BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO

BAB VIII ASPEK TEKNIS PER SEKTOR Rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat

  sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

8.1. Pengembangan Permukiman

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertingga

8.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014

8.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

  • Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
  • Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

  • Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
  • Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
  • Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
  • Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
  • Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
  • Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.
  • Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman

b. Isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kabupaten Pohuwato

  Kabupaten Pohuwato kawasan perkotaan Marisa, terutama di daerah perdesaan pesisir, kondisi infrastrukturnya belum memadai dan belum menjangkau seluruh bagian kota sehingga mengakibatkan kota tersebut cenderung terlihat kumuh. Selain daripada itu, sistem persampahan, drainase, dan sanitasi juga buruk yang bisa menyebabkan terjadinya masalah kesehatan.

  Meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas aktivitas pada kawasan perkotaan ini perlu untuk disikapi dan diantisipasi lebih awal oleh pemerintah daerah yang terkait. Hal ini perlu dilakukan mengingat fenomena tersebut dapat membangkitkan banyak persoalan perkotaan terutama yang terkait dengan ketersediaan pemukiman dan infrastruktur perkotaan. Pengembangan pemukiman dan infrastruktur perkotaan yang kurang atau belum mengantisipasi dan mengakomodir fenomena perkembangan kawasan perkotaan yang ada menimbulkan persoalan seperti:

  a) tidak meratanya penyediaan infrastruktur perkotaan,

  b) ketidaktersedianya lingkungan pemukiman yang layak,

  c) perkembangan yang tidak terkendali pada daerah-daerah pengembangan non-pemukiman, dan d) permukiman kumuh. Berbagai persoalan permukiman dan infrastruktur perkotaan tersebut apabila berbenturan dengan persoalan pembangunan kota yang pada akhirnya memperburuk citra kota dan kawasan perkotaan. Berbagai isu strategis di Kabupaten Pohuwato yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman di Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada tabel 6.1.

  Isu strategis pembangunan permukiman di Kabupaten Pohuwato sebagian telah tertuang dalam Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Pohuwato antara Lain.

  Isu-isu Strategis Pembangunan Permukiman

  a. Aspek Kependudukan  Urbanisasi dari wilayah hinterland yang masuk ke kota pohuwato tumbuh

  cepat sebagai tantangan bagi pemerintah untuk secara positif berupaya agar pertumbuhan lebih merata

  b. Aspek Lingkungan

   Kawasan mangrove pada daerah pesisir pantai yang telah mengalami alih fungsi lahan menjadi kawasan terbangun;

  c. Aspek Kebijakan

   konflik kepentingan yang disebabkan oleh kebijakan yang memihak pada suatu kelompok dalam pembangunan perumahan dan permukiman, seperti

  IMB belum menjadi aspek penting dalam penf=gendalian pembangunan permukiman

  d. Aspek Tata Ruang

   Permukiman kumuh dengan tingkat kepadatan bangunan tinggi terdapat pada lingkungan permukiman nelayan di kawasan Bulili Kecamatan Duhiadaa, serta di Desa Pohuwato dan Pohuwato Timur di Kecamatan Marisa;

   Pada kawasan sekitar koridor utama kota yang berfungsi juga sebagai pusat kota disekitar jalan Trans Sulawesi kepadatan bangunan permukimannya cukup tinggi, namun mulai mengalami perubahan fungsi bangunan menjadi bangunan dengan fungsi campuran (mix use), yang terjadi di kawasan Marisa Utara, Marisa Selatan, Buntulia Jaya, Buntulia Selatan, Sipatana, dan Buntulia Tengah;  Pengembangan kawasan permukiman yang tersebar secara linear disepanjang koridor-koridor utama di Kota Marisa;

  e. Aspek Lahan

   Kawasan-kawasan produktif (kawasan pertanian/ sawah dan perkebunan) banyak terdapat disekitar kawasan-kawasan permukiman, sehingga pembangunan permukiman perlu dikendalikan untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan;

  f. Aspek Infrastruktur

   Permukiman terencana di wilayah Kota Marisa masih sangat terbatas, berada di kawasan Palopo, Marisa Selatan, dan Pohuwato, inipun dengan tingkat ketersediaan infrastruktur lingkungan yang terbatas;

