PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN LANGKAH – LANGKAH PENYELESAIAN SOAL MATEMATIKA MATERI HITUNG CAMPUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERITA DI KELAS III SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA Penelitian Pra Eksperimen SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN LANGKAH – LANGKAH PENYELESAIAN SOAL MATEMATIKA MATERI HITUNG CAMPUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERITA DI KELAS III SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA Penelitian Pra Eksperimen SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Disusun oleh :
F. Rustiati ( 071134060 ) PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
HALAMAN PERSEMBAHAN
Hasil penelitian ini saya persembahkan kepada :
1. Tuhan Yang Maha Kasih
2. Pimpinan beserta Staff Yayasan Tarakanita Cabang Yogyakarta
3. Semua rekan guru SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta
4. Suami dan anak – anakku tercinta
5. Mbah Mamak, semua Budhe dan keponakan
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 14 Januari 2010 Penulis Francisca Rustiati
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Francisca Rustiati
Nomor Mahasiswa : 071134060 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
” PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN LANGKAH – LANGKAH
PENYELESAIAN SOAL MATEMATIKA MATERI HITUNG CAMPUR DENGAN
MENGGUNAKAN METODE CERITA DI KELAS III SD TARAKANITA BUMIJO
YOGYAKARTA ” Penelitian Pra Eksperimen beserta perangkat yang diperlukan ( bila ada
). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan data, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannyadi internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 14 Januari 2010 Yang menyatakan
ABSTRAK
Peningkatan Kemampuan Menentukan Langkah – Langkah Penyelesaian Soal Matematika Materi Hitung Dengan Menggunakan Metode Cerita di Kelas III SD Tarakanita Bumijo
Yogyakarta Francisca Rustiati
071134060 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Selama tiga tahun berturut – turut peneliti mengajar di SD Tarakanita, siswa kelas III mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika materi hitung campur. Kesulitan tersebut terletak pada bagaimana menentukan urutan langkah penyelesaian soal dengan benar.
Untuk mengatasi hal tersebut peneliti mengambil metode cerita di mana dalam metode tersebut dihadirkan cerita yang diharapkan mampu membangkitkan imaginasi siswa. Kemudian tokoh – tokoh cerita tersebut dipadankan dengan operasi hitung dalam soal hitung campur sesuai dengan kuat lemahnya operasi hitung. Diharapkan dengan pemadanan tersebut siswa akan tertuntun oleh imaginasinya dalam menentukan langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur secara benar. Metode ini hanya membantu siswa dalam menentukan langkah penyelesaian soal saja, sedangkan bagaimana siswa melakukan operasi hitung tidak terbantu lewat metode ini.
Data yang diperlukan adalah hasil pekerjaan siswa yang diperoleh dengan memberikan tes uraian di mana siswa diminta menjawab dengan mencantumkan langkah – langkah pengerjaannya. Dari jawaban siswa itulah akan diketahui tingkat kemampuan siswa dalam menentukan langkah – langkah penyelesaian soal.
Setelah dilakukan penelitian, diketahui kemudian bahwa ada kecenderungan peningkatan kemampuan siswa dalam menentukan langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur secara benar. Dari 36 siswa terdapat 32 siswa yang mengalami peningkatan nilai langkah dan 24 anak mencapai ketuntasan. Namun begitu terdapat beberapa siswa yang belum dapat memperoleh nilai yang memuaskan karena faktor ketidaktelitian, kekurangmampuan siswa dalam melakukan operasi hitung, dan ketidakcocokan metode ini pada siswa.
Kata Kunci : Kisah yang disampaikan lewat metode cerita, menginspirasi siswa dalam
mengerjakan soal hitung campur.
ABSTRACT
The Improvement of The Ability To Decide Steps In Solving The Problem of Mixing Counting
Material Test of Mathematic By Using Story Method In The Third Grade of Yogyakarta
Tarakanita Bumijo Elementary School
Francisca Rustiati
071134060
Teacher Training and Education Faculty
Elementary School Teacher’ Training Study Program
For 3 years teaching in grade 3 at Tarakanita Elementary School, the writer found that the students had problem in solving themixing counting material of mathematic. The problem is on how deciding the steps to solve the problem properly.
To solve the problem, the writer used a story method ti rise counting operation in
counting mixing test which was placed on the strenght of the counting operation. By using the
method, the writer hoped the students had imagination to decide the steps to solve the mixing
counting test properly. This method helps students in deciding the steps, but not in how to do
counting operation.The writer got the data from the students work sheet, in the form of explain test with the steps. From the work sheet, the writer know the students ability in solving the problem. Based on the research, there is an improvement in the students’ability to solve the mixing counting operation properly. The mark of 32 students of 36 increased 24 students reached the standard. But there are some students couldn’t reach the standard because of their not accuracy disability, and not settlement.
