Pola Rekrutmen Partai Politik (Studi Tentang Penetapan Calon Kepala Daerah oleh DPC Partai Aceh Pada Pilkada 2017 di Aceh Tengah)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu “produk” gelombang reformasi yang mengemuka sejak 1997
adalah UU No. 22 tahun 1999, yang kemudian mengalami pergantian dengan UU
No. 32 tahun 2004 yaitu tentang pemerintah daerah atau yang lebih dikenal
dengan otonomi daerah. Kehadiran Undang – Undang tersebut merupakan
peluang untuk mewujudkan aspirasi daerah, yaitu keinginan untuk memiliki
pemimpin lokal yang disepakati oleh rakyat melalui Pilkada langsung.1
Melalui pemilihan kepala daerah langsung berarti mengembalikan hak-hak
dasar masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam proses politik dalam rangka
rekrutmen politik lokal secara demokrasi.2Rakyat memiliki kedaulatan penuh atas
hak politiknya dalam memilih pemimpin mereka.Semangat pemilihan kepala
daerah secara langsung adalah memberikan ruang yang luas bagi partisipasi
politik masyarakat untuk menentukan kepala daerah sesuai dengan aspirasi dan
kebutuhan di daerah masing-masing sehingga diharapkan kebijakan-kebijakan
dari pemerintah nantinya sesuai dengan harapan dan keinginan rakyat pada
1
Irtanto.2008. Dinamika Politik Lokal Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 1
2
Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widia Sarana. Hal. 131
Universitas Sumatera Utara
umumnya.3 Hal ini kemudian diharapkan dapat semakin memajukan demokrasi
ditingkat lokal karena masyarakat lokal akan memilih sendiri siapakah calon
pemimpinnya atau yang mewakilinya di daerah. Keadaan demikian tentu saja
memberikan sedikit angin segar dalam proses perpolitikan serta pelaksanaan
pemilihan umum di Indonesia, khususnya dalam proses pemilihan kepala daerah.
Namun, meskipun demikian, tentu saja diperlukan perhatian khusus atau bahkan
pembenahan dalam beberapa hal tertentu terkait dengan pemilihan kepala daerah.
Salah satu sisi lain yang perlu dicermati dari Pemilukada adalah rekrutmen
calon kepala daerah yang dilakukan partai politik menjelang Pemilukada. Partai
politik merupakan salah satu jalur pencalonan kepala daerah. Hal ini ditegaskan
dalam revisi ke-2 UU No. 32 tahun 2004 pasal 56 ayat (2) bahwa “Pasangan calon
diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang
didukung oleh sejumlah orang yang memenuhi persyaratan.” Partai politik sebagai
ikon utama demokrasi merupakan organisasi yang berkecimpung dalam proses
politik. Partai politik memiliki tujuan untuk menaklukkan kekuasaan atau
mengambil bagian dalam pelancaran kekuasaan.Untuk itu kemenangan dalam
Pemilukada penting untuk diperoleh sebagai pencapaian tujuan partai politik.
Ahmad Nyarwi mengemukakan bahwa makna penting kemenangan Pemilukada
bagi partai politik, yaitu:4
3
Donni Edwin. 2005. Pemilukada Langsung :Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance. Jakarta :
Patner Ship. hal. 2
4
Ahmad Nyarwi, Siasat Partai Politik dan Strategi Pencalonan, Kajian Bulanan LSI Edisi 03-Juli 2007,
www.lsi.co.id/2007/07/, diakses tgl. 28 Agustus 2016.
Universitas Sumatera Utara
“Pertama, sebagai kata kunci awal di dalam memperebutkan kekuasaan
eksekutif di masing-masing daerah.Setidaknya, arena eksekutif inilah nantinya
bisa menjadi mesin yang ampuh dalam menjalankan kebijakan dan visi-visi
politik masing-masing partai politik. Kedua, sebagai peluang bagi partai politik
dalam proses pembelajaran para kader politiknya. Hal ini terutama bagi partai
politik yang selama proses Pemilukada cenderung mendorong para kadernya
untuk maju sebagai kandidat. Ketiga, sebagai arena untuk menjaring para kader
potensial yang populer.”
Seleksi partai politik sangatlah menentukan sosok calon kepala daerah
yang tampil dan akan dipilih oleh rakyat. Hal ini menjadikan kehendak partai
politik lebih dominan dan belum tentu sama dengan kehendak konstituen pada
umumnya. Selama ini proses internal partai politik cenderung tertutup dari
keterlibatan konstituen secara langsung. Persaingan elit partai lebih dominan
sehingga kerap kali mengabaikan proses rekrutmen yang terbuka dan memberi
kesempatan potensial di luar partai untuk berpartisipasi.5
Pada dasarnya peran partai politik dalam pemilukada adalah sebagai
kendaraan.Sesuai ketentuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 56, setiap
kontestan pemilukada diwajibkan memakai kendaraan berupa partai politik dan
gabungan parpol.Kendaraan ini tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk masuk
arena, melainkan juga sebagai mesin yang bekerja untuk mengumpulkan
5
Syamsuddin Haris(ed), Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Proses Nominasi dan Seleksi Calon
Legislatif Pemilu 2004, Jakarta : Gramedia, 2005, hal. 143-144.
Universitas Sumatera Utara
dukungan rakyat.Calon yang belum dikenal publik, mereka harus berusaha keras
mendekati publik, memperkenalkan diri, visi misi, program aksi ke publik.Usaha
keras ini membutuhkan dukungan kekuatan mesin politik dalam mengambil hati
rakyat juga diperlukan dalam meraih kekuasaan.
Partai Politik berproses untuk dapat berkuasa, dan dengan demikian
memimpin proses pengambilan kebijakan publik. Hal ini mengharuskan partai
politik untuk mempersiapkan calon-calon pemimpin yang diharapkan mampu
mengatur jalannya pemerintahan. Dalam proses internal partai itulah, salah satu
fungsi partai politik urgen untuk dibahas, yakni fungsi pengkaderan. Proses
pematangan kader untuk mampu memimpin, baik dalam konteks pemerintahan
lokal maupun nasional, itulah yang perlu mendapat sorotan tajam, khususnya
mengenai
partai-partai
di
Indonesia.Dalam
kenyataan
Indonesia
pasca
kemerdekaan, dapat diakatakan adanya kegagalan partai politik dalam melahirkan
kepemimpinan yang berkualitas.6Pola kaderisasi yang masih setengah hati,
serampangan, dan miskin konsep seolah menjadi identitas yang tepat bagi
keseriusan pembangunan sumber daya manusia dalam sebuah partai.Akhirnya
kader – kader partai yang muncul akhirnya menjadi pemimpin – pemimpin
karbitan.
Berbagai permasalahan yang muncul dalam partai politik selanjutnya
bukan saja hanya terjadi pada partai politik nasional. Sangat perlu kemudian untuk
6
Ibid Syamsudin Hal. 105
Universitas Sumatera Utara
di tinjau apakah hal yang sama terjadi juga terhadap partai politik lokal, salah
satunya ialah Partai Aceh. Berbeda dengan provinsi lain di Indonesia, pemilukada
di Aceh tidak hanya diikuti oleh partai politik nasional saja, tetapi juga partai
politik lokal. Hal ini disebabkan adanya aturan/regulasi mengenai pemilukada
untuk daerah Aceh yang diatur dalam Undang – Undang RI No. 11 tahun 2006
tentang pemerintahan Aceh pasal 67 ayat 1 yaitu:7
Pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur, bupati/wakil bupati. Dan
walikota/wakil walikota sebagaimana dimaksud dalam pasal 65 ayat (1) diajukan
oleh:
a. partai politik atau gabungan partai politik
b. partai politik lokal atau gabungan partai politik lokal
c. gabungan partai politik dan partai politik lokal; dan/atau
d. perseorangan
Eksistensi Partai lokal Aceh diakui secara resmi dan sah, sejalan dengan
penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) Pemerintah Republik
Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 15 Agustus 2005 di
Ibukota Finlandia, yaitu Helsinki. Penandatanganan bersejarah ini, menjadi titik
awal berdirinya Partai Lokal Aceh sebagai perwujudan diberikannya kewenangan
untuk hidup mandiri, terutama dibidang kehidupan berpolitik. Dari sisi politik,
kewenangan untuk hidup mandiri, terutama dibidang kehidupan berpolitik,
kewenangan untuk mendirikan Partai Aceh tercantum dalam Mou yang berbunyi:
7
Undang – undang No. 11 tentang Pemerintahan Aceh, diakses melalui
http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_11_2006.pdf diakses pada tanggal 31 Maret 2016 pukul 20.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
“sesegera mungkin, tetapi tidak lebih dari satu tahun sejak penandatanganan
nota kesepahaman ini, pemerintah RI menyepakati dan akan memfasilitasi
pembentukan partai –partai politik yang berbasis di Aceh yang memenuhi
persyaratan nasional. Memahami aspirasi rakyat Aceh untuk partai – partai politik
lokal, pemerintah RI dalam tempo satu tahun, atau paling lambat 18 bulan sejak
penandatanganan nota kesepahaman ini, akan menciptakan kondisi politik dan
hukum untuk pendirian partai politik lokal di Aceh dengan berkonsultasi dengan
DPR. Pelaksanaan kesepahaman ini yang tepat akan memberi sumbangan bagi
maksud tersebut.”