  

Tabel 8. 1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala

Kabupaten Pohuwato

No Isu strategis

  1 Aspek Kependudukan;

   Urbanisasi dari wilayah hinterland yang masuk ke kota pohuwato tumbuh cepat

  sebagai tantangan bagi pemerintah untuk secara positif berupaya agar pertumbuhan lebih merata

  2 Aspek Lingkungan  Kawasan mangrove pada daerah pesisir pantai yang telah mengalami alih fungsi lahan menjadi kawasan terbangun;

  3 Aspek Kebijakan  konflik kepentingan yang disebabkan oleh kebijakan yang memihak pada suatu kelompok dalam pembangunan perumahan dan permukiman, seperti IMB belum

menjadi aspek penting dalam penf=gendalian pembangunan permukiman

  4 Aspek Tata Ruang  Permukiman kumuh dengan tingkat kepadatan bangunan tinggi terdapat pada lingkungan permukiman nelayan di kawasan Bulili Kecamatan Duhiadaa, serta di Desa Pohuwato dan Pohuwato Timur di Kecamatan Marisa;  Pada kawasan sekitar koridor utama kota yang berfungsi juga sebagai pusat kota disekitar jalan Trans Sulawesi kepadatan bangunan permukimannya cukup tinggi, namun mulai mengalami perubahan fungsi bangunan menjadi bangunan dengan fungsi campuran (mix use), yang terjadi di kawasan Marisa Utara, Marisa Selatan, Buntulia Jaya, Buntulia Selatan, Sipatana, dan Buntulia Tengah;  Pengembangan kawasan permukiman yang tersebar secara linear disepanjang koridor-koridor utama di Kota Marisa  Permukiman terencana di wilayah Kota Marisa masih sangat terbatas, berada di kawasan Palopo, Marisa Selatan, dan Pohuwato, inipun dengan tingkat ketersediaan infrastruktur lingkungan yang terbatas

  5 Aspek Lahan  Kawasan-kawasan produktif (kawasan pertanian/ sawah dan perkebunan) banyak terdapat disekitar kawasan-kawasan permukiman, sehingga pembangunan permukiman perlu dikendalikan untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan

  Sumber : Data Diolah dari RPI2IJM/SPPIP Kabupaten Pohuwato

c. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman Kabupaten Pohuwato

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2014 di Kabupaten Pohuwato telah memiliki dokumen perencanaan perrmukiman yaitu 1 dokumen RP2KP, 1 dokume SPPIP/RKPP, 1 dokumen RTBL, untuk di perkotaan meliputi 5 kawasan kumuh di perkotaan yang akan tertangani.

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian Kabupaten Pohuwato saat ini belum dapat diukur karena beluma adaya regulasi dari pemerintah daerah dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni.

  Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh di kabupaten Pohuwato tersebar di 5 kawasan berdasarkan SK kumuh no 242/07//VI/2014 TANGGAL 12 JUNI 2014 bahwa lokasi permukiman kumuh dapat dilihat pada tabel berikut:

  

Tabel 8. 2 Identifikasi kawasan kumuh Kabupaten Pohuwato

  Kegaiatan yang telah dilaksanakan pada di sektor permukiman di kabupaten Pohuwato yang bersumber dari anggaran APBN selama kurun waktu 5 (lima) Tahun tahun terkahir dapat dilihat pada tabel 8.3

  Tabel 8. 3. Rekapitulasi Pelaksanaan Anggaran Pengembangan Kawasan Permukiman Gorontalo di Kabupaten Pohuwato Ta 2011 S/D 2014 Pagu (APBN) Kondisi No Program/kegiatan infrastruktur Output RPM (dlm Tahun

  A PENINGKATAN PEMUKIMAN KUMUH

  ribuan)

  (PERKOTAAN)

