DOCRPIJM 1479105417BAB 8 Aspek Teknis Persektor

  Propinsi Sulawesi Selatan

8.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

  Kegiatan pengembangan permukiman di Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

8.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Permukiman A.

   Arah Kebijakan

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada peraturanperundangan, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional. Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  Propinsi Sulawesi Selatan

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman. Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f) Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  1. Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumahsusun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  2. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar b10% pada tahun 2014. Pengembangan Permukiman di Kota Selayar dilaksanakan dengan upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh, perkotaan, dan desa Nelayan.

  Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana ( infrasruktur ) Permukiman di kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa / Desa Pusat Pertumbuhan dan pada Desa terpencil / Desa tertinggal melalui program pemberdayaan masyarakat.Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1 Tahun 2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut:

  Propinsi Sulawesi Selatan B.

   Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahandan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

   Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.  Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

   Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.  Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

   Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

   Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

   Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

   Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

  

kebijakan dan strategi

pada tingkat provinsi.

   Memfasilitasi pelaksanaan

   Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR.

   Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dankawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

   Tugas Tabel 8.1.

   Menyelenggarakan fungsi

operasionalisasi dan

koordinasi pelaksanaankebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkunganhunian, dan kawasan permukiman.

   Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

   Merumuskan dan

menetapkan kebijakan

penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota.

   Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi dibidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman padakebijakan nasional.

  pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.

   Memfasilitasi

   Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan  kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.

   Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

   Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba.

  Tugas Pemerintah pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah kota dalam Pengembangan Permukiman Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/Kota  Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

   Melaksanakan pengelolaan

  Propinsi Sulawesi Selatan permukiman.

   Memberdayakan

pemangku kepentingan

dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

   Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

   Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.  Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.

   Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang- undanganserta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

   Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

   Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

   Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

   Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

   Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta

kebijakan dan strategi

penyelenggaraan

perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat provinsi.

   Mengoordinasikan

pengawasan dan

pengendalian pelaksanaan peraturan perundang- undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

   Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

   Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

   Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan  Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

   Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

   Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang- undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

   Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

   Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.  Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

   Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.

   Wewenang Tabel 8.2. wewenang Pemerintah pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah kota dalam Pengembangan Permukiman Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/Kota

  C.

   Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

   Menetapkan lokasi perumahan

  Propinsi Sulawesi Selatan permukiman. penyediaan tanah untuk permukiman kumuh pada pembangunan perumahan tingkat kabupaten/kota.  Memfasilitasi peningkatan

dan permukiman bagi MBR

kualitas terhadap

   Memfasilitasi peningkatan pada tingkat provinsi. perumahan kumuh dan kualitas terhadap perumahan

   permukiman kumuh. kumuh dan permukiman kumuh

Menetapkan Kebijakan dan

pada tingkat kabupaten/kota.  Menetapkan kebijakan dan

Strategi daerah dalam

strategi nasional dalam penyelenggaraan penyelenggaraan

perumahan dan kawasan

perumahan dan kawasan

permukiman berpedoman

permukiman. pada kebijakan nasional.

   Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

  D.

   Lingkup Kegiatan

  Prioritas pembangunan permukiman di Kabupaten Kepulauan Selayar adalah:

  1. Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan tertuju pada kelurahan di Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Mariso dan Kecamatan Mamajang sebagai prioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan perkotaan. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan.

2. Pembangunan infrasturktur sanitasi di daerah pinggiran kota dengan

  Pendekatan konsep penanganan permukiman kota sebagai berikut :

  a. Konsep Penanganan Lingkungan Permukiman Padat dan Kumuh

  b. Konsep Penangangan Lingkungan Permukiman Nelayan / Pesisir

8.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

  Penyelenggaraan bangunan di kabupaten Kepulauan Selayar sesuai dengan aturan yang dipersyaratkan oleh peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Direktur

  Propinsi Sulawesi Selatan

  berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan gedung, secara fisik permasalahan penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya telah memenuhi syarat teknis maupun keserasian antar bangunan dan lingkungannya seperti yang terjadi di kawasan perumahan, Perkantoran, perdagangan dan pada kawasan khusus seperti kawasan Wisata dan kawasan bersejarah. Dilain pihak masih ada bangunan yang melanggar peruntukan khusunya pada perkantoran yang berada di sebelah timur kota Benteng (Jalan Jend. Ahmad Yani), garis sempadan jalan, sungai, pantai, dan kawasan non budi daya lainnya.

