BAB IX - DOCRPIJM c5fa37218e BAB IXBAB IX

BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN SUKOHARJO

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintahan
Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan
pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja
pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah
meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu
mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi
prasarana yang telah terbangun.
Namun,

seringkali

pemerintah

daerah

memiliki


keterbatasan

fiskal

dalam

mendanai

pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan
pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan
Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh
karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk
mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah.
Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkahlangkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan
untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya.
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor

swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya.
c.

Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

9.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan
dan perundangan terkait, antara lain:
1.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah
diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 1

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal ini, pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat
yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta
agama.
2.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah
daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan
daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan
Daerah.

3.

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan
terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian
DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.
Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah

atas dasar prioritas nasional.
Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus,
dan kriteria teknis.

4.

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota:
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan
wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah
untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan,
termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat
wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap
dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan
bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana
dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5.

Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman

daerah meliputi pemerintah, pemerintah daerah lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan
Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung
kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan
pinjaman daerah, pemerintah daerah wajib memenuhi persyaratan:

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 2

a.

Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD
tahun sebelumnya.

b.

Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5.


c.

Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman.

d.

Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah.

e.

Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan
DPRD.

6.

Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres
56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam
penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan

dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman
dan prasarana persampahan.

7.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011):
Struktur APBD terdiri dari:
a.

Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.

8.

b.

Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c.


Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian
sasaran nasional bidang Cipta Karya. Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang
Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a.

Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air
minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di
perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.
Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan
kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang
mempertimbangkan:
- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah.
- Tingkat kerawanan air minum.

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2014

IX - 3

b.

Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat
berpenghasilan

rendah

diperkotaan

yang

diselenggarakan

melalui


proses

pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk Program peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan
kriteria teknis:
- Kerawanan Sanitasi.
- Cakupan Pelayanan Sanitasi.
9.

Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri.
Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU
membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis
Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang
diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur kePU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan
penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka
keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup

sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM
bidan Cipta Karya meliputi:
1.

Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan
Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus
bidang Air Minum dan Sanitasi.

2.

Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3.

Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)
dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4.

Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5.

Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6.

Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 4

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan
prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan
direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesarbesarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2.

Profil APBD Kabupaten Sukoharjo

Struktur APBD Kabupaten/Kota selama 5 tahun terakhir berdasarkan sumber data berasal dari
dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir seperti tampak pada Tabel 9.1 dan Tabel 9.2.
APBD Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 sebesar Rp. 713.963.440.000, sedangkan Tahun 2013
sebesar Rp. 1.274.311.857.000. Secara umum nilai pertumbuhan APBD Kabupaten Sukoharjo
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 15,7%. Berikut adalah komponen yang dianalisis
berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006, sebagai berikut:
a.

Pendapatan daerah
Pendapatan daerah merupakan penerimaan uang melalui kas rekening kas umum daerah
yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah Kabupaten
Sukoharjo terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah. Kondisi umum pendapatan daerah Kabupaten Sukoharjo
selama 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan 14,6%.
Untuk tahun 2009-2013, rata-rata kontribusi PAD terhadap total pendapatan adalah 36,9%,
Dana Perimbangan mencapai 8,4 % dan lain-lain PAD sebesar 58,2%. Sementara.
prosentase dan tren dari ketiga sumber pendapatan ini ditunjukkan dalam Tabel 9.1 dan
Gambar 9.1.
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dana Pendapatan Asli Daerah pertumbuhannya sebesar 36,9%, dengan rincian sebagai
berikut:
a)

Pajak Daerah;
Dari data tabel menunjukkan bahwa penerimaan pajak daerah mengalami
pertumbuhan 52,4%.

b) Retribusi Daerah;
Dari data tabel menunjukkan bahwa penerimaan retribusi daerah mengalami
mengalami fluktuasi pertumbuhan, secara rata-rata pertumbuhan sebesar 6,6%.
c)

Hasil Pengelolaan PERUSDA dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan;

