PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS

1

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATERI
PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN MELALUI
PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
PADA SDN 4 TENTENA KECAMATAN PAMONA UTARA
KABUPATEN POSO

RIDA DESRIYANTI NARENDO
NIM. 823410294

ABSTRAK
Keberadaan pelajaran matematika SD berfungsi untuk mengembangkan
logika berfikir siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Matematika sangat
penting bagi semua orang baik yang masih sekolah maupun sudah bekerja. Di kelas
VI SDN 4 Tentena tahun pelajaran 2015/2016 hanya sebagian kecil siswa yang
menyukai matematika dan akhirnya hasil belajarpun rendah. Berdasarkan identifikasi
dan analisa masalah maka alternatif pemecahan masalah untuk menigkatkan hasil
belajar siswa adalah menggunakan pendekatan konstrutivisme pada materi pecahan.
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran matematika khususnya teantang pecahan dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pendekatan konstruktivisme?
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara guru menerapkan
pendekatan konstuktivisme pada materi pecahan. Bentuk penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan
yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pembelajaran pendekatan
konstrutivisme di kelas VI SDN 4 Tentena dengan jumlah siswa sebanyak 11 orang
mengetahui peningkatan ketuntasan hasil setelah dua kali tindakan menjadi 100%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan penerapan pendekatan
konstruvisme dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada kelas VI SDN 4
Tentena tahun ajaran 2015/2016.
Kata Kunci: prestasi belajar, pecahan sederhana, pendekatan konstruktivisme.

2

PENDAHULUAN
Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi matematika khususnya pecahan
sederhana tidak terlepas dari peranan guru dalam proses belajar mengajar terutama
pendekatan pembelajaran yang dikembangkan. Dalam pembelajaran masih kurang
digunakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada belajar yang berpusat

pada siswa sehingga pendekatan pembelajaran yang merangsang siswa untuk
berpikir secara aktif, membangun gagasan dalam pikirannya menjadi konsep-konsep
ilmiah sangat ditentukan oleh guru. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada
umumnya adalah dengan menceramahkan konsep-konsep dalam bentuk yang sudah
jadi kepada siswa. Pembelajaran seperti ini ternyata gagal sebab ditemukan
pemahaman siswa yang belum komperehensip terhadap materi yang diajarkan. Siswa
lebih cenderung menghafal daripada memahami konsep mate-matika sehingga siswa
kurang cakap di dalam memformulasikan pemahamannya dalam menyelesaikan
masalah yang masih berkisar pada materi yang diberikan sebelumnya.
Sudah menjadi suatu kenyataan bahwa hingga kini mempelajari materi
pecahan sederhana merupakan hal rumit bagi siswa. Terlebih bagi siswa SD yang
belum memiliki pengalaman yang cukup tentang bagaimana belajar dan mempelajari
pecahan sederhana hal ini membuat siswa bertambah sulit memahami konsep
pecahan sederhan yang diharapkan oleh guru.
Sesuai dengan hasil studi awal yang dilakukan penulis menunjukan bahwa
masih banyak siswa yang belum mampu memahami konsep pecahan sederhana yang
di ajarkandi kelas VI SD. Ini terbukti pada hasil observasi penulis yang di lakukan di
kelas VI SDN 4 Tentena Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso, dari 11 siswa
yang diberikan soal-soal tentang pecahan sederhana hanya 40% dari siswa tersebut
yang menjawab soal dengan benar. Pada dasarnya siswa dalam menyelesaikan soal

pecahan sederhana cenderung terfokus pada cara penyelesaian soal yang pernah
dicontohkan oleh guru bila siswa diberikan soal yang modelnya lain dari contoh guru
maka sebagian besar tidak mampu menjawab dengan benar sehingga siswa tidak
memiliki kreatifitas dalam memformulasikan pemahamannya untuk menyelesaikan
soal pecahan sederhana.
Dalam masalah ini nampak bahwa praktek pembelajaran yang mekanistis atau
menghafal dan kurang atau malah tidak memberikan penekanan pemahaman
menunjukan kadar keaktifan siswa sangat rendah akibat yang ditimbulkan oleh

