POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI (Studi Kasus Satu Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI

(Studi Kasus Satu Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

SUNARNOTO

  

NIM: 211.11.022

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO

“Kurang pikir kurang ilmu

Dirinya tentu mudah ditipu”

  

“Bila tampil kurang sopan

Akan tersisih dari pergaulan”

“Bukan pemuda-sembarang pemuda

Tapi pemuda tampan giat bekerja”

  

“Kalau kita rajin menabung

Tentu kita sangat beruntung”

Do the best, don’t feel the best, always be the best.

  

(Slogan Youth Association of Bidik Misi Limardhatillah IAIN Salatiga)

Penulis

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

  1. Seluruh keluarga penulis: Narno (bapakku), Ngatmi (ibuku), Ichsan Fauziah (kakakku), Siti Fathonah (adikku) yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan yang tak ternilai harganya.

  2. Guru-guruku yang berjasa: Bapak Kyai Bahrurrozi, Mbah Kyai Slamet Idris, Pak Asyiq Ma‟ruf, Pak Dhe Tardi, Kang M. Arba‟in yang bisa memberi warna dalam hidupku.

  3. Kang-kang pondok Tarbiyatul Muballighin: M. Mukhib, R. Fajar Hidayatullah, M. Zainal Abidin dan lainnya. Pondok Al-Ishlah: Emha Arif

  B, M. Munawar Said, M. Sigit, Khoirul Amin, Khoirul Anam, Ali Maskur, M. Aminudin, Nahar N. Nafi‟, M. Syukron Rofiq yang pernah penulis repoti.

  4. Teman-teman Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah terutama angkatan 2011, LPM DinamikA serta ikhwan dan akhwat LDK IAIN Salatiga yang super- super.

  5. Rekan dan rekanita kader IPNU-IPPNU Kabupaten Boyolali serta Sahabat dan sahabati PMII Salatiga yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada penulis.

KATA PENGANTAR

  ٗهػ جلاصنأ .ىناؼنا غيًج ٗهػ مًؼنأ ىهؼنات ودآ ُٗت م ّضف ٖر ّنا لله دًذنا .)دؼت ا ّيس د ّيا( ىكذنأ وٕهؼنا غيتاُي ّتاذصأٔ ّنآ ٗهػٔ ىجؼنأ بسؼنا د ًّذي

  Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia, hidayahdan limpahan kasih sayang yang diberikan-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

  Skripsi ini berjudul: POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI (Studi Kasus Satu Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang) peneliti menyadari bahwa proses penyelesaian penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari adanya bimbingan, dukungan, dan peran serta dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam

  Negeri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan do‟a dan restunya dalam penulisan skripsi ini.

  2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.

  3. Bapak Sukron Ma‟mun, M.Si. selaku KetuaJurusan Ahwal al-Syakhshiyyah (AS) Fakultas

  Syari‟ah IAIN Salatiga dan sekaligus menjadi Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah memberikan banyak masukan dan nasehat kepada peneliti selama menjalani studi program Sarjana Strata Satu (S1) Ahwal al-Syakhshiyyah dan yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  4. Ibu Evi Ariyani, M.H. selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah meluangkan waktu, membimbing, dan memberikan nasehat serta masukan yang tidak ternilai harganya kepada peneliti.

  5. Segenap Dosen dan Karyawan Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah Fakultas Syari‟ah serta Unit Perpustakaan IAIN Salatiga yang telah mempermudah dalam pengumpulan bahan skripsi.

  6. Kepada Ayahanda, Ibunda, Kakak dan Adik tercinta, atas semua pengorbanan, kasih sayang, senyum, air mata, dan do‟a yang selalu teriring dalam setiap langkah peneliti.

  7. Teman-teman AS 2011 yang selama ini belajar dan berjuang bersama di kampus IAIN Salatiga. Terima kasih atas kebersamaan dan canda tawanya.

  8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

  

ABSTRAK

  Sunarnoto. 2016. Poligami Dalam Perspektif Keluarga Salafi (Studi Kasus Satu

  Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang). Skripsi.

  Fakultas Syari‟ah. Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sukron Ma‟mun, M.Si.

  Kata kunci: Poligami, Perspektif, Keluarga, Salafi

  Penelitian ini merupakan studi kasus dari satu keluarga bapak AR dalam kaitannya tentang poligami. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: Pertama, apa yang melatarbelakangi poligami dalam keluarga bapak AR, dan kedua, bagaimana konsep penataan keluarga antara istri pertama dan istri keduanya. Tujuan penelitian ini adalah: Pertama, mengetahuai apa yang melatarbelakangi poligami dalam keluarga bapak AR, dan kedua, mengetahui konsep penataan keluarga/sosiologi keluarga antara istri pertama dan istri kedua.

