Pengembangan alat peraga pembelajaran matematika SD materi penjumlahan dan pengurangan berbasis Metode Montessori.
ABSTRAK
Widyaningrum, Elfrida Fetra. (2015). Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode Montessori.Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci: penelitian dan pengembangan, metode Montessori, alat peraga,
penjumlahan dan pengurangan, Matematika.
Permasalahan pendidikan di Indonesia dapat terlihat dari prestasi belajar yang rendah.Permasalahan tersebut disebabkan karenapemilihan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa SD. Salah satu metode yang sesuai adalah metode Montessori.Metode Montessori merupakan metode yang mempersiapkan lingkungan belajar dan memanfaatkan benda sekitar untuk mendukung pembelajaran.Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga.Akan tetapi, banyaknya alat peraga dalam pembelajaran belumteruji secara ilmiah.Permasalahan tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan penelitian.Penelitian ini dilakukan di SD BOPKRI Gondolayu kepada sekelompok siswa kelas II tahun ajaran 2014/ 2015.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan.Beberapa langkah penelitian mengadopsi model Sugiyono serta Borg dan Gall yang dimodifikasi menjadi lima langkah antara lainidentifikasi potensi masalah, perencanaan, pengembangan desain, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Hasil dari penelitian ini adalah prototipe alat peraga Matematika berbasis metode Montessori berupa papan penjumlahan dan pengurangan.
(2)
ABSTRACT
Widyaningrum, Elfrida Fetra. (2015). Development of Elementary School Mathematic Learning Aid for Addition and Subtraction Based on Montessori Method. A Thesis. Yogyakarta: Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.
Keywords: research and development, Montessori Method, material, addition
andsubtraction, Mathematic
Educational problems in Indonesia can be seen from low learning achievement that students reach.The problems are caused by the selection of inappropriate learning method which is not suitable with elementary school
students’ characteristics. One of the appropriate methods is Montessori method.
Montessori Method is a method which prepares good learning environment as well as makes use of the objects found in surrounding environment to support learning. It can be conducted in the classroom by using learning aid. However, a vast number of learning aids have not been scientifically tested yet. The problems aforementioned have become the consideration for the researcher to conduct this research. It is done in BOPKRI Gondolayu Elementary School to a group of students of class II of academic year 2014/2015.
The type of research employed in this study is research and development.
Some research steps adapt Sugiyono and Borg and Gall’s model which are
modified into five steps, namely identifying research problems, planning, product development, product validation, and limited field testing. The result of this research is a prototype of learning aid in a form of a board for adding and subtracting in Mathematic lesson which is created based on Montessori Method.
Results of this research have shown that the learning aid possesses some characteristics. Those are the characteristics of being interesting, being contextual, having gradation, having an auto-education feature, and having an auto-correction feature. This learning aid possesses is proven to have a very good quality with the average score of 3.73. From this result, it can be concluded that the learning aid is able to help the second grade students of elementary school to learn addition and subtraction.
(3)
i
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SD MATERI PENJUMLAHAN
DAN PENGURANGAN BERBASIS METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Elfrida Fetra Widyaningrum NIM: 111134217
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(4)
SKRIPSI
PENGEMBA}IGAN
ALAT
PERAGA
PEMBELAJARA]\
MATEMATIKA
SD MATERI PENJT'MLAIIANDAN
PENGURANGAN BERBASIS
METODE MONTESSORI
Oleh: Elfrida F'
NIM:
lltt342l7
Telah r vr4lt disetujui urJULuJ ur urtrr.oleh:
*,"
ffit.
'.,
t,"j$
",1$':$
Dra. Haniek SriMayasari, S.Psi., M.A.
Tanggal 5 Januad 2015
Tanggal 5 Januari 2015
Pembimbing
ll
(5)
SKRIPSI
PENGEMBAh{GAN
ALAT PERAGA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
SD MATERI PENJUMLAHANDAFI
PENGT'RANGAN BERBASIS
METODE MONTESSORI
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Elfrida Fetra Widyaningrum
NIM:
llll34217
G. Ari Nugrahanta, S.J., S"S., BST., M.A.
Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota
Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.
Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd.
Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A.
Yogyakart4 26 Januari 2015
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(6)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas kasihNya yang
menuntunku dalam segala proses hidup ini.
Bapakku Teodorus Andreas Surman, Ibuku Anastasia Ngatmi, dan Alm. Ibuku Maria Magdalena Minarti atas kebaikan dan kasih dalam setiap hembusan nafas dan lantunan doa untukku sampai saat ini.
Adikku tersayang Andi, Lisa, Agis, Rossy, Lintang, Melan,
Nares atas setiap doa dan semangat yang pernah terucap dan tak terdengar.
Untuk segenap keluargaku, Mbah Kakung, alm. Mbah Putri, Pak Tuo, Mbok’e, Bulik Lusi, Om Yu, Om Tato, Tante Vita, Om Ari, Tante Sugi, Pakdhe, Budhe, Bulik Ti, dan Om Yit atas segala doa, dukungan, keceriaan, dan semangat yang mengalir untukku.
Para sahabat dan temanku atas segala tawa dalam
kesedihan, tangisan dalam kebahagiaan, kebersamaan dalam kerapuhan, yang mengalir dan menjadi catatan penting dalam hidupku.
Teman payung dan PGSD yang memberikan biusan padaku Almamater Universitas Sanata Dharma
Segala pihak yang mendukung dan membantu dalam
setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa diucapkan satu per satu.
(7)
v
HALAMAN MOTTO
"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut kehendakMu”
(Luk 1:38)
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah, maka kamu akan mendapat; Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu."
(Mat 7:7)
Mengenal diri sendiri,
Membuat kita berlutut dengan rendah hati (Ibu Teresa)
Biarkan semua mengalir & jangan jatuh terlalu dalam (anonim)
(8)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 5 Januari 2015
Penulis
Elfrida Fetra Widyaningrum
(9)
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Elfrida Fetra Widyaningrum Nomor Mahasiswa : 111134217
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BERBASIS METODE MONTESSORI”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannyadi internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan inisayabuat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Yogyakarta, 5 Januari 2015 Yang menyatakan,
(10)
viii ABSTRAK
Widyaningrum, Elfrida Fetra. (2015). Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode Montessori.Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci: penelitian dan pengembangan, metode Montessori, alat peraga,
penjumlahan dan pengurangan, Matematika.
Permasalahan pendidikan di Indonesia dapat terlihat dari prestasi belajar yang rendah. Permasalahan tersebut disebabkan karena pemilihan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa SD. Salah satu metode yang sesuai adalah metode Montessori. Metode Montessori merupakan metode yang mempersiapkan lingkungan belajar dan memanfaatkan benda sekitar untuk mendukung pembelajaran.Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga.Akan tetapi, banyaknya alat peraga dalam pembelajaran belumteruji secara ilmiah. Permasalahan tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan penelitian.Penelitian ini dilakukan di SD BOPKRI Gondolayu kepada sekelompok siswa kelas II tahun ajaran 2014/ 2015.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan. Beberapa langkah penelitian mengadopsi model Sugiyono serta Borg dan Gall yang dimodifikasi menjadi lima langkah antara lain identifikasi potensi masalah, perencanaan, pengembangan desain, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Hasil dari penelitian ini adalah prototipe alat peraga Matematika berbasis metode Montessori berupa papan penjumlahan dan pengurangan.
(11)
ix ABSTRACT
Widyaningrum, Elfrida Fetra. (2015). Development of Elementary School Mathematic Learning Aid for Addition and Subtraction Based on Montessori Method. A Thesis. Yogyakarta: Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.
Keywords: research and development, Montessori Method, material, addition
and subtraction, Mathematic
Educational problems in Indonesia can be seen from low learning achievement that students reach.The problems are caused by the selection of inappropriate learning method which is not suitable with elementary school
students’ characteristics. One of the appropriate methods is Montessori method.
Montessori Method is a method which prepares good learning environment as well as makes use of the objects found in surrounding environment to support learning. It can be conducted in the classroom by using learning aid. However, a vast number of learning aids have not been scientifically tested yet. The problems aforementioned have become the consideration for the researcher to conduct this research. It is done in BOPKRI Gondolayu Elementary School to a group of students of class II of academic year 2014/2015.
The type of research employed in this study is research and development.
Some research steps adapt Sugiyono and Borg and Gall’s model which are
modified into five steps, namely identifying research problems, planning, product development, product validation, and limited field testing. The result of this research is a prototype of learning aid in a form of a board for adding and subtracting in Mathematic lesson which is created based on Montessori Method.
Results of this research have shown that the learning aid possesses some characteristics. Those are the characteristics of being interesting, being contextual, having gradation, having an auto-education feature, and having an auto-correction feature. This learning aid possesses is proven to have a very good quality with the average score of 3.73. From this result, it can be concluded that the learning aid is able to help the second grade students of elementary school to learn addition and subtraction.
(12)
x PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya untuk
menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran
Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode
Montessori dengan tepat pada waktunya. Penyusunan skripsi ini merupakan salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah peneliti mengucapkan terimakasih
kepada beberapa pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan
terimakasih tersebut disampaikan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus, yang selalu memberikan rahmat kesehatan dan
kelancaran selama kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., Kaprodi PGSD yang
menginspirasi saya
4. Christyanti Aprinastuti, M.Pd., Wakaprodi dan Dosen Pembimbing
Akademik yang mendamping saya selama beberapa semester yang lalu.
5. Dra. Haniek Sri Pratini, M,Pd. dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A.,
dosen pembimbing skripsi yang mendampingi dan memotivasi saya selama
proses penelitian dan penulisan.
6. Ester Markis S.R., S.Pd., Kepala SD BOPKRI Gondolayu yang telah
memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.
