STUDI DESKRIPTIF TENTANG SIKAP ANAK TERHADAP MAKANAN YANG DISEDIAKAN DI RUMAH

STUDI DESKRIPTIF TENTANG SIKAP ANAK TERHADAP MAKANAN YANG DISEDIAKAN DI RUMAH

  Skripsi Diajukan untuk Menenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Disusun oleh: Eurike Christiani Hutauruk 069114004

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

MOTTO

Kita sepenuhny a bebas memilih apa y ang k ita inginkan.

  

“M ENDAPATKAN HIDUP YANG LEBIH BAHAGIA HARI

  

INI,ATAU M ENUNDANYA S AM PAI BES OK?”

Mana y ang terasa lebih baik ? Tuhan sudah memberikan

pilihan itu untuk kita  Kar ya ini ku per sembah kan bagi: Yang empunya h idup saya sampai d et ik ini Tuh anku “ Yesus Kr ist us” Papa dan M ama t er cint a

  M y l it t l e br ot h er “ Er ico L eonar d Hut aur uk” Teman, sah abat , dan semua jiwa yang per nah ber sent uh an dengan h idup saya h ingga d et ik ini d an member i suppor t saya.

  

STUDI DESKRIPTIF TENTANG SIKAP ANAK TERHADAP MAKANAN

YANG DISEDIAKAN DI RUMAH

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  

Eurike Christiani Hutauruk

ABSTRAK

  Makanan adalah salah satu hal yang penting bagi perkembangan anak-anak. Namun,

anak-anak cenderung memilih-milih untuk memakan makanan yang disediakan di rumah.

Penilaian serta respon anak terhadap makanan yang disediakan di rumah menjadi hal yang penting

untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sikap siswa terhadap makanan yang

disediakan di rumah. Penelitian ini ingin melihat bagaimana pandangan, perasaan, dan

kecenderungan tindakan anak-anak terhadap aspek penyajian, tekstur, dan rasa dan aroma

makanan yang disediakan di rumah.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SD Kanisius Demangan Baru dan SD Negeri 1

Sutawinangun kelas IV dan V. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 137 anak. Subjek berusia

antara 9-11 tahun atau berada pada masa pertengahan anak-anak. Subjek yang diikutkan dalam

penelitian ini adalah anak-anak yang sebagian besar memiliki ketersediaan makanan yang dibuat

atau dimasak di rumah. Data diperoleh dengan menggunakan skala sikap anak-anak terhadap

makanan yang disediakan di rumah. Daya diskriminasi skala menggunakan batas nilai

  ≥ 0,25

dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,84. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa mean empirik

subjek lebih besar daripada mean teoritik (t=26,559, p<0,01). Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa anak-anak memiliki pandangan dan perasaan yang positif, serta menunjukkan

kecenderungan perilaku untuk memakan makanan yang dibuat di rumah. Sikap positif anak-anak

tersebut ditujukan terhadap keseluruhan aspek makanan. Anak-anak bersikap paling positif

terhadap aspek penampilan makanan, kemudian aspek rasa dan aroma, dan yang terakhir aspek

tekstur makanan.

  Kata Kunci : Sikap, Makanan, Anak

  

A DESCRIPTIVE STUDY ABOUT CHILDREN’S ATTITUDE TOWARD

THE FOOD THAT PROVIDED AT HOME

Psychology Faculty in Sanata Dharma University

  

Eurike Christiani Hutauruk

ABSTRACT

Food is one of the most important things for children development. But, the children have

tendency to be “picky” to eat the foods that provided at home. The children’s responses and

evaluations become important matters to be researched. This research was aimed in describing

children’s attitude toward the food that provided at home. Besides, this research wanted to

discerned how the children thought, felt, and had tendency to act toward food’s aspects

(appearance, texture, aroma and odor) that provided at home. The type of this research was

quantitative descriptive. Subject used on this research were fourth and fifth grade students in

Kanisius Demangan Baru and Sutawinangun I Elementary School. The total subjects were 137

students. The samples were 9-11 years old or in middle childhood phase. The subjects were

involved in this research was the children that had most of foods provided or made at home. The

data collection method was by using children’s attitude scale toward the food provided at home.

