USULAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA ALTAR KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA SKRIPSI

  USULAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA ALTAR KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  Oleh: Fisilia Ari Kuswanti NIM: 091124011 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada : ™ Kedua orang tua, adik, teman dekat, dan sahabat angkatan 2009 yang telah membantu dalam perjalanan suka dan duka untuk menyelesaikan Skripsi ini. ™ Para dosen pembimbing yang dengan kesabaran dan ketekunan telah membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi di Kampus IPPAK tercinta ini. ™ Pastur Paroki dan seluruh putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung,

  Gunung Kidul, Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengadakan penelitian demi kelancaran penulisan skripsi ini.

  

.

  MOTTO

  FIAT VOLUNTAS TUA (Jadilah Kehendak-Mu)

  

ABSTRAK

  Judul skripsi USULAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN

TENTANG MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN

  

IMAN PUTERA ALTAR KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG,

GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA dipilih berdasarkan kenyataan bahwa

  penghayatan akan makna Sakramen Ekaristi bagi para remaja khususnya remaja yang tergabung dalam kegiatan putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta perlu ada peningkatan . Usia remaja merupakan usia yang masih banyak membutuhkan pendampingan, terutama dalam penemuan jati diri dan pembentukan iman yang tangguh. Kegiatan pendampingan remaja yang ada di dalam paroki salah satunya adalah putera altar. Pada kenyataannya kegiatan putera altar belum begitu diperhatikan sehingga banyak putera altar yang melakukan tugas pelayanan sebagai rutinitas belaka. Dalam melakukan tugas pelayanan, para putera altar mengobrol dengan temannya dan kurang memahami sikap Liturgi yang mereka lakukan. Putera altar belum sungguh-sungguh menyadari pentingnya penghayatan makna Sakramen Ekaristi yang mereka rayakan bersama umat dalam tugas pelayanan mereka dan demi perkembangan iman mereka dalam kehidupan sehari-hari.

  Persoalan pokok pada skripsi ini adalah bagaimana remaja Katolik yang tergabung dalam kegiatan putera altar dapat menemukan dan meningkatkan penghayatan makna Sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka dalam kehidupan konkret. Putera altar yang menginjak usia remaja tentu mengalami banyak tantangan dan persoalan hidup, maka dari itu peran serta pendamping sangat berpengaruh dalam membantu perkembangan iman mereka supaya terbentuk iman yang kuat dan tangguh. Oleh karena itu untuk mengkaji lebih lanjut persoalan yang dihadapi oleh putera altar, penulis melakukan pengamatan, melakukan penyebaran kuesioner dan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan para ahli. Studi pustaka ini diperlukan untuk memperoleh inspirasi dan kemudian direfleksikan untuk membuat usulan program pendampingan yang menarik dan sesuai dengan tahap perkembangan iman mereka sehingga putera altar semakin meningkatkan pemahaman akan makna Sakramen Ekaristi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

  Penulis dalam skripsi ini mengusulkan suatu program pendampingan iman remaja dalam bentuk rekoleksi remaja sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan putera altar akan makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari- hari. Putera altar diharapkan mampu menemukan dan meningkatkan makna Sakramen Ekaristi untuk pengembangan iman mereka. Iman mereka akan semakin tumbuh dan berkembang dengan tindakan nyata untuk sesama karena iman tanpa perbuatan adalah kesia-siaan belaka.

  

ABSTRACT

  The title of this small thesis THE SUGGESTION OF IMPROVING

  

THE MEANING OF SACRAMENT EUCHARIST FOR IMPROVING THE

FAITH OF THE ACOLYTES OF THE QUASI PARISH SAINT JOSEPH

BANDUNG, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA is chosen by the fact that the

  meaning of the Sacrament Eucharist for teenagers especially teenagers who joins in the Acolyte of the Quasi Parish Saint Joseph Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta need some improvement. Teenagers need much assistance especially to find the reality of themselves and to form strong faith. In fact, the assistance to Acolyte hasn’t been cared therefore many Acolytes do the service to the people as routinities. Meanwhile serving people, Acolytes have some chats and they do not understand the Liturgy. Acolytes have not really understood how important full and total comprehension of Sacrament Eucharist that they celebrate together with people in their service and for developing their faith in daily activities.

  The main point in this small thesis is how teenagers who join in the Acolyte can find and improve the full dan total comprehension of the meaning of the Sacrament of Eucharist for improving their faith. They have many challenges and problems, therefore the role of assistance is very important to help them to improve their faith. For inquiring the Acolytes deeply, the writer has been doing monitoring, spreading quesionaire and studying the manuals like the Bible, the Church Documents and the opinion of some experts. Studying the manual is needed to get inspiration and then reflected to make interesting program to improve their faith and their understanding of the meaning of the Sacrament of the Eucharist and to practise in daily activities.