(13)
xi
7. Fransi Samantha, S.Pd., Wali dan guru Matematika kelas II.1 beserta keluarga
besar SD BOPKRI Gondolayu yang telah membantu selama proses
penelitian.
8. Kepala SDK Wirobrajan yang telah memberikan ijin sebagai tempat uji
empiris SD setara.
9. Guru kelas II B SDK Wirobrajan
10. Siswa kelas II SD BOPKRI Gondolayu dan SDK Wirobrajan yang telah
bersedia membantu selama proses penelitian
11. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Teodorus Andreas Surman dan Anastasia
Ngatmi yang mendukung dalam doa dan semangat
12. Adikku Lisa dan Andi yang telah memberikan semangat
13. Keluarga besar Paulus Sawal Sutiyono yang selalu mendukung dan
mendoakan sampai saat ini
14. Sahabat dan temanku Noi, Ayuk, Suster, dan Budi yang mendukungku
selama proses penyusunan
15. Teman-teman kelas VIID yang mendukung, menyemangati, dan mendoakan
peneliti
16. Teman-teman payung Montessori, Brigitta, Noi, Bowo, Charla, Rindi, Dita,
dan Mia yang membantu dan bekerjasama selama penyusunan sampai
selesainya skripsi ini
17. Teman-teman PPL SD BOPKRI Gondolayu dan SDK Wirobrajan yang
(14)
xii
18. Teman-teman kos Kutilang, Mbak Devi, Agnes, Debi, Sinta yang
menciptakan kondisi yang kondusif selama penyusunan
19. Ibat’s crew, yang membantu peneliti dalam menyelesaikan pembuatan alat peraga
20. Dito’s Service yang selalu siap dan sedia membantu memperbaiki laptop 21. Mandiri Copy Center yang membantu dalam pelayanan fotocopi
22. Segenap pihak, sahabat, teman yang telah membantu dan tidak dapat peneliti
sebutkan satu per satu.
Dalam kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini ada beberapa kendala
baik dari faktor dalam diri maupun dari luar. Namun, kendala tersebut tidak
menjadi hambatan dalam diri kami melainkan menjadi semangat untuk terus maju
dan menyelesaikannya tepat waktu.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca baik dalam hal
isi maupun inspirasi untuk lebih baik.Peneliti meminta maaf apabila dalam
penulisan skripsi ada beberapa kesalahan baik dalam sistematika penyajian, isi,
dan sebagainya, dan peneliti berharap meminta kritik dan saran sebagai
perkembangan dan kemajuan pendidikan di Indonesia.
Yogyakarta, 5 Januari 2015
Peneliti
Elfrida Fetra Widyaningrum
(15)
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
HALAMAN MOTTO v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
PRAKATA x
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR TABEL xix
DAFTAR GAMBAR xxiii
DAFTAR LAMPIRAN xxiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Rumusan Masalah 9
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 10
E. Spesifikasi Produk 12
F. Definisi Operasional 17
BAB II LANDASAN TEORI 17
A. Kajian Pustaka 17
1. Belajar dan Pembelajaran 17
a. Pengertian Belajar 17
b. Pengertian Pembelajaran 20
2. Metode Montessori 22
a. Sejarah Montessori 22
(16)
xiv
3. Perkembangan Anak 28
4. Alat Peraga Montessori 33 a. Pengertian Alat Peraga 33
b. Fungsi Alat Peraga 35
c. Kriteria Alat Peraga 37 d. Alat Peraga Berbasis Metode Montessori 38 5. Pembelajaran Matematika 41
a. Hakikat Matematika 41
b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 43 c. Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan sampai 500 46 B. Penelitian yang Relevan 52 1. Penelitian tentang Metode Montessori 53 2. Penelitian tentang Alat Peraga Matematika 54
C. Kerangka Berpikir 58
BAB III METODE PENELITIAN 60
A. Jenis Penelitian 60
B. Setting Penelitian 61
1. Objek Penelitian 61
2. Subjek Penelitian 62
3. Lokasi Penelitian 62
4. Waktu Penelitian 62
C. Rancangan Penelitian 63
D. Prosedur Pengembangan 67
1. Potensi Masalah 69
2. Perencanaan 70
3. Pengembangan Desain 71
4. Validasi Produk 71
5. Uji Coba Lapangan Terbatas 72
E. Instrumen Penelitian 72
1. Kuesioner 72
a. Kuesioner Analisis Kebutuhan 72
(17)
xv
b. Kuesioner Validasi Produk oleh Para Ahli 76 c. Kuesioner Validasi Produk melalui Uji Coba Terbatas 78
2. Pedoman Wawancara 79
a. Wawancara Kepala Sekolah 80 b. Wawancara Guru Kelas II 80 c. Wawancara Siswa Kelas II 81
3. Pedoman Observasi 83
4. Tes 84
F. Teknik Pengumpulan Data 88
1. Jenis Data 89
2. Kuesioner 90
a. Kuesioner Analisis Kebutuhan 91 b. Kuesioner Uji Validitas Produk Untuk Ahli Dan Guru 91 c. Kuesioner Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan Terbatas untuk
Siswa 92
3. Wawancara 92
4. Observasi 93
5. Tes 94
6. Triangulasi 95
G. Teknik Analisis Data 97
1. Analisis Data Kuantitatif 97 2. Analisis Data Kualitatif 101
H. Jadwal Penelitian 102
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 103
A. Hasil 103
1. Potensi Masalah 103
a. Identifikasi Masalah 103
1) Wawancara 103
a) Kepala Sekolah 105
b) Guru 106
(18)
xvi
2) Observasi 109
b. Analisis Kebutuhan 112
1) Analisis Karakteristik Siswa 112 2) AnalisisKarakteristik Alat Peraga Montessori 113 3) Uji Validasi Kuesioner 113 a) Ahli Pembelajaran Matematika 114
b) Ahli Bahasa 117
c) Guru 121
d) Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa 125 4) Data Analisis Kebutuhan 126 a) Data Analisis Kebutuhan oleh Guru 126 b) Data Analisis Kebutuhan oleh Siswa 133
2. Perencanaan 141
a. Tes 141
1) Validasi Instrumen 141
a) Ahli Pembelajaran Matematika 142
b) Guru SD Penelitian 143
c) Guru SD Setara 145
2) Uji Keterbacaan Instrumen Tes 147
3) Uji Empiris 149
a) Uji Validitas Instrumen Tes 149 b) Uji Reliabilitas Instrumen Tes 152
b. Kuesioner 153
1) Kuesioner Validasi Produk Alat Peraga 153 a) Uji Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli Bahasa 154 (1) Kuesioner Validasi Produk untuk Guru 154 (2) Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa 155 b) Uji Validasi Kuesioner Validasi oleh Guru SD Setara 156 (1) Kuesioner Validasi Produk untuk Guru 156 (2) Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa 157 c) Uji Keterbacaan Kuesioner dari Siswa 159
(19)
xvii
3. Pengembangan Desain 160 a. Konsep Pembuatan Alat Peraga 160
b. Desain 161
1) Alat Peraga 161
a) Papan Penjumlahan dan Pengurangan Montessori 161
b) Kotak Manik 163
c) Kartu Soal 164
2) Album Alat Peraga 165
c. Pengumpulan Bahan 168
d. Pembuatan Alat Peraga 169
4. Validasi Produk 173
a. Validasi Produk Alat Peraga 174 1) Hasil Validasi Papan Penjumlahan dan Pengurangan 174 a) Ahli Pembelajaran Matematika 174 b) Ahli Pembelajaran Montessori 175 c) Ahli Pembelajaran Matematika berbasis Montessori 177
d) Guru 178
2) Analisis I 180
b. Validasi Album Alat Peraga 181 1) Hasil Validasi Album Papan Penjumlahan dan Pengurangan 181
a) Ahli Bahasa 182
b) Ahli Pembelajaran Matematika berbasis Montessori 182 5. Uji Coba Lapangan Terbatas 184 a. Data dan Analisis Tes 184 b. Data dan Analisis Kuesioner 187
c. Analisis II 188
B. Pembahasan 189
BAB V PENUTUP 198
A. Kesimpulan 198
(20)
xviii
C. Saran 199
DAFTAR REFERENSI 200
(21)
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Survei PISA terkait dengan Mata Pelajaran Matematika 3 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa dan Guru
Kelas II 73
Tabel 3.2 Kategorisasi Skor Rerata Hasil berdasarkan Hasil Validasi Ahli 74 Tabel 3.3 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli 76 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pertanyaan Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa 78 Tabel 3.5 Garis Besar Wawancara dengan Kepala Sekolah 80 Tabel 3.6 Garis Besar Wawancara dengan Guru Kelas II 81 Tabel 3.7 Garis Besar Wawancara dengan Siswa Kelas II 81 Tabel 3.8 Kisi-Kisi Observasi Pembelajaran Matematika Kelas II 83 Tabel 3.9 Kisi-Kisi Soal Tes Uji Empiris 85 Tabel 3.10 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest 88 Tabel 3.11 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif 99 Tabel 4.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara 104 Tabel 4.2 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara oleh Ahli 104 Tabel 4.3 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SD BOPKRI Gondolayu 105 Tabel 4.4 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu 106 Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan 5 Siswa II.1 SD BOPKRI Gondolayu 107 Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen Observasi 109 Tabel 4.7 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Observasi oleh Ahli 110 Tabel 4.8 Hasil Observasi Pembelajaran Matematika 110 Tabel 4.9 Skor Validasi Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Matematika 115 Tabel 4.10 Rekapitulasi Komentar Hasil Validasi Analisis Kebutuhan Guru
oleh Ahli Matematika 115 Tabel 4.11 Skor Validasi Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli Matematika 116 Tabel 4.12 Rekapitulasi Komentar Hasil Validasi Analisis Kebutuhan Siswa
oleh Ahli Matematika 116 Tabel 4.13 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh
(22)
xx
Tabel 4.14 Rekapitulasi Komentar Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan
Guru oleh Ahli Bahasa 119 Tabel 4.15 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli
Bahasa 119
Tabel 4.16 Rekapitulasi Komentar Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan
Siswa oleh Ahli Bahasa 120 Tabel 4.17 Skor Validasi Analisis Kebutuhan Guru oleh Guru SD Setara 122 Tabel 4.18 Rekapitulasi Komentar Validasi Analisis Kebutuhan Guru oleh
Guru SD Setara 122
Tabel 4.19 Skor Validasi Analisis Kebutuhan Siswa oleh Guru 123 Tabel 4.20 Rekapitulasi Komentar Validasi Analisis Kebutuhan Siswa
oleh Guru SD Setara 124 Tabel 4.21 Rekapitulasi Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk
Guru 124
Tabel 4.22 Rekapitulasi Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk
Siswa 125
Tabel 4.23 Skor Keterbacaan Analisis Kebutuhan oleh Siswa 126 Tabel 4.24 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Guru 127 Tabel 4.25 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru terkait Kuesioner Analisis
Kebutuhan 129
Tabel 4.26 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Siswa 132 Tabel 4.27 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa terkait Kuesioner Analisis
Kebutuhan 135
Tabel 4.28 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes oleh Ahli Pembelajaran
Matematika 142
Tabel 4.29 Rekapitulasi Komentar Hasil Validitas Isi Instrumen Tes oleh Ahli Pembelajaran Matematika 142 Tabel 4.30 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes oleh Kedua Guru SD
Penelitian 143
Tabel 4.31 Rekapitulasi Komentar Hasil Validitas Isi Instrumen Tes oleh Guru
SD Penelitian 144
(23)
xxi
Tabel 4.32 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes oleh Guru SD Setara 145 Tabel 4.33 Rekapitulasi Komentar Hasil Validitas Isi Instrumen Tes oleh Guru
SD Setara 146
Tabel 4.34 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes 147 Tabel 4.35 Hasil Penilaian Uji Keterbacaan Instrumen Tes 148 Tabel 4.36 Rekapitulasi Hasil Validitas Empiris Instrumen Tes 150 Tabel 4.37 Kisi-Kisi Instrumen Pretest dan Posttest 151 Tabel 4.38 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes 152 Tabel 4.39 Skor Uji Validasi Kuesioner Validasi Produk untuk Guru oleh
Ahli Bahasa 154
Tabel 4.40 Skor Uji Validasi Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa oleh
Ahli Bahasa 155
Tabel 4.41 Skor Uji Validasi Kuesioner Kelayakan Produk untuk Guru oleh
Guru SD setara 156
Tabel 4.42 Skor Uji Keterbacaan Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa oleh
Guru SD Setara 157
Tabel 4.43 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Validasi Produk untuk Guru 158 Tabel 4.44 Rekapitulasi Penilaian terhadap Kuesioner Validasi Produk
untuk Siswa 158
Tabel 4.45 Skor Uji Validasi Kuesioner Kelayakan Produk untuk Siswa
oleh Siswa SD Setara 159
Tabel 4.46 Kartu Soal 173
Tabel 4.47 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran
Matematika 175
Tabel 4.48 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran
Montessori 175
Tabel 4.49 Komentar Hasil Validitas Alat Peraga oleh Ahli
Pembelajaran Montessori 176 Tabel 4.50 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran
(24)
xxii
Tabel 4.51 Rekapitulasi Komentar Hasil Validitas Alat Peraga oleh Ahli
Pembelajaran Montessori 178 Tabel 4.52 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Guru 178 Tabel 4.53 Rekapitulasi Penilaian Validasi Produk oleh Ahli 179
Tabel 4.54 Analisis I 180
Tabel 4.55 Hasil Validasi Album Alat Peraga oleh Ahli Bahasa 182 Tabel 4.56 Hasil Validasi Album Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran
Matematika berbasis Montessori 183 Tabel 4.57 Rekapitulasi Penilaian Validasi Album oleh Ahli 183 Tabel 4.58 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa 185 Tabel 4.59 Rekapitulasi Hasil Validasi Produk oleh Siswa 187 Tabel 4.60 Rekapitulasi Hasil validasi Produk oleh Ahli dan Siswa 188 Tabel 4.61 Revisi Produk 189 Tabel 4.62 Analisis Ciri Alat Peraga yang Dikembangkan 191 Tabel 4.63 Analisis Pengembangan berdasarkan Ciri Alat Peraga Montessori
oleh Ahli 193
Tabel 4.64 Analisis Pengembangan berdasarkan Ciri Alat Peraga Montessori
oleh Siswa 195
Tabel 4.65 Rekapitulasi Analisis Pengembangan berdasarkan Ciri Alat Peraga Montessori oleh Ahli dan Siswa 196
(25)
xxiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Desain Papan Penjumlahan dan Pengurangan 12 Gambar 1.2 Desain Kotak Mangkok dan Manik 14 Gambar 1.3 Desain Mangkok 14 Gambar 1.4 Desain Kotak Kartu Soal 15 Bagan 2.1 Kerucut Pengalaman Menurut E. Dale 36 Bagan 2.2 Literature Map dari Penelitian-Penelitian yang Relevan 57 Bagan 3.1 Model Pengembangan Menurut Sugiyono 63 Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan 68 Bagan 3.3 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan 96 Bagan 3.4 Triangulasi Sumber Data Analisis Kebutuhan 96 Rumus 3.1 Presentase Jawaban pada Kuesioner 98 Rumus 3.2 Nilai tiap Soal 101 Rumus 3.3 Nilai Akhir 101 Bagan 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara 108 Gambar 4.1 Pegs for the Algebraic Peg Board 160 Gambar 4.2 Papan Penjumlahan dan Pengurangan 170 Gambar 4.3 Kotak Penyimpanan Manik-Manik dan Mangkok 171 Grafik 4.1 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest pada Masing-Masing
Siswa 186
(26)
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. INSTRUMEN IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH ... [1]
1.1.Transkrip Wawancara Kepala SD BOPKRI Gondolayu ... [1] 1.2.Transkrip Wawancara Guru SD BOPKRI Gondolayu ... [8] 1.3.Transkrip Wawancara Siswa SD BOPKRI Gondolayu ... [11]
LAMPIRAN 2. INSTRUMEN ANALISIS KEBUTUHAN ... [12]
2.1. Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ... [12] 2.2. Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli ... [16] 2.3. Rekapitulasi Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru
oleh Ahli ... [23] 2.4. Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... [26] 2.5. Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli ... [29] 2.6. Rekapitulasi Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa
oleh Ahli ... [35] 2.7. Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Siswa SD
Setara ... [39] 2.8. Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan yang Diisi oleh Guru SD
Penelitian ... [45] 2.9. Pengkategorian Deskripsi Kuesioner Guru ... [48] 2.10. Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan yang Diisi oleh Siswa SD
Penelitian ... [53] 2.11. Pengkategorian Deskripsi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... [55]
LAMPIRAN 3. INSTRUMEN VALIDASI PRODUK ... [64]
3.1. TES ... [64] 3.1.1.Instrumen Soal Tes ... [64] 3.1.2.Instrumen Hasil Validasi Soal oleh Ahli ... [71] 3.1.3.Rekapitulasi Hasil Validasi Soal oleh Ahli ... [83] 3.1.4.Uji Keterbacaan Soal oleh Siswa ... [94] 3.1.5.Uji Empiris ... [108] 3.1.6.Hasil Uji Validitas ... [113]
(27)
xxv
3.1.7.Hasil Uji Reliabilitas ... [114] 3.2. KUESIONER ... [115] 3.2.1.Kuesioner Validasi Produk untuk Ahli ... [115] 3.2.2.Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa ... [118] 3.2.3.Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ... [121] 3.2.4.Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk
oleh Ahli ... [124] 3.2.5.Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa . [126] 3.2.6.Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk
untuk Siswa ... [129] 3.2.7.Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Validasi Produk oleh Siswa SD Setara
... [131]
LAMPIRAN 4. VALIDASI PRODUK ... [133]
4.1.Hasil Validasi Produk oleh Ahli ... [133]
LAMPIRAN 5. UJI COBA LAPANGAN TERBATAS ... [136]
5.1.Hasil Pretest ... [136] 5.2.Hasil Posttest ... [139] 5.3.Hasil Validasi Produk oleh Siswa ... [142]
LAMPIRAN 6. SURAT ... [144]
6.1.Surat Ijin Melaksanakan Penelitian ... [144] 6.2.Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... [145]
LAMPIRAN 7. DOKUMENTASI ... [146] LAMPIRAN 8. ALBUM ... [147] CURRICULUM VITAE ... [169]
(28)
1
BAB I PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk pengembangan, dan definisi
operasional.
A. Latar Belakang Penelitian
Matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti
belajar atau dipelajari, sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut
wiskunde yang berarti ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran (Depdiknas
dalam Susanto, 2013:184). Senada dengan pengertian di atas, Mathematical
Sciences Education Board (MSEB) (dalam Walle, 2008:12) memaparkan tentang
pengertian matematika sebagai berikut:
Sebagai sesuatu yang sifatnya praktis, matematika merupakan ilmu tentang pola dan urutan. Matematika tidak membahas tentang molekul atau sel, tetapi membahas tentang bilangan, kemungkinan, bentuk, algoritma, dan perubahan. Sebagai ilmu objek yang abstrak, matematika bergantung pada logika, bukan pada pengamatan, simulasi, dan bahkan percobaan sebagai alat untuk menemukan kebenaran.
Secara singkat menurut MSEB, matematika merupakan ilmu yang membahas
tentang pola, urutan, bilangan, kemungkinan, bentuk, algoritma, dan perubahan
yang memerlukan logika. Kedua pendapat di atas menjelaskan bahwa matematika
merupakan ilmu yang berkaitan dengan objek abstrak dan memerlukan penalaran.