Key Word : The story told through the story method gives inspiration for the students in solving the mixing counting problem
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kasih, sebab berkat bimbingan dan limpahan kasih-Nya, karya tulis yang berjudul : PENINGKATAN
KEMAMPUAN MENENTUKAN LANGKAH – LANGKAH PENYELESAIAN SOAL
MATEMATIKA MATERI HITUNG CAMPUR DENGAN MENGGUNAKAN
METODE CERITA DI KELAS III SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA ini
dapat terselesaikan.Saya menyadari bahwa karya ini tidak mungkin dapat selesai apabila tanpa bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu saya sampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Dra. Sr. Surani, CB beserta staff Yayasan Tarakanita cabang Yogyakarta atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan kuliah hingga jenjang S1 PGSD di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Prof. St. Suwarsono Ph.D dan Bapak Drs. Th. Sugiarto P, M. T. , sebagai dosen pembimbing yang banyak memberi arahan hingga berakhirnya karya tulis ini.
3. Suami dan anak – anak tercinta atas semua dukungan dan pengertian, serta semua budhe dan keponakan yang bersedia menjaga anak – anak selama proses pembuatan naskah ini.
4. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas semua dorongan, pertimbangan serta perhatian, hingga karya ini dapat terselesaikan.
Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan saya, maka disadari betul bahwa karya ini masih memiliki banyak kekurangan. Namun begitu saya berharap, karya ini dapat memberi masukan positif bagi siapa saja yang membaca serta dapat memberikan inspirasi bagi pengembangan dunia pendidikan terutama pendidikan Sekolah Dasar dan pembelajaran Matematika pada khususnya.
Yogyakarta, July 2009 Penulis
F. Rustiati 071134060
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ vHALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................... vii
ABSTRACT .............................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................
1 B. Identifikasi Masalah ..........................................................................
2 C. Perumusan Masalah ..........................................................................
3 D. Batasan Istilah ....................................................................................
3 E. Pembatasan Masalah ..........................................................................
3 F. Tujuan Penelitian ..............................................................................
4 G. Manfaat Penelitian ............................................................................
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis ...................................................................................
5
2. Hitung Campur Pada Pelajaran Matematika ..................................
6 3. Peranan Cerita Bagi Pendidikan Anak ...........................................
7 4. Peranan Cerita Bagi Pembelajaran Matematika ............................
9 5. Penggunaan Cerita Putri Tidur Dalam Operasi Hitung Campur ....
9 B. Kerangka Berpikir ..............................................................................
13 BAB III METODE PENELITIAN A.
Jenis Penelitian .................................................................................. 15 B. Setting ...............................................................................................
15 1. Subyek Penelitian...........................................................................
15 2. Obyek Penelitian ............................................................................
15 3. Lama Penelitian .............................................................................
15 4. Lokasi Penelitian ............................................................................
16 5. Jadwal Penelitian ...........................................................................
16 6. Keadaan Kelas III B1 .....................................................................
16 7. Data dan Pengumpilan Data ...........................................................
18 8. Analisis Data .................................................................................
18 C. Prosedur Penelitian ...........................................................................
20 1. Persiapan .......................................................................................
20 a. Menyusun Silabus .....................................................................
21 b. Menyusun RPP .........................................................................
21 c. Menyusun LKS .........................................................................
21 d. Lembar Penilaian ......................................................................
21 e. Mata Pelajaran Terkait ..............................................................
22
a. Pertemuan Pertama .....................................................................
23 b. Pertemuan Kedua .......................................................................
24 c. Pertemuan Ketiga ......................................................................
24
d. Pertemuan Keempat .................................................................. 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian .....................................................................
26 B. Analisis Data ....................................................................................
28 C. Pembahasan ......................................................................................
29 1. Pretes .............................................................................................
29 2. Postes ............................................................................................
31
a. Siswa yang Mengalami Kenaikan Nilai Baik Langkah Maupun Hasil, dan Mengalami Ketuntasan .............................................
32
b. Siswa yang Mengalami Kenaikan Nilai Baik Langkah Maupun Hasil Namun Tidak Tuntas .........................................................
32
c. Siswa yang Nilai Langkah dan Hasil Meningkat, Nilai Langkah Tuntas Namun Nilai Hasil Tidak Tuntas ..................
33 d. Siswa yang Tidak Mengalami Peningkatan Apapun ................
34
e. Siswa yang Nilai Langkah Meningkat, Nilai Hasil Turun, Namun Tetap Mencapai Ketuntasan ...........................................
35 f.Siswa yang Nilai Langkah Meningkat dan Mencapai Ketuntasan, Nilai Hasil Menurun dan Tidak Mengalami Ketuntasan ...................................................................................
35
Namun Mengalami Ketuntasan Baik Nilai Langkah Maupun Hasil. ...........................................................................................
36 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................
37 B. Saran ..................................................................................................
37 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ......................................................................................
16 Tabel 3.2 Daftar Nomer Induk Siswa .......................................................................
17 Tabel 3.3 Contoh Lembar Penilaian .........................................................................
20 Tabel 3.4 Tabel Keterkaitan Antar Mata Pelajaran ..................................................
23 Tabel 4.1 Data Penelitian .........................................................................................
27 Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Penelitian ...................................................................