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis yang bersifat natural setting dengan rancangan studi yang sumber datanya berasal dari manusia (human intrustment). Metode pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti adalah metode interview, metode observasi dan metode dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data peneliti menggunakan metode analisis dan deduksi.

  Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa perkawinan poligami dapat diterima di masyarakat dan sudah menjadi tradisi di kalangan keluarga salafi. Hal utama yang melatarbelakangi Bapak AR melakukan poligami adalah dalam rangka untuk merasakan yang namanya keadilan dan semata-mata untuk menaikkan iman istri yang pertama, kedua dan bapak AR sendiri.Konsep penataan keluarga yang dilakukan oleh Bapak AR adalah melakukan pemerataan keadilan dalam hal nafakah dan waktu bermalam. Sengaja tidak dijadikan satuatap antara istri pertama dengan istri kedua karena untuk mengantisipasi terjadinya perselisihan yang tidak terduga jika bapak AR tidak berada di rumah.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

ABSTRAK ................................................................................................. x

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ..........................................................

  1 B. Fokus Penelitian/Rumusan Masalah ......................................

  7 C. Tujuan Penelitian .....................................................................

  7 D. Kegunaan Penelitian/Signifikasi Penelitian ...........................

  7 E. Penegasan Istilah ......................................................................

  9 F. Tinjauan Pustaka ......................................................................

  11 G. Metode Penelitian .....................................................................

  13 H. Sistematika Penulisan ..............................................................

  18

  BAB II POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM .........

  41

1. Salaf .......................................................................................

  52 E. Pendidikan Bapak AR ...........................................................

  51 D. Kesalafian Bapak AR dan Keluarganya ..............................

  51 C. Bapak AR Memaknai Kata “al-Adl” ...................................

  50 B. Landasan Bapak AR dalam Berpoligami ............................

  50 A. Profil Bapak AR .....................................................................

  49 BAB III POTRET KELUARGA POLIGAMI BAPAK AR .................

  44

3. Salafiah ..................................................................................

  42

2. Salafi ......................................................................................

  38 J. Definisi Keluarga Salafi ..........................................................

  20 A. Pengertian Poligami ...............................................................

  37 I. Hikmah Poligami .....................................................................

  36 H. Pengertian Adil .......................................................................

  32 G. Perintah Berlaku Adil ...........................................................

  39 F. Manfaat dan Madharat Poligami ..........................................

  28 E. Poligami Rasulullah SAW .....................................................

  27 D. Syarat Poligami ......................................................................

  22 C. Sejarah Poligami ....................................................................

  20 B. Dasar Hukum Poligami .........................................................

  53

  

F. Keluarga Bapak AR ...............................................................

  54 G. Kondisi Ekonomi Bapak AR .................................................

  55 H. Kehidupan Keluarga Bapak AR ..........................................

  57 BAB IV POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA BAPAK AR

....................................................................................................

  60 A. Latar Belakang Poligami Keluarga Bapak AR .....................

  60 B. Konsep Penataan Keluarga Sakinah Bapak AR ...................

  65

1. Dalam Hal Kehidupan Ekonomi .........................................

  59

2. Maghligai Rumah Tangga ...................................................

  67

a. Bapak AR dengan Istri Pertama ......................................

  67

b. Bapak AR dengan Istri Kedua .........................................

  68

3. Tanggung Jawab Terhadap Anak-anak .............................

  69

4. Pengelolaan Konflik .............................................................

  70 BAB V PENUTUP .....................................................................................

  73 A. Kesimpulan .............................................................................

  73 B. Saran ........................................................................................

  73 C. Kata Penutup ..........................................................................

  74 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

  75

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang membawa misi rahmat lial-

  ‟ālamin (rahmat

  bagi alam semesta) yang memiliki hukum universal yang senantiasa berlaku di setiap tempat dan sepanjang zaman, dan sesuai dengan realitas dan watak manusia mana sangat memperhatikan arti penting perkawinan. Perkawinan atau pernikahan sebagai satu-satunya cara yang sah untuk berketurunan. Tidak kurang dari delapan puluh (80) ayat di dalam Al-Qur

  ‟an yang berbicaratentang perkawinan, baik yang memakai kata

  nikāh (berhimpun),

  maupun menggunakan kata zawwaja (berpasangan). Keserasian ayat tersebut memberikan tuntunan kepada manusia bagaimana seharusnya menjalani perkawinan itu dapat menjadi jembatan yang mengantarkan manusia, laki-laki dan perempuan, menuju kehidupan sakinah (damai, tenang dan bahagia) yang diridhai Allah subhanahu wata‟ala (SWT).

