Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Masyarakat di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh

masyarakat Indonesia. Berbagai program pembangunan yang diselengarakan oleh
pemerintah selama ini, pada hakikatnya upaya peningkatan kualitas hidup
masyarakat Indonesia. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi – tingginya. Dalam mencapai kualitas hidup
manusia, peranan berbagai pihak dan sektor sangatlah penting. Dalam bidang
kesehatan sebagaimana telah digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN),
upaya peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat jasmani, rohani,
dan sosial juga ditunjang oleh peran aktif masyarakat itu sendiri (SKN, 2004).
Kesehatan adalah hak asasi setiap manusia yang merupakan investasi
untuk

keberhasilan


pembangunan

bangsa.

Untuk

itu,

diselenggarakan

pembangunan kesehatan secara menyeluruh agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya secara adil dan merata dengan tetap memperhatikan
kearifan lokal masyarakat. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting
dalam tahapan hidup manusia. Dengan kondisi yang sehat, manusia dapat
melakukan aktivitas sehari-harinya dengan baik, tanpa terganggu oleh kesehatan
tubuh yang kurang optimal (Kemenkes RI, 2010)
Tindakan

manusia


dalam

mempertahankan

kesehatan

tersebut

mengakibatkan terjadinya pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada, baik

1
Universitas Sumatera Utara

2

pengobatan tradisional maupun pengobatan modern. Namun hubungan antara
sehat dengan permintaan pelayanan kesehatan tidaklah sesederhana itu.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor tidak hanya
jarak, tarif maupun pelayanan kesehatan yang memuaskan atau tidak, tapi juga

dipengaruhi oleh faktor akan konsep masyarakat itu sendiri tentang sehat dan sakit
(Notoatmodjo, 2010).
Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, sifatnya tidaklah
selalu objektif, bahkan lebih banyak unsur subjektifitas dalam menentukan
kondisi tubuh seseorang. Cara pandang masyarakat tentang sehat-sakit ini
sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial
budaya. Sebaliknya petugas kesehatan, berusaha sedapat mungkin menerapkan
kriteria medis yang objektif berdasarkan gejala (simpton) yang tampak guna
mendiagnosa kondisi fisik seorang individu. Perbedaan persepsi antara
masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang sering menimbulkan masalah
dalam melaksanakan program kesehatan. Kadang-kadang orang tidak pergi
berobat atau menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab dia tidak merasa
mengidap penyakit. Atau jika si individu merasa bahwa penyakitnya itu
disebabkan oleh makhluk halus, maka dia akan memilih untuk berobat kepada
“orang pandai” yang dianggap mampu mengusir makhluk halus tersebut dari
tubuhnya sehingga penyakitnya itu akan hilang (Sarwono, 2007).
Sejak dahulu manusia telah mengenal beberapa jenis penyakit, cara
pencegahan dan pengobatannya. Dengan menggunakan akal pikiran dan
berdasarkan pengalaman, mereka mencoba melakukan berbagai cara untuk


2

Universitas Sumatera Utara

3

menjaga kesehatan. Pengobatan yang dilakukan baik secara tradisional dengan
memanfaatkan tenaga pengobat tradisional (dukun, datu, maupun tabib) maupun
pengobatan serta penyembuhan jenis penyakit yang dilakukan secara modern
dengan memanfaatkan tenaga medis serta dengan mempergunakan peralatan
kedokteran yang serba modern. Kedua jenis cara ini saling berbeda dan tidak
dapat dipertemukan dan sampai saat ini kedua cara ini masih diperlukan oleh
masyarakat, baik masyarakat di perkotaan maupun yang berada di pedesaan. Hal
ini tergantung bagaimana pola pencarian pengobatan yang dipahami oleh individu
tersebut dan yang berkembang di lingkungan sekitar (Purnama, 2004).
Sebagai salah satu unsur kebudayaan daerah yang telah diwarisi turun
temurun oleh masyarakat pendukungnya, adalah pengetahuan yang berkenaan
dengan pengobatan tradisional. Bagaimana pun juga setiap kebudayaan manapun
di dunia ini, mempunyai unsur unsur yang berhubungan dengan konsep mengenai
kondisi sakit, serta sebabnya dan cara pengobatannya. Masih digunakannya cara

