ANALISIS PUTUSAN NOMOR : 618/PID.SUS/2013/PN.PBR MENGENAI TINDAK PIDANA PENYIARAN TANPA IZIN LEMBAGA PENYIARAN OLEH PT MEKAR VISION DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DA.
ANALISIS PUTUSAN NOMOR : 618/PID.SUS/2013/PN.PBR MENGENAI
TINDAK PIDANA PENYIARAN TANPA IZIN LEMBAGA PENYIARAN
OLEH PT MEKAR VISION DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DAN UNDANGUNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA
Meitnal Wahyudi
110111100102
Teknologi penyiaran yang berkembang pesat memiliki pengaruh
terhadap masyarakat dan televisi. Penyiaran siaran-siaran tv
berlangganan memiliki kaitan dengan hak cipta. Para lembaga penyiaran
televisi telah membeli lisensi dan memberikan royalti kepada creator film
dan kemudian memberikan izin siar kepada lembaga penyiaran. Salah
satu masalah yang timbul yaitu kasus pencurian siaran televisi oleh PT
Mekar Vision terhadap PT Telkom Vision. Terdakwa Salim telah terbukti
melakukan tindak pidana pencurian siaran televisi.Tujuan dari penulisan
ini yaitu untuk mengetahui Apakah pertimbangan hakim dalam Putusan
nomor:
618/Pid.Sus/2013/PN.PBR
yang
menetapkan
hukuman
berdasarkan Undang-undang Penyiaran terhadap terdakwa bernama
Salim namun mengesampingkan UU Hak Cipta telah sesuai dengan faktafakta yang ditemukan di persidangan dan Apakah pertimbangan hakim
yang menjatuhkan pidana penjara kepada terdakwa selama 6 bulan
namun tidak perlu dijalani dalam masa percobaan selalama 1 tahun dan
tanpa penjatuhan pidana denda telah sesuai dengan tujuan pemidanaan.
Dalam penelitian ini, metode pendekatan yang digunakan adalah
yuridis normatif. Data-data yang relevan dengan penelitian ini lebih
difokuskan pada data sekunder yang diperoleh melalui studi literatur
(literate studi) yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif analitis.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui, bahwa putusan nomor
618/Pid.Sus/2013/PN.PBR,
dianggap
tidak
tepat
dengan
mengesampingkan dakwaan pertama terhadap Undang-Undang No 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Pemenuhan unsur-unsur perbuatan
terdakwa lebih mengacu dalam Pasal 49 ayat (3) jo Pasal 72 ayat (5),
terdakwa membuat, memperbanyak dan/atau menyiarkan ulang karya
siaran tanpa persetujuan pihak Telkom Vision dan Putusan nomor:
618/Pid.Sus/2013/PN.PBR yang menjatuhkan pidana penjara kepada
terdakwa selama 6 (enam) bulan namun tidak perlu dijalani dalam masa
percobaan selama 1 (satu) tahun dan tanpa penjatuhan pidana denda
tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan. Tindak pidana yang dilakukan
oleh terdakwa telah memenuhi unsur-unsur ketentuan pidana penyiaran.
Putusan yang dijatuhkan majelis hakim patut diduga tidak akan
menimbulkan efek jera, selain karena terdakwa hanya dijatuhi pidana
percobaan, juga hakim tidak menjatuhkan pidana denda, padahal dari
fakta yang ada bahwa perbuatan terdakwa diduga telah merugikan
Telkom Vision sebesar Rp. 3.840.000.000,- .
iv
TINDAK PIDANA PENYIARAN TANPA IZIN LEMBAGA PENYIARAN
OLEH PT MEKAR VISION DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DAN UNDANGUNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA
Meitnal Wahyudi
110111100102
Teknologi penyiaran yang berkembang pesat memiliki pengaruh
terhadap masyarakat dan televisi. Penyiaran siaran-siaran tv
berlangganan memiliki kaitan dengan hak cipta. Para lembaga penyiaran
televisi telah membeli lisensi dan memberikan royalti kepada creator film
dan kemudian memberikan izin siar kepada lembaga penyiaran. Salah
satu masalah yang timbul yaitu kasus pencurian siaran televisi oleh PT
Mekar Vision terhadap PT Telkom Vision. Terdakwa Salim telah terbukti
melakukan tindak pidana pencurian siaran televisi.Tujuan dari penulisan
ini yaitu untuk mengetahui Apakah pertimbangan hakim dalam Putusan
nomor:
618/Pid.Sus/2013/PN.PBR
yang
menetapkan
hukuman
berdasarkan Undang-undang Penyiaran terhadap terdakwa bernama
Salim namun mengesampingkan UU Hak Cipta telah sesuai dengan faktafakta yang ditemukan di persidangan dan Apakah pertimbangan hakim
yang menjatuhkan pidana penjara kepada terdakwa selama 6 bulan
namun tidak perlu dijalani dalam masa percobaan selalama 1 tahun dan
tanpa penjatuhan pidana denda telah sesuai dengan tujuan pemidanaan.
Dalam penelitian ini, metode pendekatan yang digunakan adalah
yuridis normatif. Data-data yang relevan dengan penelitian ini lebih
difokuskan pada data sekunder yang diperoleh melalui studi literatur
(literate studi) yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif analitis.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui, bahwa putusan nomor
618/Pid.Sus/2013/PN.PBR,
dianggap
tidak
tepat
dengan
mengesampingkan dakwaan pertama terhadap Undang-Undang No 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Pemenuhan unsur-unsur perbuatan
terdakwa lebih mengacu dalam Pasal 49 ayat (3) jo Pasal 72 ayat (5),
terdakwa membuat, memperbanyak dan/atau menyiarkan ulang karya
siaran tanpa persetujuan pihak Telkom Vision dan Putusan nomor:
618/Pid.Sus/2013/PN.PBR yang menjatuhkan pidana penjara kepada
terdakwa selama 6 (enam) bulan namun tidak perlu dijalani dalam masa
percobaan selama 1 (satu) tahun dan tanpa penjatuhan pidana denda
tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan. Tindak pidana yang dilakukan
oleh terdakwa telah memenuhi unsur-unsur ketentuan pidana penyiaran.
Putusan yang dijatuhkan majelis hakim patut diduga tidak akan
menimbulkan efek jera, selain karena terdakwa hanya dijatuhi pidana
percobaan, juga hakim tidak menjatuhkan pidana denda, padahal dari
fakta yang ada bahwa perbuatan terdakwa diduga telah merugikan
Telkom Vision sebesar Rp. 3.840.000.000,- .
iv