KONSEP DAN MANAJEMEN PENYIARAN TELEVISI BERJARINGAN SEBAGAI IMPLEMENTASI UU NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN (Studi Pada Persiapan Sakti TV Surabaya)

KONSEP DAN MANAJEMEN PENYIARAN TELEVISI BERJARINGAN
SEBAGAI IMPLEMENTASI UU NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG
PENYIARAN
(Studi Pada Persiapan Sakti TV Surabaya)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana ( S-1 )

Oleh:
Randy Wisnu Permana
06220378

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama
: Randy Wisnu permana
Tempat. Tanggal lahir : Banyuwangi, 9 maret 1988
NIM
: 06220378
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan
: Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :
KONSEP DAN MANAJEMEN PENYIARAN TELEVISI BERJARINGAN
SEBAGAI IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2002
TENTANG PENYIARAN (Studi Pada Persiapan Sakti TV Surabaya)
Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupaun
seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan namanya
dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan seben
ar-benarnya dan apabila pernyataan tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


Malang. 11 Januari 2013
Yang menyatakan,

Randy Wisnu Permana

ABSTRAKSI
Randy Wisnu Permana, 06220378
KONSEP DAN MANAJEMEN PENYIARAN TELEVISI BERJARINGAN
SEBAGAI IMPLEMENTASI UU NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG
PENYIARAN (Studi Pada Persiapan Sakti TV Surabaya)
Pembimbing : Nasrullah, M.Si dan Drs. Abdullah Masmuh, M.Si
Kata Kunci : Televisi, UU Nomor 32 Tahun 2002, Manajemen Penyiaran,
Televisi Berjaringan, Sakti Televisi, Sakti Madiun
Salah satu amanat dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang
Penyiaran adalah terselenggaranya sistem televisi berjaringan. Oleh karena itu,
Sakti TV hadir sebagai salah satu televisi berjaringan di Indonesia. Menjadi hal
yang menarik ketika Sakti Televisi sebagai stasiun televisi yang baru terbentuk
berusaha menjalankan amanat dari UU tersebut dengan sistem berjaringannya.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep
serta manajemen penyiaran Sakti TV sebagai stasiun televisi berjaringan sesuai

UU penyiaran Nomor 32 tahun 2002. Penelitian ini juga menjelaskan tentang
persiapan, kendala, dan halangan yang menyertai Sakti TV sebagai televisi
berjaringan.
Televisi merupakan salah satu media massa paling populer. Di Indonesia,
terdapat sepuluh televisi yang jangkauan siarnya mencakup seluruh wilayah
Indonesia. Sesuai amanat UU Nomor 32 Tentang Penyiaran yang mengharuskan
terselenggaranya sistem siaran berjaringan, televisi-televisi berdaya siar nasional
tersebut diharuskan melepaskan frekuensi terhadap daerah-daerah siaran mereka
pada orang/lembaga/organisasi daerah yang ingin menggunakannya untuk
dikembangkan, sehingga sistem penyiaran yang tercipta lebih demokratis dan
tidak tersentralisasi.
Pendekatan dari penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe penelitian
deskriptif dimaksudkan untuk menjelaskan gambaran dan pemahaman mengenai
sistem televisi berjaringan yang dilaksanakan oleh Sakti TV. Metode penelitian
dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dengan
informan-informan yang mempunyai kualifikasi tertentu yang sudah ditetapkan
oleh peneliti di dalam struktur organisasi Sakti TV, pengamatan langsung dan
terlibat, serta dokumentasi demi mendukung kekayaan sumber data yang didapat.
Jenis penelitian ini akan menyajikan pembahasan yang mendalam mengenai
konsep dan manajemen penyiaran yang dilaksanakan oleh Sakti TV sebagai

televisi berjaringan.
Dari hasil penelitian dan wawancara dengan para informan yang memiliki
kapasitas dan kepentingan masing-masing di dalam struktur organisasi Sakti
Televisi, Sakti Televisi menjalankan salah satu isi dari UU No 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran pasal 6 tentang pola siaran berjaringan. Dengan baru memiliki
Sakti Madiun yang beroperasi, Sakti televisi sebagai stasiun induk belum

