Pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan ala Montessori untuk siswa kelas I SD Krekah Yogyakarta - USD Repository

  PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN ALA MONTESSORI UNTUK SISWA KELAS I SD KREKAH YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Theresia Kristi Panca Wijayanti

NIM: 091134027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013

  

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA

PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN ALA MONTESSORI

UNTUK SISWA KELAS I SD KREKAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Theresia Kristi Panca Wijayanti

  

NIM: 091134027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2013

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

  

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1.

  Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang berkenan memberikan rahmat dan cinta kasih-Nya kepada saya.

  2. Kedua nenek saya tercinta, Alm. Tuniyah dan Laminem yang selalu memberikan doa dan dukungan selama ini.

  3. Kedua orang tua saya, Alexius Waluyo Subroto dan Lucia Muntiwi tercinta yang selalu setia memberikan dukungan, bimbingan, kasih sayang, dan doa.

  4. Keempat kakak saya, Sr. Baptista, S. Kristanto Dwi A. U., C. K. Tri Werdiningtyas, dan M. Kristiarso Wibowo C. Y., yang selalu memberikan dukungan dan doa selama ini.

  5. Kedua adik saya L. Kristiawan Satria Sadyoga dan A. Kristi Septiani Setyaningwidhi yang selalu memberikan dukungan dan doa selama ini.

  6. Semua saudara yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya selama ini.

  7. Sahabat dan teman telah memberikan dukungan dan doa selama ini.

  8. Teman-teman seperjuangan PGSD ’09.

HALAMAN MOTTO

  

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan

kekekalan dalam hati mereka .”

(Pengkotbah, 3:11)

  

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan

mendapat; ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu.”

(Matius, 7:7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 30 Mei 2013 Peneliti, Theresia Kristi Panca Wijayanti

  

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Theresia Kristi Panca Wijayanti Nomor Mahasiswa : 091134027 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

  

Pengembangan Alat Peraga Penjumlahan dan Pengurangan Ala Montessori

untuk Siswa Kelas I SD Krekah.

  Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Yogyakarta, 30 Mei 2013 Yang menyatakan, Theresia Kristi Panca Wijayanti

  

ABSTRAK

  Wijayanti, Theresia Kristi Panca. (2013). Pengembangan alat peraga

  penjumlahan dan pengurangan ala Montessori untuk siswa kelas I SD Krekah Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru

  Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

  

Kata kunci: metode penelitian pengembangan, alat peraga Montessori,

penjumlahan dan pengurangan, dan matematika.

  Alat peraga merupakan komponen penting dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Alat peraga memudahkan siswa untuk memahami konsep yang abstrak melalui benda konkret. Sementara itu, salah satu metode pembelajaran yang menggunakan alat peraga dalam pembelajaran adalah metode Montessori. Fenomena yang terjadi, alat peraga Montessori masih mahal karena menggunakan bahan berstandar khusus dan belum diproduksi di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I SD semester genap SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Langkah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 4 tahap yaitu, (1) kajian standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) analisis kebutuhan dan pengembangan perangkat pembelajaran, (3) produksi alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan, dan (4) validasi dan revisi produk, sehingga dihasilkan prototipe produk alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan kelas I semester genap.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester genap memiliki lima ciri, yaitu menarik, bergradasi, auto-

  education, auto-correction, dan kontekstual;

  dan (2) memiliki kualitas “sangat baik” berdasarkan skor rerata validasi produk dari pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, guru kelas I, dan siswa kelas I SD Krekah Yogyakarta, serta peningkatan skor posttest siswa sebesar 73,44%. Dengan demikian alat peraga penjumlahan dan pengurangan yang dikembangkan sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas I semester genap.

  

ABSTRACT

  Wijayanti, Theresia Kristi Panca. (2013). Developing a set of Montessori addition

  and subtraction materials for the

  1 grade students of Krekah Primary

  School, Yogyakarta. A Thesis. Yogyakarta: Primary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

  

Keywords: research and development method, Montessori method, Montessori

materials, addition and subtraction, and mathematics.

  Media are an important component of learning in Primary School. They help students to understand the abstract concepts through concrete objects. One of the learning methods that make use of materials is the Montessori Method. The Montessori materials, however, are still very expensive because they use special standardized material and have not been produced in Indonesia. The study was aimed at developing a set of Montessori addition and subtraction materials for the 1 grade students at Krekah Primary School, Yogyakarta in the second term of the academic year of 2012/2013.