3

kondisi pembelajaran seperti itu adalah siswa hanya mengikuti dalam hal ini
mencontoh apa yang dilihat dan didengarnya pada saat pembelajaran berlangsung.
Belajar dalam kontruktivistik mengharapkan siswa sendiri yang
mengkonstruksi (membangun) pengetahuan dalam pikiran bukan penerima transfer
dari orang lain. Pengalaman sendiri dan refleksi terhadap pengalaman itu merupakan
kunci dalam belajar. Belajar bermakna adalah belajar yang diperoleh melalui
pengalaman lansung siswa dengan diri sendiri. Belajar pecahan sederhana dalam
pandangan konstruktivistik adalah melakukan kegiatan dari pengalaman kongkrit
berupa adanya masalah kemudian menyelesaikannya dengan caranya sendiri

sehingga seseorang dapat mengkontruksi pengetahuan di dalam pikirannya.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah penerapan pendekatan
konstruktivisme pada materi pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil
belajar tentang pecahan sederhana di kelas VI SDN 4 Tentena Kecamatan Pamona
Utara Kabupaten Poso. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara
guru menerapkan pendekatan konstruktivisme pada materi pembelajaran matematika
tentang pecahan sederhana di kelas VI SDN 4 Tentena Kecamatan Pamona Utara
Kabupaten Poso. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut : (1) Bagi siswa, melalui penelitian ini siswa diharapkan lebih
memahami konsep pecahan sederhana. (2) bagi Guru, meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan guru dalam hal menerapkan pendekatan yang tepat
untuk menanamkan konsep pecahan sederhana.(3) bagi sekolah, merupakan masukan
untuk meningkatkan proses belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran
matematika. (4) bagi penuliss, akan menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti
dalam pembelajaran matematika khususnya pecahan.
KAJIAN PUSTAKA
Pada dasarnya bilangan pecahan adalah bilangan yang dibutuhkan untuk
mengukur ukuran yang kurang dari satu. Bilangan pecahan adalah bilangan rasional
yang dinyatakan dalam bentuk x=


a
b

, dengan a adalah bilangan bulat dan b

adalah bilangan asli, bilamana a tidak habis dibagi b. Dalam kasus ini a dinamakan
pembilang dan b dinamakan penyebut ( Tampomas, 2004:24 )

4

Pengertian bilangan pecahan pada matematika SD dapat didasarkan atas
pembagian suatu benda atau himpunan atas beberapa bagian yang sama. Misalnya
seorang ibu yang baru pulang dari pasar membawa kue donat 4 biji sedangkan
anaknya ada 2 orang. Agar anak dapat bagian yang sama, maka tiga biji kue donat itu
harus dibagi dua. Dalam pembagian kue donat tersebut setiap anak mendapat 2 biji
bagian.
Kontruktivitasme merupakan suatu teori yang mengatakan bahwa setiap
pengetahuan atau kemampuan hanya dapat dikuasai dan dipahami secara sungguhsungguh oleh seorang apabila ia secara aktif dapat mengkonstruksi pengetahuan atau
kemampuan itu dalam pikirannya . jika pengetahuan itu tidak secara aktif
dikonstruksi sendiri oleh yang bersangkutan maka pengetahuan itu tidak akan

bertambah lama dalam struktur kognitifnya ini berarti seorang belajar tanpa proses
pemahaman.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemkakan oleh Nurhadi (2004 :33-34)
konstrukstivisme merupakan landasan berpikir pembelajaran kontekstual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbesar dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta konsep atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
member makna melalui pengalaman nyata.
Konstrutivisme merupakan proses

pembelajaran

yang

menerangkan

bagaimana pengetahuan disusun dalam pemikiran pelajar. Ilmu pengetahuan tidak
boleh dipindahkan kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna melalui
pengajaran guru. Guru seharusnya menerima murid sebagai individu yang

mempunyai cirri-ciri perlakuan berbeda dimana individu itu dianggap penting dalam
proses pembelajaran dan perlu diperhatikan sewajarnnya. Pengajaran dan
pembelajaran konstrutivisme member peluang kepada guru untuk memilih kaidah
yang sesuai dan menentukan sendiri waktu yang diperlukan untuk memperoleh suatu
konsep atau pembelajaran.
Prinsip konstruktivisme yang memberikan penekanan pada kooperatif,
pembelajaran yang berbasis kegiatan dan kegiatan penemuan menurunkan 4 prinsip
seperti yang dijabarkan oleh Nur (2000:5-6) yakni :
 Penekanan hakekat sosial pembelajaran peserta didik belajar melalui interksi
dengan orang dewasa, teman-temannya dan lingkungannya.

