EPISTEMOLOGI ISLAM BEBERAPA PRINSIP DASA

EPISTEMOLOGI ISLAM:
BEBERAPA PRINSIP DASAR
A. Pendahuluan
Salah satu keistimewaan Islam adalah sikapnya terhadap akal dan
menghargai dinamikanya dalam pencapaian ilmu pengetahuan. Manusia yang
diciptakan oleh Allah swt mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan
makhluk-makhluk lain. Manusia diciptakan begitu sempurna, yaitu dilengkapi
dengan daya berpikir, dan dengan daya itu pula manusia dapat meningkatkan
kualitas kehidupannya. Berpikir adalah aktivitas berdialog dengan diri sendiri
dan

dengan

manifestasinya,

yaitu

mempertimbangkan,

merenungkan,


menganalisis, menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menggolonggolongkan, membanding-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan
pikiran, mencari kualitas dan lain sebagainya.
Pikiran mempunyai potensi untuk berkembang,merenung, menganalisa
dan menyingkap misteri yang tersembunyi tanpa adanya ikatan yang
membelenggu, sesuai dengan apa yang diinginkan. Di samping ketinggian ajaran
Islam yang datang dari sisi Allah dan apa-apa yang datang dari sisi Allah selalu
benar. Maka sesungguhnya, penghargaan Islam terhadap akal, juga merupakan
salah satu aspek yang menjadikan Islam itu benar mempunyai ketinggian.
Oleh karena itu, pengetahuan adalah merupakan salah satu tujuan akal,
meskipun bukan tujuan paling mendasar. Akibat dari kerja akal, akhirnya
manusia tidak pernah berhenti untuk berpikir dalam menginterprestasikan suatu
objek, sehingga berdirilah arus-arus filsafat yang berbeda-beda juga.
Agar manusia tidak sesat menggunakan energi akalnya dalam
memperoleh pengetahuan, maka Allah swt menurunkan wahyu sebagai sumber
yang paling valid untuk dijadikan sebagai penjaga dan pengarah kebebasan akal.
Sehingga meskipun manusia berpikir luar biasa, namun dia akan tetap kembali
kepada pengakuan kekuasaan Tuhan.
Upaya untuk memperoleh pengetahuan disebut dengan epistemology.
Kata epistemologi berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu Episteme yang berarti
Knowledge atau pengetahuan dan logy yang berarti theory.1

Dengan demikian epistemologi berarti teori pengetahuan (theory of
knowledge). Secara etimologi, epistemologi dimaksudkan sebagai filsafat
23.

1

Hartono, Kamus Popular Filsafat Jakarta: Rajawali, 1986 hal.

1|PDPI

pengetahuan yang berusaha mencari, mempelajari, melacak dan menentukan
kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya serta
pertanggungjawabannya

atas

pernyataan

mengenai


pengetahuan

yang

dimilikinya.
Lantas, apa yang dimaksud dengan epistemologi Islam dan prinsipprinsip dasarnya, itulah yang menjadi tema sentral pembahasan makalah ini.
Dengan mengandalkan kapasitas keilmuan yang masih ‘dangkal’ dan didukung
literatur yang sangat terbatas, penulis akan mencoba membahasnya lebih lanjut.
Namun untuk menjelaskan obyek pembahasan lebih lanjut, maka
bahagian pendahuluan ini akan segera diikuti dengan pembicaraan tentang
defenisi Islam (kajian ontologis), sumber-sumber pengetahuan, cara mempelajari
Islam (kajian epistemologi), kriteria kebesaran dalam epistemologi Islam,
kemudian selanjutnya peran dan fungsi pengetahuan dalam Islam ( kajian
aksiologi ).
B. Pengertian Islam Ditinjau Dari Segi Ontologis
Kata ontologi berasal dari bahasaYunani, yaitu “on” yang artinya “being”
dan “logos” yang artinya “teori”. Jadi ontologi adalah teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan. Ontologi atau disebut juga metafisika umum adalah bagian
dari cabang filsafat yang mempermasalahkan tentang hakikat adanya dari segala
sesuatu wujud yang ada. Kalau kita perhatikan kata Islam, maka sesungguhnya

