Pengembangan alat peraga Montessori untuk keterampilan berhitung matematika kelas IV SDN Tamanan 1 Yogyakarta.

(1)

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI

UNTUK KETERAMPILAN BERHITUNG MATEMATIKA KELAS IV SDN TAMANAN 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Esterlita Pratiwi NIM: 091134058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

i

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI

UNTUK KETERAMPILAN BERHITUNG MATEMATIKA KELAS IV SDN TAMANAN 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Esterlita Pratiwi NIM: 091134058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI

UNTUK KETERAMPILAN BERHITUNG MATEMATIKA KELAS IV SDN TAMANAN 1 YOGYAKARTA

Oleh:

Esterlita Pratiwi NIM: 091134058

Disetujui oleh:

Pembimbing I,

Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Tanggal: 30 Mei 2013

Pembimbing II,


(4)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI

UNTUK KETERAMPILAN BERHITUNG MATEMATIKA KELAS IV SDN TAMANAN 1 YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Esterlita Pratiwi NIM: 091134058

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 07 Juni 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Tanda Tangan

Ketua : Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. ... Sekretaris : E.Catur Rismiyati, S.Pd., M.A., Ed.D. ... Anggota : Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. ... Anggota : Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A. ... Anggota : Elisabet Ayunika Permata Sari, M.Sc. ...

Yogyakarta, 07 Juni 2013

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus yang selalu mencurahkan berkat dan kasih-Nya secara cuma-cuma, memberikan perlindungan, semangat, dan kesehatan..

2. Bapak dan Ibuku tercinta, Prabowo dan Krisminarti Rahayu yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, dukungan, semangat, membiayai kuliahku dari semester 1 hingga selesai, dan segala sesuatu yang telah diberikan tanpa pamrih.

3. Adik kecilku tersayang, Esterliana Ari Kristia yang selalu membuatku tertawa ketika mengalami kejenuhan.

4. Teman-teman PGSD. 5. Pembaca yang budiman.


(6)

v

HALAMAN MOTTO

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa.

(Roma 12:12)

Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.

(Yesaya 40:29)

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13)


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogkakarta, 30 Mei 2013 Peneliti,


(8)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Esterlita Pratiwi

Nomor Mahasiswa : 091134058

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

Pengembangan Alat Peraga Montessori untuk Keterampilan Berhitung Matematika Kelas IV SDN Tamanan 1 Yogyakarta.

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogkakarta, 30 Mei 2013 Yang menyatakan,


(9)

viii

ABSTRAK

Pratiwi, Esterlita. (2013). Pengembangan alat peraga Montessori untuk keterampilan berhitung matematika kelas IV SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode penelitian dan pengembangan, metode Montessori, alat peraga Montessori, keterampilan berhitung, Matematika.

Penerapan metode Montessori pada pengembangan alat peraga dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar matematika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan alat peraga yang berkualitas sesuai dengan lima ciri alat peraga yang telah ditetapkan untuk melatih kemampuan berhitung bilangan bulat. Empat ciri alat peraga Montessori yang dijadikan dasar pengembangan alat peraga yaitu menarik, bergradasi, auto correction, dan auto education. Peneliti menambahkan kriteria lain pada penelitian ini yaitu kontekstual. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berlangsung dari bulan Januari sampai dengan April 2013.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Prosedur penelitian dan pengembangan alat peraga Montessori melalui empat tahap, yaitu (1) kajian standar kompetensi dan materi pembelajaran, (2) analisis kebutuhan pengembangan program pembelajaran, (3) produksi alat peraga Montesori, dan (4) validasi dan revisi produk yang diakhiri dengan uji coba lapangan terbatas. Uji coba lapangan terbatas dilakukan pada lima siswa yang memiliki nilai di bawah KKM. Dari keempat langkah tersebut dihasilkan prototipe produk berupa alat peraga papan bilangan bulat.

Penilaian kualitas produk yang dikembangkan menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Produk yang dikembangkan memperoleh rerata skor 4,65

dengan kategori “sangat baik” dari pakar pembelajaran matematika, pakar alat

peraga matematika, guru kelas, dan sekelompok siswa kelas IVA. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa produk yang dikembangkan mempunyai kualitas yang sangat baik dan sesuai dengan lima ciri alat peraga yang dijadikan dasar pengembangan alat peraga Montessori.


(10)

ix ABSTRACT

Pratiwi, Esterlita. (2013). Developing a set of Montessori integer arithmetic materials for the 4th grade students of Tamanan 1 Primary School, Yogyakarta. A Thesis. Yogyakarta: Primary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords: research and development method, the Montessori method, Montessori materials, numeracy skills, Mathematic.

The use of Montessori’s learning material improves students’ motivation.

This research was aimed at developing a set of Montessori materials to help the 4th grade students of Tamanan 1 Primary School, Yogyakarta in learning some basic integer arithmetic. The set of material was designed and developed using the four principals of Montessori materials namely: attractive, gradual, auto-correction, and auto-education. The researcher added another characteristic to it which is contextual. This research was conducted through inviting a number of 4th graders of Tamanan 1 Primary School, Yogyakarta during the academic year of 2012/2013.

This research employed the Research and Development method (R&D). The research and development procedure for developing this set of math Montessori material consists of four steps, namely 1) examining the competency standard and the math concept to learn, 2) analyzing the students’ needs, (3) producing the math Montessori material, and (4) validating and revising the material. The first prototype was then tried on five 4th graders at the primary school who had been previously identified as not having completed the passing score for the intended competence standard. The final prototype was named the Integers Board.

The product’s quality assessment by a couple of experts in the field

showed a very satisfying result. A mean score of 4.65 which falls under the

category of “very good” was derived from the scores given by a couple of experts

in Math education, the class teacher, and the group of students. It can be concluded, therefore, that the math Montessori material developed from this study has an excellent quality and satisfies the five criteria used as the foundation for developing the Montessori materials.


(11)

x

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan alat peraga Montessori untuk keterampilan berhitung Matematika Kelas IV SDN Tamanan 1 Yogyakarta dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dengan setulus hati kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD

sekaligus dosen pembimbing I yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

3. E. Catur Rismiyati, S.Pd., M.A., Ed.D. selaku Wakaprodi PGSD.

4. Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi.

5. Srini Supriyanti, S.Pd.SD. selaku Kepala SDN Tamanan 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

6. Suratno, S.Pd. selaku guru matematika kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah.

7. Veronika Fitri Rianasari, M.Si. selaku pakar pembelajaran matematika yang telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.

8. Andri Anugrahana, M.Pd. selaku pakar alat peraga matematika yang telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.


(12)

xi 9. Siswa kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang telah bekerja sama dengan baik selama penelitian pengembangan ini berlangsung.

10. Kedua orang tuaku, Prabowo dan Krisminarti Rahayu yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti.

11. Adik kecilku, Esterliana Ari Kristia yang telah bersedia memberikan kesempatan pada peneliti untuk fokus menyelesaikan skripsi ini.

12. Kakak yang selalu mendukung dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman payung Montessori Mukti Sari Putri, Theresia Kristi Panca Wijayanti, dan Dian Aprelia Rukmi yang selalu saling mendukung dalam perjuangan bersama peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

14. Teman-teman PPL SDN Tamanan 1 tahun 2013 yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penelitian ini berlangsung.

15. Teman-teman PGSD angkatan 2009 kelas A yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti.

16. Segenap pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua bantuan dan dukungan doanya selama ini.

Peneliti mengharapkan segala masukan, kritik, dan saran yang membangun demi tercapainya perbaikan skripsi yang lebih sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat secara khusus bagi pembaca dan secara umum bagi perkembangan teknologi pendidikan. Terima kasih.

Yogkakarta, 30 Mei 2013 Peneliti,


(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 4

1.6 Definisi Operasional ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Metode Pembelajaran Montessori ... 7

2.1.1.1Pengertian Metode Pembelajaran Montessori ... 7

2.1.1.2Tahap-tahap Perkembangan Anak ... 8

2.1.2 Alat Peraga Matematika Montessori ... 9


(14)

xiii

2.1.2.2Pengertian Alat Peraga Montessori ... 10

2.1.2.3 Ciri-ciri Alat Peraga Montessori ... 10

2.1.2.4 Tujuan Penggunaan Alat Peraga ... 11

2.1.3 Keterampilan Berhitung... 12

2.1.4 Kajian Penelitian yang Relevan ... 13

2.1.4.1 Penelitian tentang Metode Montessori ... 13

2.1.4.2 Penelitian tentang Alat Peraga Matematika ... 15

2.2 Kerangka Berpikir ... 18

2.3 Hipotesis ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Setting Penelitian ... 20

3.2.1 Objek Penelitian... 20

3.2.2 Subjek Penelitian ... 20

3.2.3 Lokasi Penelitian ... 21

3.2.4 Jadwal Penelitian ... 21

3.3 Prosedur Pengembangan ... 21

3.4 Uji Validasi Produk ... 26

3.4.1 Uji Validasi Ahli ... 26

3.4.2 Uji Validasi Produk dengan Uji Coba Lapangan Terbatas ... 26

3.5 Instrumen Penelitian ... 26

3.5.1 Jenis Data ... 26

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data... 27

3.5.2.1 Instrumen Analisis Kebutuhan ... 27

3.5.2.2 Instrumen Validasi Ahli ... 28

3.5.2.3 Instrumen Validasi Produk dengan Uji Coba Lapangan Terbatas ... 29

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6.1 Analisis Kebutuhan ... 29

