Analisis Ungkapan Metaforis dalam Kolom Essai Taratarot pada Situs Berita Medanbagus.Com (Kajian Semantik)

LAMPIRAN 1
Daftar Data Ungkapan Metaforis Dalam Kolom Esai Taratarot Pada Situs
Berita Medanbagus.com

(01)Manusia dari belahan ‘bumi yang maju’ itu banyak belajar dari kita (yang
sering dicap) terbelakang ini (Amuk (Amock)).
(02) Pikiran jadi beku karena tunduk pada emosi (Amuk (Amock)).
(03) Karir akademik mereka terdongkrak (Amuk (Amock)).
(04) Bilamana lulus ujian, akan ada kenaikan kelas, naik kelas kehidupan (Anak
Muda Bunuh Diri(?)).
(05) Bahkan di hari-H (rabu 1 Juli 2015) pun pemerintah kota Medan sendiri
terkesan menciutkan hari jadi kotanya (Bak Pohon (Hendak) Dicabut
Akarnya).
(06) Bukan masakan saja yang tidak jadi, si pemasak juga bisa melepuh bermandi
minyak panas (Bawah sadar dan Demokrasi Ilusif).
(07) Di sisi lain, masyarakat bawah kebanyakan butuh ‘pelampiasan’ (Begal,
Main Hakim Sendiri, dan Ketertekanan Jiwa).
(08) Tekanan hidup terasa semakin menyesak diri (Begal, Main Hakim Sendiri,
dan Ketertekanan Jiwa).
(09) Corat-coret adalah peristiwa yang menggambarkan minimnya nuansa
perenungan reflektif (Corat-Coret Lulus Sekolah).

(10) Namun, pada kenyataanya ia ‘tidak dilupakan’ tetapi ‘ditekan’ ke alam
bawah sadar (Penerimaan Diri).
(11) Hal ini karena alam sadar begitu ‘tak jujur’ pada faktor penyebabnya, yaitu
trauma-trauma yang terendap di bawah sadar (Penerimaan Diri).

Universitas Sumatera Utara

(12) Candu bebatuan meningkat terutama saat semarak pilpres 2014 lalu (Batu
Akik Bijak Sana).
(13) Demokrasi semestinya membumi (Bawah Sadar dan Demokrasi Ilusif).
(14) Tidak melayang mengawang-ngawang (Bawah Sadar dan Demokrasi Ilusif).
(15) Menganggap title akademik bisa menaikkan status sosial kita? (Sebagian
Kecil di Cermin itu Bernama Ijazah Palsu).
(16) Menjamurnya ijazah palsu tak terlepas dari tingginya minat dan permintaan
terhadapnya (Sebagian Kecil di Cermin itu Bernama Ijazah Palsu).
(17) Paska peristiwa pikiran kita melayang entah kemana-mana (Absurditas Kami
Tidak Takut).
(18) Pikiran sebagai garda depan mesti dibiarkan terbuka agar perasaan mendapat
asupan gizi yang sehat (Amuk (Amock)).
(19) Anak muda yang (telah) membunuh dirinya itu, mengalami kebuntuan

pikiran (Anak Muda Bunuh Diri(?)).
(20) Dari jauh hari pun tak ada tanda-tanda persiapan (Bak Pohon (Hendak)
Dicabut Akarnya).
(22) Luap gempita kegembiraan mengisyaratkan ada emosi yang tertahan selama
ini (Corat-Coret Lulus Sekolah).
(23) Tak jarang kita terbawa oleh arus pikiran yang liar itu (Semak Belukar
Pikiran).
(24) Seakan terlihat gagap bekerja secara sistemik merespon peristiwa
pengeboman (Absurditas Kami Tidak Takut).
(25) Di tengah perang urat syaraf antar pendukung kandidiat (Batu Akik Bijak
Sana).
(26) Hiruk pikuk konstestasi Pilpres menyita banyak energi sosial (Batu Akik
Bijak Sana).

Universitas Sumatera Utara

(27) Candu batu punya makna tersendiri, selain juga turut bantu putar roda
perekonomian (Batu Akik Bijak Sana).
(28) Lalu, seperti burung, terbang bebas ke mana suka (Kabar Burung Kakek
Sarung).