  This study employed the Research and Development method (R&D). The development procedures consist of four steps: 1) examining the competency standard and the math concept, 2) analyzing the students' needs, 3) producing the Montessori addition and subtraction materials, and 4) validating and revising the prototype of Montessori addition and subtraction materials.

  The result of the research showed that 1) the set of Montessori addition and subtraction materials developed satisfied the five criteria. It was interesting/attractive, it contained a rational gradation of stimuli, auto-education, auto-correction, and it was contextual; and 2) it was measured as

  “very good” after a quality assessment involving a couple of Math education experts, the class teacher, and the group of students. The posttest scores of students increased by 73.44%. It could be concluded, therefore, that the developed Montessori material for addition and subtraction was appropriate and ready to test on a wider audience.

  

PRAKATA

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Alat Peraga Penjumlahan dan Pengurangan Ala

  

Montessori untuk Siswa Kelas I SD Krekah Yogyakarta . Skripsi ini disusun

  sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya sekarang ini. Karena itu, dengan hati yang tulus perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

  2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. selaku Wakaprodi PGSD.

  4. Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan.

  5. Wiyanta, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Krekah Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah.

  6. Lisa Erviana, S.Pd.SD. selaku guru kelas I SD Krekah Yogyakarta yang telah memberikan ijin, bantuan, dan dan partisipasi dalam pelaksanaan penelitian.

  7. Veronika Fitri Rianasari, M.Si. selaku pakar pembelajaran matematika yang telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.

  8. Andri Anugrahana, M.Pd. selaku pakar alat peraga yang memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.

  9. Seluruh siswa kelas I SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang telah memberikan waktu kepada peneliti untuk bekerja sama selama penelitian berlangsung 10. Kedua orang tua saya, Alexius Waluyo Subroto dan Lucia Muntiwi yang telah memberikan dukungan materi maupun moril kepada peneliti.

  11. Keempat kakak saya, Sr. Baptista, S. Kristanto Dwi A. U., C. K. Tri Werdiningtyas, dan M. Kristiarso Wibowo C. Y., yang selalu memberikan dukungan dan doa selama ini.

  12. Kedua adik saya L. Kristiawan Satria Sadyoga dan A. Kristi Septiani Setyaningwidhi yang selalu memberikan dukungan dan doa selama ini.

  13. Budhe Kus, Mas Bayu, dan Mas Nanang yang telah memberikan bantuan, fasilitas, dan dukungan selama penelitian.

  14. Teman-teman saya satu perjuangan skripsi payung Montessori, Dian Aprelia Rukmi, Mukti Sari Putri, dan Esterlita Pratiwi. Sebuah kebanggaan bisa berjuang bersama kalian.

  15. Sahabat-sahabat saya, Dian Aprelia Rukmi, Maria Yuanita Kurniasih, Yuni Darojatiningtyas, Martina Setyowati, Natalia Susanti, Risti Pamudji, Y. Sigit Dwi W., dan Bonaventura Ika A. R. Sebuah berkat dan keajaiban dapat mengenal dan berbagi cerita bersama kalian.

  16. Teman-teman PGSD angkatan 2009 kelas A, Deny Adventy S., Silvia Erawati, A. Risca Putantri, Maria Assumpta P. R., Debora Nareswari Widya P., Gorius Geor, Heronimus Yudi K., Yoga Dharmawan, dan semuanya yang selalu memberikan motivasi untuk terus berkembang.

  Selamanya kita tetap bersaudara.

  17. Teman-teman kelompok PPL SD Krekah Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama pelaksanaan penelitian.

  18. Keluarga kecil di kos TB X No.12, Ibu Sri Wahyuningsih, Bapak Abdullah Edris, Natalia Susanti, Tari, Noni, Fakih, Noufal, dan Awan.

  19. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuan, dukungan, dan doanya selama ini.

  Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju lebih sempurnanya skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat untuk dunia pendidikan. Terima kasih.

  Penulis, Theresia Kristi Panca Wijayanti

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Literature map penelitian-penelitian yang relevan ............................. 23Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian R&D menurut Sugiyono ....................... 27Bagan 3.2 Langkah-langkah penelitian R&D menurut Borg & Gall ................... 28Bagan 3.3 Prosedur penelitian pengembangan mengadopsi model Sugiyono dan

  Borg & Gall ......................................................................................... 30

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 3.8.Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima menurut Sukardjo ................................................................................. 38

Tabel 4.2 Konversi Skala Lima ............................................................................ 52Tabel 4.3 Kriteria Skor Skala Lima ..................................................................... 53Tabel 4.8 Komentar Ahli terhadap Produk dalam Uji Validasi ........................... 55Tabel 4.9 Hasil Pretest dan Posttest .................................................................... 60