3.6.1.1 Kuesioner ... 29

3.6.1.2 Wawancara Semi-Terstruktur ... 30


(15)

xiv

3.6.2.1 Presentasi ... 30

3.6.2.2 Kuesioner ... 30

3.6.3 Validasi Produk dengan Uji Coba Lapangan... 30

3.6.3.1 Tes ... 30

3.6.3.2 Kuesioner ... 31

3.7 Teknik Analisis Data ... 31

3.7.1 Analisis Kebutuhan ... 31

3.7.1.1Kuesioner ... 31

3.7.2 Teknik Analisis Validasi Produk ... 32

3.7.2.1 Kuesioner ... 32

3.7.2.2 Tes ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Kajian Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran ... 33

4.2 Data Analisis Kebutuhan dan Perangkat Pembelajaran ... 33

4.2.1 Data Analisis Kebutuhan Siswa... 34

4.2.2 Data Analisis Kebutuhan Guru ... 35

4.2.3 Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 36

4.3 Produksi Alat Peraga Montessori untuk Keterampilan Berhitung ... 36

4.3.1 Desain Alat Peraga Montessori ... 36

4.3.1.1 Papan bilangan bulat ... 37

4.3.1.2 Batu positif dan batu negatif ... 37

4.3.1.3 Kotak batu ... 38

4.3.1.4 Kartu soal ... 38

4.3.2 Album Pembelajaran Montessori ... 39

4.4 Data Validasi dan Revisi Produk ... 40

4.4.1 Deskripsi Data Validasi Pakar Pembelajaran Matematika ... 42

4.4.2 Deskripsi Data Validasi Pakar Alat Peraga Matematika ... 43

4.4.3 Deskripsi Data Validasi Guru Matematika ... 43

4.4.4 Revisi Produk ... 44

4.4.5 Data Uji Coba Lapangan Terbatas ... 44


(16)

xv

4.4.5.2Data Hasil Tes ... 46

4.4.6 Penilaian Akhir ... 48

4.4.6.1 Guru Matematika Kelas IVA ... 48

4.4.6.2 Siswa Kelas IVA ... 49

4.4.6.3 Peneliti ... 49

BAB V PENUTUP ... 50

5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 50

5.3 Saran ... 51

DAFTAR REFERENSI ... 52


(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian-penelitian Terdahulu ... 18

Bagan 3.1 Model Penelitian dan Pengembangan Sugiyono... 21

Bagan 3.2 Model Penelitian dan Pengembangan Borg dan Gall ... 22


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima

Menurut Sukardjo ... 32

Tabel 4.1 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima Menurut Sukardjo ... 40

Tabel 4.2 Kriteria Skor Skala Lima ... 42

Tabel 4.3 Komentar Pakar Pembelajaran Matematika dan Tindak Lanjut ... 42

Tabel 4.4 Komentar Guru Matematika dan Tindak Lanjut ... 44

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest ... 46


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Analisis Kebutuhan ... 56

Lampiran 1.1 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 56

Lampiran 1.2 Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... 56

Lampiran 1.3 Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 58

Lampiran 1.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Kebutuhan Siswa... 61

Lampiran 2. Instrumen Validasi Ahli... 63

Lampiran 2.1 Kisi-kisi Kuesioner untuk Para Ahli ... 63

Lampiran 2.2 Kuesioner untuk Pakar Pembelajaran Matematika ... 64

Lampiran 2.3 Kuesioner untuk Pakar Alat Peraga Matematika ... 66

Lampiran 2.4 Kuesioner untuk Guru Matematika ... 68

Lampiran 3. Uji Coba Lapangan Terbatas dengan Tes ... 70

Lampiran 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Matematika ... 70

Lampiran 3.2 Soal Pretest dan Posttest ... 70

Lampiran 3.3 Kunci Jawaban ... 70

Lampiran 3.4 Hasil Pretest ... 71

Lampiran 3.5 Hasil Posttest ... 72

Lampiran 4. Kuesioner Uji Coba Lapangan Terbatas ... 73

Lampiran 4.1 Kisi-kisi untuk Uji Coba Lapangan Terbatas ... 73

Lampiran 4.2 Kuesioner untuk Siswa ... 74

Lampiran 4.3 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Uji Coba Lapangan Terbatas ... 75

Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian ke SD ... 76

Lampiran 6. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari SD ... 77

Lampiran 7. Dokumentasi Uji Coba Lapangan Terbatas ... 78


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang dikembangkan, dan (6) definisi operasional.

1.1 Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi kebebasan memilih strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, siswa, guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah. Secara umum, strategi, metode, teknik pembelajaran dan pengajaran yang berpusat pada siswa (student-centered) lebih mampu memberdayakan pembelajaran. Yang dimaksud dengan pembelajaran berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang menekankan keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan mengajar guru (Rohiat, 2010:65). Menurut Montessori, pembelajaran yang baik tidak hanya menekankan pencapaian prestasi belajar saja melainkan juga memperhatikan kualitas pengalaman yang dialami dan diperoleh siswa (Rathunde, 2003:15). Proses belajar mengajar siswa SD hendaknya didasarkan pada klasifikasi perkembangan anak sesuai dengan umurnya. Siswa SD tergolong pada tahap perkembangan operasional konkret (concrete operation) mulai usia tujuh sampai dua belas tahun. Pada tahap ini siswa mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan, mengelompokkan dan mengurutkan secara sistematis, serta menangani konsep angka. Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan bantuan media pembelajaran yang konkret (Hergenhahn, 2009:318). Siswa SD membutuhkan alat peraga primer sebagai alat bantu dalam proses belajarnya (Munadi, 2010:193).

Mata pelajaran matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Kemampuan matematika siswa dalam pemecahan masalah dan mengomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, dan diagram perlu dikembangkan (Kurikulum SD 2006:416). Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan


(21)

2 masalah sesuai dengan situasi yang dialami siswa. Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika diperlukan alat peraga yang kontekstual dengan kehidupan sehari-hari siswa (Rohiat, 2010:66).

Peneliti telah melakukan observasi terhadap proses pembelajaran matematika pada kelas IVA di SDN Tamanan 1, Kelurahan Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelas IVA di SDN Tamanan 1 berisi 30 siswa yang terdiri dari 14 siswa putra dan 16 siswa putri. Observasi yang dilakukan pada 06 Oktober 2012 difokuskan pada permasalahan kemampuan berhitung siswa dalam pelajaran matematika yang diampu oleh guru kelas Pak Suratno. Gejala pertama yang tampak di kelas IVA adalah siswa tampak bosan mengikuti pelajaran matematika karena pembelajaran hanya mengandalkan LKS yang tersedia. Gejala yang kedua adalah siswa tampak mengalami kesulitan berhitung ketika mengerjakan soal-soal matematika. Hasilnya 50% siswa mendapatkan nilai matematika di bawah KKM. Jika merangkum gejala-gejala permasalahan tersebut, dapat dituliskan pokok permasalahan utama yang menjadi kendala dalam proses belajar dan mengajar yakni rendahnya mutu pembelajaran matematika yang dapat diartikan sebagai tidak efektifnya proses belajar mengajar. Salah satu penyebab utama timbulnya kendala tersebut adalah pembelajaran matematika membutuhkan alat peraga yang relevan untuk membantu siswa melatih kemampuan berhitungnya dan untuk memotivasi siswa dalam memperdalam pemahaman tentang matematika.

Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan sebuah alat peraga pembelajaran yang dapat membantu siswa melatih kemampuan berhitungnya, yaitu alat peraga pembelajaran ala Montessori. Maria Montessori (1870-1952) adalah seorang wanita yang lahir di kota Chiaravalle, provinsi Ancona, Italia pada tahun 1870. Dia menjadi seorang dokter wanita pertama di Italia setelah kelulusannya di fakultas kedokteran pada tahun 1897. Menurut Montessori, jika alat peraga disiapkan untuk proses pembelajaran berarti bahwa lingkungan telah dipersiapkan untuk mendukung konsentrasi siswa dalam mendalami materi (Rathunde, 2003:20). Montessori (2002:81) mengatakan bahwa pembelajaran matematika dengan alat peraga sebaiknya mengandung nilai keindahan (menarik), unsur gradasi, nilai pengendali kesalahan (auto correction), dan nilai kemandirian


(22)

3 (auto education). Alat peraga yang akan dikembangkan adalah alat peraga matematika Montessori dengan memanfaatkan potensi lokal yang tersedia di lingkungan sekolah. SDN Tamanan 1 terletak di pinggir jalan dan lokasinya berada dekat dengan area penambangan. Beberapa bahan potensi lokal yang dapat dikembangkan menjadi alat peraga pembelajaran matematika adalah batu, kerikil, dan pasir. Metode Montessori juga menekankan bahwa siswa mempunyai kebebasan untuk belajar sehingga siswa memiliki kemampuan atas dasar kemauannya sendiri (Koh, 2010:1).

Penelitian ini dibatasi hanya sampai pada pengembangan prototipe produk berupa alat peraga Montessori yang diujicobakan secara terbatas pada sekelompok siswa. Tujuannya untuk melatih kemampuan berhitung matematika kelas IV standar kompetensi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat, kompetensi dasar melakukan operasi hitung campuran, materi operasi hitung campuran bilangan bulat pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SDN Tamanan 1 Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana ciri-ciri alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan berhitung bilangan bulat pada siswa kelas IVA di SDN Tamanan 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

1.2.2 Bagaimana kualitas alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan berhitung bilangan bulat pada siswa kelas IVA di SDN Tamanan 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengembangkan alat peraga Montessori sesuai dengan ciri-ciri yang ditetapkan untuk melatih kemampuan berhitung bilangan bulat pada siswa kelas IVA di SDN Tamanan 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

1.3.2 Mengembangkan alat peraga Montessori yang berkualitas untuk melatih kemampuan berhitung bilangan bulat pada siswa kelas IVA di SDN Tamanan 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.