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 5

Penerimaan dari hasil pengelolaan PERUSDA dan kekayaan daerah yang
dipisahkan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 12,4%, yang ditunjang dari
peningkatan penerimaan yang cukup signifikan dari bagi hasil keuntungan/dividen
Bank Pasar.
d) Lain-lain PAD.
Penerimaan dari lain-lain PAD mengalami fluktuasi, rata-rata pertumbuhannya
sebesar 118,3%.
2) Dana Perimbangan
Dana Pendapatan dan Perimbangan Daerah berfluktuasi jika dirata-rata pertumbuhannya sebesar 8,4%, dengan perincian sebagai berikut:
a)

Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak;
Dari data tabel menunjukkan bahwa penerimaan dari bagi hasil pajak dan bukan
pajak mengalami fluktuasi, jika dirata-rata mengalami penurunan sebesar -2,2%.
Hal ini dikarenakan sumber ini merupakan penerimaan dari Pemerintah Pusat
sehingga sangat tergantung dengan proporsi capaian pajak-pajak pusat. Pada
tahun 2011 dan 2012 mengalami penurunan dibandingkan penerimaan tahun
sebelumnya.

b) Dana Alokasi Umum (DAU);
Penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) selalu mengalami kenaikan, dengan nilai
pertumbuhan sebesar 10,8%.
c)

Dana Alokasi Khusus (DAK);
Dari data tabel menunjukkan bahwa penerimaan Dana Alokasi Khusus (DAK)
mengalami penurunan sebesar -3,4%.

3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah berfluktuasi dengan nilai
pertumbuhan sebesar 58,2%. Berikut adalah penjelasan rinci komponen dan
perkembangan tiap-tiap komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten
Sukoharjo:
1) Pendapatan Hibah;
Pendapatan hibah mulai tahun 2011, berfluktuasi mengalami penurunan
sebesar -9,7%.
2) Dana Darurat;
Untuk Pendapatan Dana Darurat pada 5 (lima) tahun terakhir, Kabupaten
Sukoharjo tidak menerima alokasi dana tersebut.
3) Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya;
Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 6

Penerimaan Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
berfluktuasi dengan nilai pertumbuhan sebesar 17,7%.
4) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus;
Penerimaan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus berfluktuasi dengan nilai
pertumbuhan sebesar 15,9%.
5) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya;
Penerimaan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
berfluktuasi dengan nilai pertumbuhan sebesar 88,0%.

Gambar 9.1. Grafik Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Sukoharjo

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 7

Tabel 9.1. Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Sukoharjo
PENDAPATAN DAERAH
(1)

Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang dipisahkan
Lain-Lain PAD
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang
Sah

Tahun 2009

Tahun 2012

Tahun 2013

Rata2

%

Rp

%

Rp

%

Rp

%

Rp

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

46,154,694,000

30.6

60,297,533,000

17.8

71,051,620,000

75.4

124,642,660,000

23.6

154,067,833,000

36.9

16,481,826,000

31.9

21,741,894,000

33.8

29,082,244,000

120.7

64,197,700,000

23.4

79,205,000,000

52.4

20,524,244,000

39.4

28,618,817,000

8.1

30,933,550,000

(28.1)

22,246,022,000

7.1

23,828,792,000

6.6

3,333,000,000

14.6

3,820,151,000

22.6

4,681,630,000

(0.5)

4,657,757,000

13.0

5,262,991,000

12.4

5,815,624,000

5.2

6,116,671,000

3.9

6,354,196,000

427.9

33,541,181,000

36.5

45,771,050,000

118.3

618,951,188,000

0.2

620,295,253,000

6.2

658,553,658,000

14.5

753,724,168,000

12.9

851,119,255,000

8.4

46,111,428,000

17.7

54,254,353,000

(18.4)

44,249,678,000

(41.5)

25,872,849,000

33.5

34,531,675,000

(2.2)