  Menikah merupakan suatu keputusan manusia yang mulia karena dengan menikah maka tujuannya dapat tercapai. Tujuan manusia menikah pun bermacam-macam, ada yang beralasan status sosial, dapat melanjutkan keturunan dan lain-lain.

  Sebenarnya seorang laki-laki (suami) menikah dengan seorang perempuan (istri) sudah cukup. Karena permasalahan baru diperbolehkan menikah lebih dari satu orang, yang disebut poligami. Permasalahan tersebut seperti istrinya mandul atau sakit dan lain-lain.

  Pada dasarnya prinsip perkawinan adalah monogami, namun dalam praktiknya, pilihan monogami atau poligami dianggap persoalan parsial (pilihan sepihak). Status hukumnya akan mengikuti kondisi ruang dan waktu. Sunnah Nabi sendiri menunjukkan betapa persoalan ini bisa berbeda dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Karena itu, pilihan monogami atau poligami bukanlah sesuatu yang yang didasarkan pilihan bebas, melainkan harus selalu merujuk pada prinsip- prinsip dasar syari‟ah, yaitu terwujudnya keadilan yang membawa kemaslahatan dan tidak mendatangkan madharat atau kerusakan.

  Indonesia sebagai negara hukum, tentu mendambakan dan berkeinginan agar masyarakatnya taat hukum. Urgennya adalah di dalam peraturan perundang-undangan dalam bidang keluarga yang mengeluarkan produk hukum berupa Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Didalamnya mengatur kekeluargaan yang dalam perguruan tinggi masuk dalam lingkup jurusan atau program studi Ahwal al-Syakhshiyyah (AS).

  Bukan rahasia lagi jika saat ini aturan Islam yang berkaitan dengan masalah poligami telah dikecam oleh berbagai pihak, terutama oleh kalangan Barat. Mereka senantiasa menyebarkan kebohongan dengan tujuan mengelabui umat manusia untuk tidak mengenal kebenaran Islam dengan alasan bahwa Islam adalah agama yang melegalisasi poligami, sementara mereka beranggapan bahwa poligami banyak menimbulkan dampak negatif

  1 dan hanya pantas terjadi di negara-negara terbelakang.

  Diperbolehkannya poligami tentunya berdasarkan al-Qur ‟an surat An-

  Nisa‟ [4]: 3 yaitu:

                                

  Artinya:

  “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak- hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki, yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

  Seorang wanita yang bersedia dimadu membuktikan kerelaan dan kepuasannya bahwa perkawinannya itu tidak akan mengakibatkan kemudharatan, mengabaikan haknya, atau merendahkan martabatnya. Ayat di atas cukup menjelaskan hal-hal yang telah dipahami Rasulullah, sahabat- sahabatnya, tabi‟in, dan jumhur ulama‟ muslimin tentang hukum-hukum berikut:

1. Boleh berpoligami paling banyak hingga empat orang istri.

  2. Disyariatkan dapat berbuat adil di antara istri-istrinya. Barang siapa yang belum mampu memenuhi ketentuan di atas, dia tidak boleh mengawini 1 wanita lebih dari satu orang. Seorang laki-laki yang sebenarnya meyakini

Musfir Al-Jahrani, Poligami dari Berbagai Persepsi, Jakarta, Gema Insani Press, 1996, hlm. 1. dirinya tidak akan mampu berbuat adil, tetapi tetap melakukan poligami, dikatakan bahwa akad nikahnya sah, tetapi dia telah berbuat dosa.

  3. Keadilan yang disyaratkan oleh ayat di atas mencakup keadilan dalam tempat tinggal, makan, dan minum, serta perlakuan lahir batin.

  4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada istri kedua dan anak-

  2 anaknya.

  Berlaku adil di sini maksudnya ialah perlakuan yang adil dalam melayani istri seperti sandang (pakaian), papan atau tempat tinggal (rumah),

  pangan atau pemenuhan kebutuhan ekonomi, giliran, dan lain-lain yang

  bersifat lahiriyah. Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum nabi Muhammad

  Sallallah „alaihi wa

sallam (SAW). Dan ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.

  Islam memandang poligami lebih banyak membawa resiko/madharat daripada manfaatnya. Karena manusia menurut fitrahnya (human nature) mempunyai watak cemburu, iri hati, dan suka mengeluh. Watak-watak tersebut akan mudah timbul dengan kadar tinggi, jika hidup dalam kehidupan keluarga yang poligamis. Dengan demikian, poligami itu bisa menjadi sumber konflik dalam kehidupan keluarga, baik konflik antara suami dengan istri-istri dan anak-anak dari istri-istrinya, maupun konflik antara istri beserta anak- anaknya masing-masing.