DAFTAR DIAGRAM

  Diagram 4.1. Diagram Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest ......................... 61

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Analisis Kebutuhan

  Lampiran 1.1 Kisi-kisi Wawancara ..................................................................... 71 Lampiran 1.2 Kisi-kisi Kuesioner ....................................................................... 71 Lampiran 1.3 Kuesioner Analisis Kebutuhan Terhadap Guru ............................ 72 Lampiran 1.4 Kuesioner Analisis Kebutuhan Terhadap Siswa .......................... 76 Lampiran 1.5 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ............ 78

  Lampiran 2. Instrumen Validasi Ahli

  Lampiran 2.1 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Ahli .................... 80 Lampiran 2.2 Rekapitulasi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar

  Pembelajaran Matematika ............................................................ 80 Lampiran 2.3 Rekapitulasi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar Alat

  Peraga ........................................................................................... 81 Lampiran 2.4 Rekapitulasi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Guru Kelas I. ............................................................................................................................... 81 Lampiran 2.5 Resume Hasil Penilaian Alat Peraga oleh Para Ahli .................... 82

  Lampiran 3. Uji Coba Lapangan Terbatas dengan Tes

  Lampiran 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Pretest dan Posttest ...................................... 83 Lampiran 3.2 Sampel Pretest ............................................................................... 84 Lampiran 3.3 Sampel Posttetst ........................................................................... 85

  Lampiran 4. Kuesioner uji Coba Lapangan Terbatas

  Lampiran 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa .................. 86 Lampiran 4.2 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa .. 86 Lampiran 4.3 Sampel Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa ..................... 87 Lampiran 5. Surat permohonan Ijin Penelitian ke SD ....................................... 89 Lampiran 6. Surat keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SD ............ 90

  Lampiran 7. Dokumentasi Lampiran 7.1 Desain Alat Peraga

  Lampiran 7.1.1 Desain Kancing Penjumlahan dan Pengurangan ......................... 91 Lampiran 7.1.2 Desain Kotak Alat Peraga dan Tutupnya ................................... 92 Lampiran 7.1.3 Desain Kotak Soal ...................................................................... 93 Lampiran 7.2 Kancing Penjumlahan dan Pengurangan ....................................... 94 Lampiran 7.3 Uji Coba Lapangan Terbatas ......................................................... 95

  

Lampiran 8. Album Alat Peraga ..................................................................... 98

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3)

  tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang dikembangkan, dan (6) definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Siswa Sekolah Dasar (SD) merupakan anak-anak yang berusia 7-12 tahun.

  Pada usia ini anak memiliki karakteristik tersendiri dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut teori kognitif Jean Piaget anak usia 7-12 tahun berada pada tahap operasional konkret dan tahap awal operasi formal (Suparno, 2001:25). Pada tahap operasional konkret pemikiran anak sudah berdasarkan logika atau aturan logis tertentu. Anak sudah mampu memecahkan masalah dengan pemikiran yang lebih teratur dan terarah menggunakan logikanya namun masih terbatas pada masalah konkret. Pada tahap ini konsep akan bilangan, waktu, dan ruang juga semakin terbentuk. Pada aspek afektif anak mulai mencari teman dan menyadari bahwa orang lain memiliki pemikiran yang lain. Aspek psikomotorik ditandai dengan kesukaan anak pada usia ini untuk melakukan aktivitas motorik. Berdasarkan uraian ketiga aspek tersebut dapat diketahui bahwa anak pada usia SD memiliki karaktersitik tersendiri. Berkaitan dengan hal tersebut pentinglah menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

  Pembelajaran menurut Undang-Undang Pendidikan Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pengertian tersebut berarti bahwa hal pokok dalam pembelajaran adalah terciptanya komunikasi dua arah antara pendidik ke siswa, siswa ke pendidik, dan siswa ke siswa. Sementara itu, Sugiyono dan Hariyanto (2011:17) menyebutkan bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling bergantung dan terorganisir antara kompetensi yang harus diraih siswa, materi pelajaran, pokok bahasan, metode dan pendekatan pengajaran, media pengajaran, sumber belajar, pengorganisasian kelas, dan penilaian. Masing-masing komponen memiliki peran dan kontribusi bagi terlaksananya suatu pembelajaran. Pembelajaran akan berhasil apabila pemilihan dan penggunaan semua komponen tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berkaitan dengan pengertian pembelajaran dalam UU Pendidikan No. 20 tahun 2003, pemilihan dan penggunaan komponen yang tepat dapat memfasilitasi terciptanya proses interaksi dua arah dalam pembelajaran. Pada pembelajaran bagi siswa SD salah satu komponen yang penting untuk mendukung terciptanya interaksi tersebut adalah media pembelajaran. Berkaitan dengan karakteristik siswa SD pada uraian sebelumnya, media yang dapat diupayakan dalam pembelajaran pada siswa SD adalah alat peraga.