509,732,760,000

1.3

516,588,000,000

9.4

565,131,680,000

20.4

680,235,009,000

12.2

763,462,900,000

10.8

63,107,000,000

(21.6)

49,452,900,000

(0.6)

49,172,300,000

(3.2)

47,616,310,000

11.6

53,124,680,000

(3.4)

48,857,558,000

8.8

53,167,659,000

183.7

150,853,319,000

38.2

208,427,627,000

2.1

212,779,099,000

58.2

-

-

2,000,000,000

-

-

2,500,000,000
-

(44.5)
-

1,388,130,000

-

25.0
-

(9.7)
-

37,848,638,000

(7.7)

34,920,046,000

74.8

61,023,605,000

-

Dana Darurat

-

Dana Penyesuaian & Otonomi

Tahun 2011

Rp

Pendapatan Hibah

DBH Pajak dari Pemda Lainnya

Tahun 2010

37,301,708,000
-

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

(0.0)
-

37,291,262,000
-

1.5
-

IX - 8

-

17.1

Khusus
Bantuan Keuangan Provinsi/ Pemda
Lain
Pendapatan Lainnya
TOTAL PENDAPATAN

93,522,196,000

(4.9)

88,956,336,000

36.6

121,525,711,000

15.9

11,555,850,000
-

37.4
-

15,876,397,000
-

10.1
-

17,482,485,000
-

369.3
-

82,051,245,000

(64.8)
-

28,841,653,000

-

-

88.0
-

713,963,440,000

2.8

733,760,445,000

20.0

880,458,597,000

23.4

1,086,794,455,000

12.1

1,217,966,187,000

14.6

Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo tentang APBD

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 9

b. Belanja Daerah
Belanja Daerah meliputi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Perkembangan
belanja daerah Kabupaten Sukoharjo secara umum mengalami pertumbuhan sebesar
15,7%.
Belanja tidak langsung secara umum mengalami pertumbuhan sebesar 10,8% yang
dijabarkan dalam komponen-komponen sebagai berikut;
-

Belanja Pegawai, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan nilai
pertumbuhan 12,7%.

-

Belanja Bunga, mengalami penurunan sebesar -21,7%.

-

Belanja Subsidi tidak ada alokasi dana tersebut.

-

Belanja Hibah,mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan nilai pertumbuhan
13.931,9%.

-

Belanja Bansos, mengalami peningkatan dengan nilai pertumbuhan sebesar 49%.

-

Bagi Hasil Pemda lain, tidak mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun
2011, dan tidak ada alokasi dana pada tahun 2012-2013.

-

Bantuan Pemda lain, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan nilai
pertumbuhan 9,2%.

-

Belanja tak terduga, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan nilai
pertumbuhan 553,7%,

Belanja langsung secara umum mengalami pertumbuhan sebesar 23,3% yang
dijabarkan dalam komponen-komponen sebagai berikut:
-

Belanja Pegawai, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan nilai
pertumbuhan 16,4%.

-

Belanja Barang dan Jasa, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan nilai
pertumbuhan 17,1%.

-

Belanja Modal, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan nilai pertumbuhan
49,1%.

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 10

Gambar 9.2. Grafik Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Sukoharjo

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 11

Tabel 9.2. Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Sukoharjo
BELANJA DAERAH
(1)

Belanja Tidak
Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bansos
Bagi hasil Pemda lain
Bantuan Pemda lain
Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang & Jasa
Belanja Modal
TOTAL BELANJA

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

Tahun 2013

Rata2

Rp

%

Rp

%

Rp

%

Rp

%

Rp

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

564,525,792,307

3.9

586,735,677,000

4.5

612,963,461,000

18.7

727,661,915,000

16.0

844,042,406,000.0

10.8

456,649,804,000

6.3

485,426,644,000

14.2

554,585,899,000

15.4

640,167,682,000

14.8

734,833,036,000.0

12.7

96,270,000
-

(28.4)
-

68,935,000
-

(16.0)
-

57,909,000
-

(18.8)
-

47,004,000
-

(23.7)
-

35,858,000.0
-

(21.7)
-

41,329,298,500

11.3

45,996,225,000

(99.8)

