Pengaruh Infusa Herba Purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) Terhadap Perilaku Seksual Mencit Swiss Webster Jantan.

(1)

vi

Vincentius Handy. 2012. Pembimbing I : Fen Tih, dr., M.Kes.

Pembimbing II : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr.,M.Kes.

Gangguan seksual dapat berdampak buruk bagi kehidupan rumah tangga suami istri, seperti perselingkuhan hingga perceraian. Penggunaan testosteron dalam mengatasi gangguan seksual memiliki banyak efek samping yang berbahaya, sehingga masyarakat banyak beralih menggunakan tanaman afrodisiak seperti purwoceng (Pimpinella alpine K.D.S.). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh infusa herba purwoceng terhadap perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.

Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorim sungguhan yang menggunakan mencit Swiss Webster jantan berjumlah 25 ekor dan mencit Swiss Webster betina berjumlah 25 ekor yang berumur 6-8 minggu dengan berat rata-rata 20-25 gram dibagi secara acak dalam 5 kelompok (n=5). Tiga kelompok perlakuan diberi Infusa Herba Purwoceng (IHP) dengan dosis 1 : 325 mg/kgBB, dosis 2 : 650 mg/kgBB, dan dosis 3 : 1.300 mg/kgBB, sedangkan kelompok kontrol diberi akuades dan kelompok pembanding diberi testosterone

undecanoate (20,8 mg/kgBB). Data yang diukur adalah jumlah introducing dan mounting selama 30 menit pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh. Analisis data

menggunakan uji ANAVA satu arah kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan α = 0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05.

Hasil penelitian rerata total introducing hari ketiga, kelima, dan ketujuh dari IHP 1, IHP 2, dan IHP 3 menunjukkan adanya perbedaan yang sangat bermakna dibandingkan kontrol (p=0,001, p=0,000, dan p=0,001). Uji ANAVA satu arah rerata total mounting hari ketiga, kelima, dan ketujuh menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna (p=0,242).

Simpulan penelitian ini adalah infusa herba purwoceng (Pimpinella alpine K.D.S.) meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss-Webster jantan.


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF INFUSION OF HERBACEOUS PURWOCENG

(Pimpinella alpina K.D.S. ) ON SEXUAL BEHAVIOR OF MALE SWISS

WEBSTER MICE Vincentius Handy. 2012. 1st Tutor : Fen Tih, dr., M.Kes.

2nd Tutor : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes.

Sexual disorders can adversely affect the lives of married couple households, such as adultery to divorce. The use of testosterone in overcoming sexual disorders have many harmful side effects, so that people are switching to the use of aphrodisiac plants such as purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.). The purpose of this study was to determine the effect of infusion of herbaceous purwoceng on sexual behavior of male Swiss Webster mice.

This is a real experimental laboratory study using 25 male Swiss Webster mice and female Swiss Webster mice of the same number aged 6-8 weeks old with an average weight of 20-25 g which were randomly divided into 5 groups of 5 (n = 5). Three treatment groups were given Infusa Herba Purwoceng (IHP) at a dose of 1: 325 mg / kg, a dose of 2: 650 mg / kg, and a dose of 3: 1,300 m g / kg respectively while the control group was given distilled water and the comparing group was given testosterone undecanoate (20.8 mg / kg). The data measured is the total number of introducing and mounting for a duration of 30 minutes on the third, fifth, and seventh day. The datas are analyzed using one-way ANOVA followed by Tukey HSD test with α = 0.05, significance is based on the value of p <0.05.

The results show that the mean number of introducing based on the third, fifth, and seventh day of the IHP 1, IHP 2, and IHP3 differ very significantly compared to control (p = 0.001, p = 0.000 and p = 0.001). One-way ANOVA test of the mean number of mounting based on the third, fifth, and seventh day show no significant difference (p = 0.242).

Therefore it is concluded that infusion of purwoceng herb (Pimpinella alpina

K.D.S.) increases sexual behavior of male Swiss-Webster mice.


(3)

viii

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ...iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 2

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Karya Tulis Ilmiah... 3

1.4.1. Manfaat Akademis ... 3

1.4.2. Manfaat Praktis ... 3

1.5.Kerangka Pemikiran ... 3

1.6.Hipotesis ... 5

1.7.Metodologi ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1.Anatomi Sistem Genitalia Laki-laki... 6

2.1.1.Organ Genitalia Eksterna ... 6

2.1.1.1. Scrotum ... 6

2.1.1.2. Penis ... 7


(4)

2.1.1.4. Persarafan ... 9

2.1.2.Organ Genitalia Interna ... 9

2.1.2.1. Testis ... 9

2.1.2.2. Epididymis ... 10

2.1.2.3. Ductus Deferens ... 11

2.1.2.4. Vesicula Seminalis ... 11

2.1.2.5. Ductus Ejaculatorius ... 12

2.1.2.6. Prostata ... 12

2.1.2.7. Glandula Bulbourethralis ... 12

2.2.Fisiologi Fungsi Reproduksi Laki-Laki ... 12

2.2.1.Peran Sistem Saraf Pusat ... 13

2.2.1.1. Sistem Limbik ... 13

2.2.1.2. Hipotalamus ... 13

2.2.1.3. Amigdala ... 14

2.2.1.4. Hipokampus ... 15

2.2.1.5. Jalur Supraspinal dan Pusat... 15

2.2.2.Peran Sistem Saraf Perifer terhadap Mekanisme Ereksi ... 16

2.2.2.1. Corpus Cavernosa ... 17

2.2.2.2. Copus Spongiosum dan Glans Penis ... 17

2.2.3.Pengaturan Sistem Seksual Laki-laki oleh Hormon Gonadotropin ... 18

2.2.3.1. Pengaturan Pembentukan Testosteron oleh LH ... 18

2.2.3.2. Pengaturan Spermatogenesis oleh FSH dan Testosteron . 18 2.2.3.3. Luteinizing Hormone-Releasing Hormone (LNRH) ... 19

2.2.4.Rangsangan Saraf untuk Melakukan Tindakan Seksual Laki-laki 19 2.2.4.1. Stadium-stadium Tindakan Seksual Laki-laki ... 20

2.2.4.1.1. Ereksi ... 20

2.2.4.1.2. Pelumasan ... 20

2.2.4.1.3. Emisi dan Ejakulasi... 20

2.2.5.Testosteron ... 21


(5)

x

2.3.3.Feromon ... 26

2.4.Gangguan Seksual pada Laki-laki... 26

2.4.1.Gangguan Libido... 26

2.4.2.Disfungsi Ereksi ... 27

2.5. Testosterone undecanoate ... 27

2.5.1.Indikasi ... 27

2.5.2.Mekanisme kerja ... 27

2.5.3.Kontraindikasi ... 28

2.5.4.Efek Samping ... 28

2.6.Purwoceng ... 28

2.6.1.Taksonomi ... 28

2.6.2.Deskripsi ... 29

2.6.3.Kandungan dan Manfaat... 30

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 31

3.1.Bahan dan Alat Penelitian ... 31

3.1.1. Bahan Penelitian... 31

3.1.2. Alat Penelitian ... 31

3.2.Subjek Penelitian... 31

3.3.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.4.Metode Penelitian ... 32

3.4.1.Desain Penelitian... 32

3.4.2.Variabel Penelitian ... 32

3.4.2.1. Definisi Konsepsional Variabel ... 32

3.4.2.2. Definisi Operasional Variabel ... 33

3.4.3.Penentuan Besar Sampel ... 34

3.4.4.Prosedur Kerja ... 34


(6)

3.4.4.2. Persiapan Hewan Coba ... 34

3.4.4.3. Prosedur Penelitian ... 34

3.4.4.4. Metode Analisis ... 35

3.4.5.Aspek Etik Penelitian ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1.Hasil Penelitian ... 37