  Salah satu metode pembelajaran yang menggunakan alat peraga adalah metode Montessori. Metode Montessori merupakan sebuah metode pembelajaran yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh Montessori, seorang dokter wanita Italia yang memiliki keprihatinan khusus terhadap dunia anak-anak dan pendidikan. Metode ini menekankan pembelajaran yang berbasis sensorial. Untuk mendukung hal tersebut Montessori membuat alat peraga atau didactic apparatus yang dapat digunakan oleh anak. Esensi dari metode Montessori terletak pada proses “normalisasi” seorang anak untuk berkembang. Anak memiliki kesempatan untuk berkembang secara alami sesuai dengan tuntunan dari lingkungannya.

  Dalam proses tersebut muncul motivasi intrinsik dari seorang anak untuk bekerja yang mendukung terciptanya konsentrasi penuh (flow theory) dan kemampuan untuk menjadi tuan atas dirinya (Kahn, 2003:1). Esensi tersebut didukung dengan filosofi Montessori terhadap anak, bahwa anak merupakan individu yang unik dan memiliki kemampuan melakukan sesuatu menggunakan kemampuannya sendiri sehingga patut untuk dihormati (Seldin, 2006:12). Metode ini berawal dari hasil observasi yang dilakukannya terhadap anak-anak didiknya di Casa Dei Bambini, sebuah sekolah yang didirikan untuk anak-anak yang kurang beruntung di daerah pinggiran Itali. Montessori berhasil membawa anak-anak tersebut lulus dalam ujian nasional yang diselenggarakan untuk anak-anak yang bersekolah di sekolah umum. Berdasarkan keberhasilan tersebut metode ini menjadi metode pembelajaran yang diakui oleh dunia.

  Metode Montessori bukan menjadi hal yang baru dalam pendidikan di Indonesia. Dewasa ini beberapa sekolah di Indonesia mulai menerapkan metode ini seiring dengan banyaknya penelitian yang mengungkapkan keberhasilan metode tersebut. Sekolah Montessori yang pertama di Indonesia berdiri pada tahun 1986 yaitu Jakarta Montessori School. Sekolah Montessori lain yag berkembang saat ini adalah Bali Montessori School, Sekolah Montessori di Bandung, Batam, dan Yogyakarta sendiri. Meskipun demikian sampai saat ini penerapan metode Montessori di Indonesia masih sebatas pada sekolah-sekolah swasta yang berlabel mahal. Hal tersebut menjadi fenomena yang wajar karena alat-alat peraga Montessori belum diproduksi di Indonesia dan masih menggunakan bahan terstandar khusus. Dari sejarahnya, metode ini bermula dari pelayanan pendidikan terhadap anak-anak pinggiran di Itali dan Montessori sendiri mengembangkan media pembelajaran berdasarkan hasil observasinya terhadap kesulitan belajar anak didiknya (Montessori, 2002:36). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya media pembelajaran Montessori dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh penyelenggara pendidikan.

  Lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah SD Krekah yang terletak di Ds. Krekah, Gilangharjo, Kec. Pandak Kab. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan didominasi wilayah pertanian. Rata-rata profesi orang tua siswa adalah petani dan buruh. Letak sekolah yang berada di pedesaan membuat sekolah ini memiliki beberapa potensi lokal yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran di antaranya hasil alam berupa pohon kelapa, rumput ilalang, pasir laut, batu, dan sabut kelapa.

  Berdasarkan wawancara terhadap kepala sekolah pada tanggal 24 November 2012 didapatkan bahwa sekolah masih menggunakan alat peraga secara terbatas karena minimnya alat peraga yang dimiliki. Selain itu berdasarkan wawancara dan observasi terhadap guru kelas dan tujuh siswa kelas I pada tanggal

  15 Januari 2013 didapatkan bahwa masih ada kesulitan dalam kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I. Siswa mengalami kesulitan untuk penjumlahan dan pengurangan bilangan yang lebih dari 10. Peneliti juga mendapati masih minimnya penggunaan alat peraga oleh guru dalam pembelajaran. Guru sendiri menyampaikan bahwa alat peraga untuk kelas I masih minim, sebatas pada gambar-gambar, kartu huruf dan kartu bilangan. Alat-alat peraga tersebut biasanya hanya digunakan di awal semester untuk pengenalan konsep huruf dan bilangan. Guru juga menyampaikan pernah membuat alat peraga sendiri untuk perkalian bilangan dengan menggunakan konsep kelipatan namun media tersebut tidak bertahan lama.