Index of discrimination used in this scale had a limit

  ≥ 0,25 with a coefficient of reliability of

  

0.84.The result of this research showed that the subjects’ empirical mean was lower than the

theoretical mean (t=26,559, p<0,01). Therefore, it said that children had positive thought, feeling,

and tendency to act to eat the food made at home. The children’s positive attitude was pointed

toward the whole food aspects. The children has the most positive attitude toward the food

appearance, then food odor and aroma, and food texture.

  Keywords: attitude, food, children’s attitude

KATA PENGANTAR

  Proses penulisan skripsi ini memberikan kesan tersendiri bagi penulis

untuk belajar arti kesabaran dan rasa bahagia dalam menjalani segala proses hidup

termasuk proses untuk mengerjakan sesuatu dengan fokus, mengambil setiap

makna dalam setiap langkah yang dijalani, dan melawan prokrastinasi (ini susah

bangettt hehehe ).

  Selain itu, penulis belajar untuk berpikir, merasa, dan bertindak secara

positif dalam mengerjakan proses ini. Yang paling utama, semua ini tidak akan

berguna tanpa menyerahkan sepenuhnya ke dalam “Yang Empunya Hidup”

penulis hingga detik ini yaitu My Saviour “ Jesus Christ. ” Seluruh bantuan kalian

tentunya sangat berharga bagi penulis, untuk itu penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

  

1. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah banyak membantu melalui bimbingan, bantuan, dan masukan- masukan dalam proses pengerjaan skripsi ini. Terima kasih ya Bu, karena sudah melatih saya arti sebuah kesabaran dan kemandirian.

  

2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah

membantu dalam proses perijinan. Ibu adalah wanita kedua yang telah

menginspirasi saya untuk menjadi “independent woman” setelah ibu saya .

  

3. Bapak Minta Istono, S. Psi, M.Si syang telah banyak memberikan dorongan

agar segera lulus. Makasih yaa Pak hehehe.

  

4. Segenap staf Fakultas, Mas Gandung, yang sudah sangat membantu dalam kerjasamanya, Mas Doni, yang telah memberikan palayanan yang menyenangkan saat mencari buku-buku referensi, Mas Muji, yang telah membantu penulis saat mengambil mata kuliah praktikum, Pak Gie, yang baik hati dan selalu tersenyum tulus ketika berpapasan di kampus serta sering membantu penulis mencari kunci ruang konseling 

  

5. Papa “Sanggam J. Hutauruk”, atas doa dan cinta yang tak henti-hentinya dan

mengajarkanku arti pentingnya memahami budaya Batak sebagai bagian dari identitas diri, Thx yaa Paaaa!!!!. Mama “Sri Murniati”, yang telah mendidikku dan menginspirasiku untuk menjadi wanita yang “independent” sejak kecil, mengajariku untuk selalu bangkit setelah jatuh, memahami arti keberhasilan dan kegagalan, memberikanku kebebasan untuk menentukan hidupku, sekaligus menjadi ibu dan teman terbaikku di setiap fase hidupku. “Mama is the best Mom, Ever!!!!” Untuk my lil brother “ Erico Leonard Hutauruk,” Woow you’ve grown up faster than i’ve never expected

   I’m really amazed that you’re much more mature than half year ago..Makasih ya dee, udah ngasih kakak support setiap saat..

  

6. Untuk “Oma Maria, Ema Siti, Ii Ika, Uu Unda, Ii Iin, Om Jacob, Namboru Rita

dan Amangboru Timbang, Bang Paul, Bang Martin, Bang Pete, Bang Boy, Kak Grace, Claudia Supriadi, Amangboru dan Namboru Barus, yang selalu mendorongku untuk cepat lulus dan mencari pekerjaan. Makasih untuk dukungan kalian yang luar biasa!!

7. Untuk “ My Soulmate “ Gagat Danang Nararyo yang telah memberikan

  mengerjakan skripsi dan selalu menjadi bagian dari hidup penulis selama 3 tahun ini.

