Validasi Tes Draw a Person (DAP) dengan menggunakan tes papi-kostick - USD Repository
i
VALIDASI TES DRAW A PERSON (DAP)
DENGAN MENGGUNAKAN TES PAPI-KOSTICK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh : Rangga Harisang Anindita
NIM : 079114050 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2012
HALAMAN MOTTO
“Cara terbaik untuk keluar dari suatu persoalan adalah memecahkannya.” “DO THE BEST” iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
- Tuhan Yesus Kristus • Orangtuaku • Teman-temanku v
VALIDASI TES DRAW A PERSON (DAP)
DENGAN MENGGUNAKAN TES PAPI-KOSTICK
Rangga Harisang Anindita
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh setiap kriteria interpretasi tes DAP memiliki keterkaitan dengan faktor-faktor pada tes PAPI-Kostick. Data yang digunakan adalah sebanyak 200 orang. Peneliti mengambil data dari Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi (P2TKP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menggunakan teknik korelasi dalam menganalisis data. Peneliti menggunakan 15 hipotesis penelitian. Dari hasil uji hipotesis didapatkan semua nilai p lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi yang signifikan antara setiap kriteria interpretasi tes DAP dengan faktor-faktor dari tes PAPI-Kostick. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa kurangnya bukti validitas dari tes DAP, sehingga ada kecenderungan tes DAP kurang valid. Kata Kunci: Draw A Person (DAP), PAPI-Kostick, Validasivii
VALIDATION OF DRAW A PERSON (DAP) TEST
BY USING PAPI-KOSTICK TEST
Rangga Harisang Anindita
ABSTRACT
The aim of this research is to find out how far every DAP test interpretation criteria related to the factors in PAPI-Kostick test is. 200 subjects have been collected to complete the data. The researcher obtained the data from P2TKP USD Yogyakarta. The researcher used correlation technique to analyze the data and also used 15 research hypotheses. From the result of the hypothesis trial, it is found that all the p scores are higher than 0,05. It points out that there is no significant correlation between every DAP test interpretation criteria and the factors from the PAPI-Kostick test. This could indicate that there is a lack of validity in DAP test, so that there is a tendency that the test is not valid enough.
Key Words: Draw A Person (DAP), PAPI-Kostick, Validation
viii
KATA PENGANTAR
x
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan bimbingan-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Validasi tes Draw A
Person (DAP) dengan menggunakan tes PAPI-Kostick” dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dapat diselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi USD.
2. Ibu Titik Kristiyani, M. Psi. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi USD.
3. Bapak Agung Santoso, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Heri Widodo, M. Psi. Selaku pemimpin P2TKP yang memberikan izin untuk pengambilan data di P2TKP.
5. Ibu MM. Nimas Eki S., S. Psi., Psi., M. Si., selaku dosen pembimbing akademik.
6. Ibu Agnes Indar E, S. Psi., Psi., M. Si.
7. Semua dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma.
8. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis menerima segala bentuk saran dan kritik dari berbagai pihak. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………..…….......... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………….................. ii HALAMAN PENGESAHAN……….………………………………….......…. iii HALAMAN MOTTO.......................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN…..……………………………………............ v PERNYATAAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…….……...........….. vi ABSTRAK ……………………………………………………………........... vii ABSTRACT.…………………………………………………….............…...... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...................... ix KATA PENGANTAR..………………………………………………….....…. x DAFTAR ISI…………...………………………………………...……............. xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………............ 1 A. Latar Belakang………………………………………..................…. 1 B. Rumusan Masalah ……………………………….............................. 5 C. Tujuan Penelitian………………………………................……....... 5 D. Manfaat Penelitian………………………….........................…...….. 5 BAB II DASAR TEORI………………………………………..................…… 7 A. Draw-A-Person Test (Tes Menggambar Orang)……....................… 7
1. Sejarah Draw-A-Person Test…………………....….…......……. 7
2. Prosedur Draw-A-Person Test……….......……….............…...... 8 3.
Cara Interpretasi Draw-A-Person Test.....………...........…..…... 8
B. Perception and Preference Inventory (PAPI-Kostick)….........…..... 13 xii
1. Sejarah PAPI-Kostick……………………….…..............……... 15
2. Prosedur PAPI-Kostick ……………………….....…….............. 15
3. Faktor-Faktor dalam PAPI-Kostick …………........................…. 16
4. Reliabilitas dan Validitas PAPI-Kostick....................................... 22
5. Cara Interpretasi PAPI-Kostick …………………................…... 23
C. Hubungan antara Kriteria Interpretasi DAP dengan Faktor PAPI-Kostick............................................................. 25 D. Hipotesis............................................................................................. 29
E. Pertanyaan Penelitian……………………...............................…...... 31
BAB III METODE PENELITIAN…………………………….................…..... 32 A. Jenis Penelitian…………………….....…...................................…... 32 B. Variabel Penelitian……………………….…............................….... 32 C. Definisi Operasional………………………...........................…....… 32