(23)

4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi sekolah

Merupakan upaya untuk meningkatkan mutu sekolah. Hasil penelitian ini juga bisa digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN Tamanan 1.

1.4.2 Bagi guru

Hasil penelitian ini merupakan upaya untuk memberikan inspirasi pada guru dalam mengolah dan mengembangkan alat peraga Montessori di kelas dengan memanfaatkan potensi lokal yang tersedia.

1.4.3 Bagi siswa

Mendapatkan pengalaman belajar matematika menggunakan alat peraga Montessori. Hasil penelitian ini juga dapat membantu siswa dalam melatih kemampuan berhitungnya.

1.4.4 Bagi peneliti

Mendapatkan pengalaman berharga dalam mengolah dan mengembangkan alat peraga Montessori dengan memanfaatkan potensi lokal yang tersedia.

1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah alat peraga matematika Montessori dengan menggunakan prinsip-prinsip pengembangan alat peraga. Alat peraga Montessori dibuat berdasarkan empat kriteria alat peraga Montessori dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di lingkungan sekolah. Peneliti memilih batu sebagai bahan utama untuk membuat alat peraga Montessori. Alat peraga matematika yang akan dibuat bernama “Papan Bilangan Bulat”.

Pengolahan batu menjadi alat peraga Montessori meliputi tiga proses yaitu pemilahan, pembersihan, dan pengecatan. Proses pemilahan batu didasarkan pada bentuk dan ukurannya. Peneliti menggunakan batu yang memiliki permukaan halus dan rata sehingga tidak akan melukai tangan siswa. Ukuran batu dipilih berdasarkan besaran tangan siswa dengan diameter kurang lebih 2cm. Proses yang kedua adalah pembersihan. Pembersihan batu bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada batu seperti tanah dan debu sehingga aman bagi


(24)

5 siswa. Setelah batu-batu dibersihkan, proses yang ketiga adalah pewarnaan. Pewarnaan batu dilakukan dengan membagi batu menjadi dua kelompok dan memberi warna merah pada kelompok pertama dan warna putih pada kelompok kedua. Tujuannya untuk membuat alat peraga menjadi menarik dan indah bagi siswa. Warna merah menunjukkan nilai positif dan warna putih menunjukkan nilai negatif pada bilangan bulat. Pemilihan warna dilakukan berdasarkan keinginan siswa.

Batu positif dan batu negatif digunakan sebagai alat peraga pembelajaran matematika kelas IVA standar kompetensi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat, kompetensi dasar melakukan operasi hitung campuran, materi operasi hitung campuran bilangan bulat pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Alat peraga papan bilangan bulat dilengkapi dengan papan bilangan, album pembelajaran yang berisi materi, manual penggunaan alat peraga, dan kartu soal yang mengandung pengendali kesalahan. Papan bilangan akan dibuat menggunakan bahan dasar kayu dengan ukuran 33cm×33cm dan diberi 100 lubang. Lubang pada papan dibuat dengan diameter 2cm sesuai dengan ukuran batu yang sudah diseleksi sehingga setiap lubang bisa ditempati oleh satu batu. Kartu soal dibuat dengan menggunakan kertas jenis ivory. Peneliti akan membuat 60 kartu soal berdasarkan sembilan indikator pembelajaran. Kartu soal dibuat dengan ukuran panjang 7,5cm dan lebar 7cm. Alat peraga papan bilangan bulat serta manual penggunaan alat peraga dan kartu soal akan dikemas dalam kotak yang memungkinkan untuk dibawa seorang siswa.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Pembelajaran Montessori adalah pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip Maria Montessori.

1.6.2 Alat peraga Montessori adalah media pembelajaran yang digunakan dengan menerapkan metode Montessori.

1.6.3 Album pembelajaran Montessori adalah seperangkat rencana pembelajaran yang komponennya terdiri dari tujuan langsung, syarat, usia, alat peraga, dan presentasi.


(25)

6 1.6.4 Keterampilan berhitung kelas IV adalah keterampilan siswa kelas IVA semester genap SDN Tamanan 1 dalam melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat.

1.6.5 Mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang mengembangkan kompetensi berhitung siswa kelas IVA semester genap SDN Tamanan 1 kompetensi dasar melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat. 1.6.6 Siswa SD adalah siswa kelas IVA semester genap tahun ajaran 2012/2013

yang sedang menempuh pendidikan di SDN Tamanan 1, kelurahan Tamanmartani, kecamatan Kalasan, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.6.7 Kontekstual adalah pengembangan alat peraga yang memanfaatkan potensi lokal di lingkungan sekolah.


(26)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, pembahasan tentang landasan teori dibagi menjadi empat bagian, yaitu (1) kajian pustaka, (2) kerangka berpikir, dan (3) hipotesis.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Metode Pembelajaran Montessori

2.1.1.1Pengertian Metode Pembelajaran Montessori

Menurut Holt (2008:xi), metode pembelajaran Maria Montessori merupakan salah satu metode yang menerapkan konsep Learning by playing

(belajar sambil bermain) pada pendidikan anak usia dini. Anak-anak akan menganggap kegiatan belajar yang mereka lakukan tak ubahnya seperti bermain, bahkan berbentuk permainan. Montessori sendiri mengungkapkan bahwa metode pembelajaran yang ia miliki merupakan metode yang mengembangkan kebebasan berkarakter dengan cara yang mengagumkan dan luar biasa (Montessori, 2002:33).

Montessori mengajarkan anak-anak kebenaran yang mendasar tentang tata bahasa, matematika, biologi, dan sebagainya. Anak-anak belajar dengan baik melalui nomenclature dan hasil perkerjaan mereka sangat terstruktur. Meskipun demikian, anak-anak Montessori juga bebas untuk memilih apa yang akan mereka kerjakan dan kapan mereka akan mengerjakannya, mereka sering bekerja secara kolaboratif (Lillard, 2005:328). Tugas utama pendidikan adalah membantu anak untuk semakin dapat mandiri dalam hidup dengan mengembangkan seluruh kemampuannya secara maksimal. Karena itu, Montessori menggunakan kemerdekaan masing-masing anak untuk beraktivitas sebagai basis untuk membentuk sikap disiplin dalam diri anak, karena sikap disiplin datang dari kemerdekaan itu (Montessori, 2002:90). Metode Montessori memberikan kesempatan pada anak untuk (1) bekerja dengan dirinya sendiri (2) bekerja tanpa mengandalkan bantuan atau pun interupsi, (3) bekerja dengan penuh konsentrasi, (4) bekerja dengan kelompok atau lingkungan yang telah disiapkan, dan (5) menggali potensi diri dengan kemauannya sendiri (Lillard, 1996:98).


(27)

8

2.1.1.2Tahap-tahap Perkembangan Anak

Montessori membagi tahap-tahap perkembangan anak menjadi umur 0-6, 6-12, dan 12-18 (Holt, 2008:xii).

1. Tahap Pertama (umur 0-6 tahun)

Seorang anak dikaruniai potensi kemampuan yang luar biasa besar. Montessori membagi tahap-tahap perkembangan anak menjadi umur 0–6 saat inteligensi mengalami pembentukan. Keberhasilan perkembangan tahap pertama ini sangat menentukan keberhasilan tahap-tahap selanjutnya. Menurut Montessori manusia lahir dianugerahi kemampuan untuk mempelajari bahasa apa pun, yaitu bahasa lingkungannya. Karena itu ia meyebutnya periode awal umur 0–6 adalah periode sensitif, masa peka, atau usia emas, saat pikiran anak mudah sekali menyerap apa pun dari lingkungannya.

2. Tahap Kedua (umur 6-12 tahun)

Anak yang berkembang dengan baik pada tahap perkembangan pertama (umur 0-6 tahun) akan berkembang secara normal pada tahap perkembangan kedua umur 6-12 tahun. Menurut Montessori, setiap cacat karakter diakibatkan oleh perlakuan salah yang dialami anak pada tahun-tahun sebelumnya. Semakin baik perkembangan anak pada fase pertama, yaitu umur 0-6 tahun, maka semakin baik pula perkembangannya di fase kedua ini. Berikut ini merupakan karakteristik perkembangan anak umur 6-12 tahun:

a. Periode sensitif untuk logika dan pembenaran (banyak muncul pertanyaan “mengapa”)

b. Periode sensitif untuk perkembangan imajinasi (dengan bantuan media nyata/konkret)

c. Periode sensitif untuk perkembangan moral dan mental yang luas d. Periode sensitif untuk perkembangan rasa berkelompok

e. Periode sensitif untuk pengenalan budaya


(28)

9 3. Tahap Ketiga (umur 12-18 tahun)

Karakteristik anak pada tahap ketiga adalah

a. Perkembangan tubuh mengarah pada kematangan fisik b. Pencarian identitas seksual

c. Pencarian model ideal yang akan diikuti

d. Pencarian posisi dalam lingkup sosial (mementingkan klik) e. Bebas dan mandiri dari keluarga

f. Pencarian nilai-nilai spiritual

Anak-anak memiliki tahap perkembangan yang berbeda-beda sesuai dengan umur yang dimilikinya. Tahap perkembangan itulah yang membedakan kebutuhan dan kewajiban anak, begitu pula pada siswa SD. Siswa SD tergolong pada tahap kedua dengan periode sensitif untuk tumbuh dan berkembang. Siswa telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak (Riyanto, 2009:125). Perkembangan logika yang masih sederhana, perkembangan moral dan mental yang luas, serta perkembangan imajinasi yang membutuhkan media konkret menjadi ciri utama siswa SD.

