Pengembangan alat peraga montessori materi perkalian untuk siswa kelas II SD.

(1)

ABSTRAK

Widyaningrum, Theodora Dian (2017). Pengembangan Alat Peraga Montessori Materi Perkalian Untuk Siswa Kelas II SD. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma.

Sebagian besar guru SD di Indonesia masih kurang dalam memanfaatkan alat peraga dalam proses pembelajaran. Selain itu banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah. Metode tersebut dirasa kurang sesuai dengan karakteristik anak SD. Metode Montessori menjadi salah satu pilihan metode yang sesuai karena dapat memanfaatkan benda di lingkungan menjadi alat peraga guna menjadi pendukung dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengembangkan alat peraga berbasis Montessori khususnya untuk materi perkalian dengan hasil 2 angka.

Penelitian dilakukan di SD Kanisius Tegalmulyo terhadap siswa kelas II tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan jenis penelitian Research and Development (R&D). Peneliti mengadopsi model Borg dan Gall serta Sugiono yang dimodifikasi menjadi 7 langkah yaitu, (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) mengembangkan produk awal, (4) pengujian lapangan awal, (5) revisi desain, (6) pembuatan produk, (7) uji coba terbatas.

Penelitian ini menghasilkan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori dengan ciri: (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto correction, (4) auto education, (5) kontekstual. Kualitas alat peraga tegolong dalam kategori “sangat baik” berdasarkan hasil validasi dari ahli. Dapat dikatakan dengan menggunakan alat ini, ada peningkatan kualitas belajar siswa dari rata-rata nilai 70,7 menjadi 98. Sehingga alat peraga ini dapat dinyatakan layak digunakan dalam proses pembelajaran dan dapat dikembangkan pada tahap yang lebih luas.

Kata kunci: alat peraga, Matematika, metode Montessori, perkalian, penelitian dan pengembangan


(2)

ABSTRACT

Widyaningrum, Theodora Dian (2017). Development of Montessori Teaching Aid for Multiplication for Grade II Students of Elementary School. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematic Education Study Program, Sanata Dharma University.

Most elementary school teachers in Indonesia have yet to accommodate visual aid in the learning process. In addition, many teachers are still using the lecture method. This method is considered as not fully appropriate with the characteristics of elementary school children. Montessori method has become one of the appropriate method which can be used because it utilizes objects in the surrounding to be used as teaching aids. This research was conducted with the aim of developing Montessori based teaching aid, particularly for 2 digits multiplication material.

The research was conducted in Kanisius Tegalmulyo Elementary School on second grade students in the 2016/2017 academic year and adopted Research and Development (R&D) study type. The researcher adopted Borg and Gall model and Sugiono model that were modified into 7 steps, namely, (1) research and data collection, (2) planning, (3) early product development, (4) initial field testing, (5) design revision, (6) product manufacturing, (7) limited testing.

This study produces Montessori based multiplication teaching aid with: (1) interesting, (2) graded, (3) auto correction, (4) auto education, (5) contextual features. The quality of the teaching aid is categorized as "excellent" based on the validation results of the experts. It can be said that by using this teaching aid, there is improvement of the quality of student learning from the average value of 70,7 to 98. Thus, this teaching aid can be declared as adequate to be used in the learning process and may be developed at a broader stage.

Keywords: aid, Mathematic, Montessori method, multiplication, research and development.


(3)

i

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI

PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Theodora Dian Widyaningrum NIM : 131414011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITA SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

ii SKRIPSI

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD

Oleh:

Theodora Dian Widyaningrum NIM: 131414011

Telah disetujui oleh:

Pembimbing


(5)

iii SKRIPSI

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Theodora Dian Widyaningrum

NIM: 131414011

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal .. ... ....

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : ...

Sekretaris : ...

Anggota : ...

Anggota : ...

Anggota : ...

Yogyakarta, .. ... ....

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas kasih, karunia,

dan limpahan berkat yang diberikan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Alm. Papa Bartolomeus Aryadi, teerima kasih atas kasih

sayang, perhatian dan cinta tulus seorang Papa yang telah engkau berikan. Anakmu sangat bangga pernah memiliki seorang Papa sepertimu.

Mama Dra. Regina Maria Wiwik Budi Wuryantini, terima

kasih Mama tersayang atas kebaikan. kasih sayang, mendidik, dan membesarkan dengan penuh perjuangan dan kesabaran sampai saat ini. Terima kasih selalu mendoakan agar terselesaikannya studi, kini studi saya telah saya selesaikan sebagai bukti tanggung jawab saya kepada Mama.

Adikku tertampan Lorentius Widi Krisyutiasto atas setiap

semangat yang pernah terucap dan doa yang tak terdengar.

Segenap keluarga besar Sayutiman atas segala doa,

semangat, dan dukungan yang telah diberikan.

Para sahabatku Secundina Kusuma Wisangnuari, Maria

Sherly Anita, Ajeng Anggraeni Putri, Rosalima Astaliani, Helena Ustiliani, dan temanku Laksmana Akbar Biwastu


(7)

v

Putra, Yosep Hari Susanto, Triastuti Sanda, Rosa Dina Putranti, Agustina Dhevin Merinda, Yosep Cahyo Ardi, Fransiska Vitriyanti, Emiliana, dan Gerardus Wibisono yang selalu mendukung dan menghibur saya, berkumpul bersama, tertawa bersama, terima kasih atas rasa bahagia yang boleh saya terima karena memiliki kawan-kawan seperti kalian.

Untuk Richardus Tungky Satria yang mau mendengarkan

segala keluh kesah, selalu memberi semangat, dukungan,

waktu, dan perhatiannya dalam segala hal. Terima kasih

Keluarga besar Pendidikan Matematika 2013 yang telah

mengalami pahit dan senangnya kuliah bersama, bercanda bersama, hingga kini kita berusaha maksimal untuk dapat lulus satu demi satu.

Almameterku: Universitas Sanata Dharma

Semua pihak yang telah membantu dan mendukung baik

secara langsung dan tidak langsung setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.


(8)

vi

HALAMAN MOTTO

“God doesn't require us to succeed, He only requires that you try”. (Bunda Teresa)

“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh

tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan

sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”

(Yesaya 40:29-31)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”. (Aristoteles)

“Learn from yesterday, Live for today, And hope for tomorrow”


(9)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, terkecuali yang sudah tertulis di dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Juni 2017

Penulis


(10)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Theodora Dian Widyaningrum Nomor Mahasiswa : 131414011

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI

PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 8 Juni 2017 Yang menyatakan,


(11)

ix ABSTRAK

Widyaningrum, Theodora Dian (2017). Pengembangan Alat Peraga Montessori Materi Perkalian Untuk Siswa Kelas II SD. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma.

Sebagian besar guru SD di Indonesia masih kurang dalam memanfaatkan alat peraga dalam proses pembelajaran. Selain itu banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah. Metode tersebut dirasa kurang sesuai dengan karakteristik anak SD. Metode Montessori menjadi salah satu pilihan metode yang sesuai karena dapat memanfaatkan benda di lingkungan menjadi alat peraga guna menjadi pendukung dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengembangkan alat peraga berbasis Montessori khususnya untuk materi perkalian dengan hasil 2 angka.

Penelitian dilakukan di SD Kanisius Tegalmulyo terhadap siswa kelas II tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan jenis penelitian Research and Development (R&D). Peneliti mengadopsi model Borg dan Gall serta Sugiono yang dimodifikasi menjadi 7 langkah yaitu, (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) mengembangkan produk awal, (4) pengujian lapangan awal, (5) revisi desain, (6) pembuatan produk, (7) uji coba terbatas.

Penelitian ini menghasilkan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori dengan ciri: (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto correction, (4) auto education, (5) kontekstual. Kualitas alat peraga tegolong dalam kategori “sangat baik” berdasarkan hasil validasi dari ahli. Dapat dikatakan dengan menggunakan alat ini, ada peningkatan kualitas belajar siswa dari rata-rata nilai 70,7 menjadi 98. Sehingga alat peraga ini dapat dinyatakan layak digunakan dalam proses pembelajaran dan dapat dikembangkan pada tahap yang lebih luas.

Kata kunci: alat peraga, Matematika, metode Montessori, perkalian, penelitian dan pengembangan


(12)

x ABSTRACT

Widyaningrum, Theodora Dian (2017). Development of Montessori Teaching Aid for Multiplication for Grade II Students of Elementary School. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematic Education Study Program, Sanata Dharma University.

Most elementary school teachers in Indonesia have yet to accommodate visual aid in the learning process. In addition, many teachers are still using the lecture method. This method is considered as not fully appropriate with the characteristics of elementary school children. Montessori method has become one of the appropriate method which can be used because it utilizes objects in the surrounding to be used as teaching aids. This research was conducted with the aim of developing Montessori based teaching aid, particularly for 2 digits multiplication material.

The research was conducted in Kanisius Tegalmulyo Elementary School on second grade students in the 2016/2017 academic year and adopted Research and Development (R&D) study type. The researcher adopted Borg and Gall model and Sugiono model that were modified into 7 steps, namely, (1) research and data collection, (2) planning, (3) early product development, (4) initial field testing, (5) design revision, (6) product manufacturing, (7) limited testing.

This study produces Montessori based multiplication teaching aid with: (1) interesting, (2) graded, (3) auto correction, (4) auto education, (5) contextual features. The quality of the teaching aid is categorized as "excellent" based on the validation results of the experts. It can be said that by using this teaching aid, there is improvement of the quality of student learning from the average value of 70,7 to 98. Thus, this teaching aid can be declared as adequate to be used in the learning process and may be developed at a broader stage.