5



Peserta didik belajar konsep paling baik apabila berbeda dalam zona
perkembangan terdekat mereka, peserta didik akan bekerja dalam zona terdekat
mereka pada saat mereka terlibat dengan tugas-tugas yang tidak dapat mereka
selesaikan sendiri tetapi dapat menyelesaikan apabila dibantu oleh orang lain




(teman-temannya atau gurunya).
Pemagangan konitif yang memberikan penekanan paduan hakikat sosial
maupun zona perkembangan terdekat. Peserta didik yang belajar melalui tahap
demi tahap menguasai apa yang dipelajarinya akibat interaksinya guru atau



teman sebayanya yang telah menguasai permasalahannya.
Scaffolding atau mediated learning atau dukungan tahap demi tahap untuk
belajar dan pemecahan masalah. Penafsiran terhadap faham konstruktivis
bahwa dalam pembelajaran peserta didik seharusnya diberi permasalahan yang
menantang kompleks dan realistis selanjutnya diberikan bantuan secukupnya
untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Pelaksanaan penelitian dan perbaikan pembelajaran di SDN 4 Tentena

Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso. Waktu penelitian dilaksanakan pada
tanggal 14 September dan tanggal 21 Oktober 2015 mata pelajaran matematika di
kelas VI dengan jumlah siswa 11 orang yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 8 orang

perempuan.
PELAKSANAAN PERBAIKAN
Deskripsi Pelaksanaan Perbaikan
Prosedur pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini dilakukan
melalui dua siklus dan kedua siklus tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang
saling berkaitan, artinya pelaksanaan siklus kedua merupakan kelanjutan dan
perbaikan dari pelaksanaan siklus pertama. Masing-masing siklus terdiri dari empat
kegiatan pokok yaitu :
1. Perencanaan
Untuk merencanakan penelitian perbaikan terlebih dahulu dilakukan
indifikasi masalah seperti yang penulis jabarkan dalam perencanaan
perbaikan. Untuk melaksanakan penelitian dalam proses pembelajaran setiap
siklus perlu melakukan berbagai Persiapan dengan kegiatan yaitu penyusunan
scenario pembelajaran berisikan langkah-langkah dalam proses pembelajaran

6

yang sesuai dengan penelitian perbaikan, meminta izin kepada kepala sekolah
dan mengadakan pertemuan dengan guru lain untuk mendiskusikan langkahlangkah pemecahan masalah yang dihadapi dan mempersiapkan kelas sarana
dan fasilitas untuk mempraktekan skenario pembelajaran.

2. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan penelitian perbaikan, observasi dan refleksi dilakukan
secara simultan yang dibantu oleh teman sejawat. Pelaksanaan penelitian
siklus pertama meniti beratkan pada penerapan pendekatan konstruktivisme
pada materi pecahan.
Pelaksanaan penelitian pada siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi
hasil observasi pada penelitian siklus pertama. Pelaksanaan penelitian setiap
siklus sesuai dengan tahapan-tahapan skenario pembelajaran yang penulis
susun.
3. Observasi Observasi yang penulis lakukan adalah observasi langsung tentang
penerapan pendekatan konstrutivisme pada materi pecahan di kelas VI SD.
Dari observasi tersebut ternyata menerapkan pendekatan konstruktivisme
pada materi pecahan di kelas VI SD harus memperhatikan beberapa hal yaitu
memberikan kepada siswa kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan dengan caranya sendiri dengan kemampuan yang dimiliki dalam
pikirannya sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk mengkonstruksi
pemahamannya baik dalam diskusi kecil maupun berbagai bentuk interaksi.
4. Refleksi Hasil observasi selama kegiatan pembelajaran didiskusikan bersama
teman sejawat kemudian dilakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilaksanakan

Hasil analisis dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali
tindakan perbaikan dalam siklus selanjutnya apabila siklus sebelumnya
belum berhasil menjawab masalah yang menjadi fokus penelitian yang
mana langkah-langkahnya sama seperti siklus sebelumnya. Siklus
penelitian perbaikan pembelajaran akan pemahaman siswa meningkat
terhadap materi pembelajaran.
Deskripsi Persiklus
Siklus I
Perencanaan
Perencanaan dilakukan

pada

tanggal

14

September

2015.