  In this small thesis, the writer has some ideas about teenagers in a recollection to improve the full and total comprehension of Acolytes about the meaning of the Sacrament of the Eucharist in daily activities. Their faith will grow up along their actions because faith without any action is useless.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih karunia yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

USULAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG MAKNA

  berjudul

  

SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA

ALTAR KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG, GUNUNG KIDUL,

YOGYAKARTA.

  Skripsi ini lahir dari pengamatan penulis tentang penghayatan makna Sakramen Ekaristi Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta. Putera altar sudah mampu menghayati makna Sakramen Ekaristi namun masih membutuhkan bimbingan sehingga semakin mantap dalam menghayati Sakramen Ekaristi ini. Putera altar diharapkan semakin mampu menghayati sekaligus memetik makna dari Sakramen Ekaristi yang mereka rayakan bersama dengan umat dan kemudian menerapkannya dalam hidup sehari- hari sehingga iman mereka semakin berkembang.

  Selama proses penulisan dan penyusunan karya tulis ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada:

  1. Drs. FX. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.

  2. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J . selaku dosen pembimbing utama yang selalu memberi perhatian sepenuhnya dalam mendampingi penulisan skripsi ini, dan dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

  3. Dr. C. Putranta, S.J selaku dosen penguji kedua yang juga dengan sabar dan ketulusan hati telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

  4. Dra. Y. Supriyati, M. Pd selaku dosen penguji ketiga dan dosen penelitian yang dengan penuh kesabaran mendampingi penulis terutama dalam proses penelitian dalam skripsi ini.

  5. Segenap staf dosen dan seluruh karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang secara tidak langsung selalu memberikan semangat kepada penulis.

  6. CT. Wahyono Djati Nugroho, Pr sebagai Pastur Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan memberi dukungan sepenuhnya demi perkembangan iman putera altar.

  7. Keluarga tercinta: nenek Lusia Sakiyem, bapak Markus Sukarno, ibu Valentina Purwanti, adik tercinta Virdiana Inggried Marwanti, yang selalu dengan ketulusan hati mendoakan dan memberikan dukungan sepenuhnya bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.

  8. Markus Pracoyo, yang telah dengan setia mendampingi penulis. Ucapan syukur dan terima kasih atas bantuan, saran, perhatian serta cinta kasihnya yang selalu menguatkan penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

  9. Segenap sahabat-sahabat tercinta mahasiswa angkatan 2009 dan lintas angkatan yang telah mendukung dan berdinamika bersama dalam suka dan

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv MOTTO ..................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………… vii ABSTRAK .................................................................................................. viii

  .................................................................................................. ix

  ABSTRACT

  KATA PENGANTAR ............................................................................... x DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii DAFTAR SINGKATAN............................................................................. xviii

  BAB I. USULAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA ALTAR KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG, GUNUNG KIDUL,YOGYAKARTA............................................................. 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 7 D. Rumusan Masalah ......................................................................... 7 E. Tujuan Penulisan ........................................................................... 8 F. Manfaat Penulisan ......................................................................... 8 G. Metode Penulisan .......................................................................... 9 H. Sistematika Penulisan ................................................................... 10

  BAB II. SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA ALTAR..……………………………………………... 12 A. Iman .............................................................................................. 13

  1. Pengertian Iman ....................................................................... 13

  2. Makna Iman Kristiani .............................................................. 15

  3. Dasar Iman Kristiani ................................................................ 17

  4. Ciri-ciri Iman Kristiani yang Dewasa ...................................... 18

  5. Iman Gereja akan Yesus Kristus .............................................. 19

  B. Sakramen Ekaristi ......................................................................... 21

  1. Sakramen Ekaristi .................................................................... 21

  a. Pengertian Sakramen ........................................................... 21

  b. Ekaristi sebagai Sakramen Cinta Kasih ............................... 23

  c. Makna Sakramen ................................................................. 23

  2. Makna Sakramen Ekaristi ........................................................ 25

  a. Ekaristi sebagai Ungkapan Cinta Kasih Sehabis-habisnya . 25

  b. Ekaristi sebagai Perjamuan dan Persekutuan Umat dengan Allah...... .............................................................................. 27

  c. Ekaristi sebagai Perayaan Seruan Karunia Roh Kudus (Epiklese)...... ....................................................................... 29

  d. Ekaristi sebagai Sumber Kekuatan Hidup Umat ................. 30

  C. Ekaristi sebagai Pengembangan Iman .......................................... 31

  1. Ekaristi Memberikan Semangat untuk Berbagi Kepada Sesama............. ......................................................................... 31