  Permasalahan penataan gedung dan lingkungan yang dihadapi di Kabupaten Kepulauan Selayar adalah :

   Perkembangan bangunan perkantoran yang diarahkan kearah timur dan selatan kota Benteng dan pembangunan fasiltas perdagangan kearah utara kota Benteng, tetapi memperlihatkan adaya pengalian dan penebangan pohon yang tidak teratur pada tapak bangunan secara keseluruhan.

   Terdapat beberapa bangunan pemerintah yang sudah tua dan memerlukan perbaikan ataupun pembangunan kembali (rehabilitasi total) .  Bangunan rumah penduduk di daerah sekitar perbukitan dan daerah bantaran sungai parappa umumnya tidak memenuhi kriteria teknis suatu bangunan, dari hal jarak antara rumah, penataan dan elevasi sehingga sering rawan terjadi kebakaran, menimbulkan lingkungan kumuh karena tidak teratur dan rutin dilanda banjir yang disebabkan luapan sungai parappa dan sungai bua-bua di musim hujan, genangan sampai berbulan-bulan dan berpotensi menimbulkan bau dan berbagai macam penyakit.

   Penataan bangunan di kecamatan masih dalam koridor terkendali, namun sudah perlu dilakukan penataan dan pengendalian sehingga tidak menimbulkan dampak negatif di mata masyarakat.

8.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

  Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Kepulauan Selayar, yaitu dari aspek kelembagaan, aspek pendanaan

  Propinsi Sulawesi Selatan

  dan aspek peran serta masyarakat, maka sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang direkomendasikan sebagai berikut:

  1. Kelembagaan yang menangani bidang kecipta-karyaan khususnya pengembangan permukiman yang didukung dengan uraian tugas dan fungsi (tupoksi) yang jelas serta penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiliki.

  2. Adanya pengorganisasian pendanaan dari berbagai sumber (APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN dan Swadaya) yang pelaksanaannya oleh Satker berada dalam SKPD.

  3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani program/ kegiatan pengembangan permukiman baik individu maupun organisasi masyarakat.

  4. Optimalisasi peningkatan peran serta swasta dalam penyelenggaraan pembangunan sektor perumahan dan permukiman.

8.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

A. Program Kerja

  1. Pembinaan Pengembangan Permukiman

  a. Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)

  b. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)

  2. Infrastruktur Kawasan Pemukiman Perkotaan

  a. Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh

  b. Peningkatan Infrastruktur Kawasan RSH

  3. Rusunawa Beserta Infrstuktur Pendukungnya

  4. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

  a. Pembangunan/Peningkatan Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

  a. Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan Bencana

  Propinsi Sulawesi Selatan 5. Pemberdayaan Masyarakat (PPIP, PISEW, dan RIS PNPM).

B. Kesiapan (Readiness Criteria)

  Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiridari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut :

1. Umum  Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

   Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.  Kesiapan lahan (sudah tersedia).  Sudah tersedia DED.  Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP,

  RPKPP,Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)  Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerahuntuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

   Ada unit pelaksana kegiatan.  Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

  2. Khusus

  a. Rusunawa  Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA  Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh  Kesanggupan Pemda untuk menyediakan Sambungan Listrik, Air Bersih, dan PSD lainnya  Ada calon penghuni

  b. PNPM Perkotaan  Lokasi adalah kelurahan perkotaan mengacu data PODES 2008 dan sudah ditetapkan oleh Menko Kesra  Kel. perkotaan dengan penduduk miskin

  ≥ 10%  Dipilih kelurahan yang belum mendapatkan 3 kali putaran BLM dan yang sudah, tetapi jumlah KK miskin ≥ 25%

