BAB II MAMI SUPARMI PASCASARJANAPBSI'17

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai penggunaan metode CIRC telah dilakukan oleh Ngadino

  cerpen yang berorientasi pada nilai-nilai karakter pada siswa SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto menunjukan hasil penerapan model CIRC terhadap peningkatan

  kemampuan menulis cerpen berorientasi nilai-nilai karakter pada siswa kelas IX siswa SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto dengan angka peningkatan sebesar 7 angka dari rata –rata 64 menjadi 72 dan pembelajaran yang tidak menggunakan model CIRC hanya 3 angka rata-rata 63 menjadi 66.

  Penelitian lain tentang metode CIRC juga pernah dilakukan oleh Hari Sri Raharjo,(2013) tentang Studi Komparasi Dampak Model CTL Dengan CIRC Dalam

  Meningkatan Kemampuan Menulis Puisi (Studi Eksperimen Kuasi terhadap siswa SMP Negeri 2 Ajibarang) penelitian menunjukan adanya dampak penerapan model CIRC terhadap peningkatan kemampuan menulis puisi pada siswa SMP Negeri 2 Ajibarang.

  Penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Tugas Suryanto (2014) dengan judul Perbandingan Efektivitas Model Inkuiri Dengan Model CIRC pada

  Pembelajaran Menulis Deskripsi.(Penelitian eksperimen kuasi pada siswa kelas V SDN Purwosari UPK Baturaden ) dengan hasil menunjukan bahwa model Inkuiri

  lebih efektif dibandingkan dengan model CIRC yang menggunakan model Inkuiri mengalami peningkatan sebesar 11,03 dan model CIRC sebesar 7,12.

  12 Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Setyabudi (2014) dengan judul Pengaruh Pembelajaran CIRC dan Reproduksi Puisi Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Pada Siswa SMP Negeri 8 Kota Tegal dan hasil penelitian menunjukan bahwa Model Pembelajaran Reproduksi puisi lebih berpengaruh terhadap kemampuan menulis puisi dari pada Model CIRC. lakukan dilihat dari model pembelajaran yaitu CIRC pendekatan penelitian juga sama yaitu eksperimen hal yang membedakan dengan penelitian yang terdahulu adalah dalam penelitian ini akan membandingkan dua metode yaitu CIRC dan Picture and

  Picture dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen, yang pada penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti metode CIRC dengan Picture and Picture.

  B. Kajian Pustaka

  1. Metode Pembelajaran Metode Pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi intruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau seting yang berbeda. Joyce dan Weill (dalam Huda, 2013: 73). Menurut Soekamto (dalam Shoimin, 2014: 23) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dalam melaksanakan KBM.

  13 Pada proses kegiatan belajar mengajar dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang menarik agar siswa tidak merasa bosan dengan materi yang diajarkan oleh guru.

  Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran (Sudjana, 2005: 76). Metode pembelajaran akuntansi adalah cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam menyajikan atau menyampaikan materi pelajaran akuntansi. menempati peranan yang tak kalah penting dalam proses belajar mengajar. Dalam pemilihan metode apa yang tepat, guru harus melihat situasi dan kondisi siswa serta materi yang diajarkan.

  Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang tepat sangat dibutuhkan. Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa dalam kegiatan mewujudkan kegiatan belajar mengajar (Hasibuan, 2004: 3). Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga pencapaian tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

  Sebagai suatu cara,metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling

  14 serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat- sifat masing-masing metode tersebut. Menurut Winarno Surakhmad dalam Djamarah (2002: 89) pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:

  a. Anak didik

  Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah, gurulah yang berkewajiban mendidiknya. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran mana yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

  b. Tujuan

  Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar- mengajar. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran ada berbagai jenis, ada tujuan instruksional, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan taraf kemampuan anak didik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

  c. Situasi

  Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari.Guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu.

  d. Fasilitas

  15 Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Ketersediaan fasilitas akan mendukung pemilihan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran.