1. Kriteria-kriteria interpretasi tes DAP (Draw-A-Person).............. 32 2.
Faktor-faktor tes PAPI-Kostick…................................................ 33
D. Subjek Penelitian………………..................................................….. 34
E. Metode Pengumpulan Data…………………….............……........... 35
F. Metode Analisis Data………………………………......................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….…....…........ 37 A. Orientasi Kancah……………………………...............................…. 37 B. Pelaksanaan Penelitian………………………................................... 37 C. Hasil Penelitian...............................………....................................... 39
1. Reliabilitas Inter-rater………………….................................…. 39 xiii
2. Uji Normalitas…………………………….......................…....... 40
3. Uji Hipotesis……………………......................................…....... 41
D. Pembahasan............……………...........................................…......... 42
E. Kelemahan Penelitian……………………........................….…...… 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………......................…....…. 46 A. Kesimpulan……………………………..........……............……...... 46 B. Saran……………………………………...................................….... 46 DAFTAR PUSTAKA…………………………………......................…..…...… 48 LAMPIRAN…………………………………….................................….…...… 51 xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tes grafis sering digunakan untuk asesmen psikologi. (Etikawati,
komunikasi pribadi, 10 Mei 2010 ; Zaman, 2009 : Weiner & Greenee, 2008 ; Gregory, 2007 ; Murphy & Davidshofer, 2005 ; Watkins, Campbell, Nieberding, Hallmark, 1995). Tes grafis digunakan pada bidang pendidikan, misalnya untuk pemilihan bidang studi. Tes grafis juga digunakan pada bidang klinis untuk mengetahui gambaran individual seseorang. Bidang industri dan organisasi memperlakukan tes grafis sudah seperti tes wajib karena sering digunakan, misalnya untuk merekomendasikan seseorang pada posisi tertentu dan seleksi kerja (Etikawati, komunikasi pribadi, 10 Mei 2010 ; Zaman, 2009).
Tes grafis terdiri dari BAUM, HTP, dan DAP. Tes BAUM adalah tes menggambar pohon. Tes HTP (House Tree Person) adalah tes menggambar rumah, pohon, dan orang. Tes DAP (Draw A Person) adalah tes menggambar orang. Tes BAUM digunakan untuk mengetahui fungsi okupasi seseorang, selain itu juga untuk mengetahui aspek-aspek kepribadian seperti kebutuhan seseorang, adekuasi ego, dan hubungan individu dengan lingkungan. Tes HTP digunakan untuk mengetahui fungsi seseorang di dalam keluarganya, pemenuhan kebutuhan afeksi dan penerimaan, persepsi dan hubungan dengan figur pemelihara, persepsi dan hubungan dengan figur otoritas, pemenuhan kebutuhan rasa aman, kesadaran menangani diri dan
1 hubungannya dengan lingkungan. Tes DAP mengungkap kecenderungan orang dalam hal kontak sosial, penyesuaian diri, dan cara seseorang untuk mengelola dari dorongan ke tindakan. Tes DAP merupakan salah satu dari ketiga jenis tes grafis, yang paling sering dipakai dan paling banyak referensinya dibandingkan dengan tes BAUM dan tes HTP. Tes DAP memiliki kemampuan lebih baik dibandingkan dengan BAUM dan HTP dalam melihat cara testee menghadapi stimulus yang ada di hadapannya dan di sekitarnya (Hooker & McAdams, 2003). Machover berpendapat bahwa tes DAP mampu mengungkap hal-hal yang terkait dengan testee secara spesifik, antara lain: ambisi, karakteristik kepribadian, kehidupan serta perilaku di dalam kehidupan keluarga pada testee yang menggambar (Groth-Marnat & Roberts, 1998).
Tes DAP sering digunakan di Indonesia karena memiliki kelebihan. Kelebihan tes DAP ialah kemampuannya menunjukkan hal yang sebenarnya dari dalam diri testee, dengan catatan si interpreter memiliki kemampuan untuk menginterpretasi dengan benar dan memiliki jam terbang yang tinggi (Etikawati, komunikasi pribadi, 10 Mei 2010). Tes DAP memiliki perbedaan dengan tes lain yang tidak menggunakan dasar proyektif, misalnya tes inventori. Testee yang mengerjakan tes inventori dapat melakukan faking dan jawaban dari tes tersebut tidak dapat diketahui apakah merupakan jawaban yang sebenarnya atau tidak (Etikawati, komunikasi pribadi, 10 Mei 2010).
Tes DAP memiliki beberapa kelemahan, kelemahan yang pertama yaitu tes DAP bersifat subjektif. Tester yang belum memiliki pengalaman, kurang peka, dan kurang memiliki jam terbang yang tinggi dalam menginterpretasi
hasil tes DAP, dapat melakukan kesalahan interpretasi (interpretasinya menyempit). Maksudnya, hasil tes testee hanya menunjukkan pola kepribadian
testee saat menghadapi masalah, tetapi bukan menggambarkan pola kepribadian testee secara umum (Etikawati, komunikasi pribadi, 10 Mei 2010).
Bila hal itu terjadi, maka dapat mengurangi validitas hasil tes DAP (Etikawati, komunikasi pribadi, 10 Mei 2010 ; Groth-Marnat, 1998). Validitas DAP juga masih menjadi bahan pembicaraan beberapa psikolog, sehingga dikhawatirkan tes ini sudah tidak dapat digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang (Etikawati, komunikasi pribadi, 10 Mei 2010 ; Swensen, 1957 ; Roback, 1968 ; Thomas & Jolley, 1998 ; Garb, Wood, Lilienfeld, and Nezworski, 2002).
Kelemahan yang kedua yaitu hasil tes DAP tergantung pada situasi psikologis
testee saat menggambar. Bila testee menggambar saat ia memiliki masalah,
maka tampilan gambarnya akan berbeda dibandingkan dengan gambar testee saat ia sedang tidak ada masalah.