2 Musfir Aj-Jahrani, Poligami Dari Berbagai Persepsi, Jakarta, Gema Insani Press, 2002, hlm. 41.

  Karena itu poligami hanya diperbolehkan apabila dalam keadaan darurat, misalnya istri ternyata mandul, sebab menurut Islam, anak itu merupakan salah satu dari tiga human investment yang sangat berguna bagi manusia setelah ia meninggal dunia, yakni bahwa amalnya tidak tertutup berkah dengan adanya keturunannya yang solih yang selalu berdoa untuknya. Maka dalam keadaan istri mandul dan suami bukan mandul berdasarkan keterangan medis hasil laboratorium, suami diizinkan berpoligami dengan syarat ia benar-benar mampu mencukupi nafkah untuk semua keluarga dan harus bersikap adil dalam pemberian nafkah lahir dan giliran waktu tinggalnya.

3 Mengutip dari Skripsi yang ditulis Emma Nayly Syifa

  4

  tahun 2011 bahwa: UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam

  (KHI) menganut kebolehan poligami bagi suami, walaupun terbatas hanya empat orang istri. Ketentuan itu termaktub dalam pasal 3 dan 4 Undang- Undang Perkawinan dan Bab XI pasal 55 s.d. 59 KHI. Dalam KHI antara lain disebutkan bahwa syarat utama beristri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya (pasal 55 ayat 2). Selain syarat utama tersebut, ada lagi syarat lain yang harus dipenuhi sebagaimana termaktub dalam pasal 5 UU Nomor 1 Tahun 1974, yaitu adanya persetujuan istri dan adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin kehidupan istri-istri dan anak-anak mereka. Perkawinan poligami adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh seseorang (suami) karena adanya sebab/alasan yang menyebabkan perkawinan itu terjadi.

  5

  3 H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, Jakarta, PT Toko Gunung Agung, 1996, hlm. 13. 4 Alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, lulus tahun 2011. 5 Emma Nayly Syifa, Perkawinan Poligami Menurut Hukum Islam dan Perundang-undangan di

Indonesia: Studi Kasus Pelaku Poligami di Desa Suruh Kec. Suruh Kab. Semarang 2011,

Salatiga, Jurusan Syari‟ah STAIN Salatiga, 2011, hlm.2- 3.

  Di dalam KHI pasal 57 dijelaskan bahwa alasan-alasan bagi suami berpoligami adalah:

  1. Istri tidak dapat melayani suami seperti pada umumnya.

  2. Istri mengalami cacat badan atau penyakit yang tidak kunjung sembuh.

  6 3.

  Istri tidak melahirkan keturunan.

  Yang terjadi dalam satu keluarga salafi di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang ini, adalah menarik dimana terdapat keluarga salafi yang menjalankan poligami. Keluarganya sangat harmonis. Hipotesis yang penulis peroleh adalah bahwa poligami yang dilakukan adalah karena untuk meningkatkan iman istri pertama, kedua dan pelaku poligami (suami).

  Serta semata-mata untuk merasakan dan menjalankan konsep keadilan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW.

  Dari uraian-uraian tersebut serta minimnya data dan bahan yang akan dibutuhkan dalam pembahasan tentang POLIGAMI DALAM

  PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI (Studi KasusSatu Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, maka

  penulis bermaksud untuk meneliti dan membahas lebih lanjut tentang beberapa permasalahan yang berkaitan dengan berpoligaminya keluarga salafi.

6 Ibid , hlm. 3.

B. Fokus Penelitian/Rumusan Masalah

  Sebagai basicquestionatau pokok permasalahan yang berangkat dari latar belakang masalah, maka penulis mengambil beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai rumusan masalah atau fokus penelitian, adalah sebagai berikut:

  1. Apa yang melatarbelakangi poligami dalam keluarga Bapak AR? 2.

  Bagaimanakonsep penataan keluarga antara istri pertama dan istri kedua? C.

   Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan fokus penelitian diatas, maka penelitian ini bertujuan: 1.

  Mengetahui apa yang melatarbelakangi poligami dalam keluarga bapak AR.

  2. Mengetahui konsep penataan keluarga/sosiologi keluarga antara istri pertama dan istri kedua.

D. Kegunaan Penelitian/Signifikasi Penelitian

  Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara Teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang permasalahan sosiologi keluarga dan memperkaya khazanah kasus hukum Islam pada civitas akademik Fakultas Syari ‟ah jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah (AS), khususnya tentang poligami. Selain hal itu juga dapat dijadikan bahan bacaan tentang hukum Islam dan sosiologi keluarga. Sehingga mampu memberi sumbangan dan solusi pada permasalahan yang terjadi di masyarakat.