  

8. Untuk Marsella “ Lala” Widjaja dan Andrias “ Tiwi” Pratiwi yang sudah

menjadi saudaraku dalam sedih dan senang di kota Jogja ini dalam menjalani setiap fase dalam hidupku. “ Thx 4 letting me be myself, maaf ya kalo aku sering nyebelin hehehe ” Untuk Sri Wilujeng “ Ajeng” Atmi Nugraheni yang telah menjadi saudaraku semenjak aku TK hingga sekarang ini dan telah membantu untuk menerima diriku sepaket  , Thx yaaaa Jengggggg!!!

  

9. Untuk Lenny Lolita “Zippo” Ginting, Elycia “ Elly” Widiastuti , yang telah

menjadi sahabat seperjuanganku dan membantuku untuk lebih saling mengenal satu sama lain. Walaupun segala sesuatu tidak selalu indah tetapi persahabatan yang kalian berikan untukku sangat berarti hingga detik ini!! “Makasih yaaaa BFF!!!!!!!”

  

10. Teman-teman yang pernah bersama saya di Unit Konseling : Pak Adi,

Wayan, Jean, Riana, Erisa, Rara, Ika Fimbriani, Mas Yandu, Komeng, Heimbach, dan teman-teman yang lain, yang telah membantu saya dengan diskusi-diskusi pintar untuk mencari arti hidup dan kebahagiaan, tawa canda yang membuat saya selalu kangen, snack-snack sehat (Makasih yaa Wayyy hehehe),dan sharing yang sangat berarti untuk hidup saya.

  

11. Teman-teman Realia “ Language and Cultural Center,” Ibu Diah, Ibu Sitta, Ibu Fitri, Mbak TJ, Mas Daniel, Pak Kris, Mbak Ninik,Mbak Ochin, Martha, Misha, Aldo, Ilsa, mbak Sita, Dika, mba Yessi, dan teman-teman yang lain memberi kesempatan untuk mengenal berbagai budaya. Terima kasih untuk kesempatan yang luar biasa untuk mengenal kalian!! Saya juga berterima kasih untuk teman-teman dari belahan dunia lain, Marthe Laura Derkzen, Sebas Heijman, Anna Mikelsons, Benoit Lecomte, Cory Lee Cone, Jocelyn Farebrother, Sara Hansen, dan Pak Richard Humphries untuk setiap dukungannya dan memotivasi saya untuk menyelesaikan skripsi.

  

12. Teman-teman angkatan 2006 : Ari, Yaya, Emak, Viany, Mia, Sekar, Cha-cha,

Devi, Tari, Liza, Dita, Ayu, Berto, Nita, Adit, serta teman-teman yang lainnya atas kebersamaan kita di Psikologi Sanata Dharma.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..... i

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………... iii

HALAMAN MOTTO ……………………………………………………… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… vi

ABSTRAK …………………………………………………………………. vii

ABSTRACT ………………………………………………………………... viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …………….. ix

KATA PENGANTAR ……………………………………………………... x

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xiv

DAFTAR SKEMA …………………………………………………………. xvii

DAFTAR TABEL........................................................................................... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………….

  1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………....

  1 B. Rumusan Masalah…………………………………………...

  4 C. Tujuan Penelitian …………………………………………..

  4 D. Manfaat Penelitian …………………………………………

  5 BAB II. LANDASAN TEORI …………………………………………….

  6 A. Sikap pada Anak-Anak ....……………………………….....

  6 1. Sikap....………………………………..…………........

  6

  3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap …………….

  9 4. Ciri-Ciri dan Fungsi Sikap …………………………….

  12 B. Sikap Pada Anak-Anak Masa Pertengahan ………………

  15

  1. Pengertian dan Batas Usia ……………………………

  15 2. Perkembangan Kognitif Anak Masa Pertengahan .........

  16 C. Makanan Bagi Anak..... ……………………..…….............

  19 1. Fungsi Makanan Bagi Anak-Anak...................................

  19 2. Karakteristik Makanan …………..……...........................

  21 3. Food Choices.....................................................................