  2. Pengembangan Iman ................................................................ 33

  D. Sejarah Putera Altar ...................................................................... 39

  E. Putera Altar ................................................................................... 40

  1. Definisi Putera Altar ................................................................ 41

  2. Keanggotaan Putera Altar ....................................................... 42

  3. Keberadaan Putera Altar di Paroki ........................................... 43

  4. Dasar Putera Altar .................................................................... 44

  5. Tujuan Pelayanan Putera Altar ................................................. 44

  6. Organisasi Putera Altar ............................................................ 45

  7. Kegiatan Putera Altar ............................................................... 46

  8. Tugas Khusus Putera Altar ....................................................... 46

  F. Rangkuman ................................................................................... 47

  BAB III. PENGHAYATAN PUTERA ALTAR KUASI PAROKI SANTO YUSUP, BANDUNG, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA TERHADAP MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN ......................................................... 49 A. Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta............... ..................................................................... 50

  1. Sejarah Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta ............................................................................... 50

  2. Situasi Umum Umat Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta ..................................................... 54

  a. Kondisi Geografis-geologis ................................................. 54

  b. Kondisi Wilayah .................................................................. 55

  c. Kondisi Sosio-budaya .......................................................... 57

  3. Gambaran Umum Mengenai Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta .......................... 58

  a. Santo Pelindung Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta ................................. 58

  b. Materi yang Disampaikan dalam Kegiatan Putera Altar ..... 59 1) Mengenal Peralatan yang Dipakai dalam Perayaan

  Ekaristi........ .................................................................. 59 2) Mengenal Pakaian Romo .............................................. 61 3) Warna-warna Liturgi .................................................... 62

  4. Kegiatan Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung,   Gunung Kidul, Yogyakarta ...................................................... 63  

  B. Penelitian tentang Penghayatan Putera Altar Kuasi Paroki Santo   Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta terhadap Makna Sakramen Ekaristi demi Pengembangan Iman ............................ 64  

  2. Pengembangan Iman Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta ...................................... 73  

  b. Peranan Penghayatan Makna Sakramen Ekaristi terhadap Pengembangan Iman ........................................................... 83

  a. Kegiatan Pengembangan Iman ............................................ 82

  2. Pengembangan Iman Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta ..................................... 82

  b. Makna Sakramen Ekaristi ................................................... 80

  a. Pengetahuan Dasar tenang Alat dan Sikap Liturgi .............. 78

  1. Gambaran Penghayatan Putera Altar tentang Makna Sakramen Ekaristi di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta demi Pengembangan Iman Putera Altar ............... 78

  D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 78

  1. Gambaran Penghayatan Putera Altar tentang Makna Sakramen Ekaristi di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta demi Pengembangan Iman Putera Altar ............... 69  

  1. Metodologi Penelitian .............................................................. 64  

  C. Hasil Penelitian ............................................................................ 69  

  g. Variabel Penelitian .............................................................. 67  

  f. Instrumen Penelitian ............................................................ 67  

  e. Responden Penelitian .......................................................... 66  

  d. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 66  

  c. Jenis Penelitian .................................................................... 65  

  b. Manfaat Penelitian ............................................................... 65  

  a. Tujuan Penelitian ................................................................. 64  

  c. Hambatan dan Harapan Putera Altar .................................. 85

  E. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 87

  BAB IV. REKOLEKSI REMAJA SEBAGAI USULAN MENINGKATKAN PENGHAYATAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA ALTAR KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG, GUNUNG KIDUL .................................................. 88 A. Pendampingan Remaja dalam Bentuk Rekoleksi ....................... 89 B. Usulan Program Pembinaan Iman Remaja dalam Bentuk Rekoleksi Remaja yang Tergabung dalam Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta ....... 90

  1. Latar Belakang ......................................................................... 91

  2. Tema dan Tujuan Program Rekoleksi ...................................... 93

  C. Gambaran Pelaksanaan Program ................................................ 97

  D. Matriks Program ......................................................................... 99

  E. Contoh Persiapan Salah Satu Sesi dalam Rekoleksi .................. 104

  BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 113 A. Kesimpulan ................................................................................. 113 B. Saran ........................................................................................... 115 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 118 LAMPIRAN ................................................................................................ 119 Lampiran 1: Surat Penelitian untuk Paroki ........................................ (1) Lampiran 2: Surat Pernyataan Penelitian .......................................... (2) Lampiran 3: Kuesioner untuk Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta ........................... (3) Lampiran 5:Gambar Alat-alat Liturgi untuk Puzzle .......................... (7)

DAFTAR SINGKATAN A.