  Secara praktis hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi masyarakat umum. Masyarakat dapat mengetahui adanya praktik poligami yang sah baik menurut syariat (hukum Islam) dan sah menurut hukum (perundang- undangan) yang berlaku.

  Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan masukan akan adanya praktik poligami (baik sah secara agama dan sah secara hukum) yang berada di kelurahan Sumberejo, menata ulang (memaksimalkan) tugas pokok dan fungsi Kantor Urusan Agama (KUA) dalam mensosialisasikan pencatatan nikah serta jika ingin melakukan poligami harus melalui izin Pengadilan Agama (PA).

  Penelitian ini penting bagi Kementerian Agama sehingga dapat memberikan pembinaan keluarga yang ingin berpoligami, memberikan penyuluhan kepada masyarakat terhadap pentingnya pencatatan nikah dan keabsahan poligami secara hukum sehingga anak-anak mempunyai status hukum yang sah dan tetap.

  Manfaat praktis bagi jurusan AS adalah memberikan informasi tentang praktik poligami yang sesuai dengan hukum Islam, perundang-undangan di Indonesia dan keluarga Salafi. Bagi KUA memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalalah poligami. Terakhir bagi masyarakat, yaitu memberikan sumbangan pengetahuan tentang praktik poligami sesuai dengan fakta yang ada.

E. Penegasan Istilah

  Sebelum memulai dalam penyusunan skripsi ini, perlu penulis kemukakan bahwa judul skripsi ini adalah: POLIGAMI DALAM

  PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI (Studi Kasus Satu Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang). Untuk

  menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalah-pahaman serta pengertian yang simpang siur, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut: 1.

  Poligami Poligami adalah seorang suami memiliki banyak istri. Poligami juga berarti ikatan perkawinan yang salah satu pihak (suami) mengawini beberapa (lebih dari satu) isteri dalam waktu yang bersamaan.

2. Perspektif

  Perspektif adalah pengharapan, peninjauan, tinjauan, pandangan luas.

  7 3.

  Keluarga Termaktub dalam UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga menurut sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua 7 Pius A. Partanto & M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 1994, hlm.

  592. institusi, merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah,

  8 hubungan perkawinan, dan adopsi.

  4. Salafi Salaf berasal dari

  fi‟il madhi, fi‟il mudhori‟ dan isim masdar:

  9 salafa , yaslufu dan salafan yang berarti terdahulu atau telah lalu. Salafi

  adalah metodologi berpikir salaf tanpa melibatkan label-label lain. Salafi juga adalah mereka yang menjaga kemurnian akidah Islam dari hal-hal yang berbau syirik atau hal-hal yang

  bid‟ah, yang sebenarnya tidak

  10 masuk dalam bagian akidah Islam.

  5. Studi Studi adalah pelajaran, penggunaan waktu dan pikiran untuk

  

11

memperoleh ilmu pengetahuan.

  6. Kasus Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kasus adalah keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara; keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal; soal;

  12 perkara;.

  8 Herien Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen- 9 Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 2013, hlm. 1.

  

Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, PT Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah,

10 Jakarta, 2007, hlm. 178.

  

Andi Aderus, Karakteristik Pemikiran Salafi di Tengah Aliran-Aliran Pemikiran Keislaman,

11 Jakarta, Kementerian Agama RI, 2011, hlm. 63. 12 WJS. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta, Balai Pustaka, 1999,hlm. 965.

  Ibid , hlm. 420.

  Karya ini dibuat penulis bertujuan menganalisis tentang bagaimana pelaku poligami dapat menegakkan sistem keadilan seperti yang diajarkan oleh syari‟at Islam (al-Qur‟an dan Hadis). Benarkah dalam praktik poligami orang telah mampu menegakkan keadilan dengan memenuhi apa-apa yang dibutuhkan oleh istri dan anak-anaknya. Sebagaimana kita tahu bahwa peran pelaku poligami dituntut lebih besar dari yang bukan berpoligami karena tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarga.