2.1.2 Alat Peraga Matematika Montessori

Berikut ini diuraikan tentang pengertian alat peraga, alat peraga Montessori, ciri-ciri alat peraga Montessori, dan kelebihan alat peraga Montessori.

2.1.2.1Pengertian Alat Peraga

Pengertian alat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah barang yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu, mencapai suatu maksud tertentu, sedangkan peraga merupakan alat media pengajaran untuk meragakan sajian pelajaran (KBBI, 2008). Dengan demikian alat peraga merupakan media pengajaran yang memeragakan pelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Smaldino (2011:14), alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran. Media adalah semua sarana untuk memperlancar proses pembelajaran, sedangkan alat peraga adalah alat yang memeragakan konsep materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Alat peraga sebaiknya digunakan apabila alat peraga tersebut mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan (Anitah, 2010:83)


(29)

10

2.1.2.2Pengertian Alat Peraga Montessori

Menurut Montessori, alat peraga adalah material untuk siswa dalam belajar yang didesain secara sederhana, menarik, memungkinkan untuk diekplorasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara mandiri, dan memperbaiki kesalahan mereka sendiri (Lillard, 1997:11).

Alat peraga matematika menurut Montessori adalah material yang dirancang dengan konsep dan desain yang unggul berdasarkan cakupan pemahaman matematika yang akan dicapai (Lillard, 1997:137). Alat peraga

matematika Montessori tidak dirancang untuk “mengajar matematika” tetapi

untuk membantu siswa mengembangkan pikiran matematikanya: memahami perintah, urutan, abstraksi, dan memiliki kemampuan untuk mengonstruksikan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki menjadi suatu konsep baru.

2.1.2.3Ciri-ciri Alat Peraga Montessori

Pada metode Montessori, alat peraga mempunyai peranan yang penting dalam tahap perkembangan siswa. Montessori merumuskan empat ciri utama alat peraga yang baik (Montessori, 2002:81), yaitu:

1. Memiliki unsur keindahan (menarik)

Setiap alat dan media pembelajaran harus memiliki nilai keindahan baik dari segi warna yang menarik maupun kecerahannya. Alat tersebut harus mampu mengundang minat siswa untuk menyentuh, melihat, dan mempelajarinya.

2. Memiliki gradasi

Alat peraga yang baik seharusnya bergradasi. Ada dua jenis gradasi menurut Montessori yakni gradasi umur dan gradasi rangsangan yang rasional. Gradasi umur dapat ditunjukkan dari penggunaan alat untuk jenjang kelas sebelumnya maupun untuk jenjang kelas selanjutnya. Gradasi rangsangan yang rasional tampak pada penggunaan alat yang melibatkan beberapa indera.

3. Memiliki nilai pengendali kesalahan (auto correction)

Tidak hanya pada alat peraga dan media pembelajaran melainkan juga lingkungan yang dipersiapkan harus selalu memiliki nilai pengendali


(30)

11 kesalahan. Misalnya kursi atau meja yang diperuntukkan siswa. Apabila mereka melakukan gerakan salah bisa menimbulkan suara berderit, siswa menjadi tahu bahwa ada gerakan yang mereka lakukan secara tidak tepat. Warna-warna yang dipakai haruslah lembut, terang, dan menampakkan langsung apabila ada kesalahan seperti adanya coretan atau noda. Pengendali kesalahan pada alat peraga bisa berupa pembanding, misalnya dengan gambar atau tabel. Dengan demikian alat yang memiliki sistem pengendali kesalahan dapat berfungsi sebagai pendidik bagi siswa.

4. Memiliki nilai kemandirian (auto education)

Berdasarkan umur siswa dan tahap perkembangan yang sedang dialaminya, maka alat peraga dan media pembelajaran harus dibuat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Alat-alat yang ada di dalam kelas haruslah mudah dibawa dan dipindahkan oleh siswa. Hal tersebut akan membantu siswa dalam bersikap mandiri.

Pengembangan alat peraga Montessori untuk keterampilan berhitung bilangan bulat matematika mengandung empat ciri alat peraga menurut Montessori dan juga mengandung satu ciri tambahan yakni kontekstual dalam arti memanfaatkan pontensi lokal di lingkungan sekolah. Nilai keindahan tampak pada warna-warna yang digunakan pada alat peraga papan bilangan bulat yaitu warna merah untuk batu positif dan merah putih untuk batu negatif. Unsur gradasi terdapat pada penggunaan alat yang melibatkan indera peraba dan indera penglihatan serta alat yang dapat digunakan pada jenjang kelas I sampai VI. Nilai pengendali kesalahan terdapat pada lubang papan yang hanya dapat ditempati oleh satu batu dan kartu soal yang memuat kunci jawaban. Nilai kemandirian terdapat pada alat peraga papan bilangan bulat yang dapat digunakan siswa secara mandiri serta dapat melatih kemampuan siswa untuk berhitung bilangan bulat. Nilai kontekstual terdapat pada pemanfaatan potensi lokal di lingkungan sekolah sebagai bahan dasar pembuatan alat peraga yaitu batu dan papan kayu jati.

2.1.2.4Tujuan Penggunaan Alat Peraga

Alat peraga dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak, interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya, dan


(31)

12 kemungkinan untuk belajar sendiri sesuai kemampuan dan minatnya (Kustandi, 2011:26). Menurut Sukayati (2009:7), alat peraga digunakan untuk mencapai empat tujuan, yaitu (1) memberikan kemampuan berpikir matematika dengan kreatif, (2) mengembangkan sikap percaya diri dalam pembelajaran matematika, (3) meningkatkan keterampilan siswa dalam menerapkan pembelajaran matematika pada kehidupan sehari-hari, dan (4) meningkatkan motivasi belajar siswa.

1. Pembelajaran matematika mencakup dalil-dalil dan simbol-simbol yang saling berhubungan. Penggunaan alat peraga akan meningkatkan kreativitas siswa dalam memahami hubungan-hubungan dalam pembelajaran matematika.

2. Suasana pembelajaran matematika akan menjadi kondusif dengan tersedianya alat peraga. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepercayaan diri akan kemampuannya dalam belajar matematika melalui pengalaman-pengalaman yang akrab dengan kehidupannya.

3. Penggunaan alat peraga yang kontekstual akan membantu siswa menghubungkan pengalaman belajarnya dengan pengalaman-pengalaman pada kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan keterampilan masing-masing mereka dapat menyelidiki dan mengamati benda-benda di sekitarnya, kemudian mengorganisasinya untuk memecahkan suatu masalah.

4. Dengan penggunaan alat peraga diharapkan siswa memperoleh pengalaman belajar dengan cara yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar matematika.

2.1.3 Keterampilan Berhitung

Matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis (Walle, 2008:13). Pada pembelajaran matematika SD, keterampilan berhitung merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Berhitung merupakan aktivitas mengerjakan hitungan seperti menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, dan membagi (KBBI, 2008:527). Dalam arti luas, keterampilan berhitung merupakan salah satu kemampuan yang


(32)

13 dibutuhkan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, artinya semua aktivitas manusia membutuhkan kemampuan ini (Aisyah, 2007:6). Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan berhitung sangat penting bagi siswa SD. Proses pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan berhitung dapat dilakukan dengan beberapa cara, misal membilang, menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan, dan membagi.

Keterampilan berhitung dikembangkan dengan tujuan agar siswa dapat memiliki kemampuan (1) berpikir logis dan sistematis sejak dini, (2) menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat, (3) memiliki ketelitian dan konsentrasi tinggi, serta (4) memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.

Pada penelitian pengembangan ini, keterampilan berhitung difokuskan pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat mempunyai lima sifat, yaitu (1) sifat tertutup yang berarti selalu menghasilkan bilangan bulat, (2) sifat komutatif atau sifat pertukaran, (3) unsur identitas bilangan nol, (4) sifat asosiatif atau sifat pengelompokkan, dan (5) mempunyai invers.

2.1.4 Kajian Penelitian yang Relevan 2.1.4.1Penelitian tentang Metode Montessori

Penelitian tentang metode Montessori dilakukan oleh Rathunde (2003), Manner (2006), dan Lillard (2006) yang dipaparkan sebagai berikut.

Rathunde (2003) meneliti perbandingan antara sekolah menengah Montessori dengan tradisional dalam hal motivasi, kualitas pengalaman, dan konteks sosial. Ada tiga hubungan penting antara pendidikan Montessori dengan teori pengalaman yang optimal: (1) orientasi terhadap pengalaman, (2) konteks pengalaman yang diperhatikan, dan (3) sikap alamiah manusia yang merayakan motivasi intrinsik anak. Siswa di sekolah menengah Montessori memperlihatkan adanya pengalaman dan motivasi yang lebih positif dibandingkan dengan siswa dari sekolah menengah tradisional. Kecenderungan kebijakan pendidikan saat ini hanya menekankan prestasi belajar siswa tanpa banyak memperhatikan kualitas pengalaman yang diperoleh siswa. Gangguan konsistensi siswa di sekolah


(33)

14 menengah sebenarnya merupakan penurunan motivasi intrinsik siswa untuk belajar. Sebagian besar peneliti sekarang ini percaya bahwa perubahan negatif yang sering terjadi di sekolah menengah merupakan hasil dari ketidaksesuaian antara lingkungan belajar yang disiapkan tersedia di sekolah dengan kebutuhan perkembangan seorang remaja. Larut dalam suasana belajar merupakan bentuk nyata motivasi intrinsik siswa, fokus pada tugas menyatakan karakteristik siswa yang mempunyai konsentrasi penuh, dan merasakan bahwa waktu berlalu dengan cepat. Montessori percaya bahwa konsentrasi spontan anak merupakan sifat alamiah manusia. Anak-anak tidak hanya dapat bekerja dengan serius, namun mereka juga memiliki kekuatan konsentrasi yang besar. Konsentrasi menyerap semua energi psikis sehingga anak benar-benar dapat mengabaikan semua yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Untuk itu, sekolah harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung terciptanya konsentrasi siswa. Dengan demikian, siswa bisa belajar dengan serius dan menyenangkan pada saat yang sama.