Untuk

melaksanakan penelitian dalam proses pembelajaran langkah-langkah yang

7

dilakukan pada tahap perencanaan siklus I adalah perlu melakukan berbagai
persiapan dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Penyusunan skenario pembelajaran berisikan langkah-langkah dalam
proses pembelajaran yang sesuai dengan penelitian perbaikan.
b. Meminta izin kepada kepala sekolah dan mengadakan pertemuan dengan
guru lain, untuk mendiskusikan langkah-langkah pemecahan masalah
yang dihadapi.
c. Mempersiapkan kelas sarana dan fasilitas untuk mempraktekan skenario
pembelajaran.
d. Menganalisa kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama proses
pembelajaran dilaksanakan
Pelaksanaan
Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan dari apa yang sudah direncanakan.
Pelaksanaan tindakan dilakukan dikelas pada tanggal 14 September 2015.
i.

ii.

Scenario pembelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut :
Kegiatan awal :
1. Apresepsi
2. Membangkitkan motifasi siswa melalui tanya jawab
3. Memberi komentar terhadap jawaban siswa serta mengarahkan siswa
pada materi yang akan dibahas.
4. Menyiapkan tujuan pembelajaran
Kegiatan inti :
1. Menjelakan materi matematika mengenai pecahan dengan menggunakan
gambar-gambar dan poster
2. Siswa diminta mengamati setiap gambar-gambar dan poster yang
diperlihatkan kepada mereka.
3. Siswa memberi komentar lisan dan tertulis tentang hasil pengamatan
mereka.

Kegiatan akhir
1. Siswa merangkum materi pelajaran
2. Evaluasi / menjawab soal-soal
Observasi

8

Pada tahap ini teman sejawat mengamati secara seksama seluruh kegiatan dan
suasana selama proses berlangsung. Lembar observasi yang telah
dipersiapkan oleh peneliti menjadi pedoman dalam melakukan pengamatan.
Refleksi
Setelah kegiatan perbaikan siklus pertama dilaksanakan, peneliti melakukan
kegiatan refleksi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dialami
oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Apakah peserta didik
merasakan kemudahan dalam belajar dan memperoleh manfaat dari materi
yang dipelajari? Refleksi juga mengevaluasi kinerja guru selama pelaksanaan
perbaikan dan menilai kelebihan dan kekurangan metode yang digunakan
oleh guru.
a) Siklus Kedua
Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus pertama, ternyata hasil yang
ingin dicapai belum tercapai secara maksimal. Masih terdapat banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki sehingga apa yang menjadi tujuan
perbaikan dapat tercapai secara maksimal. Untuk itu perlu dilakukan
perbaikan pembelajaran siklus kedua.
Perencanaan
Langkah – langkah pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus kedua adalah
sebagai berikut :
a. Membuat Rencana Pembelajaran
b. Menyiapkan kembali fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan seperti
gambar, poster, dan sarana lainnya.
c. Mendiskusikan langkah perbaikan pembelajaran siklus kedua bersama
dengan teman sejawat dengan bimbingan supervisor.
d. Menyiapkan format observasi bersama-sama dengan teman sejawat
merumuskan perilaku siswa dan guru yang diamati.
Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran siklus kedua dilaksanakan pada hari Rabu 21
Oktober 2015. Pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk melihat sejauh mana
pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan motifasi belajar siswa kelas VI