4.1.1. Introducing ... 38

4.1.1.1. Introducing Hari Ketiga ... 38

4.1.1.2. Introducing Hari Kelima ... 40

4.1.1.3. Introducing Hari Ketujuh ... 42

4.1.1.4. Rerata Total Introducing Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh... 44

4.1.2. Mounting ... 46

4.1.2.1. Mounting Hari Ketiga ... 46

4.1.2.2. Mounting Hari Kelima ... 47

4.1.2.3. Mounting Hari Ketujuh ... 48

4.1.2.4. Rerata Total Mounting Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh... 49

4.2.Pembahasan ... 50

4.3.Uji Hipotesis ... 51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1.Simpulan ... 53

5.2.Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 58


(7)

xii

Tabel 4.2 Uji Tukey HSD Introducing Hari Ketiga dalam Ln (x+1) ... 39

Tabel 4.3 Rerata Introducing Hari Kelima dalam Ln (x+1) ... 40

Tabel 4.4 Uji Tukey HSD Introducing Hari Kelima dalam Ln (x+1) ... 41

Tabel 4.5 Rerata Introducing Hari Ketujuh dalam Ln (x+1) ... 42

Tabel 4.6 Uji Tukey HSD Introducing Hari Ketujuh dalam Ln (x+1) ... 43

Tabel 4.7 Rerata Total Introducing Nilai Sebenarnya dan dalam Ln (x+1) ... 44

Tabel 4.8 Uji Tukey HSD Rerata Total Introducing ... 45

Tabel 4.9 Rerata Mounting Hari Ketiga dalam Ln ( +1) ... 46

Tabel 4.10 Rerata Mounting Hari Kelima dalam Ln ( +1) ... 47

Tabel 4.11 Rerata Mounting Hari Ketujuh dalam Ln ( +1) ... 48


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Organ Genitalia Laki-laki ... 8

Gambar 2.2 Testis dan Epididymis ... 10

Gambar 2.3 Sistem Limbik ... 13

Gambar 2.4 Hipotalamus... 14

Gambar 2.5 Struktur Kimia Testosteron ... 21

Gambar 2.6 Sintesis Testosteron ... 22

Gambar 2.7 Struktur Testosterone Undecanoate... 28

Gambar 2.8 Tanaman Purwoceng ... 29


(9)

xiv

LAMPIRAN 2 Data Kasar Penelitian ... 59

LAMPIRAN 3 Analisis Data ... 63

LAMPIRAN Pengamatan Hari Ketiga ... 63

LAMPIRAN Pengamatan Hari Kelima ... 67

LAMPIRAN Pengamatan Hari Ketujuh ... 71

LAMPIRAN Pengamatan Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh ... 75

LAMPIRAN 4 Foto Penelitian ... 80


(10)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Dosis

1. Perhitungan dosis infusa herba purwoceng

 Dosis pada manusia adalah 5 gr (Eka Siswanto Syamsul, 2011).

 Faktor konversi untuk mencit yang beratnya 20 gram adalah 0,0026.

 Mencit yang digunakan pada penelitian beratnya 20 gram.

 Volume lambung mencit 5 ml.

 Perhitungan :

5 gr = 5 gr X 0,0026 = 1,3.10-2gr/20 gr mencit

Dosis per kgBB mencit Untuk dosis IHP 2 :

(1000 : 20) X 1,3.10-2gr = 0,65 gr/kgBB mencit Untuk dosis IHP 1 :

Dosis IHP 2 : 2 = 0,65 gr : 2 = 0,325 gr/kgBB mencit Untuk dosis IHP 3 :

Dosis IHP 2 X 2 = 0,65 gr X 2 = 1,3 gr/kgBB mencit

2. Perhitungan dosis testosterone undecanoate

Dosis testosterone undecanoate pada manusia = 160 mg.

 Faktor konversi untuk mencit yang beratnya 20 gram adalah 0,0026.

 Mencit yang digunakan pada penelitian beratnya 20 gram.

 Volume lambung mencit 5 ml.

 Perhitungan :

160 mg = 160 mg X 0,0026 = 0,416 mg / mencit 20 gram

 Dosis per kgBB mencit :


(11)

Lampiran 2

Data Kasar Penelitian 1. Pengamatan hari ketiga

DOSIS 1 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Introducing Σ Mounting Σ Introducing Mounting

1 4 2 4 2 8 4 4 2

2 8 4 2 4 10 8 5 4

3 17 2 2 0 19 2 9,5 1

4 7 0 1 0 8 0 4 0

5 7 0 1 0 8 0 4 0

Rerata Total 5,3 1,4

DOSIS 2 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Introducing Σ Mounting Σ Introducing Mounting

1 8 0 5 1 13 1 6,5 0,5

2 6 3 2 0 8 3 4 1,5

3 4 0 4 0 8 0 4 0

4 25 2 11 0 36 2 18 1

5 4 0 1 0 5 0 2,5 0

Rerata Total 7 0,6

DOSIS 3 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ

Introducing

Σ

Mounting Introducing Mounting

1 12 0 5 1 17 1 8,5 0,5

2 8 1 9 4 17 5 8,5 2,5

3 6 0 2 0 8 0 4 0

4 1 0 1 0 2 0 1 0

5 6 0 3 0 9 0 4,5 0

Rerata Total 5,3 0,6

KONTROL 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ

Introducing

Σ

Mounting Introducing Mounting

1 1 2 0 0 1 2 0,5 1

2 1 0 1 0 2 0 1 0

3 2 2 1 2 3 4 1,5 2

4 2 0 1 0 3 0 1,5 0

5 1 0 0 0 1 0 0,5 0


(12)

60

PEMBANDING 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Introducing Σ Mounting Σ Introducing Mounting

1 7 0 16 0 23 0 11,5 0

2 14 0 8 0 22 0 11 0

3 4 0 12 0 16 0 8 0

4 13 0 6 0 19 0 9,5 0

5 12 0 8 0 20 0 10 0

Rerata Total 10 0

2. Pengamatan hari kelima

DOSIS 1 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ

Introducing

Σ

Mounting Introducing Mounting

1 14 5 9 1 23 6 11,5 3

2 5 2 6 0 11 2 5,5 1

3 9 0 4 0 13 0 6,5 0

4 1 0 2 0 3 0 1,5 0

5 5 0 5 0 10 0 5 0

Rerata Total 6 0,8

DOSIS 2 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ

Introducing

Σ

Mounting Introducing Mounting

1 48 0 14 0 62 0 31 0

2 11 2 13 4 24 6 12 3

3 28 1 20 0 48 1 24 0,5

4 9 0 4 0 13 0 6,5 0

5 2 0 0 0 2 0 1 0

Rerata Total 14,9 0,7

DOSIS 3 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ

Introducing

Σ

Mounting Introducing Mounting

1 4 0 7 0 11 0 5,5 0

2 26 5 18 2 44 7 22 3,5

3 15 0 22 0 37 0 18,5 0

4 5 0 2 0 7 0 3,5 0

5 11 0 13 0 24 0 12 0


(13)

KONTROL 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Introducing Σ Mounting Σ Introducing Mounting