  23

  4. Faktor –faktor yang mempengaruhi sikap anak terhadap

  25 makanan .....….……..……..……..……..…….....................

  D. Sikap Anak Terhadap Makanan............................................

  27 E. Skema Sikap Anak Terhadap Makanan................................

  32 BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………...

  33 A. Jenis Penelitian …………………………………………….

  33 B. Variabel Penelitian …………………………………..……..

  33 C. Definisi Operasional ……..……..……..……..……..…….

  34 D. Subjek penelitian…………………………………….…....

  34 E. Metode Pengumpulan Data ..................................................

  36 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur....................................

  37 G. Prosedur Penelitian ...............................................................

  40 H. Metode Analisis Data.........................……………………….

  42 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………….

  44

  1. Orientasi Kancah.................................... ……………….

  44 2. Pengumpulan Data............................................................

  46 B. Hasil Penelitian...........................................................………

  47

  1. Sikap Anak Terhadap Makanan Yang Disediaka Di Rumah..........................................................................

  47 2. Deskripsi Data Masing-Masing Aspek ……….................

  48 C. Pembahasan......………........................................................... 51 BABV. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………..

  56 A. Kesimpulan ………………………………………………....

  56 B. Saran …………………………………………………….....

  56 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………

  58 LAMPIRAN ………………………………………………………………

  60

  

DAFTAR SKEMA

Skema : Skema Sikap Anak Terhadap Makanan …………….......................

  32

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Faktor-Faktor Sensori Utama Dalam Makanan

  21 Tabel 2: Blue Print Skala Sikap Terhadap Makanan Sebelum Uji Coba.......

  37 Tabel 3: Blue Print Skala Sikap Terhadap Makanan Sesudah Uji Coba.......

  39 Tabel 4: Perbandingan Mean Empiris dan Mean Teoritik.............................

  47 Tabel 5: Deskripsi Data Aspek Sikap..................................………………..

  48 Tabel 6 : Deskripsi Data Obyek Sikap (Makanan)………………………....

  49

  

BAB 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan adalah satu hal yang penting bagi perkembangan anak-anak. Lingkungan utama yang berperan dalam penyediaan makanan adalah lingkungan rumah atau keluarga. Permasalahan seputar penyediaan makanan bagi anak merupakan perhatian para ibu atau pengasuh yang menyediakannya. Beberapa keuntungan yang bisa diperoleh apabila anak mengkonsumsi makanan yang disediakan di rumah adalah makanan yang disediakan di rumah lebih sehat dalam arti lebih higienis karena tidak terkena debu dan melalui aktivitas makan bersama di rumah, tersedianya kesempatan untuk berkumpul dan berinteraksi dengan anggota keluarga. Hal ini didukung oleh pernyataan Dr. Rose Mini, M.Psi dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia bahwa dengan makan bersama, keluarga dapat menjalankan fungsinya sebagai media utama afeksi melalui tatapan dan sentuhan. Tidak hanya itu, pada saat makan bersama, orang tua dapat bertukar pikiran dengan anak-anak mengenai rencana yang mereka punya (2009). Bagaimanapun juga diharapkan anak-anak mau mengkonsumsi makanan yang disediakan di rumah.

  Menurut hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, banyak orangtua terbiasa memperkenalkan makanan-makanan cepat saji jalan ke mall atau pusat perbelanjaan dengan anak-anak. Ketika anak-anak merasa lapar, mereka langsung diajak menyantap paket menu yang terdiri dari nasi dan fried chicken, atau burger bersusun tiga ditambah sekantong kentang goreng dan segelas soda. Ini merupakan salah satu fenomena yang menunjukkan bahwa orangtua cenderung ikut berperan dalam menentukan kesukaan anak terhadap jajanan di luar (I, Observasi, 3 Maret,2010).Adapun fenomena lain yang ditemukan oleh peneliti yaitu banyak anak suka membeli jajanan yang dijual di sekolah-sekolah seperti misalnya membeli martabak telur yang terbuat dari campuran telur ayam,dan terigu dan dikocok dalam wadah plastik, kemudian dituang ke cetakan kecil dengan minyak yang dipakai berulang-ulang, ‘martabak’ digoreng dan diletakkan di kertas bentuknya seperti ‘piring’. Selanjutnya, anak-anak memakan dengan saus merah encer. Ini menunjukkan bahwa makanan yang dijual di luar cenderung tidak higienis.