70,000,000

55,792.8

39,124,977,000

23.1

48,180,802,000.0

13,931.9

29,589,000,000

(42.7)

16,946,000,000

53.0

25,921,000,000

(89.7)

2,663,500,000

275.4

10,000,000,000.0

49.0

-

-

-

30,770,720,000

9.0

33,553,247,000

34.0

44,961,096,000.0

8.2

500,000,000

2,321.1

12,105,505,000

(50.2)

6,031,614,000.0

553.7

-

1,057,933,000

-

1,057,933,000

(16.2)

1,057,933,000

-

-

34,663,360,000

6.0

36,739,940,000

1,140,126,807

(56.1)

500,000,000

197,767,196,000

(1.5)

194,739,801,000

57.4

306,575,239,000

23.3

378,085,608,000

13.8

430,269,451,000.0

23.3

40,105,703,100

24.5

49,916,492,000

(2.4)

48,742,558,000

21.9

59,400,968,000

21.8

72,360,203,000.0

16.4

98,661,318,800

1.3

99,921,227,000

69.4

169,245,057,000

(25.8)

125,531,067,000

23.8

155,350,687,000.0

17.1

59,000,174,100

(23.9)

44,902,082,000

97.3

88,587,624,000

118.0

193,153,573,000

4.9

202,558,561,000.0

49.1

713,963,440,000

9.5

781,475,478,000

17.7

919,538,700,000

20.3

1,105,747,523,000

15.24

1,274,311,857,000.0

15.7

-

Sumber: Lampiran PeraturanDaerah Kabupaten Sukoharjo

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 12

c.

Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah meliputi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Perkembangan penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan total mengalami
pertumbuhan sebesar 36,4%.
Penerimaan Pembiayaan
Perkembangan penerimaan pembiayaan mengalami pertumbuhan sebesar 16,2%, yang
terdiri dari komponen :
- Penggunaan SiLPA mengalami pertumbuhan sebesar 17,3%.
- Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah mengalami pertumbuhan sebesar 10%.
- Penerimaan Kembali Pinjaman mengalami pertumbuhan sebesar 10%.
Pembiayaan Pengeluaran
Perkembangan pembiayaan pengeluaran mengalami penurunan sebesar -5,7%, yang
terdiri dari komponen :
- Penyertaan Modal pertumbuhan sebesar 8,6%.
- Pembayaran Pokok Pinjaman penurunan sebesar -24,9%.
- Pemberian Pinjaman Daerah pertumbuhan sebesar 10%.

Gambar 9.3. Grafik Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Sukoharjo

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 13

Tabel 9.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2009

PEMBIAYAAN DAERAH
(1)

Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan SiLPA
Pencairan Dana Cadangan