  Akan tetapi keterbatasan fasilitas dapat menghambat guru dalam memilih praktek IPA kurang mendukung penggunaan metode eksperimen.

e. Guru

  Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Guru yang baik dalam penguasaan berbagai metode mengajar memiliki banyak pilihan untuk menentukan metode yang tepat untuk penyampaian suatu materi pembelajaran.

  Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.

  Dalam penggunaan metode mengajar ada beberapa syarat yang harus diperhatikan.

  Menurut Ahmadi dalam Asih (2007: 20) syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar adalah:

  • Metode mengajar harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar s
  • • Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian

    siswa.

  16

  • Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
  • Metode mengajar harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan).
  • Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan
  • Metode mengajar harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yng nyata dn bertujuan.
  • Metode mengajar harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

  Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan

  untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Metode CIRC

a. Pengertian CIRC

  CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition . Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden,

  Slavin dan Farnish. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu metode pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting.

  Metode CIRC merupakan metode pembelajaran khusus mata pelajaran bahasa dalam rangka membaca, , menulis, dan seni berbahasa pada

  17 Sekolah Dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika

  CIRC

b. Komponen-Komponen dalam Model Pembelajaran

  Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2005: 3-4) 1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa.

  2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu. 3) Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 4) Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya. 5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

  6) Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.

  7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

  18

  8) Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

  CIRC

c. Kegiatan Pokok Metodel Pembelajaran

  Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah 1) Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal.

  2) Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah. 3) Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah. 4) Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan 5) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian d. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran CIRC.

  Pembelajaran terpadu pertama kali dikembangkan oleh Steven and Slavin, dalam Huda (2013: 222) dengan langkah-langkah: 1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen. 2) Guru memberikan wacana atau cerita pendek sesuai dengan topik pembelajaran.

  3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas.

  4) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok. 5) Guru memberikan penguatan 6) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan

  19 Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut: 1) Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan

  2) Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan- tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.

  3) Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan- gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa

  20

  21 siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.

  Adapun cara untuk menentukan anggota kelompoknya adalah sebagai berikut: Dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai siswa pada tes sebelumnya atau nilai raport. Kemudian diurutkan dengan cara menyusun peringkat dari yang berkemampuan akademik tinggi sampai terendah.

  2) Menentukan jumlah kelompok Jumlah kelompok ditentukan dengan memperhatikan banyak anggota setiap kelompok dan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.

  3) Penyusunan anggota kelompok Pengelompokkan ditentukan atas dasar susunan peringkat siswa yang telah dibuat. Setiap kelompok diusahakan beranggotakan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan beragam, sehingga mempunyai kemampuan rata-rata yang seimbang.

e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran CIRC

  Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005: 6) menyebutkan kelebihan metode pembelajaran CIRC sebagai berikut: 1) CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.

  2) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.

  3) Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok.

  4) Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya.

  5) Membantu siswa yang lemah.

  Kekurangan model CIRC adalah: 1) Pada saat persentasi hanya siswa yang aktif tampil.

  2) Tidak semua siswa bisa mengerjakan soal dengan teliti.

f. Penerapan Metode Pembelajaran CIRC

  Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dapat ditempuh dengan: 1) Guru menerangkan suatu pokok bahasan Bahasa Indonesia kepada siswa, pada penelitian ini digunakan LKS yang berisi materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan. 2) Guru memberikan latihan soal. 3) Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penerapan model

  CIRC .

  4) Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen. 5) Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu masalah dan membagikannya kepada setiap kelompok.

  6) Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan bersama yang spesifik.

  22

  23 7) Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru mengawasi kerja kelompok.

  8) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya. 9) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal pemecahan masalah yang 10) Guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk menyajikan temuannya.

  11) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator. 12) Guru memberikan tugas/PR secara individual. 13) Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya. 14) Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal pemecahan masalah.

  15) Guru memberikan kuis.

  3. Metode Picture and Picture Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model

  Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.

  Dengan menggunakan alat bantu atau media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat diingat kembali oleh siswa.

  

Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan

dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis.

  Sadiman (2002: 29) mengungkapkan bahwa gambar adalah alat yang berhasil dengan efektif, apabila disesuaikan dengan faktor kematangan anak, tujuan yang akan dicapai dan teknik penggunaan dalam situasi belajar.