9

pada pokok bahasan pecahan sederhana. Belajar dari kekurangan yang dialami pada
siklus I maka penerapan konstrutivisme dalam proses perbaikan pembelajaran pada
siklus kedua lebih ditingkatkan.
Observasi
Kegiatan pada siklus kedua menggunakan format yang sama dengan format
yang sama dengan format pengamatan pada siklus pertama yang bertindak sebagai
obsever adalah Imanuel Kayupa, A.Ma.Pd. guru kelas VI sebagai teman sejawat yang
turut membantu melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa dan guru yang di
inginkan. Adapun hasil pengamatan menjadi bahan refleksi bagi peneliti.
Refleksi
Setelah mengakhiri pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus kedua peneliti
membahas hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer. Hasil pengamatan ini di
jadikan bahan untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus kedua. Hasil pengamatan ini juga dijadikan bahan refleksi oleh
peneliti.
Setelah melakukan refleksi ditemukan beberapa hal yang positif yang
menunjukan perkembangan yang signifikan terhadap presentasi pencapaian tujuan
perbaikan pembelajaran. Presepsi siswa terhadap pokok bahasan yang dipelajari
menunjukan ke arah yang positif.
Penggunaan pendekatan konstruktivisme pada materi pecahan sederhana
sebagai pendekatan untuk menyelesaikan salah satu masalah pembelajaran yang
terjadi di kelas VI SDN 4 Tentena telah mencapai hasil yang maksimal atau berhasil
sehingga tidak perlu dilakukan perbaikan pembelajaran siklus ketiga. Hal ini tidak
terlepas dari kelebihan-kelebihan dari penggunaan media pembelajaran sebagai alat
bantu yang efektif bagi untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada peserta
didik sehingga pesan itu dapat diterima dengan baik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian

10

Penelitian ini diawali dengan observasi awal terhadap subjek penelitian
sebagai data awal yang menjadi dasar dipilihnya masalah dalam penelitian ini.
Dari observasi awal melakukan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
terhadap 11 orang siswa diperoleh hasil sebagai berikut : yang memiliki penguasaan
rendah terhadap penyelesaian pecahan sederhana 6 orang : (40%). Dari hasil ini
diperoleh gambaran tentang penguasaan kelas VI terhadap penyelesaian pecahan
diupayakan meningkat untuk itu dipersiapkan sesuatu yang digunakan dalam
pelaksanaan siklus I, yaitu rencana pembelajaran matematika serta media dan lembar
observasi.
1. Hasil Tindakan Siklus I
Proses tindakan siklus I diadakan dalam satu kali pertemuan dengan materi
pecahan. Kegiatan siswa mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep
pecahan. Dari kegiatan ini diperoleh sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :
a. Lembar Pengamatan Terhadap Siswa
Materi Pelajaran
: Matematika
Sekolah
: SDN 4 Tentena
Kelas
: VI (Enam)
Hari / Tanggal
:14 September 2015
Perilaku yang diamati
No

Nama Siswa

Antusias
mengikuti
pelajaran

Aktif merespon
pertanyaan guru
secara lisan

1

Andika

Ya

Ya

2

Angel

Tidak

3

Delia

4

Dapat
menuangkan
ide secara
tertulis dengan
benar

Memperoleh
nilai evaluasi
≤5

≥6

Ya



Tidak

Tidak



Tidak

Tidak

Tidak



Delce

Ya

Ya

Ya



5

Exsia

Ya

Ya

Ya



6

Frian

Tidak

Tidak

Tidak



11

7

Janet

Ya

Ya

8

Jian

Tidak

9

Mawar

10
11

b.

Ya



Tidak

Tidak



Tidak

Tidak

Tidak



Nersi

Tidak

Tidak

Tidak



Reyhan

Ya

Ya

Ya



Lembar pengamatan terhadap kinerja guru dalam kegiatan perbaikan
pembelajaran.
Mata pelajaran
Kelas
Hari / Tanggal
Siklus