Hal penting tentang matematika juga disampaikan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP). Menurut BNSP, matematika merupakan ilmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(29)
universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu yang dapat memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari Sekolah Dasar (SD) karena dapat membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif (BNSP, 2006:152-153). Selain itu, melalui pembelajaran matematika siswa mampu dan terampil dalam menggunakan penalaran (Susanto, 2013:189). Oleh karena itu, pembelajaran matematika memiliki tujuan yang bermanfaat dan dapat mendasari perkembangan teknologi modern.
Berdasarkan paparan pendapat di atas, menjelaskan bahwa matematika
mempunyai peranan penting bagi siswa. Akan tetapi, hal tersebut bertentangan
dengan banyaknya pendapat bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang
dianggap sulit dan tidak menyenangkan. Bahkan beberapa guru matematika pun
tidak disukai oleh siswa (Soesilowati, 2011:18). Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara yang dilakukan dengan siswa SD kelas II pada tanggal 31 Agustus
2014. Siswa berpendapat, “Gak suka, matematika banyak latihannya”. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sawiningsih (2009). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa matematika merupakan mata pelajaran
yang tidak menarik, sulit, dan membosankan bagi siswa. Anggapan tersebut
berdampak pada hasil prestasi belajar pada mata pelajaran matematika. Salah satu
survei internasional tentang prestasi belajar pada bidang matematika dilakukan
(30)
3
disajikan mengenai hasil survei terkait dengan mata pelajaran matematika yang
dilakukan oleh PISA.
Tabel 1.1 Hasil Survei PISA terkait dengan Mata Pelajaran Matematika
Tahun Studi Skor Rata-Rata Indonesia Skor Rata-Rata Internasional Peringkat Indonesia Jumlah Negara Peserta Studi
2000 367 500 39 41
2003 360 500 38 40
2006 391 500 50 57
2009 371 500 61 65
2012 375 500 64 65
Sumber: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kemdikbud (15 Agustus 2011) Kompas, 5 Desember 2013
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa Indonesia mengalami
permasalahan terkait dengan pembelajaran matematika. Hal tersebut terbukti dari
hasil skor rata-rata nilai yang diperoleh. Indonesia memperoleh peringkat ke-39
pada tahun 2000 dari 41 negara peserta, sedangkan pada tahun 2003 Indonesia
memperoleh peringkat ke-38 dari 40 negara peserta. Hasil yang sama juga
ditunjukkan pada tahun 2006 dan 2009. Tahun 2006 Indonesia memperoleh
peringkat ke-50 dari 57 negara peserta, sedangkan Indonesia memperoleh
peringkat ke-61 pada tahun 2009 dari 65 negara. Hasil survei yang terakhir pada
tahun 2012 juga menunjukkan bahwa Indonesia memperoleh skor rata-rata di
bawah skor rata-rata internasional dengan peringkat ke-64 dari 65 negara. Oleh
karena itu, kelima hasil survei tersebut menunjukkan bahwa skor rata-rata
matematika Indonesia berada di bawah skor rata-rata internasional.
Selain berkaitan dengan prestasi belajar, permasalahan dalam bidang
matematika juga dialami oleh siswa kelas II. Hal tersebut tersaji dari hasil
penelitian yang menyatakan bahwa siswa memiliki kesulitan dalam
(31)
menyelesaikan soal penjumlahan bilangan sampai 500 tanpa dan dengan teknik
menyimpan (Darmawaty, 2012). Permasalahan tersebut juga ditemukan pada
siswa kelas II SDN Bedoro 2, Sambung Macan, Sragen. Hal tersebut disebabkan
oleh proses pembelajaran yang terjadi kurang kondusif karena guru sering
mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep terutama penjumlahan maupun
pengurangan bilangan (Sawiningsih, 2009). Berdasarkan paparan dari kedua
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penjumlahan dan pengurangan
bilangan sampai 500 merupakan salah satu permasalahan yang dialami oleh siswa.
Berdasarkan paparan di atas, salah satu penyebab dari permasalahan tersebut
adalah kurangnya keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran. Pada
umumnya, guru masih menggunakan pembelajaran konvensional yang bersifat
verbalistik dan proses pembelajaran sangat terpusat pada guru (Dikti dalam
Asyhar, 2012:14). Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan pada
tanggal 9-12 September 2014. Hasil yang diperoleh dari kegiatan observasi
tersebut adalah guru menggunakan metode ceramah pada saat menjelaskan materi
pembelajaran matematika dan hanya menggunakan spidol dan white board
sebagai media pendukung. Hal tersebut berdampak pada beberapa siswa bertanya
tentang cara pengerjaan soal penjumlahan dan pengurangan karena kesulitan
untuk mengerjakan soal latihan. Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa
keterampilan guru yang kurang dalam mengelola pembelajaran berdampak pada
hasil belajar siswa. Penelitian dari Tennessee Value Added Assesment System
(TVAAS) yang dilakukan oleh Sanders dan Rivers juga mengemukakan hal yang
(32)
5
rendah dapat menghasilkan rendahnya prestasi belajar siswa. Sebaliknya, guru
yang mempunyai kemampuan tinggi dapat menghasilkan tingginya prestasi
belajar siswa (The World Bank, 2011:17). Oleh karena itu, kualitas kemampuan
yang dimiliki oleh guru memiliki dampak pada hasil belajar siswa.
Beberapa fakta tersebut dapat memberikan gambaran bahwa prestasi belajar
siswa di Indonesia perlu dibenahi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memperbaiki proses pembelajaran bagi siswa. Salah satu proses belajar yang
sesuai adalah siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengalami secara langsung dengan memanfaatkan alat peraga atau
benda-benda konkret. Beberapa alat peraga atau benda-benda konkret yang dapat dimanfaatkan
untuk pembelajaran antara lain biji-bijian, batu, lidi, daun, dan sebagainya. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Felton, Keesee, Mattox, McCloskey, dan Medley
menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran mampu
meningkatkan pencapaian hasil belajar (Asyhar, 2012:15). Oleh karena itu,
pemanfaatan alat peraga atau benda-benda konkret dapat membantu siswa dalam
proses pembelajaran.
Pemanfaatan alat peraga atau benda-benda konkret, salah satunya dapat
membantu siswa memahami materi pembelajaran yang abstrak. Hal ini sesuai
dengan teori perkembangan kognitif Piaget yang menyatakan bahwa siswa
Sekolah Dasar masih berada pada tahap operasional konkret (Sumantri &
Syaodih, 2009:212). Pada tahap ini, siswa mampu berpikir logis dan membangun
konsep pengetahuan dengan cara memanfaatkan benda-benda konkret di sekitar.
(33)
Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian tentang penggunaan alat peraga
kantong bilangan untuk mengatasi permasalahan terkait dengan materi
penjumlahan. Penggunaan alat peraga tersebut dapat membantu siswa dalam
memahami materi penjumlahan yang terbukti dari hasil belajar yang meningkat
sebesar 56% (Darmawaty, 2012). Oleh karena itu, penggunaan alat peraga atau
benda-benda konkret tersebut dapat membantu siswa dalam memahami konsep
matematika yang abstrak.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
pada saat program pengakraban lingkungan (Probaling I dan II) serta program
praktik pengalaman lapangan (PPL) menunjukkan bahwa ketersediaan dan
penggunaan alat peraga di beberapa Sekolah Dasar daerah Yogyakarta masih
sangat rendah. Hal tersebut terbukti dari beberapa alat peraga yang masih
terbungkus rapi dan tidak digunakan guru selama pembelajaran. Selain itu,
beberapa guru pun tidak mau menggunakan karena takut rusak. Hal lain yang
menjadi hasil temuan peneliti adalah alat peraga yang dimiliki oleh sekolah
merupakan alat peraga bukan untuk mata pelajaran matematika. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa ketersediaan alat peraga di Sekolah Dasar masih kurang
terutama untuk mata pelajaran matematika.
Salah satu metode yang menekankan penggunaan alat peraga adalah metode
Montessori. Melalui metodenya, Montessori berhasil mengatasi anak-anak
tunagrahita (feeble-minded children). Hal tersebut terlihat dari hasil belajar yang
diperoleh anak tunagrahita. Hasil tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar
(34)
7
(Magini, 2013:7-11). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lillard dan
Else-Quest (2006) menunjukkan bahwa anak dari sekolah Montessori memiliki
kecepatan belajar yang lebih dalam memahami konsep abstrak dibandingkan
dengan anak dari sekolah tradisional. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Wahyuningsih (2011) juga menunjukkan hal yang sama bahwa penggunaan
metode Montessori dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam bidang
matematika. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode
Montessori dalam pembelajaran dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Selain itu, metode tersebut juga menekankan pada penggunaan alat peraga yang
sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar.
Alat peraga menjadi salah satu hal yang penting dalam penerapan metode
Montessori. Berdasarkan observasi dan eksperimen yang dilakukan oleh Maria
Montessori menunjukkan bahwa penggunaan berbagai material atau alat peraga
yang diberikan pada anak mampu mengembangkan kemampuan berpikir yang
lebih tinggi dan kreatif. Montessori percaya bahwa kemampuan dasar dalam ilmu
pengetahuan dapat dipahami anak-anak Sekolah Dasar dengan mudah jika mereka
diperlihatkan alat-alat peraga yang nyata untuk membantu mereka melakukan
imajinasi (Lillard, 1997:80). Demikian juga dalam pengajaran matematika, guru
pun mengalami kesulitan mengajarkan matematika yang bersifat abstrak.