Penelitian ini muncul untuk mengatasi keterbatasan validitas tes DAP. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengkorelasikan kriteria interpretasi tes DAP dengan kriteria interpretasi dari tes lain yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya secara objektif Hal itu perlu dilakukan untuk memvalidasi kriteria interpretasi dalam tes DAP. Penelitian ini juga muncul untuk mengatasi kelemahan pada penelitian sebelumnya (Nurhayati, 2011). Penelitian Nurhayati bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dimensi-dimensi penilaian DAP mampu mengungkap traits / sifat seseorang pada faktor 16 PF. Kelemahan penelitian tersebut adalah tidak mengidentifikasi kriteria mana yang memiliki
interpretasi yang sama dengan tes kriterionnya (16 PF). Hal itu menyebabkan tidak dapat dipastikan kriteria interpretasi tes DAP yang diuji mengukur hal yang sama dengan faktor-faktor pada tes 16 PF.
Peneliti memilih menggunakan tes PAPI-Kostick untuk memvalidasi kriteria-kriteria interpretasi dari tes DAP. Hal itu dikarenakan tes PAPI-Kostick memiliki reliabilitas dan validitas yang baik (Cartwright, 2011). PAPI-Kostick memiliki koefisien reliabilitas 0,62-0,91 (N=100); 0,80 pada faktor-faktor role dan 0,78 pada faktor-faktor need (N=143) dengan metode test re-test, sedangkan reliabilitas dengan metode konsistensi internal memiliki nilai alfa 0,71-0,90. Khusus untuk faktor K (kebutuhan untuk memaksakan kehendak) dan faktor P (kebutuhan untuk mengawasi/mengontrol orang lain) memiliki alfa 0,6-0,7 (N=100). PAPI-Kostick memiliki validitas isi, validitas konstruk, dan validitas prediktif yang kuat. Pada validitas konstruk, semua faktor-faktor PAPI-Kostick dikorelasikan dengan tes OPQ32, kemudian dihasilkan nilai korelasi di atas 0,5 (p=0,01 ; N=98) (Cartwright, 2011).
Alasan lain peneliti menggunakan tes PAPI-Kostick karena faktor-faktor tes PAPI-Kostick memiliki beberapa interpretasi yang sama dengan kriteria- kriteria tes DAP. Peneliti mencari interpretasi yang sama antara DAP dan PAPI-Kostick dengan cara saling mencocokkan interpretasinya. Ada 6 faktor yang memiliki interpretasi yang sama dengan DAP, yaitu: faktor E (kekuatan menahan emosi), faktor A (kebutuhan akan keberhasilan), faktor K (kebutuhan untuk memaksakan kehendak), faktor C (keteraturan, kerapihan), faktor W (kebutuhan akan aturan dan pengarahan), dan faktor O (kebutuhan akan
kedekatan dan afektif). Kriteria-kriteria interpretasi tes DAP akan dikorelasikan dengan faktor-faktor tes PAPI-Kostick. Harapan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kriteria-kriteria interpretasi tes DAP masih valid.
B. Rumusan Masalah
Seberapa jauh setiap kriteria interpretasi tes DAP memiliki keterkaitan dengan faktor-faktor pada tes PAPI-Kostick ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh setiap kriteria interpretasi tes DAP memiliki keterkaitan dengan faktor-faktor pada tes PAPI- Kostick.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat mengevaluasi validitas tes DAP.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai tes DAP, apakah masih layak digunakan atau tidak. Bila validitasnya tinggi, maka tes DAP baik untuk digunakan.
BAB II DASAR TEORI A. Draw-A-Person Test (Tes Menggambar Orang)
1. Sejarah Draw-A-Person Test
Florence Goodenough menemukan skala dasar intelegensi dari gambar orang pada tahun 1920, gambar tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Draw a Man Test (Urban, dalam Nurhayati, 2011). Goodenough menunjukkan bahwa gambar orang dapat mencerminkan perkembangan intelektual pada anak-anak, serta mengembangkan skala yang dapat digunakan untuk mengetahui umur mental dari seseorang yang menggambar orang. Goodenough juga mempelajari mengenai kepribadian dengan cara melihat gambar yang dibuat oleh seseorang. Machover adalah salah satu ahli yang memiliki pengetahuan tentang gambar proyektif. Dia mengembangkan penelitian Goodenough, yaitu dengan cara mengulang interpretasi dari hipotesis sebelumnya. Machover menggunakan latar belakang teori dinamika kepribadian untuk melihat ke dalam diri testee (Urban, dalam Nurhayati, 2011). Hasilnya, Machover tidak menemukan bahwa tes gambar orang tersebut dapat untuk mengukur inteligensi (Machover,1949).
7
2. Prosedur Draw-A-Person Test
Prosedur tes DAP adalah meminta testee untuk menggambar orang pada kertas berukuran 8,5 inci x 11 inci atau ukuran kuarto. Tester meletakkan kertas tersebut menghadap ke testee dengan posisi vertikal dan meminta testee untuk menggambar dengan menggunakan pensil HB.
Instruksi yang diberikan adalah, “gambarlah orang”. Instruksi, “gambarlah sesukamu”, diberikan jika testee bertanya lebih lanjut setelah mendapat instruksi pertama (Urban, dalam Nurhayati, 2011). Tester melakukan observasi terhadap testee selama testee menggambar. Tester juga mencatat hal-hal yang diperoleh dalam observasi, seperti urutan bagian tubuh yang digambar, komentar–komentar spontan testee selama menggambar, jenis kelamin orang yang digambar testee pertama kali, dan waktu yang dibutuhkan oleh testee untuk menggambar orang. Hal lain yang perlu dicatat adalah data pribadi testee dan pertanyaan–pertanyaan testee sebelum menggambar. Apabila memungkinkan, testee diminta untuk menggambar dua orang dalam dua kertas yang berbeda, tetapi jika tidak memungkinkan, testee diminta untuk menggambar orang yang sesuai dengan jenis kelamin testee (Machover, 1965).