F. Tinjauan Pustaka

  Banyak karya ilmiah atau penulisan yang membahas tentang kasus- kasus poligami, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk terus dikaji dan ditelusuri lebih dalam lagi. Banyaknya kasus yang berhubungan dengan poligami mendorong penulis mencoba mengungkap fenomena tersebut dengan mengamati dalam praktik kehidupan pasangan poligami. Dengan demikian diharapkan penelitian ini tidak sama dengan yang sudah ada. Pada umumnya kajian kasus poligami

  • – sejauh pengkajian penulis – hanya terbatas pada teori saja, seperti pada penulisan skripsi yang ditulis oleh Sudibyo yang berjudul

  “Konsep Keadilan Dalam Berpoligami menurut hukum Islam”

  menjelaskan bahwa konsep adil dalam perkawinan poligami harus sesuai dengan apa yang ada di dalam aturan Islam serta penerapan konsep keadilan yang benar menurut al-

  Qur‟an dan hukum Tuhan. Menurutnya, adil disini tidak hanya adil dalam pemberian nafkah saja tetapi juga adil terhadap pembagian terhadap cinta dan kasih sayang kepada istri-istrinya seperti pembagian jatah malam dan nafkah lahiriah maupun batiniah. Bukan hanya itu, adil terhadap pemberian kasih sayang kepada anak-anaknya pun harus diperhatikan yaitu dengan memberikan hak-hak mereka secara penuh dan tidak berbuat aniaya kepada mereka.

  Emma Nayly Syifa menjelaskan dalam skripsinya bahwa: Begitu juga karya dari Siti Mulyani (1997:18) yang mengangkat tema

  “Poligami Dalam PerspektifKeadilan Jender”dalam karyanya dijabarkan

  bahwa poligami yang dilakukan oleh suami terhadap istri adalah merupakan suatu perbuatan yang sangatmerendahkan kaum perempuan karena terdapat unsur diskriminasi sosial maupun kejiwaan. Tidak hanya itu, jika dilihat dari sisi suami itu sendiri maka tampak sangat jelas unsur yang terkandung di dalamnya lebih mementingkan kepentingan pribadi ketimbang dari sisi kaum perempuan yang jelas-jelas lebih merasakan dampak dari poligami itu sendiri. Jelas di sini bahwa kaum perempuan merasa seperti tersisihkan karena adanya sebab yang menjadi alasan-alasan bagi suami untuk berpoligami seperti yang

  13 telah disebutkan di atas.

  Emma Nayly Syifa juga membandingkan dengan skripsi lain karya M. Sholihan, yaitu:

  Berbeda dengan karya-karya di atas, M. Sholihan (1993:30)

  “Poligami Dalam Perspektif Fazlur Rahman”menjelaskan bahwa Fazlur Rahman

  memaparkan pendapat bahwa adanya kontradiksi diantara izin untuk beristri sampai empat orang dan keharusan untuk berlaku adil kepada mereka dengan pernyataan tegas bahwa keadilan terhadap istri-istri tersebut adalah mustahil. Menurut penafsiran yangtradisional izin untuk berpoligami itu mempunyai kekuatan hukum, sedang keharusan untuk berbuat adil kepada mereka walaupun sangat penting, terserah kepada kebaikan si suami (walaupun Hukum Islam yang tradisional memberikan hak kepada kaum wanita untuk meminta pertolongan atau perceraian apabila mereka dianiaya atau dikejami oleh suami mereka). Dari sudut pandang agama yang normatif keadilan terhadap istri yang memiliki posisi lemah itu tergantung kepada kebaikan suami, walaupun pasti akan dilanggar. Sebaliknya modernis-modernis muslim cenderung untuk mengutamakan keharusan untuk berbuat adil tersebut, bahwa 13 perlakuan adil tersebut adalah mustahil, mereka mengatakan bahwa izin untuk

  

Emma Nayly Syifa, Perkawinan Poligami Menurut Hukum Islam dan Perundang-undangan di

Indonesia: Studi Kasus Pelaku Poligami di Desa Suruh Kec. Suruh Kab. Semarang 2011,

  

Salatiga, Jurusan Syari‟ah Program Studi Ahwal al-Syakhshiyyah (AS) STAIN Salatiga, 2011, hlm. 9. berpoligami itu hanya untuk sementara waktu dan tujuan tertentu saja. Beliau memang membenarkan pendapat di atas bahwa izin berpoligami merupakan hukum, sedang sanksinya adalah untuk mencapai ideal moral yang harus diperjuangkan masyarakat karena poligami itu tidak dapat dihilangkan begitu

  14 saja.

  Dari berbagai penelitian yang berkaitan dengan poligami yang dilakukan oleh beberapa peneliti, mereka meninjau dari segi takhrij hadis tentang poligami, dan poligami menurut ulama madzhab. Dan belum ada yang membahas tentang keluarga salafi dalam memahami poligami. Oleh karena itu peneliti mencoba membahas sebuah tema yang berkaitan dengan pemahaman tentang poligami dalam Islam yang dilakukan oleh keluarga salafi dengan mengambil judul

  „Poligami Dalam Perspektif Keluarga Salafi (Studi Kasus Satu Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang )‟.