28
DAFTAR LAMPIRAN
I. LKS I .....................................................................................................
40 LKS II ....................................................................................................
41 II. Soal Pretes .............................................................................................
42 Soal Postes ..............................................................................................
43 III. Kisi – kisi soal pretes ............................................................................
44 Kisi – kisi soal postes .............................................................................
45 IV. SILABUS ..............................................................................................
46 V. RPP I ..................................................................................................... 48 RPP II ....................................................................................................
50 VI. Kertas kerja pretes siswa .....................................................................
VII. Kertas kerja postes siswa ....................................................................
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah mata pelajaran yang memuat konsep – konsep yang abstrak di
mana hal ini kurang sesuai dengan kondisi psikologi anak usia sekolah dasar yang sedang memasuki tahap operasional kongkrit. Maka dari itu pelajaran ini bagi kebanyakan anak termasuk mata pelajaran yang sulit, terlebih pada materi hitung campur.
Hitung campur adalah materi pembelajaran matematika yang sudah menggunakan campuran dari beberapa operasi bilangan seperti perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan dalam satu kalimat matematika. Di kelas III materi ini termasuk materi yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena dalam menyelesaikan satu soal siswa harus melalui beberapa langkah penyelesaian. Banyak siswa salah dalam menentukan urutan langkah – langkah pengerjaannya. Hal itu yang menyebabkan banyak siswa kelas III memiliki nilai rendah. Di samping itu hal lain yang memungkinkan siswa kurang mendapat nilai maksimal untuk materi ini adalah faktor ketidaktelitian siswa dalam menghitung. Untuk menyelesaikan soal hitung campur, siswa dituntut lebih teliti lagi karena langkah penyelesaian soal yang melalui beberapa tahap.
Selama ini, materi ini diajarkan secara konvensional, yaitu dengan memberi tahu operasi mana yang harus dikerjakan lebih dulu. Namun cara ini rupanya kurang efektif terbukti dengan banyaknya siswa yang belum dapat mencapai nilai yang diharapkan. Hal ini dapat dipahami karena dengan sekedar memberi tahu belum membuat materi tersebut memberi kesan dan tertanam dalam benak siswa, sehingga bila dihadapkan pada soal yang harus diselesaikan, siswa cenderung bingung dan lupa mana dulu yang akan dihitung meskipun guru baru saja menjelaskan hal tersebut.
Untuk mengatasi hal ini peneliti memilih metode cerita. Pemilihan metode ini didasarkan pada kondisi psikologi anak yang sedang dalam masa operasional kongkrit. Di samping itu cerita sangat akrab dan disukai oleh anak – anak. Dalam metode ini disampaikan cerita yang diharapkan mampu membangkitkan daya imaginasi siswa.
Dengan imaginasi siswa yang terbentuk lewat cerita itu, peneliti memanfaatkan perlakuan pada para tokoh cerita untuk menuntun siswa dalam menentukan langkah penyelesaian soal – soal materi hitung campur. Dengan demikian pelajaran matematika yang abstrak ini dapat menjadi kongkrit dengan menggunakan imaginasi siswa.
Pada penelitian ini, peneliti lebih menitik beratkan pada langkah – langkah penyelesaian soal karena peneliti mengetahui bahwa untuk kemampuan mengerjakan (melakukan operasi hitung) sebagian siswa telah menguasainya karena telah diajarkan sejak kelas satu.
B. Identifikasi Masalah
Soal hitung campur adalah soal matematika di mana dalam satu kalimat matematika terdapat beberapa macam operasi hitung sekaligus. Sejumlah operasi hitung tersebut tidak selalu diselesaikan urut dari kiri ke kanan karena adanya kesepakatan bahwa operasi hitung yang kuat, harus didahulukan dalam menghitungnya. Dalam menyelesaikan soal matematika hitung campur, siswa harus mengikuti kesepakatan tersebut. Namun pada umumnya siswa masih bingung dalam menentukan mana dulu operasi hitung yang harus dikerjakan, sehingga hasil akhirnya juga menjadi salah. Hal ini karena mereka terbiasa menyelesaikan operasi hitung dari kiri ke kanan.
C. Perumusan Masalah
Apakah pemanfaatan metode cerita, dapat membantu siswa dalam menentukan langkah
- – langkah penyelesaian soal hitung campur dengan benar?
D. Batasan Istilah
1. Operasi hitung campur adalah operasi hitung yang melibatkan lebih dari satu operasi hitung dalam satu kalimat matematika.
2. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika materi hitung campur adalah dapat atau tidaknya siswa menggunakan langkah – langkah pengerjaan yang tepat dalam menyelesaikan soal hitung campur.
3. Metode cerita adalah metode dimana guru menyajikan cerita terlebih dahulu untuk membangun imaginasi siswa. Imaginasi yang telah terbangun itulah yang digunakan siswa dalam membantu menyelesaikan soal hitung campur.