  Kedua fenomena ini memberikan ilustrasi bahwa anak-anak cenderung menyukai makanan yang ada di luar. Tentu saja, ilustrasi ini memunculkan dugaan peneliti, apakah anak-anak cenderung menyukai makanan di luar karena mereka tidak menyukai makanan di rumah atau mungkin tampilan visual makanan di rumah tidak semenarik dan rasanya mungkin tidak seenak makanan di luar. Anak-anak diduga menyukai makanan yang ada di luar karena penampilan makanan di luar cenderung menarik perhatian anak-anak untuk mengkonsumsinya. Hal ini didukung oleh memiliki peran penting untuk membangkitkan keinginan anak untuk makan. Anak-anak dapat mempersepsi negatif dan tidak suka terhadap suatu makanan karena tampilan makanan tersebut (2007). Namun, ada resiko yang akan diperoleh anak-anak apabila mengkonsumsi makanan di luar rumah seperti makanan di luar rumah cenderung tidak higienis karena terkena debu, kemungkinan makanan sudah kadaluarsa, dan kualitas makanan pun cenderung masih dipertanyakan.

  Untuk itu, penelitian ini ingin mengungkap sikap apakah yang dimiliki anak terhadap makanan yang disediakan di rumah. Sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 2004). Sikap anak dalam penelitian ini dilihat dari pendapat anak terhadap makanan yang disediakan di rumah, kesukaan anak terhadap makanan rumah, dan keinginan anak untuk memakan makanan yang ada di rumah. Sikap anak yang positif terhadap makanan di rumah merupakan hal yang penting dalam upaya agar anak mau memilih makanan yang disediakan di rumah yang diharapkan lebih bergizi dan higienis.

  Sikap anak terhadap makanan yang disediakan di rumah juga dipengaruhi oleh karakteristik sensoris makanan itu sendiri. Karakteristik sensoris makanan ini meliputi penyajian, tekstur, dan rasa dan aroma makanan. Terkait dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Matheson, Spranger, dan Saxe (2002) terhadap subjek pra sekolah di Amerika Serikat berdasarkan unsur-unsur atau karakteristik sensoris makanan dan memberikan penilaian mengenai makanan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan teori Piaget (2007) dimana pada Tahap Operasional Konkret, anak sudah mampu melakukan pengoperasian mental atau daya abstraksi berpikir simbolisasi.

  Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, juga berpengaruh dalam membentuk sikap anak-anak melalui pesan-pesan sugestif yang terdapat dalam informasi-informasi tersebut. Apabila pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif bagi pembentukan arah sikap individu (Azwar,1995).

  Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap anak terhadap makanan yang disediakan di rumah berdasarkan jenis karakteristik sensorik makanan yang terdiri dari penampilan makanan, tekstur, serta rasa dan aroma.

  B. Rumusan Masalah Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : seperti apakah sikap anak terhadap makanan yang disediakan di rumah.

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap anak terhadap makanan yang disediakan di rumah.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah kepustakaan dan memberikan sumbangan dalam bidang psikologi khususnya dalam permasalahan yang terkait sikap anak terhadap makanan di rumah dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

  2. Manfaat praktis Penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan kepada orangtua khususnya bagi ibu, terkait dengan penyediaan makanan di rumah. Dari penelitian ini, orangtua dapat mengetahui bagaimana sikap anak terhadap masing-masing jenis karakteristik sensoris makanan apa yang disukai oleh anak sehingga bisa menambahkan karakteristik sensoris makanan yang masih kurang dalam penyediaan makanan di rumah.