  1 Peningkatan jalan lingkungan ac-bc dan pembuatan jalan setapak, kws. Desa bumbulan 1kws 2,225,000 2011 Baik kec. Paguat kabupaten pohuwato (paket ix)

  2 Peningkatan jalan lingkungan ac-bc dan pembuatan plat duicker, kws. Desa imbodu kec. 1kws 2,225,000 2011 Baik Randangan kab. Pohuwato (paket x)

  3 Penngkatan jalan lingkungan ac-bc kws. Desa 1kws 1,015,836 2012 Baik pohuwato kec. Marisa

  4 Pekerjaan peningkatan infrastruktur kawasan permukiman kws. Kec. Buntulia, kab. Pohuwato 1kws 765,390 2013 Baik (kumuh perkotaan)

  5 Peningkatan kualitas permukiman kawasan kumuh 1kws 1,474,095 2014 Baik desa marisa kec. Marisa kab pohuwato

  B PENYEDIAAN PSD BAGI KAWASAN RSH Baik

  Peningkatan jalan poros (paket vii) perum marisa 1kws 430,000 2010 Baik selatan kec. Marisa kab. Pohuwato

  

Jumlah 1kws 8,135,321

Sumber : Data Emon Santker Randal Tahun 2014

d. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman secara umum antara lain:

  Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

  3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

  Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

  2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.

3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-

  Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)

  4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah

  5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

  6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota

  Sebagaimana isu strategis, di kabupaten Pohuwato terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik. identifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Pohuwato serta alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada dapat dilihat pada tabel 6.2. Permasalahan-permasalahan pembangunan permukiman yang terjadi di Kabupaten Pohuwato:

  • Pemahaman umum masyarakat terhadap proses pembangunan perumahan dan lingkungan permukiman yang sehat sangat minim sehingga diperlukan upaya- upaya pendekatan yang berkaitan dengan sosial budaya masyarakat seperti sosialisasi dan pembentukan kelompok-kelompok pembangunan di masyarakat
  • Dampak dari ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan terhadap pembangunan rumah yang layak huni oleh masyarakat adalah:

   Terjadinya kawasan hunian yang padat sebagai efek dari pengembangan permukiman secara tradisional yang mengacu pada hubungan kekerabatan/ kekeluargaan  Pola permukiman yang kurang memperhatikan kondisi sanitasi sehingga banyak memanfaatkan kondisi alam sebagai jalan keluar pemecahan permasalahan, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas lingkungan yang tidak sehat dan menjadi sumber penyakit  Kurang pedulinya masyarakat terhadap kondisi infrastruktur lingkungan sehingga pembangunan permukiman tetap dilakukan meskipun sistim dan ketersediaan infrastruktur lingkungan tidak mendukung

  • Pembangunan dan pengembangan permukiman dilakukan pada kawasan- kawasan yang rawan bencana seperti pada sepanjang pesisir pantai yang landai dan rawan terhadap gelombang pasang dan tsunami, pada sepanjang pesisir sungai yang rawan terhadap erosi dan bahaya banjir bandang, dan pada kawasan yang rawan banjir dimana sebagian besar penyebabnya karena buruknya sistem infrastruktur lingkungan
  • Pembangunan perumahan dan permukiman dikembangkan pada kawasan- kawasan lindung yang seharusnya dijaga dan dilestarikan tetapi pada kenyataannya telah diokupansi dan terjadi alih fungsi lahan secara berlebihan dan tak terkendali
  • Kurangnya perhatian dari masyarakat untuk mengembangkan kawasan permukiman yang dilengkapi dengan konsep pengembangan ruang terbuka
hijau (RTH) sebagai bagian dari penciptaan lingkungan permukiman yang sehat dan berkelanjutan

  • Secara umum opini yang terbentuk dalam masyarakat bahwa penataan dan pengembangan kawasan permukiman dan infrastruktur perkotaan menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh pemerintah kabupaten

  Tabel 8. 4 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Pohuwato Permasalahan Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi Pengembangan Permukiman Aspek Kependudukan; Penurunan Angka Mengurangi angka