No

: Matematika
: VI
: 14 September 2015
: Pertama

Perilaku Guru yang di amati

Kemunculan
Ada

1

Guru memberi informasi kepada

2

siswa
Guru menyampaikan tujuan yang

3

ingin di capai
Guru menjelaskan materi
menggunakan buku sumber

4

Guru menjelaskan menggunakan
contoh-contoh

5

Guru menjelaskan menggunakan alat

6

peraga
Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa

7

Guru memberikan pujian

8

Guru memberikan tugas

9

Guru menyimpulkan pelajaran

Hasil Tindakan Siklus II

Komentar

Tidak
Tidak tampak motifasi
dilakukan oleh guru
Tujuan yang disampaikan
cukup jelas
Penggunaan buku sumber
masih terbatas pada satu
jenis buku
Contoh-contoh yang
diberikan belum cukup
jelas
Penggunaan alat peraga
belum maksimal
Pertanyaan harus
menggunakan bahasa
yang mudah dipahami
siswa
Guru tidak memberikan
pujian pada siswa
Tidak membimbing siswa
mengerjakan tugas
Sudah baik

12

Pada proses tindakan siklus II dilakukan kegiatan pembelajaran dalam satu
kali pertemuan siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep
pecahan sederhana melalui pengumpulan dan pengorganisasian dan siswa diberi
kesempatan untuk memikirkan penyelesaian dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasi siswa ditambah pengetahuan guru. Dari kegiatan ini diperoleh hasil
sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :
a. Lembar pengamatan terhadap siswa
Materi Pelajaran
: Matematika
Sekolah
: SDN 4 Tentena
Kelas
: VI (Enam)
Hari / Tanggal
: 14 September 2015
Perilaku yang diamati
No
Antusias
Nama Siswa

mengikuti
pelajaran

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Adrian
Diki
Fridolin
Sem
Moses
Gilang
Delvi
Febriel
Caren
Adrivia

Aktif merespon
pertanyaan guru
secara lisan

Dapat

Memperoleh

menuangkan ide

nilai

secara tertulis

evaluasi

dengan benar

≤5

≥6

Ya

Ya

Ya



Ya

Ya

Tidak



Ya

Ya

Ya



Ya

Ya

Ya



Ya

Ya

Ya



Ya

Ya

Tidak



Ya

Ya

Ya



Ya

Tidak

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak





13

11

Sovia

Ya

Ya

Ya



b. Lembar pengamatan terhadap kinerja guru dalam kegiatan perbaikan
pembelajaran.
Mata pelajaran
Kelas
Hari / Tanggal
Siklus
No

: Matematika
: VI (Enam)
: 14 September 2015
: Kedua

Perilaku Guru yang di amati

Kemunculan
Ada

1

Guru memberi informasi

2

kepada siswa
Guru menyampaikan tujuan

3

yang ingin di capai
Guru menjelaskan materi

4

menggunakan buku sumber
Guru menjelaskan

5

menggunakan contoh-contoh
Guru menjelaskan

6

menggunakan alat peraga
Guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa

7

Guru memberikan pujian

8

Guru memberikan tugas

9

Guru menyimpulkan pelajaran

Komentar

Tidak
motifasi yang diberikan
cukup efektif
Tujuan yang disampaikan
cukup jelas
Penggunaan buku sudah
bervariatif
Contoh-contoh yang
diberikan cukup jelas
Penggunaan alat peraga
sudah maksimal
Pertanyaan harus
menggunakan bahasa yang
mudah dipahami siswa
Guru memberikan pujian
pada siswa
Guru membimbing siswa
mengerjakan tugas
Sudah baik

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai
ketuntasan sudah 95%. Dalam hal ini menunjukan bahwa upaya guru meningkatkan
kemampuan siswa dalam menanamkan konsep pecahan telah berhasil.
Pembahasan
Konstruktivisme merupakan suatu teori atau paham yang menyatakan bahwa
setiap pengetahuan dan kemampuan hanya bisa dikuasai oleh seorang apabila orang
itu secara akti mengkonstruksi pemahamannya.