Keywords: aid, Mathematic, Montessori method, multiplication, research and development.


(13)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD” ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa selama proses penelitian dan penyusunan laporan tugas akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa dukungan, perhatian, semangat, kritik dan saran yang sangat penulis butuhkan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, antara lain kepada:

1. Rohandi, Ph. D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dr.Hongki Julie M.Si., Kepala Program Studi Pendidikan Matematika

3. Beni Utomo M.Sc.,Wakil Kepala Program Studi Pendidikan Matematika yang menginspirasi saya.

4. Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si. selaku dosen pembimbing, terima kasih atas perhatian yang diberikan selama ini, yang tak pernah lelah mendampingi, terima kasih juga untuk semangat dan dukungannya hingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Dra. Haniek Sri Pratini M.Pd. yang telah memberikan kritik dan saran, serta membantu mendampingi, membimbing, dan memotivasi agar selalu giat belajar dan tak lelah untuk mengingatkan anak-anak didiknya agar cepat selesai.

6. E. Elvie Chrisna Pancadewi, S.Pd., PLH SD Kanisius Tegalmulyo yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

7. Adelia Rena Riwayani, S. Pd., guru kelas II dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo yang telah membantu dan bekerja sama selama proses penelitian. 8. Dra. Regina Maria Wiwik Budi Wuryantini, mamaku tercinta dan adikku Lorentius Widi Krisyutiasto yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.


(14)

xii

9. Sahabat dan teman-temanku, Cundi, Sherly, Mas Hari, Biwa, Tri, Dina, Epin, Cahyo, Ipo yang telah mendukung, membantu, dan menyemangati selama proses penyusunan tugas akhir ini.

10.Bapak Muhibad dan Mas Doni yang telah membantu peneliti dalam pembuatan alat peraga berbasis Montessori.

11.Mirota Batik yang telah menjadi solusi bagi peneliti dalam memperoleh mangkuk kayu yang sesuai dengan karakteristik Montessori.

12.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara langsung dan tidak langsung setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan yang akan datang. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun bagi kemajuan dan perkembangan ilmu pendidikan dan pengetahuan.di Indonesia.

Yogyakarta, 8 Juni 2017 Peneliti


(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... viii

ABSTRAK... ix

ABSTRACT... x

KATA PENGANTAR... xi

DAFTAR ISI... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Rumusan Masalah... 8

D. Tujuan Penelitian... 8

E. Manfaat Penelitian... 8

F. Spesifikasi Produk...9

G. Definisi Operasional... 12

H. Sistematika Penulisan... 13

BAB II LANDASAN TEORI... 15


(16)

xiv

1. Perkembangan Anak... 15

2. Matematika...16

a. Pengertian Matematika... 17

b. Pembelajaran Matematika... 18

c. Perkalian...20

d. Kesulitan Belajar Matematika... 24

e. Alat Peraga Pembelajaran Matematika... 27

f. Sejarah Montessori... 30

g. Alat Peraga Montessori... 32

B. Penelitian yang Relevan... 35

C. Kerangka Berpikir... 39

BAB III METODE PENELITIAN... 42

A. Jenis Penelitian... 42

B. Setting Penelitian... 43

1. Objek Penelitian... 44

2. Subjek Penelitian...44

3. Lokasi Penelitian... 44

4. Waktu Penelitian... 44

C. Rancangan Penelitian... 45

D. Prosedur Pengembangan... 48

E. Instrumen Penelitian... 55

1. Pedoman Wawancara... 55


(17)

xv

b. Wawancara Guru Kelas II... 56

c. Wawancara Siswa Kelas II... 57

2. Kuesioner... 61

a. Kuesioner Analisis Kebutuhan...61

b. Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga Pembelajaran Matematika...64

c. Kuesioner Validasi Soal Tes dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 67

3. Pedoman Observasi... 72

F. Teknik Pengumpulan Data... 73

1. Wawancara... 74

2. Observasi... 75

3. Penyebaran Kuesioner...76

a. Kuesioner Analisis Kebutuhan...77

b. Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga Pembelajaran Matematika...77

c. Kuesioner Validasi Soal Tes dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 79

4. Tes... 79

5. Triangulasi... 80

G. Teknik Analisis Data... 82

1. Analisis Data Kuantitatif... 82


(18)

xvi

b. Teknik Analisis Data Kuantitatif pada Kuesioner... 83

c. Teknik Analisis Data Kuantitatif pada Tes... 83

2. Analisis Data Kualitatif... 84

a. Teknik Analisis Data Kualitatif pada Wawancara dan Observasi... 85

b. Teknik Analisis Data Kualitatif pada Kuesioner... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 87

A. Hasil Penelitian... 87

1. Pengumpulan Data... 87

a. Wawancara... 87

1) Hasil Validasi Instrumen Wawancara...88

a) Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah... 88

b) Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas II... 91

c) Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa... 93

2) Hasil Wawancara... 96

a) Hasil Wawancara Kepala Sekolah... 96

b) Hasil Wawancara Guru Kelas II... 100

c) Hasil Wawancara Siswa Kelas II... 102

b. Observasi... 112

c. Analisis Kebutuhan... 113

1) Analisis Karakteristik Siswa... 114

2) Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori... 114

3) Uji Validitas Instrumen... 115


(19)

xvii

2. Perencanaan... 126

a. Tes... 126

1) Validitas Instrumen Tes... 127

2) Uji keterbacaan Instrumen Tes... 128

3) Uji Empiris... 130

a) Uji Validitas Instrumen Tes... 130

b) Uji Reliabilitas Instrumen Tes... 132

b. Kuesioner... 133

1) Kuesioner Penilaian Produk Alat peraga... 133

3. Revisi Produk... 138

4. Pengembangan Desain... 139

a. Konsep Pembuatan Alat Peraga... 139

b. Desain Alat Peraga... 141

1) Papan Perkalian Montessori...141

2) Kotak Perlengkapan... 142

3) Pedoman Penggunaan... 143

c. Pengumpulan Bahan... 143

d. Pembuatan Alat Peraga... 144

5. Uji Coba Terbatas... 149

1) Data dan Analisis Tes... 150

2) Data dan Analisis Kuesioner... 153


(20)

xviii

BAB V PENUTUP... 161

A. Kesimpulan... 161

B. Keterbatasan Penelitian... 162

C. Saran...163


(21)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara kepada Kepala Sekolah... 56

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara kepada Guru Kelas II... 57

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara kepada Siswa Kelas II... 57

Tabel 3.4 Kategorisasi Rata-rata Skor Validasi Instrumen Wawancara Berdasarkan Hasil Validasi... 59

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Kelas II... 61

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II... 62

Tabel 3.7 Kategorisasi Rata-rata Skor Validasi Kuesioner Berdasarkan Hasil Validasi... 63

Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga Pembelajaran Matematika... 65

Tabel 3.9 Kisis-kisi Soal Tes... 68

Tabel 3.10 Koefisien Korelasi...71

Tabel 3.11 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran Matematika... 72

Tabel 3.12 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif... 83

Tabel 4.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah... 89

Tabel 4.2 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah oleh Ahli... 89

Tabel 4.3 Hasil Perbaikan Instrumen Wawancara Kepala Sekolah SD Kanisius Tegalmulyo... 90


(22)

xx

Tabel 4.5 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara

Guru oleh Ahli... 91 Tabel 4.6 Hasil Perbaikan Instrumen Wawancara Guru Kelas II

SD Kanisius Tegalmulyo... 92 Tabel 4.7 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II... 94 Tabel 4.8 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara

Siswa oleh Ahli... 94 Tabel 4.9 Hasil Perbaikan Instrumen Wawancara Siswa Kelas II

SD Kanisius Tegalmulyo... 95 Tabel 4.10 Hasil Wawancara dengan PLH SD Kanisius Tegalmulyo... 98 Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II SD Kanisius

Tegalmulyo. ... 100 Tabel 4.12 Hasil Wawancara Hari Pertama dengan Siswa Kelas II

SD Kanisius Tegalmulyo... 102 Tabel 4.13 Hasil Wawancara Hari Kedua dengan Siswa Kelas II

SD Kanisius Tegalmulyo... 106 Tabel 4.14 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli

Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran... 117 Tabel 4.15 Rekapitulasi Presentase Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan

Guru... 119 Tabel 4.16 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa... 123 Tabel 4.17 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa


(23)

xxi

Tabel 4.18 Hasil Validasi Instrumen Tes... 128 Tabel 4.19 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes... 129 Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Validitas Empiris Instrumen Tes... 131 Tabel 4.21 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes... 132 Tabel 4.22 Validasi Kuesioner Penilaian Produk untuk Ahli... 134 Tabel 4.23 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Produk untuk Ahli... 135 Tabel 4.24 Validasi Kuesioner Produk untuk Siswa... 137 Tabel 4.25 Revisi Produk... 138 Tabel 4.26 Rincian Kartu Soal... 147 Tabel 4.27 Hasil Penilaian Produk... 148 Tabel 4.28 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest... 151 Tabel 4.29 Hasil Validasi dan Analisis Pengembangan Berdasarkan


(24)

xxii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alat Peraga Papan Perkalian... 10 Gambar 1.2 Kotak Kartu Soal Beserta Jawaban, Kartu Angka, Pion,