Manner (2006) membandingkan pencapaian akademis sekolah Montessori dengan sekolah tradisional. Dia menguji hubungan antara pendidikan berbasis Montessori yang ditunjukkan dengan pencapaian skor tes Stanford dalam aspek membaca dan matematika jika dibandingkan dengan skor yang sama di sekolah tradisional. Pengukuran dilakukan secara berulang dengan desain yang tetap selama periode waktu tiga tahun. Hasil dari penelitian ini, pada tahun yang pertama tentu saja tidak ada perbedaan antara kelompok Montessori dengan kelompok tradisional. Perbedaan yang signifikan muncul pada tahun kedua dan ketiga yang menunjukkan bahwa program Montessori memberikan hasil yang unggul untuk aspek membaca. Pada aspek matematika merupakan sebuah tantangan dalam interpretasi, walaupun rata-rata kelompok Montessori jauh mengungguli rata-rata kelompok tradisional pada tahun kedua dan ketiga dengan kesenjangan yang meningkat. Penelitian ini memberikan kontribusi dasar tentang pencapaian akademis dalam pendidikan Montessori jika dibandingkan dengan program tradisional karena menegaskan bahwa prestasi membaca meningkat seperti yang telah ditemukan oleh penulis yang lain pada penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini, siswa Montessori memperlihatkan peningkatan aspek


(34)

15 matematika ketika dibandingkan dengan kelompok tradisional lebih banyak sehingga pendapat mungkin dibuat dalam rangka mendukung kelanjutan pengumpulan data untuk mengobservasi apakah kenaikan akan mencerminkan perbedaan yang signifikan dalam pengamatan selanjutnya.

Lillard (2006) menganalisis perbandingan kemampuan akademis dan sosial antara sekolah Montessori dengan program pendidikan dasar pada sekolah lainnya. Lillard mengevaluasi efek sosial dan akademis pendidikan Montessori. Anak yang diamati terdiri dari rentangan umur 3-6 tahun dan 6-9 tahun. Sekolah Montessori yang menjadi objek penelitian berlokasi di Milwaukee, Wisconsin yang merupakan lokasi pinggiran bagi anak-anak. Kelompok kontrol diambil dari 27 sekolah negeri dan 12 sekolah swasta yang terdiri 53 siswa. Mayoritas dari sekolah negeri telah menetapkan program khusus, seperti kurikulum akselerasi, pendalaman bahasa, seni, dan studi penemuan. Anak dari kedua kelompok tersebut mendapatkan tes untuk kemampuan kognitif dan sosial. hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya keuntungan yang signifikan untuk kelompok montessori dibandingkan dengan kelompok kontrol sesuai dengan pembagian kelompok usia. Berdasarkan hasil analisis rerata perbandingan kemampuan akademis dan sosial pada kelompok usia 5 tahun dengan z-score, kelompok montessori mempunyai kemampuan akademis di atas rata-rata mengungguli kelompok kontrol, sedangkan kelompok kontrol mempunyai kemampuan akademis di bawah rata-rata. Pada aspek kekerasan dalam permainan, kelompok montessori mempunyai nilai yang sangat rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil analisis rerata perbandingan kemampuan akademis dan sosial pada kelompok usia 12 tahun dengan z-score menunjukkan bahwa kelompok montessori mempunyai kemampuan struktur yang baik, penulisan cerita yang kreatif, dan strategi yang baik di atas rata-rata mengungguli kelompok kontrol.

2.1.4.2Penelitian tentang Alat Peraga Matematika untuk Keterampilan Berhitung

Penelitian tentang alat peraga matematika untuk keterampilan berhitung dilakukan oleh Aripiyah (2005), Miyarso (2011), dan Sugiarni (2012) yang dipaparkan sebagai berikut.


(35)

16 Aripiyah (2005) meneliti peningkatan prestasi belajar matematika dengan bantuan alat peraga benda konkret. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III semester I SD Bulakpacing 02 Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal khususnya dalam materi pecahan melalui bantuan alat peraga benda konkret, agar nilai yang dihasilkan dapat memenuhi syarat ketuntasan belajar. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: Pada siklus I siswa yang tuntas belajar sejumlah 14 siswa (58,3%) dan yang tidak tuntas belajar sejumlah 10 siswa (41,7%) dengan nilai rata-rata kelas 6,2 dan daya serap 61,7%. Hasil pada siklus II siswa yang tuntas belajar sejumlah 17 siswa (70,8%) dan yang tidak tuntas belajar sejumlah 7 siswa (29,2%) dengan nilai rata-rata kelas 7,3 dan daya serap 73,3%. Sedangkan hasil pada siklus III jumlah siswa yang tuntas belajar 21 siswa (87,5%) dan yang tidak tuntas belajar sejumlah 3 (12,5%) siswa dengan nilai rata-rata kelas 8,8 dengan daya serap 87,9%. Karena sudah memenuhi indikator keberhasilan bahkan sampai melebihi dari nilai yang peneliti targetkan, maka penelitian ini dihentikan pada siklus III. Simpulan yang dapat diambil adalah bahwa penggunaan alat peraga benda konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi pecahan pada kelas III SD Negeri Bulakpacing 02 semester I Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2005/2006 dengan tingkat partisipasi siswa yang cukup menggembirakan serta memacu guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan model pembelajaran.

Miyarso (2011) meneliti pengembangan alat peraga timbangan untuk mengoptimalkan belajar hitung bagi siswa SD. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat peraga timbangan matematis guna mengoptimalkan belajar operasi hitung pada siswa kelas rendah di SD Ndaleman, Gilangharjo, Pandak, Bantul. Hasil dari penelitian pengembangan ini adalah prototipe produk timbangan matematis dengan kelebihan desain tampilan yang menarik dan sederhana. Produk ini memungkinkan guru menggunakan alat peraga dengan memadukan pelajaran lain yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam melaksanakan pembelajaran terpadu secara tematis.

Sugiarni (2012) meneliti peningkatan proses dan hasil belajar matematika dengan memanfaatkan media dan alat peraga materi operasi hitung campuran.


(36)

17 Penelitian ini memanfaatkan media dan alat peraga dalam pembelajaran Matematika pada materi operasi hitung campuran. Simpulan pada penelitian ini pertama pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan cukup baik, dengan nilai 3,6 (skala 1-5) pada siklus I dan meningkat menjadi baik, dengan nilai 4,4 (skala 1-5) pada siklus II. Kedua prestasi belajar siswa meningkat dari kurang (nilai 50,70) sebelum perbaikan pembelajaran menjadi sedang (nilai 60,50) pada perbaikan siklus I dan baik (nilai 83,50) pada siklus II. Ketiga prestasi belajar meningkat melalui aktivitas–aktivitas pemberian apersepsi yang menarik melalui tanya jawab interaktif, pelibatan siswa dalam demonstrasi, pengaktifan siswa dalam tanya jawab, pengaktifan siswa dalam latihan pengerjaan soal, dan pemanfaatan alat peraga yang memadai.

Sejauh eksplorasi literatur yang relevan dengan penelitian ini, belum ada satu pun yang memuat penelitian dan pengembangan alat peraga Montessori untuk pelajaran Matematika SD. Selama ini penelitian yang dilakukan hanya bersifat kuantitatif dengan menekankan aspek peningkatan hasil belajar siswa, sedangkan penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang sama dengan penelitian ini yakni penggunaan metode Montessori dalam pembelajaran dan penggunaan alat peraga untuk kemampuan berhitung matematika. Jadi, penelitian ini memberikan kontribusi baru yang penting untuk pendidikan di SD tentang penelitian dan pengembangan alat peraga Montessori untuk melatih kemampuan berhitung matematika.


(37)

18 Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian-penelitian Terdahulu

2.2 Kerangka Berpikir

Guru sebagai pendidik mempunyai kewajiban untuk mendidik siswa dan menyiapkan perangkat pembelajaran dengan lengkap. Perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan guru antara lain silabus, RPP, dan alat peraga pembelajaran. Guru harus kreatif dalam menyusun perangkat pembelajaran agar mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Metode pembelajaran Montessori menawarkan penggunaan alat peraga pembelajaran yang konkret untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar. Alat peraga Montessori memiliki ciri (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto education, (4) auto education, dan (5) kontekstual dalam arti selalu disesuaikan dengan potensi lokal di lingkungan sekolah.