Islam itu berasal dari bahasa arab, yaitu dari akar kata aslaama-yusliimuislaaman yang berarti selamat, damai, sejahtera, patuh dan tunduk. 2 Muhammad
Arkoun dalam buku Rethinking Islam menyebutkan bahwa kata Islam
diterjemahkan dengan “penyerahan diri kepada Tuhan”.3
Harun Nasution berpendapat bahwa Islam merupakan agama yang
ajaran-ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui nabi Muhammad
Saw sebagai rasul islam pada hakikatnya membawa ajaran yang bersumber pada
Al quran dan hadits mengenai kehidupan manusia.4

2001. h.12

2

Suparman Usman, Hukum Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta:

3
Muhammad Arkoun, Rethinking Islam, Terj. Yudian W dan Latiful
Khuluq, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 1996. h.17
4
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jakarta:
UI Press, 1985 Cet-5 h.24


2|PDPI

Dari istilah Islam yang telah dipaparkan di atas, maka sesungguhnya
Islam itu adalah sikap religius seseorang yang ditunjukkan melalui ketundukan,
kepatuhan dan ketaatan dalam menjalankan perintah Allah Swt. Maka orang
yang tunduk dan taat pada aturan Allah Swt, pada akhirnya akan mencapai
keselamatan disisi Allah Swt, itulah definisi Islam yang sesungguhnya.5 Dalam
paham dan keyakinan ummat Islam Alquran mengandung sabda tuhan yaitu )

‫ )كلم الله‬yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad saw, seperti firman Allah
didalam ayat As Syura ayat 51-52 yang berbunyi:

      
      
     
     
    
      




 





     
   
51. Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkatakata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang
tabir[1347] atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan
kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
52. Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran)
dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab
(Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan
Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami
kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS.As Syuraa: 51-52)


5
Qs. Ali Imran: 19, “Sesungguhnya agama yang benar di sisi
Allah adalah Islam, tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al-kitab
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karana kedengkian di
antara mereka”. Lihat, Alquran dan terjemahannya, Departemen Agama RI,
1996, hal. 78

3|PDPI

Islam dibawa oleh Rasulullah Muhammad Saw sebagai agama yang
benar yang dimenangkan Allah Swt walaupun orang musyrik tidak menyukainya
, islam diturunkan untuk memperkenalkan mana yang benar dan mana yang
salah, mana yang Haq dan mana yang Bathil. Islam dalam hal ini telah ada sejak
manusia itu ada dan diutus seorang rasul hingga datangnya rasul akhir zaman
yaitu Nabi Muhammad Saw sehingga islam untuk seluruh ummat manusia dan
berlaku sepanjang zaman.6
Allah memerintahkan ummat manusia agar menganut agama islam untuk
mematuhi ajaran Allah dan rasul rasulnya. Nabi dan rasul itu dipilih dan di
angkat oleh Allah Swt tujuannya untuk mendapatkan kebahagiaan didunia dan di

akhirat seperti firman Allah di dalam surah Al Maidah ayat 3 yang berbunyi:







    









     
      

    
    




   
      
     
   
3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orangorang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah
6
Deden Makbuloh,Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011 Cet-1 h.23-24