  Antara kesempatan dan kesenjangan di atas peneliti berinisiatif untuk mengembangkan alat peraga ala Montessori dengan memanfaatkan potensi lokal sebagai upaya membuka akses yang lebih luas terhadap pendidikan yang berkualitas. Alat peraga yang akan dikembangkan oleh peneliti merupakan alat peraga untuk penjumlahan dan pengurangan sesuai dengan kebutuhan siswa kelas I dengan memanfaatkan potensi lokal di daerah sekitar sekolah.

  Penelitian ini dibatasi pada pengembangan alat peraga Montessori untuk kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran Matematika dengan Standar Kompetensi (SK) “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah

  ” dan Kompetensi Dasar (KD) “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka” pada siswa kelas I semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SD Krekah Yogyakarta.

  1.2 Rumusan Masalah

  1.2.1 Bagaimanakah ciri-ciri alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

  1.2.2 Bagaimana kualitas alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Mengembangkan alat peraga Montessori sesuai ciri-ciri yang telah ditetapkan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

  1.3.2 Mengembangkan alat peraga Montessori yang berkualitas untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Bagi siswa Siswa kelas I semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 terbantu dalam belajar penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat peraga penjumlahan dan pengurangan ala Montessori.

  1.4.2 Bagi guru Menambah referensi dalam penggunaan alat peraga penjumlahan dan pengurangan yang bersifat kontekstual.

  1.4.3 Bagi sekolah Menambah referensi penelitian pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan untuk kelas I semester genap.

  1.4.4 Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan SD khususnya pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan untuk kelas I semester genap yang bersifat kontekstual.

  1.4.5 Bagi peneliti Mendapatkan pengalaman baru dalam mengembangkan alat peraga penjumlahan dan pengurangan ala Montessori sebagai upaya pengaplikasian ilmu pengetahuan tentang Montessori.

1.5 Spesifikasi Produk

  Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah kancing penjumlahan dan pengurangan berupa satu set kancing emas. Satu set kancing emas terdiri atas kancing satuan, puluhan, ratusan dan ribuan. Alat peraga ini dilengkapi dengan kartu bilangan yang terdiri dari satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan serta album alat peraga. Album alat peraga berisi deskripsi alat peraga dan cara penggunaannya. Alat peraga penjumlahan dan pengurangan tersebut mengadaptasi alat peraga Montessori yaitu manik-manik emas.

  Pada alat peraga Montessori, manik-manik emas terdiri atas manik emas satuan, puluhan, ratusan dan ribuan. Manik emas satuan berupa manik-manik lepas berwarna emas. Manik emas puluhan berupa 10 manik emas satuan yang dironce menjadi satu puluhan. Manik emas ratusan berupa 10 manik emas puluhan yang dironce dengan diberi pemisah atau penanda untuk setiap 1 roncean manik puluhan dan dibentuk menjadi papan ratusan. Manik emas ribuan berupa 10 papan ratusan yang dibentuk menjadi sebuah kubus. Kartu bilangan terdiri atas kartu bilangan satuan berwarna hijau, kartu bilangan puluhan berwarna biru, kartu bilangan ratusan berwarna merah, dan kartu bilangan ribuan berwarna hijau.

  Pada penelitian ini, peneliti membatasi pengembangan produk berupa kancing emas dan kartu bilangan hanya sampai pada ratusan. Hal tersebut disebabkan dalam KTSP SD bilangan tertinggi yang dipelajari oleh siswa sampai dengan kelas VI adalah bilangan tiga angka atau ratusan. Dengan demikian alat peraga penjumlahan dan pengurangan tersebut berpotensi dapat digunakan secara berkelanjutan sampai dengan kelas VI. Meskipun demikian peneliti lebih menekankan penggunaan kancing satuan dan puluhan dalam penelitian ini, mengingat bilangan yang dipelajari di kelas I merupakan bilangan dua angka atau puluhan.