Metode pembelajaran Maria Montessori

Alat peraga matematika untuk keterampilan berhitung

Manner (2006) Metode Montessori, pendidikan tradisional, dan prestasi akademis

Miyarso (2011) Alat peraga dan keterampilan

berhitung

Lillard (2006)

Metode Montessori, kemampuan sosial, dan kemampuan akademis

Sugiyarni (2012)

Proses, hasil belajar, media dan alat peraga operasi hitung campuran

Yang diteliti Pengembangan alat peraga Montessori untuk keterampilan

berhitung bilangan bulat Matematika Rathunde (2003)

Metode Montessori, motivasi, pengalaman, dan konteks sosial

Aripiyah (2005)

Hasil belajar dan alat peraga benda konkret


(38)

19 Pembelajaran matematika membutuhkan alat peraga yang konkret dan kontekstual untuk membantu siswa melatih kemampuan berhitungnya serta untuk memotivasi siswa dalam memperdalam pemahaman tentang matematika. Pembelajaran matematika yang hanya mengandalkan buku pegangan dan diajarkan dengan teknik ceramah bisa membuat siswa menjadi jenuh. Kejenuhan siswa dapat berdampak pada menurunnya semangat siswa untuk belajar matematika yang pada akhirnya akan mengakibatkan turunnya prestasi belajar siswa. Sebaliknya, pembelajaran matematika yang menggunakan alat peraga kontekstual akan menumbuhkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar matematika.

Berdasarkan alasan tersebut, perlu adanya pengembangan alat peraga pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Peneliti berasumsi bahwa alat peraga matematika SD untuk melatih keterampilan berhitung bilangan bulat masih kurang. Karena itu, perlu dikembangkan alat peraga Montessori untuk melatih keterampilan berhitung bilangan bulat matematika kelas IV SD. Jadi, dengan alat peraga Montessori akan menumbuhkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar matematika. Pengembangan alat peraga Montessori yang berkualitas disesuaikan dengan lima ciri alat peraga yang telah dipaparkan dan memanfaatkan potensi lokal di lingkungan SDN Tamanan 1 Yogyakarta berupa batu dan kayu jati.

2.3 Hipotesis

Penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

2.3.1 Alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan berhitung bilangan bulat pada siswa kelas IVA di SDN Tamanan 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 mengandung lima ciri alat peraga, yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto correction, (4) auto education, dan (5) kontekstual.

2.3.2 Alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan berhitung bilangan bulat pada siswa kelas IVA di SDN Tamanan 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 mempunyai kualitas yang “baik”.


(39)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3) prosedur pengembangan, (4) uji coba produk, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian Research and Development (R&D). Penelitian R&Dadalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2008:164). Menurut Sugiyono (2010:407), metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji efektivitas produk tersebut. R&D merupakan model pengembangan yang digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru yang diuji, dievaluasi, dan direvisi secara sistematis sampai menemukan produk yang efektif dan berkualitas (Borg dan Gall, 2007:589). Penelitian ini mengembangkan alat peraga Montessori untuk keterampilan berhitung matematika kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Produk yang dihasilkan adalah prototipe alat peraga matematika Montessori berupa papan bilangan bulat.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah alat peraga matematika Montessori yang berupa papan bilangan bulat.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek uji coba prototipe alat peraga pada penelitian ini adalah sekelompok siswa dan seorang guru matematika kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Peneliti memilih sekelompok siswa berjumlah lima anak yang memiliki nilai ulangan harian


(40)

21 matematika di bawah KKM dan guru kelas IVA yang menjadi subjek penelitian adalah Pak Suratno.

3.2.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN Tamanan 1, Kelurahan Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 55571.

3.2.4 Jadwal Penelitian

Waktu penelitian berlangsung empat bulan mulai dari bulan Januari sampai dengan April tahun 2013.

3.3 Prosedur Pengembangan

Prosedur penelitian dan pengembangan mengadaptasi model Sugiyono serta Borg dan Gall yang terdiri dari sepuluh tahap. Berikut ini dipaparkan dua model penelitian pengembangan. Pertama, Sugiyono (2010:409) menyebutkan sepuluh langkah dalam penelitian pengembangan sebagai berikut.

Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Sugiyono

Kedua, Borg dan Gall (2007:590) memaparkan prosedur penelitian pengembangan yang dimodifikasi dari model Dick, Carey, dan Carey dalam sepuluh tahap sebagai berikut.

Potensi dan Masalah

Pengumpulan

Data Desain Produk Validasi Desain

Revisi Desain Uji Coba Produk

Revisi Produk Uji Coba

Pemakaian


(41)

22 Bagan 3.2 Model Penelitian dan Pengembangan Borg dan Gall

Model penelitian dan pengembangan yang diadaptasi memiliki karakteristik yang berbeda. Model penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono dimulai dari tahap analisis masalah, dilanjutkan dengan pengembangan

Tahap 2

Identifikasi keterampilan dan tugas belajar

Tahap 4

Pengolahan data hasil analisis kebutuhan

Tahap 3

Analisis kebutuhan

Tahap 6

Pengembangan strategi

Tahap 7

Pemilihan bahan dan pengembangan produk

Tahap 8

Perancangan evaluasi formatif

Tahap 9

Revisi Produk

Tahap 10

Perancangan evaluasi sumatif

Tahap 5

Pengembangan instrumen penilaian

Tahap 1

Identifikasi tujuan


(42)

23 produk melalui proses validasi, revisi, dan uji coba lapangan sampai tahap produksi secara masal. Sedangkan model penelitian dan pengembangan menurut Borg dan Gall dimulai dari penetapan tujuan. Model Borg dan Gall mengembangkan perangkat pembelajaran secara utuh meliputi materi, bahan, dan alat evaluasi berdasarkan tugas belajar dan kebutuhan siswa. Pada model Borg dan Gall juga terdapat tahap revisi produk sama seperti model Sugiyono untuk mengembangkan produk yang berkualitas.

Pengembangan alat peraga matematika Montessori yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan yang dimodifikasi dari model penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono serta Borg dan Gall yang disesuaikan dengan kebutuhan. Peneliti melakukan modifikasi karena terbatasnya waktu penelitian dan menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kalender akademik di SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Empat tahapan penelitian dan pengembangan ini adalah (1) mengkaji standar kompetensi dan materi pembelajaran, (2) menganalisis kebutuhan pengembangan program pembelajaran, (3) memproduksi alat peraga Montessori untuk keterampilan berhitung matematika, (4) validasi produk dan revisi produk, hingga menghasilkan produk berupa alat peraga Montessori untuk keterampilan berhitung matematika materi operasi hitung campuran pada bilangan bulat. Bagan pengembangan alat peraga Montessori dapat dilihat di bagan 3.3.

Langkah pertama, peneliti mengkaji standar kompetensi untuk menentukan kompetensi dasar dan dilanjutkan dengan memilih materi pembelajaran yang akan dikembangkan. Peneliti memilih standar kompetensi 5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat, kompetensi dasar 5.3 Melakukan operasi hitung campuran, materi pembelajaran yang akan dikembangkan adalah operasi hitung campuran meliputi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat.

Langkah kedua, peneliti melakukan analisis kebutuhan untuk pengembangan program pembelajaran pada siswa kelas IVA dan guru pengampu matematika kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti mengetahui karakteristik dan kebutuhan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran matematika untuk keterampilan berhitung pada bilangan bulat. Setelah peneliti melakukan analisis kebutuhan,


(43)

24 peneliti mengembangkan program pembelajaran meliputi pengembangan perangkat album dan evaluasi pembelajaran. Langkah ini memberikan pertimbangan pada peneliti dalam menentukan langkah selanjutnya.

Langkah ketiga, peneliti memproduksi alat peraga Montessori untuk keterampilan berhitung matematika. Langkah ini dimulai dengan membuat desain alat peraga dan dilanjutkan dengan mengumpulkan bahan untuk pembuatan produk pengembangan penelitian. Bahan-bahan yang telah terkumpul kemudian akan diproses dan dikembangkan sesuai dengan desain yang telah peneliti rencanakan. Produksi alat peraga Montessori dilengkapi dengan album pembelajaran yang berisi manual penggunaan alat peraga dan kartu soal.

Langkah keempat adalah validasi dan revisi produk. Proses validasi oleh para ahli dilakukan satu kali. Validasi produk dilakukan oleh pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, dan guru matematika. Hasil dari validasi oleh para ahli digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh peneliti dalam merevisi produk. Tahap selanjutnya adalah uji coba lapangan terbatas yang dilakukan pada sekelompok siswa kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Peneliti melakukan analisis terhadap hasil uji coba lapangan terbatas. Dari langkah tersebut akan dihasilkan prototipe produk penelitian pengembangan berupa alat peraga papan bilangan bulat.


(44)

25 Bagan 3.3 Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Tahap I

Kajian Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran

Prototipe Produk Alat Peraga Montessori

untuk Keterampilan Berhitung Bilangan Bulat Matematika SD Kelas IV Semester Genap

Tahap III

Produksi Alat Peraga Montessori untuk Keterampilan Berhitung Matematika

Konsep Album Pembelajaran Kerangka Desain Alat Peraga Montessori Pengumpulan

Bahan Pembuatan

Tahap IV

Validasi dan Revisi Produk

Revisi Produk

Uji Coba

Lapangan Terbatas Analisis II

Validasi

Pakar Pembelajaran

Pakar Alat Peraga Analisis

I Guru Matematika

Tahap II

Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Analisis Karakteristik Siswa Analisis

Standar Kompetensi

Analisis Sumber Belajar

Penetapan Kompetensi Dasar dan Materi

Pengembangan Perangkat Pembelajaran


(45)

26

3.4 Uji Validasi Produk

Uji validasi produk dilakukan untuk mengumpulkan data dalam menentukan kualitas produk yang telah dikembangkan oleh peneliti. Data yang diperoleh dari validasi produk kepada pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, dan guru matematika digunakan untuk memperbaiki produk. Setelah divalidasi dan diperbaiki, produk diujicobakan kepada sekelompok siswa kelas IVA SDN Tamanan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013. Uji coba tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas produk jika digunakan dalam proses pembelajaran.