4|PDPI

kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang
siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Al – Maidah:3)
Agama merupakan satu kata yang sangat mudah diucapkan dan mudah
juga menjelaskan maksudnya, akan tetapi sangat sulit memberikan batasan
(defenisi) yang tepat. Hal ini disebabkan untuk menjelaskan sesuatu secara
ilmiah mengharuskan adanya rumusan yang mampu mennyatukan semua unsur
yang didefenisikan dan mengeluarkan segala yang tidak termasuk unsurnya.
Tiga alasan lain yang diungkapkan oleh Mukti Ali tentang kesulitan untuk
memberi batasan (defenisi) agama, yaitu : Pertama, pengalaman agama adalah
soal bathin, subyektif dan sangat individualis sifatnya. Kedua, selalu ada emosi
dan perasaan yang mengikat setiap pembahasan tentang agama. Ketiga, konsepsi
tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan defenisi
tersebut.7 Quraish Shihab menyatakan bahwa, “Agama adalah ketetapanketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman
hidup manusia”.8
Sementara itu, Kata diin sendiri mengandung makna hubungan antara

dua pihak, di mana pihak pertama mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pihak
yang kedua. Jika arti kata diin seperti tersebut di atas, kemungkinan hubungan
yang terjadi ada tiga pola relasi. Pertama, hubungan manusia dengan Allah.
Kedua, hubungan manusia dengan manusia dan Ketiga, hubungan manusia
dengan alam sosial.9
Didalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa

     
     
 
7
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam ( Jakarta : Raja Grafindo
Peerkasa, 1998 ) hal. 8
8
Mahmud Quraish Shihab, Membumikan Alquran ( Bandung :
Mizan, 1992 ) hal. 209-210
9
Nur Ahmad Fadhil Lubis, Etika Bisnis ( Jakarta : Hijri Pustaka
Utama, 2001 ) hal. 2

5|PDPI

85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk
orang-orang yang rugi. (QS.Ali ‘Imran:85)
Agama Islam adalah agama yang benar, yang hanya memiliki satu tujuan
penghambaan kepada Allah, satu ketaatan hanya kepada Allah dan takut kepada
hukuman Allah sebagai pertanggung jawaban terhadap apa yang kita kerjakan
selama hidup di dunia ini.
C. Sumber-sumber pengetahuan
1. Wahyu
Sumber artinya tempat asal digalinya sesuatu. Jika disebut sumber
air, maksudnya adalah tempat asal air mengalir atau mata air. Maka
ungkapan yang menyebutkan sumber pengetahuan bermakna sebagai
sumber asal dari satu pengetahuan tersebut.10
Sumber harus dapat berdiri sendiri, baik dari sisi asal-usul dan
kemurnian nilai-nilai yang dikandungnya yang dapat diterjemahkan
menjadi petunjuk-petunjuk praktis untuk dipraktekkan.
Dalam epistemologi ilmu, disebutkan ada sumber pengetahuan
manusia:
a) Empirisme merupakan aliran dalam filsafat yang mengatakan bahwa
pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman, observasi atau
pengindraan.
b) Rasionalisme, menyebutkan bahwa sumber satu-satunya dari
pengetahuan manusia adalah rasionya ( pikiran manusia ).
c) Intuisionisme, merupakan metode yang tidak terikat pada penalaran
tetapi kepada intuisi manusia.
d) Wahyu Allah, adalah pengetahuan yang disampaikan Tuhan kepada
para Nabi-Nya yang terkandung di dalam kitab suci seperti : Taurat,
Injil, Zabur dan Alquran. 11
Wahyu dalam bentuk pertama merupakan pengetahuan yang
muncul secara tiba-tiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya.
Wahyu bentuk kedua bisa didefenisikan sebagai pengalaman dan
penglihatan didalam keadaan tidur atau didalam keadaan ru’ya. Sedangkan
10
Nur Ahmad Fadhil Lubis, Op.Cit., h.3
11
H. Burhanuddin Salam, Logika Materil, Jakarta : Rineka Cipta,
1997. Hal.12.