1 1 0 1 0 2 0 1 0

2 2 0 1 0 3 0 1,5 0

3 1 0 0 0 1 0 0,5 0

4 0 0 2 0 2 0 1 0

5 1 0 1 0 2 0 1 0

Rerata Total 1 0

PEMBANDING 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ

Introducing

Σ

Mounting Introducing Mounting

1 14 0 9 0 23 0 11,5 0

2 13 0 16 0 29 0 14,5 0

3 12 0 16 0 28 0 14 0

4 15 0 15 0 30 0 15 0

5 17 0 14 0 31 0 15,5 0

Rerata Total 14,1 0

3. Pengamatan hari ketujuh

DOSIS 1 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ

Introducing

Σ

Mounting Introducing Mounting

1 19 2 26 3 45 5 22,5 2,5

2 19 4 7 1 26 5 13 2,5

3 9 0 9 0 18 0 9 0

4 4 0 0 0 4 0 2 0

5 4 0 17 0 21 0 10,5 0

Rerata Total 11,4 1

DOSIS 2 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ

Introducing

Σ

Mounting Introducing Mounting

1 18 3 11 0 29 3 14,5 1,5

2 8 2 14 2 22 4 11 2

3 4 0 3 0 7 0 3,5 0

4 10 1 8 0 18 1 9 0,5

5 10 1 5 0 15 1 7,5 0,5


(14)

62

DOSIS 3 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Introducing Σ Mounting Σ Introducing Mounting

1 6 10 10 3 16 13 8 6,5

2 3 4 7 1 10 5 5 2,5

3 9 0 8 0 17 0 8,5 0

4 0 0 0 0 0 0 0 0

5 5 0 5 1 10 1 5 0,5

Rerata Total 5,3 1,9

KONTROL 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Introducing Σ Mounting Σ Introducing Mounting

1 2 0 0 0 2 0 1 0

2 1 0 1 0 2 0 1 0

3 2 0 2 0 4 0 2 0

4 2 0 1 0 3 0 1,5 0

5 0 0 1 0 1 0 0,5 0

Rerata Total 1,2 0

PEMBANDING 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ

Introducing

Σ

Mounting Introducing Mounting

1 13 0 16 0 29 0 14,5 0

2 9 0 13 0 22 0 11 0

3 17 0 15 0 32 0 16 0

4 16 0 6 0 22 0 11 0

5 9 0 8 0 17 0 8,5 0


(15)

Lampiran 3 Analisis Data

1. Analisis statistik pengamatan hari ketiga

Introducing

Descriptives

Ln_introducing_3

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

IHP_1 5 1,79 ,32 ,14 1,40 2,19 1,61 2,35

IHP_2 5 1,89 ,65 ,29 1,08 2,69 1,25 2,94

IHP_3 5 1,70 ,64 ,29 ,91 2,49 ,69 2,25

kontrol 5 ,67 ,26 ,11 ,35 ,98 ,41 ,92

pembanding 5 2,39 ,13 ,06 2,23 2,55 2,20 2,53

Total 25 1,69 ,71 ,14 1,40 1,98 ,41 2,94

Test of Homogeneity of Variances

Ln_introducing_3

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,830 4 20 ,163

ANOVA

Ln_introducing_3

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 7,937 4 1,984 9,771 ,000

Within Groups 4,061 20 ,203


(16)

64

Post Hoc Test

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Ln_introducing_3 Tukey HSD

(I) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

(J) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

Mean Difference

(I-J)

Std. Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

IHP_1

IHP_2 -,09 ,29 ,997 -,94 ,76

IHP_3 ,09 ,29 ,997 -,76 ,95

kontrol 1,13* ,29 ,006 ,27 1,98

pembanding -,60 ,29 ,261 -1,45 ,26

IHP_2

IHP_1 ,09 ,29 ,997 -,76 ,94

IHP_3 ,18 ,29 ,965 -,67 1,04

kontrol 1,22* ,29 ,003 ,37 2,07

pembanding -,51 ,29 ,416 -1,36 ,35

IHP_3

IHP_1 -,09 ,29 ,997 -,95 ,76

IHP_2 -,18 ,29 ,965 -1,04 ,67

kontrol 1,03* ,29 ,013 ,18 1,89

pembanding -,69 ,29 ,151 -1,54 ,16

kontrol

IHP_1 -1,13* ,29 ,006 -1,98 -,27

IHP_2 -1,22* ,29 ,003 -2,07 -,37

IHP_3 -1,03* ,29 ,013 -1,89 -,18

pembanding -1,72* ,29 ,000 -2,58 -,87

pembanding

IHP_1 ,60 ,29 ,261 -,26 1,45

IHP_2 ,51 ,29 ,416 -,35 1,36

IHP_3 ,69 ,29 ,151 -,16 1,54

kontrol 1,72* ,29 ,000 ,87 2,58


(17)

Homogeneus Subsets

Ln_introducing_3

Tukey HSD

IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha = 0.05

1 2

kontrol 5 ,6673

IHP_3 5 1,7020

IHP_1 5 1,7943

IHP_2 5 1,8862

pembanding 5 2,3914

Sig. 1,000 ,151

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Mounting

Descriptives

Ln_mounting_3

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

IHP_1 5 ,68 ,70 ,31 -,19 1,55 ,00 1,61

IHP_2 5 ,40 ,41 ,18 -,11 ,91 ,00 ,92

IHP_3 5 ,33 ,54 ,24 -,34 1,01 ,00 1,25

kontrol 5 ,36 ,51 ,23 -,28 ,99 ,00 1,10

pembanding 5 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00

Total 25 ,35 ,50 ,10 ,15 ,56 ,00 1,61

Test of Homogeneity of Variances

Ln_mounting_3

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(18)

66

ANOVA

Ln_mounting_3

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1,173 4 ,293 1,206 ,339

Within Groups 4,866 20 ,243

Total 6,039 24

Post Hoc Test

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Ln_mounting_3 Tukey HSD

(I) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

(J) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding Mean Difference (I-J) Std. Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

IHP_1

IHP_2 ,28 ,31 ,898 -,66 1,21

IHP_3 ,35 ,31 ,796 -,58 1,28

kontrol ,32 ,31 ,838 -,61 1,26

pembanding ,68 ,31 ,227 -,25 1,61

IHP_2

IHP_1 -,28 ,31 ,898 -1,21 ,66

IHP_3 ,07 ,31 ,999 -,86 1,00

kontrol ,04 ,31 1,000 -,89 ,98

pembanding ,40 ,31 ,699 -,53 1,34

IHP_3

IHP_1 -,35 ,31 ,796 -1,28 ,58

IHP_2 -,07 ,31 ,999 -1,00 ,86

kontrol -,03 ,31 1,000 -,96 ,91

pembanding ,33 ,31 ,823 -,60 1,27

kontrol

IHP_1 -,32 ,31 ,838 -1,26 ,61

IHP_2 -,04 ,31 1,000 -,98 ,89

IHP_3 ,03 ,31 1,000 -,91 ,96

pembanding ,36 ,31 ,779 -,58 1,29

pembanding

IHP_1 -,68 ,31 ,227 -1,61 ,25

IHP_2 -,40 ,31 ,699 -1,34 ,53

IHP_3 -,33 ,31 ,823 -1,27 ,60


(19)

Homogeneus Subsets

Ln_mounting_3

Tukey HSD

IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha

= 0.05 1

pembanding 5 ,0000

IHP_3 5 ,3316

kontrol 5 ,3584

IHP_2 5 ,4030

IHP_1 5 ,6802

Sig. ,227

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

2. Analisis statistik pengamatan hari kelima

Introducing

Descriptives

Ln_introducing_5

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

IHP_1 5 1,82 ,58 ,26 1,10 2,55 ,92 2,53

IHP_2 5 2,39 1,11 ,49 1,02 3,77 ,69 3,47

IHP_3 5 2,41 ,70 ,31 1,54 3,28 1,50 3,14

kontrol 5 ,68 ,18 ,08 ,45 ,91 ,41 ,92

pembanding 5 2,71 ,11 ,05 2,57 2,85 2,53 2,80

Total 25 2,00 ,94 ,19 1,61 2,39 ,41 3,47

Test of Homogeneity of Variances

Ln_introducing_5

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(20)