Penerimaan Kembali Pinjaman
Piutang Daerah

Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal

Pemberian Pinjaman Daerah
TOTAL PEMBIAYAAN

Rata2

%

Rp

%

Rp

%

Rp

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

53,742,101,307
-

-

2,500,000,000
2,500,000,000
10,015,553,000
-

2,592,553,000
2,500,000,000
47,715,033,000

0.0
0.0

57,730,586,000
52,730,586,000
2,500,000,000

-

2,500,000,000
-

-

-

0.0
7.5
0.0
0.0
0.0

10.2
13.0

10,015,553,000
4,923,000,000
2,592,553,000
2,500,000,000
47,715,033,000

51,851,656,000
45,851,656,000
-

44.7
37.5

28,655,421,000
28,655,421,000
-

20.0
20.0

27.5
35.7
19.3
20.0

12,771,553,000
6,679,000,000
3,092,553,000

63,503,223,000
-

16.2
17.3
-

-

-

-

-

10.0

-

-

-

10.0

-

-

-

-

-

24.0
-

-

-

-

-

9.5
22.8

9,702,353,000
7,314,000,000
2,388,353,000

-26.2
-3.4
-96.1

-

3,000,000,000
39,080,103,000

121.6

63,503,223,000

-

3,000,000,000
3,000,000,000
-

121.6

-

51.5

18,953,068,000

Sumber: Lampiran PeraturanDaerah Kabupaten Sukoharjo

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

Tahun 2013

Rp

5,320,000,000

Pembayaran Pokok Pinjaman

Tahun 2012

%
1.7
1.9
-

Penerimaan Pembiayaan Dari Deposito

Tahun 2011

Rp

58,742,101,307

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah

Tahun 2010

IX - 14

7,157,553,000
7,065,000,000
92,553,000
-

197.3

56,345,670,000

-5.7
8.6
-24.9
10.0
36.4

9.3

Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan
khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari
APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.
9.3.1.

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN
dalam 5 Tahun Terakhir

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya bersumber dari APBN dalam 5 Tahun
terakhir, meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda,
Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada
daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya
menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan
peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011).
Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend
alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Dari data tabel pula dapat dijelaskan bahwa Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta
Karyayang dialokasikan pada APBD Kabupaten Sukoharjo selama 5 (lima) tahun terakhir secara
umum mengalami fluktuasi dari tahun 2009-2013.
Tabel 9.4. Perkembangan Alokasi APBN Bidang Cipta Karya di Kabupaten Sukoharjo
Sektor
(1)

Pengembangan Air Minum
Pengembangan PLP
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan & Lingkungan
Total

Tahun 2009
(2)

1.000.000.000
400.000.000
750.000.000
600.000.000
2.750.000.000

Tahun 2010
(3)

2.000.000.000
500.000.000
200.000.000
250.000.000
3.050.000.000

Tahun 2011
(4)

1.000.000.000
400.000.000
600.000.000
400.000.000
2.400.000.000

Tahun 2012

Tahun 2013

(5)

2.000.000.000
500.000.000
1.000.000.000
500.000.000
4.000.000.000

(6)

1.500.000.000
500.000.000
750.000.000
500.000.000
3.250.000.000

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung
pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana
Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan
tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan
sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air
minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di
perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi
digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 15

drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan
yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.
Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus
dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa
dianalisis perkembangannya.
Tabel 9.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Sukoharjo
Jenis DAK

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

Tahun 2013

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAK Air Minum
DAK Sanitasi
Total

9.3.2.

2.476.000.000
2.476.000.000

757.000.000
752.000.000
1.509.000.000

890.800.000
1.699.300.000
2.590.100.000

1.255.710.000
1.355.120.000
2.610.830.000

1.096.880.000
1.268.740.000
2.365.620.000

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD
dalam 5 Tahun Terakhir

Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas
untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah
daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja
pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi
belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan
infrastruktur yang sudah ada.
Bagian ini menunjukan alokasi dan proporsi pendanaan bidang Cipta Karya bersumber dari
APBD yang dijabarkan berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada. Setelah didapatkan
proporsi pendanaan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya seperti tabel 9.6 maka
dapat dihasilkan grafik sepertigambar 9.2.
Tabel 9.6. Perkembangan Alokasi APBD Kabupaten Sukoharjo
untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya
Tahun-2009

Tahun-2010

Tahun-2011

Tahun-2012

Tahun-2013

SEKTOR
Alokasi

%

Alokasi

%

Alokasi

%

Alokasi

%

Alokasi

Pengembangan Air
Minum

247,600,000

(69.4)

75,700,000

17.7

89,080,000

41.0

125,571,000

(12.6)

109,688,000

Pengembangan PPLP

321,509,750

63.6

526,000,000

14.1

600,000,000

16.7

700,000,000

14.3

800,000,000

Pengembangan
Permukiman

760,000,000

(34.2)

500,000,000

100.0

1,000,000,000

50.0

1,500,000,000

33.3

2,000,000,000

Penataan Bangunan
dan Lingkungan

1,238,692,400

15.6

1,432,500,000

4.7

1,500,000,000

16.7

1,750,000,000

14.3

2,000,000,000

Total Belanja APBD
Bidang Cipta Karya

2,567,802,150

(1.3)