E. Pembatasan Masalah
Materi hitung campur tidak hanya diajarkan di kelas III saja, namun juga diajarkan di kelas yang lebih tinggi dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi juga. Namun begitu peneliti membatasi penelitian ini hanya pada materi hitung campur untuk siswa kelas III. Hal ini dikarenakan di kelas III, materi ini termasuk baru dan menjadi dasar bagi kelas selanjutnya. Selain itu operasi hitung yang dipakai masih terbatas pada perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan dan penggunaan tanda kurung untuk operasi matematika di atas.
F. Tujuan Penelitian
Mengetahui apakah metode cerita dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan langkah – langkah penyelesaian soal – soal hitung campur.
G. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti.
Sebagai sarana untuk mendapatkan pengalaman melakukan penelitian pra eksperimen yang akan dapat dikembangkan lebih lanjut.
2. Bagi guru dan kepala sekolah.
Memberi masukan bagi guru dan kepala sekolah dalam penggunaan metode cerita dalam pelajaran matematika materi hitung campur sebagai salah satu metode pengajaran matematika.
3. Bagi siswa Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal – soal matematika materi hitung campur.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Perkembangan Kognitif Anak Menurut Piaget Menurut Piaget, yang dipetik peneliti dari buku Pengantar Psikologi karangan Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, dan Ernest R. Hilgard, ( 1983 : 97 )
perkembangan kemampuan kognitif anak adalah sebagai berikut :
a. 0 – 2 tahun, tahap sensorimotor Tahap ketika pemahaman anak berdasarkan pada indra ( sens ) dan gerak ( motor ) b. 2 – 7 tahun, tahap praoperasional
Pemikiran anak telah berkembang. Bisa berpikir tentang hal yang tidak hanya berdasarkan indra tetapi masih bersifat egosentris c. 7 – 12 tahun, tahap operasional kongkrit
Anak dapat berpikir secara obyektif tetapi tetap harus dibantu dengan benda – benda kongkrit untuk mengoperasikan hal – hal yang ada dalam pikirannya.
d. 12 tahun ke atas, tahap formal operasional Anak bisa berpikir secara obyektif, rasional dan logis tentang berbagai hal tanpa harus didukung benda – benda kongkrit.
Berdasarkan uraian di atas tentang tahap perkembangan kemampuan kognitif, anak yang berada di usia 7 – 12 tahun sedang berada pada tahap operasional kongkrit.
Agar pemahaman anak terhadap berbagai hal dapat lebih jelas, maka segala sesuatu harus disampaikan secara kongkrit. Hal ini tentu saja menjadi sulit untuk diterapkan pada pembelajaran matematika, karena pada dasarnya matematika adalah pelajaran yang memuat konsep – konsep yang abstrak.
2. Hitung Campur pada Pelajaran Matematika
Dalam matematika mengenal suatu kesepakatan adanya tingkatan kuat lemah suatu operasi hitung. Operasi hitung pemangkatan dan penarikan akar lebih kuat dari perkalian dan pembagian. Operasi hitung perkalian dan pembagian lebih kuat dari penjumlahan dan pengurangan. Operasi hitung apapun yang terdapat di dalam kurung, lebih kuat dari pada operasi hitung apapun yang tidak berada dalam kurung.
Hitung campur adalah salah satu materi pembelajaran pada mata pelajaran matematika. Pada materi ini, dalam tiap kalimat matematika terdapat beberapa operasi hitung sekaligus. Untuk dapat menyelesaikan soal hitung campur ini siswa harus memperhatikan kuat lemahnya suatu operasi hitung. Operasi hitung yang lebih kuat harus dikerjakan lebih dahulu. Maka dalam menyelesaikan soal hitung campur tidak selalu dimulai dari kiri ke kanan.
Dalam pelajaran matematika, misalnya dalam satu kalimat matematika terdapat perkalian ( x ) atau pembagian ( : ) dan penjumlahan ( + ) atau pengurangan ( - ), maka perkalian ( x ) atau pembagian ( : ) harus dikerjakan lebih dahulu karena perkalian dan
pembagian lebih kuat dari pada penjumlahan atau pengurangan. Namun apabila terdapat penjumlahan maupun pengurangan yang berada dalam kurung maka penjumlahan atau pengurangan itu harus didahulukan, karena operasi hitung apapun yang berada dalam kurung kedudukannya lebih kuat dari operasi hitung yang tidak berada dalam kurung.
Contoh : 87-32:(53-48)= yang di dalam kurung ( 53-48 ) dikerjakan lebih dahulu sehingga menjadi 87-32:5= , pembagian lebih kuat dari pada pengurangan, maka pembagian dikerjakan lebih dahulu sehingga menjadi 87-7=80.