   Kitab Suci

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Deuterokanonika, Lembaga Biblika Indonesia, 2008.

  B. Dokumen Resmi Gereja

  DV : Dei Verbum , Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.

  KGK : Katekismus Gereja Katolik. KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.

  LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

  SC : Sacrosanctum Concilium , Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963.

  C. Daftar Singkat Lain

  KWI : Konferensi Waligereja Indonesia OMK : Orang Muda Katolik PIA : Pendampingan Iman Anak PMKRI : Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia WK : Wanita Katolik

   

BAB I USULAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA ALTAR KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA A. LATAR BELAKANG Remaja merupakan generasi sekarang dan yang akan datang. Mereka adalah

  generasi masa depan bangsa dan Gereja, disamping itu remaja harus menghadapi berbagai masalah dan kesulitan pada masa remajanya. Kesulitan itu dapat berupa bagaimana mereka mengalami kesulitan mengatasi masalah yang sering mereka hadapi, dan mengambil keputusan yang benar. Selain itu remaja sering terjebak pada situasi yang ada di sekitar mereka dan lingkungan yang membuat mereka labil dalam menentukan pilihan untuk bertindak.

  Remaja bukan lagi anak kecil, tetapi mereka juga belum dapat dikatakan orang dewasa. Remaja senang dan ingin dianggap dewasa, namun seringkali mereka belum mampu bertindak dewasa. Remaja belum bertindak dewasa itu dapat dilihat dari bagaimana mereka bertindak dan berperilaku dengan tidak berfikir panjang, mereka hanya melakukan tindakan yang mereka anggap benar tanpa memikirkan akibatnya bagi sesama.

  Menurut observasi di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung,Gunung Kidul, Yogyakarta mengatakan bahwa remaja senang mencoba-coba untuk bisa diakui jati

   

  belum siap. Penemuan jati diri itu membutuhkan proses dan tidak dapat berlangsung dalam waktu yang singkat. Pengalaman hidup dan kedalaman iman dalam menyikapi kehidupan itu dapat membantu remaja untuk menemukan jati diri mereka. Remaja masih labil dalam menentukan sikap yang harus mereka ambil.

  Remaja memiliki kecemasan dalam menghadapi masa depan mereka ataupun usaha menemukan jati diri mereka. Mengingat besarnya persoalan pribadi yang harus dihadapi sebagai remaja, maka menjadi sangat sulit bagi mereka untuk dapat memikul tanggung jawab mereka sebagai generasi penerus bangsa dan Gereja.

  Gereja secara khusus harus terlibat membantu remaja dalam penemuan jati diri mereka, Gereja secara penuh mempunyai tanggung jawab untuk membimbing kaum remaja untuk senantiasa menemukan jati diri yang selaras dengan nilai-nilai Injili.

  Kitab Hukum Kanonik (KHK) kanon 229 menyebutkan kaum awam, agar mampu hidup menurut ajaran kristiani, dan mewartakan sendiri dan jika perlu, dapat membelanya dan agar dapat menjalankan peranannya dalam merasul, terikat kewajiban dan mempunyai hak untuk memperoleh pengetahuan tentang ajaran itu yang disesuaikan dengan kemampuan dan kedudukan masing-masing. Maka, berdasarkan kanon tersebut Gereja harus melakukan pembinaan terhadap kaum awam yang di dalamnya terdapat remaja dan nantinya dapat menemukan makna dalam pelayanan mereka.

  Gereja senantiasa harus terus membantu kaum awam untuk terus menemukan peranannya dalam tugas perutusan mereka. Gereja hendaknya kembali merangkul

   

  keselamatan Allah yang ada di dalam Gereja. Salah satu Sakramen yang sering diikuti oleh remaja adalah sakramen Ekaristi, ini dapat dijadikan sarana untuk semakin membuat remaja menemukan jati diri mereka dan memperdalam iman mereka untuk memaknai tugas perutusan yang mereka emban sebagai pengikut Kristus.

  Sakramen Ekaristi, mengingatkan seluruh umat bahwa Yesus Kristus telah mengorbankan dirinya demi menebus dosa manusia dengan wafat di kayu Salib. Hal ini sebagai jaminan hidup bagi umat yang percaya bahwa kelak kita diundang untuk masuk ke dalam kemuliaan bersama Kristus (zaman eskatologis). Melalui sakramen Ekaristi umat termasuk para remaja dapat menimba kekuatan untuk bersatu dan bertindak sebagai murid-murid Yesus Kristus. Konsili Vatikan II menegaskan bahwa:

  Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan cara sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari Tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara mengagumkan (LG, 11).