  Propinsi Sulawesi Selatan

   DDUB sebesar 20 – 30%  BOP minimal 5% dari pagu BLM kab/kota  Provinsi menyediakan BOP 1% dari Pagu BLM Provinsi

c. RIS PNPM  Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

   Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.  Tingkat kemiskinan desa >25%.  Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP nminimal 5% dari BLM.

  d. PPIP  Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI  Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya  Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik  Tingkat kemiskinan desa >25%

8.1.5 Usulan Program dan Kegiatan

  Sasaran yang dicapai dalam pembangunan permukiman di Kabupaten Kepulauan Selayar memasuki tahun 2013 adalah Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan di kelurahan Lette sebagai prioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan perkotaan di Kota Selayar. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan. Berikut Uraian Rencana Kegiatan Prioritas Keciptakaryaan sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Kepulauan Selayar yang diperlihatkan pada tabel 8.3.

  Propinsi Sulawesi Selatan

Tabel 8.3 Matriks Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2015-2019

  Propinsi Sulawesi Selatan

8.2 PENATAAN BANGUNAN & LINGKUNGAN

8.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan Kabupaten Kepulauan Selayaryaitu :

  1. Bantuan teknis penyusunan pedoman pembangunan gedung dan lingkungan.

  2. Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat 3. Penyusunan NPSM sebagai tindak lanjut UU No. 28/2002 dan PP No.

  36/2005

  4. Pembinaan penyelenggaraaan bangunan gedung kepada pemangku kepentingan terkait

  5. Bantuan teknis pembangunan bangunan gedung dan pelayanan pengelolaan rumah Negara

  6. Penataan lingkungan permukiman kumuh, nelayan dan tradisional melelui pemberdayaan masyarakat.

  7. Penataan dan revitalisasi bangunan gedung bersejarah dan lingkungannya.

  Bidang Tata Bangunan Kabupaten Kepulauan Selayar mempunyai fungsi :

  a. Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya mengacu pada norma, standart, prosedur dan kriteria yang ada;

  b. Pelaksanaan pembangunan dan pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta penataan bangunan dan lingkungannya;

  c. Pelaksanaan pembinaan teknis penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya;

  Propinsi Sulawesi Selatan

  d. Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara; e. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

  1. Kegiatan penataan lingkungan permukiman  Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);  Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);  Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;  Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

  2. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung  Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;  Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;  Pelatihan teknis.

  3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan  Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;  Paket dan Replikasi

8.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

  A. Isu Strategis

  1. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan;

  2. Masalah kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Selayar sudah sangat mendesak untuk ditangani. Di mana salah satu ciri umum dari kemiskinan adalah minimnya infrastruktur Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) yang memadai, kualitas lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan memperkuat kelembagaan masyarakat dan

  Propinsi Sulawesi Selatan

  menjalin kemitraan dengan masyarakat melalui program P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) Kabupaten Kepulauan Selayar

  3. Kebutuhan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh; Permukiman kumuh adalah permukiman yang kualitas lingkungannya sangat tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang sangat tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang, kepadatan dalam luasan sangat tinggi, kualitas bangunan tidak memadai dan tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan hidup dan penghidupan penghuninya. Upaya penataan kawawan kumuh tidak hanya pada aspek fisik saja tetapi juga melaui Konsep TRIDAYA/bersejarah tersebut.

  4. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah; Kawasan tradisional/bersejarah memiliki refleksi nilai budaya yang tinggi. Di sisi lain kawasan disekitarnya seringkali dijumpai tidak tertata dengan baik bahkan mengalami penurunan kualitas lingkungan. Demi menjaga kelestarian nilai budaya dari masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan dibutuhkan upaya revitaliasasi kawasan tradisional Kabupaten Kepulauan Selayar

  5. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara Merupakan kegiatan berupa pengadaan, pemanfataan dan penghapusan baik fisik maupun administrasi dari Gedung-gedung dan Rumah-rumah negara. Pada pelaksanaan pemerintah pusat mendorong peran pemerintah daerah berkomitmen dalam pengelolaan GRN. Kegitan- kegiatan utama GRN terdiri Kegiatan Pembinaan Teknis dan kegiatan fisik. Berikut dijabarkan isu-isu strategis sektor penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai berikut :