3.Peranan Cerita Bagi Pendidikan Anak
Meskipun anak sedang berada pada tahap operasional kongkrit, namun pada usia ini, anak juga memiliki daya imaginasi yang tinggi. Menurut Marjorie Taylor, pakar psikologi merangkap peneliti dari University of Oregon di Eugene, ”Kanak – kanak menggunakan imaginasinya sebagai alat pemikiran mereka.” (Pembacaan, Imaginasi Sains pada Kanak – kanak, Hasan Rajiah. )
”Bagi anak – anak, bayangan, khayalan, dan imaginasi mereka begitu nyata,
seolah – olah itu ada di alam nyata....” ”Kemampuan berimaginasi yang demikian
tersebut disebut sebagai kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan ini sangat menonjol
pada anak – anak dan kemudian digunakan untuk memecahkan berbagai masalah
yang berhubungan dengan kemampuan tersebut.” ( Wijanarko Jarot. 2005 : 57 ) Pada masa kanak – kanak, seorang anak senang berkhayal atau melamun.
”Khayalan dan lamunan ini digunakan sebagai hiburan ..... “ .....Dengan
bertambahnya informasi tentang bermacam – macam hal, anak yang lebih besar
memiliki dasar yang lebih banyak untuk membuat lamunan. Seperti diterangkan oleh
Pulaski : “....Kebanyakan bahan – bahan ini diperoleh dari cerita – cerita yang
dibacakan oleh orang dewasa kepada anak.....” ” ( Hurlock Elizabeth B. 1996:161)Dengan memanfaatkan daya imaginasi yang tinggi itulah, maka disampaikan sebuah cerita. Sebab anak – anak biasanya sangat suka dengan cerita atau dongeng.
Selain karena jalan cerita yang menarik juga karena dongeng memiliki banyak manfaat yang tanpa sadar dapat mereka peroleh. Manfaat dongeng untuk anak adalah : (1) Mengasah daya pikir dan imaginasi serta menumbuhkan kreatifitas. (2) Menanamkan berbagai nilai dan etika. (3) Menumbuhkan minat baca. ( Rudy Maryati, dan Kak Agam di
http://www.dongengkakrico.com )
Ketika mendengarkan sebuah cerita, secara otomatis akan muncul dalam pikiran anak tersebut gambaran – gambaran yang seolah nyata ( imaginasi ) tentang cerita tersebut. Imaginasi ini akan mengasah daya pikir anak dan kemudian menumbuhkan kreatifitas anak.
Selain itu dalam cerita tersebut biasanya termuat berbagai macam nilai dan etika hidup yang disampaikan lewat karakter tokoh serta peristiwa yang dialami para tokohnya. Nilai dan etika inilah yang berusaha untuk ditanamkan pada siswa lewat cerita.
Setelah mengetahui betapa menariknya suatu cerita, anak akan penasaran untuk tahu lebih banyak tentang cerita tersebut. Dari sinilah anak akan dikenalkan dengan buku sumber dari cerita tersebut. Hal inilah yang kemudian dapat menumbuhkan minat baca anak.
4. Peranan Cerita Bagi Pembelajaran Matematika
Sebelum masuk pada pokok pembelajaran matematika, peneliti terlebih dahulu menyampaikan sebuah cerita. Agar cerita yang disampaikan sesuai dengan materi pembelajaran maka harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Isi cerita sesuai dengan materi yang akan disampaikan
b. Mengandung esensi dari materi pembelajaran yang akan disampaikan c. Dapat membangkitkan daya imaginasi siswa.
d. Menarik dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Cerita yang disampaikan nanti diharapkan dapat membangkitkan imaginasi siswa. Dengan dituntun oleh imaginasinya tersebut diharapkan siswa dapat menentukan langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur dengan benar.
5.Penggunaan Cerita Putri Tidur Dalam Operasi Hitung Campur
Dalam penelitian ini cerita yang diambil adalah dongeng putri tidur. Dongeng ini diambil dari buku kumpulan dongeng dunia berjudul Disney’s Dunia Pengetahuan yang Mengagumkan. SINOPSIS DONGENG PUTRI TIDUR Bagian satu
Dikisahkan sebuah kerajaan, sang raja dan permaisuri sangat ingin memiliki seorang anak. Akhirnya permaisuri melahirkan seorang anak perempuan. Untuk itu diadakanlah pesta kerajaan yang meriah. Rakyat di luar istana bergembira ( rakyat biasa tidak boleh masuk istana ), para menteri menghadap raja serta para raja dari kerajaan tetangga datang dengan diiringi pengawal masing – masing. Tak lupa diundang juga para peri kerajaan yang baik hati. Semua bergembira menyambut kelahiran sang bayi.
Namun ditengah kegembiraan itu datanglah peri jahat dan mengutuk si bayi bahwa nanti pada usia 16 tahun putri itu akan tertusuk jarum pintal dan mati. Peri yang baik hati tidak dapat membatalkan kutukan itu namun masih dapat mengubahnya. Yaitu putri nanti akan tertusuk jarum pintal namun tidak mati melainkan tidur dan akan bangun kembali jika mendapat ciuman dari pangeran tampan.
Kutukan itu akhirnya terjadi juga. Setelah tertusuk jarum pintal putri kemudian tertidur bahkan diikuti oleh seluruh penghuni kerajaan mulai dari prajurit hingga keluarga raja.
