MANAJEMEN PENGELOLAAN SITUS BATU GOONG DAN KOMPLEK MAKAM SYEKH MANSYUR OLEH DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN - FISIP Untirta Repository

  

MANAJEMEN PENGELOLAAN SITUS BATU GOONG

DAN KOMPLEK MAKAM SYEKH MANSYUR OLEH

DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

SKRIPSI

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik

  Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh:

  Dwi Mayang Sari NIM 6661100065

  

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG

TAHUN 2014

  

“Orang-orang yang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka

terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja.

  

Mereka menyia- nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi.” (Ernest Newman)

“Kita berdoa kalau kita kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga

berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.” (Khalil Gibran)

“Success is not a final and failure is not initial.”

  

Sukses bukanlah sebuah akhir dan kegagalan bukanlah sebuah awal.

  Skripsi ini kupersembahan untuk: Wanita dan Pria terhebat dalam hidupku Mama dan Bapak Serta seluruh saudara dan temanku…

  

ABSTRAK

Dwi Mayang Sari. NIM 6661100065. Manajemen Pengelolaan Situs Batu

Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Program Studi Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa, Pembimbing I Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si,

Pembimbing II Rina Yulianti, S.IP., M.Si

  Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur mempunyai dasar hukum yaitu Undang-Undang No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Penelitian ini menggunakan teori fungsi manajemen Luther Gullick dalam Handoko 2003. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi dan teknik analisis data menggunakan teknik analisis menurut Miles dan Huberman kemudian untuk menguji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten belum berjalan maksimal dan masih perlu pembenahan dalam berbagai aspek. Hal ini disebabkan tidak adanya perencanaan untuk menyikapi pengawasan, pemeliharaan serta pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur, koordinasi yang kurang berjalan dengan baik antar bidang dan dinas terkait mengenai pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur dan tidak adanya anggaran yang dikhususkan untuk perawatan kerusakan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur.

  

Kata Kunci : Manajemen Publik, Situs Batu Goong dan Komplek Makam

Syekh Mansyur

  

ABSTRACT

Dwi Mayang Sari. NIM 6661100065. The Management of Batu Goong Site and

Grave of Sheikh Mansyur Complex by The Department of Culture and Tourism

District Pandeglang Province Banten. State Administration Science Courses,

Faculty of Social and Politic Science, Sultan Ageng Tirtayasa University.

Advisor I Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si, Adivisor II Rina Yulianti, S.IP., M.Si

Force behind of this research is management problems of Batu Goong Site and

Grave of Sheikh Mansyur Complex by The Department of Culture and Tourism

District Pandeglang Province Banten. Batu Goong Site and Grave of Sheikh

Mansyur Complex have a legal basis is Undang-Undang No.11 year 2010 about

cultural heritage. This research used Luther Gulick theory in Handoko 2003.The

objective of the research was to know The Management of Batu Goong Site and

Grave of Sheikh Mansyur Complex by The Department of Culture and Tourism

District Pandeglang Province Banten. The method used in this investigation is

descriptive with a qualitative approach. While, data collection technique used for

this research is interview, observation, documentation study, and this research

used data analisys technique by Miles and Huberman and for test data validity

used source triangulation and technique triangulation. This research result

indicates that The Management of Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur

Complex by The Department of Culture and Tourism District Pandeglang

Province Banten has not ran optimally and it still needs improvement in many

aspects. This is caused by the lack of planning in addressing the supervision,

maintenance and management of the Batu Goong Site and Grave of Sheikh

Mansyur, the less than effective coordination between sectors and agencies

involved in the management of the Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur

and finally the lack of bidget specifically dedicated to the care and repairs of the

Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur

Key words : Public Administration, Batu Goong Site and Grave of Sheikh

Mansyur

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu, Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi kemudian solawat serta salam semoga terlimpah dan tercurah kepada Nabi besar

  Muhammad S.A.W yang telah mengiringi doa dan harapan penulis untuk mewujudkan terselesaikannya penelitian skripsi ini yang berjudul Manajemen

  

Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

  Penelitian skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata satu (S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada konsentrasi Manajemen Publik program studi Ilmu Administrasi Negara. Sekalipun penulis menemukan hambatan dan kesulitan dalam memperoleh informasi akurasi data dari para narasumber namun disisi lain penulis juga sangat bersyukur karena banyak mendapat masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya pada bidang yang sedang diteliti oleh penulis.