Pertumbuhan Penduduk Kab. Pohuwato yang pesat dan pertumbuhan penduduk kelahiran penduduk

bertambah setiap tahunnya Aspek Kelembagaan; Perangkat kelembagaan dibidang perumahan, Kerjasama pemerintah Pembentukan merupakan satu kesatuan sistem kelembagaan untuk daerah dengan lembaga kelambagaan yang mewujudkan pembangunan perumahan secara swasta dalam melakukan pengelolaan

berencana, terarah dan perpadu, baik itu yang berfungsi penyelenggaraan bidang permukiman

sebagai pemegang kebijaksanaan, pembinaan dan pembangunan dan pengaturan pada berbagai tingkat pemerintahan, pengembangan perumahan maupun lembaga-lembaga pelaksana pembangunan di sektor pemerintah dan swasta. Hal lain yang juga berhubungan dengan kelembagaan ini adalah pengembangan unsur-unsur pelaksana pembangunan yang harus lebih dikembangkan lagi, khususnya kelembagaan pada tingkat daerah, baik itu yang bersifat formal maupun non-formal yang dapat mendukung swadaya masyarakat dalam bidang perumahan dan permukiman Tataruang dan Pengembangan wilayah Sinergi perencanaan RP2KP Sosialisasi RTRW yang Belum optimalnya perencanaan berakibat pada dan RTRW Kabupaten telah diperdakan lemahnya arah kebijakan pengembangan, tumpang tindihnya rencana aksi pengembangan antar sektor, dan tidak fokusnya dalam menentukan prioritas pengembangan perumahan dan pemukiman Aspek Peran Serta Masyarakat; Sosialisasi peran serta Pembuatan RDTR dan Kurang pedulinya masyarakat terhadap kondisi masyarakat dalam aturan zonasi. infrastruktur lingkungan sehingga pembangunan pengendalian dan permukiman tetap dilakukan meskipun sistim dan pemanfaatan ruang. ketersediaan infrastruktur lingkungan tidak mendukung Aspek Lingkungan Permukiman; Pembuatan SK Bupati Pembuatan dokumen Peningkatan kawasan permukiman kumuh tentang lokasi kawasan identifikasi kawasan mempengaruhi kualitas lingkungan akibat sistem sarana kumuh. kumuh. yang tidak memadai Pertanahan dan Prasarana

  Membangun fasilitas- fasilitas hunian didaerah

  • Pembangunan perumahan dan permukiman dalam skala besar akan selalu dihadapkan kepada masalah pinggiran kota dengan, tanah, yang didaerah perkotaan menjadi semakin yang relatif lebih murah langka dan semakin mahal.

  harganya.

  • Penyediaan prasarana dasar membutuhkan biaya yang besar padahal kemampuan daerah dalam penyediaan anggaran terbatas.

8.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

  Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di Kabupaten Pohuwato meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman di Kabupaten Pohuwato.

8.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

  1. Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta

  2. Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

  1. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil

  2. Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

  Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

   Infrastruktur kawasan permukiman kumuh  Infrastruktur permukiman RSH  Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

   Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)  Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana

   Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil

   Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA  Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh 

  Cipta Karya lainnya

   Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI  Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program

  PPIP

   BOP minimal 5% dari BLM.

   Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.  Tingkat kemiskinan desa >25%.  Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan

   Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

  Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya  Ada calon penghuni

  2. Khusus Rusunawa

   Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)  Infrastruktur perdesaan PPIP  Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

   Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

   Ada unit pelaksana kegiatan.

  Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)  Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

   Kesiapan lahan (sudah tersedia).  Sudah tersedia DED.  Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK,

   Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.

  1. Umum  Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

  Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

  Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

RIS PNPM

   Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik

   Tingkat kemiskinan desa >25%

  PISEW

   Berbasis pengembangan wilayah  Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi,

  (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan

   Mendukung komoditas unggulan kawasan Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah

8.1.5. Usulan Program dan Kegiatan

  a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

  Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka disusun usulan program dan kegiatan.Usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten Pohuwato. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima. Usulan program kegiatan pengembangan permukiman dapat dilihat pada tabel 8.5.

  b. Usulan Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan Permukiman

  Berdasarkan usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman dalam pengembangan permukiman, pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta iidentifikasi kemungkinan sumber pembiayaan baik dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, maupun dari masyarakat dan swasta.