mengudara. Sakti TV sebagai host station akan beroperasi setelah Sakti Televisi
menyelesaikan tahap berjaringan dengan wilayah-wilayah di Jawa Timur selain
Surabaya, yakni Malang dan Jember. Sakti Tv membuat Sakti Broadcaster
Trainee di tiap jaringannya dengan tujuan agar kualitas program yang dihasilkan
di tiap jaringan sama dengan kualitas stasiun induk.
Manajemen Sakti televisi dalam menyiapkan struktur organisasi di stasiun
jaringan menempatkan seorang Kepala yang bertugas memastikan semua
operasional stasiun jaringan berjalan dengan semestinya, memberikan masukanmasukan guna terjalinnya kerjasama dan hubungan yang harmonis dengan stasiun
induk. Namun dalam perjalanannya, posisi dan peran Kepala Stasiun menjadi
tidak efektif karena beberapa departemen langsung di bawah komando stasiun
induk, sehingga sering terjadi overlapping decision. Kendati Sakti Televisi saat ini
hanya mempunyai satu televisi jaringan yakni Sakti Madiun dan bertindak sebagai
penyedia konten, namun manajemen Sakti televisi siap melaksanakan secara

konsisten amanat UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan menjadi
contoh bagi sistem siaran televisi berjaringan.
Peneliti

Randy Wisnu Permana
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Nasrullah, M.Si

Drs. Abdullah Masmuh, M.Si

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, kekuatan, kasih sayang-Nya serta yang terbaik kepada peneliti sehingga
dapat menyelesaikan skripsi berjudul Konsep dan Manajemen Siaran Televisi
Berjaringan Sebagai Implementasi Undang-Undan Penyiaran No.32 Tahun 2002
(Studi Pada Persiapan Sakti TV Surabaya), sebagai syarat untuk meraih gelar

sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang.
Berbicara

mengenai

televisi

sebagai

salah

satu

media

massa,

perkembangan dan isi siaran sebuah stasiun televisi mengalami perkembangan dai
zaman ke zaman. Di Indonesia sendiri, perkembangan media televisi yang dimulai

di masa Orde Baru juga mengalami perubahan dan aturan ketika menginjak masa
Reformasi. Dan di waktu sekarang terdapat Undang-Undang yang mengatur
tentang masalah penyiaran di Indonesia yang diharuskan untuk berjaringan, agar
semua konten yang disiarkan bisa merata diterima oleh seluruh wilayah di
Indonesia.
Penulis menyadari betul bahwa dalam upaya menyelesaikan tugas akhir ini
tentunya masih terdapat sejumlah kekurangan-kekurangan yang sekiranya dapat
ditutupi dengan saran dan kritik dari pihak-pihak yang.membantu dalam penulisan
karya ilmiah ini. Untuk itu penulis dengan ketulusan hati ingin menyampaikan
banyak terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammdiyah Malang.
2. Bapak Nasrullah, M.Si selaku dosen pembimbing pertama atas
saran, arahan, dukungan, serta kepercayaan selama proses
bimbingan sampai skripsi ini bisa diselesaikan.
3. Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si selaku dosen pembimbing
kedua atas kesabaran dan koreksi-koreksi di karya ilmiah ini,
terima kasih sudah menjadi ayah bagi saya selama kuliah.
4. Segenap informan yang bersedia meluangkan waktu untuk

berbincang : Bapak Teguh. S Usis selaku Direktur Utama Sakti
TV (Anda guru yang terbaik, Bang), Bapak Rahmat Mulia
selaku GM News And Production Sakti TV, Bapak Leon Harita
selaku Kadiv Teknik (terima kasih atas ilmu lapangannya, Mas),
Bapak Asep Rohimat selaku Kadiv Programming, dan Bapak
Rasyadian Putra selaku Kepala Stasiun sakti Madiun.
5. Keluarga kecil saya : Mamaku Ny. Suprihatin yang sangat kuat
dalam membesarkan saya serta kakakku Radhita yang tak hentihentinya menyemangati dalam hidup saya.
6. Ayu Lidya Rahmawati atas segala cinta, pengorbanan, doa,
tawa, dan kesabarannya yang menemani hidup saya.
7. Rekan-rekan di Sakti Network dan Sakti Madiun yang selalu
mendukung dan mendoakan.