  Untuk terwujudnya penulisan penelitian skripsi ini banyak pihak yang membantu penulis dalam memberikan motifasi baik waktu, tenaga, dan ilmu pengetahuannya. Maka dengan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta atas curahan perhatian dan kasih sayangnya dan juga doa yang tak henti serta motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

  Pada kesempatan ini juga suatu kebanggaan bagi penulis untuk mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

  1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Ibu Mia Dwiana, M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos, MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan juga Pembimbing Akademik atas bimbingannya dari awal perkuliahan sampai dengan akhir perkuliahan.

  6. Ibu Rina Yulianti, S.IP, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan juga dosen pembimbing II yang telah senantiasa memberikan arahan dan bimbingan secara sabar dan juga dukungan selama proses penyusunan skripsi.

  7. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Ibu Ipah Ema Jumiati S.IP, M.Si., dosen pembimbing I yang telah senantiasa memberikan arahan dan bimbingan secara sabar dan juga dukungan selama proses penyusunan skripsi.

  9. Kepada seluruh Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

  10. Para staff Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas segala bantuan informasi selama perkuliahan;

  11. Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang yang telah memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis; 12. Pihak UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang telah memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis; 13. Bapak H. E. Wiraatmajaya, M.Pd., sebagai Kepala Bidang Kebudayaan dan juga kepada Bapak Maman Nasikh selaku Kasi Muskala dan

  Jarahnitra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang yang telah menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis serta ilmu pengetahuannya mengenai fokus penelitian pada skripsi ini;

  14. Bapak Drs. Zakaria Kasimin selaku Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang telah menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis serta ilmu pengetahuannya mengenai fokus penelitian pada skripsi ini

  ; 15.

  Bapak Wargo dan Saepullah selaku juru pelihara Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur yang telah menjadi informan dan memberikan banyak informasi yang saya butuhkan selama penyusunan skripsi; 16. Kepada orang tuaku tercinta dan tersayang Bapak Tedy Rustandi dan Ibu

  Mimih Sumiati yang telah menjadi motivator terbesar selama perjalanan hidupku. Terimakasih atas segala doa, bimbingan, kasih sayang, penyemangat, perhatian, dukungan serta motivasi yang tidak ada henti- hentinya yang selalu diberikan untukku dan tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Yudha Pratama; 17. Kepada seluruh saudara-saudaraku yang telah mendoakan, memberi semangat dan motivasi serta yang telah mengantarkan ke lokasi penelitian;

  18. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 baik regular maupun nonreguler yang menjadi inspirasi dan motivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan penelitian skripsi ini;

  19. Teman-teman kelas A angkatan 2010 Ilmu Administrasi Negara selama menuntut ilmu. Terimakasih atas semua kenangan selama empat tahun perkuliahan; 20. Kepada para sahabat Rachmawati Dwi M, Pratiwi, Kanari Gemilang, Astri

  Permatasari, Emma Marlini, Ivan Setiawan, M. Fajar Kurniawan dan Faizal Setyahadi yang telah memberikan dukungan serta keceriaan dan kebahagiaan;

21. Kepada teman-temanku Rahmat Budianto, Sefi Maulida, Syntia Pratiwi,

  Rini Alfia, Isna Fayyadah, Fitri Liana Sari, Hendriyana, Solihin, Annisa Fitiriani, Ace Doni, Mukarammah Halim dan Reza Adhi Nugraha serta teman-teman lainnya yang telah memberikan semangat, motivasi dan kebahagiaan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