pengobatan tradisional dikalangan masyarakat pendukungnya, disebabkan
fungsinya mampu memenuhi persyaratan yang berhubungan dengan kesehatan
(Dewi, 2010).
Dampak yang sering terjadi atas perilaku pencarian pengobatan adalah
pemilihan obat yang dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan
sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu jika pengobatan yang dipilih
tidak tepat, serta kemungkinan timbulnya reaksi obat yang tidak diinginkan,
misalnya sensitivitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat yang salah
akibat informasi yang kurang lengkap, tidak efektif akibat salah diagnosis dan

3

Universitas Sumatera Utara

4

pemilihan obat, dan sulit berpikir dan bertindak objektif karena pemilihan obat
dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan
sosialnya (Holt,Gary A. and Edwin L.Hall, 2006).
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian

pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo
(2010),

perilaku pencarian pengobatan adalah

perilaku individu maupun

kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Pengobatan
tradisional erat kaitannya dengan budaya suatu suku bangsa yang mendiami suatu
wilayah geografis tertentu. Pengobatan tradisional ini, juga lazim digunakan
dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di kota – kota
besar. Perbedaaan mendasar antara pengobatan modern dan pengobatan
tradisional adalah, bahwa pengobatan modern lebih menganggap bahwa manusia
lebih bersifat materialistik (darah, tulang, daging, dan mengabaikan aspek spritual
manusia) dan menggunakan obat – obat dan alat – alat yang semakin canggih
untuk mendiagnosa pasiennya.
Pengobatan modern merupakan cara – cara pengobatan yang dilakukan
berdasarkan penelitian ilmiah dan berdasarkan pengetahuan dari berbagai aspek.
Biasanya pengobatan medis menggunakan beberapa terapan disiplin ilmu
pengetahuan dalam mengobati sebuah penyakit, cara pemeriksaan dan diagnosa

penyakit pun lebih akurat daripada pengobatan tradisional.Selain itu, obat yang
gunakan dalam pengobatan medis semuanya merupakan hasil uji klinis yang
mendalam dan memiliki fungsi yang dapat dibuktikan secara ilmiah.

4

Universitas Sumatera Utara

5

Pengobatan modern memiliki sebuah prosedur yang sesuai dan terus di
tingkatkan seiring dengan kemajuan teknologi (Sarwono, 2007).
Merupakan fakta bahwa sebagian anggota masyarakat dalam mencari
pemecahan masalah kesehatan atau kebiasaan mencari pengobatan (health seeking
behaviour ), yaitu sebagian besar masyarakat di Indonesia akan mencoba

mengobati sendiri terlebih dahulu kalau sakit dengan cara atau bahan tradisional
sehari – hari dipergunakan dilingkungan keluarga atau meminta pertolongan
kepada dukun atau tabib. Kalau belum berhasil baru mereka pergi ke tempat –
tempat pelayanan kesehatan (Agoes and Jacob, 2006).

Sementara di Indonesia, sumber pengobatan mencakup tiga sektor yang
saling berhubungan yaitu pengobatan sendiri, pengobatan medis profesional, dan
pengobatan tradisional. Didapati 62,65% penduduk Indonesia yang sakit
melakukan pengobatan sendiri dan sisanya ke pengobatan medis, pengobat
tradisional, dan tidak berobat. Pengobatan sendiri adalah upaya pengobatan sakit
menggunakan obat atau cara lain tanpa petunjuk dokter, pengobatan sendiri
merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesehatan bagi semua orang yang
memungkinkan masyarakat dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi
(Kemenkes RI, 2010).
Hasil Sensus Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2007 menunjukkan
penduduk Indonesia yang mengeluh sakit dalam kurun waktu satu bulan sebanyak
30,90%. Dari penduduk yang mengeluhsakit, 65,01% memilih pengobatan sendiri
menggunakan obat dan atau obat tradisional. Pada kenyataanya dalam masyarakat
terdapat beraneka ragam konsep sehat sakit yang tidak sejalan dan bahkan