8.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

8.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya

  Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain.

  a. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  b. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung,

  

c. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

  Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

  

d. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan

  Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

  

e. Permen PU No. 01 /PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal

bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

  Permen PU No: 01 /PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

8.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

A. Isu Strategis

  isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten.

  Isu strategis di bidang PBL antara lain :

1. Penataan Lingkungan Permukiman

  a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

  b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;

  c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan; d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;

  e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal; f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

  g. Kebutuhan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh

  h. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah

  2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan); b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung; c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan; d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

  f. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara

  3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  a. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal;

  b. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan c. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan khusus di Kabupaten Pohuwato isu strategis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  

Tabel 8. 5 Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Pohuwato

No . Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  1 Penataan Lingkungan Permukiman Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL; Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan; Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal; Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

  Kebutuhan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh

  Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah

  2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan); Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung; Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan; Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

  Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara

  3 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

  B. Kondisi Eksisting

  Untuk tahun 2014 capaian dalam pelaksanaan program satker PBL adalah jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 73 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2014 adalah Kota Gorontalo. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota belum ada.

  Khusus untuk kabupaten Pohuwato kondisi capaian kegiatan di sektor PBL yang telah dilaksanakan antara lain

  1. Penataan Kawasan Permukiman Nelayan Torasiaje; 2. Penyelengaraan bangunan gedung dan rumah negara.

  Tabel 8. 6 Penataan Lingkungan Permukiman di Kabupaten Pohuwato

  C. Permasalahan dan Tantangan

  Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

1. Penataan Lingkungan Permukiman

   Aspek Teknis

  • Ruang Terbuka hijau belum sesuai standar kebutuhan;
  • PSD RISPK terkendala belum adanya dan kelengkapan armada

   Aspek Kelembagaan  Belum ditetapakan Ranperda BG menjadi Perda BG  Aspek Pembiayaan  Kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM  Aspek Peran serta Masyarakat/Swasta

  • Kurangnya kesadaran masyarakat dalam ikut serta pengendalian pemanfaatan ruang
  • Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengikuti standar bangunan yang sesuai denga SPM

   Aspek Lingkungan  Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  Pada dasanya pembangunan gedung & rumah negara di Kab. Pohuwato telah memenuhi syarat-syarat teknis bangunan gedung seperti yang disyaratkan dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung dan KEPMEN PU No 332/KPTS/2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara. Secara struktur & konstruksi bangunan-bangunan pemerintah telah memenuhi persyaratan keselamatan Akan tetapi beberapa persyaratan lain seperti keselamatan dari bahaya kebakaran dan kenyamanan dalam penggunaan belum terpenuhi dengan baik. Kampanye & sosialisasi tentang penyediaan aksesibilitas bangunan gedung dan ruang publik sejak tahun 2002 telah dilakukan akan tetapi pada realisasinya masih banyak gedung yang didirikan pasca sosialisasi masih belum memenuhi persyaratan tersebut. Sehingga fasilitas umum di Kab. Pohuwato umumnya masih kurang nyaman. Permasalah dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara antara lain:  Aspek Teknis  Belum adanya perda bangunan gedung ;

  • Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
  • Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

   Aspek Kelembagaan  Pemda belum konsisten dalam penetapan HSBGN;

  • Masih lemahnya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara.

   Aspek Pembiayaan  Kurang dana sharing pemda;  Aspek Peran Serta masyarakat

  • Masih lemahnya peran serta masyarakat dalam menjaga sarana bangunan gedung.

   Aspek Lingkungan  Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;

  • Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  Kegiatan pemberdayaan di Kabupaten Pohuwato untuk skala perkotaan hingga saat ini pada sektor PBL belum ada.