  Dengan ini penelitian skripsi telah selesai disusun. Penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam pembuatan skripsi ini. Maka dari itu kritik dan saran saya harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan skripsi berikutnya. Penulis pun berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan peneliti sendiri. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

  Pandeglang, Oktober 2014 Penulis

  Dwi Mayang Sari

  

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR

  2.3 Kerangka Berpikir ………………………………………... 50

  2.2 Penelitian Terdahulu ………………………………………... 48

  2.1.8 Definisi Pariwisata ………………………………….... 45

  2.1.7 Definisi Cagar Budaya ……………….……………….… 41

  2.1.6 Definisi Pengelolaan ………………………………….... 40

  2.1.5 Tujuan Manajemen ………………………………….... 40

  2.1.4 Filsafat Manajemen ………………………………….... 39

  2.1.3 Fungsi Manajemen ………………………………….... 25

  2.1.2 Asas-Asas Manajemen .……………….……………….... 23

  2.1.1 Definisi Manajemen ………………………………...…. 19

  2.1 Tinjauan Pustaka ………………………………………... 19

  1.6 Manfaat Penelitian ………………………………………... 17

  ……………………………………………… i

  1.5 Tujuan Penelitian ………………………………………... 17

  1.4 Rumusan Masalah ………………………………………... 16

  1.3 Pembatasan Masalah ………………………………………... 16

  1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………... 15

  1.1 Latar Belakang ………………………………………... 1

  BAB I PENDAHULUAN

  ……………………………………………… x

  DAFTAR GAMBAR

  ……………………………………………… ix

  DAFTAR TABEL

  ……………………………………………… vi

  DAFTAR ISI

  2.4 Asumsi Dasar ………………………………………... 55

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  4.1.3.1 Visi Misi UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang

  4.1.2.1Kedudukan dan Tupoksi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang

  ………………….. 72

  4.1.2.2 Susunan Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang

  ………………….. 74

  4.1.2.3 Visi Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang

  ……………………………... 77

  4.1.3 Gambaran Umum Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang

  …………………………………………………. 78

  ………………………………………………. 78

  4.1.2 Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang

  4.1.3.2 Tugas Pokok dan Struktur Organisasi UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang

  ………………….. 79

  4.1.4 Sejarah Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur

  ………………………………………………. 79

  4.2 Deskripsi Data Penelitian …………………………………… 86

  4.2.1 Daftar Informan Penelitian …………………………… 86

  4.2.2 Deskripsi Data ………………………………………...... 87

  4.3 Deskripsi Hasil Penelitian …………………………………… 90

  ………………………………... 72

  4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Pandeglang ……………. 71

  3.1 Metode Penelitian …………………………………........... 56

  3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ………………………..... 62

  3.2 Fokus Penelitian ………………………………………... 56

  3.3 Lokasi Penelitian ………………………………………... 57

  3.4 Variabel Penelitian ………………………………………... 57

  3.4.1 Definisi Konsep ………………………………….... 57

  3.4.2 Definisi Operasional …………………………………… 58

  3.5 Instrumen Penelitian ……………………………………....... 60

  3.6 Informan Penelitian ……………………………………....... 61

  3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ………………. 62

  3.7.2 Teknik Analisis Data ………………………….. 65

  4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ………………………………...... 71

  3.7.2.1 Data Collection (Pengumpulan Data) ………………. 66

  3.7.2.2 Data Reducion (Reduksi Data) …………………… 66

  3.7.2.3 Data Display (Penyajian Data) …………………… 67

  3.7.2.4 Conclusion Drawing / verification (Penarikan Kesimpulan)

  ………………………………………. 67

  3.7.2.5 Triangulasi ………………………………………. 68

  3.8 Jadwal Penelitian …………………………………………… 70

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  4.3.1 Planning (Perencanaan) ………………………………. 92