3.4.1 Uji Validasi Ahli

Tahap pertama uji validasi produk pengembangan dilakukan oleh pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, dan guru matematika kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Masukan yang diperoleh dari hasil penilaian pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, dan guru matematika kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi produk pengembangan alat peraga Montessori untuk keterampilan berhitung matematika kelas IVA semester genap sebelum dilakukan uji coba lapangan terbatas.

3.4.2 Uji Validasi Produk dengan Uji Coba Lapangan Terbatas

Tahap kedua uji validasi produk pengembangan dilakukan dengan uji coba lapangan terbatas pada sekelompok siswa kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Sekelompok siswa dipilih berdasarkan nilai ulangan harian matematika yang berada di bawah KKM. Uji coba lapangan terbatas dilakukan untuk mendapatkan tanggapan dan penilaian dari siswa. Tanggapan dan penilaian siswa memberikan umpan balik tentang kelayakan produk yang dikembangkan ketika digunakan dalam pembelajaran matematika keterampilan berhitung dengan kompetensi dasar melakukan operasi hitung campuran pada bilangan bulat.

3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Jenis Data

Data yang didapatkan dari penelitian pengembangan ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa masukan dari penilaian pakar


(46)

27 pembelajaran matematika, pakar alat peraga, guru matematika, dan siswa kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Data kuantitatif diperoleh dari hasil analisis kebutuhan siswa yang berupa kuesioner dan wawancara, hasil analisis validasi ahli berupa kuesioner, serta hasil analisis uji coba lapangan terbatas berupa tes dan kuesioner.

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen merupakan alat ukur dalam penelitian (Sugiyono, 2010:148). Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini dibagi berdasarkan sumber perolehan data antara lain instrumen analisis kebutuhan, instrumen validasi ahli, dan instrumen validasi dengan uji coba lapangan terbatas.

3.5.2.1Instrumen Analisis Kebutuhan

Dalam melakukan analisis terhadap kebutuhan siswa dan guru, peneliti menggunakan instrumen jenis non tes, yaitu kusioner dan wawancara.

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010:199). Bentuk kuesioner untuk siswa yang digunakan pada tahapan ini adalah kuesioner tertutup dan bentuk kuesioner untuk guru adalah kuesioner terbuka. Tujuan penggunaan kuesioner pada tahap ini adalah untuk melakukan analisis terhadap kebutuhan siswa. Penyusunan kuesioner didasarkan pada indikator-indikator sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Responden pada kuesioner analisis kebutuhan adalah semua siswa kelas IVA dan guru matematika kelas IVA. Hasil penilaian ini selanjutnya digunakan untuk memberikan pertimbangan dalam merancang produk pengembangan alat peraga Montessori untuk keterampilan berhitung matematika. Kisi-kisi dan lembar kuesioner analisis kebutuhan dapat dilihat pada lampiran 1.1, 1.2, dan 1.3 halaman 56-60.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik (Arifin, 2009:157). Peneliti menggunakan jenis wawancara semi-terstruktur dengan pertanyaan dan jawaban yang sudah


(47)

28 ditentukan sesuai tujuan yang akan dicapai, namun ketika wawancara berlangsung narasumber bisa memberikan jawaban lebih dari satu dan alasan-alasan tertentu. Peneliti melakukan wawancara jika siswa atau guru kurang tepat dalam mengisi kuesioner. Wawancara dilakukan oleh peneliti sebagai bentuk follow up terhadap hasil analisis kuesioner siswa dan guru.

3.5.2.2Instrumen Validasi Ahli

Para ahli yang akan memberikan validasi pada penelitian pengembangan ini antara lain pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, dan guru matematika kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Peneliti menggunakan instrumen presentasi dan kuesioner untuk mengumpulkan data dari validasi produk oleh para ahli.

1. Presentasi

Presentasi produk dilakukan setelah peneliti selesai mengembangkan alat peraga. Presentasi produk disampaikan kepada para ahli yaitu pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, dan guru matematika kelas IVA. Tujuan presentasi adalah untuk mendapatkan hasil validasi dari para ahli.

2. Kuesioner

Bentuk kuesioner yang digunakan pada tahapan ini mengadopsi model skala Likert (1-5). Peneliti mengeliminasi skala 3 pada kuesioner ini karena skala 3 menunjukkan kriteria “ragu-ragu” dengan artian bahwa skala ini tidak bisa dimasukkan dalam kriteria persetujuan maupun ketidaksetujuan. Tujuan penggunaan kuesioner pada tahap ini adalah untuk melakukan uji validasi produk yang ditujukan pada pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, dan guru matematika kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Penyusunan kuesioner didasarkan pada indikator-indikator sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Sebelum didistribusikan, kuesioner ini dikonsultasikan kepada dua dosen pembimbing. Kisi-kisi dan lembar kuesioner uji validasi ahli dapat dilihat pada lampiran 2.1, 2.2, 2.3, dan 2.4 halaman 63-69.


(48)

29

3.5.2.3Instrumen Validasi Produk dengan Uji Coba Lapangan Terbatas

Instrumen yang digunakan terdiri dari dua jenis penilaian yaitu jenis tes berupa ulangan harian dan jenis non tes berupa kuesioner.

1. Tes

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Arikunto, 2010:266). Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes bentuk objektif dengan jawaban singkat (short answer). Tes objektif jenis jawaban singkat sangat cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut proses mental yang tinggi, seperti mengingat, mengenal, dan menerapkan prinsip-prinsip (Arifin, 2009:135). Tes disusun oleh peneliti dalam bentuk kartu soal yang memuat soal-soal operasi hitung pada bilangan bulat. Penyusunan soal tes didasarkan pada kisi-kisi. Peneliti menggunakan pretest dan posttest untuk mengetahui kualitas alat peraga yang dikembangkan. Kisi-kisi, butir soal, dan kunci jawaban dapat dilihat pada lampiran 3.1, 3.2, dan 3.3 halaman 70.

2. Kuesioner

Bentuk kuesioner yang digunakan pada tahapan ini mengadopsi model skala Likert (1-5). Bentuk kuesioner yang digunakan pada tahapan ini adalah kuesioner tertutup. Tujuan penggunaan kuesioner pada tahap ini adalah untuk melakukan validasi produk dengan uji coba lapangan terbatas yang ditujukan pada sekelompok siswa kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Penyusunan kuesioner didasarkan pada indikator-indikator sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Sebelum didistribusikan, kuesioner ini dikonsultasikan kepada dua dosen pembimbing. Kisi-kisi dan lembar kuesioner untuk uji coba lapangan terbatas dapat dilihat pada lampiran 4.1 dan 4.2 halaman 73-74.

3.6 Teknik Pengumpulan Data 3.6.1 Analisis Kebutuhan 3.6.1.1Kuesioner

Bentuk kuesioner yang digunakan pada tahapan ini adalah kuesioner terbuka. Siswa diberi kesempatan untuk memilih jawaban lebih dari satu dan memberikan alasan tertentu. Kuesioner diujikan pada semua siswa dan guru matematika kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Hasil kuesioner ini


(49)

30 selanjutnya akan diolah dalam bentuk tabel rekapitulasi untuk mengetahui hasil analisis kebutuhan dan karakteristik siswa.

3.6.1.2Wawancara Semi-Terstruktur

Wawancara semi-terstruktur menggunakan pertanyaan yang menuntut jawaban campuran, ada yang berstruktur ada pula yang bebas (Arifin, 2009:158). Peneliti menggunakan wawancara terhadap siswa dan guru kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Wawancara dilakukan sebagai bentuk follow up terhadap hasil analisis kebutuhan siswa melalui kuesioner.

3.6.2 Validasi Ahli 3.6.2.1Presentasi

Presentasi produk dilakukan dengan cara mengundang para ahli yaitu pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, dan guru matematika kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Tujuan pelaksanaan presentasi adalah untuk mendapatkan hasil validasi tentang kelayakan alat peraga. Hasil validasi digunakan sebagai bahan revisi pengembangan alat peraga.

3.6.2.2Kuesioner

Bentuk kuesioner yang digunakan pada tahapan ini mengadopsi model skala Likert (1-5). Tujuan penggunaan kuesioner pada tahap ini adalah untuk melakukan uji validasi produk yang ditujukan pada pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, dan guru matematika kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Penyusunan kuesioner didasarkan indikator-indikator.

3.6.3 Validasi Produk dengan Uji Coba Lapangan 3.6.3.1Tes

Bentuk tes yang digunakan pada penelitian pengembangan ini adalah tes bentuk objektif dengan jawaban singkat (short answer). Penyusunan soal tes didasarkan pada kisi-kisi yang memuat indikator-indikator sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes digunakan untuk mengetahui kualitas alat peraga Montessori terkait dengan prestasi belajar siswa. Peneliti membagi tes menjadi dua tahap. Tahap yang pertama, siswa diberi pretest untuk mengetahui


(50)

31 sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi bilangan bulat sebelum menggunakan alat peraga papan bilangan bulat. Tahap yang kedua, siswa diberi

posttest setelah melalui serangkaian latihan menggunakan alat peraga papan bilangan bulat.

3.6.3.2Kuesioner

Bentuk kuesioner yang digunakan pada tahapan ini adalah kuesioner yang mengadopsi skala Likert (1-5). Kuesioner diujikan kepada sekelompok siswa yang memiliki nilai di bawah KKM pada materi operasi hitung campuran bilangan bulat. Siswa memberikan penilaian dengan memilih satu skala berdasarkan pengalaman yang mereka alami. Pengisian kuesioner dilakukan setelah proses pembelajaran dengan alat peraga selesai dilakukan.