Merujuk pada aturan diatas, maka dalam pemilukada di Aceh diperbolehkan
keikutsertaan partai lokal. Keikutsertaan partai lokal pada pemilukada Aceh ini
menunjukkan perbedaan yang cukup menonjol dengan pemilukada didaerah
lainnya, dimana didaerah lain tidak ada aturan yang memperbolehkan
keikutsertaan partai lokal dalam pelaksanaan pemilukada.
Partai Aceh adalah salah satu partai politik lokal di Aceh. Pada perhelatan
Pemilukada Bupati dan Wakil Bupati, Partai Aceh juga ikut serta dalam proses
pemilihan Bupati/Wakil Bupati di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2017. Partai
Aceh pada saat itu berkoalisi dengan Partai Gerindra, dengan mengusung
pasangan calon Alamsyah Mahmud Gayo,SH.MM – Anda suhada. Dari hasil
perolehan suara Pemilukada yang telah dilakukan tersebut, pasangan yang
diusung oleh Partai Aceh dan Gerindra yakni Alamsyah Mahmud Gayo,SH.MM –
Anda suhada mengalami kekalahan, Pasangan tersebut hanya memperoleh 22.337
Suara (20,92%). Jika dibandingkan dengan daerah- daerah lain di Provinsi Aceh,
suara Partai Aceh di Aceh Tengah memperlihatkan angka yang sangat buruk.
Universitas Sumatera Utara
Berikut hasil yang diperoleh Partai Aceh pada perhelatan Pilkada Tahun 2017 di
Provinsi Aceh.
Tabel 1. Jumlah Suara Partai Aceh di Provinsi Aceh
NO
KAB/ KOTA
JUMLAH SUARA (%)
1
Aceh Barat
19740 atau (19.2%)
2
Aceh Barat Daya
27415 atau (33.5%)
3
Aceh Besar
36581 atau (19.3%)
4
Aceh Jaya
4259 atau (8.6%)
5
Aceh Selatan
33234 atau (31.5%)
6
Aceh Singkil
8710 atau (15.2%)
7
Aceh Tamiang
17791 atau (14.7%)
8
Aceh Tengah
4798 atau (4.5%)
9
Aceh Tenggara
11354 atau (10.7%)
10
Aceh Timur
20852 atau (11.9%)
11
Aceh Utara
85445 atau (33.0%)
12
Bener Meriah
8051 atau (10.2%)
13
Bireuen
16157 atau (7.6%)
14
Gayo Lues
4460 atau (8.4%)
15
Kota Banda Aceh
18103 atau (19.8%)
16
Kota Langsa
7866 atau (11.0%)
17
Kota Lhokseumawe
21135 atau (29.0%)
Universitas Sumatera Utara
18
Kota Sabang
2567 atau (13.5%)
19
Kota Subulussalam
6081 atau (18.9%)
20
Nagan Raya
12560 atau (13.1%)
21
Pidie
22613 atau (11.5%)
22
Pidie Jaya
6647 atau (9.1%)
23
Simeulue
7425 atau (15.8%)
Sumber: KPU Provinsi Aceh8
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa angka terendah yang diperoleh
Partai Aceh terletak di Aceh Tengah. Hal ini tentu menjadi pertanyaan penting
serta sangat menarik untuk dibahas apakah hal ini berkaitan dengan rekrutmen
calon kepala Daerah yang diusung Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh
pada Pilkada Tahun 2017 di Aceh Tengah?
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah pola rekrutmen
Dewan
Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh dalam menetapkan calon Kepala
Daerah pada PILKADA 2017 di Kabupaten Aceh Tengah.”
8
Diakses melaluihttps://pilkada2017.kpu.go.id/hasil/t1/aceh pada 18 Agustus 2017 pukul 23.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Batasan Masalah
Dalam melakukan penilitian ini penulis perlu membuat pembatasan masalah
terhadap masalah yang akan di bahas, agar hasil penelitian yang diperoleh tidak
menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai, yang akan membuat sebuah karya
tulis yang sistematis dan tidak melebar. Maka batasan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Pola Rekrutmen Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Acehdalam
menetapkan calon Kepala Daerah yang di usung pada Pilkada 2017 di
Kabupaten Aceh Tengah.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pola rekrutmen Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai
Acehdalam menetapkan calon Kepala Daerah yang di usung pada Pilkada
2017 di Kabupaten Aceh Tengah
1.5. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi penulis
Manfaat penelitian ini bagi penulis dapat menambah wawasan dan
pengalaman berharga dalam kapasitas kemampuan, dan kontribusi penulis untuk
melihat bagaimana sebenarnya partai politik melakukan proses rekrutmen calon
Universitas Sumatera Utara
kepala daerah. Penelitian ini juga bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan
dalam menulis karya ilmiah khususnya tentang studi partai politik.
b. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini menjadi
masukan yang berguna bagi partai politik pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
c. Manfaat akademis
Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk memperkaya penelitian
di bidang partai politik dan pemilukada.
1.6. Kerangka Teori
1.6.1. Partai Politik
Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan
meluasanya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu deperhitungkan
sebagai pelaku dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan
dan berkembang menjadi penggabungan antara rakyat di satu pihak dan
pemerintah di pihak lain. Partai politik pada umumnya dianggap sebagai
manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang sedang berjalan
dalam proses memodrenisasikan diri. Maka dari itu, dewasa ini di negara-negara
baru pun partai sudah menjadi lembaga politik yang biasa di jumpai.Menurut
Universitas Sumatera Utara
Khoiruddin dengan mengutip Lapalombara dan Weiner serta Maurice Duverger.
Ada tiga jenis krisis yang mendorong kemunculan partai, yaitu:9
1. Krisis legitimasi, seiring dengan modernisasi di Eropa dimana terjadi
perubahan-perubahan yang besar, termasuk di dalamnya adalah tuntutan
perubahan otoritas yang dimiliki oleh kerajaan yang feodal. Masyarakat,
terutama kalangan menengah, borjuis, tidak lagi memandang penguasa
memiliki legitimasi. Parpol didirikan sebagai upaya untuk mencari
pemimpin yang memiliki otoritas dan legitimasi. Adapun keterkaitan
antara berdirinya partai dengan upaya memperbaiki krisis legitimasi ini
adalah karena terdapat kecenderungan perubahan dasar legitimasi yang
sebelumnya legitimasi berasal dari pihak paling atas yaitu kerjaan, maka
pada perkembangannya legitimasi datang dari bawah (masyarakat).
Dengan demikian partai politik merupakan instrumen kelas menengah
untuk memperoleh dukungan dari bawah;
2. Krisis integritas. Hal ini dimulai ketika modernisasi di Eropa juga
menimbulkan ancaman berupa disintegrasi wilayah. Kemunculan partai
politik dimaksudkan untuk mengatasi krisis integrasi, terutama apa bila
partai politik memiliki basis dukungan yang lintas wilayah; dan
3. Krisis partisipasi. Hal ini telah membawa perubahan-perubahan besar di
bidang sosial, ekonomi dan sistem stratifikasi. Akibatnya penguasa yang
9
Khoiruddin. 2004. Partai Politik dam Agenda Transisi Demokrasi Menakar Kinerja Partai Politik Era
Transisi di Indonesia. Yogyakarta. hal.65
Universitas Sumatera Utara
sudah kehilangan legitimasi juga kehilangan partisipasi masyarakat.
Melalui partai politik, rakyat bisa lebih berperan didalam penentuan
kabijakan negara.
Adapun beberapa fungsi dari Partai Politik yaitu:10
a. Sebagai Sarana Komunikasi
Komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang dijalankan oleh
partai politik dengan segala struktur yang tersedia, yakni mengadakan
komunikasi informasi, isu dan gagasan politik.media – media massa
banyak berperan sebagai alat komunikasi politik dan membentuk
kebudayaan politik.
b. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik merupakan suatu cara untuk memperkenalkan nilai –
nilai politik, sikap – sikap dan etika politik yang berlaku atau yang
dianut oleh suatu Negara. Pembentukan sikap – sikap politik atau
dengan kata lain untuk membentuk suatu sikap dan keyakinan politik
dibutuhkan waktu yang panjang melalui proses yang berlangsung
tanpa henti.
c. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik
Rekrutment politik adalah suatu proses seleksi atau rekrutmen anggota
– anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan –
jabatan administrative maupun politik. salah satu tugas pokok dalam
10
Lihat Ibid, Khoirudin Hal: 86 – 103.
Universitas Sumatera Utara
rekrutmen politik adalah bagaimana partai – partai politik yang ada
dapat menyediakan kader – kadernya yang berkualitas untuk duduk
dilembaga legislative dan eksekutif.
d. Sebagai Sarana Pengatur Konflik
Disini peran partai politik diperlukan untuk membantu mengatasi
konflik, atau sekurang – kurangnya dapat diatur sedemikian rupa
sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin.Elit
partai dapat menumbuhkan pengertian diantara mereka dan bersamaan
dengan itu juga meyakinkan pendukungnya.