  Sadiman (2002: 29) mengemukakan bahwa gambar adalah media yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana serta gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.

  Gambar berseri adalah rangkaian gambar yang terdiri atas dua gambar atau lebih yang merupakan satu kesatuan cerita. Suatu gambar atau seri gambar dapat dijadikan bahan menyusun paragraf. Gambar atau seri gambar pada hakikatnya mengekspresikan suatu hal. Bentuk ekspresi tersebut dalam fakta gambar bukan dalam bentuk bahasa. Pesan yang tersirat dalam gambar tersebut dapat dinyatakan kembali dalam bentuk kata-kata atau kalimat.

  Penerjemahan pesan dari bentuk visual ke dalam bentuk kata-kata atau kalimat sangat tergantung pada kemampuan imajinasi siswa. Hasil ekspresi anak yang cerdas akanlebih lengkap dan mungkin mendekati ketepatan, tetapi gambaran anak yang sedang kecerdasannya munkin hasilnya tidak begitu lengkap, sedangkan pelukisan kembali oleh anak yang kurang cerdas pastilah kurang lengkap dan bahkan mungkin tidak relevan atau menyimpang.

  24 Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa gambar berseri adalah gambar yang mempunyai urutan kejadian yang memiliki satu kesatuan cerita. Gambar berseri juga dapat membuat siswa untuk melatih dan mempertajam imajinasi yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Semakin tajam daya imajinasi siswa, akan semakin berkembang pula siswa dalam melihat membahasakan sebuah

a. Prinsip Dasar Metode Pembelajaran Picture and Picture

  Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif

  Picture and Picture adalah sebagai berikut:

  1) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

  2) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

  3) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

  4) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. 5) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

  25

  6) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

  b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Picture and Picture Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture ini menurut 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.

  Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan.

  Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

  2) Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan.

  Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran.

  Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. 3) Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi).

  26 Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Siswa diminta menganalisis gambar tersebut yang nantinya akan dijadikan cerita, bagamana ciri-ciri fisik tokoh,nama yang sesuaai dengan tokoh,dan bagamana alur ceritanya .

  Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu. 4) Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada.

  Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.

  Berdasarkan gambar-gambar yang sudah di amati pada langkah ke tiga di atas siswa diminta untuk mengurutkan gambar agar tercipta alur yang sesuai apakah akan menggunakan alur maju atau alur mundur atau alur gabungan. Pada tahap ini akan muncul kreatifitas siswa dalam membuat alur cerita sesuai dengan pengalaman siswa ketika membaca cerpen atau melihat filem ataupun sinetron.

  27

  5) Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar. Agar siswa lebih paham ketika akan memulai menulis cerita dengan menggunakan alur maju,mundur atau gabungan.

  Setelah itu ajaklah siswa menemukan jalan cerita atau alur cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah agar siswa dapat memilih jalan cerita yang paling menarik dalam menulis cerpen sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.

  6) Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan Konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

  Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan kira-kira dari gambar tesebut tema apa yang paling tepat, bagaimana karakter tokoh yang sesuai dengan gambar yang disajikan, bagaimana siswa dapat menguraikan latar waktu,tempat dan suasana berdasarkan gambar yang disajikan oleh guru .

  Hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan. Secara sederhana dari gambar yang disajikan oleh guru siswa dapat menuliskan kalimat pembuka cerita kemudian menulis narasi dengan memperkenalkan tokoh atau pelaku bagaimana konflik ceritanya,bagamana dialog yang menarik dan sesuai dengan cerita,

  28 mendeskripsikan berbagai hal yang berkaitan dengan cerita, bagaimana siswa mampu menutup cerita dengan kalimat penutup.

c. Penerapan Langkah-Langkah Metode Picture and Picture 1) Siswa menentukan topik dan judul cerpen berdasarkan gambar.

  Siswa memanfaatkan media gambar atau foto untuk membuat topik dan judul cerpen yang akan di tulis. Semakin banyak topik dan judul yang siswa tulis semakin banyak topik dan judul cerpen yang kemungkinan dipilih di jadikan judul..