Konsep-konsep matematika dapat dipahami dengan mudah apabila siswa memulai
pembelajaran dari hal-hal yang konkret (Sundayana, 2014:3). Oleh karena itu,
siswa dapat belajar mengembangkan pengetahuannya dari hal-hal yang bersifat
konkret sebagai dasar dari konsep pemikirannya.
(35)
Berdasarkan hal tersebut, Montessori menekankan pentingnya penggunaan
alat peraga atau benda-benda konkret yang membantu siswa selama proses
belajar. Alat peraga menjadi bagian yang penting dalam lingkungan belajar bagi
siswa. Alat peraga yang ada di lingkungan Montessori memiliki 4 ciri yaitu
menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education (Montessori,
2002:171-174). Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menambahkan unsur kontekstual
sebagai ciri tambahan yang kelima agar alat peraga yang digunakan dapat sesuai
dengan lingkungan siswa di Indonesia. Kontekstual berarti sesuai dengan konteks
atau pola hubungan di dalam lingkungan langsung seseorang (Johnson, 2010:34).
Lingkungan langsung yang dimaksudkan dalam hal ini adalah lingkungan siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, alat peraga yang dikembangkan
terbuat dari bahan- bahan yang ada di lingkungan sekitar siswa.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian
dan pengembangan (research and development) tentang alat peraga pembelajaran
matematika khususnya untuk materi penjumlahan dan pengurangan. Alat peraga
yang dikembangkan memperhatikan kelima ciri alat peraga yaitu menarik,
bergradasi, auto-correction, dan auto-education serta kontekstual sebagai ciri
tambahan. Penelitian ini terbatas pada tahapan menghasilkan prototipe atau
bentuk dasar dari produk alat peraga matematika yang telah diujikan secara ilmiah
kepada ahli serta melalui uji coba lapangan terbatas. Penelitian ini dilaksanakan di
SD BOPKRI Gondolayu, Yogyakarta sebagai sampel uji coba lapangan terbatas
dari alat peraga yang dikembangkan. Pemilihan SD tersebut dikarenakan SD
(36)
9
tahun 2014 se-kota Yogyakarta. Namun, prestasi tersebut kurang sesuai dengan
permasalahan terkait dengan pembelajaran matematika yang masih sering
ditemukan di tiap kelas. Uji coba lapangan tersebut dilaksanakan di kelas II pada
semester ganjil tahun ajaran 2014/ 2015.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri-ciri spesifik alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan
berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II?
2. Bagaimana kualitas alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis
metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengembangkan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis
metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang ditetapkan untuk
siswa kelas II.
2. Mengembangkan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis
metode Montessori dengan kualitas baik untuk siswa kelas II.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Mahasiswa
a. Penelitian ini membuka wawasan mahasiswa bahwa adanya alat peraga
pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi penjumlahan
dan pengurangan.
(37)
b. Penelitian ini memberikan pemikiran baru kepada mahasiswa akan
pentingnya pengembangan alat peraga pembelajaran SD yang inovatif
sehingga dapat membantu kelangsungan proses pembelajaran.
c. Penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa tentang
pengembangan alat peraga pembelajaran SD untuk materi penjumlahan dan
pengurangan berbasis metode Montessori.
d. Penelitian ini memberi wawasan dan bekal kepada mahasiswa untuk
mengembangkan sendiri berbagai alat peraga pembelajaran inovatif yang lain
berbasis metode Montessori berdasarkan proses pengembangan dan validasi
produk yang telah dilakukan.
2. Untuk Guru
a. Guru dapat memiliki pemahaman akan pentingnya alat peraga pembelajaran
inovatif yang lain untuk mengatasi berbagai kesulitan yang dialami oleh
siswa pada mata pelajaran matematika.
b. Guru dapat memiliki pengalaman tentang cara mengembangkan alat peraga
pembelajaran matematika SD yang inovatif berbasis metode Montessori yang
memanfaatkan potensi lokal atau sumber daya yang ada di lingkungan sekitar.
c. Guru dapat mengembangkan sendiri berbagai alat peraga yang lain dengan
menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis metode Montessori.
3. Untuk Siswa
a. Siswa memperoleh pengalaman langsung menggunakan alat peraga dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan materi penjumlahan
(38)
11
b. Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang dapat mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimilikinya.
c. Siswa memiliki pengalamanan langsung terhadap pembelajaran matematika
yang aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan adanya penggunakan alat
peraga matematika berbasis Montesssori.
4. Untuk Sekolah
a. Sekolah memiliki wawasan yang luas tentang pengembangan alat peraga
pembelajaran SD berbasis metode Montessori untuk mata pelajaran
matematika.
b. Sekolah memiliki pertimbangan untuk melakukan pengembangan alat peraga
matematika yang dapat membantu siswa dalam memahami materi
pembelajaran.
5. Untuk Prodi PGSD
a. Prodi PGSD memiliki berbagai alat peraga matematika berbasis metode
Montessori yang teruji, terukur, dan tervalidasi.
b. Prodi PGSD memiliki kesempatan untuk memproses HAKI terhadap
produk-produk yang dikembangkan dari hasil penelitian.
c. Prodi PGSD memiliki pengalaman dalam penelitian kolaboratif dengan
menggunakan metode research and development yang melibatkan dosen,
mahasiswa, guru, dan siswa di SD mitra.
(39)
E. Spesifikasi Produk
Produk yang dikembangkan dan dihasilkan dari penelitian ini adalah alat
peraga berupa papan penjumlahan dan pengurangan beserta album
penggunaannya. Alat peraga ini berfungsi untuk membantu siswa mengenal dan
memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan satu angka hingga
enam angka. Produk alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian terdiri dari
papan penjumlahan dan pengurangan, manik merah, manik biru, dan manik hijau,
mangkok merah, mangkok biru, mangkok hijau, tempat manik-manik yang
berbentuk balok beserta tutupnya, kartu soal beserta tempatnya, serta tanda
operasi hitung dan tempatnya.
Gambar 1.1 Desain Papan Penjumlahan dan Pengurangan
Papan penjumlahan dan pengurangan berbentuk balok dengan ukuran 45 x
30,5 x 4 cm. Papan penjumlahan dan pengurangan tersebut terdiri dari 6 kolom
nilai tempat, 3 deretan tempat manik-manik, dan satu tempat untuk operasi hitung.
(40)
13
Satuan diberi warna hijau, puluhan warna biru, ratusan warna merah, ribuan
warna hijau, puluh ribuan warna biru, dan ratus ribuan warna merah. Selain itu,
tiga deret manik-manik terdiri dari deret pertama dan kedua untuk meletakkan
manik-manik ketika melakukan operasi hitung serta deret ketiga untuk meletakkan
manik hasil dari operasi hitung. Sekat pada deret kedua dan ketiga berukuran 1,5
cm yang berfungsi untuk membedakan deret manik yang digunakan untuk
menghitung atau meletakkan hasil hitung. Selain itu, papan penjumlahan dan
pengurangan juga terdiri dari lubang-lubang yang berbentuk seperti setengah bola.
Masing-masing lubang tersebut memiliki diameter 6 cm. Papan penjumlahan dan
pengurangan juga dilengkapi dengan tempat operasi hitung. Tempat tanda operasi
hitung berukuran 3,5 x 2,5 x 0,5 cm yang terletak di pojok kanan bawah. Tempat
tersebut digunakan untuk meletakkan tanda operasi saat siswa melakukan
penjumlahan atau pengurangan. Tanda operasi hitung berbentuk balok dengan
ukuran 3,5 x 2,5 x 0,2 cm dan diberi warna putih untuk alasnya, sedangkan tanda
operasinya berwarna hitam.
Komponen lain dari papan penjumlahan dan pengurangan adalah kotak manik
dan mangkok. Kotak tersebut berbentuk balok yang berukuran 26 x 17,8 x 6 cm
Kotak tersebut dibagi menjadi dua sekat besar. Sekat pertama yang berada di atas
digunakan untuk meletakkan mangkok warna hijau, biru, merah dan kartu tanda
operasi. Mangkok-mangkok tersebut diletakkan sesuai dengan warna
manik-manik di bawahnya. Sekat kedua terdiri dari 3 bagian dengan ukuran 9 x 8 cm
yang digunakan untuk meletakkan manik-manik sesuai dengan warna mangkok di
atasanya. Mangkok dan manik merah berada di sebelah kiri, mangkok dan manik
(41)
biru beerada di tengah, serta mangkok dan manik hijau berada di sebelah kanan.
Manik-manik terdiri dari 3 warna yang memiliki arti berdasarkan nilai tempat.
Warna hijau mewakili nilai satuan atau ribuan, warna biru mewakili nilai puluhan
atau puluh ribuan, serta warna merah mewakili nilai ratusan atau ratus ribuan.
Masing-masing manik memiliki diameter berukuran 0,7 cm.
Gambar 1.2 Desain Kotak Mangkok dan Manik
Gambar 1.3 Desain Mangkok
Selain itu, kartu soal dibagi menjadi 2 operasi hitung yaitu penjumlahan dan
pengurangan. Pada operasi penjumlahan terdiri dari penjumlahan tanpa atau
dengan teknik meminjam, sedangkan pada operasi pengurangan terdiri dari
(42)
15
terdiri dari penjumlahan bilangan yang hasilnya dua angka hingga enam angka.
Kartu soal tersebut ditempatkan pada sebuah tempat yang permukaan sampingnya
berbentuk trapesium dan alas berbentuk persegi panjang. Permukaan alas
berukuran 11 x 13,1 cm, sedangkan permukaan samping memiliki ukuran sisi
miring 11,5 cm, tinggi depan 3,8 cm, dan tinggi belakang 7,2 cm.
Gambar 1.4 Desain Kotak Kartu Soal
F. Definisi Operasional
1. Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang dilakukan dengan sadar
untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan
yang dilakukan relatif tetap karena adanya pengalaman.
2. Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk membantu
siswa selama proses belajar.
3. Metode Montessori adalah metode yang menekankan prinsip dasar
pembelajaran pada kebebasan dan kemandirian dengan persiapan lingkungan
sebagai faktor pendukungnya.
4. Perkembangan anak adalah proses perubahan dalam diri anak baik fisik
maupun psikis yang terjadi secara sistematis, progresif, dan
(43)
berkesinambungan.
5. Alat peraga adalah alat yang dapat digunakan untuk membantu
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.
6. Alat peraga Montessori adalah alat peraga yang memiliki ciri gradasi,
menarik, auto-education, dan auto-correction.
7. Matematika merupakan ilmu yang mempelajari bilangan, pola dan
keteraturan, serta struktur/objek abstrak dengan berbagai hubungan yang
membutuhkan penalaran.
8. Penjumlahan merupakan suatu aturan yang mengaitkan/menggabungkan
setiap pasangan bilangan dengan bilangan yang lain dan digunakan untuk
mencari banyaknya sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu.
9. Pengurangan merupakan kebalikan dari operasi penjumlahan dan digunakan
(44)
17
BAB II
LANDASAN TEORI
Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan
kerangka berpikir.
A. Kajian Pustaka
Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian.
Adapun beberapa hal yang menjadi pembahasan peneliti adalah belajar dan
pembelajaran, metode Montessori, perkembangan anak, alat peraga Montessori,
dan pembelajaran matematika.
1. Belajar dan Pembelajaran
Uraian tentang belajar dan pembelajaran membahas beberapa hal antara lain
pengertian belajar dan pembelajaran.
a. Pengertian Belajar
Kegiatan belajar merupakan bagian dari pendidikan. Istilah belajar
didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Menurut Sudjana (dalam Jihad dan
Haris, 2008:2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan perubahan pada diri seseorang sebagai hasil belajar yang ditunjukkan
dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang mengalami perubahan. Senada
dengan Sudjana, Susanto (2013:4) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas
yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh konsep, pemahaman, atau
(45)
pengetahuan baru yang memungkinkan perubahan perilaku yang relatif tetap
dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Tidak berbeda dengan kedua pendapat
tersebut, menurut Hilgard (dalam Suyono dan Hariyanto, 2011:12)
mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan perilaku yang muncul atau
berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. Belajar juga didefinisikan
sebagai suatu perubahan dalam diri seorang individu karena adanya pengalaman,
bukan karena perubahan fisik semenjak lahir (Slavin dalam Trianto, 2010:16).
Berdasarkan definisi beberapa ahli tersebut, belajar dapat diartikan sebagai suatu
proses perubahan perilaku yang dilakukan dengan sadar untuk memperoleh
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang dilakukan relatif
tetap karena adanya pengalaman.
Menurut Piaget, adanya banyak pengalaman yang dimiliki oleh siswa
semakin mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya. Pengetahuan tersebut
dibentuk sendiri oleh siswa melalui objek yang sedang dipelajari melalui kegiatan
belajar. Proses belajar seharusnya dapat membantu siswa untuk aktif
mngonstruksikan pengetahuannya (Piaget dalam Suparno, 2001:106&141). Hal
tersebut juga disampaikan oleh Dwijandono. Kegiatan belajar sebaiknya
mendorong siswa aktif untuk memperoleh pengalaman, mencari informasi,
mengatur, dan mengorganisasikan informasi yang telah diketahui untuk mencapai
suatu pengalaman yang baru (Djiwandono, 2006:151). Melalui pengalaman
tersebut diharapkan siswa mampu mencapai tujuan dari belajar yaitu untuk
memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk
(46)
19
belajar dapat terjadi karena adanya proses interaksi antara individu dengan
lingkungan yang menjadi sumber belajar (Trianto, 2010:17). Oleh karena itu,
dalam kegiatan belajar perlu melibatkan siswa untuk aktif sehingga mendapatkan
pengalaman baru dalam membangun pengetahuannya.
Belajar tidak hanya berkaitan dengan proses, namun juga berkaitan dengan
hasil. Menurut Susanto (2013:5), hasil belajar dikelompokkan menjadi 3 aspek
yaitu pemahaman konsep (aspek kognitif), sikap siswa (aspek afektif), dan
keterampilan proses (aspek psikomotorik). Senada dengan yang dikatakan oleh
Susanto, Suyono dan Hariyanto (2011:18) juga berpendapat bahwa hasil akhir
dalam kegiatan belajar adalah kemampuan siswa yang tinggi. Oleh karena itu,
belajar perlu dipahami sebagai suatu kegiatan yang membantu siswa secara
optimal untuk memperoleh kemajuan dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang sesuai dengan tahap perkembangannya.
Selain pernyataan di atas, Susanto (2013:5) juga menambahkan bahwa dalam
kegiatan belajar juga perlu menggunakan media maupun metode untuk membantu
siswa dalam memperoleh pengetahuannya. Hal ini juga senada dengan pendapat
Montessori. Montessori berpendapat bahwa keberadaan alat peraga menjadi
bagian yang penting dalam lingkungan belajar. Selain itu, Montessori (dalam
Hamalik, 2007:171) juga menyatakan bahwa seorang anak pada akhirnya mampu
untuk mandiri apabila diberikan kebebasan dalam belajar. Berdasarkan pernyataan
tentang definisi dan hal-hal penting mengenai belajar, penelitian ini juga
mengarahkan kegiatan belajar yang mendorong siswa aktif dalam membangun
pengetahuannya melalui alat peraga atau benda konkret di sekitar siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(47)
b. Pengertian Pembelajaran
Arti kata pembelajaran merupakan perpaduan antara aktivitas belajar dan
mengajar. Beberapa ahli mendefinisikan pengertian pembelajaran dari berbagai
pandangan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003 (dalam Susanto, 2012:19) mengartikan pembelajaran sebagai proses
interaksi siswa dengan guru serta sumber belajar di lingkungan belajar. Pengertian
tersebut mengarahkan pada pandangan bahwa pembelajaran merupakan proses
yang dilakukan untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Pengertian
pembelajaran pun juga didefinisikan oleh Winkel. Menurut Winkel (dalam Siregar
dan Nara, 2011:12), pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang
untuk mendukung proses belajar siswa. Senada dengan hal tersebut, Miarso
(dalam Siregar dan Nara, 2011:12) berpendapat bahwa pembelajaran adalah usaha
pendidikan yang dilakukan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelum proses dilaksanakan. Berdasarkan dari ketiga pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang
untuk membantu siswa selama proses belajar.
Makna yang lebih kompleks mengenai pembelajaran dapat diartikan sebagai
usaha dari guru yang dilakukan untuk membantu siswa belajar dengan
mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar. Interaksi tersebut terjadi
secara dua arah. Interaksi dua arah dapat menimbulkan komunikasi yang intens
dan terarah menuju target yang telah ditetapkan untuk membantu siswa dalam
belajar (Trianto, 2010:17). Berdasarkan beberapa pengertian mengenai
(48)
21
1) merupakan usaha sadar atau disengaja, 2) pembelajaran harus membuat siswa
belajar, 3) tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan,
dan 4) pelaksanaannya terkendali baik isi, proses, waktu, maupun hasilnya
(Siregar dan Nana, 2011:13).
Ciri-ciri mengenai pembelajaran diuraikan oleh Hudojo (dalam Trianto,
2010:19) sebagai sebuah implikasi. Implikasi ciri-ciri pembelajaran menurut
Hudojo adalah penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif. Lingkungan
belajar yang konstruktif adalah lingkungan belajar yang 1) menyediakan
pengalaman belajar yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang
telah dimiliki oleh siswa sehingga belajar merupakan pembentukan pengetahuan,
2) menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, 3) mengintegrasikan
pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman
konkret, 4) mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya
interaksi dan kerjasama antara siswa, 5) memanfaatkan beberapa alat peraga
pembelajaran agar lebih menarik, dan 6) melibatkan siswa secara emosional dan
sosial sehingga matematika lebih menarik minat siswa untuk belajar.
Penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif juga sesuai dengan pendapat
Montessori tentang persiapan lingkungan untuk siswa. Persiapan lingkungan
tersebut dilakukan untuk memberikan kebebasan kepada siswa dalam belajar.
Kebebasan tersebut mendorong siswa untuk melakukan kegiatan/aktivitas yang
mendukung pertumbuhan sehingga mengantarkan siswa pada perkembangan dan
kemandirian. Montessori mempersiapkan lingkungan belajar dengan merancang
kembali ruang kelas. Montessori menyediakan beberapa material seperti alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(49)
peraga, meja, kursi dan sebagainya yang disesuaikan dengan ukuran siswa. Hal
tersebut dilakukan agar semua siswa dapat bergerak secara produktif dan cerdas.