Di negara-negara yang menganut paham demokrasi, gagasan mengenai
partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut untuk
menentukan siapa-siapa yang akan menjadi menjadi pemimpin yang nantinya
menentukan kebijakan umum. Di negara-negara totaliter gagasan mengenai
partisipasi rakyat didasari pada pandangan elite politiknya bahwa rakyat perlu
dibimbing dan dibina untuk mencapai stabilitas yang langgeng.Untuk mencapai
tujuan itu, partai politik merupakan alat yang baik. Beberapa definisi mengenai
partai politik dari beberapa pakar politik:
a. Menurut Carl J. Friedrich
Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabildengan
tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi
Universitas Sumatera Utara
pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota
partainya kemamnfaatan baik idealisme maupun kekayaan material.
b. Menurut Roger.H. Soltau
Partai politik adalah sekumpulan warga negara yang sedikit banyak terorganisir,
yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya
untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melakukan kebijakan
mereka sendiri.
c. Menurut Sigmund Neuman
Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik
yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada
menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh
dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan
yang berbeda-beda.11
Selain menurut pakar diatas, dengan cara yang berbeda Austin Renney tidak
membuat suatu batasan konseptual tentang partai politik dalam satu definisi, tetapi
melihatnya lebih luas melalui karakteristik-karakteristik fundamental, yang
setidaknya dimiliki oleh organisasi bernama partai politik, yaitu:
1. They are groups of people-whom labels, are generally applied by both
themselves and others. (berwujud kelompok-kelompok masyarakat yang
beridentitas)
11
Miriam Budiardjo.2000.Dasar- dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Jakarta, hal. 161-162.
Universitas Sumatera Utara
2. Some of people are organized,-that is, tey deliberately act together to
achieve party goals. (terdiri dari beberapa orang yang terorganisasi, yang
dengan sengaja bertindak bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan
partai)
3. The larger society recognizes as legitimate the right of parties to organize
and promote their causes. (masyarakat mengakui partai politik memiliki
legitimasi berupa hak-hak untuk mengorganisasikan dan mengembangkan
diri mereka)
4. In some of their goal-promoting activities, parties work through the
mechanism of representative government. (beberapa tujuannya diantaranya
mengembangkan aktivitas-aktivitas, partai bekerja melalui mekanismemekanisme “pemerintahan yang mencerminkan pilihan rakyat”)
5. A key activity of parties is thus selecting candidates for elective public
office. (aktivitas partai politik ini adalah menyeleksi kandidat untuk
jabatan publik).12
Partai politik pada umumnya juga dapat diklasifikasikan menurut
komposisi dan fungsi keanggotaannya ke dalam dua bagian, yaitu:13
a. Partai Massa
Partai massa mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota
dengan elite kepemimpinan yang diseleksi secara ketat, oleh karena itu partai ini
12
Deden Faturohman dan Wawan Sobari. 2004. Pengantar Ilmu Politik. Malang : UMM. hal. 113-114.
13
Miriam Budiardjo, Op.Cit.,hal. 166.
Universitas Sumatera Utara
biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari aliran-aliran politik dalam
masyarakat yang sepakat untuk bernaung dibawahnya dalam memperjuangkan
program yang biasanya luas dan agak kabur. Kelemahan dari partai massa ialah
bahwa masing-masing aliran atau kelompok yang bernaung di bawah partai ini
cenderung unutk memaksakan kepentingan masing-masing, terutama pada saat
krisis, sehingga persatuan dalam partai dapat melemah atau hilang sama sekali
sehingga salah satu golongan memisahkan diri dan mendirikan partai baru.
b. Partai Kader
Partai kader mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja anggotanya.
Proses seleksi terhadap anggota-anggota partai dilakukan secara ketat dengan
memperhatikan berbagai aspek seperti keterampilan, prestise, pengalaman politik,
serta pengaruh-pengaruhnya yang diharapkan bisa menarik pendukung/pemilih
sebanyak-banyaknya dalam pemilu. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian
doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon
anggotanya dan memecat anggotanya yang menyeleweng dari garis partai yang
telah ditetapkan.Selain berdasarkan komposisi dan fungsi anggotanya, Gabriel
Almond menggolongkan partai politik berdasarkan basis sosial dan tujuannya.
Menurut basis sosialnya, partai politik dibagi menjadi empat tipe, yaitu:14
a. partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat,
seperti kelas atas, menengah dan bawah ;
14
Gabriel Almond, 1978, “Kelompok Kepentingan dan Partai Politik”, dalam Mochtar Mas’oed dan Collin
Mac Andrews (ed). 2000. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. hal. 58.
Universitas Sumatera Utara
b. partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok
kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, dan pengusaha ;
c. partai poltik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama
tertentu, seperti Islam, Katholik, Protestan, dan Hindu ; dan
d. partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya
tertentu, seperti suku bangsa, bahasa, dan daerah tertentu.
1.6.2. Rekrutmen Politik
Menurut Ramlan Surbakti “rekrutmen politik ialah seleksi pemilihan atau
seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan
sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada
khususya”.15Fungsi rekrutmen sangat penting karena merupakan kelanjutan dari
fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen
politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang
mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan sistem politik akan terancam.
Rekrutmen politik merupakan proses dimana partai mencari anggota baru
dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik
melalui organisasi-organisasi massa yang melibatkan golongan-golongan tertentu,
seperti golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan dan sebagainya.
15
Ramlan Surbakti, op. cit.,hal. 118
Universitas Sumatera Utara
Sehingga dapat dikatakan bahwa rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan
kelestarian partai. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Mochtar Mas`oed bahwa
rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik
dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi
anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan
ujian.16Pelaksanaan fungsi rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai politik
biasanya berdasarkan atas prestasi dalam ujian kecakapan dan kemampuan, tetapi
tak jarang juga berdasarkan status orang yang direkrut tersebut.
Putnam juga mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat
digunakan dalam proses seleksi elit politik, yaitu:17
1. keahlian teknis, dimana keahlian ini sangat dibutuhkan untuk melaksanakan
peranan-peranan politik yang rumit dalam kaitannyadengan peranan dan proses
sosial.
2. keahlian berorganisasi dan persuasi, dimana keahlian inisangat penting untuk
pembuatan keputusan politik atau kebijaksanaan pemerintah yang umumnya
dilakukan oleh kaum elit, karenanya dibutuhkan ketrampilan negoisasi atau
mobilisasi orang atau pejabat yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya.
16
Hesel Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik yang Membum. , Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI. hal.
188
17
Ibid hesel hal. 158
Universitas Sumatera Utara
3. loyalitas dan reliabilitas politik yang menyangkut derajat kepercayaan politik
dari berbagai kekuatan atau golongan masyarakat, karena hal ini akan sangat
membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
Dengan memiliki kriteria tersebut diatas, maka orang-orang yang direkrut
itu akan banyak mendapatkan kemudahan dalam menjalankan tugas-tugasnya
apabila nanti dapat ikut terpilih dan berhak untuk menduduki jabatannya yang
baru.Sistem rekrutmen politik menurut Nazaruddin Syamsudin dapat dibagi dua,
yaitu :pertama, rekrutmen terbuka, yaitu dengan menyediakan dan memberikan
kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam
proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan syaratsyarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan-pertimbangan yang obyektif
rasional, dimana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik
yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan
kompetisi untuk mengisi jabatan baik jabatan politik maupun administrasi atau
pemerintahan. Kedua, rekrutmen tertutup, yaitu adanya kesempatan untuk masuk
dan dapat menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap warga negara,
artinya hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk menempati
posisi dalam politik maupun pemerintahan. Dalam cara yang tertutup ini orang
mendapatkan posisi elit melalui cara-cara yang tidak rasional seprti pertemanan,
pertalian keluarga, dan lain-lain.18
18
Ibid hegel 189
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Miftah Thoha bahwa ada tiga sistem yang sering
digunakan dalam proses rekrutmen, yaitu:19
1. Sistem Patronit (patronage system)
Sistem patronit dikenal sebagai sistem kawan, karena dasar pemikirannya
dalam proses rekrutmen berdasarkan kawan, dimana dalam mengangkat seseorang
unutk menduduki jabatan, baik dalam bidang pemerintahan maupun politik
dengan pertimbangan yang bersangkutan masih kawan dekat, sanak famili dan ada
juga karena asal daerah yang sama. Sistem kawan ini juga didasarkan atas dasar
perjuangan politik karena memiliki satu aliran politik, ideologi dan keyakinan
yang sama tanpa memperhatikan keahlian dan ketrampilan.