Bagian kedua Beberapa tahun kemudian datanglah pangeran tampan yang berhasil mengalahkan penyihir jahat dan membebaskan putri dari kutukannya dengan ciuman.
Karena jasa pangeran itulah kerajaan kembali gembira. Akhirnya putri dinikahkan dengan pangeran dan dirayakan secara meriah. Semua rakyat diluar istana bergembira. Demikian juga mentri yang berada di dalam istana dan para raja dari kerajaan tetangga datang dengan diiringi pengawal mereka masing – masing.
Dongeng yang disampaikan tersebut baik pada bagian satu maupun pada bagian dua nantinya peneliti akan lebih menekankan pada bagian pestanya dengan mendeskripsikan secara detail tentang hiasan ruangan, suasana, bagaimana para undangan disambut kehadirannya sampai dengan kehadiran putri Aurora. Dari situ kemudian siswa akan memahami bahwa tiap tokoh mendapatkan perbedaan perlakuan karena adanya perbedaan tugas dan kewajiban.
Suatu kalimat soal matematika biasanya diselesaikan mulai dari kiri ke kanan. Namun pada penyelesaian soal hitung campur tidak selalu begitu. Untuk operasi hitung yang kuat maka pengerjaannya didahulukan. Sebagai contoh untuk operasi perkalian dan pembagian lebih kuat dari penjumlahan dan pengurangan. Maka perkalian dan pembagian harus dikerjakan lebih dulu dari pada penjumlahan dan pengurangan. Namun apabila penjumlahan dan pengurangan tersebut ada dalam kurung, maka harus dihitung lebih dahulu dari pada perkalian atau pembagian, karena operasi yang berada dalam kurung dipandang lebih kuat dari pada yang tidak berada dalam kurung.
Dengan memanfaatkan daya imaginasi siswa yang kuat karena sedang berada pada masa operasional kongkrit itulah perbedaan perlakuan itu dipadankan dengan perbedaan kekuatan operasi hitung yang dipergunakan dalam soal hitung campur dengan penerapan sebagai berikut : para menteri sebagai perkalian ( X ) dan pembagian ( : ), dan masyarakan umum sebagai penjumlahan ( + ) dan pengurangan ( - ). Operasi perkalian ( X ) dan pembagian ( : ) dipadankan dengan perlakuan terhadap para menteri karena menurut hukum yang berlaku secara umum operasi perkalian ( X ) dan pembagian ( : ) memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari penjumlahan ( + ) dan pengurangan ( - ), dengan demikian bila dalam satu kalimat matematika terdapat operasi perkalian atau pembagian bersama dengan penjumlahan dan pengurangan, maka operasi perkalian dan pembagian harus dihitung lebih dahulu.
Tokoh raja dalam cerita dipadankan dengan operasi hitung yang lebih tinggi dari pada perkalian dan pembagian yaitu operasi pemangkatan dan penarikan akar.
Namun karena di kelas tiga materi pembelajarannya belum sampai pada operasi pemangkatan dan penarikan akar, maka pemadanan raja dengan operasi pemangkatan dan penarikan akar ini tidak disampaikan.
Sedangkan operasi matematika yang berada di dalam kurung dipadankan dengan orang yang mendapat pengawalan. Tanda kurung dalam kalimat matematika dipadankan dengan pengawal. Kebetulan dalam cerita tersebut yang mendapat pengawalan adalah raja. Namun guru perlu menegaskan bahwa dalam kehidupan nyata yang mendapat pengawalan tidak selalu raja. Siapa saja bahkan masyarakat umumpun dapat juga mendapat pengawalan. Siapapun yang mendapat pengawalan adalah orang spesial. Maka untuk yang mendapat pengawalan haruslah didahulukan. Hal ini juga berlaku dalam kalimat matematika. Operasi hitung apapun yang berada dalam kurung harus didahulukan dari pada operasi hitung yang tidak berada dalam kurung.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin memanfaatkan kemampuan berimaginasi anak yang kuat pada masa operasional kongkrit yang sedang dialami siswa untuk menyelesaikan soal materi hitung campur dengan benar.
B. Kerangka Berpikir
Masalah yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal hitung campur adalah menentukan urutan langkah – langkah penyelesaian soal. Untuk itu peneliti mengambil metode cerita sebagai sarana untuk menuntun siswa dalam menyelesaikan soal hitung campur.
Dalam metode tersebut akan disajikan dongeng putri tidur yang didalamnya terdapat suasana pesta pada awal dan akhir cerita. Penekanan cerita pada suasana pesta, sehingga akan tergambar bagaimana tiap tokoh cerita mendapat perlakuan yang berbeda sesuai dengan tugas dan kewajiban mereka masing – masing.
Dari dongeng yang fiktif ini kemudian anak dibawa guru ke kehidupan nyata, bahwa dalam kenyataan sering dijumpai juga adanya perbedaan perlakuan yang terkait dengan adanya perbedaan tugas dan kewajiban maupun situasi dan kondisi.
Perbedaan perlakuan ini kemudian dipadankan dengan kuat lemahnya operasi hitung dalam kalimat matematika pada materi hitung campur. Dengan dituntun pemadanan inilah siswa diharapkan dapat mengerjakan soal hitung campur dengan langkah yang benar.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pra
eksperimental. Penelitian pra eksperimental adalah penelitian yang bukan eksperimen murni. Dalam penelitian pra eksperimen tidak menggunakan kelas pembanding. Maka hasil penelitianpun sangat dimungkinkan dipengaruhi faktor lain diluar treatment peneliti. Namun begitu hasil dari penelitian pra eksperimental ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah selanjutnya dalam pembelajaran.
B. Setting
1. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas III SD Tarakanita, Bumijo, Yogyakarta
2. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah kemampuan dalam menentukan langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur.
3. Lama Penelitian Dengan mempertimbangkan metode yang akan dipakai, keluasan materi pembelajaran, serta langkah – langkah pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian, maka peneliti memperkirakan lamanya waktu penelitian adalah 4 kali pertemuan, dengan 8 jam pelajaran. Waktu tersebut terbagi dalam 2 kali perlakuan, 1 kali pretes dan 1 kali postes.
4. Lokasi Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di SD Tarakanita, Bumijo, Yogyakarta.
5. Jadwal Penelitian Berhubung kelas III B1 tersebut bukanlah kelas yang diampu peneliti, maka peneliti perlu membuat kesepakatan dengan guru kelas yang mengampu kelas tersebut dengan mempertimbangkan jam kosong dari peneliti dan jam kosong dari guru kelas III B1 tersebut. Dari kesepakatan itu tersusunlah jadwal sebagai berikut :
Tabel 3.1 Jadwal PenelitianNO KEGIATAN HARI, TANGGAL JAM PELAJARAN
1 Pretes Rabu, 11 Maret 2009 4 - 5
2 Pertemuan 1 Jumat, 13 Maret 2009 1 - 2
3 Pertemuan 2 Rabu, 18 Maret 2009 4 - 5
4 Postes Jumat, 20 Maret 2009 1 - 2
6. Keadaan Kelas III B1 Kelas III B 1 terdiri atas 36 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki – laki dan 19 siswa perempuan. Berikut ini adalah daftar nomer induk siswa kelas III B1 yang menjadi subyek penelitian:
Tabel 3.2 Daftar Nomer Induk SiswaNo Nomer Induk 1 4105 2 4124 3 4263 4 4264 5 4265 6 4266 7 4267 8 4268 9 4269
10 4270 11 4272 12 4273 13 4274 14 4275 15 4276
16 4277 17 4278 18 4279 19 4280 20 4281 21 4282 22 4283 23 4284 24 4285 25 4286 26 4287 27 4288 28 4290 29 4291 30 4294 31 4295 32 4296 33 4297 34 4298 35 4299 36 4300
7. Data dan Pengumpulan Data Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal – soal hitung campur. Cara pengumpulan data dengan memberikan tes. Tes dilaksanakan dalam dua tahap yaitu pretes dan postes. Bentuk soal pretes maupun postes sama, yaitu soal uraian. Dengan begitu akan terlihat urutan langkah – langkah penyelesaian soal yang dilakukan siswa. Siswa yang mampu menentukan langkah penyelesaian dengan benar akan memperoleh hasil akhir yang benar pula. Untuk siswa yang demikian tentu akan mendapat nilai yang tinggi. Demikian juga sebaliknya.
Soal pretes dan postes yang digunakan berbeda, namun memiliki bobot yang kurang lebih sepadan. Kesepadanan ini diusahakan dengan digunakannya operasi hitung yang sama untuk tiap nomer soal. Peneliti hanya mengganti angka dengan selisih yang tidak jauh berbeda antara soal pretes dan postes.
Tes ini terdiri dari 10 soal, dengan bobot setiap soal yang sama yaitu 1. Soal disusun berdasarkan indikator hasil belajar, dan dikelompokkan atas soal mudah, sedang, sukar dengan perbandingan 1 : 3 : 1 yaitu 2 soal mudah, 6 soal sedang, dan 2 soal sukar. Soal pretes dapat dilihat di halaman 42 sedangkan soal postes dapat dilihat di halaman 43. Adapun kisi – kisi soal pretes dapat dilihat di halaman 44 sedangkan kisi – kisi soal postes dapat dilihat di halaman 45.
8. Analisis Data Karena fokus penelitian ini pada bagaimana siswa menentukan urutan langkah penyelesaian, maka peneliti merasa perlu untuk membedakan antara nilai langkah penyelesaian dan nilai hasil akhir. Dengan demikian akan menjadi lebih jelas apakah siswa memang benar – benar telah mampu menyelesaikan soal hitung campur dengan langkah yang benar serta memperoleh hasil hitung dengan benar atau tidak.