  

Tabel 8. 7 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan

dan Lingkungan

No Aspek PBL Permasalahan Tantangan Alternatif A Penataan Ling. Permukiman

  1 Aspek Fisik  Ruang Terbuka hijau belum Pemenuhan Peningkatan sesuai standar kebutuhan; SPM RTH RTH pada Setiap

  • PSD RISPK terkendala belum adanya dan kelengkapan armada Lingkungan Hunian

  2 Aspek  Belum ditetapkan Ranperda BG Penetapan Perizinan Kelembagaan menjadi Perda BG perda BG bagunan sesuai perda IMB

  3 Aspek Pembiayaan  Kecilnya alokasi anggaran Proporsi Alternatif daerah untuk peningkatan anggaran bid pembiayaan kualitas lingkungan dalam Cipta Karya dengan rangka pemenuhan SPM minimal 10% melakukan kemitraan

  • Kurangnya kesadaran masyarakat dalam ikut serta pengendalian pemanfaatan ruang
  • Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengikuti standar bangunan yang sesuai denga SPM

  1 Aspek Fisik  Belum adanya perda bangunan gedung ;

  Penetapan Perda BG

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat

  Peningkatan swadaya masyarakat

  3 Aspek Pembiayaan  Kurang dana sharing pemda Kemitrann dengan dana CSR

  Monev perencanaan yang tidak sesuai HSBG

  2 Aspek Kelembagaan

  Penyusunan perda BG Pengenlaian perizinan pembangunan nagunan gedung seuai standar PU

  B Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  Pembuatan rencana zonasi sebgai fungsi pengendalian kawasan

  Peningkatan fungsi kawasan sebagai kawasan strategis

  5 Aspek Lingkungan  Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage

  Program pemberdayaan pengendalianan dan pemanfaatan ruang

  Pembinaan dengan sosialisasi peran serta masyarakan dalam tata ruang

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat

  dengan swasta

  • Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
  • Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
  • Pemda belum konsisten dalam penetapan HSBGN;
  • Masih lemahnya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pembuatan dokumen HSBG
  • Masih lemahnya peran serta masyarakat dalam menjaga sarana bangunan gedung

  Sosialisasi persyaratan BG sesuai standar PU

8.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL di Kabupaten Pohuwato, mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.

  Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:

  a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

   Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);  Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

   Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)

   Standar Pelayanan Minimal (SPM)  Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkunganPemukiman kumuh dan nelayan;

   Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

  b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

   Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;

   Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;  Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;  Pelatihan teknis.

  c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

   Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;

   Paket dan Replikasi. Identifikasi kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk jangka waktu 5 tahun di Kabupaten Pohuwato depan dengan mengacu pada program dan capaian Renstra Nasional dan RPJMD.

  

Tabel 8. 8 Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Uraian satuan Tahun Ket

  I II

  III

  IV V A Penataan Ling. Permukiman

  1 Ruang Terbuka Hijau (RTH) M2 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

  2 Ruang Terbuka M2 500 500 500 500 500

  3 PSD unit

  5

  5

  5

  5

  5

  4 PS Lingkungan unit

  5

  5

  5

  5

  5

  5 HSBGN laporan

  6

  6

  6

  6

  6

  6 Pelatihan Teknis laporan

  1

  1

  1

  1

  1 Tenaga Pendata HSBGN B

  Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  Bintek laporan

  1

  1

  1

  1

  1 Pembangunan Gedung Negara

  C Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  1. P2KP

  2. PLPBK Kws

  2

  2

  2

  2

  2

  

8.2.4. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan

Lingkungan

  Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:

  1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

  2. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan. Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain:

   rencana kegiatan rinci;  indikator kinerja;  komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta;  pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun

  Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:

   Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung

  Kriteria Khusus:

  Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung; Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG

   Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis

  Komunitas (PLPBK) Kriteria Khusus :

  Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan; Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM Pronangkis-nya; Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota; Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.  Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

  Kriteria Lokasi :

  Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006; Kawasan terbangun yang memerlukan penataan; Kawasan yang dilestarikan/heritage; Kawasan rawan bencana; Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district); Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota; Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat; Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

   Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka

  Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah

  Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.

  Kriteria Umum: