah (mata, hidung, dan mulut) ... 11

2.1.4. Apron dan gaun ... 13

2.1.5. Pencegahan cedera dari jarum suntik dan benda tajam Lainnya ……… 14

2.1.6. Hygiene respirasi/etika batuk ... 16


(81)

vii

2.1.9. Manajemen limbah ... 20

2.1.10. Perawatan peralatan pasien ... 23

Bab 3. Kerangka penelitian ... 25

3.1. Kerangka penelitian ... 25

3.2. Defenisi operasional ... 27

Bab 4. Metodologi penelitian ... 28

4.1. Desain penelitian ... 28

4.2. Populasi, sampel dan teknik sampling... 28

4.2.1. Populasi ... 28

4.2.2. Sampel ... 28

4.2.3. Teknik sampling ... 29

4.3. Lokasi dan waktu penelitian ... 29

4.4. Pertimbangan etik ... 30

4.5. Instrumen penelitian ... 31

4.6. Validitas dan Reliabilitas ... 32

4.7. Pengumpulan data ... 32

4.8. Analisa data ... 33

Bab 5. Hasil dan pembahasan ... 35

5.1. Hasil ... 35

5.2. Pembahasan ... 37

Bab 6. Kesimpulan dan saran ... 44

6.1. Kesimpulan ... 44

6.2. Saran ... 44


(82)

viii

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Jadwal Tentatif Penelitian Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Respoden (Inform Consent) Lampiran 4. Instrumen Penelitan

Lampiran 5. Master Data Demografi Perawat Lampiran 6. Hasil Analisa Data Demografi Perawat Lampiran 7. Master Data Tindakan Perawat dalam PPI Lampiran 8. Hasil Analisa Data Tindakan Perawat dalam PPI Lampiran 9. Hasil Analisa Data Kinerja Perawat dalam PPI Lampiran 10. Surat Etik Penelitian

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian Lampiran 12. Surat Balasan Penelitian Lampiran 13. Taksasi Dana

Lampiran 14. Riwayat Hidup


(83)

ix

Daftar Skema

Halaman Skema 3.1. Kerangka Penelitian Kinerja Perawat dalam Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) ... 29


(84)

x

Daftar Tabel

Halaman Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Perawat di RSUP

HAM Medan ... 38 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Perawat dalam PPI di

RSUP HAM Medan ... 39 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kinerja Perawat dalam PPI di


(1)

9. Seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan USU yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

10. Terimakasih juga kepada ayahanda Kaspari Pane dan ibunda Rosanna Nasution, yang sudah memberikan doa dan dukungan selama tahap penyusunan skripsi ini.

11. Terima kasih juga kepada sahabat peneliti yang banyak memberikan dukungan dan semangat serta berbagi suka dan duka dalam proses pengerjaan skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan S1 stambuk 2012 Fakultas Keperawatan USU, yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan masukan, berbagi pengetahuan dan mendukung peneliti.

Akhir kata penulis hanya dapat mengharapkan mudah-mudahan penulisan Tugas Akhir yang jauh dari kesempurnaan ini, dapat bermanfaat bagi kita semua dan juga kita harapkan mendapatkan berkah dari Allah SWT.

Medan, Agustus 2016 Penulis

Mustika Dewi Pane 121101075


(2)

vi

Daftar Isi

halaman

Halaman judul ... i

Halaman orisinalitas ... ii

Halaman pengesahan... iii

Prakata ... iv

Daftar isi ... vi

Daftar lampiran ... viii

Daftar skema ... ix

Daftar tabel ... x

Abstrak ... xi

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Pertanyaan penelitian... 4

1.3. Tujuan penelitian ... 5

1.4. Manfaat penelitian ... 5

Bab 2. Tinjauan pustaka ... 6

2.1. Standar Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) ... 6

2.1.1. Kebersihan tangan/hand hygiene ... 6

2.1.2. Penggunaan sarung tangan ... 9

2.1.3. Pemakaian pelindung wajah (mata, hidung, dan mulut) ... 11

2.1.4. Apron dan gaun ... 13

2.1.5. Pencegahan cedera dari jarum suntik dan benda tajam Lainnya ……… 14


(3)

2.1.9. Manajemen limbah ... 20

2.1.10. Perawatan peralatan pasien ... 23

Bab 3. Kerangka penelitian ... 25

3.1. Kerangka penelitian ... 25

3.2. Defenisi operasional ... 27

Bab 4. Metodologi penelitian ... 28

4.1. Desain penelitian ... 28

4.2. Populasi, sampel dan teknik sampling... 28

4.2.1. Populasi ... 28

4.2.2. Sampel ... 28

4.2.3. Teknik sampling ... 29

4.3. Lokasi dan waktu penelitian ... 29

4.4. Pertimbangan etik ... 30

4.5. Instrumen penelitian ... 31

4.6. Validitas dan Reliabilitas ... 32

4.7. Pengumpulan data ... 32

4.8. Analisa data ... 33

Bab 5. Hasil dan pembahasan ... 35

5.1. Hasil ... 35

5.2. Pembahasan ... 37

Bab 6. Kesimpulan dan saran ... 44

6.1. Kesimpulan ... 44

6.2. Saran ... 44


(4)

viii

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Jadwal Tentatif Penelitian Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Respoden (Inform Consent) Lampiran 4. Instrumen Penelitan

Lampiran 5. Master Data Demografi Perawat Lampiran 6. Hasil Analisa Data Demografi Perawat Lampiran 7. Master Data Tindakan Perawat dalam PPI Lampiran 8. Hasil Analisa Data Tindakan Perawat dalam PPI Lampiran 9. Hasil Analisa Data Kinerja Perawat dalam PPI Lampiran 10. Surat Etik Penelitian

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian Lampiran 12. Surat Balasan Penelitian Lampiran 13. Taksasi Dana

Lampiran 14. Riwayat Hidup


(5)

Daftar Skema

Halaman Skema 3.1. Kerangka Penelitian Kinerja Perawat dalam Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) ... 29


(6)

x

Daftar Tabel

Halaman Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Perawat di RSUP

HAM Medan ... 38 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Perawat dalam PPI di

RSUP HAM Medan ... 39 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kinerja Perawat dalam PPI di