3. Cara Interpretasi Draw-A-Person Test
Konsep dasar interpretasi tes DAP berasal dari penelitian ribuan gambar dalam konteks klinis yang menggunakan metode–metode proyektif dari analisis kepribadian dan teori psikoanalisis. Konsep dasar
interpretasi tes DAP adalah gambar orang yang digambar oleh testee memiliki hubungan erat dengan impuls–impuls, kecemasan–kecemasan, konflik–konflik, dan ciri–ciri yang menggambarkan individu yang bersangkutan. Hal tersebut telah terbukti kesahihannya dalam pengalaman klinis (Machover, 1965).
Tokoh yang digambar testee adalah gambaran dari diri testee, sedangkan kertas yang digunakan untuk menggambar dianggap sebagai lingkungan. Hal tersebut dapat terjadi ketika testee menggambar figur manusia, baik disadari atau tidak, seseorang dihadapkan pada masalah yang membutuhkan kemampuan memproyeksikan diri ke dalam semua arti tubuh dan sikap–sikap yang ditampilkan dalam figur manusia yang digambar. Hal itu menyebabkan tester bebas untuk melakukan interpretasi terhadap aspek–aspek yang seringkali mencerminkan masalah–masalah dan tingkah laku dari testee yang menggambar.
Dalam menginterpretasi gambar manusia, perlu memperhatikan kriteria-kriteria interpretasi yang ada dalam DAP (Machover, 1965).
Kriteria-kriteria interpretasi di bawah ini adalah kriteria interpretasi yang digunakan oleh peneliti dalam skala DAP (Eriany, 1998 ; Psikologi UGM, 1991 ; Psikologi UNTAG, 1992 ; Psikologi UMM, 1992). Kriteria tersebut meliputi:
a. Eksekusi Penentuan kriteria interpretasi DAP yaitu dengan cara memperhatikan tata letak dan tata gambar pada gambar yang dibuat testee di kertas.
1) Lokasi Gambar atau Penempatan Gambar Penempatan gambar (kiri-kanan-atas-bawah) tentang kontrol emosi, keinginan mencapai prestasi, dan orientasi sosial.
2) Ukuran Figur Ukuran figur (kecil-besar) mengenai kepercayaan diri.
3) Tipe Garis Tipe garis (kabur-jelas) tentang keberanian. Tipe garis
(terputus-putus-menyambung) tentang ketegasan. Tipe garis (tunggal-bertumpuk) mengenai kenyamanan dan rasa aman.
4) Hapusan Hapusan menggambarkan tentang tingkat kepercayaan diri.
5) Shading Shading menggambarkan tentang kecemasan.
b. Fungsional Kriteria interpretasi yang dipilih berdasarkan fungsional memiliki makna bahwa penentuan kriteria interpretasi DAP itu dengan memperhatikan manfaat dan fungsi dari anggota tubuh yang berada pada gambar orang yang digambar oleh testee.
1) Kepala Gambar kepala (agak besar-terlalu besar) memiliki makna antara lain tentang intelegensi, tentang fantasi, tentang simtom- simtom somatis pada kepala, tentang aspirasi dan kemampuan. 2) Rambut
Gambar rambut yang (sangat kurang-dilebihkan) memiliki makna tendensi castrasi complex, erotis protes, atau kemungkinan ada konflik. Gambar rambut (berantakan-rapi) tentang tertata- tidaknya seseorang. Gambar rambut (berombak-lurus) tentang seberapa rumit cara berpikir seseorang. Gambar rambut (tidak ditutupi-ditutupi) tentang orientasi sosial.
3) Alis Gambar alis (pendek-panjang) tentang seberapa mampu seseorang dapat melihat suatu hal dengan cermat dan seksama.
Gambar alis (berantakan-rapi) tentang kesopanan. 4) Mata
Gambar mata (tertutup-terbuka-besar-kecil) tentang kontak sosial dan agresivitas.
5) Telinga Gambar telinga (tidak jelas-jelas) mengenai keragu-raguan.
Gambar telinga (besar-kecil) tentang kepekaaan terhadap kritik.
6) Hidung Gambar hidung (pendek-panjang) tentang keinginan atau hasrat akan kejantanan/kekuatan. Gambar hidung (besar-kecil) tingkat tentang penghargaan kepada orang lain. 7) Mulut
Gambar mulut (tidak jelas-jelas) memiliki makna antara lain penolakan terhadap kebutuhan afektif, perasaan bersalah, depresi, atau kontak verbal yang terganggu, kebutuhan tergantung. Gambar mulut (tertutup-terbuka) tentang tingkat ketergantungan kepada orang lain. 8) Leher
Gambar leher yang (tidak jelas-jelas) tentang kontrol atas dorongan-dorongan. Gambar leher (kecil-besar) memiliki makna depresi, mungkin rigid, atau penggabungan impuls yang baik. Gambar leher (pendek-panjang) tentang kontrol emosi. 9) Lengan
Gambar lengan (pendek-panjang) tentang ambisi dan kasih sayang. Gambar lengan (menjauhi tubuh-mendekati tubuh) tentang ketegangan. 10)
Tangan Gambar tangan (kabur-jelas-kecil-besar) memiliki makna tentang kontak sosial dan agresi.
11) Jari Tangan Gambar jari tangan (pendek-panjang-tumpul-runcing) memiliki makna tentang agresi.
12) Kaki Gambar kaki (kecil-besar-panjang-pendek) tentang ketergantungan pada orang lain.