  2) Membuat dan menentukan nama, profil dan perilaku tokoh.

  Meski membuat nama tokoh untuk cerpen yang sedang ditulis siswa tampak sepele tapi bukan berarti bisa diabaikan begitu saja. Mungkin siswa akan berfikir apa sih sulitnya memberi nama tokok yang akan di tampilkan?. Kenyataannya tidaklah segampang itu karena kita sering merasa kurang puas dengan nama yang kita buat. Untuk mengantisipasi hal ini kita perlu menyediakan sejumlah nama yang bisa kita pilih untuk menjadi nama tokoh cerpen berdasarkan gambar yang telah disediakan. Kita dapat membuat daftar nama, profil, perilaku, tokoh. Memilih nama pria atau wanita yang sesuai dengan perilaku tokoh. Berilah nama tokoh sesuai dengan latar sosial cerpen yang kita tulis. Misalnya bila kita menulis cerpen dengan latar sosial orang jawa yang tinggal di pedesaan maka gunakan nama-nama yg mungkin sering dipakai di daerah tersebut antara lain Sri, Siti, Joko, Bambang dan lain sebagainya.

  29

  3) Menentukan penampilan fisik tokoh.

  Siswa membuat daftar hal-hal yang berkaitan dengan penampilan fisik tokoh semakin lengkap gambar atau foto yang dibuat maka akan semakin banyak pula pilihan dalam menunjukan fisik tokoh seperti rambut, bentuk dagu, hidung, mata, kulit dan lainnya.

  Secara sederhana seorang pengarang akan mengawali menulis cerpen dengan kalimat pembuka kemudian menulis narasi dengan memperkenalkan para tokoh, timbulnya konflik, dan akhirnya pengarang menutup ceritanya dengan kalimat penutup. Dalam menulis cerpen paragraf pembuka kita harus berusaha menulis kalimat pembuka yang mampu menyedot perhatian membaca, jika kalimat pembuka cerpen kurang menarik kemungkinan besar pembaca tidak akan membaca cerpen tersebut. Jadi kalimat pembuka menjadi kalimat penentu apakah cerpen yang kita buat menarik perhatian pembaca atau tidak. 5) Menulis perkenalan, konflik, klimaks, anti klimaks, penyelesaian.

  a) Menulis perkenalan.

  Memperkenalkan tokoh cerpen kepada pembaca dengan nama tokoh, ciri-ciri fisik tokoh, latar suasana, latar waktu, latar tempat.

  b) Menulis konflik.

  Tanpa konflik tidak akan ada cerita karena itu pengarang perlu mengenalkan konflik yang terjadi pada cerpen agar cerpen menjadi menarik.

  c) Klimaks

  30

  31 Tulislah klimaks dari konflik cerpen dan usahakan mempertahankan alur cerita agar tetap menarik.

  d) Menulis anti klimaks.

  Yaitu terdapat titik terang menuju penyelesaian atau akhir cerita. Contoh “ Joko akhirnya menyadari bahwa Siti bukanlah wanita yang e) Menulis penyelesaian.

  Tulislah penyelesaian konflik pada akhir cerita setelah melewati klimaks dan anti klimaks.

  d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Picture and Picture Dalam setiap metode pembelajaran tentu ada kelebihan dan kekurangannya, kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Picture and Picture adalah: Kelebihan model pembelajaran Picture and Picture: 1) Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu. 2) Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.

  3) Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.

  4) Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.

  5) Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.

  Metode Picture and Picture juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan- kelemahan metode pembelajaran Picture and Picture yaitu: 1) Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran. kompetensi siswa yang dimiliki. 3) Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.

  4) Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.

4. Pengertian Menulis Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa.

  Menulis bukanlah hal yang sulit namun bukan berarti dikatakan mudah. Menulis merupakan salah satu komponen keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dimiliki siswa. Menulis dalam hal ini dimaksudkan sebagai kemampuan seseorang untuk menangkap ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang runtut, jelas, ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami.