2,534,200,000

25.8

3,189,080,000

27.8

4,075,571,000

20.5

4,909,688,000

713,963,440,000

9.5

781,475,478,000

17.7

919,538,700,000

20.3

1,105,747,523,000

15.2

1,274,311,857,000

Total Belanja APBD

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 16

Gambar 9.4. Grafik Proporsi Belanja Sektoral Cipta Karya
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk
Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB
ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang
Cipta Karya.
Bagian ini juga berisikan penyajian data perkembangan besaran DDUB dalam 3-5 tahun terakhir
untuk melihat komitmen pemerintah daerah. Perkembangan DDUB dapat dijabarkan dalam
tabel 9.7.
Tabel 9.7. Perkembangan DDUB Kabupaten Sukoharjo
SEKTOR
(1)

Pengembangan Air
Minum
Pengembangan PPLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan Bangunan
dan Lingkungan
Total

Tahun-2009

Tahun-2010

Tahun-2011

Tahun-2012

Tahun-2013

Alokasi

%

Alokasi

%

Alokasi

%

Alokasi

%

Alokasi

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

247,600,000

(69.4)

75,700,000

17.7

89,080,000

41.0

125,571,000

(12.6)

109,688,000

321,509,750

63.6

526,000,000

14.1

600,000,000

16.7

700,000,000

14.3

800,000,000

760,000,000

(34.2)

500,000,000

100.0

1,000,000,000

50.0

1,500,000,000

33.3

2,000,000,000

1,238,692,400

15.6

1,432,500,000

4.7

1,500,000,000

16.7

1,750,000,000

14.3

2,000,000,000

2,567,802,150

(1.3)

2,534,200,000

25.8

3,189,080,000

27.8

4,075,571,000

20.5

4,909,688,000

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 17

9.3.3.

Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5
Tahun Terakhir

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah
(profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan
dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah
dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari
perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur
Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak dibidang Cipta Karya
berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.
Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah
perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
Pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan, operasi dan
pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh perusahaan daerah yang ada di
kabupaten/kota dalam 5 tahun terakhir.
Tabel 9.8. Ikhtisar Keuangan PDAM Tirta Makmur

Ikhtisar Keuangan
(Rupiah)
LAPORAN LABA/RUGI
1. Total Pendapatan
2. Pendapatan Penjualan Air
3. Pendapatan Non Air + Lain-lain
4. Total Biaya
5. Biaya Langsung Usaha
6. Biaya Umum & Administrasi dll
7. Laba Rugi Sebelum Pajak
8. Laba Rugi Setelah PPh Badan

Tahun 2012

Tahun 2011

15,066,437,635
13,687,831,913
1,378,605,722
12,984,425,567
20,441
20,128
2,082,012,068
1,644,779,303

11,985,992,235
10,307,538,418
1,678,453,939
11,850,585,130
14,229
19,051
135,407,727
69,745,516

Tahun 2012

Tahun 2011

43,067,812,973
38,510,977,244
472,398,576
42,595,414,397

32,400,616,273
30,399,326,949
422,878,766
31,977,737,508

Ikhtisar Keuangan
NERACA
1. Total Aset
2. Aset Tidak Lancar
3. Total Kewajiban
4. Modal dan Cadangan (Ekuitas)
Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 18

5.

Total Kewajiban dan Ekuitas

43,067,812,973

32,400,616,273

Sumber: PDAM Tirta Makmur Tahun 2012
9.3.4.