  Pengembangan produk dalam penelitian ini bersifat kontekstual yaitu menggunakan potensi lokal di sekitar lokasi penelitian. Peneliti menggunakan potensi lokal berupa tempurung kelapa sebagai bahan utama pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan. Tempurung digunakan sebagai bahan utama pembuatan kancing emas satuan, puluhan, dan ratusan. Tempurung tersebut dibentuk menjadi lingkaran-lingkaran kecil berbentuk kancing dengan ukuran diameter 2 cm kemudian diberi warna emas sesuai dengan manik emas Montessori. Langkah selanjutnya adalah kancing tersebut dironce menyerupai manik emas puluhan dan ratusan. Potensi lokal lainnya yang akan digunakan adalah papan kayu sebagai bahan untuk pembuatan tempat alat peraga penjumlahan dan pengurangan. Kartu bilangan dan album alat peraga akan dibuat dari bahan kertas yang memiliki kualitas baik sehingga dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama.

1.6 Definisi Operasional

  1.6.1 Alat peraga Montessori adalah media pembelajaran berbentuk 3 dimensi yang menerapkan filosofi pembelajaran Montessori dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan alat peraga pada umumnya.

  1.6.2 Album alat peraga penjumlahan dan pengurangan Montessori adalah buku panduan yang berisi materi pembelajaran, tema pembelajaran, nama alat peraga, tujuan pembelajaran, dan presentasi penggunaan alat peraga, serta beberapa latihan soal.

  1.6.3 Penjumlahan bilangan adalah materi dalam mata pelajaran Matematika SD berupa operasi bilangan yang menjumlahkan suatu bilangan dengan bilangan lainnya sehingga menghasilkan bilangan tertentu dan menggunakan simbol (+) dalam operasi tersebut.

  1.6.4 Pengurangan bilangan adalah materi dalam mata pelajaran Matematika SD berupa operasi bilangan yang mengurangkan suatu bilangan dengan bilangan lainnya sehingga menghasilkan bilangan tertentu dan menggunakan simbol (-) dalam operasi tersebut.

  1.6.5 Kontekstual adalah segala sesuatu yang berada di suatu tempat atau daerah dan berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi benda yang memiliki kegunaan.

  1.6.6 Alat peraga penjumlahan dan pengurangan ala Montessori yang bersifat kontekstual adalah alat peraga penjumlahan dan pengurangan yang mengadaptasi alat peraga Montessori dan dikembangkan menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar.

  1.6.7 Siswa SD adalah siswa kelas I semester 2 SD Krekah, Bantul, Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 27 yang terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, pembahasan tentang landasan teori dibagi menjadi empat

  bagian, yaitu (1) kajian pustaka, (2) penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, dan (4) hipotesis.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Metode Montessori

2.1.1.1 Sejarah Metode Montessori

  Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang diperkenalkan oleh Maria Montessori. Montessori adalah seorang dokter wanita pertama di Italia yang lahir pada tanggal 31 Agustus 1870. Minat Montessori pada pendidikan anak-anak khususnya anak bermasalah muncul ketika bekerja di klinik psikiatri. Rasa ketertarikan Montessori pada pendidikan anak-anak bermasalah membawanya mempelajari penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh para pendahulunya seperti Phillipe Pinel, Jean Marc Gaspare Itard dan Eduard Seguin. Menurut Seguin pendidikan harus mencakup berbagai aspek yang meliputi kegiatan muskular dan sensorial, pendidikan intelektual dan pendidikan moral yang di dalamnya terdapat “kemauan” anak atau “will” (Montessori, 2002:30).

  Montessori mulai masuk dalam bidang pendidikan dengan mendirikan atau Children's House tahun 1907 di Roma. Casa dei Bambini

  Casa dei Bambini merupakan sebuah sekolah bagi siswa dari golongan pinggiran dan miskin.

  Kepekaan Montessori dalam menangani anak-anak dan kemampuannya mengelola sekolah dengan melibatkan keluarga berhasil membawa anak-anak yang kurang beruntung tersebut memperoleh hasil optimal pada ujian negara (Montessori, 2002:38). Keberhasilan lainnya adalah Montessori berhasil membawa anak-anak pinggiran membaca dan menulis pada usia dini dan menunjukkan kemampuan untuk peduli terhadap diri mereka sendiri (Hainstock, 1997:58). Melalui Casa dei Bambini, Montessori menemukan metode untuk membantu anak didiknya belajar, hasil dari trial and eror yang Montessori lakukan dengan inspirasi dari pemikiran Itard dan Sequin (1846).