68

ANOVA

Ln_introducing_5

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 12,989 4 3,247 7,727 ,001

Within Groups 8,405 20 ,420

Total 21,394 24

Post Hoc Test

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Ln_introducing_5 Tukey HSD

(I) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

(J) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding Mean Difference (I-J) Std. Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

IHP_1

IHP_2 -,57 ,41 ,644 -1,79 ,66

IHP_3 -,59 ,41 ,618 -1,81 ,64

kontrol 1,14 ,41 ,075 -,08 2,37

pembanding -,89 ,41 ,234 -2,11 ,34

IHP_2

IHP_1 ,57 ,41 ,644 -,66 1,79

IHP_3 -,02 ,41 1,000 -1,24 1,21

kontrol 1,71* ,41 ,004 ,48 2,94

pembanding -,32 ,41 ,934 -1,55 ,91

IHP_3

IHP_1 ,59 ,41 ,618 -,64 1,81

IHP_2 ,02 ,41 1,000 -1,21 1,24

kontrol 1,73* ,41 ,003 ,50 2,96

pembanding -,30 ,41 ,946 -1,53 ,93

kontrol

IHP_1 -1,14 ,41 ,075 -2,37 ,08

IHP_2 -1,71* ,41 ,004 -2,94 -,48

IHP_3 -1,73* ,41 ,003 -2,96 -,50

pembanding -2,03* ,41 ,001 -3,26 -,80

pembanding

IHP_1 ,89 ,41 ,234 -,34 2,11

IHP_2 ,32 ,41 ,934 -,91 1,55

IHP_3 ,30 ,41 ,946 -,93 1,53

kontrol 2,03* ,41 ,001 ,80 3,26


(21)

Homogeneus Subsets

Ln_introducing_5

Tukey HSD

IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha = 0.05

1 2

kontrol 5 ,6802

IHP_1 5 1,8241 1,8241

IHP_2 5 2,3915

IHP_3 5 2,4093

pembanding 5 2,7101

Sig. ,075 ,234

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Mounting

Descriptives

Ln_mounting_5

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

IHP_1 5 ,42 ,62 ,28 -,35 1,19 ,00 1,39

IHP_2 5 ,36 ,60 ,27 -,39 1,10 ,00 1,39

IHP_3 5 ,30 ,67 ,30 -,53 1,14 ,00 1,50

kontrol 5 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00

pembanding 5 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00

Total 25 ,22 ,48 ,10 ,02 ,41 ,00 1,50

Test of Homogeneity of Variances

Ln_mounting_5

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(22)

70

ANOVA

Ln_mounting_5

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,804 4 ,201 ,839 ,517

Within Groups 4,791 20 ,240

Total 5,595 24

Post Hoc Test

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Ln_mounting_5 Tukey HSD

(I) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

(J) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding Mean Difference (I-J) Std. Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

IHP_1

IHP_2 ,06 ,31 1,000 -,87 ,98

IHP_3 ,12 ,31 ,996 -,81 1,04

kontrol ,42 ,31 ,669 -,51 1,34

pembanding ,42 ,31 ,669 -,51 1,34

IHP_2

IHP_1 -,06 ,31 1,000 -,98 ,87

IHP_3 ,06 ,31 1,000 -,87 ,98

kontrol ,36 ,31 ,774 -,57 1,28

pembanding ,36 ,31 ,774 -,57 1,28

IHP_3

IHP_1 -,12 ,31 ,996 -1,04 ,81

IHP_2 -,06 ,31 1,000 -,98 ,87

kontrol ,30 ,31 ,865 -,63 1,23

pembanding ,30 ,31 ,865 -,63 1,23

kontrol

IHP_1 -,42 ,31 ,669 -1,34 ,51

IHP_2 -,36 ,31 ,774 -1,28 ,57

IHP_3 -,30 ,31 ,865 -1,23 ,63

pembanding ,00 ,31 1,000 -,93 ,93

pembanding

IHP_1 -,42 ,31 ,669 -1,34 ,51

IHP_2 -,36 ,31 ,774 -1,28 ,57

IHP_3 -,30 ,31 ,865 -1,23 ,63


(23)

Homogeneus Subsets

Ln_mounting_5

Tukey HSD

IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha

= 0.05 1

kontrol 5 ,0000

pembanding 5 ,0000

IHP_3 5 ,3008

IHP_2 5 ,3584

IHP_1 5 ,4159

Sig. ,669

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

3. Analisis statistik pengamatan hari ketujuh

Introducing

Descriptives

Ln_introducing_7

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

IHP_1 5 2,33 ,76 ,34 1,38 3,27 1,10 3,16

IHP_2 5 2,23 ,47 ,21 1,66 2,81 1,50 2,74

IHP_3 5 1,61 ,92 ,41 ,46 2,75 ,00 2,25

kontrol 5 ,76 ,26 ,12 ,44 1,09 ,41 1,10

pembanding 5 2,56 ,23 ,10 2,27 2,85 2,25 2,83

Total 25 1,90 ,86 ,17 1,54 2,25 ,00 3,16

Test of Homogeneity of Variances

Ln_introducing_7

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(24)

72

ANOVA

Ln_introducing_7

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 10,560 4 2,640 7,461 ,001

Within Groups 7,077 20 ,354

Total 17,637 24

Post Hoc Test

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Ln_introducing_7 Tukey HSD

(I) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

(J) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding Mean Difference (I-J) Std. Error

Sig. 95% Confidence Interval Lower

Bound

Upper Bound

IHP_1

IHP_2 ,09 ,38 ,999 -1,03 1,22

IHP_3 ,72 ,38 ,340 -,40 1,85

kontrol 1,57* ,38 ,004 ,44 2,69

pembanding -,23 ,38 ,971 -1,36 ,89

IHP_2

IHP_1 -,09 ,38 ,999 -1,22 1,03

IHP_3 ,63 ,38 ,474 -,50 1,75

kontrol 1,47* ,38 ,007 ,35 2,60

pembanding -,32 ,38 ,907 -1,45 ,80

IHP_3

IHP_1 -,72 ,38 ,340 -1,85 ,40

IHP_2 -,63 ,38 ,474 -1,75 ,50

kontrol ,85 ,38 ,204 -,28 1,97

pembanding -,95 ,38 ,123 -2,08 ,17

kontrol

IHP_1 -1,57* ,38 ,004 -2,69 -,44

IHP_2 -1,47* ,38 ,007 -2,60 -,35

IHP_3 -,85 ,38 ,204 -1,97 ,28

pembanding -1,80* ,38 ,001 -2,92 -,67

pembanding

IHP_1 ,23 ,38 ,971 -,89 1,36

IHP_2 ,32 ,38 ,907 -,80 1,45

IHP_3 ,95 ,38 ,123 -,17 2,08

kontrol 1,80* ,38 ,001 ,67 2,92


(25)

Homogeneus Subsets

Ln_introducing_7

Tukey HSD

IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha = 0.05

1 2

kontrol 5 ,7613

IHP_3 5 1,6064 1,6064

IHP_2 5 2,2345

IHP_1 5 2,3279

pembanding 5 2,5590

Sig. ,204 ,123

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Mounting

Descriptives

Ln_mounting_7

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

IHP_1 5 ,50 ,69 ,31 -,35 1,35 ,00 1,25

IHP_2 5 ,57 ,44 ,20 ,02 1,11 ,00 1,10

IHP_3 5 ,73 ,88 ,39 -,36 1,83 ,00 2,01

kontrol 5 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00

pembanding 5 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00

Total 25 ,36 ,58 ,12 ,12 ,60 ,00 2,01

Test of Homogeneity of Variances

Ln_mounting_7

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(26)