2. Sistem Merita (merit system)
Sistem ini berdasarkan atas jasa kecakapan seseorang dalam usaha
mengangkat atau menduduki pada jabatan tertentu sehingga sistem ini lebih
bersifat obyektif karena atas dasar pertimbangan kecakapan.Dengan dasar
pertimbangan seperti ini, maka acapkali sistem ini di Indonesia dinamakan sistem
jasa. Penilaian obyektif tersebut pada umumnya ukuran yang dipergunakan ialah
ijazah pendidikan, sistem seperti ini sering disebut dengan “spoil system”.
19
Miftah Thoha. 1983. Administrasi Kepegawaian Daerah, Jakarta : Ghalia Indonesia. hal. 24.
Universitas Sumatera Utara
3. Sistem Karir (career system)
Sistem ini sudah lama dikenal dan dipergunakan secara luas unutk
menunjukkan pengertian suatu kemajuan sesorang yang dicapai lewat usaha yang
dilakukan secara dini dalam kehidupannya baik dunia kerja maupun politik.
Sistem rekrutmen politik memiliki keseragaman yang tiada terbatas,
namun pada dasarnya ada dua cara khusus seleksi pemilihan yakni, melalui
kriteria universal dan kriteria partikularistik. Pemilihan dengan kriteria universal
merupakan seleksi untuk memainkan peranan dalam sistem politik berdasarkan
kemampuan dan penampilan yang ditunjukkan lewat tes atau ujian dan
prestasi.Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria partikularistik adalah
pemilihan yang bersifat primordial yang didasarkan pada suku, agama, ras,
keluarga, almameter atau faktor status.20
Berkaitan dengan itu maka untuk menciptakan rekrutmen yang sehat
berdasarkan sistem politik yang ada sehingga membawa pengaruh pada elit politik
terpilih membutuhkan adanya mekanisme yang dapat menyentuh semua lapisan,
golongan serta kelas sosial masyarakat.Oleh karena itu, Seligman memandang
rekrutmen sebagai suatu proses yang terdiri dari:21
1. Penyaringan dan penyaluran politik yang mengarah pada eligibilitas
(pemenuhan syarat pencalonan).
20
Michael Rush dan Phillip Althoff. 2003. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Raja Grafindo Persada. hal.
185.
21
Tangkilisan, op. cit., hal. 190.
Universitas Sumatera Utara
2. Pencalonan atau proses dua tahap yang mensyaratkan inisiatif dan penguatan.
3. Seleksi, yakni pemilihan calon elit politik yang sebenarnya.
1.6.2.1. Pola Rekrutmen
Pola merupakan corak, model, system, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap
dan rencana). Pola rekrutmen adalah konstansi berbagai prakter rekrutmen oleh
partai politik. Sungguhpun pada dasarnya setiap partai harus berprinsip untuk
terbuka bagi kelompok sosial manapun, namun pada level praktis. Kerapkali sulit
dihindari bahwa tiap kecendwrungan tipe partai politik menstrukturkan perbedaan
dalam menatap konsep rekrutmen yang dianggap ideal bagi partainya.
Rush dan Altoff mengemukakan bahwa mekanisme rekrutmen partai politik
merupakan suatu proses pengrekrutan politik yang memiliki dua sifat yaitu sifat
tertutup; adalah suatu sistem pengrekrutan administrtif yang didasarkan atas
patronase. Kedua, sifat terbuka; adalah sistem yang berdasarkan pada ujian –ujian
tersebut.22 Sistem rekrutmen dibagi menjadi dua cara. Pertama rekrutmen terbuka,
yakni dengan menyediakan dan memeberikan kesempatan yang sama bagi seluruh
warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian
dilaksanakan melalui prosws dengan syarat – syarat yang telah ditentukan melalui
pertimbangan – pertimbangan yang objektif rasional. Dimana setiap orang yang
memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat
22
Michael rush and philip altoff. Hal 247
Universitas Sumatera Utara
mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi. Kedua, rekrutmen
tertutup yaitu adanya kesempatan untuk masuk menduduki jabatan politik tidaklah
sama setiap warga negara, artinya hanya individu – individu tertentu yang dapat
menduduki jabatan politik.
I.7. Metodologi Penelitian
I.7.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian
deskriptif, yaitu suatu tipe penelitian untuk memberikan gambaran objek
penelitian berdasarkan suatu gejala sosial, fakta dan data yang ada melalui
konsep- konsep dalam teori sosial.Penelitian deskriptif ini dapat diartikan sebagai
prosedur dalam memecahkan masalah yang sedang di teliti atau di selidiki dengan
menggambarkan keadaan subyek dan obyek penelitian seseorang, masyarakat,
lembaga- lembaga sosial masyarakat dan gerakan organisasi masyarakat
berdasarkan fakta – fakta yang ada.Menurut Whitney, metode deskriptif adalah
pencarian masalah-masalah dalam masyarakat, serta cara yang berlaku dalam
masyarakat serta dituasi-situasi tertentu, termasuk hubungan-hubungan kegiatan,
sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung
dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.23
23
Lihat Mohammad Nazir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 64.
Universitas Sumatera Utara
1.7.2. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dilakukan dalam penelitian jenis penelitian
kualitatif.Penelitian kualitatif deskriptif yang penulis gunakan dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan objek
penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada. Fakta atau data yang ada
dikumpulkan, diklasifikasikan dan kemudian akan dianalisa.24
I.7.3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian
tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang akan dilakukan oleh penulis
mengambil lokasi diDewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh di Kabupaten
Aceh Tengah.
1.7.4. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Hal tersebut dimaksudkan untuk memastikan keakuratan hasil
penelitian:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian, yaitu melalui
wawancara, yaitu dengan cara memberikan pertanyaan langsung
24
Hadari Nawawi dan H. Matini, Penelitian Terapan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2000, hal.
73.
Universitas Sumatera Utara
kepada sejumlah pihak yang terkait yang didasarkan pada
percakapan intensif dengan suatu tujuan untuk memperoleh
informasi penelitian yang telah ditetapkan. Wawancara adalah
pertemuan antara periset dan responden, dimana jawaban
responden akan menjadi data mentah.25Adapun teknik yang
dilakukan
dalam
pencarian
Narasumber
atau
Informan
menggunakan teknik snowball sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel dengan mengajukan pertanyaan kepada subkelompok untuk
mengidentifikasi orang lain yang mungkin bisa kita teliti pula;
misalnya, anggota kelompok ekstremis atau bawah tanah.26Dalam
hal ini pengambilan informan yaitu dengan orang-orang yang
bersangkutan, diantaranya:
Ketua Dewan PimpinanCabang (DPC) Partai Aceh
Anggota Partai Aceh
Akademisi Ilmu Politik Serta Informan yang
besangkutan terhadap pencarian data penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai
berikut:
a. Studi Pustaka, yaitu pengumpulan data yang di peroleh dari
buku-buku, karya ilmiah, jurnal, dokumen, dan pendapat
25
Lihat Lisa Harrison. 2007. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Prenada Media Group. Hal. 104.
26
Ibid, Lisa harrison hal. 25
Universitas Sumatera Utara
para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang
diteliti yang terkait dengan pola rekrutmen Partai Aceh.
b. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh
dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada
dilokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang
menyangkut masalah yang sedang di teliti.
I.7.5. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah teknik
kualitatif yaitu teknik; tanpa menggunakan alat Bantu atau rumus statistik.Adapun
langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut; Pertama, pengumpulan data.Pada
tahap ini peneliti mengumpulkan data dan bahan baik dari buku, majalah, Koran,
jurnal, kliping dan situs-situs internet yang memuat tentang sistem rekrutmen
politik.Dan juga melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh atau informan yang
berkaitan dengan rekrutmen politik pada Partai Aceh.Kedua, penilaian atau
menganalisis data. Pada tahap ini setelah peneliti mengumpulkan dan
mendapatkan semua data yang mendukung atau membantu , penulis akan
memisahkan bahan-bahan dan data-data yang diperoleh sesuai dengan sifatnya
masing-masing. Kemudian penulis melakukan penilaian dan menganalisis data
dan bahan yang tersedia.Ketiga, penyimpulan data yang diperoleh.Tahap ini
adalah tahap terakhir pada penelitian ini.Dari hasil penilaian dan analisis yang
penulis lakukan penulis maka penulis mengambil kesimpulan yang dapat
membantu dalam memahami penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
I.8. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penelitian ini, maka
penulisan dilakukan secara terperinci dan sistematis sebagai salah satu syarat
penelitian ilmiah.Penelitian ini terdiri atas 4 bab, yaitu:
BAB I
: Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
:Sejarah Dan Profil Partai Aceh
Dalam bab ini akan dibahas sekilas mengenai sejarah Partai Aceh.
Selanjutnya juga akan di uraikan profil dari Partai Aceh.
BAB III
:Analisis Pola Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh
dalam menetapkan calon Kepala Daerah
pada PILKADA
2017 di Kabupaten Aceh Tengah.”
Dalam bab ini akan di uraikan analisis penelitian Pola Rekrutmen
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh serta Proses
rekrutmen DPC Partai Aceh dalam menetapkan calon Kepala
Daerah yang di usung pada Pilkada 2017 di Kabupaten Aceh
Tengah..