Mangkuk, dan Manik-Manik...11 Gambar 1.3 Pion...11 Gambar 1.4 Mangkuk...11 Gambar 1.5 Manik-manik... 11 Gambar 1.6 (a) Contoh kartu soal tampak depan berisikan soal...11 Gambar 1.6 (b) Contoh kartu soal tampak belakang berisikan jawaban...11 Gambar 1.7 Contoh kartu angka yang akan dikalikan... 12 Gambar 2.1 Kelompok Objek yang Sama...21 Gambar 2.2 Penjumlahan Berulang... 21 Gambar 2.3 Respon Verbal... 22 Gambar 2.4 Garis Bilangan... 22 Gambar 2.5 Barisan Objek dalam Kolom... 23 Gambar 2.6 Literature Map dari Penelitian yang Relevan... 39 Gambar 2.7 Alur Pengembangan Alat Peraga... 41 Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan

Menurut Borg & Gall... 45 Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian Research and Development yang

Bersifat Mengembangkan Produk yang Telah Ada... 46 Gambar 3.3 Langkah-langkah Penelitian... 49 Gambar 3.4 Trianggulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan... 81


(25)

xxiii

Gambar 3.5 Trianggulasi Teknik Pengumpulan Data Wawancara... 81 Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara... 111 Gambar 4.2 Triangulasi Data berdasarkan Teknik Pengumpulan Data... 126 Gambar 4.3 Triangulasi Aksi Terhadap Instrumen Tes... 133 Gambar 4.4 Mulitiplication Board... 140 Gambar 4.5 Papan Perkalian... 146 Gambar 4.6 Kotak Penyimpanan Manik-Manik, Pion, Mangkuk,

Kartu Soal, dan Kartu Angka... 147 Gambar 4.7 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest Siswa... 152 Gambar 4.8 Perbandingan Rerata Nilai Pretest dan Posttest... 153


(26)

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH 1.1Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah oleh Ahli... [1] 1.2Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas II oleh Ahli... [3] 1.3Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II oleh Ahli...[5] 1.4Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II oleh Guru Senior... [7] 1.5Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II oleh Guru Kelas II.... [9] LAMPIRAN 2 INSTRUMEN KUESIONER ANALISIS KEBUTUHAN

2.1Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk

Guru Kelas II oleh Ahli... [11] 2.2Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk

Siswa Kelas II oleh Ahli... [16] 2.3Hasil Validitas Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk

Siswa Kelas II oleh Guru Senior... [19] 2.4Hasil Validitas Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk

Siswa Kelas II oleh Guru Kelas II... [22] 2.5Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Senior... [25] 2.6Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Kelas II... [31] 2.7Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II... [37] LAMPIRAN 3 INSTRUMEN VALIDASI PRODUK

3.1Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Pakar Montessori... [43] 3.2Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Guru Senior... [45] 3.3Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Guru Kelas II... [47]


(27)

xxv

3.4Hasil Validasi Soal Tes oleh Ahli... [49] 3.5Hasil Validasi Soal Tes oleh Guru Senior... [53] 3.6Hasil Uji Keterbacaan Soal Tes oleh Guru Senior... [58] 3.7Hasil Validasi Soal Tes oleh Guru Kelas II... [63] 3.8Hasil Uji Keterbacaan Soal Tes oleh Guru Kelas II... [68] 3.9Hasil Uji Empiris... [73] 3.10 Hasil Uji Reliabilitas... [77] 3.11 Hasil Observasi Pembelajaran Matematika di Kelas II... [78]

LAMPIRAN 4 HASIL UJI COBA LAPANGAN TERBATAS

4.1Hasil Pretest... [82] 4.2Hasil Posttest... [86] 4.3Hasil Validasi Produk oleh Siswa... [90] LAMPIRAN 5 ALBUM ALAT PERAGA... [94] LAMPIRAN 6 SURAT

6.1Surat Ijin Melaksanakan Penelitian... [105] 6.2Surat Telah Melaksanakan Penelitian... [106] LAMPIRAN 7 DOKUMENTASI... [107]


(28)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi (Susanto, 2013:183). Pada tingkat SD mata pelajaran Matematika diberikan untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan Matematika dalam membantu menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari dan menjadi bekal dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Matematika sendiri berfungsi utuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dan menjelaskan gagasan (Depdiknas, 2003).Selain itu pada bangku SD, Matematika berfungsi sebagai pengembang logika berpikir dalam menyelesaikan soal-soal yang berbentuk aljabar, aritmatika, geometri, dan analitik. Matematika juga berfungsi dalam mengembangkan kemampuan menghitung, membandingkan, mengukur, dan menaksir yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan kognitif pada siswa.

Menurut Susanto (dalam Febrianty 2014:3) berhitung adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuan dan karakteristiknya. Karakteristik perkembangan setiap anak dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya yang sejalan dengan perkembangan


(29)

kemampuan anak dan meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah dan pengurangan. Semakin meningkatnya jenjang pendidikan yang ditempuh maka semakin berkembang juga potensi yang dimiliki siswa. Sehingga dengan berkembangnya kemampuan tersebut, siswa semakin mampu dalam menggunakan Matematika untuk menyelesaikan masalah dari yang sederhana hingga masalah yang kompleks. Dalam kegiatan berhitung bilangan, kita mengenal beberapa operasi. Operasi Matematika merupakan proses perhitungan dalam Matematika yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, penarikan akar, dan pemangkatan. Bagi siswa tingkat SD perhitungan yang mulai dirasa sulit salah satunya adalah operasi perkalian. Perkalian adalah bentuk lain dari penjumlahan berulang (Soesilowati, 2011:35). Perkalian merupakan proses aritmatika dasar di mana satu bilangan dilipatgandakan sesuai dengan bilangan pengalinya. Materi perkalian pada kelas II merupakan lanjutan dari materi penjumlahan. Di mana materi perkalian merupakan bentuk lain dari penjumlahan berulang. Sekarang ini kemampuan dalam menggunakan operasi hitung perkalian menjadi perhatian bagi pendidik dan orang tua karena manfaatnya dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menggunakan operasi hitung perkalian, baik dalam memahami konsep perkalian maupun dalam menentukan hasil perkalian.

Berdasarkan pengalaman mengajar Matematika di beberapa sekolah, banyak siswa yang pada awalnya menganggap Matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Namun seiring samakin meningkatnya tingkat


(30)

kesulitan materi Matematika, siswa menjadi malas dalam mempelajari Matematika. Kemalasan siswa tersebut bisa jadi disebabkan karena proses belajar mengajar yang tidak efektif, guru kurang tepat dalam menentukan model pembelajaran, tidak dimanfaatkannya alat peraga sebagai media belajar, siswa tidak mengetahui cara dalam menyelesaikan persoalan Matematika, ataupun karena siswa takut salah dalam menentukan hasil persoalan tersebut. Akibatnya siswa menjadi tidak tertarik dengan Matematika, bahkan menjadi tidak menyukai pelajaran Matematika. Permasalahan ini juga terjadi di SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta.

Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 18 November 2016 dengan guru SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta, diperoleh informasi bahwa siswa masih cenderung menghafal dalam menentukan hasil dari perkalian namun belum menguasai konsep perkalian. Hal tersebut menyebabkan siswa seringkali salah dalam menentukan hasil perkalian.

Dari kegiatan wawancara lanjutan pada 7 Desember 2016 dengan guru kelas I, II, dan III SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta diperoleh hasil bahwa guru masih cenderung menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar guru masih belum maksimal dalam menggunakan alat peraga, terutama alat peraga perkalian dikarenakan kurang tersedianya alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran. Kecenderungan guru dalam menggunakan metode ceramah ketika mengajar dan kurangnya pemanfaatan alat peraga menjadi salah satu faktor pemicu munculnya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Belajar sendiri


(31)

merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru (Susanto, 2013:4).

SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta memiliki alat peraga berupa sebuah papan yang menyerupai tabel perkalian namun bilangan pada tabel perkalian tersebut disusun menggunakan satuan bangun. Penggunaannya pun menyerupai tabel perkalian sehingga ketika siswa diminta untuk menentukan hasil perkalian menggunakan alat tersebut siswa mampu menjawab dengan baik. Tetapi ketika siswa diminta menentukan hasil perkalian tanpa menggunakan bantuan alat peraga, siswa masih merasa kesulitan.

Siswa pada bangku SD (7-11 tahun) mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret (Susanto, 2013:77). Oleh sebab itu dibutuhkanlah alat peraga yang dapat membantu dalam pemahaman siswa, terutama sebagai alat bantu hitung pada materi perkalian. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Djamarah (dalam Sundayana, 2015:24) bahwa di dalam kegiatan belajar mengajar ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan alat peraga sebagai perantara. Menurut Ali (dalam Sundayana 2015:7) alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Manfaat dari alat peraga sendiri terbukti mampu meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Febrianty dan Widayati (2014) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh alat


(32)

peraga Montessori terhadap kemampuan berhitung anak di KB-TK Arisska. Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian yang dilakukan oleh Linda (2010) yang menyatakan adanya peningkatan kemampuan berhitung perkalian melalui metode jarimatika.