  Menurut Tarigan (2008: 3) keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain. Menurut Nurgiyantoro (2001: 273), menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Menulis merupakan kegiatan

  32 produktif dan ekspresif sehingga penulis harus memiliki kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata tulis, dan struktur bahasa. Menurut Hull dalam Sutama (2016: 19) menulis merupakan aktivitas sosial. Menurut Cohen dan Reil dalam Sutama (2016: 19) menulis adalah tindak komunikasi, sebagai upaya membawa hasil observasi, informasi, pikiran atau ide, dan pengalaman kepada

  Menurut Sukirno (2009: 6) menulis adalah aktivitas menuangkan gagasan secara tertulis atau melahirkan daya cipta berdasarkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan dalam teks nonsastra dan karya sastra. Menurut Sumardjo (2007: 75) menulis merupakan proses melahirkan tulisan yang berisi gagasan. Menurut William Miller dalam Sumardjo (2007: 75) proses kreatif menulis ada empat tahapan :

  Pertama : Tahap persiapan. Dalam tahap ini seorang penulis telah menyadari apa yang akan ditulisnya dan bagaimana ia akan menuliskannya Apa yang akan ditulisnya adalah munculnya gagasan isi tulisan. Sedangkan bagaimana ia menuangkan adalah bentuk tulisannya.

  Kedua : Tahap inkubasi. Pada tahap ini gagasan yang telah muncul tadi disiapkan dan dipikirkannya secara matang dan ditunggunya waktu yang tepat untuk menuliskannya.

  Ketiga : Saat inspirasi, inilah saatnya kapan bayi gagasan di bawah sadar sudah mendepak-depak ingin keluar, ingin dilahirkan yakni saat tiba-tiba seluruh gagasan menemukan bentuknya yang secara ideal. Gagasan dan bentuk ungkapannya telah padu.

  33 Keempat : Tahap penulisan, tuangkan segala hasil inkubasis. Tuangkan semua gagasan , muntahkan semua tanpa sisa dalam bentuk tulisan yang sudah direncanakan.

  Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwasannya menulis adalah kecakapan seseorang dalam kegiatan menuangkan ide, gagasan, diorganisasikan secara sistematik sehingga dapat dipahami orang lain.

  Adapun ciri-ciri tulisan yang baik menurut Mc.Mahan & Day dalam Tarigan (2002: 7) adalah 1) Jujur: jangan coba memalsukan gagasan/ide 2) Jelas: jangan membingungkan para pembaca 3) Singkat: jangan memboroskan waktu para pembaca 4) Usahakan keanekaragaman: panjang kalimat yang beraneka ragam; berkarya dengan penuh kegembiraan.

  Fungsi menulis menurut Tarigan (2008: 22) adalah: 1) Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.

  2) Dapat menolong penulis untuk berpikir secara kritis 3) Dapat memudahkan penulis untuk dapat merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan menyusun urutan bagi pengalaman. 4) Menulis dapat membantu penulis untuk menjelaskan pikiran-pikiran.

  Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikira-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

  34 Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk memaparkan atau menjelaskan suatu karya imajinasi ataupun ide-ide, informasi, serta jati diri seorang penulis, dan dapat dipahami oleh para pembaca pada umumnya dengan bahasa yang lugas. merangsang anak didik dalam berbasa dan sastra. Kemampuan menulis diajarkan agar anak didik mampu menyampaikan pikiran kepada teman, guru maupun orang lain. Fungsi menulis adalah sebagai alat komunikasi tertulis yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.

5. Pengertian Cerpen

  Dalam sastra dikenal dengan tiga macam bentuk, yaitu puisi, prosa, dan drama. Bentuk prosa terdiri dari bermacam-macam jenis, salah satu prosa adalah cerpen. Sesuai dengan namanya cerpen adalah cerita pendek, tetapi panjang pendek ukuran fisiknya tidak jadi ukuran mutlak. Tidak ditentukan cerpen harus sekian halaman atau sekian kata, walaupun cerpen mempunyai kecenderungan untuk berukuran pendek.