2.1.1.2 Karakteristik Metode Montessori

  Slogan yang digunakan oleh sekolah-sekolah Montessori dan mewakili esensi dari metode Montessori adalah Teach Me to Do It Myself. Slogan tersebut mengandung makna bahwa Montessori mempercayai kemampuan seorang anak untuk bekerja dan menemukan cara belajarnya sendiri (Seldin, 2006:12). Anak dipercaya dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Filosofi tersebut mendukung anak untuk membantu anak menjadi tuan atas dirinya sendiri. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Koh dan Frick dalam penelitiannya mengenai metode Montessori. Koh dan Frick (2010:1) menyatakan bahwa pendidikan Montessori muncul dari filosofinya mengenai membantu anak untuk menjadi tuan atas dirinya dan mandiri. Seorang anak dikatakan akan melakukan belajar ketika anak tersebut sudah siap dan mau untuk belajar. Filosofi tersebut menunjukkan bahwa metode Montessori menghormati kebebasan setiap individu untuk belajar. Kebebasan yang dimaksudkan adalah kebebasan kepada setiap anak untuk tertarik, memilih, dan melakukan kegiatan yang membantu perkembangan dirinya selama hal tersebut tidak mengganggu orang lain (Montessori, 2002:95). Kebebasan menurut Montessori bukanlah membiarkan anak melakukan hal sesuka hatinya tanpa ada batasan melainkan memberikan kesempatan penuh kepada anak untuk berkembang dengan batasan tidak mengganggu kepentingan orang lain. Hasil dari kebebasan tersebut adalah sikap disiplin aktif yaitu anak dapat mengatur dan mengarahkan tindakannya sendiri, anak menjadi tuan atas dirinya (Montessori, 2002:86). Dalam hal ini masing-masing anak akan berkembang sesuai dengan kesiapannya sehingga dalam metode ini hasil belajar yang dicapai oleh setiap anak pun akan berbeda.

  Pendidik dalam metode Montessori berperan sebagai teman sekaligus observer di kelas. Pendidik memberikan bantuan kepada anak hanya ketika benar- benar dibutuhkan karena anak dipercaya dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Sebagai observer, pendidik mengamati kemajuan yang dilakukan oleh setiap anak dalam setiap hari, meskipun hanya berupa kemajuan kecil.

  Karakteristik lain dari metode Montessori adalah pembelajaran yang berbasis panca indera yang bertujuan mempertajam kepekaan indera seorang anak (Dewantara, 1962:272). Menurut Montessori pendidikan yang berbasis panca indera penting bagi anak karena perkembangan indera anak berlangsung lebih awal dibandingkan perkembangan intelektualnya (Montessori, 2002:215-223). Perkembangan penginderaan yang tepat menjadi hal yang penting bagi anak karena perkembangan indera merupakan persiapan bagi pendidikan intelektual seorang anak. Berdasarkan hal tersebut Montessori mempersiapkan materi-materi didaktis (alat peraga) untuk mendukung pendidikan yang berbasis panca indera. Alat peraga tersebut diproduksi oleh Montessori sendiri dengan mendasarkan pada pemikiran Itard dan Seguin (Hainstock, 1997:13). Montessori menciptakan alat peraga sesuai dengan keterampilan yang ada dalam tahap perkembangan anak, yaitu keterampilan hidup sehari-hari, bahasa, matematika, geografi, kesenian, pengetahuan alam, dan budaya.

  Berdasarkan karakteristik metode Montessori terdapat tiga kriteria mengenai bagaimana pembelajaran semestinya diberikan kepada anak, yaitu (1) singkat, (2) sederhana, dan (3) objektif (Montessori, 2002:108). Pelajaran sebaiknya diberikan dengan singkat. Singkat yang dimaksudkan adalah menghilangkan kata-kata yang tidak berguna dalam pembelajaran. Ketika seorang pendidik mempersiapkan pelajaran yang akan diberikannya, pendidik mesti sungguh-sungguh mempertimbangkan bobot kata-kata yang akan diucapkannya untuk menilai perlu tidaknya kata-kata tersebut. Pelajaran sebaiknya sederhana. Sederhana yang dimaksudkan adalah pemilihan kata-kata yang akan digunakan haruslah merupakan kata yang paling sederhana dan mengacu pada kebenaran. Pelajaran sebaiknya objektif. Dalam hal ini, pelajaran diberikan kepada anak dengan semestinya, guru tidak boleh menarik perhatian anak kepada dirinya melainkan hanya kepada objek yang ingin guru terangkan. Penjelasan singkat dalam pembelajaran haruslah merupakan penjelasan mengenai objek yang akan dipelajari oleh anak.