Perkembangan Investasi Swasta dalam Pembangunan Cipta Karya

Bersumber dari Swasta dalam 5 Tahun Terakhir Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan
pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam
pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
untuk kegiatan yang berpotensi costrecoveryatau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk
kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No.
67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan
landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Di beberapa daerah, skema pembiayaan alternatif ini sudah banyak dilakukan untuk menunjang
pembangunan Cipta Karya di daerah. Informasi kegiatan kegiatan eksisting perlu disajikan
dalam RPI2-JM untuk melihat potensi pembiayaan dari dunia usaha di daerah tersebut.
Tabel 9.9. Perkembangan KPS Bidang CK Kabupaten Sukoharjo
Kegiatan

Tahun

Komponen
KPS

Satuan
Volume

Nilai
(Rp)

Skema KPS

Ket.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Pengembangan AirMinum
Pengembangan PPLP
-

PengembanganPermukiman
-

-

Penataan Bangunan dan Lingkungan
-

9.4.

-

Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta
Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis
proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama
pemerintah dan swasta.

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 19

9.4.1

Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresiterhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas
dasar trend historis.
Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang
Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-ratap
roporsi tahun-tahun sebelumnya.
Dalam melakukan proyeksi APBD 5 tahun ke depan, langkah-langkanya adalahsebagai berikut:
1.

Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan Setiap pos pendapatan dihitung
rata-rata pertumbuhannya denganmenggunakan rumus sebagai berikut:

% pertumbuhan =

Y0 – Y-1 x 100% + Y-1 – Y-2
Y-1
Y-2

x 100% : 2

Keterangan:
Y0
= Nilai tahun ini
Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya
Y-2 = Nilai 2 tahun sebelumnya
Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terdiri
dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH),dan Lain-lain pendapatan yang sah.
2.

Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan Setelah diketahui tingkat
pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke depan
dengan menggunakan rumus proyeksi geometris sebagai berikut:

Yn = Y0 1 + r n
Keterangan:
Yn = Nilai pada tahun n
Y0 = Nilai pada tahun ini
3.

r = % pertumbuhan
n = tahun ke n (1-5)

Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah
dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya. Setelah didapatkan nilai untuk setiap
pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan. Apabila diasumsikan bahwa total
pendapatan sama dengan total belanja dan diasumsikan pula bahwa proporsi belanja
bidang Cipta Karya terhadap APBD sama dengan eksisting (Tabel 9.10) maka dapat
diketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk bidang Cipta
Karya dalam lima tahun ke depan.

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 20

Tabel 9.10. Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

Y-2
(1)

Persentase

Realisasi

Komponen
APBD
(2)

Y-1
(3)

Y0
(4)

Pertumbuhan
(5)

Proyeksi
Y1
(6)

Y2
(7)

(8)

Y4
(9)

Y5
(10)

71.051.620.000

124.642.660.000

154.067.833.000

49,52%

230.356.928.971

382.935.120.914

459.224.216.886

535.513.312.857

DAU

565.131.680.000

680.235.009.000

763.462.900.000

16,30%

887.917.624.972 1.012.372.349.944 1.136.827.074.916

1.261.281.799.888

1.385.736.524.860

DBH

44.249.678.000

25.872.849.000

34.531.675.000

-4,03%

33.139.527.877

31.747.380.755

30.355.233.632

28.963.086.510

27.570.939.387

DAK

49.172.300.000

47.616.310.000

53.124.680.000

4,20%

55.356.946.965

57.589.213.930

59.821.480.895

62.053.747.860

64.286.014.825

255.604.633.891

298.430.168.782

341.255.703.673

384.081.238.564

426.906.773.455

1.434.183.458.788 1.650.400.730.576 1.866.618.002.364

2.082.835.274.151

2.299.052.545.939

Pendapatan
Asli Daerah

306.646.024.943

Y3

Dana
Perimbangan

- DAK Air
Minum

2.117.500.000

- DAK
Sanitasi

840.000.000

Lain-Lain
Pendapatan
yang Sah

150.853.319.000

208.427.627.000

212.779.099.000

20,13%

Total APBD

880.458.597.000

1.086.794.455.000

1.217.966.187.000

17,75%

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 21

Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode
analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).
Net Public Saving

Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah
dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan
sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang
dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya.
Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat
kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus
perhitungan NPS adalah sebagai berikut:
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib
NPS
= (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
-

Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah
Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja
bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan yang
berlaku.