BAB II TINJAUAN TEORI A. Sikap pada Anak-Anak

1. Sikap

  a. Pengertian Sikap Menurut Thurstone dan Osgood (Azwar, 2001) sikap adalah suatu bentuk evaluasi dan reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan yang tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap juga merupakan keteraturan tertentu dalam hal pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 2001). Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan keteraturan dari komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam diri seseorang yang kemudian menjadi kecenderungan individu untuk bertindak terhadap objek tertentu. Hal ini didasari oleh pandangan, perasaan dan keyakinan individu tersebut. Dalam perwujudannya, sikap dapat diungkap berdasarkan pernyataan positif atau mendukung (favorable) dan pernyataan negatif atau tidak mendukung terhadap suatu objek (unfavorable).

2. Komponen Sikap

  Skema triadik (Azwar, 2001) menjelaskan bahwa hubungan sikap merupakan korelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif, yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap objek. Pendekatan trikomponen (Azwar, 2001) mencoba menjelaskan bahwa sikap merupakan kombinasi reaktif afektif, perilaku, dan kognitif terhadap

suatu objek yang secara bersama mengorganisasikan sikap individu.

  Mann (Azwar, 2001) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi sikap, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama jika menyangkut isu atau masalah yang kontroversial. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan perasaan menyangkut masalah emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh- pengaruh yang mungkin merubah sikap seseorang. Demikian pula, komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

  Berdasarkan Azwar (2001), sikap terdiri dari 3 aspek pokok, yaitu :

  1. Komponen Kognitif Komponen kognitif berisikan kepercayaan seseorang mengenai objek sikap. Apapun yang dipercaya oleh seseorang merupakan

  Kepercayaan seseorang mengenai objek sikap datang dari apa yang telah dilihat atau yang telah diketahui. Berdasarkan apa yang telah dilihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan itu telah dibentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dan apa yang tidak diharapkan dari objek tertentu. Dengan demikian interaksi serta prediksi kita akan pengalaman di masa yang akan datang lebih mempunyai arti dan keteraturan.

  2. Komponen Afektif Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap sesuatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak ditentukan oleh kepercayaan atau apa

yang kita percaya sebagai benar bagi objek yang dimaksud.

  3. Komponen Konatif Komponen perilaku atau komponen konatif dalam sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Konsistensi antar kepercayaan sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif, dengan perilaku sebagai penyimpulan sikap melalui observasi perilaku yang dicerminkan pleh jawaban terhadap skala sikap.

  Kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung tetapi meliputi juga bentuk-bentuk perilaku yang berupa

pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

  Dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, individu bereaksi dengan membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah sebagai berikut (Azwar,1995) : a. Pengalaman Pribadi Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, supaya dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi, harus melalui kesan yang kuat. Oleh karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Individu sebagai orang yang menerima pengalaman, biasanya tidak akan melepaskan pengalaman-pengalaman yang sedang dialaminya serta pengalaman-pengalaman terdahulu.

  Individu cenderung memiliki sikap yang konformitas atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

  Selain itu, dapat juga dikarenakan oleh kharisma atau otoritas dari orang yang dianggap penting tersebut. Pada masa anak-anak dan masa remaja, orangtua, guru, dan teman-teman sebaya biasanya menjadi figur yang paling berarti bagi anak.

  c. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap individu terhadap berbagai masalah. Sikap seseorang terbentuk karena adanya penguatan atau ganjaran dari masyarakat terhadap sikap yang dimilikinya tersebut.

  d. Media massa Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain berfungsi sebagai sarana komunikasi. Sarana komunikasi tersebut mempunyai pengaruh dalam pembentukkan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Informasi baru mengenai sesuatu hal memberi landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

  e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama mempunyai pengaruh dalam pembentukkan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

  f. Pengatur faktor emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukkan sikap seseorang yaitu melalui pengalaman pribadi yang dialami sehari-hari. Kemudian pengaruh orang lain yang dianggap penting juga dapat mempengaruhi sikap seseorang sehingga juga dapat membentuk sikap seseorang terhadap suatu objek. Demikian pula, faktor kebudayaan dan media massa yang memberikan berbagai informasi ikut agama yang didasarkan norma-norma, serta faktor emosional individu

juga dapat mempengaruhi pembentukkan sikap seseorang.