13) Jari Kaki Gambar jari kaki (jelas-tidak jelas) tentang agresivitas.
B. Perception and Preference Inventory (PAPI-Kostick)
PAPI-Kostick adalah self report inventory yang terdiri dari 90 pasangan pernyataan pendek yang berhubungan dengan situasi kerja menyangkut 20 faktor yang terdiri dari 10 need dan 10 role yang dikelompokkan dalam tujuh bidang. Ketujuh bidang tersebut adalah arah kerja, gaya kerja, kepemimpinan, aktivitas, sikap sosial, temperamen, dan kepatuhan. Bidang arah kerja terdiri dari faktor N (kebutuhan untuk menyelesaikan tugas ; need), faktor G (peran sebagai pekerja keras ; role), dan faktor A (kebutuhan akan keberhasilan ;
need ). Bidang gaya kerja terdiri dari faktor R (tipe teoretis ; role), faktor D
(minat pada tugas-tugas yang mendetail ; role), dan faktor C (keteraturan, kerapihan ; role). Bidang kepemimpinan terdiri dari faktor L (peran kepemimpinan ; role), faktor P (kebutuhan untuk mengawasi/mengontrol orang lain ; need), dan faktor I (kesantaian dalam mengambil keputusan ;
role ). Bidang aktivitas terdiri dari faktor T (kecepatan ; role) dan faktor V
(kegairahan ; role). Bidang sikap sosial terdiri dari faktor X (kebutuhan untuk diperhatikan ; need), faktor S (perluasan lingkup sosial ; role), faktor B (kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok ; need), dan faktor O (kebutuhan akan kedekatan dan afektif ; need). Bidang temperamen terdiri dari faktor Z (kebutuhan akan perubahan ; need), faktor E (kekuatan menahan emosi ; role), faktor K (kebutuhan untuk memaksakan kehendak ; need). Bidang kepatuhan terdiri dari faktor F (kebutuhan untuk mendukung pemimpin ; need) dan faktor W (kebutuhan akan aturan dan pengarahan ;
need ).
Ketujuh bidang PAPI-Kostick saling berhubungan dan akan jelas hubungannya dalam diagram PAPI-Kostick. Misalnya pada bidang temperamen (faktor K) dengan bidang kepatuhan (faktor F), orang yang skor faktor L-nya tinggi (memiliki peran kepemimpinan yang tinggi) maka biasanya skor faktor F-nya rendah (kebutuhan untuk mendukung pemimpin rendah). Setiap nomor terdiri dari satu need yang berpasangan dengan need yang lain dan satu role yang berpasangan dengan role yang lain. Tidak ada
need yang berpasangan dengan role atau role dengan need. (Sapri, dalam Workshop Tes Grafis, 2008).
1. Sejarah PAPI-Kostick
PAPI (Perception and Preference Inventory) dibuat oleh Max Martin Kostick, doktor dalam ilmu pendidikan, guru besar Psikologi Industri di State College, Boston, awal tahun 60an. Kostick adalah pemegang hak cipta PA Consulting Group yang juga menyelenggarakan pelatihan untuk pengguna dan seminar-seminar untuk pengembangan PAPI-Kostick (Sapri, dalam Workshop Tes Grafis, 2008).
PAPI-Kostick digunakan secara luas antara lain di Inggris, Australia, Perancis, dan Jerman. PAPI-Kostick digunakan di Indonesia diperkirakan sekitar awal atau pertengahan tahun 80an. Penggunaan PAPI-Kostick di Indonesia dengan cepat meluas menjelang akhir 90an, karena kemudahan dan peluang-peluang yang menjanjikan (Sapri, dalam Workshop Tes Grafis, 2008).
2. Prosedur PAPI-Kostick
Tes PAPI-Kostick terdiri atas 90 soal dalam setting dunia kerja yang meliputi 180 pernyataan, masing-masing soal terdapat 2 pernyataan.
Testee diminta untuk memilih satu pernyataan yang paling mendekati
gambaran diri testee atau yang paling menunjukkan perasaan testee. Bila merasa bahwa kedua pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri
testee testee , maka testee tetap diminta untuk memilih satu pernyataan yang
paling menunjukkan diri testee. Testee diminta melingkari satu panah yang terdapat di kanan setiap nomor, pada lembar jawaban. Testee juga
diminta untuk bekerja dengan cepat dan setiap nomor harus dikerjakan semua (Sapri, dalam Workshop Tes Grafis, 2008).
3. Faktor-Faktor dalam PAPI-Kostick
Berikut ini adalah 20 faktor dari PAPI-Kostick (Sapri, dalam Workshop Tes Grafis. 2008. ; PAPI-Kostick, Training. 2010.).
a. Faktor L (peran kepemimpinan) Faktor L menunjukkan seberapa jauh seseorang memiliki keyakinan untuk berada di posisi pemimpin, seberapa jauh seseorang merasa nyaman dengan perilaku kepemimpinan, dan seberapa jauh seseorang menerima dirinya dalam peran tersebut b. Faktor P (kebutuhan untuk mengawasi/mengontrol orang lain)
Faktor P menunjukkan seberapa jauh keinginan seseorang untuk memegang kendali, menggerakkan kekuatan, dan melakukan dominasi terhadap orang lain. Faktor ini menunjukkan tingkat kemauan seseorang untuk melaksanakan tanggung jawab yang timbul dari peran kepemimpinan dan untuk bekerja melalui orang lain dalam menyelesaikan tugas.