G. Metode Penelitian

  Metode dalam hal ini diartikan sebagai salah satu cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu, sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan, usaha dimana dilakukan menggunakan metode-metode tertentu.

14 Emma Nayly Syifa, Perkawinan Poligami Menurut Hukum Islam dan Perundang-undangan di

  

Indonesia: Studi Kasus Pelaku Poligami di Desa Suruh Kec. Suruh Kab. Semarang 2011,

Salatiga, Jurusan Syari‟ah STAIN Salatiga, 2011, hlm. 9-10.

  Adapun metode yang digunakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada objek yang dibahas yaitu bagaimana tingkat pengetahuan keluarga salafi terhadap disyariatkannya (diperbolehkannya) poligami dalam al- Qur‟an.

  Terkait dengan kajian penelitian ini, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan apabila data-data yang dibutuhkan berupa sebaran-sebaran informasi yang tidak perlu dikuantifikasi. Peneliti memilih jenis pendekatan ini karena beberapa pertimbangan yaitu, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan langsung dengan kenyataan yang ada. Dengan pendekatan ini peneliti bisa mendapatkan data yang akurat, dikarenakan peneliti bertemu atau berhadapan langsung dengan informan.

2. Kehadiran Peneliti

  Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama dan penting karena seorang peneliti secara langsung mengumpulkan data yang ada di lapangan. Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan psikologis untuk memperoleh data yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu dengan mencari informan guna melengkapi data. Sedangkan status peneliti dalam hal mengumpulkan data diketahui oleh informan secara jelas guna menghindari kesalah-pahaman antara peneliti dengan informan. Kehadiran peneliti untuk mencoba menggali lebih jauh tentang poligami dan melibatkan secara langsung subyek peneliti, dengan kata lain penelitian ini telah diketahui oleh subyek penelitaian.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di desa Sumberejo kecamatan Pabelan kabupaten Semarang. Peneliti memilih lokasi ini karena para informan bertempat tinggal di desa Sumberejo. Sumberejo merupakan tempat tinggal masyrakat yang heterogen. Namun keluarga Salafi ini mampu berbaur dengan masyarakat majemuk. Pada penelitian ini, peneliti fokus (mengadakan penelitian) di kelurga Salafi yang terdapat di Sumberejo.

  4. Data dan Sumber Data Adapun jenis data yang penulis pergunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi: a.

  Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung berupa beberapa keterangan-keterangan dan fakta langsung yang diperoleh dari lapanganan melalui wawancara dengan para informan dan pihak- pihak yang dipandang mengetahui obyek yang diteliti. Dalam hal ini adalah keterangan dari pihak laki-laki (suami) dan perempuan (istri) di keluarga Salafi Desa Sumberejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.

  b.

  Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya dalam

  15

  format dokumentasi. Metode dokumentasi dilakukan dengan menelusuri data berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya.

5. Teknik Pengumpulan Data a.

  Metode Wawancara Metode wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh

  16 pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

  Adapun metode wawancara yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan mengenai masalah-masalah yang ada dengan berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah dirumuskan sebelumnya. Wawancara akan dilakukan terhadap pelaku maupun orang terdekat seperti keluarga, tetangga, maupun pihak- pihak yang mengetahui praktik perkawinan poligami di Desa Sumberejo.

  b.

  Observasi Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian. Metode ini penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi objektif mengenai objek penelitian.

15 S. Azwar, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, 2007,

  16 hlm. 91.

  

Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, PT Rineka Cipta, hlm. 145. c.

  Dokumentasi Mencari data mengenai beberapa hal, baik yang berupa catatan dan data dari Keluarga Salafi di Desa Sumberejo. Metode ini digunakan sebagai salah satu pelengkap dalam memperoleh data.

  6. Analisis Data Data mentah yang telah dikumpukan oleh peneliti tidak akan ada gunanya jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan dianalisis data tersebut dapat diberi arti makna yang berguna dalam memecahkan masalah

  17 penelitian.

  Dalam analisis ini penulis menggunakan analisis deskriptif yang mendeskripsikan tentang pemahaman keluarga Salafi di DesaSumberejo Kecamatan Pabelan tentang syariat Islam terutama ayat tentang diperbolehkannya poligami.

  7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, karena dari data itulah nantinya akan muncul beberapa teori.

  Untuk memperoleh keabsahan temuan, penulis akan menggunakan teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode, teori), pelacakan kesesuaian dan pengecekan anggota. Jadi temuan data 17 tersebut bisa diketahui keabsahannya.