  Secara garis besar karakteristik metode Montessori tampak pada penerapan filosofi yang digunakan dalam pembelajaran, tugas pendidik, dan adanya alat peraga. Ketiga komponen tersebut menunjukkan bahwa metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang berlandaskan pada perkembangan anak dengan pembelajaran yang berbasis panca indera. Kebebasan anak untuk melakukan tugas-tugas perkembangan dalam usianya sesuai dengan kemampuannya sangat dihormati dalam metode ini. Keberhasilan dari metode ini dilihat dari keberhasilan anak melakukan suatu tugas perkembangan sesuai dengan kesiapan dan kemampuan anak.

2.1.2 Karakteristik Alat Peraga Montessori

  Alat peraga Montessori diciptakan oleh Montessori sendiri berdasarkan hasil observasi terhadap anak didiknya di Casa dei Bambini (Montessori, 2002:36 & 81). Alat peraga tersebut berfungsi sebagai sumber belajar sekaligus guru bagi anak ketika belajar sehingga memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan alat peraga pada umumnya. Alat peraga Montessori memiliki empat karakteristik, yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-education, dan (4) auto-correction (Montessori, 2002:170-176). Berikut ini merupakan uraian dari keempat karakteristik alat peraga Montessori.

  2.1.2.1 Menarik

  Alat peraga Montessori diciptakan menarik dengan memiliki nilai keindahan baik dari segi warna dan kecerahannya. Warna-warna yang dipakai pada alat peraga Montessori merupakan warna yang lembut, terang dan menunjukkan langsung ketika ada ketidakharmonisan dengan lingkungan sekitarnya seperti adanya coretan atau noda. Alat peraga yang diciptakan menarik perhatian anak dengan tujuan anak dapat memegang dan merasakan alat tersebut. Hal tersebut menciptakan pembelajaran sensorial atau education of senses dalam metode Montessori (Montessori, 2002:174).

  2.1.2.2 Bergradasi

  Alat peraga Montessori memiliki gradasi rangsangan yang rasional (Montessori, 2002:175). Penekanan gradasi terletak pada keterlibatan lebih dari satu indera dalam pembelajaran Montessori. Ketika anak bermain menggunakan alat peraga Montessori lebih dari satu indera terlibat dalam kegiatan tersebut sehingga memunculkan rangsangan rasional yang bergradasi. Dua hal yang tampak pada alat Montessori berkaitan dengan karakteristik ini adalah bentuk dan warna alat. Kedua hal tersebut mampu melibatkan lebih dari satu indera pada anak ketika menggunakan alat tersebut.

  Salah satu contoh alat peraga yang memiliki gradasi bentuk adalah Pink

Tower . Alat peraga ini terdiri atas 10 kubus dengan ukuran yang bergradasi. Kubus pertama berukuran 10 cm untuk setiap sisinya. Kubus kedua berukuran 1 cm lebih kecil dari kubus pertama. Kubus ketiga berukuran 1 cm lebih kecil dari kubus kedua dan begitu seterusnya sampai kubus kesepuluh. Anak akan berlatih menyusun kubus-kubus tersebut dari ukuran paling besar ke ukuran paling kecil dan membentuk sebuah menara (Montessori, 2002:174).

  Gradasi warna tampak pada alat peraga papan warna. Papan warna merupakan alat peraga yang digunakan anak untuk belajar mengenai berbagai jenis warna. Pada papan warna, satu warna misal warna hijau akan dikenalkan secara gradasi dari hijau muda, lebih tua dan paling tua, begitu juga dengan warna yang lain.

  Gradasi juga tampak pada penggunaan alat peraga Montessori yang bertahap atau memiliki kelanjutan. Salah satu contohnya adalah alat peraga manik-manik bilangan. Manik-manik bilangan terdiri atas manik bilangan satuan dan manik-manik emas. Pada tahap awal manik satuan digunakan untuk mengenalkan sistem desimal yang kemudian dilanjutkan dengan manik emas untuk pengenalan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

2.1.2.3 Auto-education

  Setiap alat peraga Montessori diciptakan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak, baik dari segi ukuran maupun beratnya. Tujuan dari hal ini adalah anak dapat bekerja menggunakan alat peraga dengan dirinya sendiri. Tujuan lainnya adalah anak dapat mengetahui sendiri suatu konsep atau pengetahuan baru melalui bekerja menggunakan alat peraga. Sebagai salah satu contohnya adalah satu set blok incastri solidi yang terdiri dari 10 kayu-kayu berbentuk silinder dengan ukuran bergradasi sekitar 2 mm yang disebut dengan

  incastri (Montessori, 2002:169).