14

Penerapan pendekatan konstruktivisme pada proses pembelajaran melalui 4
tahap yaitu:
1. Tahap persepsi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya
konsep pecahan sederhana yang akan dibahas.
2. Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan
mengemukakan

konsep

pecahan

sederhana

melalui

pengumpulan,

pengorganisasian dan menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang
dirancang guru secara keseluruhan pada tahap ini akan dipenuhi rasa
keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungan.
3. Tahap diskusi dan penjelasan konsep pecahan sederhana siswa memikirkan
penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa ditambah
dengan penguatan guru. Selanjutnya siswa membangun pemahaman baru
tentang konsep pecahan sederhana yang sedang dipelajari.
4. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep pecahan
menciptakan

iklim

pembelajaran

yang

guru berusaha

memungkinkan

siswa

dapat

mengaplikasikan pemahaman konseptualnya baik melalui kegiatan maupun
melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam
lingkungan siswa tersebut.
Pembahasan dari setiap siklus
a. Siklus Pertama
Hasil pengamatan dapat kita jadikan alasan untuk menentukan presentase
keberhasilan yang dicapai pada saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Presentase keberhasilan/kegagalan siswa pada pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus pertama dapat diamati dalam tabel berikut ini :
No
1
2
3
4

Keadaan Perilaku Siswa
Antusias mengikuti pelajaran
Aktif merespon pertanyaan guru
Dapat menuangkan ide secara
tertulis dengan benar
Memperoleh nilai hasil evaluasi
≤5
≥6

Jumlah Siswa
5
4
4

Presentase %
50%
70%
40%

4
6
5

40%
60%
40%

15

Jumlah siswa yang antusias menyimak penjelasan guru sebanyak 6 orang atau
50% siswa yang aktif merespon pertanyaan guru 4 orang atau 40%. Siswa yang
memperoleh nilai kurang atau sama dengan lima adalah 6 orang atau 60%, dan siswa
yang memperoleh nilai lebih atau sama dengan enam adalah 5 orang atau 40%.
Dari data yang diperoleh dengan melihat tabel di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa perbaikan pembelajaran siklus pertama belum berhasil dan perlu dilakukan
perbaikan pembelajaran siklus kedua.
b.

Siklus kedua
Kegiatan perbaikan
mempertimbangkan

pembelajaran
presentase

siklus

keberhasilan

kedua
siklus

dilaksanakan

karena

sebelumnya

belum

memenuhi standar keberhasilan belajar. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 21
oktober 2015. Langkah-langkah tindakan pembelajaran yang dilakukan lebih
diperbaiki untuk menutup kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus
pertama.
Berikut disajikan presentase keberhasilan perbaikan pembelajaran siklus II
dalam bentuk tabel :

No
1
2
3
4

Keadaan Perilaku Siswa
Jumlah Siswa
Presentase %
Antusias mengikuti pelajaran
11
100%
Aktif merespon pertanyaan guru
8
70%
Dapat menuangkan ide secara
7
70%
tertulis dengan benar
Memperoleh nilai hasil evaluasi
≤5
3
20%
≥6
9
80%
Jumlah siswa yang begitu antusias mengikuti pelajaran meningkat menjadi

100%. Siswa yang aktif merespon pertanyaan lisan guru meningkat 80%. Siswa yang
dapat menuangkan ide atau gagasan secara tertulis menjadi 70% sedangkan siswa
yang memperoleh nilai evaluasi ≤ 5 menurun menjadi 20%, sebaliknya siswa yang
memperoleh nilai ≥ 6 meningkat menjadi 80%.
Data-data di atas diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat dalam hal ini adalah teman sejawat dari peneliti. Data – data di atas juga

16

menunjukan presentase keberhasilan perbaikan pembelajaran siklus kedua karena
telah memnuhi standar kelulusan belajar, maka perbaikan pembelajaran siklus kedua
dinyatakan telah berhasil dan tidak perlu lagi dilaksanakan perbaikan pembelajaran
siklus ketiga.
Kesimpulan dan Tindak Lanjut
A. Kesimpulan
Berdasarkan