Langkah yaitu urutan cara yang diambil siswa dalam menyelesaikan soal. Bila siswa dalam mengambil langkah penyelesaian soal itu benar, maka diberi skor 1; bila langkah penyelesaian soal salah, maka mendapat skor 0. Semua skor dari tiap nomer itu kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan inilah yang menjadi nilai langkah pengerjaan.
Hasil yaitu angka terakhir yang diperoleh lewat langkah penyelesaian soal secara benar. Bila angka terakhir tersebut benar, maka mendapat skor 1; bila angka terakhir tersebut salah, maka mendapat skor 0. Skor dari tiap nomer ini dijumlahkan. Hasil penjumlahan inilah yang menjadi nilai hasil pengerjaan.
Bagi siswa yang berhasil mendapatkan nilai minimal 6 untuk nilai langkah maupun nilai hasil maka dinyatakan siswa tersebut telah memahami penyelesaian soal hitung campur. Nilai 6 ini diambil berdasarkan standar ketuntasan yang harus dicapai siswa di SD Tarakanita untuk mata pelajaran matematika kelas III. Sebaliknya bila nilai siswa belum mencapai 6 maka dinyatakan bahwa siswa tersebut belum tuntas dan belum menguasai materi pembelajaran tersebut.
Untuk mendokumentasikan nilai yang diperoleh siswa, peneliti menggunakan instrument lembar penilaian sebagai berikut :
Tabel 3.3 Contoh Lembar PenilaianNo Nomer Induk Siswa
Nilai yang Diperoleh Pretes Postes
Langkah hasil langkah hasil 1 4105 2 4125 3 4263 4 4264 5 4265
Analisis Data : Hasil = ( jumlah siswa yang memperoleh nilai
≥ 60 : jumlah siswa ) X 100% Langkah = ( jumlah siswa yang memperoleh nilai
≥ 60 : jumlah siswa ) X 100% C.
Prosedur Penelitian
1.Persiapan Sebelum melakukan penelitian, peneliti mencoba menyusun segala perangkat yang akan diperlukan dalam penelitian nanti. Perangkat itu antara lain : silabus tematik, RPP tematik, LKS, Lembar penilaian, Kisi – kisi soal, soal pretes dan soal postes.
a. Menyusun Silabus Format silabus yang digunakan adalah silabus yang sudah ada dan disusun oleh Drs. Puji PurnomoM.Si. Langkah ini diambil oleh peneliti karena peneliti memandang format silabus tersebut lebih ringkas dan jelas. Silabus tersebut dapat dilihat di halaman 46 - 47.
b. Menyusun RPP Format RPP yang digunakan adalah RPP yang sudah ada dan disusun oleh Drs.
Puji PurnomoM.Si. Langkah ini diambil oleh peneliti karena peneliti memandang format silabus tersebut lebih ringkas dan jelas. RPP tersebut dapat dilihat di halaman 48 – 51.
c. Menyusun LKS Untuk LKS, peneliti mencoba mengkombinasi model LKS dari USD dan hasil pikiran peneliti sendiri agar lebih sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dipaparkan pada halaman 4. LKS tersebut dapat dilihat di halaman 40 – 41.
d. Lembar Penilaian Lembar penilaian yang digunakan dalam penelitian nanti disusun sendiri oleh peneliti agar lebih sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dipaparkan pada halaman 4. Lembar penilaian tersebut dapat dilihat di halaman 20. e. Mata Pelajaran Terkait Berhubung pembelajaran di kelas III masih menggunakan pembelajaran tematik, maka cerita putri tidur tidak hanya digunakan untuk kepentingan pembelajaran matematika saja. Namun cerita ini juga digunakan dalam pembelajaran untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, PKN, dan SBK terutama untuk seni rupa yaitu menggambar.
Pada pelajaran Bahasa Indonesia siswa diajak untuk menceritakan kembali dongeng putri tidur ini dengan bahasa mereka sendiri secara runtut. Di sini siswa dilatih aspek berbicaranya dan diajak unnntuk dapat menyampaikan isi pikirannya dengan bahasa yang benar secara runtut.
Pada pelajaran PKn, dongeng putri tidur ini dikaitkan dengan materi pelajaran tentang norma yang berlaku di masyarakat. Di sini siswa diajak untuk melihat perbuatan yang baik dan jahat, yang boleh dan tidak untuk dilakukan.
Untuk pelajaran SBK, khususnya menggambar, siswa diajak untuk menuangkan ide kreatif, ataupun imaginasi mereka tentang dongeng putri tidur dalam wujud gambar sesuai dengan interpretasi mereka masing – masing.
Tabel 3.4 Tabel Keterkaitan Antar Mata PelajaranB.
Indonesia : Siswa dapat PKN: Siswa dapat menyebut menceritakan aturan
kembali dongeng yang berlaku Putri dalam Tidur yang didengarnya
masyarakat dengan bahasanya sendiri
HIBURAN
Matematika : Siswa dapat SBK : Siswa dapat melakukan
operasi hitung menggambar
suasana campur pertemuanraja dengan para mentri dan masyarakat
2. Rencana Pelaksanaan Penelitian