74

ANOVA

Ln_mounting_7

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2,308 4 ,577 2,004 ,133

Within Groups 5,757 20 ,288

Total 8,065 24

Post Hoc Test

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Ln_mounting_7 Tukey HSD

(I) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

(J) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding Mean Difference (I-J) Std. Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

IHP_1

IHP_2 -,06 ,34 1,000 -1,08 ,95

IHP_3 -,23 ,34 ,957 -1,25 ,78

kontrol ,50 ,34 ,588 -,51 1,52

pembanding ,50 ,34 ,588 -,51 1,52

IHP_2

IHP_1 ,06 ,34 1,000 -,95 1,08

IHP_3 -,17 ,34 ,986 -1,18 ,85

kontrol ,57 ,34 ,476 -,45 1,58

pembanding ,57 ,34 ,476 -,45 1,58

IHP_3

IHP_1 ,23 ,34 ,957 -,78 1,25

IHP_2 ,17 ,34 ,986 -,85 1,18

kontrol ,73 ,34 ,233 -,28 1,75

pembanding ,73 ,34 ,233 -,28 1,75

kontrol

IHP_1 -,50 ,34 ,588 -1,52 ,51

IHP_2 -,57 ,34 ,476 -1,58 ,45

IHP_3 -,73 ,34 ,233 -1,75 ,28

pembanding ,00 ,34 1,000 -1,02 1,02

pembanding

IHP_1 -,50 ,34 ,588 -1,52 ,51

IHP_2 -,57 ,34 ,476 -1,58 ,45

IHP_3 -,73 ,34 ,233 -1,75 ,28


(27)

Homogeneus Subsets

Ln_mounting_7

Tukey HSD

IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha

= 0.05 1

kontrol 5 ,0000

pembanding 5 ,0000

IHP_1 5 ,5011

IHP_2 5 ,5652

IHP_3 5 ,7346

Sig. ,233

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

4. Analisis statistik pengamatan hari ketiga, kelima, dan ketujuh

Introducing

Descriptives

Ln_total_introducing

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

IHP_1 5 2,06 ,50 ,22 1,44 2,68 1,25 2,62

IHP_2 5 2,34 ,50 ,22 1,72 2,96 1,55 2,91

IHP_3 5 2,02 ,65 ,29 1,22 2,83 ,92 2,55

kontrol 5 ,71 ,14 ,06 ,54 ,89 ,53 ,83

pembanding 5 2,57 ,04 ,02 2,52 2,63 2,51 2,62

Total 25 1,94 ,77 ,15 1,62 2,26 ,53 2,91

Test of Homogeneity of Variances

Ln_total_introducing

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(28)

76

ANOVA

Ln_total_introducing

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 10,409 4 2,602 13,830 ,000

Within Groups 3,763 20 ,188

Total 14,172 24

Post Hoc Test

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Ln_total_introducing Tukey HSD

(I) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

(J) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding Mean Difference (I-J) Std. Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

IHP_1

IHP_2 -,28 ,27 ,839 -1,10 ,54

IHP_3 ,04 ,27 1,000 -,79 ,86

kontrol 1,34* ,27 ,001 ,52 2,16

pembanding -,51 ,27 ,363 -1,33 ,31

IHP_2

IHP_1 ,28 ,27 ,839 -,54 1,10

IHP_3 ,32 ,27 ,774 -,50 1,14

kontrol 1,63* ,27 ,000 ,80 2,45

pembanding -,23 ,27 ,913 -1,05 ,59

IHP_3

IHP_1 -,04 ,27 1,000 -,86 ,79

IHP_2 -,32 ,27 ,774 -1,14 ,50

kontrol 1,31* ,27 ,001 ,49 2,13

pembanding -,55 ,27 ,300 -1,37 ,27

kontrol

IHP_1 -1,34* ,27 ,001 -2,16 -,52

IHP_2 -1,63* ,27 ,000 -2,45 -,80

IHP_3 -1,31* ,27 ,001 -2,13 -,49

pembanding -1,86* ,27 ,000 -2,68 -1,04

pembanding

IHP_1 ,51 ,27 ,363 -,31 1,33

IHP_2 ,23 ,27 ,913 -,59 1,05

IHP_3 ,55 ,27 ,300 -,27 1,37

kontrol 1,86* ,27 ,000 1,04 2,68


(29)

Homogeneus Subsets

Ln_total_introducing

Tukey HSD

IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha = 0.05

1 2

kontrol 5 ,7145

IHP_3 5 2,0222

IHP_1 5 2,0580

IHP_2 5 2,3402

pembanding 5 2,5719

Sig. 1,000 ,300

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Mounting

Descriptives

Ln_total_mounting

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

IHP_1 5 ,55 ,65 ,29 -,25 1,36 ,00 1,25

IHP_2 5 ,49 ,40 ,18 -,01 ,99 ,18 1,16

IHP_3 5 ,54 ,67 ,30 -,28 1,37 ,00 1,34

kontrol 5 ,16 ,24 ,11 -,14 ,45 ,00 ,53

pembanding 5 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00

Total 25 ,35 ,48 ,10 ,15 ,55 ,00 1,34

Test of Homogeneity of Variances

Ln_total_mounting

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(30)

78

ANOVA

Ln_total_mounting

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1,290 4 ,322 1,492 ,242

Within Groups 4,322 20 ,216

Total 5,612 24

Post Hoc Test

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Ln_total_mounting Tukey HSD

(I) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

(J) IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding Mean Difference (I-J) Std. Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

IHP_1

IHP_2 ,06 ,29 1,000 -,82 ,94

IHP_3 ,01 ,29 1,000 -,87 ,89

kontrol ,39 ,29 ,669 -,48 1,27

pembanding ,55 ,29 ,358 -,33 1,43

IHP_2

IHP_1 -,06 ,29 1,000 -,94 ,82

IHP_3 -,05 ,29 1,000 -,93 ,83

kontrol ,33 ,29 ,786 -,55 1,21

pembanding ,49 ,29 ,470 -,39 1,37

IHP_3

IHP_1 -,01 ,29 1,000 -,89 ,87

IHP_2 ,05 ,29 1,000 -,83 ,93

kontrol ,38 ,29 ,691 -,50 1,26

pembanding ,54 ,29 ,377 -,34 1,42

kontrol

IHP_1 -,39 ,29 ,669 -1,27 ,48

IHP_2 -,33 ,29 ,786 -1,21 ,55

IHP_3 -,38 ,29 ,691 -1,26 ,50

pembanding ,16 ,29 ,982 -,72 1,04

pembanding

IHP_1 -,55 ,29 ,358 -1,43 ,33

IHP_2 -,49 ,29 ,470 -1,37 ,39

IHP_3 -,54 ,29 ,377 -1,42 ,34


(31)

Homogeneus Subsets

Ln_total_mounting

Tukey HSD

IHP_1, IHP_2, IHP_3, kontrol, pembanding

N Subset for alpha

= 0.05 1

pembanding 5 ,0000

kontrol 5 ,1586

IHP_2 5 ,4928

IHP_3 5 ,5422

IHP_1 5 ,5536

Sig. ,358

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.


(32)

80

Lampiran 4 Foto Penelitian

Herba Purwoceng Kering Kandang Pengamatan

Kandang Pemeliharaan


(33)

Lampiran 5


(34)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan rumah tangga, hubungan seksual merupakan unsur penting yang dapat meningkatkan hubungan dan kualitas hidup. Pada laki-laki, fungsi seksual normal terdiri atas libido, kemampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi, ejakulasi, detumesecence. Libido dapat diartikan sebagai keinginan seksual dan dipengaruhi oleh berbagai aktifitas visual, penciuman, taktil, pendengaran, imajinasi, dan perangsangan hormonal. Hormon seks steroid, khususnya testosteron, berperan dalam meningkatkan libido. Libido dapat mengalami penurunan akibat pengaruh hormonal atau akibat gangguan kejiwaan ataupun akibat penggunaan obat-obatan tertentu (McVary, 2008). Sekitar 5 persen dari laki-laki dewasa mengalami penurunan libido, keadaan ini meningkat seiring pertambahan usia (Cunningham, 2010).