6|PDPI

wahyu bentuk ialah yang diberikan melalui utusan, atau malaikat yaitu
Jibril dan wahyu serupa ini disampaikan dalam bentuk kata-kata.12
Wahyu sebagai sumber asli seluruh pengetahuan memberi kekuatan
yang sangat besar terhadap bangunan pengetahuan bila mampu
mentransformasikan berbagai bentuk ajaran normatif menjadi teori-teori
yang bisa diandalkan. Disamping itu, wahyu memberikan bantuan
intelektual yang tidak terjangkau oleh kekuatan rasional dan empiris,
sehingga pengetahuan yang berdasarkan wahyu memiliki khazanah
intelektual yang lebih lengkap dari pada sains. Wahyu bisa dijadikan
rujukan pencarian pengetahuan kapan saja dibutuhkan, baik bersifat
inspiratif maupun terkadang ada juga yang bersifat eksplisit. Dengan
begitu, pengetahuan yang bersumber dari wahyu memilki sambungan
vertikal, yakni Allah sebagai pemilik ilmu di seluruh alam ini.13
Wahyu pada asalnya ialah sesuatu yang di beritahukan dalam
keadaan tersembunyi dan cepat, wahyu allah kepada nabi nabinya ialah
pengetahuan yang Allah tuangkan kedalam jiwa nabi agar mereka
sampaikan kepada manusia untuk menunjuki mereka dan memperbaiki
didunia serta membahagiakan mereka di akhirat, nabi sesudah menerima
wahyu mempunyai kepercayaan yang penuh bahwa yang di terimanya
adalah dari Allah Swt.
Menurut petunjuk Al-Quran sendiri, istilah wahyu sendiri
memiliki pengertian yang berbeda beda jika di kaitkan dengan pemahaman
bahasa manusia. Paling tidak ada enam surah yang sekaligus menjadi
enam pemahaman pengertian wahyu berdasarkan Alquran sendiri, yaitu:
a) Wahyu diartikan isyarat ( Maryam 19:11 ) wahyu dalam bentuk
isyarat ini di hujamkan kepada nabi Zakaria
b) Wahyu diartikan ilham ( Al Qashash 28:7 ) wahyu dalam bentuk
ilham ini dihujamkan kepada ibu Musa, artinya wahyu yang
diturunkan kepada manusia.
c) Wahyu diartikan ilham ( An Nahl 16:68 ) wahyu dalam bentuk ilham
ini di turunkan kepada lebah artinya wahyu berlaku untuk binatang.
12
Harun Nasution. Op.Cit.,h.25
13
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam, Jakarta:
Erlangga,2005. h. 105

7|PDPI

d) Wahyu diartikan perintah ( Al Maidah 5: 111 ) wahyu dalam bentuk
perintah dihujamkan kepada kaum hawariyyin ( pengikut Nabi Musa)
artinya wahyu yang diturunkan kepada manusia biasa.
e) Wahyu diartikan bisikan ( An Na`am) wahyu dalam bentuk bisikan
ini dating dari kelompok iblis.
f) Wahyu diartikan bisikan dalam sukma ( 26: 21 dan 42 ). 14
2. Al Quran
Quraish Shihab menerangkan pada kutipan buku Abdul Adzim Al
Zarqani, secara lughawi al Quran adalah akar dari kata qara’a yang berarti
membaca, sesuatu yang dibaca. Membaca yang dimaksud adalah hurufhuruf dan kata-kata antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan secara
istilah

al

Quran

didefinisikan

dalam

ragam

pandangan

yang

dilatarbelakangi oleh bidang ilmu masing-masing. Salah satunya al quran
yaitu wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammas saw, yang
ditulis dalam bentuk mushaf berdasarkan penulisan secara mutawatir.
Wahyu Allah yang sudah ditulis dan ditrunkan kepada Nabi Muhammad
saw adalah al Quran. Wahyu Allah yang tidak tertulis bukan Al Quran.
Demikian pula wahyu Allah yang turun kepada nabi-nabi lain bukanlah Al
Quran. Demikian juga, wahyu Allah yang turun kepada makhluk lainnya
tidak juga disebut dengan Al Quran.15
Al Quran dikatakan sebagai ilmu pengetahuan dikarenakan segala
interprestasi dalam segala bidang pengetahuan ada didalam Al Quran,
mulai dari ilmu yang ada pada kehidupan maupun diluar kehidupan
(akhirat). Segala macam hukum mempunyai sumber utama yaitu Al Quran,
segala bukti tentang terciptanya alam, manusia, dan segala perintah Allah
swt. Oleh sebab itu, tidak ada perselisihan pendapat diantara kaum
muslimin tentang Al quran itu sebagai argumentasi yang kuat serta hukumhukum yang wajib ditaati.
3. Sunnah