  Menurut KBBI Cerpen berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti tuturan mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan dominan serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut. Nurgiyantoro (2010: 11) menyatakan dengan bentuknya yang pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas,

  35 tidak sampai pada detail-detail khusus yang ”kurang penting” yang lebih bersifat memperpanjang cerita.

  Menurut Nurgiantoro (2010: 10) cerpen adalah salah satu jenis prosa yang dibangun oleh dua unsur penting yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Cerpen di bangun oleh unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar dan sudut pandang. dibaca dalam sekali duduk dan ceritanya cukup dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca. Menurut Sukirno (2009: 64) cerpen adalah cerita singkat dan padat tetapi mengandung kesan yang mendalam. Peristiwa ini bisa nyata maupun imajinasi saja. Menurut Sumardjo (2007: 81) menulis cerpen pada dasarnya menyampaikan sebuah pengalaman kepada pembacanya.

  Tarigan (2008: 170-171) yang mengatakan bahwa panjang cerita pendek kurang lebih sepuluh ribu kata, tiga puluh halaman folio, dibaca dalam 10-30 menit, mempunyai impresi tunggal, seleksi sangat ketat dan kelanjutan cerita sangat cepat. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa cerpen dapat dibaca dalam sekali duduk.

  Menurut Edgar Alan Poe dalam Nurgiantoro (2010: 10), salah satu ciri khas cerita pendek adalah cerita pendek yang biasanya akan terbaca habis hanya dengan sekali duduk. Ini berarti cerita pendek adalah cerita pada seebuah situasi yang digambarkan singkat dengan cepat pada tujuan menulis yang berkaitan dengan tradisi penceritaan lisan. Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada suatu kejadian, mempunyai satu plot, seting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas dan mencakup jangka yang singkat.

  36 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis cerpen merupakan proses kreatif yang melahirkan ,perasaan secara ekspresif dan apresiatif ceritanya ringkas, padat, namun memberi kesan yang mendalam yang di bangun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik.

  Berdasarkan pengertian di atas maka akan kami jelaskan unsur-unsur

a. Unsur Intrinsik: 1) Tema

  Tema merupakan gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui karya fiksi (Sayuti, 2000: 187).

  Pendapat Nurgiantoro (2010: 74) tema berupa makna atau gagasan dasar umum suatu cerita yang tak mungkin hadir tanpa unsur bentuk yang menampungnya, dengan demikian tema sebuah cerita baru akan menjadi makna cerita jika ada keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita yang lainnya. Setiap karya fiksi pasti mengandung tema namun apa isi tema itu sendiri tidak mudah ditunjukan . ia harus dipahami dan ditafsirkan melalui cerita dan unsur pembangun cerita (Nurgiantoro, 2010: 66) Menurut Sukirno (2009: 68) tema adalah makna cerita, gagasan sentral yang hendak diperjuangkan dalam cerita. Tema berfungsi melayani perhatian total sang pengarang terhadap pengalaman dan hubungannya dengan lingkungan yang dihadapi. Tema memiliki beberapa jenis, yaitu: tema jasmaniah, tema moral, tema sosial, tema egoik, dan tema ketuhanan. Tema merupakan gagasan atau ide atau pikiran utama di dalam karya sastra, baik yang terungkap maupun tidak (Sujiman, 1990: 78).

  37 Tema dapat digolongkan dalam beberapa katagori yang berbeda tergantung dari segi penggolongan itu dilakukan. Pengkategorian tema berdasarkan tiga sudut pandang yaitu penggolongan yang bersifat tradisional dan non tradisional, dan penggolongan dilihat dari pengalaman jiwa (Nurgiantoro, 2010: 77 – 78). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan tema adalah suatu pokok masalah yang mendasari sebuah cerita (gagasan pokok dasar cerita).

  Tema biasanya terlihat jelas dalam cerita, namun tidak dalam keadaan langsung, dan pembaca harus menyimpulkan terlebih dahulu untuk menentukan tema.

2) Alur atau Plot

  . Menurut Sayuti (2000: 31) plot atau alur fiksi hendaknya diartikan tidak hanya sebagai peristiwa-peristiwa yang diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu, tetapi juga berdasarkan hubungan kausalitasnya.