8. Teman-teman kos Gang 9 yang selalu sedia waktu dan peralatan
untuk saya
9. Emas cepod, Eliza Kholifa, Rizky F. Setyo, Denny S, Rarasing
Tyas, Panji Mas Agam, Lukmanul Hakim, Briansyah Setyo,
Rahne Putri, kalian adalah inspirasi saya. Terima atas dukungan
morilnya kepada saya.
Penulis berharap semoga kita semua dalam lindungan dan berkah-Nya dan

semoga karya tulis ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Malang, 11 Januari 2013

Randy Wisnu P.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN..................................................................................... iv
ABSTRAKSI................................................................................................ ......

v

KATA PENGANTAR......................................................................................... vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xv

DAFTAR FOTO................................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................

1

B. Rumusan Masalah..............................................................................

6

C. Tujuan Penelitian...............................................................................

6

D. Konsep dan Teori
D.1 Konsep................................................................................

6


D.1.1Televisi Berjaringan...............................................

7

D.2 Teori....................................................................................

8

D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Televisi, Media Massa Paling Populer............................................... 12
B. Sistem Penyiaran Televisi Di Indonesia............................................. 16
B.1 Sejarah dan Perkembangan Penyiaran Televisi Di Indonesia....... 19
B.2 Lembaga Penyiaran Televisi Di Indonesia................................... 24
C. Televisi Berjaringan Sebagai Amanah Undang-Undang Penyiaran.... 19
C.1 Syarat Mendirikan Stasiun Televisi Berjaringan.......................... 27
C.2 Keuntungan dan Kekurangan Televisi Berjaringan..................... 31
D. Sistem Berjaringan Sakti TV Sebagai Implementasi Kebjakan UU
Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.......................................

33

D. Manajemen Penyiaran Televisi.......................................................... 36

BAB III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian.......................................................................

43

B. Teknik Pengumpulan Data.............................................................

43

C. Sumber Data Penelitian..................................................................

44

C.1 Karakteristik Informan................................................................

45

D. Teknik Analisis Data.........................................................................

47

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data...............................................

47

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian..................................................

49

A.1 Sejarah Berdirinya Sakti Televisi...............................................

49

A.2 Visi, Misi, Serta Konsep dan Strategi Sakti Televisi.............

51

A.3 Konsep Berjaringan dan Materi Siar Sakti Televisi................ 53
A.3.1 Konsep Berjaringan Sakti Televisi...................................

53

A.3.1.1 Konsep Stand Alone Pada Stasiun Jaringan.........

55

A.3.2 Materi Siar Sakti Televisi.................................................. 56
A.4 Sakti Madiun........................................................................

58

B. Manajemen Siaran Sakti Televisi....................................................... 62
B.1 Perencanaan............................................................................

62

B.1.1 Perencanaan Struktur Organisasi.................................

62

B.1.2 Perencanaan Keuangan dan Pembiayaan......................

65

B.1.3 Perencanaan Materi Siar...............................................

67

B.1.3.1 Departemen Programming..............................

67

B.1.3.2 Departemen News...........................................

68

B.1.3.3 Departemen Produksi.......................................

70

B.1.4 Perencanaan Peralatan Siar............................................

72

B.2 Pengorganisasian......................................................................

76

B.2.1 Departemen News..........................................................

76

B.2.2 Departemen Produksi.....................................................

87

B.2.3 Departemen Teknik dan Fasilitas...................................

94

B.2.4 Kepala Stasiun Jaringan.................................................

98

C. Penggerakan....................................................................................

100

D. Pengawasan....................................................................................

104

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................

105

B. Saran
B.1 Akademis.................................................................................

107

B.2 Praktis.......................................................................................

107

DAFTAR PUSTAKA
Buku................................................................................................... 109
Non Buku............................................................................................ 110

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Wilayah Tahapan Pertama Sakti Tv Di Jawa Timur..................... 54
Gambar 4.2 : Tayangan-tayangan Sakti TV......................................................... 58
Gambar 4.3 : Logo lama dan logo baru Sakti Madiun......................................... 59
Gambar 4.4 : Grafik pertumbuhan PDRB Kota dan Kab. Madiun Th.2011........ 60
Gambar 4.5 : Hasil Riset Media di Madiun Raya th.2012................................... 60
Gambar 4.6 : Program Acara Omahku.................................................................. 71
Gambar 4.7 : Program Acara Ben Waras.............................................................. 71
Gambar 4.8 : Program Acara Tani Tambak Ternak.............................................. 71

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Jaringan-jaringan Sakti TV............................................................. 53
Tabel 4.2 : Tahap Berjaringan sakti TV............................................................ 54
Tabel 4.3 : Struktur Organisasi Sakti Madiun................................................... 63
Tabel 4.4 : Struktur Divisi Operasional Sakti Madiun...................................... 64
Tabel 4.5 : Struktur Divisi Teknik Sakti Madiun.............................................. 64
Tabel 4.6: Struktur Commercial and Services Sakti Madiun............................ 65
Tabel 4.7 : Struktur News Departement Sakti TV............................................. 77
Tabel 4.8 : Struktur Production Departement Sakti TV..................................... 88
Tabel 4.9 : Struktur Technic and Facilities Sakti TV......................................... 94

DAFTAR FOTO
Foto 4.1

: Kantor Sakti Madiun Sebelum Renovasi.......................................... .61

Foto 4.2

: Kantor Sakti Madiun Setelah Renovasi............................................. 61

Foto 4.3

: Ruang Editing lama Sakti Madiun.................................................... .61

Foto 4.4

: Ruang Editing baru Sakti Madiun..................................................... 61

Foto 4.5

: Ruang Master control Sakti Madiun.................................................. 61

Foto 4.6

: Studio Produksi program................................................................... 61

Foto 4.7

: Launching Sakti Madiun.................................................................... 62

Foto 4.8

: Tampak depan kantor Sakti Madiun.................................................. 73

Foto 4.9

: Ruang lobby....................................................................................... 73

Foto 4.10 : Ruang marketing................................................................................ 73
Foto 4.11 : Ruang meeting................................................................................... 73
Foto 4.12 : Ruang Direktur.................................................................................. 74
Foto 4.13 : Ruang Kepala Stasiun........................................................................ 74
Foto 4.14 : Ruang News....................................................................................... 74
Foto 4.15 : Studio Produksi.................................................................................. 74
Foto 4.16 : Ruang editing..................................................................................... 74
Foto 4.17 : Ruang Logistik danServer................................................................. 74
Foto 4.18 : Ruang Produksi................................................................................. 74
Foto 4.19 : Studio News...................................................................................... 74
Foto 4.20 : Master Control Room....................................................................... 75
Foto 4.21 : Kamera HD Panasonic AGHMC...................................................... 75
Foto 4.22 : Tricastersystem MCR....................................................................... 75

Foto 4.23 : Editing Edius System....................................................................... 76
Foto 4.24 : Peserta Sakti Broadcster Training Sakti Surabaya......................... 102
Foto 4.25 : Program Jejak SMBT...................................................................... 102
Foto 4. 26 : Kegiatan SMBT............................................................................... 102
Foto 4.27 : Kegiatan SMBT............................................................................... 103

DAFTAR LAMPIRAN
a. Pedoman wawancara....................................................................................... 111
b. PP NO. 50 TH. 2005 BAB VI Ps. 34.............................................................. 115
c. PP NO. 52 TH. 2005 Ps. 4............................................................................... 117
d. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NO. 28
TAHUN 2008................................................................................................ 119
e. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI NO. 43
TAHUN 2009................................................................................................. 120

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku
Ade Armando. 2011. Televisi Jakarta Di Atas Indonesia. Yogyakarta : Bentang
Heru Effendi. 2008. Industri Pertelevisian Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga
JB. Rahyudi. 1986. Media Komunikasi Massa Televisi. Bandung : Alumni
__________. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta : Gramedia
J. Lexy Moeleong. 2001. Metodologi Penelitianj Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosda Karya
Morissan. 2011. Manajemen Media Penyiaran : Starategi Mengelola Radio Dan
Televisi Edisi Revisi. Jakarta : Kencana Media Group
Muhammad Mufid. 2007. Komunikasi Dan Regulasi Penyiaran. Jakarta :
Kencana Media Group
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : Rajawali Pers
Samodra Wibawa. 1994. Kebijakan Publik Proses Dan Analisis. Jakarta :
Intermedia
Sutisno. 1993. Pedoman Praktis Penulisan Naskah TV dan Video. Jakarta :
Gramedia Widya Sarana Indonesia
T. Hani Handoko. 2003. Manajemen 2. Yogyakarta : BPFE

Sumber Non Buku
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2005 Tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi No. 43 Tahun 2009 Tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Melalui Sistem jaringan Oleh Lembaga Penyiaran
Swasta Jasa Penyiaran Televisi

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2005 Tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi No.28 Tahun 2008 tentang Tata
Cara Dan Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran

http://adearmando.wordpress.com/2010/01/29/mengapa-sistem-tv-berjaringanharus-dijalankan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi-Republik-Indonesia
http://adiprakosa.blogspot.com/2007/11/uses-gratification.html

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
T ✁ ✂✄☎✄ ☎ ✆✝✞✝✄ ☎✝✁✝✟ ☎✝✠✡ ☛ ☞✄✝ ✌✍☛✡✎✄✌✝☎✄ ☛✝☎☎✝ ✝☞✝✁✝✟ ✏✝✎✞ ✑✝✁✄✎✞
✑✍✑✡✁ ✒ ☞✄✆✝✎☞✄✎✞ ☞ ✎✞✝✎ ☛ ☞✄✝ ✌✍☛✡✎✄✌✝☎✄ ✁✝✄✎✎✏✝ . H✄✎✞✞✝ ☎✝✝✠ ✄✎✄ ✠ ✁ ✂✄☎✄
☛✝☎✄✟ ☛ ✎✓✝☞✄ ✥✓✡✝✒✝ ✆ ✒✠✝✟✝✎

sebagai media massa yang paling banyak

digunakan, khususnya di Indonesia. Pemakaian televisi sudah menjadi budaya dan
menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Tak heran, meskipun saat ini
beberapa program televisi sudah tidak menarik lagi, eksistensi media ini tetap
bertahan. Sebagai salah satu sesepuh media massa, televisi masih tetap tetap
eksis dan tidak kehilangan penonton setianya. Televisi merupakan media massa
yang dalam perkembangannya cukup rumit dan signifikan. Televisi menyajikan
banyak aspek yang dapat dinikmati oleh manusia, selain suara dan gambar,
televisi juga memberikan kemudahan manusia dalam melihat informasi secara
nyata lewat gambar, sehingga membawa manusia dalam pengetahuan baru di
sebuah program tertentu.
Di Indonesia, televisi pertama hadir sekitar tahun 1960-an yang dipelopori
oleh TVRI. Keran bisnis industri pertelevisian Indonesia dibuka oleh pemerintah
pada akhir tahun 1980-an melalui berdirinya RCTI (Rajawali Citra Televisi
Indonesia), sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Setelah
mengudaranya RCTI, kemudian disusul oleh televisi-televisi swasta lainnya,
yakni SCTV, TPI, ANTV, dan Indosiar. Di era tahun 2000-an, atau setelah era

1

reformasi, muncul hampir serempak televisi swasta lainnya, yaitu Metro Tv, Tv7
(sekarang Trans7), Trans Tv, Lativi (sekarang Tv One), dan Global TV.
Setelah Undang-Undang Penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah
televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bertambah. Hal ini
dimungkinkan dengan munculnya televisi-televisi lokal di tiap daerah di
Indonesia. Salah satu amanat Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002
adalah tentang siaran berjaringan. Sistem siaran jaringan adalah sistem televisi di
Indonesia yang mengharuskan televisi- televisi yang memiliki daya frekuensi
siaran nasional (RCTI, SCTV, MNCTV, Indosiar, antv, Metro TV, Trans TV,
tvOne, Trans7, dan Global TV), agar melepaskan frekuensi terhadap daerahdaerah siaran mereka dan menyerahkan pada orang / lembaga/ organisasi daerah
yang ingin menggunakannya untuk dikembangkan. Bila televisi-televisi yang
berlokasi di Jakarta menginginkan siarannya dapat diterima di daerah tertentu,
maka ia harus bekerjasama dengan televisi yang ada di daerah bersangkutan.

UU Penyiaran 2002 telah mengeluarkan amanat bagi berlangsungnya
sistem penyiaran berjaringan di Indonesia. Namun, sepuluh tahun setelah
dikeluarkannya UU, sistem pertelevisian Indonesia sama sekali belum berubah.
Kewajiban pembangunan jaringan diabaikan begitu saja. Padahal sistem televisi
berjaringan adalah sebuah sistem yang jauh lebih demokratis, adil dan lebih
membawa manfaat bagi seluruh daerah di Indonesia.

Sistem penyiaran tersentralisasi yang selama ini berlangsung di Indonesia
mengandung banyak masalah. Ada sepuluh stasiun televisi di Jakarta yang dapat

2

bersiaran secara nasional dengan hanya menggunakan stasiun-stasiun relai/
transmitter di setiap daerah. Dalam sistem ini, siaran sepenuhnya disiapkan,
dibuat, dan dipancarkan dari Jakarta menuju rumah-rumah penduduk di seluruh
Indonesia dengan hanya diperantarai stasiun relai di setiap daerah tersebut.
Dengan demikian, apa yang disaksikan oleh warga perumahan di Jakarta, sampai
ke Bangkalan, Madura, sampai ke Palangkaraya, Lubukpakam, Aceh, Ujung
Pandang, sampai ke Manokwari sepenuhnya ditentukan oleh segenap stasiun yang
berlokasi di Jakarta.

Mengingat bahwa setiap masyarakat yang menetap di berbagai daerah
berbeda akan memiliki konteks budaya, politik dan ekonomi berbeda,
penunggalan siaran yang datang dari sebuah pusat pada dasarnya mengingkari
keberagaman tersebut. Karena itu, dalam sistem jaringan ini, setiap stasiun televisi
yang menjadi bagian dari jaringan nasional harus memuat program-program lokal,
misalnya program berita lokal atau program pendidikan lokal, dan sebagainya.
Namun yang terpenting dengan Sistem Siaran Jaringan bukan hanya soal muatan
lokal. Yang sama penting atau lebih penting lagi adalah manfaat ekonominya.
Dengan sistem siaran yang tersentralisasi, uang iklan hanya mengalir ke Jakarta.
Segenap keuntungan ekonomi hanya terpusat di Jakarta. Di daerah di luar Jakarta,
masyarakat hanya menjadi penonton. Dalam sistem pertelevisian terpusat seperti
sekarang ini, tak mungkin ada stasiun televisi di luar Jakarta yang dapat
berkembang dengan sehat. Akibatnya tak ada lapangan pekerjaan yang terkait
dengan industri pertelevisian terbuka. Tak ada dorongan untuk menumbuhkan
rumah produksi, biro iklan atau lembaga pendidikan yang terkait dengan dunia

3

penyiaran di daerah-daerah. Masyarakat daerah tidak memperoleh manfaat
ekonomi apa-apa dari sistem sentralistik ini. Puluhan triliun rupiah belanja iklan
televisi setiap tahunnya hanya terserap di Jakarta. Bahkan pengusaha daerah yang
ingin beriklan di daerahnya melalui televisi harus mengirimkan uang ke Jakarta.
Segenap rumah produksi, biro iklan, dan industri pendukung pertelevisian lainnya
hanya tumbuh di Jakarta. Lapangan pekerjaan pertelevisian hanya ada di Jakarta.
Mahasiswa yang belajar disiplin ilmu komunikasi dan penyiaran di perguruan
tinggi luar Jakarta tidak akan memperoleh peluang bekerja cukup luas di
pertelevisian di daerahnya, dan harus pindah ke Jakarta bila tetap ingin bekerja di
dunia pertelevisian.

UU Penyiaran memang tidak harus dijalankan segera sesudah UU itu
diluncurkan. Karena kesadaran akan rangkaian kesulitan yang mungkin dihadapi
oleh pelaku industri, UU Penyiaran 2002 sebenarnya memberi tenggang waktu
lima tahun bagi stasiun televisi untuk melakukan penyesuaian. Para pembuat UU
nampaknya percaya bahwa dalam waktu yang cukup lama tersebut, stasiunstasiun televisi komersial dapat membangun sistem jaringan yang diamanatkan
UU secara perlahan-lahan.