c. Faktor I (kesantaian dalam mengambil keputusan) Faktor I menunjukkan seberapa besar kemampuan seseorang dalam kaitan dengan tugas untuk membuat keputusan, menerima tanggung jawab dari keputusan yang diambilnya, dan menerima konsekuensi dari keputusannya tersebut. Faktor ini juga menunjukkan tingkat perasaan
tidak nyaman atau tertekan bila menghadapi situasi di mana harus mengambil keputusan.
d. Faktor T (kecepatan) Faktor T menunjukkan kecepatan seseorang untuk lebih suka bekerja secara mental. Faktor ini juga menunjukkan kesigapan mental seseorang untuk bekerja, bukan dalam arti kepandaian atau inteligensinya, tetapi dalam arti kesigapannya untuk langsung bekerja (switched-on), dan kepekaannya terhadap keadaan yang mendesak.
e. Faktor V (kegairahan) Faktor V menunjukkan seberapa jauh seseorang dapat dihubungkan dengan kekuatan secara fisik, aktivitas dan gerakan.
Faktor ini menunjukkan energi fisik yang dimiliki seseorang dan kemauannya untuk menunjukkan diri dalam kegiatannya.
f. Faktor X (kebutuhan untuk diperhatikan) Faktor X menunjukkan seberapa jauh keinginan seseorang untuk dikenal, untuk mencari perhatian yang dilakukan secara nyata dan terbuka. Faktor ini mencerminkan dorongan seseorang untuk tampil, menjadi sorotan, dan menonjol.
g. Faktor S (perluasan lingkup sosial) Faktor S menunjukkan kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain secara hangat atau menyenangkan. Faktor ini mencerminkan tingkat keyakinan diri seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, mudah berinteraksi dengan orang lain, memahami
arti ikatan sosial dan benar-benar menyukai hubungan dengan orang lain.
h. Faktor B (kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok) Faktor B menunjukkan seberapa jauh kebutuhan seseorang untuk berada dalam kelompok, untuk dapat diterima dan menjadi bagian dari kelompok. i. Faktor O (kebutuhan akan kedekatan dan afektif)
Faktor O menunjukkan kebutuhan seseorang akan keakraban, kehangatan, dan memiliki hubungan interpersonal yang sesuai/cocok/sepaham. Faktor ini juga menunjukkan seberapa jauh arti penerimaan dan persetujuan orang lain bagi dirinya. Faktor ini juga menunjukkan seberapa besar seseorang merasa kurang nyaman atau merasa terluka akibat penolakan, isolasi atau ketidaksetujuan dari orang lain. j.
Faktor R (tipe teoretis) Faktor R menunjukkan kesukaan seseorang terhadap pemikiran- pemikiran analitis dan konseptual, kemampuannya untuk menangani pemikiran abstrak. Faktor ini menunjukkan cara yang lebih disukainya dalam bekerja secara mental, dan bukan petunjuk terhadap kecepatannya bereaksi secara mental atau terhadap inteligensinya.
k. Faktor D (minat pada tugas-tugas yang mendetail) Faktor D menunjukkan kesigapan seseorang untuk menggunakan waktunya dalam mempertimbangkan pemikiran detail dari setiap aspek dalam suatu tugas atau pekerjaan. Faktor ini menunjukkan kesukaan seseorang terhadap hal-hal yang detail. l. Faktor C (keteraturan, kerapihan)
Faktor C menunjukkan seberapa jauh seseorang menempatkan keteraturan, sistem dan prosedur pada diri sendiri dan pada lingkungan kerjanya. Faktor ini menunjukkan pentingnya berada dalam situasi kerja yang terstruktur, terorganisasi, dan rapi serta mempunyai metode sebagai pembeda terhadap pendekatan apa adanya dari orang-orang yang cenderung seadanya saja. m. Faktor Z (kebutuhan akan perubahan)
Faktor Z menunjukkan seberapa jauh keinginan seseorang terhadap adanya variasi, stimulasi dan inovasi dalam pekerjaannya. Kondisi ekstrimnya adalah keinginan seseorang untuk berada pada lingkungannya yang rutin, aman dan dapat diperkirakan perubahannya.
Hal yang tidak menyenangkan adalah bila seseorang menuntut adanya perubahan yang terus menerus tanpa henti di lingkungan kerjanya. n.
Faktor E (kekuatan menahan emosi) Faktor E menunjukkan seberapa jauh kemampuan seseorang untuk mengendalikan keluarnya ekspresi emosinya. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh seseorang dapat disiplin, terhadap kemampuan seseorang
untuk tidak menunjukkan emosinya atau sebaliknya terhadap mereka yang bersikap sangat terbuka dalam memperlihatkan emosi. o. Faktor K (kebutuhan untuk memaksakan kehendak)
Faktor K menunjukkan seberapa jauh seseorang memiliki sikap asertif dan kekuatan emosi terhadap orang lain. Faktor ini juga menunjukkan dorongan emosi seseorang yang kuat, bahkan agresi dari dalam dirinya. Faktor ini dapat menunjukkan hal yang sebaliknya juga, yaitu tingkat ketidaksukaan seseorang terhadap sikap/perasaan yang keras dan keinginannya untuk berada dalam keadaan yang harmonis dan tidak asertif. p. Faktor F (kebutuhan untuk mendukung pemimpin)
Faktor F menunjukkan seberapa jauh kekuatan dorongan dalam diri seseorang untuk dihubungkan dengan otoritas atau kekuatan kepemimpinan, menunjukkan rasa hormat dan kesesuaian dengan struktur hirarki daripada menjadi mandiri. q. Faktor W (kebutuhan akan aturan dan pengarahan)
Faktor W menunjukkan seberapa jauh seseorang memerlukan dukungan, arahan atau tuntunan dari lingkungan kerja yang teratur/terstruktur, sebagai lawan dari situasi dimana seseorang dapat menampilkan sikapnya yang otonom, berinisiatif dan dapat mengarahkan dirinya sendiri. Ekstrimnya adalah orang yang terlalu tergantung atau menjadi orang yang suka memulai pekerjaannya sebelum ada instruksi.