-

Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan,
serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit
APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber
dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan
bank, dan Masyarakat (obligasi).
Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.

Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi
75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

b.

Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman
yang ditetapkan oleh Pemerintah.

c.

Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

d.

Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah,Pemerintah Daerah juga wajib
memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah.

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 22

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan
daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR).
Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan
kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas
keuangan pemerintah.
Pada bagian ini perlu dihitung DSCR daerah dalam 3-5 tahun terakhir dengan rumus sebagai
berikut:
DSCR =

PAD + DAU + DBH + DBHDR – Belanja Wajib
Pokok Pinjaman + Bunga + Pinjaman Lain

PAD = Pendapatan Asli Daerah
DBH = Dana Bagi Hasil

DAU
= Dana Alokasi Umum
DBHDR = DBH Dana Reboisasi

Perhitungan DSCR Tahun 2011 :
DSCR =

71.051.620.000 + 565.131.680.000 + 44.249.678.000 + DBHDR – 919.538.700.000
Pokok Pinjaman + Bunga + Pinjaman Lain

Perhitungan DSCR Tahun 2012 :
DSCR =

124.642.660.000 + 680.235.009.000 + 25.872.849.000 + DBHDR – Belanja Wajib
Pokok Pinjaman + Bunga + Pinjaman Lain

Perhitungan DSCR Tahun 2013 :
DSCR =

9.4.2

154.067.833.000 + 763.462.900.000 + 34.531.675.000 + DBHDR – Belanja Wajib
Pokok Pinjaman + Bunga + Pinjaman Lain
Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini,
perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam
bentuk business plan.
Bagian ini berisi Informasi yang dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah
guna pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka
waktu RPI2-JM (Tabel pada Lampiran).

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 23

9.4.3

Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya

Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun
daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta
(KPS) di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.
Tabel 9.10. Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke
Depan
Nama Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

(1)

Pengelolaan IPLT
Pengelolaan Sampah

Biaya Kegiatan
(Rp)

(2)

Operasionalisasi IPLT
Pemrosesan akhir
sampah

(3)

Rp. 5 M
Rp. 10 M

Kelayakan
Finansial

Keterangan

(4)

(5)

IRR= + 1
IRR= + 1

-

Keterangan :
IRR =Internal Rate of Return

9.5

Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang
Cipta Karya

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan
dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat.
Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya
dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
9.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang
ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah
dilakukan.
Proyeksi dana dari Pemerintah Pusat (APBN) untuk Bidang Cipta Karya berdasarkan Tabel 9.4
jumlahnya berfluktuasi. Namun diharapkan setiap tahun ada peningkatan sekitar 10% dari
tahun sebelumnya. Dana dari Pemerintah Pusat (APBN) lebih bersifat stimulus untuk daerah
agar lebih concern dalam pembangunan bidang keciptakaryaan.
Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhtungan pada bagian 9.5
cenderung

berfluktuasi,

hal

ini

menggambarkan

kurangnya

concern

Pemda

dalam

pembangunan bidang keciptakaryaan. Seiring meningkatnya alokasi belanja APBD maka
diharapkan meningkat pula alokasi anggaran untuk pembangunan bidang keciptakaryaan.
Adapun kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta
untuk jangka 5 tahun kedepan yang memiliki potensi benefit adalah untuk pengelolaan IPLT

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 24

dan pengelolaan persampahan. Namun hal ini masih perlu dukungan study kelayakan ekonomi
yang lebih spesifik.

9.5.2

Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi
kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka
Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi
pembangunan infrastruktur permukiman.
Strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya meliputi:
1.

Peningkatan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) oleh kabupaten dan provinsi.

2.

Peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran.

3.

Peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah.

4.

Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang
Cipta Karya.

5.

Pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang
sudah ada.

6.

Pengembangan infrastruktur skala regional.

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

IX - 25