Gangguan seksual lain yang dapat terjadi pada laki-laki adalah impotensi atau disfungsi ereksi, yang pada dasarnya memiliki arti suatu ketidakmampuan menetap atau berulang dengan masa paling sedikit 3 bulan, untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan (Process of Care Consensus Guidelines Panel, December 1997). Menurut laporan Masschusets Male Aging Study (MMAS), 52% dari laki-laki yang berusia 40-70 tahun menderita disfungsi ereksi mulai ringan sampai sedang, serta sedikitnya 15 persen dari laki-laki yang telah menikah mengalami disfungsi ereksi ataupun ejakulasi dini (Yohana Arisandi, Yovita Andriani, 2011).

Hal ini tentu saja dapat berdampak buruk bagi kehidupan rumah tangga pasangan suami istri. Dari data yang diperoleh pada sebuah penelitian di Inggris dan Amerika, sekitar 25 persen angka perceraian dan perselingkuhan umumnya terjadi karena hubungan seksual tidak berjalan baik dan karena masalah disfungsi ereksi (Vaisman, 2011). Hal ini semakin parah karena kesadaran masyarakat untuk berobat masih sangat rendah.


(35)

Pada dasarnya, gangguan seksual dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat, baik untuk faktor psikis maupun faktor fisik. Namun, penggunaan obat-obatan seperti testosteron dalam mengatasi gangguan seksual khususnya penurunan libido memiliki banyak efek samping jika digunakan dalam dosis berlebihan, di antaranya gagal jantung, gangguan ginjal dan hepar, hipertensi, epilepsi, migraine,

benign prostatic hypertrophy, dan mammary carcinoma (MIMS, 2009). Berbagai

ancaman efek samping inilah yang membuat masyarakat banyak beralih menggunakan pengobatan tradisional seperti tanaman obat untuk mengatasi masalah disfungsi seksual.

Sebagai negara yang kaya akan tanaman obat, Indonesia memiliki berbagai macam tanaman obat yang berkhasiat sebagai afrodisiak. Afrodisiak sendiri diartikan sebagai bahan yang dapat berfungsi meningkatkan libido atau gairah bercinta, baik dalam bentuk obat konvensional (sintetik) maupun obat tradisional (Eka Siswanto Syamsul, 2011). Salah satu tanaman yang terkenal memiliki khasiat tersebut adalah purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.).

Purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) yang banyak tumbuh di pegunungan Dieng, Jawa Tengah, banyak digunakan oleh masyarakat sebagai tanaman yang dapat mengatasi masalah disfungsi seksual, sehingga oleh masyarakat setempat dijuluki sebagai pembangkit ereksi nomor satu (Yohana Arisandi, Yovita Andriani, 2011). Masyarakat menggunakan air rebusan tanaman purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) untuk mengatasi disfungsi seksual. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tanaman purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) dalam bentuk infusa.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah adalah apakah infusa herba purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss-Webster jantan.


(36)

3

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menjadikan purwoceng (Pimpinella

alpina K.D.S.) sebagai pengobatan alternatif dalam mengatasi gangguan libido.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh infusa herba purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) terhadap perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Akademis

Pembuatan karya ilmiah ini, diharapkan dapat menambah wawasan / pengetahuan dalam bidang farmakologi tanaman obat tradisional, khususnya infusa herba purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) terhadap perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) dapat digunakan masyarakat sebagai pengobatan alternatif dalam mengatasi gangguan libido.

1.5Kerangka Pemikiran

Mekanisme ereksi terdiri dari mekanisme sentral dan mekanisme perifer. Mekanisme sentral dari fungsi ereksi berada di hipokampus, daerah MPOA (Medial Preoptic Area), dan nukleus paraventricular hipotalamus. Sinyal impuls seksual dimediasi melalui jalur dopaminergik dan ditingkatkan oleh testosteron. Ereksi adalah suatu proses yang terkoordinasi yang melibatkan stimulasi

psychoneurogenic, vasodilatasi arteri dan kavernosa, peningkatan aliran darah,

dan oklusi vena. Sedangkan mekanisme perifer dari fungsi ereksi terdapat pada interaksi antara relaksasi dan kontraksi otot polos pada dinding arteriola kavernosus dan trabekula dari sinus kavernosus (Watts, 2007).

Bagian utama dari pengaturan fungsi seksual baik pada laki-laki maupun


(37)

hipotalamus. Hormon ini selanjutnya merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresikan hormon gonadotropin yaitu luteinizing hormone (LH) dan follicle

stimulating hormone (FSH). Selanjutnya, LH merupakan rangsangan utama untuk

sekresi testosteron oleh testis, dan FSH merangsang spermatogenesis. Testosteron yang disekresikan oleh sel-sel interstisial Leydig di testis bertanggung jawab terhadap berbagai sifat maskulinisasi tubuh (Guyton & Hall, 2008).

Testosteron dan hormon steroid lain disintesis dari prekursor kolesterol. Sintesis testosteron diawali oleh terjadinya pembentukan pregnenolon dari kolesterol. Konversi kolesterol menjadi pregnenolon merupakan urutan dua kali reaksi hidroksilasi yang diikuti dengan reaksi pemutusan ikatan karbon pada rantai samping (Dwi Winarni, 2007).

Purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) memiliki kandungan kimia stigmasterol (Eka Siswanto Syamsul, 2011). Stigmasterol merupakan jenis sterol yang berasal dari membran sel tumbuhan, yang dibedakan dengan kolesterol dalam ikatan ganda diantara karbon 22 dan 23 (Maggy Thenawijaya, 1993). Senyawa sterol (bentuk steroid dalam tumbuhan) yang berstruktur mirip kolesterol dapat diubah menjadi pregnenolon. Kesamaan struktur memungkinkan dikonversinya sterol tertentu menjadi hormon steroid (Dwi Winarni, 2007). Hormon seks steroid, khususnya testosteron, berperan dalam meningkatkan libido (McVary, 2008). Pada keadaan normal, mencit jantan akan membaui mencit betina sebelum berhubungan seksual melalui organ olfaktorius kedua pada rongga hidung binatang yang disebut vomeronasal organ (VNO) (Payne, 2002; Kostov, 2007). VNO yang merupakan struktur sensasi kimia mempunyai reseptor yang akan merespon sekresi feromon mencit betina, yaitu suatu senyawa kimia yang memiliki implikasi kuat dalam mengontrol perilaku seksual mamalia (Dulac, 2002; Golakoff, 2009). Impuls yang diterima VNO kemudian akan disalurkan ke bulbus olfaktorius yang merupakan target utama reseptor olfaktorius. Impuls dari bulbus olfaktorius akan menuju ke amigdala dan sistem limbik. Impuls dari amigdala akan diproyeksikan ke Medial preoptic area (MPOA) yang terletak rostral dari hipotalamus dan berperan penting dalam mengatur perilaku seksual. Informasi olfaktorius yang diproses akan membangkitkan respon neural dari


(38)

5

MPOA berupa pelepasan GnRH dari hipotalamus yang akan menyekresi

testosteron (Payne, 2002).

1.6Hipotesis

Hipotesis mayor : Infusa herba purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss-Webster jantan.