Dari beberapa penelitian tersebut dan berdasarkan analisis kebutuhan guru kelas II, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (research and development) alat peraga Montessori materi perkalian untuk siswa kelas II SD. Peneliti memilih alat peraga Montessori sebagai alat bantu agar mempermudah siswa untuk mempelajari perkalian dan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik. Selain itu siswa akan lebih memperoleh kesempatan untuk mengembangkan semua potensi yang ada. Siswa akan menemukan dalam dirinya sendiri kekuatan, kelemahan, kemampuan, dan minatnya bahkan kebutuhannya sendiri sehingga memberi peluang bagi siswa untuk berkembang seutuhnya baik fisik, intelektual, bahasa, dan perilaku. Siswa akan terbiasa menggunakan seluruh aspek panca inderanya sehingga terlatih dengan baik, dan secara alamiah memotivasi siswa untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi. Alat peraga Montessori adalah alat peraga yang digunakan dalam pendidikan Montessori hasil rancangan dokter dari Italia bernama Maria Montessori. Alat peraga Montessori materi perkalian yang akan dikembangkan yaitu Multiplication Board (papan perkalian). Alat peraga tersebut berupa sebuah papan yang dapat digunakan untuk menentukan hasil perkalian.


(33)

Pada alat peraga papan perkalian terdapat bilangan 1-10 yang dituliskan secara menyamping pada sisi atas papan dan terdapat lubang pada sisi kiri papan untuk meletakkan kartu bilangan. Secara vertikal tepat di bawah masing-masing bilangan terdapat lubang-lubang kecil berjumlah 10 lubang tiap kolomnya. Sehingga terdapat 100 lubang yang nantinya akan diisi dengan manik-manik. Namun alat peraga ini tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan soal perkalian yang membutuhkan lebih dari 10 manik-manik untuk merepresentasikan bilangan yang akan dikali. Kemudian peneliti mengembangkan alat peraga papan perkalian menjadi 20 lubang secara menyamping (horisontal) dan 20 lubang secara menurun (vertikal) pada setiap kolomnya, sehingga seluruhnya terdapat 400 lubang. Kemudian lubang yang digunakan untuk memasukkan kartu bilangan dipindah ke bagian atas papan. Karena apabila lubang tersebut tetap berada pada sisi kiri papan, maka alat peraga ini tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan soal perkalian dengan bilangan lebih dari 20. Sehingga pada alat peraga ini, angka 1-20 akan dituliskan secara menurun atau vertikal pada sisi kiri papan. Bentuk alat peraga ini menyerupai bentuk tabel perkalian, di mana nantinya hasil perkalian yang berupa bilangan akan direpresentasikan menggunakan manik-manik. Manik-manik yang digunakan terdiri dari 3 warna yaitu hijau, biru, dan merah di mana setiap warna memiliki arti dan perannya masing-masing. Peneliti mengembangkan alat tersebut guna mempermudah siswa dalam memahami konsep perkalian dan mempermudah dalam menentukan hasil perkalian.


(34)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggandaan alat peraga Montessori yang telah dijelaskan oleh Maria Montessori sendiri dalam Metode Montessori. Menurut Montessori (dalam Gutek, 2013:240) alat peraga Montessori memiliki ciri menarik (memiliki keindahan), bergradasi, memiliki pengendali kesalahan (auto correction), kemandirian (auto education), dan kontekstual. Peneliti mengembangkan alat peraga papan perkalian dengan tujuan membantu siswa dalam memahami materi konsep perkalian dan membantu siswa dalam menentukan hasil perkalian tidak lebih dari 2 digit.

Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta pada siswa kelas II dengan jumlah 10 siswa pada semester genap 2016/2017. Peneliti memilih SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta sebagai tempat penelitian dikarenakan SD tersebut memiliki kebutuhan dalam hal alat peraga sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Produk yang dihasilkan berupa alat peraga berbasis Montessori menyerupai Multiplication Board yang diuji cobakan secara terbatas pada siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut.


(35)

2. Siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan perhitungan perkalian terutama bagi siswa kelas II SD.

3. Kurangnya alat peraga perkalian sebagai media pembelajaran guna membantu meningkatkan pemahaman siswa.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ciri-ciri alat peraga Montessori yang dikembangkan dalam menentukan konsep dan hasil perkalian pada siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta?

2. Bagaimana pengembangan alat peraga Montessori dalam menentukan konsep dan hasil perkalian pada siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

1. Alat peraga Montessori yang dikembangkan sesuai dengan ciri-ciri yang sudah ditentukan dalam Metode Montessori.

2. Mengembangkan alat peraga Montessori guna menentukan hasil perkalian pada siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan alat peraga serta dapat dijadikan bahan


(36)

kajian bagi para pembaca, khususnya mengenai penggunaan alat peraga Montessori sebagai alat bantu hitung.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan dapat mengembangkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan.

b. Bagi guru SD, dapat menambah ilmu pengetahuan untuk mengajarkan berhitung pada siswa SD khususnya kelas II dengan menggunakan alat peraga Montessori.

c. Bagi siswa, dapat membantu dalam menentukan hasil perkalian dengan cara yang menarik dan memperoleh pengalaman dalam menggunakan alat peraga Montessori.

d. Bagi sekolah, dapat mendorong dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pemanfaatan alat perga dalam kegiatan belajar mengajar.

e. Bagi pengembang, perencanaan, penyelenggara dan pelaksana lembaga pendidikan agar penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam pengembangan, perencanaan, dan penyelengaraan program pendidikan siswa SD khususnya kelas II.

F. Spesifikasi Produk

Produk dari pengembangan ini adalah alat peraga papan perkalian berbasis Montessori dan buku panduan cara penggunaan alat tersebut. Alat peraga ini terdiri dari sebuah papan dan sebuah kotak yang berisi pion,


(37)

mangkuk, kartu soal beserta jawabannya, dan manik-manik. Berikut desain alat peraga papan perkalian berbasis Montessori:

Gambar 1.1 Alat Peraga Papan Perkalian

Gambar 1.1 merupakan desain dari alat peraga papan perkalian Montessori. Pada papan perkalian terdapat tanda operasi perkalian pada sisi pojok kiri atas, angka 1-20 yang disusun secara menurun (vertikal) pada sisi kiri papan, lubang-lubang kecil tepat di sisi kanan angka. Pada setiap sisi kanan angka terdapat 20 lubang sehingga secara keseluruhan terdapat 400 lubang. Selain itu juga terdapat satu lubang lainnya pada bagian tengah atas papan. Lubang ini digunakan untuk menaruh kartu yang bertulis bilangan yang akan dikalikan. Sedangkan lubang-lubang pada tengah papan berguna untuk menaruh manik-manik yang nantinya akan digunakan dalam menyelesaikan persoalan perkalian dan menunjukkan hasil perkalian. Pada sisi kanan atas juga terdapat tulisan Multiplication Board yang menunjukkan nama dari alat tersebut.


(38)

Gambar 1.2 Kotak Kartu Soal Beserta Jawaban, Kartu Angka, Pion, Mangkuk, Dan Manik-Manik

Gambar 1.2 merupakan desain dari kotak soal dan manik-manik. Kotak tersebut berisikan pion, mangkuk, manik-manik, kartu soal beserta jawabannya, dan kartu bilangan yang akan dikalikan.

Gambar 1.3 Pion Gambar 1.4 Mangkuk Gambar 1.5 Manik-manik

Gambar 1.3 merupakan pion yang akan digunakan sebagai penunjuk faktor pengali dan batas bilangan yang akan dikalikan.Gambar 1.4 merupakan mangkuk yang akan digunakan sebagai tempat manik-manik ketika sedang dilakukan penghitungan. Gambar 1.5 merupakan manik-manik yang akan digunakan. Berikut adalah desain kartu soal:

Gambar 1.6 (a) Contoh kartu soal tampak depan

berisikan soal

× = ⋯

Gambar 1.6 (b) Contoh kartu soal tampak belakang

berisikan jawaban TEMPAT

MANGKUK

TEMPAT MANIK-MANIK

TEMPAT MANIK-MANIK

TEMPAT MANIK-MANIK

TEMPAT KARTU SOAL

TEMPAT KARTU ANGKA TEMPAT PION


(39)

Gambar 1.6 (a dan b) merupakan gambar kartu soal beserta jawaban. Kedua sisi pada kartu soal akan digunakan untuk menuliskan soal dan jawaban. Pada tampak depan kartu terdapat sebuah soal perkalian yang nantinya akan diselesaikan dengan bantuan alat peraga papan perkalian. Sedangkan pada sisi sebaliknya akan terdapat sebuah bilangan yang merupakan hasil perkalian dari soal yang ada di sisi depannya.

Gambar 1.7 merupakan gambar kartu angka yang akan dikalikan Untuk kartu angka digunakan sebagai penunjuk bilangan yang akan dikalikan, yang nantinya akan dimasukkan ke dalam slot yang berada pada bagian tengah atas papan perkalian.

G. Definisi Operasional

1. Perkalian adalah penjumlahan berganda dengan suku-suku yang sama. 2. Alat Peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan

pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar

3

Gambar 1.7 Contoh kartu angka yang akan dikalikan


(40)

3. Pengembangan alat peraga adalah memvalidasi alat peraga yang sudah ada, kemudian ilanjutkan memperbarui alat peraga yang sudah ada, sehingga nantinya akan menciptakan alat peraga yang baru.

4. Alat Peraga Multiplication Board adalah benda nyata berupa alat yang dugunakan untuk membantu dalam menyelesaikan dan menentukan hasil dari persoalan perkalian sederhana Matematika

5. Metode Montessori adalah metode yang dirancang untuk menumbuhkan kepekaan indra anak-anak dan ketrampilan manual, memberi mereka sejumlah pilihan di dalam lingkungan yang terstruktur, membangun iklim ketertiban, dan menumbuhkan kemandirian dan keyakinan diri dalam mempraktikkan ketrampilan-ketrampilan.

H. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, skripsi ini terdiri dai 5 bab denan beberapa sub bab. Agar lebih mudah dalam memahami serta mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut sistematika penulisan secara lengkap.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang; identifikasi masalah; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian yang meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis; spesifikasi produk; definisi operasional; dan sistematika penulisan.


(41)

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini diuraikan tentang kajian pustaka yang meliputi perkembangan anak dan Matematika. Dalam Matematika kembali dijabarkan mengenai pengertian Matematika, pembelajaran Matematika, perkalian, kesulitan belajar Matematika, alat peraga pembelajaran, alat peraga Matematika, sejarah Montessori, dan alat peraga Montessori. Selain itu peneliti juga menjelaskan mengenai penelitian yang relevan dan kerangka berfikir

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan tentang jenis penelitian; setting penelitian yang meliputi objek penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, dan waktu penelitian; rancangan penelitian; prosedur pengembangan; instrumen penelitian yang meliputi pedoman wawancara, kuesioner, pedoman observasi; teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi pengumpulan data, perencanaan, dan pengembangan desain. Selain itu juga diuraikan pembahasan dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil

penelitian, keterbatasan penelitian, dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.


(42)

15 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, akan dibahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.

A.KAJIAN PUSTAKA

Pada kajian pustaka akan dijelaskan mengenai teori-teori perkembangan anak dan Matematika yang akan dipaparkan oleh para ahli sebagai berikut:

1.Perkembangan Anak

Hendaknya seorang guru terutama di Sekolah Dasar (SD) memahami karakteristik siswa yang diajarnya. Karena anak usia dini terutama di kelas awal berada pada masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting pada kehidupan seseorang. Oleh karena itu seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa SD perlu didorong agar mampu berkembang secara optimal. Perkembangan yang dimaksud adalah perubahan yang berfungsi untuk mencapai penyempurnaan dalam menunjukkan cara peserta didik bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan (Agustina, 2014:4). Sebagaimana dikemukakan oleh Piaget (dalam Hosnan, 2016:146) yang mengamukakan bahwa tahapan perkembangan kognitif anak secara garis besar dikelompokkan menjadi 4 tahap yaitu:

a) sensori motor (usia 0-2 tahun) b) pra-operasional (usia 2-7 tahun) c) operasional konkret (usia 7-11 tahun) d) operasional formal (usia 11-15 tahun).


(43)

Dengan mengacu teori Piaget tersebut, maka dapat diketahui bahwa anak usia SD berada pada tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun) di mana anak mulai menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Anak mulai memandang dunia secara objektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.

b) Anak mulai mampu memahami aspek-aspek kumulatif seperti: volume, jumlah, berat, luas, panjang, dan pendek.

c) Anak dapat mengklasifikasikan benda-benda yang bervariasi beserta tingkatannya.

d) Anak mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip lmiah seerhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat.

e) Anak mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, pendek, lebar, luas, sempit, ringan, dan berat (dalam Gunarsa, 1981:156-158).

Berdasarkan teori perkembangan anak tersebut dapat disimpulkan bahwa secara bertahap anak mampu membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan. Selain itu perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dalam diri dan lingkungannya.

2. Matematika

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengertian Matematika, pembelajaran Matematika, perkalian, kesulitan belajar Matematika, alat


(44)

peraga pembelajaran, alat peraga Matematika, sejarah Montessori, dan alat peraga Montessori yang akan dipaparkan oleh para ahli sebagai berikut:

a.Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran. Selain itu Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan, terutama dalam mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Depdiknas (dalam Susanto, 2013:184) kata Matematika berasal dari bahasa Latin, mathanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”. Sedangkan dalam bahasa Belanda, Matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti yang semuanya berkaitan dengan penalaran.

Menurut Susanto (2013:183) pengertian Matematika yaitu salah satu disiplin ilmu berupa ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol. Matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, berkontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, sehingga konsep-konsep Matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol tersebut. Selain itu Matematika juga dapat memberikan dukungan dalam pengembangan lmu pengetahuan dan teknologi.

Sejalan dengan pendapat Beth dan Piaget (dalam Runtukahu, 2014:28) mengatakan bahwa Matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan berhubungan antar struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Pendapat tersebut juga


(45)

dikuatkan oleh Marshall Walker (dalam Sundayana, 2015:3) yang menyatakan bahwa Matematika dapat didefinisikan sebagai studi tentang struktur-struktur abstrak dengan berbagai hubungannya. Sementara Kline mengatakan bahwa Matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (dalam Runtukahu, 2014:28). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu dasar yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan permasalahan dalam berbagai bidang ilmu.

b. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan kontribusi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik (Susanto, 2013:185). Menurut Corey (dalam Susanto, 2013:186) pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Adapun menurut Dimyati (dalam Susanto, 2013:186) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Susanto (2013:186) menyatakan pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk


(46)

mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir. Selain itu dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi Matematika.

Guru menempati posisi kunci dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa mencapai tujuan secara optimal. Selain itu guru harus mampu menempatkan dirinya secara dinamis dan fleksibel sebagai informan, transformator, organizer, serta evaluator bagi terwujudnya kegiatan belajar siswa yang dinamis dan inovatif. Sehingga dalam memperoleh pengetahuan yang dibangunnya sendiri, siswa tidak menerimanya secara pasif melainkan secara aktif. Sejalan dengan pendapat Piaget bahwa pengetahuan bukan hanya kematangan siswa, bukan pengaruh guru dan lingkungan saja, melainkan interaksi antara keduanya (Gunarsa, 1981:134-135).

Dalam proses pembelajaran Matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif. Menurut Wragg (dalam Susanto, 2013:188) pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat.


(47)

Dengan demikian, proses pembelajaran Matematika bukan sekedar transfer ilmu dari guru ke siswa, melainkan adanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungannya. Pada hakikatnya Matematika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari dan memiliki kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Perkalian

Perkalian sebenarnya adalah bentuk lain dari penjumlahan yang berulang (Soesilowati, 2011:35). Menurut Runtukahu (2014:117) perkalian berguna untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata, sehingga pengenalan operasi perkalian sebaiknya dimulai dari situasi dalam kehidupan sehari-hari. Berikut merupakan contoh soal dalam memperkenalkan perkalian: “Ada tiga orang memancing ikan, masing -masing mendapat 4 ekor, berapa ekor jumlah seluruh ikan?”. Untuk menyelesaikan soal tersebut diperlukan pengalaman awal dalam mengenal perkalian bagi siswa berkesulitan belajar dengan visualisasi dan verbalisasi, berikut model-model yang dapat digunakan:


(48)

1) Kelompok objek yang sama

# # # #

# # # #

# # # #

Gambar 2.1 Kelompok objek yang sama

Pada gambar 2.1 simbol pagar (#) menunjukkan kelompok objek yang sama, dalam hal ini objek yang dimaksud yaitu ikan yang diperoleh dari hasil memancing. “Ada tiga orang memancing ikan”, sehingga pada gambar 2.1 terdapat 3 baris simbol pagar (#), di mana setiap baris terdapat 4 pagar karena “masing-masing mendapat 4 ekor”. Sehingga dapat diartikan pada baris pertama ada 4 ekor ikan yang berhasil dipancing oleh orang pertama, baris kedua menunjukkan ada 4 ekor ikan yang berhasil dipancing oleh orang kedua, dan baris ketiga menunjukkan ada 4 ekor ikan yang berhasil dipancing oleh orang ketiga. Apabila dihitung, ketiga orang tersebut berhasil memancing ikan sebanyak 12 ekor.

2) Penjumlahan berulang

4

4

4


(49)

Pada gambar 2.2 terdapat 3 baris angka 4, hal ini menunjukkan bahwa ketiga orang tersebut berhasil memancing 4 ekor ikan. Sehingga dapat dihitung 4 ekor ikan ditambah 4 ekor ikan ditambah 4 ekor ikan hasilnya adalah 12 ekor ikan.

3) Respon verbal

3 kelompok 4-an

Gambar 2.3 Respon verbal

Gambar 2.3 menunjukkan adanya 3 kelompok 4-an yang artinya ada 4 ekor ikan sebanyak 3 kelompok. Dalam hal ini kelompok yang dimaksud adalah 3 orang yang memancing ikan. Dapat dituliskan dalam bentuk Matematika × = + + . Sehingga diperoleh 12 ekor ikan sebagai hasil memancing.

4) Garis bilangan

0

4

8

12

Gambar 2.4 Garis bilangan

Pada gambar 2.4 menunjukkan adanya garis bilangan dengan kelipatan 4 sebanyak 3 kali yang dimulai dari angka 0 dan berakhir pada angka 12. Hal ini ini menunjukkan bahwa tiga orang pemancing berhasil memancing 12 ekor ikan.


(50)

5) Barisan objek dalam kolom

Gambar 2.5 Barisan objek dalam kolom

Pada gambar 2.5 terdapat objek kotak (฀) yang disusun menjadi 3

baris 4 kolom, sehingga jika dihitung akan ada 12 kotak (฀). Hal ini ini menunjukkan bahwa terdapat tiga orang pemancing, di mana setiap pemancing berhasil memancing 4 ekor ikan. Sehingga jumlah seluruh ikan yang berhasil dipancing ada 12 ekor.