  4.3.2 Organizing (Pengorganisasian) ……………………….... 114

  4.3.3 Staffing (Penyusunan Pegawai) ………………………… 121

  4.3.4 Directing (Pembinaan Kerja) ………………………… 126

  4.3.5 Coordinating (Pengkoordinasian) …………………....... 134

  4.3.6 Reporting (Pelaporan) ………………………………….. 141

  4.3.7 Budgeting (Penganggaran) ……………………………... 147

  4.4 Pembahasan …………………………………………………… 156

  BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan …………………………………………………… 177

  5.2 Saran ………………………………………………………... 179

  DAFTAR PUSTAKA

  ………………………………………................. xi

  LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Cagar Budaya Kabupaten Pandeglang

  ……………………….. 8

Tabel 1.2 Daftar Nama Situs Cagar Budaya Kabupaten Pandeglang

  …... 9

Tabel 3.1 Informan Penelitian

  ………………………………………….. 62

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara

  ………………………………………... 64

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

  …………………………………………… 70

Tabel 4.1 Daftar Informan

  ……………………………………............ 87

Tabel 4.2 Temuan Lapangan

  …………………………………………… 173

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir

  ………………………………………… 54

Gambar 3.1 Siklus Teknis Analisi Data Menurut Miles dan Huberman

  … 68

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

  Kabupaten Pandeglang ………………………………………... 76

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Provinsi Banten dikenal sebagai provinsi yang mempunyai sejarah agama yang sangat kental dan baik karena Banten ikut berperan serta dalam menyebarkan agama Islam di daerah Jawa. Oleh karenanya, Banten mempunyai banyak peninggalan sejarah pada jaman dahulu dan tidak sedikit pula banyak masyarakat yang berkunjung ke Provinsi Banten untuk melihat, mengetahui, meneliti bahkan tidak sedikit pula yang ingin berjiarah ke daerah yang berada di Provinsi Banten.

  Peninggalan sejarah pada jaman dahulu di Provinsi Banten diawali dengan adanya Kesultanan Banten Lama yang merupakan awal mula penyebaran agama di Banten. Peninggalan tersebutlah yang akhirnya masuk ke dalam peninggalan cagar budaya dan dilindungi oleh pemerintah. Pemerintah yang merasa hal tersebut amat sangat penting bagi Provinsi Banten karena akan berdampak untuk meningkatkan sektor pariwisata dan Provinsi Banten semakin dikenal oleh masyarakat luas. Selain untuk menyebarkan agama, Kesultanan Banten juga kental akan budaya dan politik dalam beragam fase jaman dan fase kekuasaan dari jaman pra-sejarah. Selain proses pelestarian dan pengembangan budaya, pemanfaatan budaya juga tidak kalah penting untuk dilakukan oleh pemerintah.

  Berbagai bentuk budaya Banten yang potensinya untuk dikembangkan dan dimodifikasi dalam beragam kreasi dan inovasi yang lebih menarik dan mempunyai nilai jual untuk sektor pariwisata di Banten dan bisa juga dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan masyarakat Banten, baik kepentingan sosial, pendidikan, ekonomi, politik maupun untuk mendatangkan manfaat yang lebih luas.

  Tidak hanya di daerah Banten saja, penyebaran agama dan budaya juga terjadi di daerah selatan Provinsi Banten yaitu Kabupaten Pandeglang dan menghasilkan peninggalan-peninggalan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat di Kabupaten Pandeglang yang tersebar di sebagian kecamatannya. Peninggalan- peninggalan sejarah tersebut masuk ke dalam cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah.

  Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, bahwa keadaan alam, flora dan fauna sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal tersebut juga diperkuat oleh pasal 32 ayat (1) dan pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

  Untuk melestarikan cagar budaya ini, pemerintah bertanggung jawab dalam pengelolaan dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan cagar budaya. Pengelolaan yang dilakukan ini berupaya untuk melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan cagar budaya melalui kebijakan pengaturan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Dengan adanya peran serta masyarakat dalam melindungi benda ataupun situs cagar budaya yaitu menjaga, mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran dan kemusnahan dengan cara penyelamatan pengamanan, zonasi, pemeliharaan, pemugaran, menjaga dan merawat agar kondisi fisik cagar budaya tetap lestari.

  Namun pada hakikatnya baik benda cagar budaya dan kawasan cagar budaya keduanya tetap dikuasai oleh pemerintah dan terikat dalam suatu peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

  Peninggalan pada jaman dahulu dilindungi dan diatur oleh Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya sebagai pembaruan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992, pemerintah yang sebelumnya memiliki tanggung jawab, pelestarian dan pengawasan atas situs maupun benda cagar budaya. Dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, maka perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan benda cagar budaya di bawah tanggung jawab dan pengawasan pengelola benda cagar budaya.

  Pentingnya pelestarian cagar budaya ini sebaiknya dilakukan dalam upaya perlindungan hukum dan penetapan sebagai cagar budaya. Perlindungan secara fisik perlu dilakukan untuk menghindari campur tangan pihak-pihak lain yang tidak berwenang dalam sistem pengelolaan cagar budaya. Langkah awal dalam pemerintah ini selain bertujuan untuk melestarikan objek, juga dapat mengakomodasikan kepentingan-kepentingan lain terutama yang terkait dengan pemanfaatan benda cagar budaya. Pelestarian secara fisik lainnya adalah upaya penghambat proses penurunan kualitas benda cagar budaya dengan cara preservasi dan konservasi. Dalam kegiatan ini harus dilakukan secara berkesinambungan. Untuk benda cagar budaya yang tidak bergerak dapat dilakukan kegiatan pemugaran, apabila komponen-komponen bangunan atau monumen tersebut secara teknis memungkinkan untuk dilakukan restorasi. Pelestarian cagar budaya ini terdapat pada pasal 3 dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang bertujuan sebagai berikut: a.

  Melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia, b. Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya, c. Memperkuat kepribadian bangsa, d. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan e. Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional.

  Komitmen pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pelestarian cagar budaya ini yaitu sebagai pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, pariwisata dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.

  Pengelolaan cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang belum maksimal jika dibandingkan dengan pengelolaan cagar budaya yang berada di Jawa Tengah yaitu Candi Borobudur yang merupakan peninggalan jaman dahulu dan sangat bersejarah sekali. Pemerintah daerah Jawa Tengah sangat baik dan memperhatikan benda cagar budaya yang ada di daerahnya. Ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya para wisatawan yang datang ke Candi Borobudur tersebut.

  Tidak hanya wisatawan lokal tetapi wisatawan luar negeri pun ikut datang untuk mengunjungi Candi Borobudur. Pengelolaan cagar budaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah Jawa Tengah dinilai sangat jauh berbeda dengan pengelolaan cagar budaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang. Pengelolaan cagar budaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Jawa Tengah mampu meningkatkan kepariwisataan yang ada di daerah tersebut.

  Pengelolaan yang baik tersebut dapat dilihat dari fasilitas, perawatan, pemanfaatan, dan pelestarian yang diberikan oleh pemerintah daerah. Sedangkan terkait untuk pengelolaan cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang belum maksimal sehingga sektor pariwisata yang ada di Kabupaten Pandeglang ini belum begitu meningkat dibandingkan dengan cagar budaya yang ada di Jawa Tengah atau yang ada di Candi Borobudur. Contohnya saja cagar budaya di Kabupaten Pandeglang ini memiliki kekurangan dan kerusakan yang diantaranya ada kerusakan dibangunannya yang memang tidak layak disebut sebagai cagar budaya, kerusakan itu pun yang tidak dirawat dan tidak langsung dibenahi oleh pemerintah daerah. Perawatan yang dimaksud pada ayat (1) Undang-Undang Cagar Budaya dilakukan dengan pembersihan, pengawetan dan perbaikan atas kerusakan dengan memperhatikan keaslian bentuk, tata letak, gaya, bahan dan/atau teknologi cagar budaya. Keterkaitan cagar budaya dengan pariwisata yaitu dimana memang sudah diketahui bahwa cagar budaya tersebut merupakan warisan budaya bangsa yang seharusnya dijunjung tinggi agar dapat dipromosikan kepada masyarakat internasional dan juga bisa mengangkat sektor kepariwisataannya.