14
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011 Cet-1 h.159-161
15
Deden Makbuloh, Op.Cit. h.156

8|PDPI

Secara lughawi sunnah atau hadits adalah sesuatu yang baru
dikatakan baru setelah diangkatnya Muhammad menjadi Rasul, termasuk
baru, walaupun isi ajaran Rasulullah tidak semuanya baru. Sedangkan
secara istilah, hadits adalah perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi
Muhammad saw. yang sudah tertulis kita sebut saja al sunnah, tetapi
setelah al sunnah diriwayatkan oleh para sahabat dan generasi selanjutnya
secara bersambung, itulah hadits.
Seperti halnya Al Quran, sunna juga mengandung informasi
tentang beberapa hakikat yang berkaitan dengan masalah-masalah ghaib.
Sunnah juga memuat informasi tentang kejadian masa lalu, tentang awal
penciptaan, tentang rasul dan nabi. Sunnah juga mengandung peristiwa
yang berkaitan dengan masa lalu dan masa depan.
Sebagai sumber ilmu pengetahuan kedua, hadits atau sunnah telah
menjadi faktor pendukung utama kemajuan ilmu pendidikan. Banyak
hadits yang berbicara tentang ilmu terutama ilmu pengetahuan. Landasan
hadits sebagai sumber ilmu adalah firman Allah pada QS. An Najm ayat 34:

       
  

3. Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan
hawa nafsunya.
4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).

4. Akal
Selanjutnya pandangan islam mengenai akal manusia mendapat
kedudukan yang lebih tinggi, hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat AlQuran, pengetahuan lewat akal disebut pengetahuan aqli akal dengan
indera dalam indra yang berkaitan dengan pengetahuan satu dengan yang
lainnya. akal berbeda dengan otak, akal dalam pandangan islam bukan
otak, melainkan daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia.16
Meskipun islam sangat memperhatikan dan memuliakan akal, tetapi
tidak menyerahkan segala sesuatu kepada akal, bahkan islam membatasi ruang
lingkup akal sesuai dengan kemampuannya, karena akal terbatas jangkauannya,
16

Abuddin Nata, Metodologi Study Islam, h.106-110

9|PDPI

tidak akan mungkin bisa menggapai hakikat segala sesuatu. Maka Islam
memerintahkan akal agar tunduk dan melaksanakan perintah syar’i walaupun
belum sampai kepada hikmah dan sebab dari perintah itu. Kemaksiatan yang
pertama kali dilakukan oleh makhluk adalah ketika Iblis menolak perintah Allah
untuk sujud kepada Adam karena lebih mengutamakan akalnya yang belum bisa
menjangkau

hikmah

perintah

Allah

tersebut

dengan

membandingkan

penciptaannya dengan penciptaan Adam, Iblis berkata: ”Aku lebih baik dari
padanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan
dari tanah..” (QS.Shaad ; 76).
Karena inilah islam melarang akal menggeluti bidang-bidang yang diluar
jangkauannya seperti pembicaraan tentang Dzat Allah, hakekat ruh, dan yang
semacamnya, Rasulullah bersabda: ”Pikirkanlah nikmat-nikmat Allah, janganlah
memikirkan tentang Dzat Allah. Firman Allah didalam surah Al Isra’:

      
    
    
Allah berfirman, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah,”Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. al Isra’ : 85). 17
5. Panca Indra
Setelah memahami akal, sebagai alat aktif yang ada pada diri
manusia panca indra merupakan alat (lain) untuk

memperoleh

pengetahuan dan segala kenikmatan Allah di dunia serta segala
pengetahuan yang dapat diperoleh manusia lewat kelima indranya (panca
indra). Pengetahuan tersebut ialah pengetahuan indra (naqli) atau
pengetahuan empiris. Pengetahuan indra terwujud sentuhan indrawi
manusia

dengan

alam,

dari

sentuhan

itu

manusia

memperoleh

pengetahuan. Dalam pandangan Islam, tubuh memiliki karakteristik yang
fundamental bagi manusia. Tubuh adalah tempat beroperasinya panca
indera, sehingga dengan manusia dapat melihat, meraba, mencium,

17
wib.

http://bit.ly/1pFOOSd diakses pada: 08 September 2014 11.37

10 | P D P I

mendengar dan merasa. Oleh sebab itulah, manusia dapat melihat dan
membaca ayat-ayat dan tanda-tanda yang tertabur di alam semesta.
D. Cara Mempelajari Islam Ditinjau Dari Segi Epistemologi
Islam bukanlah agama yang memiliki satu dimensi. Bukan pula agama
yang semata-mata berdasarkan intuisi manusia dan hanya terbatas pada hubungan
antar manusia dengan Tuhan saja. Hingga untuk memahaminya tidak cukup jika
hanya dengan metode saja. Jika kita hanya melihat dari satu sudut pandang saja,
maka yang akan terlihat hanya satu dimensi saja dari gejalanya yang sangat
banyak memberikan makna. Buktinya adalah al Quran, al Quran merupakan
sebuah kitab yang memiliki banyak dimensi, contohnya satu dimensi mengandung
aspek-aspek linguistik dan sastra Al quran. Dimensi lain terdiri atas tema-tema
filosofis dan keimanan Al quran yang menjadi bahan pemikiran bagi para filosof
serta teolog saat ini. Dimensi lainnya yang belum dikenal di dalam Al quran
adalah dimensi manusiawinya, yang mengandung persoalan historis, sosiologi,
dan psikologis. Dimensi ini belum banyak dikenal karena ilmu tersebut ilmu
paling muda dengan ilmu-ilmu manusiayang ada.18
Metode yang digunakan dalam mempelajari Islam adalah :
a. Penggunaan akal pikiran ( rasio ) untuk menelaah dan mempelajari gejala
kehidupan manusia dan alam sekitarnya.
b. Mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pemberian suasana ( situasional ) sesuai dengan tempat dan waktu
tertentu.
d. Mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dalam kehidupan, seperti
pelaksanaan shalat.
e. Metode mendidik dengan cara bercerita.
f. Metode bimbingan dan penyuluhan.
g. Metode pemberian contoh dan teladan.
h. Metode Tanya jawab.
i. Metode pemberian perumpamaan ( imtsal ).
j. Metode targhib dan tarhib ( memberikan dorongan dan motivasi untuk
berbuat kebaikan ).
k. Dan lain-lain.
Metode mempelajari Islam yang disampaikan oleh para filosof Muslim,
sangat jauh berbeda dengan metodologi yang ditawarkan oleh filosof Barat.
18
Nur A. Fadhil Lubis, Introductory Reading Islamic Studies, IAIN
Press, Medan. h.75