Diketahui bahwa perkalian merupakan bentuk lain dari penjumlahan berulang. Perkalian dapat diselesaikan menggunakan 2 cara penyelesaian, yaitu cara bersusun pendek dan cara bersusun panjang. Misalkan kita akan menentukan hasil perkalian dari “ × ” dengan cara:

1) Bersusun panjang

× = �

× =

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil dari × adalah 36. ×


(51)

2) Bersusun pendek

× = �

× =

Sehingga dapat dituliskan hasil dari × adalah 36. d. Kesulitan Belajar Matematika

Menurut Lerner, salah satu karakteristik anak berkesulitan belajar adalah ia mengalami kesulitan belajar. Heward & Orlansky menyatakan, anak-anak berkesulitan belajar agak sukar dibedakan dari anak-anak yang berprestasi akademik kurang, tunagrahita ringan, atau tunalaras ringan (dalam Runtukahu, 2014:19). Berkesulitan belajar artinya ketidakmampuan belajar. Terdapat sekitar 12 definisi kesulitan belajar, walaupun berbeda-beda namun definisi kesulitan belajar memiliki kesamaan yaitu: 1) Kesulitan belajar menyangkut kesulitan dalam pencapaian dan pengembangan akademik, 2) Kesulitan belajar menyangkut kekurangan dalam pola perkembangan bahasa, pengembangan fisik, pengembangan akademik seperti Matematika dan/atau pengembangan perseptual, dan 3) Tidak termasuk dalam lingkungan yang tidak mendukung (Runtukahu, 2014:20).

Dipandang dari segi sindrom psikologis, menurut Lerner berkesulitan belajar dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu ketidakmampuan dalam membaca atau disleksia (dyslexia), ketidakmampuan dalam menulis atau disgrafia (dysgraphia), dan ketidakmampuan dalam berhitung atau


(52)

diskalkulia (dyscalculia). Abulrahman menyatakan bahwa pada umumnya guru memandang anak dengan prestasi belajar rendah adalah anak berkesulitan belajar (dalam Runtukahu, 2014:21). Sedangkan kesulitan belajar sendiri sering tidak teridentifikasi pada usia muda, tetapi nanti pada usia sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Menurut Lerner, faktor penyebab kesulitan belajar sebenarnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi dapat dikemukakan beberapa penyebabnya yaitu:

1) Keturunan

Keturunan dapat menyebabkan kesulitan belajar, tetapi tidak semua pakar Pendidikan Luar Biasa (PLB) menyetujuinya dikarenakan laporan-laporan hasil penelitian yang berbeda.

2) Otak tidak berfungsi

Tidak berfungsinya otak dapat menyebabkan anak berkesulitan belajar karena otak tidak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu anak berkesulitan belajar sering disebut anak yang mengalami kerusakan otak ringan. Walaupun tidak semua anak berkesulitan belajar mengalami kerusakan otak, namun dalam bidang kedokteran istilah ini masih sering digunakan.

3) Lingkungan dan kurang gizi (malnutrisi)

Lingkungan yang dimaksud yaitu tekanan atau sikap negatif masyarakat terhadap anak penyandang cacat dan keluarganya. Sedangkan kurang gizi (malnutrisi) pada usia dini dapat mempengaruhi


(53)

pusat sistem saraf yang selanjutnya akan mempengaruhi belajar dan perkembangan anak.

4) Ketidakseimbangan biokimia

Ketidakseimbangan biokimia dikhususkan pada darah anak yang tidak dapat mempertahankan jumlah vitamin dalam tubuhnya. Pemberian vitamin diupayakan untuk mengatasi kesulitan belajar, namun ada yang berhasil dan ada yang tidak.

Penyebab kesulitan belajar kadang tidak dapat ditemukan atau diperbaiki. Oleh sebab itu Kirk dan Gallagher mengemukakan 4 faktor penyebab kesulitan belajar yaitu:

1) Faktor kondisi fisik

Kurangnya penglihatan dan pendengaran menjadi faktor tidak menunjangnya anak dalam belajar.

2) Faktor lingkungan

Keadaan keluarga, masyarakat, pengajaran di sekolah, dan kurangnya perhatian dalam belajar menyebabkan anak sulit dalam belajar.

3) Faktor motivasi dan sikap

Kurangnya motivasi belajar dapat menyebabkan anak kurang percaya diri dan menimbulkan perasaan negatif terhadap sekolah.

4) Faktor psikologis

Kurang persepsi, ketidakmampuan kognitif, dan lamban dalam bahasa dapat menyebabkan terjadinya kesulitan dalam bidang akademik (dalam Runtukahu, 2014:22)


(54)

e. Alat Peraga Pembelajaran Matematika

Alat peraga merupakan media yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran, di mana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Menurut Ruseffendi (dalam Sundayan, 2015:7) alat peraga adalah alat yang menerangkan atau mewujudkan konsep Matematika. Sedangkan alat peraga Matematika adalah benda konkret yang dibuat atau disusun secara sengaja digunakan untuk membantu menanamkan konsep Matematika (Pramudjono dalam Sundayana, 2015:7).

Fungsi alat peraga secara umum menurut Sudjana dan Rivai (dalam Sundayana, 2015:8) dan Sastradiradja (1971:1) yaitu:

1) Sebagai alat bantu untuk menstimulus siswa dalam mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

2) Alat peraga bukan sebagai alat hiburan, akan tetapi alat ini dijadikan untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga proses belajar mengajar lebih menarik perhatian siswa.

3) Diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar serta dapat membantu siswa dalam menangkap pengertian yang disampaikan oleh guru dan mengingatnya lebih lama.

4) Menghadirkan situasi belajar yang lebih konkret (nyata), sehingga konsep Matematika yang abstrak, menjadi dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti.


(55)

Sedangkan fungsi alat peraga bagi guru yaitu: 1) Mempermudah pencapaian tujuan belajar. 2) Menciptakan suasana pembelajran kondusif. 3) Menciptakan pembelajaran efektif dan efisien.

4) Memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang bersifat abstrak.

5) Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran. 6) Menghindari pembelajaran verbalisme. (Sundayana, 2015:10).

Adapun fungsi alat peraga bagi siswa menurut Sanaky (dalam Sundayana, 2015:11) yaitu:

1) Meningkatkan motivasi belajar pembelajaran.

2) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajaran.

3) Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan siswa untuk belajar.

4) Memberikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematik sehingga memudahkan siswa untuk belajar.

5) Merangsang siswa untuk berfokus dan beranalisis. 6) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.

7) Siswa dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan guru lewat alat peraga.

Kriteria alat peraga yang baik yaitu: 1) Memperhatikan kondisi guru dan siswa. 2) Sederhana.


(56)

3) Langsung mengemukakan isi dan arti. 4) Jelas dan bentuk yang benar.

5) Tidak membingungkan. (Sastradiradja, 1971:6)

Menurut Rusefendi (dalam Sundayana, 2015:18) beberapa persyaratan alat peraga Matematika antara lain:

1) Tahan lama.

2) Bentuk dan warnanya menarik. 3) Sederhana dan mudah dikelola. 4) Ukurannya sesuai.

5) Dapat menyajikan konsep Matematika baik dalam bentuk real, gambar, atau diagram.

6) Sesuai dengan konsep Matematika.

7) Dapat memperjelas konsep Matematika dan bukan sebaliknya.

8) Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berfikir abstrak bagi siswa.

9) Menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan memanipulasi alat peraga.

10)Bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah lipat (banyak).

Langkah-langkah yang harus diperhatikan guru agar alat peraga dapat efektif dalam penggunaannya:

1) Menentukan tujuan dan memilih materi yang diteliti 2) Persiapan guru


(57)

4) Penyajian bahan

5) Keaktifan dan pemakaian

6) Evaluasi pelajaran dan metode penggunaan (Sastradiradja, 1971:9).

f. Sejarah Montessori

Sejarah Montessori ini disarikan dari buku Metode Montessori (Gutek:2013) dan Sejarah Pendekatan Montessori (Magini:2013)

Maria Montessori lahir pada 31 Agustus 1870 di Chiaravalle, Provinsi Ancona, Italia. Dia diakui sebagai salah satu pendidik besar. Kisah hidupnya merupakan sebuah kisah seorang perempuan yang berdedikasi menggunakan kemampuan ilmiah, pengalaman, dan wawasannya untuk mengembangkan sebuah metode pendidikan yang melawan pola-pola konvensional.

Saat berusia enam tahun, Maria memasuki SD di Roma. Sejak SD, Maria sudah memiliki ketertarikan yang besar terhadap ilmu Matematika. Sewaktu SMA, ia lebih memilih jurusan teknik. Maria Montessori diterima di Regia Scuola Technica Michelangelo Buonarroti, sebuah sekolah teknik negeri.

Setelah menyelesaikan studinya, Maria kemudian masuk ke Regio Instituto Technico Leonardo da Vinci, di mana dari 1886-1890-an mengikuti pelajaran-pelajaran di bidang teknik. Ayah Maria lebih berharap agar anaknya memilih sekolah keguruan karena sekolah teknik didomonasi oleh laki-laki.

Pada 1890, Maria memutuskan untuk meninggalkan studi teknik dan berpindah ke bidang kedokteran. Selama dua tahun terakhir di sekolah kedokteran, Montessori mendalami pediatri (kedokteran anak) di rumah sakit


(58)

anak-anak. Dia juga menjadi asisten dokter di rumah sakit perempuan di San Salvator al Laterano dan di Ospedale Santo Spirito untuk pria. Pada 1896, Maria Montessori mencapai prestasi istimewa yaitu menjadi perempuan Italia pertama yang meraih gelar doktor di bidang kedokteran. Pencapaian Montessori di bidang pendidikan dan kedokteran menjadikannya perempuan istimewa di Italia pada peralihan abad tersebut. Dia menjadi anggota delegasi Italia pada Kongres Perempuan Internasional di Berlin pada September 1896.