r. Faktor N (kebutuhan untuk menyelesaikan tugas) Faktor N menunjukkan seberapa jauh dorongan dari dalam diri seseorang untuk menangani sendiri suatu tugas sampai benar-benar selesai. Faktor ini mencerminkan ketekunan, skor pada ekstrim tinggi menunjukkan komitmen untuk menyelesaikan satu tugas, sedangkan skor pada ekstrim rendah menunjukkan kurangnya tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas bahkan mengabaikannya. s. Faktor G (peran sebagai pekerja keras)
Faktor G menunjukkan seberapa jauh seseorang mengidentifikasikan dirinya dengan kerja keras. Faktor ini menunjukkan penerimaan seseorang terhadap bekerja secara intensif dengan upaya yang sesuai. Pada skor ekstrim tinggi, seseorang dapat memandangnya sebagai sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedangkan pada ekstrim yang sebaliknya, seseorang lebih suka menghindari beban kerja bila hal tersebut memungkinkan. t. Faktor A (kebutuhan akan keberhasilan)
Faktor A menunjukkan seberapa besar daya dorong pribadi dalam diri seseorang, seberapa jauh keinginannya untuk mencapai sukses, dan seberapa besar ambisinya. Faktor ini mencerminkan tingkat keyakinan dan komitmen dalam diri seseorang untuk mendapatkan hasil dan mencapai tujuan kerja yang ditentukannya bagi dirinya sendiri.
4. Reliabilitas dan Validitas PAPI-Kostick
a. Reliabilitas PAPI-Kostick
PAPI-Kostick memiliki reliabilitas yang baik untuk faktor-faktor
role 0,80 (N=143) dan need 0,78 (N=143). Reliabilitas tersebut
dilakukan dengan metode test re-test. Pada penelitian berikutnya ditemukan koefisien reliabilitas 0,62-0,91 (N=100). Reliabilitas dilakukan dengan metode konsistensi internal pada semua faktor PAPI- Kostick, sehingga menghasilkan koefisien alfa 0,71-0,90 , khusus untuk faktor K dan faktor P koefisien alfa-nya 0,6-0,7 (Cartwright, 2011).
b. Validitas PAPI-Kostick
PAPI-Kostick memiliki validitas yang baik. Manual teknis PAPI- Kostick menunjukkan catatan yang sangat detail tentang analisis item versi 1996 PAPI-Kostick. Hal itu memberikan bukti yang kuat tentang validitas isi PAPI-Kostick (Cartwright, 2011). Ada 2 penelitian tentang PAPI-Kostick yang telah dilakukan untuk menguji validitas konstruk.
Penelitian yang pertama dilakukan dengan sampel 98 orang (67 orang dari perusahaan asuransi dan 31 orang dari kantor penyedia mebel).
Kepada sampel diberikan tes PAPI-Kostick sekaligus OPQ32. Hasilnya, 20 faktor PAPI-Kostick semuanya berkorelasi dengan skala OPQ, 15 skala memiliki nilai korelasi diatas 0,5 (p=0,01). Pada penelitian kedua menunjukkan hubungan positif antara PAPI-Kostick dan 33 item kuisioner dari penelitian yang mengukur kecerdasan emosional. Ada 18 korelasi yang signifikan, 8 diantaranya masuk pada
taraf signifikansi 0,01 (Cartwright, 2011). Pengukuran validitas di sini menggunakan PAPI-Kostick versi normatif.
5. Cara Interpretasi PAPI-Kostick
Cara menginterpretasi PAPI-Kostick yaitu dengan mengisi kotak pada lembar jawaban dari masing-masing faktor yang diukur. Caranya adalah dengan menjumlahkan tanda panah yang dilingkari oleh testee, kemudian diisikan menuju ke arah kotak tersebut. Cara untuk mengetahui total skor yang diisikan sudah benar adalah dengan menjumlahkan angka yang telah dimasukkan ke dalam kotak yang terletak di atas dan di bawah lembar jawaban, dengan menjumlahkan skor dari faktor-faktor yang berkedudukan sejajar dengan kotak tersebut. Bila penjumlahannya benar, jumlah total pada kotak atas adalah 45, begitu juga dengan yang di kotak bagian bawah. Jadi, jumlah keseluruhan harus 90, sesuai dengan jumlah nomor soal. Langkah berikutnya yaitu dengan memindahkan skor yang terdapat pada masing-masing faktor yang diukur. Skor-skor yang terdapat pada lembar jawaban tersebut dipindahkan ke lembar diagram, sesuai dengan faktor yang ada, yaitu dengan cara melingkari skor pada faktor yang diukur. Langkah terakhir yaitu dengan cara menghubungkan seluruh lingkaran tersebut sehingga data siap diinterpretasi.
Cara interpretasinya antara lain: 1.melihat skor yang berseberangan antar faktor dalam lembar diagram, 2.melihat faktor yang bersebelahan, 3.melihat faktor yang sama-sama menonjol tinggi dan sama-sama
menonjol rendah, 4.melihat faktor yang relevan (misalnya testee yang memiliki skor faktor I/kesantaian dalam mengambil keputusan yang rendah biasanya memiliki skor faktor R/tipe teoretis yang tinggi), 5.melihat linkage (misalnya skor faktor L/kepemimpinan yang tinggi dan skor faktor P/kebutuhan untuk mengontrol orang lain yang rendah, memiliki makna bukan pemimpin alami tetapi merasa dituntut untuk menunjukkan kepemimpinan), dan 6.melihat 3 area pada semua faktor yang ada, yaitu area optimal, acceptance, dan development. Area ini adalah jenis rekomendasi atau kesimpulan untuk testee.