4. Ciri-Ciri Dan Fungsi Sikap

  a. Ciri-Ciri Sikap Sikap menentukkan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan stimulus yang relevan. Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut (Ahmadi, 1991) :

  1. Sikap itu dipelajari (Learnability) Sikap merupakan hasil belajar individu. Sebagian sikap dipelajari secara tidak sengaja dan tanpa keasadaran. Ada kemungkinan dalam mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.

  2. Memiliki kestabilan (stability) Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil, melalui pengalaman.

3. Personal-societal significance

  Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain, barang dan situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas dan favorable.

  4. Berisi kognisi dan afeksi Komponen kognisi dari sikap berisi informasi yang faktual, biasanya objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.

5. Approach-avoidance directionality

  Seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu objek, maka mereka akan mendekati dan membantunya. Sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang unfavorable, maka mereka akan menghindarinya.

  b. Fungsi Sikap Fungsi sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu (Ahmadi, 1991) :

  1. Sikap berfungsi sebagai alat menyesuaikan diri. Sikap merupakan sesuatu yang mudah menjalar sehingga sikap dapat menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya yang lain.

  2. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang yang merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita, tujuan hidup, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada di masyarakat, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya.

  3. Sikap berfungsi sebagai alat pengantar pengalaman-pengalaman. Hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif , tetapi diterima secara aktif,artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya diterima manusia karena manusia memilih mana yang perlu dan tidak perlu untuk diterima. Jadi pengalaman ini diberi penilaian, lalu dipilih.

  4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang sehingga sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya.

  Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, melainkan harus dipelajari selama perkembangan hidupnya. Oleh karena itu, sikap individu selalu berubah-ubah dan dapat dipelajari. Sebaliknya, sikap seseorang dapat dipelajari apabila ada syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya sikap pada orang itu.

  Sikap semata-mata tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan suatu objek. Pada umumnya sikap tidak hanya berhubungan dengan satu objek saja melainkan berhubungan dengan deretan-deretan objek yang serupa, sehingga sikap seringkali diperlukan sebagai alat untuk menyesuaikan diri terhadap sederetan objek tersebut atau situasi tertentu. Sikap juga dapat berperan sebagai Kemudian fungsi lain dari sikap adalah sebagai pengatur pengalaman

  • –pengalaman yang diterima dan sudah diberi nilai. Pengalaman tersebut akan membentuk perilaku nyata dan mencermikan pribadi seseorang.

B. Sikap pada Anak-anak Masa Pertengahan

1. Pengertian dan Batasan Usia

  Berk (2006) mengungkapkan masa pertengahan anak-anak atau middle childhood sebagai masa dimana anak yang berusia 6-11 tahun.

  Pada masa pertengahan anak-anak, anak memiliki proses berpikir yang lebih logis dan semakin mampu memahami diri sendiri. Selain itu,

perkembangan moral anak pada masa ini juga semakin meningkat.

  Santrock (2002) menyebut masa periode ini sebagai masa pertengahan dan akhir anak-anak, yaitu periode perkembangan yang merentang dari usia 6 hingga 11 tahun, yang kira-kira setara dengan tahun- tahun sekolah dasar sehingga periode ini kadang-kadang disebut “ tahun- tahun sekolah dasar.” Pada masa ini, anak umumnya menguasai keterampilan-keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung.

  Menurut Santrock (2007), fokus perkembangan pada masa pertengahan anak-anak adalah pencapaian prestasi dan kemampuan kontrol diri yang meningkat. Anak-anak pada masa pertengahan akan kemampuan-kemampuan intelektual dan pengetahuan. Adanya perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif yang dirasakan oleh anak merupakan hal yang berbahaya dalam tahap perkembangan ini. Perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif akan menghambat anak mampu melakukan tugas perkembangannya dalam tahap ini (Santrock, 2007)

2. Perkembangan Kognitif Anak Masa Pertengahan Masa pertengahan anak-anak dimulai pada usia 6-11 tahun.

  Perkembangan kognitif pada masa ini berada pada tahap operasional konkret. Ini merupakan tahap ketiga dalam teori Piaget. Pada tahapan ini, pemikiran logis menggantikan pemikiran intuitif asalkan pemikiran tersebut dapat diaplikasikan menjadi contoh-contoh yang konkret dan spesifik. Anak mampu berpikir logis mengenai kejadian-kejadian konkret, memahami konsep percakapan, mengorganisasikan kelas-kelas hierarki (klasifikasi) dan menempatkan objek-objek dalam urutan yang teratur (serialisasi) (Santrock, 2007).