 Hipotesis minor :

1. Infusa herba purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) meningkatkan

introducing mencit Swiss-Webster jantan.

2. Infusa herba purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) meningkatkan

mounting mencit Swiss-Webster jantan.

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium sungguhan. Data yang diukur adalah jumlah introducing dan mounting selama 30 menit pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh.

Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan Uji Tukey


(39)

5.1 Simpulan

Infusa herba purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss-Webster jantan.

5.2 Saran

 Dilakukan penelitian lanjutan untuk mengukur kadar testosteron.

 Dilakukan penelitian dengan menggunakan variasi dosis dan hewan coba yang berbeda.

 Penelitian dilakukan di tempat yang lebih sesuai sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih optimal.

 Dilakukan uji toksisitas pada hewan coba untuk mengetahui batas keamanannya.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Andersson K.E. 2001. Pharmacology of penile erection. Pharmacol Rev, 53:417-450.http://pharmrev.aspetjournals.org.

Bailey. 2009. Limbic system. http://biology.about.com/od/anatomy/a/ aa042205a.html. 18 Agustus 2012.

Belton, Aine. 2008. Nature’s aphrodisiacs foods to get you in the mood. http://www.giftsofloveforyou.com/ebooks/NatureAphrodisiacs.pdf.

17 Agustus 2012.

Bhasin S., Jameson J.L., 2005. Disorder of the testes and male reproductive system. In Fauci A.S., Braunwald E., Kasper D.L., Hauser S.L., Longo D.L., Jameson J.L.,et al.: Harrison’s principles of internal medicine.17th ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies. p. 2185-88.

Childs, Gwen V. 2002. Female reproductive system.http://www.cytochemistry.net /microanatomy/medical_lectures/female_reproductive_system_ovary.htm. 22 Agustus 2012.

Cindy, Caroline. 2011. Pengaruh Ekstrak Etanol Herba Purwoceng (Pimpinella alpina) Terhadap Perilaku Seksual Mencit Swiss Webster Jantan. Karya Tulis

Ilmiah.

Cunningham G. 2010. Decreased libido.http://www.hormone.org/Reproductive/ decreased-libido.cfm. 11 Desember 2011.

Curtis R., Lue T.F. 2005. Physiology of penile erection and pathophysiology of erectile dysfunction. Urol Clin North Am, 32(4) : 379.

Dash. 2009. Nitric oxide research group.http://www.reading.ac.uk/nitricoxide /intro/no/cgmp. 18 Agustus 2012.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara. 2007. Tanaman

Purwoceng. http://budparbanjarnegara.com/kulinerkhas/purwaceng/tanaman-

purwoceng. 22 Agustus 2012.

Drake R L., Vogl A W., Mitchell A W M. 2010. Gray’s Anatomy for Students. 2nd ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier. p.484-495.

Dulac C. 2002. Pheromones control gender recognition in mice.


(41)

Dwi Winarni. 2007. Efek ekstrak akar ginseng jawa dan korea terhadap libido mencit jantan pada prakondisi testosteron rendah. Berk. Penel. Hayati, 12:153-159.http://www.berkalahayati.org/index.php/bph/article/view/468/ 367. 18 Agustus 2012.

Encyclopedia Britannica. 2007. Reproductive system, human : male structure. http://www.britannica.com/EBchecked/media/48173/Organs-of-the-male reproductive-system. 22 Agustus 2012.

Eka Siswanto Syamsul. 2011. Tumbuhan obat berkhasiat afrodisiaka penambah

vitalitas pria. Yogyakarta: Jogja Mediautama.

Ganong, W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 20th ed. Jakarta : EGC. h.248-253.

Golakoff I. 2009. Pheromones and Mouse Behavior.

http://www.afrma.org/pheromones.htm. 25 Juni 2009.

Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Fungsi reproduksi dan hormonal pria (dan fungsi kelenjar pineal). Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Editor: Irawati Setiawan. Jakarta: EGC. h.1059.

Helmenstine, Anne. 2012. Testosterone. http://chemistry.about.com/od/ factsstructures/ig/Chemical-Structures---T/Testosterone.htm. 22 Agustus 2012.

Hoch, Daniel B. 2008. Hypothalamus.http://www.umm.edu/patiented/

articles/hypothalamus_000337.htm.22 Agustus 2012.

Johnny Rea Hutapea, dkk. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III). Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan percobaan aplikatif: aplikasi kondisional bidang pertanaman, perikanan, industri dan hayati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. h.10-12

Kenyon P. 2005. Hormones & sexual behaviour.

http://flyfishingdevon.co.uk/salmon/year1/psy128sexual_behaviour/sexbehav .htm. 22 Januari 2009.

Kostov D.L. 2007. Vomeronasal organ in domestic animals (a short survey). Bulgarian Journal of Veterinary Medicine, 10 (1): 53-57.


(42)

56

McVary K.T. 2008. Alterations in sexual function and reproduction: sexual dysfunction. In Fauci A.S., Braunwald E., Kasper D.L., Hauser S.L., Longo D.L., Jameson J.L.,et al.: Harrison’s principles of internal medicine.17th ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies. p.296.

Medicine online. 2004. STRIANT®(testosterone buccal system)Mucoadhesive. http://www.medicineonline.com/drugs/S/2563/STRIANT-testosterone-

buccal-system-mucoadhesive.html. 17 Desember 2012.

Medicinenet. 2009. Sexual problems in men.http://www.medicinenet.com/ sexual_sex_problems_in_men/article.htm. 21Agustus 2012.

Merck. 2011. Product monograph: testosterone undecanoate capsules. http://merckfrosst.ca/assets/en/pdf/products/ANDRIOL-PM_E.pdf. 17 Agustus 2012.

Miller, John L. 2010. Sexual disorder.http://www.athealth.com/consumer/ disorders/Sexual.html. 21 Agustus 2012.

MIMS. 2009. Androgen dan Preparat Sintetiknya. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. h.213.

Payne J. 2006. Sexual differentiation.http://soma.npa.uiuc.edu/labs/greenough/ statement/rswain/tech/lect12.html. 11 Mei 2006.

Putz, R., Pabst, R. 2006. Sobotta : Atlas Anatomi Manusia. Edisi 22. Jilid 2. Editor : Liliana Sugiharto. Jakarta : EGC. h 193.

Schwartz, Steven L. 2008. The Central Nervous System.

http://faculty.irsc.edu/faculty/jschwartz/AP1%20Ch12.htm. 22 Agustus 2012.

Tajuddin, Ahmad A., Latif A., Qasmi I.A. 2005. Aphrodisiac activity of 50%

ethanolic extracts of Myristica fragrans Houtt. (nutmeg) and Syzygium aromaticum (L) Merr. & Perry. (clove) in male mice: a comparative study.

http://www.pubmedcentral.nih.gov./articlerender.fcgi?artid=270058. 22 Januari 2009.

Vaissman, Jack. 2011. Banyak Pria Malas Obati Problem Seksual. http://health.kompas.com/read/2011/11/14/10225276/

Banyak.Pria.Malas.Obati.Problem.Seksual. 14 November 2011.

Watts G.F. 2007.The erectile-endothelial dysfunction nexus: penile erection:

central and peripheral mechanisms.http://www.medscape.org/viewarticle/


(43)

Wenk, M., Nischlag, E. 2006. Andriol (testosterone undecanoate).

http://www.steroidsrx.com/Articles/Andriol_Testosterone_Undecanoate.cfm. 22 Agustus 2012.

Yohana Arisandi, Yovita Andriani. 2011. Disfungsi seksual. Jakarta: Garda Media.


(1)

MPOA berupa pelepasan GnRH dari hipotalamus yang akan menyekresi

testosteron (Payne, 2002).