  Pemerintah Kabupaten Pandeglang seharusnya lebih serius dalam hal manajemen pengelolaan cagar budaya yang telah dimiliki. Dengan sistem pengelolaan yang baik ini, maka setiap rencana, tujuan, koordinasi, pengorganisasian, pengarahan, serta pengendalian yang berkaitan dengan manajemen akan terlaksana dengan maksimal dan berhasil guna.

  Pengelolaan cagar budaya tersebut harus merata, yang dimulai dari perawatan situs cagar budaya, tempat benda cagar budaya atau pun museum benda cagar budaya yang merupakan tempat benda-benda cagar budaya yang harus dilindungi atau diambil demi keamanan dan kelestariannya, itu semua tidak boleh luput dari pengelolaan yang efektif agar tetap terjaga dan tidak tersentuh oleh tangan-tangan orang yang berbuat negatif.

  Kabupaten Pandeglang memiliki benda cagar budaya sebanyak 202 yang terdiri dari 3 macam jenis yaitu cagar budaya yang berbentuk situs, bangunan atau gedung dan makam keramat, seperti pada tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1 Cagar Budaya Kabupaten Pandeglang

  No. Jenis Jumlah

  1. Situs

  96 Situs

  2. Bangunan atau Gedung

  20 Bangunan atau Gedung

  3. Makam Keramat

  86 Makam Keramat

  Jumlah: 202 Benda Cagar Budaya

  (Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, 2013)

  Benda cagar budaya tersebut terdiri dari situs cagar budaya yang ada dan diantaranya berbentuk situs meliputi batu, arca dan benteng. Bangunan cagar budaya yang meliputi gedung pendopo, kewadanan, rumah sakit, water turn, gedung sipir dan masjid kuno peninggalan jaman dulu. Kemudian makam keramat yang meliputi makam-makam para leluhur atau makam-makam para sultan, syekh dan juga makam yang sangat dikeramatkan. Dari ke 202 benda cagar budaya ini letaknya sangat berjauhan satu dengan yang lainnya.

  Dari ke 202 benda cagar budaya yang ada, hanya 40 benda cagar budaya saja yang sudah ditetapkan oleh pemerintah karena 40 benda cagar budaya ini sudah diteliti oleh seorang arkeolog yang kemudian oleh pemerintah disahkan atau ditepatkan sebagai benda cagar budaya peninggalan jaman dahulu seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 pasal 33 ayat (1). Sedangkan sisanya tersebut masih harus diteliti oleh seorang arkeolog dan harus membutuhkan waktu yang cukup lama, karena cagar budaya tersebut hanya masuk ke dalam kriteria cagar budaya, akan tetapi benda cagar budaya tersebut tetap milik pemerintah daerah dan dikelola oleh pemerintah daerah. Seperti yang tercantum dalam BAB III pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 mengenai kriteria cagar budaya sebagai berikut: a.

  Berusia 50 tahun atau lebih, b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun, c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan, dan d.

  Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

  Dalam penelitian ini, saya akan meneliti situs cagar budaya di Kabupaten Pandeglang yang secara keseluruhan ada 96, namun yang sudah ditetapkan hanya ada 24 situs saja dan tersebar di 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang.