11 | P D P I

Seperti yang disampaikan oleh Ziaduddin Sardar, sebagaimana dikutip oleh
Kartanegara, bahwa dalam mengkaji ilmu, filosof Barat hanya menggunakan satu
metode saja yaitu metode observasi. Sedangkan para filosof Muslim
menggunakan tiga macam metode sesuai dengan hierki objek-objek, yaitu : 1).
Metode observasi atau yang sering disebut dengan bayani. 2). Metode logis atau
burhani, 3). Metode intuitif atau irfani, yang masing-masing bersumber pada
indra, akal dan hati. 19
Sedangkan Abudin Nata berpendapat bahwa ada empat cara untuk
memahami islam dengan benar;
Pertama, Islam harus dipelajari dari sumber yang asli yaitu Al qur’an As
sunnah Rasulullah. Kekeliruan memehami islam, karena orang hanya mengenalnya
dari sebagian ulama atau melalui pengenalan-pengenalan dasar dari sumber kitab
fiqh dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan
zaman. Mempelajari islam dengan cara demikian akan menjadikan orang tersebut
sebagai pemeluk islam hidup penuh dengan bid’ah dan khurafat yaitu telah
tercampur dengan hal-hal yang tidak islami jauh dari ajaran islam yang murni.
Kedua, islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial,
artinya ia dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan benar.
Ketiga, islam perlu dipelajari dari perpustakaan yang ditulis khusus oleh
para ulama besar dan para sarjana-sarjana islam, karena pada umumnya mereka
mereka mempunyai pemahaman islam yang baik, yang lahir dari perpaduan ilmu
yang dalam terhadap Al quran dan Sunnah.
Keempat, Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang
ada dalam al qur’an, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis,
empiris, dan sosiologis yang ada didalam masyarakat. 20
E. Peran dan Fungsi pengetahuan dalam Islam Ditinjau Dari Segi Aksiologis
Aksiologi berasal dari perkataan Yunani “axios” yang artinya nilai dan
“logos” yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi
adalah suatu cabang filsafat yang pemikirannya tentang nilai-nilai termasuk
20

19

Mulyadi Kartanegara, Menembus batas waktu h.61
Abuddin Nata, Op.Cit., h.106-110

12 | P D P I

nilai-nilai tinggi dari Allah swt, misalnya nilai moral, nilai agama atau nilai
estetika ( keindahan ). Aksiologi mengandung pengertian yang lebih luas dari
etika.
Pengetahuan berasal dari bahasa arab yaitu ‘ilm. Dan pengetahuan itu
sendiri terdiri dari dua jenis yaitu: pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya
kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindera, untuk
mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek dan cara kegunaannya.
Pengetahuan ilmiah juga merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan
untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan objek yang ditelaah,
cara yang digunakan, dan kegunaan pengethuan tersebut. Pengetahuan ilmiah
memperhatikan objek ontologis, landasan epistemologis, dan landasan
epistemologi, dan landasan aksiologis dari pengetahuan itu sendiri.
Dalam konteks Islam, sains tidak menghasilkan kebenaran yang absolut
(nyata). Istilah yang paling tepat untuk mendefenisikan pengetahuan adalah
al’ilm, karena memiliki dua komponen. Pertama, bahwa sumber asli seluruh
pengetahuan adalah wahyu atau Al Qur’an yang mengandung kebenaran
absolut. Kedua, bahwa metode mempelajari pengetahuan yang sistematis dan
koheren sumanya sam-sama valid, semuanya menghasilkan bagian dari sutu
kebenaran dan realitas.21
Menurut Nur Cholis Madjid, ilmu merupakan hasil pelaksanaan perintah
Tuhan untuk memperhatikan dan memahami alam, sebagai manifestasi atau
penyingkapan tabir akan rahasia-Nya. Peran dan fungsi pengetahuan dalam Islam ini
dapat kita lihat dari 5 ayat pada surat Al-Alaq. Pada ayat tersebut terdapat kata
iqra’, selain dapat diartikan membaca juga berarti menelaah, mengobservasi,
membandingkan, mengukur, mendeskripsikan, menganalisa, dan penyimpulan
secara induktif.22
Secara rinci dapat digambarkan empat fungsi ilmu pengetahuan :

21
Ziauddin Sardar, Dimensi Ilmiah Al-‘Ilm, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2000. h. 25
22
Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarak, Metodologi Study Islam,
Bandung: PT.Rosda Karya, 2000. h.18