  Propinsi Sulawesi Selatan Tabel 8.4. Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2013

ISU STRATEGIS SEKTOR PBL NO KEGIATAN SEKTOR PBL KAB KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

  1 Penataan Lingkungan

  a. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Permukiman Kumuh

  b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah

  2 Penyelenggaraan Bangunan Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara Gedung dan Rumah Negara

  3 Pemberdayaan Komunitas Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan dalam Penanggulangan Kemiskinan

  Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Selayar 2015

  B. Kondisi Eksisting Penanganan tata bangunan dan lingkungan di Kabupaten Kepulauan Selayar dilakukan melalui kebijaksanaan pemberian surat izin mendirikan bangunan (IMB) dan Pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Namun dalam hal ini belum banyak memberi dampak positif terhadap keserasian bangunan dan lingkungan masih bercampur baur kawasan perumahan, perdagangan dan pergudangan di daerah perkotaan, demikian pula dengan tidak tertibnya garis- garis sempadan bangunan menurut peruntukannya serta pemanfaatan ruang yang tidak terkendali baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan terlihat pembangunan dan pemanfaatan lahan dilakukan pada kawasan non budidaya seperti pada kemiringan lahan >40%, dikawasan pantai dan pinggiran sungai sehingga sering terjadi bencana banjir, tanah longsor dan bencana lainnya.

Tabel 8.5 Laporan Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2012 STATUS (LUAS)

  2 NO JENIS RTH LUAS (M ) PUBLIK (M2) PRIVAT (M2)

  1 Taman 6.560 16.839 23.399

  2 Lapangan 96.930 16.009 112.939

  3 Pemakaman 64.056 64.056

  4 Jalur Hijau 64.276 64.276

  5 Bakau

  Propinsi Sulawesi Selatan

  6 Hutan Kota 7.581 7.581

  

7 Sempadan 1.618.264 1.618.264

Total 1.857.667 32.848 1.890.515

  JUMLAH DALAM (Ha) 187,71 Sumber : RTRW Kabupaten Kepulauan Selayar

  C. Permasalahan dan Tantangan Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

  1. Penataan Lingkungan Permukiman  Rendahnya Kualitas lingkungan dikawasan pesisir ,pusat kota, percampuran fungsi perdagangan dan perumahan.

   Masih rendahnya kondisi jalan lingkungan permukiman.  Belum tersedianya system proteksi kebakaran  Sudah tersedia rencana rinci bangunan dan lingkungan (RTBL) pada sebagian kawasan perkotaan namun belum operasional.

  2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara  Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;  Belum ada regulasi Pengaturan Bangunan;  Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

  Bangunan Gedung  Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah berada pada kawasan yang bertopografi rendah sehingga cenderung mengalami banjir pada musim hujan.

   sebagian kondisi fisk bangunan Perkantoran sudah tua sehingga perlu di revitalisasi dan di relokasi.

  3. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:  Kurangnya penyediaan taman kota, ruang publik dan ruang terbuka hijau

  Propinsi Sulawesi Selatan

   Kurangnya penyediaan fasilitas olahraga tingkat kabupaten  Kapasitas Kelembagaan Daerah  Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;  Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

8.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk menjamin kondisi bangunan (menata dan mengatur) karena akan dijadikan dasar pada masa yang akan datang. Jika ditinjau dari intensitas bangunan yang ada saat ini, maka penataan bangunan belum dilakukan dengan baik.Rencana penataan bangunan dan lingkungan terutama pada daerah yang sudah terbangun harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Untuk itu, maka pada beberapa daerah yang peruntukannya sebagai lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai open space untuk memberikan nuansa nuansa lingkungan yang asri.Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010 yaitu : 1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman.

  a. RTBL ( Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan ) Kawasan Kabupaten Kepulauan Selayar Panduan bangunan Kawasan Kabupaten Kepulauan Selayar yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta membuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan Kawasan Kota Selayar. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kab Kabupaten Kepulauan Selayarmeliputi:

  Propinsi Sulawesi Selatan

  1) Program Bangunan dan Lingkungan Visi Pembangunan dan Pengembangan Kawasan adalah me- revitalisasi dan meningkatkan citra kawasan (pusat kota) Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai kawasan Bugis Epicentrum berbasiskan pusat pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial ekonomi, perdagangan dan jasa yang didukung oleh kegiatan dan permukiman yang serasi, nyaman dan berwawasan lingkungan guna mendukung terwujudnya kota Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai kawasan strategis pertumbuhan. 2) Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan

  Konsep utama pengembangan struktur kawasan dari Kawasan Kabupaten Kepulauan Selayar adalah penataan kembali dari struktur linier dimana semua pergerakan dan fungsi-fungsi kawasan berorientasi pada jalur jalan utamanya menjadi suatu struktur kawasan yang kompak dan diarahkan untuk memiliki nilai-nilai kualitas perancangan kawasan. 3) Konsep Komponen Perancangan Kawasan

  Pengembangan kawasan perencanaan sebagai urban epicentrum dipahami sebagai sebuah kawasan yang menjadi titik pusat orientasi Kota Selayar yang di dalamnya berkembang fungsi- fungsi pelayanan skala regional antara lain pusat pelayanan jasa dan pemerintahan, perdagangan serta pariwisata perkotaan. Karakter kawasan urban epicentrum memperlihatkan ciri-ciri sebuah kawasan yang hidup (liveable dan vibrant) dengan ragam kegiatan di dalamnya yang berlangsung sangat intensif.Pengembangan dan pembangunan kawasan perencanaan harus mampu memadukan unsur-unsur serta nuansa kesejarahan dan budaya ke dalam sektor-sektor pembangunan serta Harus mampu mewadahi aspirasi-aspirasi masyarakat.Dalam perkembangannya, kawasan perencanaan ini diharapkan menjadi atau memiliki perbedaan dengan kawasan

  Propinsi Sulawesi Selatan

  lainnya di Kota Kabupaten Kepulauan Selayar, baik secara fisik, visual, lingkungan maupun suasana tempatnya. 4) Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya 5) Rencana Umum Dan Panduan Rancangan Struktur Peruntukan

  Lahan  Upaya menegaskan Kawasan Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai kawasan urban epicentrum sekaligus mem-vital-kannya secara optimal dan efisien, memerlukan suatu upaya untuk menambahkan fungsi-fungsi lainnya yang dapat mendukung fungsi dan kegiatan utama pusat kota.

   Fungsi fungsi-fungsi baru yang ditempatkan di dalam kawasan, yaitu “Visitor Centre” yang berfungsi sebagai tempat pusat informasi tentang segala hal yang terkait dengan kegiatan wisata budaya di Kabupaten Kepulauan Selayar. Fungsi ini dilengkapi dengan fasilitas wisata seperti ruang pamer, pusat informasi, pagelaran seni, gallery, perpustakaan, museum, dan toko cindera mata.

   Area wisata keluarga yang dilakukan di blok Pasar Sentra.

  Wisata keluarga ini merupakan wisata kuliner skala lokal kabupaten. Keberadaan blok wisata kuliner ini bertujuan sebagai

  “etalase” bagi produk makanan khas Kabupaten Kepulauan Selayar 6) Rencana Perpetakan

  Rencana perpetakan lahan pada Kawasan perencanaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perepetakan tanah berupa sistem blok yang terdiri dari gabungan beberapa persil, dan sistem kapling/persil. 7) Rencana Tapak

  Rencana tapak pada wilayah perencanaan, secara umum tidak banyak mengalami perubahan, yaitu sebagai kawasan kawasan pusat kota. Namun untuk menunjang peranannya sebagai kawasan pusat kota maka perlu diciptakan suatu karakter khas pada masing- masing blok perencanaan. Hal yang dapat dilakukan adalah:

  Propinsi Sulawesi Selatan

   jaringan jalan (jalan kendaraan atau jalan untuk pedestrian) di beberapa bagian blok, yang dapat membuka wilayah perencanaan dengan wilayah lain di sekitarnya.