  Selain itu, menurut Piaget (Santrock, 2007), pada tahap ini anak telah mengalami perkembangan yang signifikan dan mampu mengatasi beberapa keterbatasan yang dialami pada tahap sebelumnya. Mereka dapat memahami sudut pandang orang lain dan semakin sedikit membuat kesalahan logika. Meskipun demikian menurut pengamatan Piaget, kemampuan baru ini umumnya dihubungkan dengan informasi yang terjadi atau konsep-konsep yang memiliki arti yang dapat dipahami oleh anak. Anak-anak pada tahapan ini juga dapat menunjukkan operasi- operasi konkret yang merupakan tindakan mental dua arah (reversible) terhadap objek-objek riil dan konkret, yaitu meliputi :

  a. Konservasi Konservasi adalah ide yang dirancang oleh Piaget mengenai kesamaan volume isi tanpa terpengaruhi perubahan wadah. Konservasi melibatkan pemahaman bahwa panjang, jumlah, massa, kuantitas, area, berat, dan volume dari objek dan zat kimiawi tidak berubah walaupun penampilannya berganti. Anak dapat menyadari bahwa perubahan

penampilan sebuah objek tidak mengubah hakikat dasarnya.

Contohnya, dalam tes kemampuan yang melibatkan konservasi materi seorang anak diberikan dua gumpalan tanah liat. Pembuat eksperimen mengubah bentuk gumpalan tanah liat yang satu menjadi bentuk yang panjang dan ramping; sementara yang lain tetap seperti bentuk semula.

  Kemudian, anak ditanyai apakah jumlah gumpalan tanah liat yang panjang lebih banyak daripada sebelumnya. Saat anak berusia 7 atau 8 tahun sebagian besar jawabannnya adalah jumlah gumpalan tanah liat adalah sama.

  b. Klasifikasi Satu keahlian penting yang mencirikan operasional konkret anak yaitu kemampuan untuk mengklasifikasikan benda dan memahami relasi antar benda tersebut. Secara khusus, anak-anak operasional konkret akan dapat memahami:

  1. Keterhubungan antara kumpulan dan sub kumpulan Kemampuan operasional konkret anak untuk membagi benda menjadi kumpulan dan sub kumpulan dan memahami relasinya. Hal ini dicontohkan saat anak diberikan ilustrasi pohon keluarga empat generasi. Seorang anak dapat memahami sistem klasifikasi ini secara vertikal, horisontal, atau diagonal.

  2. Seriation Ini merupakan operasi konkret yang meliputi pengurutan stimuli sepanjang dimensi kuantitatif seperti panjang. Contohnya anak bisa mengurutkan sederet tongkat dari ukuran yang paling kecil hingga ukuran yang paling besar.

  3. Transitivity Kemampuan operasi konkret ini meliputi kemampuan memikirkan relasi gabungan secara logis. Pemahaman anak tentang transitivitas dapat diuji dengan meminta subjek membandingkan A dan B, lalu B dan C secara perseptual, tetapi selanjutnya mereka harus menarik kesimpulan relasi A ke C, tanpa membandingkan keduanya.

  Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa masa pertengahan anak-anak adalah masa di mana anak- tahun. Pada masa ini anak mengalami perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif anak pada usia ini memasuki tahap operasional konkret. Anak sudah dapat melakukan penalaran konkrit mengenai hal-hal yang ada di sekitarnya dan yang dia alami sehingga anak sudah mampu menyikapi hal-hal yang dia amati tersebut berdasarkan dari pengalaman yang dia alami dari semenjak kecil.