5

Universitas Sumatera Utara

6


bertentangan dengan konsep sehat sakit yang diberikan oleh pihak provider atau
penyelenggara pelayanan kesehatan. Timbulnya perbedaan tentang konsep sehat
sakit ini disebabkan adamya persepsi sakit yang berbeda antara masyarakat dan
penyelenggara kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat tentang konsep
sehat – sakit adalah faktor budaya. Tiap budaya telah mengembangkan suatu
sistem yang mendukung hubungan timbal balik yang tidak luntur dalam
pandangan hidup yang berlaku. Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat
dalam suatu kebudayaan belum tentu sehat juga dalam kebudayaan lain (Foster,
2005).
Susanti (2011), menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat
beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit. Bahwa sakit adalah
keadaan individu mengalami gangguan serangkaian fisik yang menimbulkan rasa
tidak nyaman. Anak dinyatakan sakit jika menangis terus, badan berkeringat, tidak
mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering. Bagi orang dewasa dinyatakan
sakit kalau dia sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa jalan, tidak enak badan, panas
dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk – batuk, mual, diare. Masyarakat juga
memiliki pandangan yang sama bahwa anak sakit dilihat dari keadaan fisik tubuh
dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya panas, batuk, pilek,

muntah – muntah, mencret, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan
perut bengkak. Setelah keadaan separah ini baru mereka mencari pengobatan.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa, walaupun pengobatan modern
seperti tenaga medis dan dokter telah banyak tersebar baik di daerah perkotaan

6

Universitas Sumatera Utara

7

maupun pinggiran atau pedesaan, namun pengobatan secara tradisional masih
berfungsi dalam masyarakat baik masyarakat kota maupun masyarakat desa. Hal
ini tergantung bagaimana pola pencarian pengobatan yang di pahami oleh
individu tersebut dan yang berkembang di lingkungan sekitar termasuk di Desa
Baru Kecamatan Pancur Batu.
Penduduk di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu mempunyai beberapa
masalah kesehatan yang terjadi. Dari survei awal yang dilakukan,menurut data
Poskesdes di desa Baru penyakityang paling banyak diderita penduduk adalah
ISPA.Jumlah kejadian ISPA tahun 2015 sebanyak 145 orang. Penyakit lainnya

yang

diderita

reumatik.Desa

masyarakat

adalah

inimerupakan

hipertensi,

daerah

yang

diabetes,
sebagian

karies

gigi,dan

masyarakatnya

bermatapencaharian sebagai petani dan berkebun.Untuk menambah penghasilan
mereka,sebagian besar masyarakat desa Baru juga beternak hewan unggasseperti
ayam,bebek,entok dan angsa dan babi. Hal ini jugalah yang berpengaruh terhadap
derajat kesehatan masyarakat yang tinggal di desa ini dan tingginya angka
kesakitan ISPA. Berdasarkan hasilwawancara dengan beberapa penduduk,di desa
ini

ada

beberapa

pola

pengobatan

yang

berkembang,

diantaranya

pengobatansendiri terhadap penyakit yang diderita,menggunakan pengobatan
tradisional,menggunakan

pengobatan

medis

modern,dan

menggunakan

pengobatan medis modern dan tradisional.Pada umumnya pola pengobatan
yangdomain dilakukan oleh masyarakat desa Baru Kecamatan Pancur Batu adalah
dengan melakukan pengobatan sendiri karena pada umumnya masyarakat
mempunyai pengetahuan dan teknik khusus dalam meramu obat yang sesuai

7

Universitas Sumatera Utara

8

dengan penyakitnya dengan memanfaatkan bahan-bahan atau tanaman-tanaman
yang tersedia di lingkungannya. Prosespencarian pengobaan sebagian besar
dimulai dengan membeli obat di warung laludilanjutkan ke pengobatan tradisional
pada akhirnya apabila tidak sembuh pergi berobat ke pengobatan modern.
Berdasarkan survey awal yang penulis lakukan di desa Baru kecamatan
Pancur

Batu

masyarakat

membutuhkan

pelayanan

kesehatan.