Pada Februari 1899, Montessori melakukan safari kuliah, berbicara tentang “perempuan baru”. Dalam rangka memperjuangkan tercapainya perempuan baru, Montessori menentang sejarawan Prancis Jules Michelet (1798-1874) yang berpendapat bahwa kaum perempuan secara alami bersifat lemah dan memerlukan pengawasan dan pelatihan dari kaum pria yang lebih kuat dan lebih cerdas. Montessori menolak argumen dari teoritikus sindikalis radikal Pierre Joseph Proudhon (1809-1865) yang berpendapat bahwa kapitalisme menurunkan derajat kaum perempuan menjadi ibu rumah tangga atau pelacur. Menurut Montessori: “Pada akhirnya, kaum perempuan di masa depan akan memperoleh hak-hak yang setara dan sekaligus kewajiban-kewajiban. Perempuan baru tersebut akan menikah dan memiliki anak-anak dengan pilihannya sendiri, bukan karena paksaan, dan dia akan melakukan kontrol atas kesehatan dan kesejahteraan generasi berikutnya dan membangun sebuah kerajaan perdamaian, karena ketika dia dapat berbicara dengan jelas atas nama anak-anaknya dan untuk kepentingan hak-haknya, kaum pria akan medengarkannya.”


(59)

Pada 1907, ketika Edoardo Talamo Direktur Jenderal dari Instituto Romano di Beni Stabili (Asosiasi Bangunan Baik), meminta Montessori untuk mendirikan sekolah di sebuah wilayah miskin di Roma, yang bernama Casa dei Bambini atau Children’s House. Jumlah murid pada saat itu sebanyak 50 anak, dari usia 3-7 tahun.

Montessori memiliki beberapa motif ketika mendirikan Casa dei Bambini, yaitu: pertama, motif sosial dan ekonomi untuk menghasilkan reformasi sosial, khususnya peningkatan kondisi dari kelas pekerja; kedua, motif bahwa sekolah merupakan alat untuk membantu para ibu pekerja yang akan berkontribusi bagi gerakan untuk memperjuangkan kesetaraan dan hak-hak bagi kaum perempuan.

Reputasi Montessori yang semakin tinggi, menarik perhatian dunia pendidikan di negara-negara Eropa lain dan di Amerika Utara, khususnya di Amerika Serikat. Pada 1910, Montessori telah memperoleh pengakuan sebagai seorang pendidik inovatif yang signifikan di tanah kelahirannya di Italia, di mana ia memipin sebuah sekolah percontohan dan sebuah institut pelatihan bagi para kepala sekolah perempuan.

g. Alat Peraga Montessori

Alat peraga Montessori memiliki ciri memiliki pengendali kesalahan (auto correction), kemandirian (auto education), menarik (memiliki keindahan), bergradasi, dan kontekstual (Montessori dalam Gutek, 2013:240). Penjelasan dari lima ciri tersebut yaitu:


(60)

1) Auto-correction

Pada alat peraga Montessori memiliki pengendali kesalahan (auto-correction). Sehingga dengan alat peraga ini guru tidak lagi menjadi pengendali kesalahan. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui secara mandiri kebenaran ataupun kesalahan dari aktivitas yang dilakukan tanpa bantuan dari orang lain. (Montessori, 2002:171).

2) Auto-education

Alat peraga Montessori memilik ciri kemandirian (auto-education) agar memungkinkan siswa untuk menggunakan alat tersebut secara mandiri dan guru berperan sebagai pengamat. Hal ini juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa yang nantinya tidak akan menyulitkan siswa ketika membawa ataupun menggunakan alat tersebut (Montessori, 2002:172-173) 3) Menarik

Alat peraga Montessori memilik ciri menarik agar dapat menarik minat siswa dalam belajar. Alat peraga dibuat menarik baik dari segi warna, bentuk, tekstur, dan sebagainya. Keberagaman warna dalam alat peraga Montessori dibuat dengan memperhatikan keindahan di dalamnya, karena alat peraga yang warnanya menarik selain meningkatkan ketertarikan siswa untuk menggunakannya, juga dapat mengaktifkan sensorial siswa (Montessori, 2002:174).

4) Bergradasi

Alat peraga Montessori memiliki ciri bergradasi baik dari segi warna, tekstur, maupun berdasarkan usia perkembangan siswa. Ada dua jenis


(61)

gradasi pada alat peraga Montessori, yaitu gradasi umur dan gradasi rasional. Gradasi umur dapat dilihat berdasarkan penggunaan alat untuk jenjang kelas sebelumnya maupun untuk jenjang kelas selanjutnya. Sedangkan gradasi rasional dapat dilihat berdasarkan penggunaan alat yang melibatkan beberapa indra. Gradasi warna dapat diperkenalkan dengan menggunakan kotak berwarna yang memiliki warna bergradasi misalkan dari warna biru tua ke biru muda. Pada alat peraga inkastri silinder juga terdapat ciri bergradasi di dalamnya. Seperti dilihat dari ukurannya, dari tinggi ke rendah ataupun dari gemuk ke kurus. Sedangkan untuk gradasi bentuk dapat diperkenalkan dengan menggunakan alat peraga Montessori “Pink Tower “. Alat peraga ini berupa kumpulan satuan kubus dengan berbagai ukuran. Dari alat peraga ini siswa akan diminta untuk menyusun kubus satuan dari ukuran yang paling besar sebagai dasar kemudian disusun ke atas dengan ukuran semakin kecil dari kubus di bawahnya. Keberagaman bentuk dan ukuran dari alat peraga pink tower ini, megajarkan siswa untuk membedakan konsep ukuran besar-kecil maupun berat-ringan (Montessori, 2002:174-175)

5) Kontekstual

Ciri kontekstual ini merupakan ciri tambahan dari keempat ciri alat peraga Montessori sebelumnya. Menurut Liliard (dalam Prastiwi, 2016:32) proses belajar seharusnya disesuaikan dengan konteks yang ada. Menurut Johnson (dalam Prastiwi, 2016:32) konteks berarti pola hubungan dalam lingkungan langsung sesorang. Diharapkan dengan adanya ciri kontekstual tersebut


(62)

dapat memanfaatkan bahan maupun potensi yang ada pada lingkungan sekitar sehingga akan muncul hubungan antara pembelajaran dengan konteks yang ada pada lingkungan sekitar. Dengan menggunakan alat peraga, siswa akan memperoleh pengalaman yang relevan sehingga ketika pembelajaran berlangsung, siswa memperoleh pengalaman yang kontekstual yang dapat membantu siswa selama proses belajar.

Kelima ciri di atas mennjadi pertimbangan peneliti dalam mengembangkan alat peraga Montessori. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alat peraga Montessori memiliki ciri auto correction, auti-education, menarik, bergradasi, dan kontekstual.

B.Penelitian yang Relevan

Pada penelitian ini peneliti menggunakan hasil penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan guna melihat relevansi yang sama dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Hasil penelitian yang digunakan, yaitu:

1. Esterlita Pratiwi (2013) meneliti mengenai “Pengembangan Alat Peraga Montessori untuk Ketrampilan Berhitung Matematika Kelas IV SDN Tamanan 1 Yogyakarta”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan alat peraga berkualitas sesuai dengan lima ciri alat peraga yang telah ditetapkan untuk melatih kemampuan berhitung bilangan bulat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif. Produk yang dikembangkan memperoleh rerata skor 4,65 dengan kategori “sangat baik” dari pakar pembelajaran Matematika, pakar alat peraga Matematika, guru


(63)

kelas, dan sekelompok siswa kelals IV A. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa produk yang dikembangkan mempunyai kualitas yang sangat baik dan sesuai dengan lima ciri alat peraga yang dijadikan dasar pengembangan alat peraga Montessori.

2. Elfrida Fetra Widyaningrum (2015) meneliti “Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode Montessori”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang ditetapkan dengan kualitas baik untuk siswa kelas II. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan pengembangan atau sering disebut research and development. Beberapa langkah penelitian mengadopsi model Sugiyono serta Borg and Gall yang dimodifikasi menjadi lima langkah antara lain identifikasi potensi masalah, perencanaan, pengembangan desain, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Hasil dari penelitian ini adalah prototipe alat peraga Matematika berbasis metode Montessori berupa papan penjumlahan dan pengurangan.

3. Vincentia Orisa Ratih Prastiwi (2016) meneliti mengenai “Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika Unruk Siswa Kelas III SD Materi Perkalian Berbasis Metode Montessori”. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengembangkan alat peraga papan perkalian dan 2) mengembangkan fungsi alat peraga papan perkalian yang berkualitas sesuai dengan Metode Montessori. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan


(64)

pengembangan Research and Development (R&D). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, penyebaran kuesioner, tes, dan triagulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori, sehingga dapat dikatakan alat tersebut layak digunakan untuk proses pembelajaran dan dapat dikembangkan dalam uji coba yang lebih luas.

4. Indah Wahyuningsih (2011) meneliti mengenai “Pengaruh Model Pendidikan Montessori Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pendidikan Montessori terhadap hasil belajar Matematika siswa. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan rancangan penelitian Two Group Randomized Subject Posttest Only. Instrumen penelitian yang diberikan berupa tes bentuk uraian. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji-t untuk menguji hipotesis. Dari hasil penghitungan uji hipotesis diperoleh nilai �ℎ� �� >

� �� maka � diterima, Dengan demikian pembelajaran dengan model Pendidikan Montessori berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa.

5. Sonia Noor Febrianty dan Sri Widayati (2014) meneliti mengenai “Pengaruh Alat Permainan Montessori Terhadap Kemampuan Berhitung Anak 1-10 Kelompok A KB-TK Arisska”. Penelitian ini bertujuan untuk


(65)

mengetahui pengaruh alat permainan Montessori terhadap kemampuan berhitung anak 1-10 kelompok A KB-TK Arisska Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, desain eksperiman yang digunakan yaitu Pre-Eksperimental Desaign dengan jenis One Group Pretest-Posttest Design. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan tes. Penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif yaitu statistik yang berupa statistik non parametrik, menggunakan rumus uji jenjang bertanda Wilcoxon (wilcoxon match pairst test). Berdasarkan hasil penelitian data uji Wilcoxon diperoleh bahwa

�ℎ� �� = dan � �� = < . Hal ini menunjukkan bahwa � diterima dan � ditolak. Simpulan penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh alat permainan Montessori terhadap kemampuan berhitung anak 1-10 kelompok A di KB-TK Arisska Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

Secara ringkas kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat literature map dalam gambar di bawah ini:


(66)

Gambar 2.6 merupakan skripsi dan jurnal penelitian yang relevan dan mendukung peneliti dikarenakan hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan. Pembaruan dari penelitian ini yaitu pengembangan alat peraga Montessori papan perkalian yang akan digunakan untuk sisw kelas II SD. Judul skripsi dari pembaharuan ini adalah “Pengembangan Alat Peraga Montessori Materi Perkalian Untuk Siswa Kelas II SD”.

C. Kerangka Berpikir

Perkembangan kognitif pada siswa adalah suatu proses berfikir berupa kemampuan untuk menghubungkan, memulai, dan mempertimbangkan sesuatu. Salah satu aspek dalam pengembangan kognitif ini adalah pengembangan pembelajaran berhitung perkalian. Sekarang ini kemampuan

Metode Montessori Indah Wahyuningsih (2011) Pengaruh Model Pendidikan Montessori Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Alat Peraga Montessori Esterlita Pratiwi (2013)

Pengembangan Alat Peraga Montessori untuk Ketrampilan Berhitung Matematika Kelas IV SDN Tamanan 1

Yogyakarta

Elfrida Fetra Widyaningrum (2015)

Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode

Montessori

Vincentia Orisa Ratih Prastiwi (2016) Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika

Unruk Siswa Kelas III SD Materi Perkalian Berbasis Metode Montessori

Sonia Noor Febrianty dan Sri Widayati (2014) Pengaruh Alat Permainan Montessori Terhadap Kemampuan Berhitung Anak 1-10 Kelompok A KB-TK

Arisska

Yang diteliti:

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD


(67)

berhitung perkalian banyak menjadi perhatian bagi pendidik dan orang tua. Hal ini disebabkan karena kemampuan berhitung ini banyak diajarkan di sekolah dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Saat ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam berhitung perkalian baik dalam memahami konsep perkalian maupun menghitung hasil perkalian. Kesulitan-kesulitan tersebut dihadapi karena kurangnya konsentrasi dalam proses belajar. Minimnya ketersediaan alat peraga menjadi salah satu faktor rendahnya tingkat pemahaman siswa kelas II di SD Kanisius Tegalmulyo pada materi perkalian. Di sisi lain siswa masih kesulitan menentukan permasalahan dan cara penyelesaian soal masih kurang terutama pada soal cerita.

Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut dan untuk mengembangkan kemampuan hitung perkalian perlu adanya inovasi pembelajaran dan cara yang tepat. Guru diharapkan memiliki pemikiran yang kreatif dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, salah satunya dengan menggunakan alat peraga. Di antara berbagai macam alat peraga yang ada, peneliti memilih alat peraga papan perkalian berbasis Montessori sebagai sarana pendukung kegiatan belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan alat peraga berbasis Montessori memiliki 5 karakteristik yaitu menarik, bergradasi, auto-correct, auto-educatin, dan kontekstual. Selain itu metode Montessori menekankan pembelajaran yang mandiri guna mengembangkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Berdasarkan hasil studi literatur yang peneliti lakukan, diperoleh bahwa metode Montessori sangat efektif dalam


(68)

meningkatkan kemampuan belajar siswa dan dapat membantu guru dalam mendampingi belajar siswa. Berikut merupakan alur pengembangan alat peraga dalam gambar di bawah ini:

Gambar 2.7 Alur Pengembangan Alat Peraga

Berdasarkan gambar 2.7, alat peraga yang dikembangkan peneliti yaitu

Multiplication Board” (papan perkalian) berbasis Montessori yang dapat

digunakan untuk melatih siswa dalam menyelesaikan soal-soal perkalian pada bilangan asli dengan baik dan benar dan sekaligus menambah pemahaman siswa terhadap konsep perkalian. Alat peraga papan perkalian ini menggunakan manik-manik dengan warna yang menarik, memanfaatkan beberapa indra seperti indra peraba, penglihatan, dan pendengaran, memiliki pengendali kesalahan, dan dapat membantu siswa dalam membangun konsep perkalian secara mandiri. Diharapkan dengan menggunakan bantuan alat peraga papan perkalian ini pembelajaran Matematika pun menjadi lebih menarik. Selain itu juga diharapkan dengan bantuan alat peraga tersebut dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar siswa SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta pada materi perkalian.

Alat Peraga Metode Montessori

Alat Peraga “Multiplication Board”


(69)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai jenis penelitian, setting penelitian, rancangan penelitian, prosedur pengembangan, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian dan pengembangan atau sering juga disebut dengan Research and Development (R & D). Menurut Sukmadinata (dalam Widyaningrum, 2015:60) penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk lama. Borg and Gall (dalam Sugiyono. 2016:28) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk memvalidasi dan mengembangkan produk. Memvalidasi produk berarti produk itu telah ada, peneliti hanya menguji efektivitas atau validasi produk tersebut. Mengembangkan produk berarti memperbarui produk yang telah ada atau menciptakan produk baru (Sugiyono, 2016:28).

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengembangan alat peraga Matematika yang berbasis metode Montessori dengan materi perkalian untuk siswa kelas II SD. Penelitian ini dibatasi hingga uji lapangan terbatas untuk mengetahui kemampuan alat peraga tersebut dalam membantu siswa memahami konsep perkalian dan membantu dalam menentukan hasil perkalian. Selain itu


(1)

6. Lakukan kembali hingga baris ketiga tepat sejajar dengan pion pertama karena pada soal perkalian memiliki faktor pengali 3.

7. Apabila terdapat manik-manik hijau lebih dari 10 biji, maka dapat kita tukarkan dengan manik-manik biru.

(*Namun apabila jumlah manik-manik hijau kurang dari 10 biji, maka dapat langsung kita tentukan hasilnya dengan menghitung jumlah manik-manik biru yang bernilai puluhan dan manik-manik-manik-manik hijau yang bernilai satuan.)

8. Penukaran dilakukan dengan

mengambil 10 manik-manik hijau mulai dari yang paling terakhir diletakkan. Ketika memindahkan manik-manik ke dalam mangkuk, siswa diminta untuk mengitung satu persatu sambil menyebutkannya.

9. Letakkan manik-manik biru hasil

penukaran pada sembarang lubang di sisi kanan dari lubang yang sudah terisi manik-manik hijau. Peletakan dimulai dari lubang yang paling atas.


(2)

10. Lakukan secara berulang hingga tidak ada lagi manik-manik hijau yang dapat ditukarkan dengan manik-manik biru (manik-manik hijau yang tersisa kurang dari 10 butir).

11. Apabila ada sisa manik-manik hijau

yang tidak dapat ditukarkan, dapat diletakkan pada lubang tepat disebelah manik-manik biru diletakkan dan juga dimulai dari lubang yang paling atas. Peletakannya pun juga disusun secara menurun (vertikal).

12. Pindahkan juga manik-manik biru yang

berada di sisi kiri papan tepat ke sebelah kiri manik-manik hijau. Peletakannya pun juga disusun secara menurun (vertikal) di bawah manik-manik biru yang sebelumnya merupakan hasil penukaran dengan manik-manik hijau.

13. Setelah itu dapat dilihat hasil perkaliannya dengan cara menjumlahkan manik-manik biru yang bernilai puluhan dan manik-manik hijau bernilai satuan. Dalam hal ini akan diperoleh 4 manik-manik biru yang bernilai puluhan sehingga dapat dikatakan sebagai 40 dan 2 manik-manik hijau yang bernilai satuan. Sehingga diperoleh hasilnya + = .


(3)

14. Kemudian cocokkan hasil yang diperoleh dengan jawaban yang ada dibalik kartu soal. Apabila jawaban dibalik kartu soal bertuliskan 42 dengan angka 4 berwarna biru dan angka 2 berwarna hijau maka dapat dikatakan jawaban yang diperoleh menggunakan alat peraga sesuai dengan jawaban yang ada dibalik kartu soal. Sehingga jawaban tersebut dapat dinyatakan BENAR.


(4)

Lampiran 6 Surat


(5)

(6)