   Membentuk jaringan pedestrian way yang menghubungkan semua unit perencanaan sehingga tercipta pedestrian freedom.  Mengupayakan agar bantaran bisa menjadi urban green space.  Menetapkan jarak bangungan terhadap jalan sedemikian rupa sehingga tercipta building alignment yang serasi.  Mengarahkan ketinggian bangunan, sehingga akan menghasilkan roof-lineyang berirama dan menghasilkan koridor jalan sebagai ruang closure.

   Untuk memperkuat „entrance masuk ‟ pada kawasan dapat dibuat

  „Gerbang ‟ sebagai focal point untuk kawasan melalui pengarahan ketinggian bangunan di sisi kiri-kanan jalan, sehingga bisa membentuk image sebagai gerbang, juga dapat dilakukan dengan membuka node yang ada serta o menempatkan landmark berupa patung dan sejenisnya pada bundaran jalan (roundabout).  Memberikan link antar bangunan berupa pedestrian shelter/ koridor bagi pejalan kaki, sehingga wilayah perencanaan bisa disebut sebagai kawasan yang pedestrian friendly.

  8) Intensitas Pemanfaatan lahan Konsep pengendalian intensitas kawasan urban epicentrum Kabupaten Kepulauan Selayar adalah tercapainya pemanfaatan lahan yang lebih merata dan seimbang sesuai dengan tujuan peruntukan kawasan.

  Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan / daerah perencanaan yang sesuai dengan rencana kota. Intensitas pemanfaatan lahan erat hubungannya dengan konsep peruntukkan lahan, terutama menyangkut

  Propinsi Sulawesi Selatan

  ditetapkan.Intensitas pemanfaatan lahan merupakan luas lantai maksimum yang dapat dibangun di atas sebidang lahan, hal tersebut memberi gambaran tentang skala pembangunan bagi kawasan Kabupaten Kepulauan Selayar Koefisien Lantai Bangunan adalah perbandingan jumlah total luas bangunan terhadap luas lantai dasar. Ketinggian bangunan ini perlu diatur agar terjadi keselarasan dan keharmonisan antar bangunan dan lingkungan. Penetapan besar KLB di kawasan perencanaan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

   Harga lahan  Ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan)  Dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan  Ekonomi dan pembiayaan Rencana ketinggian bangunan maksimum yang dapat diterapkan di kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :  Di sepanjang jalan arteri diperbolehkan maksimum berkisar antara 15 – 20 lantai (KLB maks = 20 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 100 meter dari lantai dasar.

   Di sepanjang jalan kolektor diperbolehkan maksimum berkisar antara 15

  • – 20 lantai (KLB maks = 4 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 100 meter dari lantai dasar.

   Di sepanjang jalan lokal diperbolehkan maksimum 5 lantai (KLB maks = 5 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 30 meter dari lantai dasar.

  Koefisien Dasar Bangunan adalah perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dan luas total keseluruhan tapak. Dengan menyisakan luasan beberapa meter persegi pada tapak dimaksudkan agar masih terdapat bidang-bidang peresapan air hujan di dalam tapak tersebut. Dengan menyisakan luasan kapling agar tidak didirikan bangunan, juga

  Propinsi Sulawesi Selatan bangunan, maka kesan padat dan sesak akan sangat terasakan.

  Penetapan besar KDB di kawasan perencanaan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:  Tingkat pengisian / peresapan air (water recharge)  Besar pengaliran air  Jenis penggunaan lahan dan Harga lahan  Rencana intensitas pemanfaatan lahan kawasan Kabupaten Kepulauan Selayar :  Permukiman, terdiri dari perumahan dengan KDB 50 – 60 %  Fasilitas Pendidikan, terdiri dari TK, SD, SLTP, SLTA,

  Akademi/PT, dan Pesantren dengan KDB 45 – 50 %.  Fasilitas Kesehatan, terdiri dari rumah sakit bersalin, puskesmas, apotik, dan balai pengobatan dengan KDB 40 – 50 %.

