Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Ba
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning/PBL)
Posted on Desember 27, 2013 by dinikomalasari
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang
memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus
dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan
dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga
mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik
tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya,
dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah,
memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya
guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah
guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan
penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar
peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini
dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas
itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai
masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan pada
psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang
secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan
berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang
dihadapi.
Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan
teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik
pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka
kerjakan dalam proses pembelajaran.
Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah ini
menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam Democracy and Education
(1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin
masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan
pengentasan masalah kehidupan nyata. Pedagogis Dewey mendorong guru untuk melibatkan
peserta didik dalam berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki
berbagai masalah sosial dan intelektual penting.
B.Perumusan Masalah
1.Bagaimanakah pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah?
2.Bagaimanakah ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah?
3.Apa komponen-komponen yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah?
4.Bagaimanakah konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah?
5.Bagaimanakah langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah?
6.Bagaimanakah penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah?
7.Apa kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah?
C.Tujuan
1.Mengetahui pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.Mengidentifikasi ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah.
3.Mengetahui fitur-fitur yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah.
4.Mengetahui konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah.
5.Mengetahui langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah.
6.Mengetahui penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
7.Mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah.
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey
(dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan
respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan
masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak
berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat
diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk
menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan
masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan
peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif,
kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam
kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik.
peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan
masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau
menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik
lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru
sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima
pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada
peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta didik untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang
yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari
peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang
menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di
kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.
B.Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
1.Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran
artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan,
mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran
berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan
akhirnya menyimpulkannya.
2.Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran
berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya,
tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir
ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
C.Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends, diantaranya
adalah :
a.Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah
nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi
peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
bFokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar
menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c.Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik
diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan
membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,
membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d.Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa
kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
e.Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
D.Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses
penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu
memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model
pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
a.Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja,
tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b.Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan
intelektual siswa bertambah.
c.Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.
d.Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari di
dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
e.Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan
kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.
E.Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam
pembelajaran berbasis masalah ini :
a.Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan
dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah
tersebut.
b.Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
c.Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d.Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e.Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
f.Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan
kelompok :
a.Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung
konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta
pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.
b.Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c.Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi
kelas.
d.Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana
yang dilakukan.
e.Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
a.Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan.
Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
b.Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan
persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan
peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
c.Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah
yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
d.Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan.
Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan
serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
e.Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas
untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
f.Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi
sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.
F.Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap
TingkahLaku guru
Tahap-1
Orientasi peserta didik pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk
memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang
dipilih.
Tahap-2
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantupeserta
didikuntukmendefinisikandanmengorganisasitugasbelajar yang
berhubungandenganmasalahtersebut
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorongpeserta
didikuntukmengumpulkaninformasi yang sesuai,
melaksanakaneksperimenuntukmendapatkanpenjelasandanpemecahanmasalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantupeserta
didikdalammerencanakandanmenyiapkankarya yang sesuaisepertilaporan, video, dan model
sertamembantumerekauntukberbagitugasdengantemannya.
Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantupeserta
didikuntukmelakukanrefleksiatauevaluasiterhadappenyelidikanmerekadan proses-proses yang
merekagunakan.
G.Penilaian dan Evaluasi
Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dan
hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan valid.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan
mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan
performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan
untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja
kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan
mulai lagi proses penyelesaian baru.
H.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya :
1.Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2.Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan
untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3.Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4.Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7.Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8.Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9.Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus
belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus
dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh
manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan
ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari
berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1.Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
2.Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
3.Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
PENUTUP
A.Simpulan
• Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi
untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya.
• Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses
penyelesaian masalah
• Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang
aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam
kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini
DAFTAR PUSTAKA
Wirodikromo,S. 2006. Matematika JILID 1 untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga.
Suryaningrat, Widodo, dkk. 2009. Bank Soal Matematika untuk SMA kelas X, XI, dan XII.
Bandung: M2S Bandung.
Burg, Oudlaan. 2010. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. Spring. Vol. 4,
no. 2
Akmar, S. N., Sew, Lee. Integrating Problem-Based Learning (PBL) in Mathematics Method
Course. Spring. Vol. 4, no. 2
Sudarman. 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan
dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol. 2 no. 2.
PP. 68-73
Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan
Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. PP. 171-182.
Suci, N. M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi
Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 2 no. 1. PP. 74-86.
Based Learning/PBL)
Posted on Desember 27, 2013 by dinikomalasari
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang
memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus
dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan
dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga
mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik
tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya,
dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah,
memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya
guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah
guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan
penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar
peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini
dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas
itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai
masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan pada
psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang
secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan
berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang
dihadapi.
Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan
teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik
pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka
kerjakan dalam proses pembelajaran.
Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah ini
menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam Democracy and Education
(1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin
masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan
pengentasan masalah kehidupan nyata. Pedagogis Dewey mendorong guru untuk melibatkan
peserta didik dalam berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki
berbagai masalah sosial dan intelektual penting.
B.Perumusan Masalah
1.Bagaimanakah pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah?
2.Bagaimanakah ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah?
3.Apa komponen-komponen yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah?
4.Bagaimanakah konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah?
5.Bagaimanakah langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah?
6.Bagaimanakah penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah?
7.Apa kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah?
C.Tujuan
1.Mengetahui pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.Mengidentifikasi ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah.
3.Mengetahui fitur-fitur yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah.
4.Mengetahui konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah.
5.Mengetahui langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah.
6.Mengetahui penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
7.Mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah.
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey
(dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan
respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan
masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak
berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat
diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk
menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan
masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan
peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif,
kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam
kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik.
peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan
masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau
menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik
lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru
sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima
pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada
peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta didik untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang
yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari
peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang
menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di
kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.
B.Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
1.Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran
artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan,
mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran
berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan
akhirnya menyimpulkannya.
2.Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran
berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya,
tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir
ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
C.Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends, diantaranya
adalah :
a.Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah
nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi
peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
bFokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar
menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c.Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik
diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan
membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,
membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d.Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa
kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
e.Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
D.Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses
penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu
memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model
pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
a.Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja,
tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b.Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan
intelektual siswa bertambah.
c.Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.
d.Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari di
dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
e.Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan
kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.
E.Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam
pembelajaran berbasis masalah ini :
a.Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan
dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah
tersebut.
b.Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
c.Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d.Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e.Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
f.Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan
kelompok :
a.Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung
konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta
pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.
b.Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c.Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi
kelas.
d.Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana
yang dilakukan.
e.Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
a.Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan.
Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
b.Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan
persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan
peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
c.Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah
yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
d.Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan.
Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan
serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
e.Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas
untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
f.Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi
sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.
F.Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap
TingkahLaku guru
Tahap-1
Orientasi peserta didik pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk
memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang
dipilih.
Tahap-2
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantupeserta
didikuntukmendefinisikandanmengorganisasitugasbelajar yang
berhubungandenganmasalahtersebut
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorongpeserta
didikuntukmengumpulkaninformasi yang sesuai,
melaksanakaneksperimenuntukmendapatkanpenjelasandanpemecahanmasalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantupeserta
didikdalammerencanakandanmenyiapkankarya yang sesuaisepertilaporan, video, dan model
sertamembantumerekauntukberbagitugasdengantemannya.
Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantupeserta
didikuntukmelakukanrefleksiatauevaluasiterhadappenyelidikanmerekadan proses-proses yang
merekagunakan.
G.Penilaian dan Evaluasi
Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dan
hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan valid.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan
mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan
performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan
untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja
kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan
mulai lagi proses penyelesaian baru.
H.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya :
1.Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2.Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan
untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3.Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4.Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7.Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8.Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9.Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus
belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus
dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh
manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan
ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari
berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1.Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
2.Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
3.Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
PENUTUP
A.Simpulan
• Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi
untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya.
• Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses
penyelesaian masalah
• Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang
aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam
kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini
DAFTAR PUSTAKA
Wirodikromo,S. 2006. Matematika JILID 1 untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga.
Suryaningrat, Widodo, dkk. 2009. Bank Soal Matematika untuk SMA kelas X, XI, dan XII.
Bandung: M2S Bandung.
Burg, Oudlaan. 2010. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. Spring. Vol. 4,
no. 2
Akmar, S. N., Sew, Lee. Integrating Problem-Based Learning (PBL) in Mathematics Method
Course. Spring. Vol. 4, no. 2
Sudarman. 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan
dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol. 2 no. 2.
PP. 68-73
Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan
Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. PP. 171-182.
Suci, N. M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi
Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 2 no. 1. PP. 74-86.