  Melalui Ekaristi umat dapat memperoleh kekuatan, kesegaran hidup, serta kepenuhan rahmat yang berlimpah dari Allah. Umat yang sungguh memaknai Ekaristi memiliki relasi yang erat dengan Allah dan memiliki keberanian untuk bersaksi mewartakan kabar gembira dalam kehidupan sehari-hari.

  Sakramen Ekaristi menjadi pusat dan puncak hidup Gereja karena semua

   

  Kristus yang hadir dalam Ekaristi, yang memberi kekuatan sekaligus menguduskan tindakan Gereja dalam rangka karya keselamatan Allah di dunia. Ekaristi memberikan penghidupan rohani, dan menjadikan kita taat dalam iman kepercayaan kepada Allah, sekaligus memiliki perhatian khusus dalam menjalankan hidup di dunia (Martasudjita, 2003: 297). Ini dapat menjadi sarana yang tepat untuk membuat umat khususnya para remaja untuk semakin menimba penghidupan rohani yang semakin mendalam dan menjawab semua permasalahan dalam pencarian jati diri.

  Gereja mengajarkan kepada kita bagaimana memaknai perjamuan Ekaristi setiap kali kita merayakannya. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus bersama dengan para murid. Yesus menghendaki agar wafat dan kebangkitannya selalu dikenang dan perjamuan malam terakhir selalu dilakukan oleh umat-Nya melalui perayaan suci yakni Ekaristi. Gereja setiap kali merayakan Ekaristi sebagai bentuk kenangan akan Paska Kristus dalam Doa Syukur Agung.

  Yesus mengambil roti dan mengucap syukur dan membagikan kepada para murid sambil berkata “Terimalah dan makanlah! Inilah tubuhKu yang dikurbankan bagimu”. Setelah perjamuan Yesus mengambil Piala yang berisi anggur dan mengucap syukur sambil mengedarkannya dan berkata “Terimalah dan minumlah! Inilah piala darahKu, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Kenangkanlah Aku dengan merayakan peristiwa ini” (Doa Syukur Agung). Apa yang telah dilakukan Yesus dilanjutkan oleh Gereja yang didoakan oleh imam pada waktu konsekrasi. Ekaristi sebagai tindakan pengudusan yang paling istimewa oleh Allah terhadap umat beriman.

   

  mengulang kembali peristiwa pemecahan roti, pengucapan syukur, pembagian roti seperti yang dilakukan Yesus dalam perjamuan malam terakhir bersama dengan para murid-Nya.

  Remaja kurang mendapatkan kesempatan yang cukup untuk memperoleh pengetahuan tentang iman mereka terutama mengenai sakramen Ekaristi. Remaja hanya memperoleh pengetahuan dari Pendidikan Agama Katolik di bangku sekolah. Mereka kurang mendapatkan waktu untuk mendalami iman mereka apalagi untuk mendalami makna Ekaristi. Dalam kenyataannya muncullah semboyan Jesus Yes, but

  

the Church No di kalangan para remaja bahkan umat secara umum. Semboyan ini

  haruslah menjadi pertimbangan bagi Gereja untuk memperbaharui diri dan menjadi tanggung jawab bersama untuk membina remaja sejak dini.

  Gereja sudah cukup melakukan pembinaan melalui berbagai paguyuban yang ada. PIA (Pendampingan Iman Anak) bagi anak-anak, OMK (Orang Muda Katolik) bagi kaum muda Katolik, lewat PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia) atau KMK bagi para mahasiswa, lewat WK ( Wanita Katolik) bagi para ibu rumah tangga dan sebagainya. Bagi remaja, terdapat putera altar yang melakukan pelayanan pada setiap perayaan Ekaristi. Putera altar merupakan salah satu bentuk pembinaan iman yang diprogramkan oleh Gereja dengan harapan bahwa remaja yang menjadi putera altar itu akan mendapatkan pengetahuan dan sekaligus pembinaan dalam iman mereka dan membantu mereka menemukan jati diri yang sesuai nilai- nilai Injili dan semakin menemukan makna Ekaristi.

  Akan tetapi dalam kenyataannya remaja yang tergabung dalam pelayanan

   

  kali kurang dapat menghayati iman mereka dan mereka melayani sebagai rutinitas belaka. Remaja memilih mengikuti kegiatan putera altar karena ada temannya yang mengikuti kegiatan tersebut, ini menjadi keprihatinan Gereja. Putera altar melakukan tugas pelayanan dengan kurangnya penghayatan iman mereka, putera altar sering berbicara dengan anggota putera altar lainnya saat melakukan tugas pelayanan di Gereja. Putera altar pun sering tidak rapi dalam memakai jubah, mereka melakukan perbuatan yang mengurangi kesakralan dari Ekaristi. Ini akan mengakibatkan dampak kemerosotan iman dan semakin banyak yang mengikuti semboyan Jesus

  

Yes, but the Church No, seperti yang disharingkan oleh umat setempat. Oleh sebab

  itu, melalui skripsi ini penulis bermaksud ingin memberikan sumbangan pemikiran berupa usulan meningkatkan pemahaman tentang makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman remaja khususnya yang tergabung dalam putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta. Penulis mengangkat judul skripsi:

  “USULAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG MAKNA

SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA ALTAR

KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG, GUNUNG KIDUL,

YOGYAKARTA”.

  B.

IDENTIFIKASI MASALAH

  Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

   

  1. Remaja mengalami kesulitan dalam penemuan jati diri karena kurang adanya sarana untuk mengembangkan iman demi membantu penemuan jati diri mereka.

  2. Pengaruh lingkungan terhadap kurangnya penghayatan terhadap makna perayaan Ekaristi sehingga muncul semboyan Jesus Yes but the Church No yang juga berdampak pada perkembangan iman remaja.

  3. Kegiatan putera altar merupakan salah satu sarana untuk semakin meningkatkan penemuan makna perayaan Ekaristi bagi remaja.

  4. Kurangnya kesadaran putera altar dalam memaknai pelayanan mereka sebagai putera altar terutama berkaitan dengan sikap Liturgi dan makna Sakramen Ekaristi.

  5. Sebagian putera altar mau menjadi putera altar karena ikut temannya yang sudah menjadi putera altar.

  C. PEMBATASAN MASALAH

  Sehubungan dengan keterbatasan penulis, sumber pustaka yang ada, dan judul penelitian, maka pembatasan masalah terfokus pada “USULAN

  

MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG MAKNA SAKRAMEN

EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA ALTAR KUASI

PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA”.

  D. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang yang ada, penulis merumuskan permasalahan

   

  1. Sejauh mana remaja yang tergabung dalam Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta sudah menghayati makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka?

  2. Kegiatan seperti apa yang dapat membantu Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta menemukan makna sakramen Ekaristi untuk pengembangan iman mereka.

  E. TUJUAN PENULISAN

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:

  1. Menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman remaja yang tergabung di dalam Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta.

  2. Menggambarkan sejauh mana penghayatan sakramen Ekaristi di dalam pengembangan iman Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta.

  3. Memberi sumbangan pemikiran usulan program yang berupa kegiatan pendampingan yang dapat membantu Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta semakin memahami makna sakramen Ekaristi khususnya dalam pengembangan iman mereka.

  F. MANFAAT PENULISAN

  Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

   

  1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang makna sakramen Ekaristi demi mengembangkan iman dalam kehidupan sehari-hari.

  2. Membantu remaja terutama yang tergabung di dalam Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta semakin menghayati sakramen Ekaristi demi pengembangan iman.

  3. Memberikan sumbangan kepada para remaja yang tergabung dalam Putera Altar dalam memaknai sakramen Ekaristi demi pengembangan iman Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta.

G. METODE PENULISAN Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis.

  Dengan metode ini, penulis menggambarkan sejauh mana remaja yang tergabung dalam Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta dapat meningkatkan pemahaman tentang makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka. Penulis juga mencoba memahami apa yang menjadi hambatan Putera Altar untuk dapat menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka. Kemudian penulis mengusulkan program kegiatan pendampingan yang dapat membantu Putera Altar meningkatkan pemahaman tentang makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta.

    H.

SISTEMATIKA PENULISAN

  Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan pokok- pokok sebagai berikut:

  BAB I : Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II : Dalam bab ini diuraikan tentang iman, pengertian iman, makna iman Kristiani,

  dasar iman Kristiani, ciri-ciri iman Kristiani yang dewasa, iman Gereja akan Yesus Kristus, sakramen, Ekaristi sebagai sakramen, makna sakramen, makna sakramen Ekaristi, Ekaristi sebagai ungkapan cinta kasih Yesus sehabis- habisnya, Ekaristi sebagai perjamuan dan persekutuan umat dengan Allah, Ekaristi sebagai perayaan seruan karunia Roh Kudus (Epiklese), Ekaristi sebagai sumber kekuatan hidup umat, Ekaristi sebagai pengembangan iman, Ekaristi memberikan semangat untuk berbagi kepada sesama, Pengembangan iman. Sejarah putera altar, definisi putera altar, keanggotaan putera altar, keberadaaan putera altar di paroki, dasar putera altar, tujuan pelayanan putera altar, organisasi putera altar, kegiatan putera altar, tugas khusus putera altar

  BAB III: Bab ini membahas tentang penelitian yang akan dilakukan. Mulai dari

  penghayatan putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta terhadap makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman

   

  Yogyakarta, sejarah paroki, situasi umum umat paroki, gambaran umum mengenai putera altar dan kegiatan putera altar di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta, penelitian tentang penghayatan putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta terhadap makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman, metodologi penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian dan variabel penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, keterbatasan penelitian.