Namun

kenyataannya masyarakat baru mau mencari pengobatan setelah benar – benar
tidak dapat berbuat apa-apa. Kebanyakan masyarakat pun bukan langsung
mencari pengobatan ke fasilitas – fasilitas kesehatan modern, tetapi justru pergi ke
fasilitas tradisional yang kadang – kadang menjadi pilihan masyarakat yang
pertama, karena telah menjadi kebiasaan masyarakat untuk menggunakan
pengobatan tradisional, bahkan ada yang hanya membeli obat – obat di warung
saja, dan ada juga masyarakat yang tidak bertindak apa – apa ketika dirasakannya
gejala sakit pada dirinya.
Hasil pengamatan sementara peneliti pada bulan April – Mei tahun 2016
diperoleh bahwa masyarakat desa Baru Kecamatan Pancur Batu ketika mengalami
sakit mereka menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia maupun yang tidak
tersedia di teritorial daerah tersebut, baik secara medis maupun non medis.
Fasilitas atau tempat pengobatan yang biasa digunakan oleh masyarakat di Desa
Baru Kecamatan Pancur Batu meliputi pengobatan modern seperti ke puskesmas
pembantu (pustu) atau pos kesehatan desa (Poskesdes) maupun tenaga paramedis
dan pengobatan tradisional dengan ramuan obat tradisional dan hal yang
berhubungan dengan spiritual/kebatinan seperti paranormal (dukun, datu, atau

8

Universitas Sumatera Utara

9

tabib) dan tokoh agama (paranormal dan tokoh agama disebut “orang pintar ”).
Hasil wawancara singkat dengan tokoh masyarakat setempat diketahui bahwa
masyarakat memang terbiasa menggunakan jasa “orang pintar ” di daerah tersebut
untuk menyembuhkan gangguan kesehatan yang dikeluhkan. Berdasarkan hal
tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana gambaran
perilaku masyarakat dalam pola pencarian pengobatan di desa Baru Kecamatan
Pancur Batu tahun 2016.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah mengenai “Bagaimana Gambaran Pola
Pencarian Pengobatan Masyarakat di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu
Tahun 2016”
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana gambaran pola pencarian pengobatan masyarakat di Desa Baru
Kecamatan Pancur Batu tahun 2016.
1.3.2

Tujuan Khusus
Adapunn tujuan khusu dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui karakteristik responden dalam pola pencarian pengobatan
masyarakat di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu tahun 2016.
2. Untuk mengetahui pola pencarian pengobatan masyarakat di Desa Baru
Kecamatan Pancur Batu tahun 2016.

9

Universitas Sumatera Utara

10

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola pencarian
pengobatan pada masyarakat di Baru Kecamatan Pancur Baru tahun 2016.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi
pihak – pihak yang membutuhkan baik dari kalangan akademis, masyarakat,
dan peneliti yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Memberikan masukan kepada petugas kesehatan agar dapat memperhatikan
faktor budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat, sehingga
program kesehatan di Desa Baru kecamatan Pancur Batu dapat berjalan
dengan baik.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan
kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Pancur Batu dalam penyusunan
rencana program promosi kesehatan masyarakat.
4. Bagi penelitilain, diharapkan dapat digunakan sebagai perbandingan atau
bahan referensi bagi penelitian dengan objek yang sama di masa mendatang.

10

Universitas Sumatera Utara