(29) Seperti wabah, ‘Kakek Sarung’ menular dari mulut ke mulut (Kabar Burung
Kakek Sarung).
(30) Imajinasi menghasilkan gambaran mental (Kemerdekaan imajinasi).
(31) Menurutnya, film yang dibuat malah menciutkan imajinasi yang ada dalam
novel (Kemerdekaan Imajinasi).
(32) Wacana ijazah palsu menjalar ke berbagai daerah (Sebagian Kecil di Cermin
itu Bernama Ijazah Palsu).
(33) Ia suka kembara dan melompat kemana-mana (Semak Belukar Pikiran).
(34) Tinggal digiring kemana kekuasaan itu mau menggiringnya (Semak Belukar
Pikiran).
(35) Memori kerusuhan ‘98’ masih membekas (Amuk (Amock)).
(36) Bukan pula yang mudah disetir kekuasan (Anak Muda Bunuh Diri (?)).
(37) Begitu digdaya untuk melebur kediriannya (Anak Muda Bunuh Diri(?)).
(38) Semua itu tak terlepas dari fondasi awal yang menjadi akar kota ini (Bak
Pohon (Hendak) Dicabut Akarnya).
(39) Walau ada aspek keseimbangan lingkungan hidup yang perlu diperhitakan
(Batu Akik Bijak Sana).
(40) Bisa kontrol dan tidak unjuk hasrat liar bawah sadar di ruang publik (Bawah
Sadar dan Demokrasi Ilusif).
(41) Belum mampu kendalikan insting buas bawah sadar (Bawah Sadar dan

Demokrasi Ilusif).

Universitas Sumatera Utara

(42) Bukan sambil mabuk atau sedang ‘lupa diri’ (Bawah Sadar dan Demokrasi
Ilusif).
(43) Tanpa kendali diri pasti akan mengalami gesekan dengan hidup orang
kebanyakan (Begal, Main Hakim Sendiri, dan Ketertekanan Jiwa).
(44) Menurutku, masyarakat kita sedang mengalami tekanan jiwa yang lumayan
hebat (Begal, Main Hakim Sendiri, dan Ketertekanan Jiwa).
(45) Begal dan main hakim sendiri tidak berada di ruang hampa (Begal, Main
Hakim Sendiri, dan Ketertekanan Jiwa).
(46) Seperti sebotol minuman bersoda yang terlepas tutupnya (Corat-Coret Lulus
Sekolah).
(47) Tidak gampang diombang-ambingkan informasi samar (Kabar Burung Kakek
Sarung).
(48) Otak kita pun semakin tak terlatih berpikir jangka panjang (Kemerdekaan
Imajinasi).
(49) Kalaulah dulu para pendiri bangsa ini rendah kadar imajinasinya
(Kemerdekaan Imajinasi).

(50) Memandang setiap perjalanan hidup yang telah dilalui sebagai pelajaran
(Penerimaan Diri).
(51) Biar kini tindak lanjut Pak Menteri kian mengambang (Sebagian Kecil di
Cermin itu Bernama Ijazah Palsu).
(52) Eksistensi pikiran bisa diilustrasikan seperti berada di tengah semak belukar
(Semak Belukar Pikiran).
(53) Manusia membabibuta (Amuk (Amock)).
(54) Konon kabarnya lagi (lagi), si kakek sedang mengamalkan ilmu hitam (Kabar
Burung Kakek Sarung).

Universitas Sumatera Utara

(55) Ini adalah borok yang mesti disembuhkan segera apabila bangsa ini berniat
maju (Sebagian Kecil di Cermin itu Bernama Ijazah Palsu).
(56) Pikiran juga punya akar (Semak belukar pikiran).
(57) ‘Orang atas’ mulutnya berbusa-busa (Amuk (Amock)).
(58) Dahaga akan Pengetahuan (Anak Muda Bunuh Diri(?)).
(59) Semuanya beraroma sepi dan abai (Bak Pohon (Hendak) Dicabut Akarnya).
(60) Yang tak jarang menampilkan hasrat liar purbawi (Batu Akik Bijaksana).
(61) Baik kabar burung kakek sarung atau kabar burung dari burung lain (Kabar

Burung Kakek Sarung).
62) Kita makin seperti anak kecil yang terus ‘disuapin’ televise (Kemerdekaan
Imajinasi).
(63) Lesu dan merasa kehidupan begitu miskin untuk dirayakan (Manusia Fiksi
Dalam Dunia Fiktif).
(64) Sisi gelap manusia (Penerimaan Diri).
(65) Ketimbang bermain bola pimpong ijazah palsu (Sebagian Kecil di Cermin itu
Bernama Ijazah Palsu).

Universitas Sumatera Utara