  Struktur plot atau alur fiksi dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu awal, tengah, akhir (Sayuti, 2000: 46) Apa bila digambarkan bagian –bagian alur atau plot akan seperti berikut ini :

  38 klimaks komplikasi denoument konflik instabilitas eksposisi

  ½ ½ Awal Tengah Akhir

  Pengertian alur atau plot menurut Nurgiantoro (2010: 94) mendasarkan diri pada rangkaian peristiwa sebagaimana yang disajikan dalam sebuah karya.Plot atau alur ialah jalan cerita atau rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir. Rangkaian peristiwa ini disusun berdasarkan hukum kausalitas (hubungan yang menunjukkan sebab-akibat). Menurut Nurgiantoro (2010: 141-145) setiap cerita memiliki plot/alur cerita sebagai berikut : a) Tahapan perkenalan ialah tahap dimana permulaan suatu cerita dimulai dengan suatu kejadian, tetapi belum ada ketegangan. Di tahap ini berisi pengenalan tokoh, reaksi antar pelaku, penggambaran fisik dan penggambaran tempat).

  b) Menuju ketahap pertikaian ialah tahap dimana terjadinya pertentangan antar pelaku (awal mula pertentangan selanjutnya). Konflik dapat

  39 dibagi menjadi 2, yaitu: a). Konflik Internal ialah konflik yang terjadi dalam diri sang tokoh. b). Konflik Eksternal ialah konflik yang terjadi dari luar diri tokoh (konflik tokoh dengan tokoh, tokoh dengan lingkungan, tokoh dengan tuhan, dll).

  c) Komplikasi/tahap penanjakan konflik, ketegangan dirasakan mulai semakin berkembang dan rumit terjadi pada tahap ini (nasib pelaku semakin sulit diduga).

  d) Klimaks merupakan ketegangan yang semakin memuncak (perubahan nasib pelaku sudah mulai dapat diduga, kadang pula tidak terbukti pada akhir cerita).

  e) Penyelesaian, tahap akhir cerita pada bagian ini terdapat penjelasan mengenai nasib-nasib yang dialami para tokoh dalam cerita setelah mengalami konflik dalam cerita. Beberapa cerita terkadang menyerahkan penyelasaian kepada pembaca, sehingga akhir cerita seperti ini tak ada penyelesaian atau menggantung. Plot atau alur dapat dibedakan menjadi dua macam jika dilihat dari segi keeratan hubungan antar peristiwa, yaitu: a) Plot Erat yaitu sebuah cerita yang memiliki plot erat jika hubungan antar peristiwa terjalin dengan rapat, sehingga tak ada satu peristiwa pun yang dapat dihilangkan.

  b) Plot Longgar yaitu jika hubungan antar peristiwa terjalin kurang erat dan jika ada salah satu jalan cerita yang dihilangkan maka

  40 penghilangan jalan cerita tersebut tidak akan mengganggu jalan cerita.

  Berdasarkan jalan cerita plot dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

  a) Plot Ledakan yaitu plot yang akhir ceritanya mengejutkan dan tak

  b) Plot Lembut yaitu plot yang akhir ceritanya berakhir tanpa adanya kejutan.

  c) Plot Campuran yaitu plot yang akhir cerita menggabungkan kedua plot sebelumnya (ledakan & lembbut).

  Berdasarkan rangkaian peristiwanya plot dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) Plot Maju, yaitu rangkaian peristiwa yang diceritakan mulai dari awal hingga akhir cerita.

  b) Plot Mundur/sorot balik/flash back, yaitu peristiwa-perisiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok sebagai kenangan/masa lalau sang tokoh.

  c) Plot Campuran, yaitu peristiwa-peristiwa pokok diceritakan diawal lalu dilanjutkan dengan menceritakan peristiwa-peristiwa lama/ masa lalu tokoh sebagai sebuah kenangan, dan diakhiri dengan peristiwa- peristiwa pokok(masa kini).