hasil

penelitian

dapat

disimpulkan

bahwa

pendekatan

konstruktivisme lebih menekankan pada cara siswa dalam mengkonstruksikan
pemahamannya seperti dalam proses kegiatan belajar mengajar yaitu dimulai dengan
masalah selanjutnya guru membantu siswa menyelesaikan bagaimana menemukan
langkah-langkah memecahkan masalah tersebut. Siswa diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan masalah pecahan dengan caranya sendiri dengan kemampuan yang
dimiliki dalam pikirannya artinya secara aktif siswa mengkonstruksi atau membentuk
pengetahuan baik melalui diskusi kecil maupun diskusi kelas atau berbagai bentuk
interaksi sehingga konstruktivisme tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran
khususnya pada materi pecahan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Semoga hasil penelitian ini dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam
upaya meningkatkan prestasi pada pelajaran matematika dan merangsang
kreativitas siswa dalam mempelajari matematika khususnya materi pecahan.
2. Sebagai bahan masukan bagi sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan
sehingga melahirkan out yang berkualitas
DAFTAR PUSTAKA
Dikdas 2003. Fasilitator . Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional
Djahura, D. (2012). Konsep hasil belajar. Diunduh dari
Riadi,

djahura.blogspot.com/2012/09/konsep-hasil-belajar.htm1.
B. (2003). Definisi belajar dan pembelajaran.

http://dimanDiunduh

dari

http://bambangriadi.1008.wordpress.com/2013/09/03/definisi-belajar-danpembelajaran.
Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya pada kurikulum
Berbasis Kopetensi. Malang

17

Nur . Muhamad. 2000. Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan
Konstruktivistik Dalam Pengajaran. Surabaya .
Tampomas, Husein. 2002. Matematika Plus. Jakarta : Yudistira
Lampiran:
Lembar Pengamatan Terhadap Siswa Pra Siklus

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Nama

Adrian
Diki
Fridolin
Sem
Moses
Gilang
Delvi
Febriel
Caren
Adrivia
Sovia

Jumlah

Aspek yang di Nilai
Antusias
Aktif
Dapat
mengikuti merespon
menuangkan
pelajaran pertanyaan ide secara
guru
tertulis
secara
dengan
lisan
benar
4
4
4
2
2
3

Keterangan
Jumlah

DSI
(%)

12
7

58,3

Tuntas
(T)

Tidak
Tuntas
(TT)

Ya

Tidak


3

2

1

6

50



2

2

1

5

41,7



4

2

2

8

66,7



4

3

2

9

75



2

1

3

6

50



2

1

1

4

33,3



2

2

3

7

58,3



3

2

1

6

50



4

2

2

8

66,7

2

2

2

6

50

30

21

20

71

591,6



3

8

Lembar Pengamatan Terhadap Siswa Siklus 1

No

Nama

Aspek yang di Nilai
Antusias
Aktif
Dapat
mengikuti merespon
menuangkan
pelajaran pertanyaan ide secara
guru
tertulis
secara
dengan

Keterangan
Skor
12

DSI
(%)

Tuntas
(T)

Tidak
Tuntas
(TT)

18

lisan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Adrian
Diki
Fridolin
Sem
Moses
Gilang
Delvi
Febriel
Caren
Adrivia
Sovia

Jumlah

benar

Ya


Tidak

3

3

3

9

75

3

2

2

7

58,3



2

2

2

6

50



4

3

2

9

75



4

3

3

10

83,3



2

2

2

7

58,3



2

2

2

6

50



2

3

3

9

75

4

2

2

7

58,3

4

3

2

9

75

2

2

3

7

58,3

32

27

26

86

716,5





5

6

Lembar Pengamatan Terhadap Siswa Siklus 2

No

1
2
3
4
5
6
7

Nama

Adrian
Diki
Fridolin
Sem
Moses
Gilang
Delvi

Aspek yang di Nilai
Antusias
Aktif
Dapat
mengikuti merespon
menuangkan
pelajaran pertanyaan ide secara
guru
tertulis
secara
dengan
lisan
benar

Keterangan
Skor
12

DSI
(%)

Tuntas
(T)

4

3

2

9

75



4

3

3

10

83,3



4

2

1

7

58,3

4

3

3

10

83,3



4

4

4

12

100



4

4

3

11

91,7



4

3

2

9

75



Tidak
Tuntas
(TT)



19

8
9
10
11

Febriel
Caren
Adrivia
Sovia

Jumlah

4

4

3

11

91,7



4

3

3

10

83,3



4

3

3

10

4

3

2

9

44

34

28

106


83,3
75
716,5


10

1