C. Hubungan antara Kriteria Interpretasi DAP dengan Faktor PAPI- Kostick
Berikut ini adalah tabel hubungan antara kriteria interpretasi DAP dengan faktor PAPI-Kostick. Terdapat 15 interpretasi dari DAP dan PAPI- Kostick yang mengangkat hal yang sama.
Tabel 1 Kriteria Interpretasi DAP dan Faktor PAPI-Kostick yang memiliki interpretasi yang sama Kriteria Indikasi Faktor Interpretasi Interpretasi DAP PAPI- Kostick
penempatan gambar dikuasai emosi E Menunjukkan seberapa jauh terlalu ke kiri kemampuan seseorang untuk mengendalikan keluarnya ekspresi penempatan gambar adanya kontrol terlalu ke kanan emosional emosinya. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh seseorang dapat disiplin, terhadap kemampuan seseorang untuk tidak menunjukkan emosinya atau sebaliknya terhadap mereka yang bersikap sangat terbuka dalam memperlihatkan emosi. berusaha keras untuk A Menunjukkan seberapa besar daya sukses dorong pribadi dalam diri seseorang, seberapa jauh keinginannya untuk mencapai sukses, dan seberapa besar ambisinya. Faktor ini mencerminkan tingkat keyakinan dan komitmen dalam diri seseorang untuk mendapatkan hasil dan mencapai tujuan kerja yang ditentukannya bagi dirinya sendiri. tipe garis sifat yang K Menunjukkan seberapa jauh terputus-putus takut/malu-malu seseorang memiliki sikap asertif dan kekuatan emosi terhadap tipe garis tegas orang lain. Faktor ini juga menyambung menunjukkan dorongan emosi
seseorang yang kuat, bahkan agresi dari dalam dirinya. Faktor ini dapat menunjukkan hal yang sebaliknya juga, yaitu tingkat ketidaksukaan seseorang terhadap sikap/perasaan yang keras dan keinginannya untuk berada dalam keadaan yang harmonis dan tidak asertif. rambut berantakan sifat kekacauan C Menunjukkan seberapa jauh seseorang menempatkan rambut rapi sifat tertata keteraturan, sistem dan prosedur pada diri sendiri dan pada lingkungan kerjanya. Faktor ini menunjukkan pentingnya berada dalam situasi kerja yang terstruktur, terorganisasi, dan rapi serta mempunyai metode sebagai pembeda terhadap pendekatan apa adanya dari orang-orang yang cenderung seadanya saja. mata besar agresif K Menunjukkan seberapa jauh seseorang memiliki sikap asertif dan kekuatan emosi terhadap orang lain. Faktor ini juga menunjukkan dorongan emosi seseorang yang kuat, bahkan agresi dari dalam dirinya. Faktor ini dapat menunjukkan hal yang sebaliknya juga, yaitu tingkat ketidaksukaan seseorang terhadap sikap/perasaan yang keras dan keinginannya untuk berada dalam keadaan yang harmonis dan tidak asertif. mulut yang jelas kebutuhan W Menunjukkan seberapa jauh tergantung seseorang memerlukan dukungan, arahan atau tuntunan dari lingkungan kerja yang teratur/terstruktur, sebagai lawan dari situasi dimana seseorang dapat menampilkan sikapnya yang otonom, berinisiatif dan dapat mengarahkan dirinya sendiri. Ekstrimnya adalah orang yang terlalu tergantung atau menjadi
orang yang suka memulai pekerjaannya sebelum ada instruksi. mulut tertutup menolak W Menunjukkan seberapa jauh ketergantungan seseorang memerlukan dukungan, arahan atau tuntunan dari mulut terbuka cenderung dependent lingkungan kerja yang teratur/terstruktur, sebagai lawan dari situasi dimana seseorang dapat menampilkan sikapnya yang otonom, berinisiatif dan dapat mengarahkan dirinya sendiri. Ekstrimnya adalah orang yang terlalu tergantung atau menjadi orang yang suka memulai pekerjaannya sebelum ada instruksi. mulut tertutup menekan K Menunjukkan seberapa jauh permusuhan seseorang memiliki sikap asertif dan kekuatan emosi terhadap orang lain. Faktor ini juga menunjukkan dorongan emosi seseorang yang kuat, bahkan agresi dari dalam dirinya. Faktor ini dapat menunjukkan hal yang sebaliknya juga, yaitu tingkat ketidaksukaan seseorang terhadap sikap/perasaan yang keras dan keinginannya untuk berada dalam keadaan yang harmonis dan tidak asertif. lengan pendek ambisi kemauan A Menunjukkan seberapa besar daya lemah dorong pribadi dalam diri seseorang, seberapa jauh lengan panjang ambisius dan usaha keinginannya untuk mencapai untuk sukses sukses, dan seberapa besar ambisinya. Faktor ini mencerminkan tingkat keyakinan dan komitmen dalam diri seseorang untuk mendapatkan hasil dan mencapai tujuan kerja yang ditentukannya bagi dirinya sendiri. mengaharapkan kasih O Menunjukkan kebutuhan sayang dan perhatian seseorang akan keakraban, kehangatan ,dan memiliki