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
:PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan akhir dari hasil penelitian serta saran –
saran yang ingin di kemukakan peneliti.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu “produk” gelombang reformasi yang mengemuka sejak 1997
adalah UU No. 22 tahun 1999, yang kemudian mengalami pergantian dengan UU
No. 32 tahun 2004 yaitu tentang pemerintah daerah atau yang lebih dikenal
dengan otonomi daerah. Kehadiran Undang – Undang tersebut merupakan
peluang untuk mewujudkan aspirasi daerah, yaitu keinginan untuk memiliki
pemimpin lokal yang disepakati oleh rakyat melalui Pilkada langsung.1
Melalui pemilihan kepala daerah langsung berarti mengembalikan hak-hak
dasar masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam proses politik dalam rangka
rekrutmen politik lokal secara demokrasi.2Rakyat memiliki kedaulatan penuh atas
hak politiknya dalam memilih pemimpin mereka.Semangat pemilihan kepala
daerah secara langsung adalah memberikan ruang yang luas bagi partisipasi
politik masyarakat untuk menentukan kepala daerah sesuai dengan aspirasi dan
kebutuhan di daerah masing-masing sehingga diharapkan kebijakan-kebijakan
dari pemerintah nantinya sesuai dengan harapan dan keinginan rakyat pada
1
Irtanto.2008. Dinamika Politik Lokal Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 1
2
Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widia Sarana. Hal. 131
Universitas Sumatera Utara
umumnya.3 Hal ini kemudian diharapkan dapat semakin memajukan demokrasi
ditingkat lokal karena masyarakat lokal akan memilih sendiri siapakah calon
pemimpinnya atau yang mewakilinya di daerah. Keadaan demikian tentu saja
memberikan sedikit angin segar dalam proses perpolitikan serta pelaksanaan
pemilihan umum di Indonesia, khususnya dalam proses pemilihan kepala daerah.
Namun, meskipun demikian, tentu saja diperlukan perhatian khusus atau bahkan
pembenahan dalam beberapa hal tertentu terkait dengan pemilihan kepala daerah.
Salah satu sisi lain yang perlu dicermati dari Pemilukada adalah rekrutmen
calon kepala daerah yang dilakukan partai politik menjelang Pemilukada. Partai
politik merupakan salah satu jalur pencalonan kepala daerah. Hal ini ditegaskan
dalam revisi ke-2 UU No. 32 tahun 2004 pasal 56 ayat (2) bahwa “Pasangan calon
diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang
didukung oleh sejumlah orang yang memenuhi persyaratan.” Partai politik sebagai
ikon utama demokrasi merupakan organisasi yang berkecimpung dalam proses
politik. Partai politik memiliki tujuan untuk menaklukkan kekuasaan atau
mengambil bagian dalam pelancaran kekuasaan.Untuk itu kemenangan dalam
Pemilukada penting untuk diperoleh sebagai pencapaian tujuan partai politik.
Ahmad Nyarwi mengemukakan bahwa makna penting kemenangan Pemilukada
bagi partai politik, yaitu:4
3
Donni Edwin. 2005. Pemilukada Langsung :Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance. Jakarta :
Patner Ship. hal. 2
4
Ahmad Nyarwi, Siasat Partai Politik dan Strategi Pencalonan, Kajian Bulanan LSI Edisi 03-Juli 2007,
www.lsi.co.id/2007/07/, diakses tgl. 28 Agustus 2016.
Universitas Sumatera Utara
“Pertama, sebagai kata kunci awal di dalam memperebutkan kekuasaan
eksekutif di masing-masing daerah.Setidaknya, arena eksekutif inilah nantinya
bisa menjadi mesin yang ampuh dalam menjalankan kebijakan dan visi-visi
politik masing-masing partai politik. Kedua, sebagai peluang bagi partai politik
dalam proses pembelajaran para kader politiknya. Hal ini terutama bagi partai
politik yang selama proses Pemilukada cenderung mendorong para kadernya
untuk maju sebagai kandidat. Ketiga, sebagai arena untuk menjaring para kader
potensial yang populer.”
Seleksi partai politik sangatlah menentukan sosok calon kepala daerah
yang tampil dan akan dipilih oleh rakyat. Hal ini menjadikan kehendak partai
politik lebih dominan dan belum tentu sama dengan kehendak konstituen pada
umumnya. Selama ini proses internal partai politik cenderung tertutup dari
keterlibatan konstituen secara langsung. Persaingan elit partai lebih dominan
sehingga kerap kali mengabaikan proses rekrutmen yang terbuka dan memberi
kesempatan potensial di luar partai untuk berpartisipasi.5
Pada dasarnya peran partai politik dalam pemilukada adalah sebagai
kendaraan.Sesuai ketentuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 56, setiap
kontestan pemilukada diwajibkan memakai kendaraan berupa partai politik dan
gabungan parpol.Kendaraan ini tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk masuk
arena, melainkan juga sebagai mesin yang bekerja untuk mengumpulkan
5
Syamsuddin Haris(ed), Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Proses Nominasi dan Seleksi Calon
Legislatif Pemilu 2004, Jakarta : Gramedia, 2005, hal. 143-144.
Universitas Sumatera Utara
dukungan rakyat.Calon yang belum dikenal publik, mereka harus berusaha keras
mendekati publik, memperkenalkan diri, visi misi, program aksi ke publik.Usaha
keras ini membutuhkan dukungan kekuatan mesin politik dalam mengambil hati
rakyat juga diperlukan dalam meraih kekuasaan.
Partai Politik berproses untuk dapat berkuasa, dan dengan demikian
memimpin proses pengambilan kebijakan publik. Hal ini mengharuskan partai
politik untuk mempersiapkan calon-calon pemimpin yang diharapkan mampu
mengatur jalannya pemerintahan. Dalam proses internal partai itulah, salah satu
fungsi partai politik urgen untuk dibahas, yakni fungsi pengkaderan. Proses
pematangan kader untuk mampu memimpin, baik dalam konteks pemerintahan
lokal maupun nasional, itulah yang perlu mendapat sorotan tajam, khususnya
mengenai
partai-partai
di
Indonesia.Dalam
kenyataan
Indonesia
pasca
kemerdekaan, dapat diakatakan adanya kegagalan partai politik dalam melahirkan
kepemimpinan yang berkualitas.6Pola kaderisasi yang masih setengah hati,
serampangan, dan miskin konsep seolah menjadi identitas yang tepat bagi
keseriusan pembangunan sumber daya manusia dalam sebuah partai.Akhirnya
kader – kader partai yang muncul akhirnya menjadi pemimpin – pemimpin
karbitan.
Berbagai permasalahan yang muncul dalam partai politik selanjutnya
bukan saja hanya terjadi pada partai politik nasional. Sangat perlu kemudian untuk
6
Ibid Syamsudin Hal. 105
Universitas Sumatera Utara
di tinjau apakah hal yang sama terjadi juga terhadap partai politik lokal, salah
satunya ialah Partai Aceh. Berbeda dengan provinsi lain di Indonesia, pemilukada
di Aceh tidak hanya diikuti oleh partai politik nasional saja, tetapi juga partai
politik lokal. Hal ini disebabkan adanya aturan/regulasi mengenai pemilukada
untuk daerah Aceh yang diatur dalam Undang – Undang RI No. 11 tahun 2006
tentang pemerintahan Aceh pasal 67 ayat 1 yaitu:7
Pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur, bupati/wakil bupati. Dan
walikota/wakil walikota sebagaimana dimaksud dalam pasal 65 ayat (1) diajukan
oleh:
a. partai politik atau gabungan partai politik
b. partai politik lokal atau gabungan partai politik lokal
c. gabungan partai politik dan partai politik lokal; dan/atau
d. perseorangan
Eksistensi Partai lokal Aceh diakui secara resmi dan sah, sejalan dengan
penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) Pemerintah Republik
Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 15 Agustus 2005 di
Ibukota Finlandia, yaitu Helsinki. Penandatanganan bersejarah ini, menjadi titik
awal berdirinya Partai Lokal Aceh sebagai perwujudan diberikannya kewenangan
untuk hidup mandiri, terutama dibidang kehidupan berpolitik. Dari sisi politik,
kewenangan untuk hidup mandiri, terutama dibidang kehidupan berpolitik,
kewenangan untuk mendirikan Partai Aceh tercantum dalam Mou yang berbunyi:
7
Undang – undang No. 11 tentang Pemerintahan Aceh, diakses melalui
http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_11_2006.pdf diakses pada tanggal 31 Maret 2016 pukul 20.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
“sesegera mungkin, tetapi tidak lebih dari satu tahun sejak penandatanganan
nota kesepahaman ini, pemerintah RI menyepakati dan akan memfasilitasi
pembentukan partai –partai politik yang berbasis di Aceh yang memenuhi
persyaratan nasional. Memahami aspirasi rakyat Aceh untuk partai – partai politik
lokal, pemerintah RI dalam tempo satu tahun, atau paling lambat 18 bulan sejak
penandatanganan nota kesepahaman ini, akan menciptakan kondisi politik dan
hukum untuk pendirian partai politik lokal di Aceh dengan berkonsultasi dengan
DPR. Pelaksanaan kesepahaman ini yang tepat akan memberi sumbangan bagi
maksud tersebut.”