Pembelajaran menurut Montessori berasal dari kebebasan siswa untuk memilih
kegiatan secara mandiri. Hal ini berbeda dengan pembelajaran yang dilakukan di
kelas konvensional (Gutek, 2013:75-77). Oleh karena itu, persiapan lingkungan
merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh guru sehingga siswa dapat
mendapatkan lingkungan yang tepat untuk belajar
2. Metode Montessori
Uraian tentang metode Montessori membahas beberapa hal antara lain
sejarah Montessori dan prinsip pendidikan dengan metode Montessori.
a. Sejarah Montessori
Maria Montessori adalah salah satu tokoh yang mengembangkan suatu sistem
pendidikan yang berfokus dengan anak usia dini (Morrison, 2012:67). Maria
Montessori adalah seorang wanita yang lahir di Chiaravalle, Italia Utara pada
tahun 1870. Montessori lahir dari keluarga yang berada dan memiliki pendidikan
yang tinggi. Ayahnya, Alessandro Montessori adalah seorang yang konservatif,
yang memegang nilai-nilai tradisional tentang peran wanita, sedangkan ibunya,
Renilde Stoppani, adalah sosok yang mendampingi dan mendorong Montessori
dalam mencapai cita-citanya. Montessori lahir pada saat Italia masih mengalami
keterbelakangan karena tingkat buta huruf yang cukup besar. Keadaan ini
membuat orang tua Montessori memutuskan untuk pindah ke Roma demi
(50)
23
Seperti anak-anak pada umumnya, Montessori menempuh pendidikan yang
dimulai dari Sekolah Dasar di Via di San Nicolὸ. Sejak Sekolah Dasar, Montessori mulai memiliki ketertarikan terhadap ilmu matematika. Setelah
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar, Montessori melanjutkan sekolah
jurusan teknik di Regia Scuola Tecnica Michelangelo Buonarroti pada tahun
ajaran 1882/ 1883. Pada tahun 1886 sampai 1889, Montessori melanjutkan di
akademi kejuruan teknik dengan mengambil jurusan Ilmu Fisika dan Matematika.
Setelah menyelesaikan pendidikan di akademi, Montessori menempuh kuliah di
Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas La Sapienza Roma paada tahun
1890. Namun, pada tahun 1892, Montessori beralih ke Fakultas Kedokteran dan
menyelesailan studinya (Magini, 2013:13-14).
Selama menempuh perkuliahan di universitas, Montessori juga menjalankan
penelitian di klinik psikiatri sebagai asisten dokter. Hal ini membuat Montessori
tertarik pada anak-anak yang mempunyai „kelemahan‟ dalam berpikir atau feeble-minded children. Ketertarikan ini membuat Montessori mulai membaca beberapa
penelitian yang juga meneliti mengenai anak-anak yang feeble-minded children
(Magini, 2013:7-11). Beberapa ahli yang tulisannya dipelajari oleh Montessori
adalah Jean Itard, Edward Seguin, dan dua orang dokter dan psikolog yang berasal
dari Perancis. Itard melakukan eksperimen tentang “anak liar”. Menurut Itard, anak-anak mengalami tahap perkembangan dengan melibatkan beberapa aktivitas
yang sesuai dengan periode usia tertentu. Akan tetapi, anak yang mengalami
gangguan fisik dan mental akan mengalami kehilangan potensi dari tahap
perkembangan yang menganggu pertumbuhannya (Gutek, 2013:10-11). Edward
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(51)
Seguin melakukan penelitian lebih lanjut dari teori Itard dengan mencetuskan
“pedagogia ortofrencia” yaitu pendidikan bagi anak tunagrahita. Menurut Seguin, cacat mental adalah akibat dari kelemahan sistem saraf yang berdampak pada
tidak berfungsinya saraf sebagai semestinya. Hal tersebut membuat Seguin
melakukan pendekatan mekanis untuk melatih otot-otot tubuh dan sensorial
melalui latihan hidup sehari-hari (Magini, 2013:26). Berdasarkan kedua penelitian
di atas, Montessori mengembangkan dua prinsip dalam pendekatannya yaitu (1)
keterbelakangan mental membutuhkan suatu jenis pendidikan khusus dan tidak
hanya melalui penanganan medis dan (2) jenis pendidikan khusus tersebut
dilakukan dengan menggunakan bahan dan alat peraga pembelajaran (Gutek,
2013:12).
Berbagai hal yang dipelajari Montessori dari Itard dan Seguin membuatnya
tertarik menjadi direktur penanganan anak atas tawaran Insinyur Edorado Talamo,
seorang penanggung jawab proyek pengelolaan lingkungan San Lorenzo. Saat itu
Montessori membuat keputusan untuk membuat tempat penampungan anak-anak
miskin yang ditinggal orang tuanya untuk bekerja yang dikenal dengan nama
Casa dei Bambini (Children’s houses). Tawaran ini dimaksudkan Talamo agar anak-anak mendapat sebuah kegiatan dan tidak menjadi liar. Melalui Casa dei
Bambini inilah Montessori menerapkan metode hasil eksperimennya yang sudah
dimodifikasi dan uji coba di sekolah anak-anak tunagrahita (Magini, 2013:45-48).
Maria Montessori terus menerus mengembangkan beberapa sekolah
berdasarkan metode penelitiannya. Montessori mulai menjalankan perannya
(52)
25
anak. Montessori juga menyiapkan beberapa perabotan yang ukurannya
disesuaikan dengan anak-anak. Selain itu, Montessori juga menyiapkan beberapa
alat peraga yang bisa digunakan oleh anak-anak seperti balok silinder. Ia
mengamati anak-anak dengan aktivitasnya. Salah satunya, Montessori mengamati
anak yang sedang mencoba memasangkan balok silinder ke tempatnya. Walaupun
anak tersebut berulang kali tidak berhasil untuk memasangkannya, tetapi anak
tersebut tetap mencoba hingga berhasil. Hal lain yang dilakukan Montessori
adalah mencoba menganggu dengan beberapa keramaian, namun anak tersebut
tetap berkonsentrasi memasangkan balok. Pengalaman tersebut menarik minat
Montessori bahwa konsentrasi akan membuahkan kepuasan batin yang tidak
ternilai ketika ia berhasil (Magini, 2013:48-49).
Keberhasilannya dalam mendidik anak-anak menggunakan alat peraga dan
observasinya mengembangkan ide-ide mengenai pendidikan membawa
Montessori menjadi tokoh terkenal kala itu. Selain itu, penelitian dan
pengembangannya dalam dunia pendidikan membawanya pada sebuah
penghargaan. Montessori juga menjadi nominasi Nobel Perdamaian sebanyak tiga
kali. Montessori terus mengembangkan metode pendidikannya ini dengan
beberapa seminar yang diselenggarakan. Montessori pun juga mendemostrasikan
penggunaan alat peraganya hingga menjelaskan perubahan sikap anak dan
lingkungan masyarakat sekitar melalui pendekatannya (Magini, 2013:63).
Beberapa hal terus Montessori kembangkan hingga pada bulan Mei 1952.
Kongres kesembilan di London merupakan kongres yang terakhir Montessori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(53)
laksanakan. Montessori meninggal di usia ke-82 pada tanggal 6 Mei 1952 di
Noordwijk, Belanda (Magini, 2013:97).
b. Prinsip Pendidikan dengan Metode Montessori
Metode Montessori menekankan bahwa proses belajar yang diselenggarakan
kepada anak paling baik terjadi di lingkungan yang tertata dan terstruktur (Gutek,
2013:25). Selain itu, persiapan lingkungan menjadi hal yang penting karena dapat
mendorong anak melakukan hal-hal spontan untuk belajar. Menurut Montessori
(dalam Magini, 2013:33) mengatakan, “Suatu kelas yang anak-anaknya bisa bergerak bebas secara cerdas dan sukarela tanpa adanya perilaku kasar dan tidak
sopan, menurutku, merupakan kelas yang sangat displin”. Senada dengan hal tersebut Montessori (dalam Gutek, 2013:77) berpendapat bahwa mengkreasikan
kembali lingkungan pembelajaran merupakan salah satu upaya agar anak dapat
mendapatkan lingkungan yang tepat untuk belajar. Montessori juga memastikan
bahwa lingkungan belajar yang dipersiapkan dapat menuntut anak untuk belajar
menjadi mandiri. Oleh karena itu, persiapan lingkungan merupakan hal penting
yang perlu dilakukan karena anak diberikan kebebebasan untuk mencapai
kemandiriannya dalam belajar.
Aktivitas anak dipandu oleh seorang direktris yang bertugas untuk memandu
proses pembelajaran tanpa campur tangan lebih jauh tentang aktivitas yang
dilakukan oleh anak. Peran direktris dalam kelas adalah menyiapkan lingkungan
belajar untuk anak dengan beberapa alat peraga serta mengobservasi aktivitas dan
(54)
27
Oleh karena itu, fokus dari metode Montessori adalah anak sebagai individu yang
melakukan setiap aktivitas belajarnya secara mandiri.
Senada dengan pernyataan di atas hal ini juga sesuai dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh Paula Lillard dan Lynn Jessen.
“Kini, kami memberikan sebuah misi dalam kehidupan: yaitu untuk
memahami masa kecil dan tujuannya, dan untuk berbagi pemahaman ini dengan orang tua sehingga mereka dapat membantu anak mereka melewati dengan baik masa kecilnya dan mencapai tujuan dari masa kanak-kanak …” (Lillard dan Jessen, 2003:23).
Pernyataan di atas dapat menggambarkan bahwa tujuan dari metode Montessori
adalah memahami anak sebagai individu dan membantunya dalam mencapai masa
kanak-kanak dengan baik melalui lingkungan yang telah dipersiapkan.