  41 Plot yang dilihat dari segi sifatnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

  a) Plot Terbuka, yaitu akhir cerita yang dapat merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita.

  b) Plot Tertutup, yaitu akhir cerita yang tidak dapat merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita.

  c) Plot Campuran, yaitu penggabungan antara plot terbuka dan plot tertutup.

  Menurut Sumardjo (2007: 136) Plot tersembunyi di balik jalannya cerita. Dengan mengikuti jalanya cerita itulah kita akhirnya dapat menemukan plotnya. Plot tidak terlihat tetapi mendasari sebuah cerita. Kerangka plot biasanya: pengenalan, timbulnya konflik, klimaks, pengakhiran.

  Menurut Aminuddin (2004: 83) Alur/plot adalah kesinambungan dari sebuah jalan cerita. Urutan cerita dapat tersusun secara sistematis atas urutan waktu, peristiwa/kejadian dari sebab dan akibat. Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Alur/plot tersusun atas awalan kemudian diteruskan dengan konflik/masalah yang merupakan klimaks dari cerita, selanjutnya diakhiri oleh akhiran (ending) atau penyelesaian masalah.

  Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan Alur atau plot ialah sebuah langkah atau jalan dari sebuah cerita. Urutan cerita biasanya bisa terjalin atas urutan waktu, kejadian atau hubungan sebab akibat.

  42 Secara garis besar urutan alur atau plot yaitu perkenalan - kemudian mucul sebuah konflik atau masalah - peningkatan masalah atau konflik - puncak masalah (klimaks) - kemudian penurunan masalah atau konflik - dan yang terakhir adalah penyelesaian masalah.

  Penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada peristiwa-peristiwa itu haruslah diolah dan disiasati secara kreatif, sehingga hasil pengolahan itu sendiri merupakan sesuatu yang indah dan menarik, khususnya dalam kaitannya dengan karya fiksi yang bersangkutan secara keseluruhan. Kegiatan pemplotan meliputi kegiatan memilih peristiwa yang akan diceritakan dan kegiatan menata peristiwa- peristiwa itu ke dalam struktur linier karya fiksi.

3) Penokohan atau Perwatakan

  Tokoh adalah elemen struktural fiksi yang melahirkan peristiwa Sayuti (2000: 73-74). Ditinjau dari segi keterlibatanya tokoh fiksi dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh tambahan. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting. dalam pengambil peranan dalam karya sastra. Sedangkan, tokoh tambahan ialah tokoh yang tidak selalu diceritakan dan terkadang juga tidak terlalu penting , namun beberapanya ada yang memiliki hubungan dengan tokoh utama.

  Cara penggambaran tokoh sering dipakai secara analitik dan dramatik . Metode analitik adalah metode penokohan yang dicerminkan atau dipaparkan secara langsung. seperti sadis, pemarah, keras kepala dan

  43 lain-lain. Sedangkan metode dramatik adalah metode penokohan yang dicerminkan atau dipaparkan secara tidak langsung, atau pengmbaran sifat melalui penggambaran fisik, dialog antar tokoh ,jalan pikiran tokoh, reaksi tokoh lain, pelukisan latar. Penggambaran fisik (Misalnya berpakaian, postur tubuh, bentuk rambut, warna kulit, dll), Teknik reaksi tokoh lain (berupa pandangan, pendapat, sikap, dsb).

  Menurut Nurgiantoro (2010: 166) istilah penokohan lebih luas pengertiannya dari pada ”tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembacanya. Pembedaan tokoh menurut Nurgiantoro (2010: 166) dari segi peranan atau tingkat pentingnya dibagi menjadi dua, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan.Berdasarkan perwatakan tokoh cerita dibagi menjadi dua, yakni Tokoh datar dan Tokoh bulat Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja Jadi, seorang tokoh yang jahat akan dari awal cerita akan menjadi jahat sampai akhir cerita. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemagannya. Jadi, ada perkembangan yang menjadi pada tokoh ini. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh tokoh ada tokoh protagonis dan tokoh antagonis.Protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau

  44 penikmat sastra Karen sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.