  BAB IV: Bab ini berisi tentang usulan program dalam bentuk Rekoleksi putera altar

  sebagai usulan untuk meningkatkan penghayatan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman Putera Altar di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta, pendampingan remaja model rekoleksi, latar belakang penyusunan program, tema dan tujuan program, gambaran pelaksanaan program, matrik program, dan contoh persiapan salah satu sesi dalam rekoleksi remaja khusus untuk Putera Altar.

  BAB V: Bab ini berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.

   

   

BAB II SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA ALTAR Bab II ini penulis menguraikan mengenai sakramen Ekaristi demi

  pengembangan iman putera altar yang memiliki kesinambungan dengan pembahasan pada bab sebelumnya. Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana sumbangan makna sakramen Ekaristi bagi iman para remaja Katolik khususnya remaja (laki-laki maupun perempuan) yang tergabung dalam kegiatan putera altar dimana mereka sangat dekat dengan sakramen Ekaristi. Dalam kenyataannya, remaja yang tergabung dalam putera altar melaksanakan tugas pelayanan tanpa tahu makna dari apa yang dilakukan khususnya berkaitan dengan sakramen Ekaristi sehingga semua tugas pelayanan akan jatuh pada rutinitas belaka. Penulis berusaha memberikan sumbangan pemikiran untuk membantu para remaja yang tergabung di dalam putera altar menemukan makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan mereka dan demi perkembangan iman mereka.

  Dalam bab ini, penulis membahas tentang sakramen Ekaristi dan maknanya melalui Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan dari para ahli.

  Selain itu penulis juga membahas tentang putera altar, berkaitan dengan sejarah putera altar, dan seluk-beluk tentang putera altar.

  Perayaan Ekaristi hendaknya menjadi pusat dan puncak dari seluruh hidup rohani manusia. Melalui perayaan Ekaristi kita memiliki persatuan mesra dengan Kristus sehingga mengalami pembebasan yang sejati, dan hanya dalam kesatuan

  Bab II lebih merupakan kajian pustaka. Penulis pada bab ini membagi uraian menjadi empat bagian, yakni pada bagian pertama penulis menjelaskan tentang iman. Pada bagian kedua penulis menjelaskan tentang sakramen Ekaristi. Pada bagian ketiga penulis menjelaskan Ekaristi sebagai tempat pengembangan iman umat. Kemudian secara khusus pada bagian terakhir, penulis menjelaskan sejarah putera altar dan seluk beluk tentang putera altar Penulis pada bagian awal bab ini didahului dengan penjelasan mengenai iman, sakramen Ekaristi dan dilanjutkan dengan putera altar. Kegiatan putera altar selalu berkaitan dengan perayaan Ekaristi maka dari itu perlu dipaparkan tentang kedua hal tersebut. Melalui Ekaristi, remaja Katolik yang tergabung dalam kegiatan putera altar memperoleh kekuatan rohani untuk berkembang dalam iman serta menghadapi berbagai permasalahan hidup dan memberi semangat untuk berbagi kepada sesama.

  A.

   IMAN 1. Pengertian Iman

  Menurut Konstitusi Dogmatis Dei Verbum (DV), dokumen Konsili Vatikan ke II tentang Wahyu Ilahi, iman adalah tanggapan atau keputusan atas wahyu ilahi yang diwujudkan dalam perbuatan dan perkataan yang bertalian satu sama lain (DV 2). Ikatan antara pribadi manusia dengan Allah secara utuh dan juga merupakan anugerah yang adikodrati dari pemberian wahyu Allah untuk manusia. Iman menjadi anugerah yang terindah yang telah Tuhan berikan kepada manusia maka dari itu

  Iman merupakan suatu penyerahan diri manusia secara total kepada Allah secara ikhlas tanpa terpaksa. Iman berkaitan dengan wahyu yang berasal dari Allah untuk manusia. Allah menyapa, menjumpai, dan menyerahkan diri hanya untuk manusia, hal ini menjadi sebuah perjumpaan yang menandakan suatu persahabatan mesra antara manusia dan Allah. Allah dengan penuh kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia. Maka dengan menjadi sahabat, Allah tetap menginginkan suatu tanggapan dan jawaban dari manusia akan sapaanNya atau wahyu yang mau menjalin hubungan mesra antara manusia dan Allah. Allah menyatakan memberikan kelimpahan Cinta Kasih kepada manusia dan tinggal memberikan jawaban yang tulus dari hati apakah mau menerima pemberian Allah itu (KWI, 1996: 127-128).