   Fasilitas Peribadatan, terdiri dari masjid, langgar / musholla, gereja, dan vihara dengan KDB 40 – 50 %.  Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan, terdiri dari kantor pemerintahan kota, kecamatan, balai desa, dan lain-lain dengan KDB 40 – 50 %.

   Fasilitas Perdagangan dan Jasa, terdiri dari pasar, pertokoan, pasar swalayan, warung/kios, koperasi dengan KDB maksimum 70 % disesuaikan dengan lokasi dan karakteristik kegiatannya.

   Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga, terdiri dari gedung gedung pertemuan, penginapan/losmen, hotel, rumah makan, dan sarana rekreasi lainnya dengan KDB 70 – 80 %.

   Taman dan Ruang Terbuka Hijau, berupa taman kota, taman lingkungan, lapangan olah raga dan lahan konservasi dengan KDB 5 – 10 %.

  9) Rencana Investasi

  Propinsi Sulawesi Selatan

   Kegiatan pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan lingkungan kawasan Kabupaten Kepulauan Selayar dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, Pemerintah Povinsi Sulawesi Selatan, dan masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar  Seluruh kegiatan pembangunan harus mengacu kepada panduan Tata Bangunan dan Lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar  Pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat melalui pembangunan fisik bangunan di dalam lahan yang dikuasainya, termasuk pembangunan ruang terbuka hijau, ruang terbuka, dan sirkulasi pejalan kaki dengan tetap mengacu pada syarat dan ketentuan berlaku.

   Sekenario rencana investasi yang akan dilakukan kawasan perencanaan mencakup 3 tahapan :  Tahap I: pembentukan citra kawasan sebagai kawasan kota maritim yang menjadi pusat perkembangan kawasan timur nasional. Kota Selayar sebagai kota yang memiliki sejarah besar memiliki cita-cita melindungi situs-situs bersejarah yang terdapat di dalam kawasan dan blok-blok dalam kawasan dengan pendefinisian fungsi ruang yang jelas, pencirian dengan aksesori local pada bangunan dan kelengkapan pedestrian path, dan ruang sirkulasi manusia dan kendaraan yang mendukung fungsi ruang, serta sosialisasi kepada pengguna ruang.

   Tahap II: pembangunan sarana dan prasarana untuk meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan pengguna ruang dalam kawasan, terutama fasilitas vital yang belum terdapat di kawasan perencanaan seperti jaringan air bersih, pengelolaan persampahan, TPS dan fasilitas perdagangan dan jasa.

   Tahap III: peningkatan kualitas lingkungan kawasan untuk mendukung fungsi ruang dengan pemeliharaan, peningkatan dan

  Propinsi Sulawesi Selatan

  pembangunan sarana dan prasarana dasar lingkungan perkotaan sesuai dengan fungsi ruangnya. 10) Ketentuan Pengendalian Rencana

   Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan diantaranya; penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disensitif, serta pengenaan sanksi.

   Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan penegendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

   Izin dalam pemanfaatan ruang sebagaimana yang diatur dalam undang-undang penataan ruang diatur oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar berdasarkan kewenangan dan ketentuan yang berlaku. Disamping itu dalam hal perizinan pemerintah dapat membatalkan izin apabila melanggar ketentuan yang berlaku.

   Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Selayar sesuai dengan kewenangannya.

   Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai rencana tata ruang.

   Izin pemanfaatan ruang diatur dan ditertibkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Selayar sesuai dengan kewenangannya masing- masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.

   Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk

  Propinsi Sulawesi Selatan

  sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah. Bentuk insentif tersebut, antara lain dapat berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur), pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perizinan, dan pemberian penghargaan.  Disisentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang antara lain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan, penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan kompensasi dan penalti.

   Pemberian insentif dan disisentif dalam pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan supaya pemanfaatan ruangyang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang yang sudah di tetapkan.

   Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata tuang, berupa :