Merujuk pada aturan diatas, maka dalam pemilukada di Aceh diperbolehkan
keikutsertaan partai lokal. Keikutsertaan partai lokal pada pemilukada Aceh ini
menunjukkan perbedaan yang cukup menonjol dengan pemilukada didaerah
lainnya, dimana didaerah lain tidak ada aturan yang memperbolehkan
keikutsertaan partai lokal dalam pelaksanaan pemilukada.
Partai Aceh adalah salah satu partai politik lokal di Aceh. Pada perhelatan
Pemilukada Bupati dan Wakil Bupati, Partai Aceh juga ikut serta dalam proses
pemilihan Bupati/Wakil Bupati di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2017. Partai
Aceh pada saat itu berkoalisi dengan Partai Gerindra, dengan mengusung
pasangan calon Alamsyah Mahmud Gayo,SH.MM – Anda suhada. Dari hasil
perolehan suara Pemilukada yang telah dilakukan tersebut, pasangan yang
diusung oleh Partai Aceh dan Gerindra yakni Alamsyah Mahmud Gayo,SH.MM –
Anda suhada mengalami kekalahan, Pasangan tersebut hanya memperoleh 22.337
Suara (20,92%). Jika dibandingkan dengan daerah- daerah lain di Provinsi Aceh,
suara Partai Aceh di Aceh Tengah memperlihatkan angka yang sangat buruk.
Universitas Sumatera Utara
Berikut hasil yang diperoleh Partai Aceh pada perhelatan Pilkada Tahun 2017 di
Provinsi Aceh.
Tabel 1. Jumlah Suara Partai Aceh di Provinsi Aceh
NO
KAB/ KOTA
JUMLAH SUARA (%)
1
Aceh Barat
19740 atau (19.2%)
2
Aceh Barat Daya
27415 atau (33.5%)
3
Aceh Besar
36581 atau (19.3%)
4
Aceh Jaya
4259 atau (8.6%)
5
Aceh Selatan
33234 atau (31.5%)
6
Aceh Singkil
8710 atau (15.2%)
7
Aceh Tamiang
17791 atau (14.7%)
8
Aceh Tengah
4798 atau (4.5%)
9
Aceh Tenggara
11354 atau (10.7%)
10
Aceh Timur
20852 atau (11.9%)
11
Aceh Utara
85445 atau (33.0%)
12
Bener Meriah
8051 atau (10.2%)
13
Bireuen
16157 atau (7.6%)
14
Gayo Lues
4460 atau (8.4%)
15
Kota Banda Aceh
18103 atau (19.8%)
16
Kota Langsa
7866 atau (11.0%)
17
Kota Lhokseumawe
21135 atau (29.0%)
Universitas Sumatera Utara
18
Kota Sabang
2567 atau (13.5%)
19
Kota Subulussalam
6081 atau (18.9%)
20
Nagan Raya
12560 atau (13.1%)
21
Pidie
22613 atau (11.5%)
22
Pidie Jaya
6647 atau (9.1%)
23
Simeulue
7425 atau (15.8%)
Sumber: KPU Provinsi Aceh8
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa angka terendah yang diperoleh
Partai Aceh terletak di Aceh Tengah. Hal ini tentu menjadi pertanyaan penting
serta sangat menarik untuk dibahas apakah hal ini berkaitan dengan rekrutmen
calon kepala Daerah yang diusung Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh
pada Pilkada Tahun 2017 di Aceh Tengah?
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah pola rekrutmen
Dewan
Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh dalam menetapkan calon Kepala
Daerah pada PILKADA 2017 di Kabupaten Aceh Tengah.”
8
Diakses melaluihttps://pilkada2017.kpu.go.id/hasil/t1/aceh pada 18 Agustus 2017 pukul 23.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Batasan Masalah
Dalam melakukan penilitian ini penulis perlu membuat pembatasan masalah
terhadap masalah yang akan di bahas, agar hasil penelitian yang diperoleh tidak
menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai, yang akan membuat sebuah karya
tulis yang sistematis dan tidak melebar. Maka batasan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Pola Rekrutmen Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Acehdalam
menetapkan calon Kepala Daerah yang di usung pada Pilkada 2017 di
Kabupaten Aceh Tengah.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pola rekrutmen Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai
Acehdalam menetapkan calon Kepala Daerah yang di usung pada Pilkada
2017 di Kabupaten Aceh Tengah
1.5. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi penulis
Manfaat penelitian ini bagi penulis dapat menambah wawasan dan
pengalaman berharga dalam kapasitas kemampuan, dan kontribusi penulis untuk
melihat bagaimana sebenarnya partai politik melakukan proses rekrutmen calon
Universitas Sumatera Utara
kepala daerah. Penelitian ini juga bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan
dalam menulis karya ilmiah khususnya tentang studi partai politik.
b. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini menjadi
masukan yang berguna bagi partai politik pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
c. Manfaat akademis
Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk memperkaya penelitian
di bidang partai politik dan pemilukada.
1.6. Kerangka Teori
1.6.1. Partai Politik
Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan
meluasanya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu deperhitungkan
sebagai pelaku dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan
dan berkembang menjadi penggabungan antara rakyat di satu pihak dan
pemerintah di pihak lain. Partai politik pada umumnya dianggap sebagai
manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang sedang berjalan
dalam proses memodrenisasikan diri. Maka dari itu, dewasa ini di negara-negara
baru pun partai sudah menjadi lembaga politik yang biasa di jumpai.Menurut
Universitas Sumatera Utara
Khoiruddin dengan mengutip Lapalombara dan Weiner serta Maurice Duverger.
Ada tiga jenis krisis yang mendorong kemunculan partai, yaitu:9
1. Krisis legitimasi, seiring dengan modernisasi di Eropa dimana terjadi
perubahan-perubahan yang besar, termasuk di dalamnya adalah tuntutan
perubahan otoritas yang dimiliki oleh kerajaan yang feodal. Masyarakat,
terutama kalangan menengah, borjuis, tidak lagi memandang penguasa
memiliki legitimasi. Parpol didirikan sebagai upaya untuk mencari
pemimpin yang memiliki otoritas dan legitimasi. Adapun keterkaitan
antara berdirinya partai dengan upaya memperbaiki krisis legitimasi ini
adalah karena terdapat kecenderungan perubahan dasar legitimasi yang
sebelumnya legitimasi berasal dari pihak paling atas yaitu kerjaan, maka
pada perkembangannya legitimasi datang dari bawah (masyarakat).
Dengan demikian partai politik merupakan instrumen kelas menengah
untuk memperoleh dukungan dari bawah;
2. Krisis integritas. Hal ini dimulai ketika modernisasi di Eropa juga
menimbulkan ancaman berupa disintegrasi wilayah. Kemunculan partai
politik dimaksudkan untuk mengatasi krisis integrasi, terutama apa bila
partai politik memiliki basis dukungan yang lintas wilayah; dan
3. Krisis partisipasi. Hal ini telah membawa perubahan-perubahan besar di
bidang sosial, ekonomi dan sistem stratifikasi. Akibatnya penguasa yang
9
Khoiruddin. 2004. Partai Politik dam Agenda Transisi Demokrasi Menakar Kinerja Partai Politik Era
Transisi di Indonesia. Yogyakarta. hal.65
Universitas Sumatera Utara
sudah kehilangan legitimasi juga kehilangan partisipasi masyarakat.
Melalui partai politik, rakyat bisa lebih berperan didalam penentuan
kabijakan negara.
Adapun beberapa fungsi dari Partai Politik yaitu:10
a. Sebagai Sarana Komunikasi
Komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang dijalankan oleh
partai politik dengan segala struktur yang tersedia, yakni mengadakan
komunikasi informasi, isu dan gagasan politik.media – media massa
banyak berperan sebagai alat komunikasi politik dan membentuk
kebudayaan politik.
b. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik merupakan suatu cara untuk memperkenalkan nilai –
nilai politik, sikap – sikap dan etika politik yang berlaku atau yang
dianut oleh suatu Negara. Pembentukan sikap – sikap politik atau
dengan kata lain untuk membentuk suatu sikap dan keyakinan politik
dibutuhkan waktu yang panjang melalui proses yang berlangsung
tanpa henti.
c. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik
Rekrutment politik adalah suatu proses seleksi atau rekrutmen anggota
– anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan –
jabatan administrative maupun politik. salah satu tugas pokok dalam
10
Lihat Ibid, Khoirudin Hal: 86 – 103.
Universitas Sumatera Utara
rekrutmen politik adalah bagaimana partai – partai politik yang ada
dapat menyediakan kader – kadernya yang berkualitas untuk duduk
dilembaga legislative dan eksekutif.
d. Sebagai Sarana Pengatur Konflik
Disini peran partai politik diperlukan untuk membantu mengatasi
konflik, atau sekurang – kurangnya dapat diatur sedemikian rupa
sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin.Elit
partai dapat menumbuhkan pengertian diantara mereka dan bersamaan
dengan itu juga meyakinkan pendukungnya.