  Pada dasarnya iman memiliki suatu kehendak yang bebas. Di dalam memilih suatu pilihan tidaklah mudah tetapi kita memiliki kebebasan yang ada dalam diri untuk memilih, menentukan pilihanpun juga dirasa sulit untuk mengambil keputusan. Kehendak yang bebas lebih dari mengikuti suara hati untuk menentukan arah hidup sendiri melainkan sampai pada manusia memasuki kemerdekaan Allah.

  Kemerdekaaan Allah yang dimaksud adalah dimana manusia memiliki kebebasan yang menjadikan manusia untuk masuk ke dalam kebebasan untuk merdeka bersama Allah, bebas untuk terhindar dari rasa takut dan merasa damai bersama Tuhan. Hidup seturut kehendak kasih Tuhan dari pada mementingkan diri sendiri. Kasih Allah menembus rasa takut dan cemas dan membebaskan manusia dari segala kegelisahan (KWI, 1996: 128).

  Iman memberikan suatu kesadaran diri pada Allah yang menyapa, memanggil maka manusialah yang memberikan jawaban atas panggilan Allah, dan melakukan penyerahan diri seutuhnya terhadap Allah yang menjumpai manusia secara pribadi.

  Iman menjadi suatu jawaban atas panggilan Allah serta pernyataan diri Allah secara pribadi kepada manusia secara langsung. Manusia akan menemukan imannya bila dirinya mengalami pengalaman religious yang sungguh memberikan penyadaran akan karya Allah terhadap manusia (KWI, 1996: 129).

2. Makna Iman Kristiani

  Iman berhubungan dengan kepercayaan (berkaitan dengan agama) dan keyakinan kepada Allah, atau ketetapan hati, keteguhan batin. Percaya berarti mengakui bahwa sesuatu memang benar atau nyata, menganggap bahwa sesuatu itu benar-benar ada, menganggap seseorang itu jujur dan sebagainya. Iman memiliki suatu kesamaan dengan percaya dan ini sama-sama menunjukkan suatu keyakinan terhadap yang benar dan nyata. Keyakinan di sini lebih pada suatu pernyataan hati atau ketetapan hati seseorang terhadap apa yang diyakini. Tetapi ketetapan hati itu tidaklah selalu terungkap dengan suatu pembuktian yang pasti. Pada umumnya kata

  

iman digunakan dalam konteks hubungan dengan Allah dan kata percaya dapat

  digunakan dalam hubungan dengan Allah dan sesama manusia (Martasudjita, 2010: 12-16).

  Di dalam Gereja, iman atau percaya dipergunakan untuk menyatakan hati yang tulus untuk mengikuti Allah dan menjalankan segala ajaran-ajaran Allah. Orang yang ingin menyatakan diri untuk bergabung atau masuk dalam Gereja, maka ia yang benar menurut hati nuraninya untuk bergabung atas apa yang diyakininya. Dalam Gereja pengungkapan iman sungguh nampak ketika mengucapkan syahadat para rasul yaitu Aku percaya.

  Dalam Perjanjian Lama, iman mengungkapkan tanggapan atas perwahyuan diri Allah kepada umat bangsa Israel. Umat bangsa Israel memiliki hubungan yang sungguh dekat dengan Allah. Bahkan bangsa Israel menjadi bangsa yang terpilih oleh Allah didalam pewahyuan-Nya dan mereka menjadi umat yang sungguh dikasihi oleh Allah.

  Dalam Perjanjian Baru, iman yang mau dicapai dalam Perjanjian Baru tertuju pada tindakan Allah dalam dan melalui Yesus Kristus, yang terungkap dalam Kitab Suci. Banyak sekali ungkapan akan iman yang terlihat di dalam Kitab Suci, misalkan saja: “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (bdk. Rom 10: 9).

  Iman Perjanjian Baru sesudah Yesus menjadi sebuah tumpuan iman dari pengalaman paskah yang memberikan suatu tanggapan akan wahyu Tuhan yang sungguh terjadi dalam diri Yesus Kristus. Menurut Paulus, iman memberikan suatu pembenaran, dan iman ada karena mendengarkan, menerima sabda Allah, ketaatan akan sabda Allah dan melepas keegoisan diri. Iman juga menjadi suatu ajaran yang membuat orang masuk dalam perbuatan-perbuatan kehendak Allah. Jadi, iman bila menjadi suatu ajaran pastinya takkan lepas dari tindakan atau perbuatan nyata.