  Hal tersebut juga telah disampaikan oleh Bapak Wiraatmajaya selaku Kepala Bidang Kebudayaan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, yaitu bahwasannya situs cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang ini secara keseluruhan ada 96 situs, akan tetapi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah hanya ada 24 situs dan sudah memiliki juru pelihara yang diutus secara langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Sedangkan untuk sisanya ini baru diajukan dan masuk ke dalam kriteria situs cagar budaya, namun pengelolaannya tetap oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah akan terus mengkaji cagar budaya yang ada di kabupaten Pandeglang, karena daerah Pandeglang memiliki banyak benda peninggalan jaman dahulu yang harus tetap dilindungi, dirawat, dilestarikan dan juga ditata letak keasliannya.

  Dari ke 96 situs cagar budaya hanya 24 situs cagar budaya yang telah tersebar di 13 kecamatan di Kabupaten Pandeglang. Dari 24 situs cagar budaya tersebut juga telah dirawat oleh seorang juru pelihara yang sangat mengerti akan sejarah atau asal muasal situs cagar budaya atau peninggalan jaman prasejarah tersebut. Berikut ini merupakan daftar nama situs cagar budaya kabupaten Pandeglang yang telah tercantum pada tabel 1.2 yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.2 Daftar Nama Situs Cagar Budaya Kabupaten Pandeglang

  No. Nama Situs Kecamatan

  1. Situs Pahoman Pasir Peuteuy Cadasari

  Situs Batu Gedong Cadasari 2.

  3. Situs Batu Tapak Pasir Gumapak Cadasari

  4. Batu Kuda Pandeglang

  Syekh Maghrib Pandeglang 5.

  6. Batu Ranjang Cipeucang

  7. Batu Orok Cipeucang

  8. Situs Cidaresi Batu Tum Bergores Cipeucang

  9. Situs Syeh Mansyur Cipeucang

  10. Situs Gunung Cupu Cimanuk

  11. Situs Pangasaman Saketi

  Pulosari

  12. Sanghiang Heuleut

  13. Sanghiang Dengdek Pulosari

  14. Situs Batu Goong Pulosari

  Pulosari

  15. Situs Batu Tulis Citaman

  16. Situs Batu Tulis Muruy Menes

  17. Situs Cihunjuran Mandalawangi

  18. Situs Genta Vijra Tugu Mandalawangi

  19. Situs Nyi Jompong Cibaliung

  20. Situs Batu Tulis Munjul Munjul

  21. Situs Keraton Majasari

  Cimanggu

  22. Situs Dipati Ukur

  23. Situs Dungus Tugu Cimanggu

  24. Situs Batu Lingga Banjar

  (Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, 2013) Dari ke 24 situs cagar budaya yang ada ini, telah dirawat dan dijaga oleh seorang juru pelihara yang diutus secara langsung oleh Dinas Kebudayaan dan

  Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Juru pelihara ini diberikan kepercayaan untuk merawat, memelihara dan memberikan informasi kepada pengunjung yang datang ke situs cagar budaya tentang asal mula dan sejarah situs cagar budaya itu muncul dan ada di daerah Pandeglang.

  Dalam penelitian ini yaitu mengenai manajemen pengelolaan situs yang dimana peneliti hanya meneliti 2 situs yaitu Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur. Situs Batu Goong sendiri telah diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Peninggalan Sejarah dan Purbakala dan Permuseuman yang memiliki wilayah kerja Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung, yang pengelolanya berada di bawah Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, namun pengelolaannya tetap oleh pemerintah daerah dalam arti kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) tidak melakukan kegiatan secara langsung turun ke situs batu goong tersebut secara rutin, akan tetapi pihak dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) ini menempatkan juru pelihara yang bertugas untuk merawat, memelihara, menjaga, melestarikan dan juga memberikan informasi mengenai asal mula atau sejarah situs cagar budaya tersebut. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang ini mengelola situs batu goong hanya dalam hal penganggaran kerusakan saja.