13 | P D P I

1. Fungsi Deskriptif yaitu menggambarkan, melukiskan dan memaparkan atau
masalah sehingga mudah dipelajari.
2. Fungsi pengembangan yaitu melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan
menemukan hasil penemuan yang baru.
3. Fungsi

fredeksi

yaitu

meramalkan

kejadian-kejadian

yang

besar

kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan
yang perlu usaha untuk menghadapinya.
4. Fungsi kontrol yaitu berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwayang tidak
dikehendaki.
Sedangkan sebagian lagi cenderung menjadikan pengetahuan sebagai alat
untuk meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara
keseluruhan. Menurut Ali-Attas, ilmu pengetahuan dikatakan bermanfaat apabila :
1. Mendekatkan pada kebenaran Allah, bukan menjauhkannya.
2. Dapat membantu umat dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.
3. Dapat memberi pedoman bagi sesama.
4. Dapat memberikan solusi.23
Demikianlah pentingnya ilmu, sehingga Islam memandang memandang
bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan berjuang di jalan Allah. Islam
menempuh cara demikian, karena dengan ilmu pengetahuan seseorang dapat
meningkatkan kualitas dirinya, ibadahnya, serta kualitas imannya.

F. Penutup
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan
berbagai bentuk kemudahan bagi manusia dalam kehidupan, tidak ada satu pun
23
Syed Muhammad Naqib Al Attas, Islam dan filsafat sains, terj.
Saiful Muzanmi, Penerbit Mizan, Bandung, 1995, h. 53-55

14 | P D P I

makhluk ciptaan Allah swt yang dapat mencapai kesempurnaan dan kematangan
hidup tanpa melalui sesuatu proses. Pendidikan adalah salah satu usaha yang dapat
dilakukan untuk membina dan mengembangkan pribadi muslim dari aspek rohaniah
dan jasmaniah. Sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial, maka manfaat atau kegunaan dari pendidikan Islam akan dapat
dirasakan oleh pribadi manusia itu sendiri dalam rangka untuk mendekatkan diri
kepada Allah swt dan kemaslahatan bagi sesama manusia dalam hubungan
kemasyarakatan
Alquran sebagai inspirasi dan wawasan serta pandangan hidup universal,
memberikan dorongan motivatif bagi manusia untuk selalu mengembangkan ilmu
pengetahuan dan sistem pendidikan melalui rasio ( akal pikiran ). Dengan ontologi,
epistemologi dan aksiologi yang ada dalam pendidikan Islam, diharapkan
pendidikan Islam dapat mengantisipasi kebutuhan dan tantangan untuk umat Islam
di masa mendatang karena tanpa pendidikan manusia dapat menjadi makhluk yang
senatiasa didorong oleh nafsu jahat, ingkar dan kafir kepada Tuhannya.

DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam Jakarta : Raja Grafindo Peerkasa, 1998
Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarak, Metodologi Study Islam, Bandung:
PT.Rosda Karya, 2000.

15 | P D P I

Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011 Cet-1
Burhanuddin Salam, Logika Materil, Jakarta : Rineka Cipta, 1997.
Hartono, Kamus Popular Filsafat Jakarta: Rajawali, 1986
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jakarta: UI Press, 1985
Cet-5
http://bit.ly/1pFOOSd diakses pada: 08 September 2014 11.37 wib.
Mahmud Quraish Shihab, Membumikan Alquran Bandung : Mizan, 1992
Muhammad Arkoun, Rethinking Islam, Terj. Yudian W dan Latiful Khuluq,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 1996.
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga,2005.
Mulyadi Kartanegara, Menembus batas waktu
Nur A. Fadhil Lubis, Introductory Reading Islamic Studies, IAIN Press, Medan.
Nur Ahmad Fadhil Lubis, Etika Bisnis Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2001
Suparman Usman, Hukum Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta: 2001.
Syed Muhammad Naqib Al Attas, Islam dan filsafat sains, terj. Saiful Muzanmi,
Penerbit Mizan, Bandung, 1995.
Ziauddin Sardar, Dimensi Ilmiah Al-‘Ilm, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

16 | P D P I