Di negara-negara yang menganut paham demokrasi, gagasan mengenai
partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut untuk
menentukan siapa-siapa yang akan menjadi menjadi pemimpin yang nantinya
menentukan kebijakan umum. Di negara-negara totaliter gagasan mengenai
partisipasi rakyat didasari pada pandangan elite politiknya bahwa rakyat perlu
dibimbing dan dibina untuk mencapai stabilitas yang langgeng.Untuk mencapai
tujuan itu, partai politik merupakan alat yang baik. Beberapa definisi mengenai
partai politik dari beberapa pakar politik:
a. Menurut Carl J. Friedrich
Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabildengan
tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi
Universitas Sumatera Utara
pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota
partainya kemamnfaatan baik idealisme maupun kekayaan material.
b. Menurut Roger.H. Soltau
Partai politik adalah sekumpulan warga negara yang sedikit banyak terorganisir,
yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya
untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melakukan kebijakan
mereka sendiri.
c. Menurut Sigmund Neuman
Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik
yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada
menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh
dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan
yang berbeda-beda.11
Selain menurut pakar diatas, dengan cara yang berbeda Austin Renney tidak
membuat suatu batasan konseptual tentang partai politik dalam satu definisi, tetapi
melihatnya lebih luas melalui karakteristik-karakteristik fundamental, yang
setidaknya dimiliki oleh organisasi bernama partai politik, yaitu:
1. They are groups of people-whom labels, are generally applied by both
themselves and others. (berwujud kelompok-kelompok masyarakat yang
beridentitas)
11
Miriam Budiardjo.2000.Dasar- dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Jakarta, hal. 161-162.
Universitas Sumatera Utara
2. Some of people are organized,-that is, tey deliberately act together to
achieve party goals. (terdiri dari beberapa orang yang terorganisasi, yang
dengan sengaja bertindak bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan
partai)
3. The larger society recognizes as legitimate the right of parties to organize
and promote their causes. (masyarakat mengakui partai politik memiliki
legitimasi berupa hak-hak untuk mengorganisasikan dan mengembangkan
diri mereka)
4. In some of their goal-promoting activities, parties work through the
mechanism of representative government. (beberapa tujuannya diantaranya
mengembangkan aktivitas-aktivitas, partai bekerja melalui mekanismemekanisme “pemerintahan yang mencerminkan pilihan rakyat”)
5. A key activity of parties is thus selecting candidates for elective public
office. (aktivitas partai politik ini adalah menyeleksi kandidat untuk
jabatan publik).12
Partai politik pada umumnya juga dapat diklasifikasikan menurut
komposisi dan fungsi keanggotaannya ke dalam dua bagian, yaitu:13
a. Partai Massa
Partai massa mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota
dengan elite kepemimpinan yang diseleksi secara ketat, oleh karena itu partai ini
12
Deden Faturohman dan Wawan Sobari. 2004. Pengantar Ilmu Politik. Malang : UMM. hal. 113-114.
13
Miriam Budiardjo, Op.Cit.,hal. 166.
Universitas Sumatera Utara
biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari aliran-aliran politik dalam
masyarakat yang sepakat untuk bernaung dibawahnya dalam memperjuangkan
program yang biasanya luas dan agak kabur. Kelemahan dari partai massa ialah
bahwa masing-masing aliran atau kelompok yang bernaung di bawah partai ini
cenderung unutk memaksakan kepentingan masing-masing, terutama pada saat
krisis, sehingga persatuan dalam partai dapat melemah atau hilang sama sekali
sehingga salah satu golongan memisahkan diri dan mendirikan partai baru.
b. Partai Kader
Partai kader mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja anggotanya.
Proses seleksi terhadap anggota-anggota partai dilakukan secara ketat dengan
memperhatikan berbagai aspek seperti keterampilan, prestise, pengalaman politik,
serta pengaruh-pengaruhnya yang diharapkan bisa menarik pendukung/pemilih
sebanyak-banyaknya dalam pemilu. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian
doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon
anggotanya dan memecat anggotanya yang menyeleweng dari garis partai yang
telah ditetapkan.Selain berdasarkan komposisi dan fungsi anggotanya, Gabriel
Almond menggolongkan partai politik berdasarkan basis sosial dan tujuannya.
Menurut basis sosialnya, partai politik dibagi menjadi empat tipe, yaitu:14
a. partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat,
seperti kelas atas, menengah dan bawah ;
14
Gabriel Almond, 1978, “Kelompok Kepentingan dan Partai Politik”, dalam Mochtar Mas’oed dan Collin
Mac Andrews (ed). 2000. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. hal. 58.
Universitas Sumatera Utara
b. partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok
kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, dan pengusaha ;
c. partai poltik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama
tertentu, seperti Islam, Katholik, Protestan, dan Hindu ; dan
d. partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya
tertentu, seperti suku bangsa, bahasa, dan daerah tertentu.
1.6.2. Rekrutmen Politik
Menurut Ramlan Surbakti “rekrutmen politik ialah seleksi pemilihan atau
seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan
sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada
khususya”.15Fungsi rekrutmen sangat penting karena merupakan kelanjutan dari
fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen
politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang
mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan sistem politik akan terancam.
Rekrutmen politik merupakan proses dimana partai mencari anggota baru
dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik
melalui organisasi-organisasi massa yang melibatkan golongan-golongan tertentu,
seperti golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan dan sebagainya.
15
Ramlan Surbakti, op. cit.,hal. 118
Universitas Sumatera Utara
Sehingga dapat dikatakan bahwa rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan
kelestarian partai. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Mochtar Mas`oed bahwa
rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik
dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi
anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan
ujian.16Pelaksanaan fungsi rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai politik
biasanya berdasarkan atas prestasi dalam ujian kecakapan dan kemampuan, tetapi
tak jarang juga berdasarkan status orang yang direkrut tersebut.
Putnam juga mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat
digunakan dalam proses seleksi elit politik, yaitu:17
1. keahlian teknis, dimana keahlian ini sangat dibutuhkan untuk melaksanakan
peranan-peranan politik yang rumit dalam kaitannyadengan peranan dan proses
sosial.
2. keahlian berorganisasi dan persuasi, dimana keahlian inisangat penting untuk
pembuatan keputusan politik atau kebijaksanaan pemerintah yang umumnya
dilakukan oleh kaum elit, karenanya dibutuhkan ketrampilan negoisasi atau
mobilisasi orang atau pejabat yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya.
16
Hesel Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik yang Membum. , Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI. hal.
188
17
Ibid hesel hal. 158
Universitas Sumatera Utara
3. loyalitas dan reliabilitas politik yang menyangkut derajat kepercayaan politik
dari berbagai kekuatan atau golongan masyarakat, karena hal ini akan sangat
membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
Dengan memiliki kriteria tersebut diatas, maka orang-orang yang direkrut
itu akan banyak mendapatkan kemudahan dalam menjalankan tugas-tugasnya
apabila nanti dapat ikut terpilih dan berhak untuk menduduki jabatannya yang
baru.Sistem rekrutmen politik menurut Nazaruddin Syamsudin dapat dibagi dua,
yaitu :pertama, rekrutmen terbuka, yaitu dengan menyediakan dan memberikan
kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam
proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan syaratsyarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan-pertimbangan yang obyektif
rasional, dimana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik
yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan
kompetisi untuk mengisi jabatan baik jabatan politik maupun administrasi atau
pemerintahan. Kedua, rekrutmen tertutup, yaitu adanya kesempatan untuk masuk
dan dapat menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap warga negara,
artinya hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk menempati
posisi dalam politik maupun pemerintahan. Dalam cara yang tertutup ini orang
mendapatkan posisi elit melalui cara-cara yang tidak rasional seprti pertemanan,
pertalian keluarga, dan lain-lain.18
18
Ibid hegel 189
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Miftah Thoha bahwa ada tiga sistem yang sering
digunakan dalam proses rekrutmen, yaitu:19
1. Sistem Patronit (patronage system)
Sistem patronit dikenal sebagai sistem kawan, karena dasar pemikirannya
dalam proses rekrutmen berdasarkan kawan, dimana dalam mengangkat seseorang
unutk menduduki jabatan, baik dalam bidang pemerintahan maupun politik
dengan pertimbangan yang bersangkutan masih kawan dekat, sanak famili dan ada
juga karena asal daerah yang sama. Sistem kawan ini juga didasarkan atas dasar
perjuangan politik karena memiliki satu aliran politik, ideologi dan keyakinan
yang sama tanpa memperhatikan keahlian dan ketrampilan.
2. Sistem Merita (merit system)
Sistem ini berdasarkan atas jasa kecakapan seseorang dalam usaha
mengangkat atau menduduki pada jabatan tertentu sehingga sistem ini lebih
bersifat obyektif karena atas dasar pertimbangan kecakapan.Dengan dasar
pertimbangan seperti ini, maka acapkali sistem ini di Indonesia dinamakan sistem
jasa. Penilaian obyektif tersebut pada umumnya ukuran yang dipergunakan ialah
ijazah pendidikan, sistem seperti ini sering disebut dengan “spoil system”.