1.6Hipotesis

Hipotesis mayor : Infusa herba purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss-Webster jantan.

 Hipotesis minor :

1. Infusa herba purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) meningkatkan

introducing mencit Swiss-Webster jantan.

2. Infusa herba purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) meningkatkan

mounting mencit Swiss-Webster jantan.

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium sungguhan. Data yang diukur adalah jumlah introducing dan mounting selama 30 menit pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh.

Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan Uji Tukey


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Infusa herba purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss-Webster jantan.

5.2 Saran

 Dilakukan penelitian lanjutan untuk mengukur kadar testosteron.

 Dilakukan penelitian dengan menggunakan variasi dosis dan hewan coba yang berbeda.

 Penelitian dilakukan di tempat yang lebih sesuai sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih optimal.

 Dilakukan uji toksisitas pada hewan coba untuk mengetahui batas keamanannya.


(3)

Andersson K.E. 2001. Pharmacology of penile erection. Pharmacol Rev, 53:417-450.http://pharmrev.aspetjournals.org.

Bailey. 2009. Limbic system. http://biology.about.com/od/anatomy/a/ aa042205a.html. 18 Agustus 2012.

Belton, Aine. 2008. Nature’s aphrodisiacs foods to get you in the mood. http://www.giftsofloveforyou.com/ebooks/NatureAphrodisiacs.pdf.

17 Agustus 2012.

Bhasin S., Jameson J.L., 2005. Disorder of the testes and male reproductive system. In Fauci A.S., Braunwald E., Kasper D.L., Hauser S.L., Longo D.L., Jameson J.L.,et al.: Harrison’s principles of internal medicine.17th ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies. p. 2185-88.

Childs, Gwen V. 2002. Female reproductive system.http://www.cytochemistry.net /microanatomy/medical_lectures/female_reproductive_system_ovary.htm. 22 Agustus 2012.

Cindy, Caroline. 2011. Pengaruh Ekstrak Etanol Herba Purwoceng (Pimpinella alpina) Terhadap Perilaku Seksual Mencit Swiss Webster Jantan. Karya Tulis

Ilmiah.

Cunningham G. 2010. Decreased libido.http://www.hormone.org/Reproductive/ decreased-libido.cfm. 11 Desember 2011.

Curtis R., Lue T.F. 2005. Physiology of penile erection and pathophysiology of erectile dysfunction. Urol Clin North Am, 32(4) : 379.

Dash. 2009. Nitric oxide research group.http://www.reading.ac.uk/nitricoxide /intro/no/cgmp. 18 Agustus 2012.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara. 2007. Tanaman

Purwoceng. http://budparbanjarnegara.com/kulinerkhas/purwaceng/tanaman-

purwoceng. 22 Agustus 2012.

Drake R L., Vogl A W., Mitchell A W M. 2010. Gray’s Anatomy for Students. 2nd ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier. p.484-495.

Dulac C. 2002. Pheromones control gender recognition in mice.


(4)

55

Dwi Winarni. 2007. Efek ekstrak akar ginseng jawa dan korea terhadap libido mencit jantan pada prakondisi testosteron rendah. Berk. Penel. Hayati, 12:153-159.http://www.berkalahayati.org/index.php/bph/article/view/468/ 367. 18 Agustus 2012.

Encyclopedia Britannica. 2007. Reproductive system, human : male structure. http://www.britannica.com/EBchecked/media/48173/Organs-of-the-male reproductive-system. 22 Agustus 2012.

Eka Siswanto Syamsul. 2011. Tumbuhan obat berkhasiat afrodisiaka penambah

vitalitas pria. Yogyakarta: Jogja Mediautama.

Ganong, W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 20th ed. Jakarta : EGC. h.248-253.

Golakoff I. 2009. Pheromones and Mouse Behavior.

http://www.afrma.org/pheromones.htm. 25 Juni 2009.

Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Fungsi reproduksi dan hormonal pria (dan fungsi kelenjar pineal). Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Editor: Irawati Setiawan. Jakarta: EGC. h.1059.

Helmenstine, Anne. 2012. Testosterone. http://chemistry.about.com/od/ factsstructures/ig/Chemical-Structures---T/Testosterone.htm. 22 Agustus 2012.

Hoch, Daniel B. 2008. Hypothalamus.http://www.umm.edu/patiented/

articles/hypothalamus_000337.htm.22 Agustus 2012.

Johnny Rea Hutapea, dkk. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III). Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan percobaan aplikatif: aplikasi kondisional

bidang pertanaman, perikanan, industri dan hayati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. h.10-12

Kenyon P. 2005. Hormones & sexual behaviour.

http://flyfishingdevon.co.uk/salmon/year1/psy128sexual_behaviour/sexbehav .htm. 22 Januari 2009.

Kostov D.L. 2007. Vomeronasal organ in domestic animals (a short survey). Bulgarian Journal of Veterinary Medicine, 10 (1): 53-57.


(5)

McVary K.T. 2008. Alterations in sexual function and reproduction: sexual dysfunction. In Fauci A.S., Braunwald E., Kasper D.L., Hauser S.L., Longo D.L., Jameson J.L.,et al.: Harrison’s principles of internal medicine.17th ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies. p.296.

Medicine online. 2004. STRIANT®(testosterone buccal system)Mucoadhesive. http://www.medicineonline.com/drugs/S/2563/STRIANT-testosterone-

buccal-system-mucoadhesive.html. 17 Desember 2012.

Medicinenet. 2009. Sexual problems in men.http://www.medicinenet.com/ sexual_sex_problems_in_men/article.htm. 21Agustus 2012.

Merck. 2011. Product monograph: testosterone undecanoate capsules. http://merckfrosst.ca/assets/en/pdf/products/ANDRIOL-PM_E.pdf. 17 Agustus 2012.

Miller, John L. 2010. Sexual disorder.http://www.athealth.com/consumer/ disorders/Sexual.html. 21 Agustus 2012.

MIMS. 2009. Androgen dan Preparat Sintetiknya. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. h.213.

Payne J. 2006. Sexual differentiation.http://soma.npa.uiuc.edu/labs/greenough/ statement/rswain/tech/lect12.html. 11 Mei 2006.

Putz, R., Pabst, R. 2006. Sobotta : Atlas Anatomi Manusia. Edisi 22. Jilid 2. Editor : Liliana Sugiharto. Jakarta : EGC. h 193.

Schwartz, Steven L. 2008. The Central Nervous System.

http://faculty.irsc.edu/faculty/jschwartz/AP1%20Ch12.htm. 22 Agustus 2012. Tajuddin, Ahmad A., Latif A., Qasmi I.A. 2005. Aphrodisiac activity of 50%

ethanolic extracts of Myristica fragrans Houtt. (nutmeg) and Syzygium aromaticum (L) Merr. & Perry. (clove) in male mice: a comparative study.

http://www.pubmedcentral.nih.gov./articlerender.fcgi?artid=270058. 22 Januari 2009.

Vaissman, Jack. 2011. Banyak Pria Malas Obati Problem Seksual. http://health.kompas.com/read/2011/11/14/10225276/

Banyak.Pria.Malas.Obati.Problem.Seksual. 14 November 2011.

Watts G.F. 2007.The erectile-endothelial dysfunction nexus: penile erection:

central and peripheral mechanisms.http://www.medscape.org/viewarticle/


(6)

57

Wenk, M., Nischlag, E. 2006. Andriol (testosterone undecanoate).

http://www.steroidsrx.com/Articles/Andriol_Testosterone_Undecanoate.cfm. 22 Agustus 2012.

Yohana Arisandi, Yovita Andriani. 2011. Disfungsi seksual. Jakarta: Garda Media.