  Situs Batu Goong sendiri merupakan sebuah punden berundak yang merekaya bentukan alam. Pada bagian tertinggi ditempatkan Batu Goong bersama menhir. Situs Batu Goong intinya merupakan sebuah menhir (berdiri di tengah- tengah sebagai pusat) dikelilingi oleh batu-batu yang berbentuk gamelan seperti gong dan batu pelinggih. Babad Banten yang merupakan produk dari masa Islam masih menyebutkan Gunung Pulosari adalah gunung keramat. Walaupun Babad Banten disebutkan bahwa Gunung Karang dan Gunung Haseupan disebut-sebut sebagai tempat kegiatan asal mula pendukung atau masyarakat Banten, tetapi Gunung Pulosari dinyatakan lebih penting ditinjau dari segi kekeramatannya. Ini mungkin disebabkan karena Gunung Pulosari sejak jaman prasejarah dianggap sebagai gunung suci. Situs Batu Goong berada di sebuah perbukitan yang disebut Kaduguling, terletak di Kecamatan Pulosari dengan ketinggian sekitar 250 meter dari permukaan laut. (Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan

  

Kepurbakalaan Provinsi Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi

Banten, 2008).

  Kemudian untuk Komplek Makam Syekh Mansyur merupakan makam yang sangat dihormati oleh masyarakat dan banyak dikunjungi oleh penjiarah yang tidak hanya dari pulau Jawa, namun juga dari pulau luar Jawa. Makam Syekh Mansyur ini terletak di Kecamatan Cimanuk. Syekh Mansyur adalah ulama besar yang berasal dari Jawa Timur yang hidup semasa dengan Syekh Nawawi al Bantani. Kepurbakalaan yang terdapat di komplek makam Syekh Mansyur Cikadueun ini hanyalah batu nisan pada makam Syekh Mansyur yang tipologinya menyerupai batu nisan tipe Aceh. Nisan ini memiliki bentuk dasar pipih, bagian kepala memiliki dua undakan, makin ke atas makin mengecil. Pada bagian atas badan nisan terdapat tonjolan berbentuk tanduk. Hiasan berupa sulur dan dan tanaman terdapat hampir di seluruh badan nisan tanpa ragam hias kaligrafi.

  

(Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi

Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2008).

  Berdasarkan hasil observasi awal, peneliti mendapatkan beberapa permasalahan dalam hal manajemen pengelolaan situs Batu Goong dan komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

  Pertama, perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengelola

  situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini masih jauh dari kata maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya pengawasan, perawatan, perlindungan dan perhatian serta fasilitas yang diberikan oleh pemerintah untuk situs cagar budaya tersebut. Dalam hal ini pihak pengelola atau sumber daya manusia yang ada kurang merencanakan secara benar dan efektif untuk dapat mengelola situs tersebut. Salah satu perencanaan yang kurang baik dalam hal perawatan yaitu terjadi pada situs Batu Goong yaitu salah satunya tempat penyimpanan batu yang hanya dilindungi oleh pagar dan letak situs cagar budaya ini berada di bukit Gunung Pulosari sehingga jauh dari kata aman dan bisa saja merubah bentuk keaslian dan tata letak daripada situs Batu Goong tersebut.

  Karena pagar yang melindungi batu itu sudah tidak layak dan memang seharusnya diganti dengan yang lebih aman dan terhindar dari orang-orang yang akan berbuat jahat. Begitu pula dengan komplek Makam Syekh Mansyur yang banyak dikunjungi oleh para pejiarah.

  Walaupun situs tersebut sudah dirawat oleh seorang juru pelihara, akan tetapi wewenang sepenuhnya dipegang oleh pemerintah daerah. Kurangnya perawatan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah ini bisa mengganggu kenyamanan para wisatawan yang akan berkunjung ke situs tersebut.