Menurut Lillard (2005:29-33), metode Montessori memiliki delapan prinsip
dalam pendidikannya, yaitu 1) keleluasaan dalam bergerak, 2) kebebasan dalam
memilih material apa yang akan digunakan, 3) adanya ketertarikan minat, 4)
pentingnya minat intrinsik dengan menghapuskan motivasi eksternal berupa
hadiah dan hukuman, 5) belajar bersama dengan teman sebaya, 6) belajar sesuai
konteks, 7) pentingnya gaya interaksi guru terhadap anak, dan 8) pentingnya
keteraturan lingkungan dan pikiran. Hal ini pun juga menegaskan bahwa aktivitas
belajar anak merupakan aktivitas belajar sambil bermain yang dapat
mengoptimalkan perkembangannya. Berdasarkan dari paparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa metode Montessori adalah metode yang menekankan prinsip
dasar pembelajaran pada kebebasan dan kemandirian dengan persiapan
lingkungan sebagai faktor pendukungnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(55)
3. Perkembangan Anak
Pada umumnya, perkembangan meliputi proses perubahan secara sistematis
tentang fungsi fisik dan psikis. Menurut Yusuf dan Sugandhi (2011:1-2)
mendefinisikan perkembangan sebagai proses perubahan dalam diri manusia baik
fisik maupun psikis menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Proses
perkembangan juga terjadi pada anak-anak. Menurut Meggit (2013:1),
perkembangan anak merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan yang
dialami oleh seorang anak sepanjang hidupnya. Senada dengan Meggit, Somantri
(2007:3), perkembangan anak merupakan proses pematangan dan perubahan hasil
belajar sebagai hasil dari pertumbuhan yang dialami anak. Berdasarkan pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak adalah proses perubahan
dalam diri anak baik fisik maupun psikis yang terjadi secara sistematis, progresif,
dan berkesinambungan.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa perkembangan anak meliputi
sebuah proses yang bersifat progresif dan berkelanjutan. Beberapa ahli pun juga
memaparkan tentang tahap perkembangan anak, salah satunya adalah Maria
Montessori. Montessori dalam Holt (2013:xii) memaparkan bahwa fase
perkembangan anak dibagi menjadi 3 tahapan yaitu (1) fase pertama (0-6 tahun),
fase kedua (6-12 tahun), dan fase ketiga (12-18 tahun).
Fase pertama terjadi pada usia nol hingga enam tahun. Tahap ini, anak
mengalami pembentukan inteligensi yang sangat penting dan merupakan penentu
(56)
29
periode sensitif, masa peka, atau usia emas. Pada usia ini, anak berada pada
periode absorbent mind (pikiran yang menyerap). Dalam hal ini, anak mengalami
periode perkembangan sensitif (periode peka), periode perkembangan inteligensi,
periode pembelajaran tentang keteraturan, periode pembelajaran bahasa (menulis
dan membaca) yang terjadi pada usia tiga hingga lima tahun, periode
perkembangan untuk berjalan, bersikap dan bertindak untuk kepentingan sendiri
(egosentrik), dan memiliki energi diri untuk fokus terhadap pengembangan diri.
Oleh karena itu, fase pertama ini merupakan fase yang tepat untuk membangun
perkembangan anak secara optimal.
Fase kedua terjadi pada rentang usia enam hingga dua belas tahun. Tahap ini
memungkinkan anak untuk bermain logika dan pembenaran, pembentukan
imaginasi, perkembangan moral dan mental, pengenalan budaya, serta
perkembangan kekuatan fisik. Selain itu, pada usia ini anak sudah memiliki
ketertarikan dalam bersosialisasi dengan teman sebaya, memiliki energi ekstra
secara fisik, kondisi fisik yang lebih sehat, dan periode belajar mendalam
(intellectual period).
Fase selanjutnnya adalah fase ketiga yang terjadi pada usia dua belas hingga
delapan belas tahun. Tahap ini, remaja sudah mulai mengarahkan kematangan
fisik, pencarian identitas seksual, pemodelan ideal yang diikuti perasaan bebas,
dan pencarian nilai-nilai spiritual.
Teori perkembangan pun juga dipaparkan oleh beberapa ahli yang lain. Salah
satunya adalah Jean Piaget. Dalam hal ini, Piaget memaparkan pendapatnya
tentang teori perkembangan kognitf. Piaget membagi perkembangan kognitif anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(57)
dalam 4 tahap yaitu sensorimotorik, pra-operasional, operasional konkret, dan
operasional formal.
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada saat bayi berusia dua
tahun. Selama tahap ini, inteligensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi
anak terhadap lingkungan, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar,
membau, dan sebagainya. Selain itu, pada tahap ini anak belajar mengenali suatu
benda dengan berbagai tindakan inderawi tersebut. Pada tahap ini pula, konsep
anak mengenai kausalitas (sebab akibat) juga mulai berkembang terlebih berkaitan
dengan konsep ruang dan waktu. Beberapa perkembangan mengenai benda,
ruang, waktu, dan kausalitas membantu anak membangun pengetahuan tentang
lingkungannya (Suparno, 2001:26-27). Oleh karena itu, tahap ini menjadi dasar
bagi perkembangan tahapan selanjutnya.
Tahapan perkembangan kognitif selanjutnya adalah pra-operasional. Tahapan
ini terjadi pada umur dua sampai tujuh tahun. Periode ini merupakan periode
peralihan dari periode sensorimotorik. Pada akhir periode sensorimotorik, anak
mengembangkan tindakan yang efisien dan terorganisasi dalam menghadapi
lingkungan. Selain itu, anak pun menggunakan kemampuan yang sudah diterima
pada periode sebelumnya walaupun sekarang berada pada peiode pra-operasional
(Crain, 2007:182). Anak juga menggunakan simbol maupun tanda untuk
menyatakan atau menjelaskan suatu objek. Berdasarkan cara berpikir tersebut,
anak mampu mengungkap dan membicarakan hal yang sudah terjadi (Suparno,
(1)
4. Lembar kerja 5. Penghapus 6. Pensil 7. Karpet Pengendali
kesalahan
Jawaban pada kartu soal
Warna manik-manik dan tempatnya Presentasi awal 1. Direktis menyiapkan tempat kerja.
2. Direktris mengajak siswa untuk mengambil alat
peraga dengan berkata, “Mari bantu ibu membawa papan pengurangan.”
3. Direktris mengajak siswa dengan berkata, “Mari bekerja menggunakan papan pengurangan bersama
ibu.”
4. Direktris meminta siswa duduk di samping kirinya. Inti 5. Direktris mengambil kartu soal pengurangan dengan
teknik meminjam.
6. Direktris menunjuk soal yang akan dikerjakan sambil
berkata, “Mari kita selesaikan soal ini.”
7. Misalnya 177-97
8. Direktris memasukkan tanda operasi hitung pada papan pengurangan.
(2)
9. Direktris mengambil 1 manik merah dan meletakkannya di tempat ratusan, 7 manik biru dan meletakkannya di tempat puluhan, serta 7 manik hijau di tempat satuan.
10. Direktris berkata kepada siswa, “Kita akan
mengurangkan 7 dari 7.”
11. Direktris mengambil 7 manik hijau satuan pada deret pertama.
12. Direktris bertanya pada siswa, “Berapa sisanya?” 13. Direktris menurunkan sisa hasil hitung ke deret ketiga
sambil membilang hasilnya.
14. Direktris berkata, “Tidak ada manik sisa.”
15. Direktris berkata kepada siswa, “Kita akan mengurangkan 9 dari 7.”
(3)
9?”
17. Direktris menukar 1 manik merah dengan 10 manik
biru dengan berkata, “Kita perlu menukarkan 1 manik merah agar dapat mengurangkan manik puluhan.”
18. Direktris mengembalikan 1 manik merah ke tempatnya untuk ditukar dengan 10 manik biru puluhan.
19. Direktris mengambil 10 manik biru dan meletakkannya di mangkok biru.
20. Direktris menggabungkan manik hasil penukaran dengan manik puluhan di deret pertama.
21. Direktris bertanya kepada siswa, “Berapa jumlah
manik biru sekarang?”
22. Direktris meminta anak untuk membilang jumlah manik biru.
(4)
mengurangkan 9 dari 17.”
24. Direktris mengambil 9 manik biru puluhan pada deret pertama.
25. Direktris menurunkan sisa hasil hitung manik puluhan ke deret ketiga sambil membilang.
26. Direktris berkata, “Sisa 8.”
27. Selanjutnya direktris berkata, “177-97 sama dengan
80” sambil menunjukkan hasil hitung.
28. Direktris meminta siswa untuk mencoba dengan
berkata, “Mau mencoba?”
29. Siswa mencoba mengerjakan beberapa soal yang sudah dikerjakan pada lembar kerja.
Penutup 30. Direktis meminta siswa untuk mengembalikan alat
peraga dengan berkata, “Mari bantu ibu mengembalikan papan pengurangan.”
31. Siswa mengembalikan papan pengurangan. 32. Siswa membereskan tempat kerja.
(5)
CURRICULUM VITAE
Elfrida Fetra Widyaningrum merupakan anak pertama
dari tiga bersaudara yang lahir di Semarang, 8 Februari
1994. Pendidikan dasar diperoleh di SD Kanisius
Harjosari dan lulus pada tahun 2005. Pendidikan
menengah pertama diperoleh di SMP Pangudi Luhur
Ambarawa dan lulus pada tahun 2008. Pendidikan
menengah lanjutan diperoleh di SMA Virgo Fidelis, dan
lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, peneliti tercatat sebagai mahasiswa
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menempuh
pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan di luar
perkuliahan. Berikut daftar kegiatan yang pernah diikuti peneliti.
1. Dampok Parade Gamelan Anak tahun 2011
2. Peserta dan wakil ketua workshop pembelajaran Montessori usia 6-9 tahun
pada tahun 2012
3. Seksi acara dalam “Maria Montessori workshop: Learning Model
Development 2012” tahun 2012.
4. Anggota PGSD Montessori Club pada periode 2012/2013, 2013/2014, dan
2014/2015.
5. Seksi acara kegiatan inisiasi mahasiswa baru program studi pendidikan guru
(6)
6. Sekretaris HMPS PGSD periode 2013/2014
7. Ketua Pelepasan Wisuda PGSD periode 2013-2014
8. Tim Evaluator PPKM I Universitas Sanata Dharma tahun 2014
9. Panitia PPKM II PGSD Universitas Sanata Dharma tahun 2014
10. Seksi Konsumsi “Embracing Montessori” pada tahun 2013
11. Sekretaris kegiatan inisiasi mahasiswa baru program studi pendidikan guru
sekolah dasar tahun 2013
Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis
skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahn dan Pengurangan Berbasis