19
Miftah Thoha. 1983. Administrasi Kepegawaian Daerah, Jakarta : Ghalia Indonesia. hal. 24.
Universitas Sumatera Utara
3. Sistem Karir (career system)
Sistem ini sudah lama dikenal dan dipergunakan secara luas unutk
menunjukkan pengertian suatu kemajuan sesorang yang dicapai lewat usaha yang
dilakukan secara dini dalam kehidupannya baik dunia kerja maupun politik.
Sistem rekrutmen politik memiliki keseragaman yang tiada terbatas,
namun pada dasarnya ada dua cara khusus seleksi pemilihan yakni, melalui
kriteria universal dan kriteria partikularistik. Pemilihan dengan kriteria universal
merupakan seleksi untuk memainkan peranan dalam sistem politik berdasarkan
kemampuan dan penampilan yang ditunjukkan lewat tes atau ujian dan
prestasi.Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria partikularistik adalah
pemilihan yang bersifat primordial yang didasarkan pada suku, agama, ras,
keluarga, almameter atau faktor status.20
Berkaitan dengan itu maka untuk menciptakan rekrutmen yang sehat
berdasarkan sistem politik yang ada sehingga membawa pengaruh pada elit politik
terpilih membutuhkan adanya mekanisme yang dapat menyentuh semua lapisan,
golongan serta kelas sosial masyarakat.Oleh karena itu, Seligman memandang
rekrutmen sebagai suatu proses yang terdiri dari:21
1. Penyaringan dan penyaluran politik yang mengarah pada eligibilitas
(pemenuhan syarat pencalonan).
20
Michael Rush dan Phillip Althoff. 2003. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Raja Grafindo Persada. hal.
185.
21
Tangkilisan, op. cit., hal. 190.
Universitas Sumatera Utara
2. Pencalonan atau proses dua tahap yang mensyaratkan inisiatif dan penguatan.
3. Seleksi, yakni pemilihan calon elit politik yang sebenarnya.
1.6.2.1. Pola Rekrutmen
Pola merupakan corak, model, system, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap
dan rencana). Pola rekrutmen adalah konstansi berbagai prakter rekrutmen oleh
partai politik. Sungguhpun pada dasarnya setiap partai harus berprinsip untuk
terbuka bagi kelompok sosial manapun, namun pada level praktis. Kerapkali sulit
dihindari bahwa tiap kecendwrungan tipe partai politik menstrukturkan perbedaan
dalam menatap konsep rekrutmen yang dianggap ideal bagi partainya.
Rush dan Altoff mengemukakan bahwa mekanisme rekrutmen partai politik
merupakan suatu proses pengrekrutan politik yang memiliki dua sifat yaitu sifat
tertutup; adalah suatu sistem pengrekrutan administrtif yang didasarkan atas
patronase. Kedua, sifat terbuka; adalah sistem yang berdasarkan pada ujian –ujian
tersebut.22 Sistem rekrutmen dibagi menjadi dua cara. Pertama rekrutmen terbuka,
yakni dengan menyediakan dan memeberikan kesempatan yang sama bagi seluruh
warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian
dilaksanakan melalui prosws dengan syarat – syarat yang telah ditentukan melalui
pertimbangan – pertimbangan yang objektif rasional. Dimana setiap orang yang
memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat
22
Michael rush and philip altoff. Hal 247
Universitas Sumatera Utara
mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi. Kedua, rekrutmen
tertutup yaitu adanya kesempatan untuk masuk menduduki jabatan politik tidaklah
sama setiap warga negara, artinya hanya individu – individu tertentu yang dapat
menduduki jabatan politik.
I.7. Metodologi Penelitian
I.7.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian
deskriptif, yaitu suatu tipe penelitian untuk memberikan gambaran objek
penelitian berdasarkan suatu gejala sosial, fakta dan data yang ada melalui
konsep- konsep dalam teori sosial.Penelitian deskriptif ini dapat diartikan sebagai
prosedur dalam memecahkan masalah yang sedang di teliti atau di selidiki dengan
menggambarkan keadaan subyek dan obyek penelitian seseorang, masyarakat,
lembaga- lembaga sosial masyarakat dan gerakan organisasi masyarakat
berdasarkan fakta – fakta yang ada.Menurut Whitney, metode deskriptif adalah
pencarian masalah-masalah dalam masyarakat, serta cara yang berlaku dalam
masyarakat serta dituasi-situasi tertentu, termasuk hubungan-hubungan kegiatan,
sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung
dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.23
23
Lihat Mohammad Nazir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 64.
Universitas Sumatera Utara
1.7.2. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dilakukan dalam penelitian jenis penelitian
kualitatif.Penelitian kualitatif deskriptif yang penulis gunakan dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan objek
penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada. Fakta atau data yang ada
dikumpulkan, diklasifikasikan dan kemudian akan dianalisa.24
I.7.3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian
tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang akan dilakukan oleh penulis
mengambil lokasi diDewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh di Kabupaten
Aceh Tengah.
1.7.4. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Hal tersebut dimaksudkan untuk memastikan keakuratan hasil
penelitian:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian, yaitu melalui
wawancara, yaitu dengan cara memberikan pertanyaan langsung
24
Hadari Nawawi dan H. Matini, Penelitian Terapan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2000, hal.
73.
Universitas Sumatera Utara
kepada sejumlah pihak yang terkait yang didasarkan pada
percakapan intensif dengan suatu tujuan untuk memperoleh
informasi penelitian yang telah ditetapkan. Wawancara adalah
pertemuan antara periset dan responden, dimana jawaban
responden akan menjadi data mentah.25Adapun teknik yang
dilakukan
dalam
pencarian
Narasumber
atau
Informan
menggunakan teknik snowball sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel dengan mengajukan pertanyaan kepada subkelompok untuk
mengidentifikasi orang lain yang mungkin bisa kita teliti pula;
misalnya, anggota kelompok ekstremis atau bawah tanah.26Dalam
hal ini pengambilan informan yaitu dengan orang-orang yang
bersangkutan, diantaranya:
Ketua Dewan PimpinanCabang (DPC) Partai Aceh
Anggota Partai Aceh
Akademisi Ilmu Politik Serta Informan yang
besangkutan terhadap pencarian data penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai
berikut:
a. Studi Pustaka, yaitu pengumpulan data yang di peroleh dari
buku-buku, karya ilmiah, jurnal, dokumen, dan pendapat
25
Lihat Lisa Harrison. 2007. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Prenada Media Group. Hal. 104.
26
Ibid, Lisa harrison hal. 25
Universitas Sumatera Utara
para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang
diteliti yang terkait dengan pola rekrutmen Partai Aceh.
b. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh
dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada
dilokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang
menyangkut masalah yang sedang di teliti.
I.7.5. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah teknik
kualitatif yaitu teknik; tanpa menggunakan alat Bantu atau rumus statistik.Adapun
langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut; Pertama, pengumpulan data.Pada
tahap ini peneliti mengumpulkan data dan bahan baik dari buku, majalah, Koran,
jurnal, kliping dan situs-situs internet yang memuat tentang sistem rekrutmen
politik.Dan juga melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh atau informan yang
berkaitan dengan rekrutmen politik pada Partai Aceh.Kedua, penilaian atau
menganalisis data. Pada tahap ini setelah peneliti mengumpulkan dan
mendapatkan semua data yang mendukung atau membantu , penulis akan
memisahkan bahan-bahan dan data-data yang diperoleh sesuai dengan sifatnya
masing-masing. Kemudian penulis melakukan penilaian dan menganalisis data
dan bahan yang tersedia.Ketiga, penyimpulan data yang diperoleh.Tahap ini
adalah tahap terakhir pada penelitian ini.Dari hasil penilaian dan analisis yang
penulis lakukan penulis maka penulis mengambil kesimpulan yang dapat
membantu dalam memahami penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
I.8. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penelitian ini, maka
penulisan dilakukan secara terperinci dan sistematis sebagai salah satu syarat
penelitian ilmiah.Penelitian ini terdiri atas 4 bab, yaitu:
BAB I
: Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
:Sejarah Dan Profil Partai Aceh
Dalam bab ini akan dibahas sekilas mengenai sejarah Partai Aceh.
Selanjutnya juga akan di uraikan profil dari Partai Aceh.
BAB III
:Analisis Pola Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh
dalam menetapkan calon Kepala Daerah
pada PILKADA
2017 di Kabupaten Aceh Tengah.”
Dalam bab ini akan di uraikan analisis penelitian Pola Rekrutmen
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Aceh serta Proses
rekrutmen DPC Partai Aceh dalam menetapkan calon Kepala
Daerah yang di usung pada Pilkada 2017 di Kabupaten Aceh
Tengah..
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
:PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan akhir dari hasil penelitian serta saran –
saran yang ingin di kemukakan peneliti.
Universitas Sumatera Utara