  Moh. Nazir, MetodePenelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988, hlm. 405.

8. Tahap-tahap Penelitian

  Dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pertama pra lapangan, dimana peneliti menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang ada tidaknya praktik pernikahan poligami tersebut tidak sesuai undang-undang yang berlaku, lebih-lebih di luar syariat Islam.

  Tahap selanjutnya peneliti terjun langsung ke lapangan atau lokasi penelitian untuk mencari data informan dan pelaku serta melakukan observasi, dokumentasi dan wawancara terhadap informan yaitu pelaku yang melangsungkan pernikahan dengan praktik poligami.

  Tahap akhir yaitu penyusunan laporan atau penelitian dengan cara menganalisis data atau temuan dari penelitian kemudian memaparkannya dengan narasi deskriptif.

H. Sistematika Penulisan

  Dalam suatu penelitian ilmiah, adanya suatu pembahasan yang sistematis, guna mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini.

  Maka keseluruhan bentuk pembahasan dalam penulisan ini disusun secara sistematis sebagai berikut:

  BAB I: Pendahuluan Bab I ini memuat kajian mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metodologi Penelitian yang berisi tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian,

  Kehadiaran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Tahap-tahap Penelitian dan Sistematika Penulisan.

  BAB II: Poligami Dalam Perspektif Hukum Islam Dalam bab ini terdapat penelitian terdahulu, PengertianPoligami, Dasar Hukum Poligami, Sejarah Poligami, Syarat Poligami Dalam Islam, Perintah Berlaku Adil, Pengertian Adil, Hikmah Poligami, Definisi Kelurga Salafi. BAB III: Potret Keluarga Bapak AR Dalam bab ini akan menggambarkan tentang kondisi sosialobjek yang akan diteliti yang meliputi yang melatarbelakangi poligami dalam keluarga bapakAR dan konsep penataan keluarga antara istri pertama dan istri kedua.

  BAB IV: Poligami Dalam Perspektif Bapak AR Dalam bab ini memaparkan hasil penelitian yang meliputi: Selayang pandang keluarga Salafi Sumberejo, analisis data pengetahuan poligami, pengetahuan konsep keluarga Salafi, penilaian keluarga Salafi terhadap poligami dan sosiologi keluarganya.

  BAB V: Kesimpulan dan Penutup Bab terakhir berisi tentang penutup yang meliputi, kesimpulan dan saran-saran. Hasil penelitian yang diambil dari hasil penelitian dari judul hingga proses pengambilan kesimpulan dan saran-saran bagi berbagai pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini.

BAB II POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Pengertian Poligami Kata poligami berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly atau polus yang berarti banyak dan gamein atau gamos yang berarti kawin atau perkawinan. Kalau kedua kata tersebut digabungkan menjadi poligami, maka artinya

  adalah perkawinan yang banyak atau dengan ungkapan lain adalah perkawinan antara seorang dengan dua orang atau lebih namun cenderung

  18 diartikan perkawinan satu orang suami dengan dua istri atau lebih.

  Poligami merupakan salah satu dinamika dalam hukum perkawinan. Poligami adalah ikatan perkawinan dalam hal mana suami mengawini lebih

  19

  dari satu istri dalam waktu yang sama. Poligami ada dua macam, yaitu Poligini dan Poliandri. Poligini artinya permaduan atau beristri lebih dari satu.

  Jenis poligami yang kedua yaitu poliandri, artinya perkawinan dengan lebih dari satu laki-laki.

  Keuntungan-keuntungan poligami yang disebut oleh Georges Anquetil seorang ahli sosiologi Perancis, adalah sebagai berikut:

1. Poligami menekan merajalelanya prostitusi (lenyap, seperti yang kita lihat pada kaum Mormon).

  18 19 Ahmad Maulana, dkk., Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Yogyakarta, Absolut, 2004, hlm. 407.

  

Siti Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm.

  43.

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 78

PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH BERDASARKAN KONSEP MASLAHAT LIL UMMAT (Studi Kasus di Dusun Kaliwaru, Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 0 141

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

KELUARGA SAKINAH DAN DZIKIR (Studi Atas Peran Majelis Dzikir Al-Khidmah dalam Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah dalam Hukum Islam

0 0 163

PERJANJIAN PRA NIKAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA (Studi Kasus di KUA Kecamatan Tingkir Kotamadya Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

1 1 125

PERKAWINAN POLIANDRI (Studi Kasus Di Dusun Canggal Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 3 149

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENCEGAHAN PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR( Studi Kasus di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 88