3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Analisis Kebutuhan 3.7.1.1Kuesioner

Teknik analisis kebutuhan siswa melalui pengisian kuesioner didasarkan pada tiga indikator yang dijabarkan dalam sepuluh item pertanyaan. Pada item pertanyaan nomor 1 sampai dengan 3, peneliti menganalisis kebutuhan siswa berdasarkan penggunaan alat peraga pembelajaran selama ini di SDN Tamanan 1, Yogyakarta. Pada item pertanyaan nomor 5 dan 6, peneliti menganalisis karakteristik alat peraga yang digunakan. Pada item pertanyaan nomor 7 sampai dengan 10, peneliti menganalisis hubungan antara penggunaan alat peraga dengan konsep matematika. Hasil dari analisis kebutuhan direkapitulasi dalam bentuk tabel yang dapat dilihat pada lampiran 1.4 halaman 61. Skor yang diperoleh ditunjukkan dalam satuan persentase berdasarkan jumlah jawaban dan responden. Selanjutnya, hasil analisis kebutuhan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan produk berupa alat peraga Montessori untuk keterampilan berhitung matematika dan album pembelajaran.


(51)

32

3.7.2 Teknik Analisis Validasi Produk 3.7.2.1Kuesioner

Skor yang diperoleh dari uji validasi produk menggunakan kuesioner akan dikonversikan menjadi data kualitatif skala lima berdasarkan acuan menurut Sukardjo (2008:101). Selanjutnya, skor yang masuk disimpulkan dengan satuan persentase.

Tabel 3.1 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima Menurut Sukardjo

Interval Skor Kategori

̅ Sangat baik

̅ ̅ Baik

̅ ̅ Cukup

̅ ̅ Kurang

̅ Sangat kurang

Keterangan:

Rerata ideal (̅) : Simpangan baku ideal ( ) :

: Skor aktual

Skala penilaian terdiri dari lima pilihan untuk menilai alat peraga papan bilangan bulat yang dikembangkan, yaitu sangat baik (5), baik (4), cukup baik (3), kurang baik (2), dan sangat kurang baik (1).

3.7.2.2Tes

Langkah-langkah analisis pretest dan posttest: 1. Penyekoran per item soal.

Benar: 1 Salah: 0

2. Menjumlahkan skor yang didapatkan.

3. Menghitung nilai tes setiap siswa dengan rumus: 4. Menghitung rata-rata nilai tes semua siswa dengan rumus:


(1)

114 4. Direktris meminta anak duduk di sebelah kanan direktris.

5. Direktris mengambil kartu soal J.1, meletakkan di atas karpet

dan berkata, “Hitunglah 1 + 1 – (-1)”.

6. Anak mengambil 1 batu positif dan meletakkannya pada papan bilangan mulai dari kiri atas.

7. Anak mengambil 1 batu positif lagi dan meletakkannya pada papan bilangan.

8. Di papan hanya ada batu positif. Anak membawa 1 pasang batu lalu meletakkannya di papan agar bisa melakukan pengurangan. Anak mengurangi 1 batu negatif dari papan.

9. Jadi, 1 + 1 – (-1) = 3


(2)

115 11. Direktris meletakkan kartu soal pada tempatnya kemudian

meminta anak mengembalikan batu ke kotak semula.

12. Direktris mengambil kartu soal J.2, meletakkan di atas karpet

dan berkata, “Hitunglah 6 + (-3) –5”.

13. Anak mengambil 6 batu positif dan meletakkannya pada papan bilangan mulai dari kiri atas.

14. Anak mengambil 3 batu negatif dan meletakkannya pada papan bilangan.

15. Anak mengambil setiap batu yang berpasangan dan meletakkannya pada kotak.


(3)

116 16. Di papan hanya ada 3 batu positif, masing kurang 2 batu positif. Anak membawa 2 pasang batu dan meletakkannya di papan agar bisa melakukan pengurangan. Anak mengurangi 5 batu positif dari papan.

17. Jadi, 6 + (-3) – 5 = -2

18. Direktris membalik kartu soal yang berisi jawabannya.

19. Direktris meletakkan kartu soal pada tempatnya kemudian meminta anak mengembalikan batu ke kotak semula.

20. Direktris dapat meminta anak melakukan latihan untuk kartu soal J.3 J.10 dan membiarkan anak mengetahui kesalahannya dengan melihat kunci jawaban di balik kartu soal. 21. Jika anak sudah menguasau konsep operasi hitung campuran

pada bilangan bulat, direktris meminta anak mengembalikan alat dan karpet ke tempat semula.


(4)

117 CURRICULUM VITAE

Esterlita Pratiwi lahir di Gunungkidul, 3 Mei 1992. Pada tahun 1997-2003, peneliti memperoleh pendidikan dasar di SD Negeri Banjarharjo Sleman. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Negeri I Ngemplak Sleman, tamat pada tahun 2006. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA Negeri I Kalasan Sleman, tamat pada tahun 2009. Pada tahun 2009, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan di luar perkuliahan. Pada tahun 2009, peneliti mengikuti kegiatan Parade Gamelan Anak Se DIY-Jateng sebagai panitia. Pada tahun 2010, peneliti mendapatkan peran sebagai sekretaris dalam kegiatan Maria Montessori

Workshop dan kegiatan Inisiasi Prodi, peran moderator dalam kegiatan lomba

debat mahasiswa, devisi humas pada kegiatan Parade Gamelan Anak, dan peserta dalam workshop Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Pada tahun 2011, peneliti berpartisipasi dalam pelatihan pembuatan administrasi pembelajaran tematik sebagai peserta, kegiatan workshop dongeng sebagai panitia ini, kegiatan

Maria Montessori Workshop sebagai sekretaris, kegiatan seminar nasional

P4MRI-USD sebagai peserta, kegiatan lomba Public Speaking sebagai finalis, dan berperan sebagai sekretaris dalam kegiatan Parade Gamelan Anak Se-Jawa. Pada tahun 2012, peneliti berperan sebagai Co-Fasilitator PPKM I, peran Peer Tutor pada perkuliahan PBPD sesi metode pembelajaran Montessori, ketua pada kegiatan Maria Montessori Workshop, peserta pada National Education Training, dan bendahara pada kegiatan UNA Seminar and Workshop on Anti Bias


(5)

viii ABSTRAK

Pratiwi, Esterlita. (2013). Pengembangan alat peraga Montessori untuk

keterampilan berhitung matematika kelas IV SDN Tamanan 1 Yogyakarta.

Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode penelitian dan pengembangan, metode Montessori, alat peraga Montessori, keterampilan berhitung, Matematika.

Penerapan metode Montessori pada pengembangan alat peraga dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar matematika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan alat peraga yang berkualitas sesuai dengan lima ciri alat peraga yang telah ditetapkan untuk melatih kemampuan berhitung bilangan bulat. Empat ciri alat peraga Montessori yang dijadikan dasar pengembangan alat peraga yaitu menarik, bergradasi, auto correction, dan auto

education. Peneliti menambahkan kriteria lain pada penelitian ini yaitu

kontekstual. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berlangsung dari bulan Januari sampai dengan April 2013.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Prosedur penelitian dan pengembangan alat peraga Montessori melalui empat tahap, yaitu (1) kajian standar kompetensi dan materi pembelajaran, (2) analisis kebutuhan pengembangan program pembelajaran, (3) produksi alat peraga Montesori, dan (4) validasi dan revisi produk yang diakhiri dengan uji coba lapangan terbatas. Uji coba lapangan terbatas dilakukan pada lima siswa yang memiliki nilai di bawah KKM. Dari keempat langkah tersebut dihasilkan prototipe produk berupa alat peraga papan bilangan bulat.

Penilaian kualitas produk yang dikembangkan menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Produk yang dikembangkan memperoleh rerata skor 4,65 dengan kategori “sangat baik” dari pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga matematika, guru kelas, dan sekelompok siswa kelas IVA. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa produk yang dikembangkan mempunyai kualitas yang sangat baik dan sesuai dengan lima ciri alat peraga yang dijadikan dasar pengembangan alat peraga Montessori.


(6)

ix

ABSTRACT

Pratiwi, Esterlita. (2013). Developing a set of Montessori integer arithmetic

materials for the 4th grade students of Tamanan 1 Primary School,

Yogyakarta. A Thesis. Yogyakarta: Primary School Teacher Education

Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords: research and development method, the Montessori method, Montessori materials, numeracy skills, Mathematic.

The use of Montessori’s learning material improves students’ motivation. This research was aimed at developing a set of Montessori materials to help the 4th grade students of Tamanan 1 Primary School, Yogyakarta in learning some basic integer arithmetic. The set of material was designed and developed using the four principals of Montessori materials namely: attractive, gradual, auto-correction, and auto-education. The researcher added another characteristic to it which is contextual. This research was conducted through inviting a number of 4th graders of Tamanan 1 Primary School, Yogyakarta during the academic year of 2012/2013.

This research employed the Research and Development method (R&D). The research and development procedure for developing this set of math Montessori material consists of four steps, namely 1) examining the competency standard and the math concept to learn, 2) analyzing the students’ needs, (3) producing the math Montessori material, and (4) validating and revising the material. The first prototype was then tried on five 4th graders at the primary school who had been previously identified as not having completed the passing score for the intended competence standard. The final prototype was named the Integers Board.

The product’s quality assessment by a couple of experts in the field showed a very satisfying result. A mean score of 4.65 which falls under the category of “very good” was derived from the scores given by a couple of experts in Math education, the class teacher, and the group of students. It can be concluded, therefore, that the math Montessori material developed from this study has an excellent quality and satisfies the five criteria used as the foundation for developing the Montessori materials.