Namun amanat ini terus menerus ditolak industri penyiaran. Sejak
kelahiran UU Penyiaran 2002, secara kolektif, stasiun-stasiun tersebut berupaya
agar UU tersebut tidak dapat dijalankan. Mereka misalnya berkampanye dengan
menuduh UU tersebut sebagai ancaman terhadap kebebasan berekspresi dan
mengancam

kesehatan

industri

pertelevisian.

Mereka

juga

mengajukan

4

permohonan ke Mahkamah Konstitusi untuk membatalkan UU tersebut. Namun,
bahkan ketika MK menolak permintaan tersebut, stasiun-stasiun televisi komersial
tetap menolak untuk menjalankan kewajiban untuk menghentikan siaran nasional
dan kewajiban mengembangkan jaringan stasiun televisi di berbagai kota. (dikutip
dari http://adearmando.wordpress.com/2010/01/29).

Dalam perjalanannya, pemerintah sendiri nampak mudah sekali disetir
oleh kepentingan industri pertelevisian tersebut. Ade Armando (2011:62)
mencontohkan

pada

tahun

2005,

Menkominfo

mengeluarkan

peraturan

pemerintah tentang lembaga penyiaran swasta yang tidak mewajibkan
berlangsungnya perubahan mendasar tersebut. Pemerintah seperti membiarkan
saja perkembangan tersebut. Ketika pada 2007 disadari bahwa sebenarnya amanat
UU tersebut sudah harus diterapkan, pemerintah kembali mengeluarkan keputusan
yang menyatakan menunda kewajiban pelaksanaan sistem televisi bejaringan
sampai Desember 2009. Akhirnya, di akhir 2009, Menkominfo Tifatul Sembiring
menyatakan, amanat itu harus segera dijalankan. Masalahnya, kerangka waktunya
juga tak ditetapkan secara tegas.

Setelah sepuluh tahun Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002
disahkan, implementasi siaran berjaringan belum sepenuhnya dilaksanakan. Oleh
karena itu, Sakti TV hadir sebagai salah satu televisi berjaringan di Indonesia.
Dengan konsep berjaringan lokal Jawa timur pada awalnya, cukup menarik untuk
dilihat konsep dan strategi manajemen penyiarannya. Bekerja sama dengan pihakpihak lokal di empat kota Jawa Timur, yakni Madiun, Malang, Surabaya, dan

5

Jember, Sakti TV sebagai stasiun jaringan menyediakan program-program siaran
yang berkualitas nasional dengan tetap mengedepankan aspek kearifan budaya
lokal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, masalah
yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah konsep dan manajemen
penyiaran pada persiapan Sakti TV sebagai stasiun televisi berjaringan sesuai UU
Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran ?
C. Tujuan Penelitian
Berpijak dari rumusan masalah di atas, dapat dikemukakan tujuan
penelitian ini adalah

untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep serta

manajemen penyiaran Sakti TV sebagai stasiun televisi berjaringan sesuai UU
penyiaran Nomor 32 tahun 2002 .
D. Konsep dan Teori
D.1 Konsep
Konsep adalah ide abstrak untuk mengklasifikasi objek-objek yang
biasanya dinyatakan dalam suatu istilah kemudian dituangkan ke dalam contoh
nyata, sehingga seseorang dapat mengerti suatu ide dengan jelas. Menurut A.F
Stoner, ✔✕✖✕✗✘✔✘✖ adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati.

6

Menurut J.B Wahyudi (1994:39), ✙✚✛✚✜✢✙✢✛ ✣✢✛✤✦✚✧✚✛ dalah manajemen
yang diterapkan dalam organisasi penyiaran, yaitu organisasi yang mengelola
siaran, yang juga berarti motor penggerak organisasi penyiaran dalam usaha
pencapaian tujuan bersama melalui penyelenggaraan siaran.
Yang dimaksud dengan konsep dan manajemen siaran dalam penelitian ini
dapat diartikan sebagai suatu ide yang dikemukakan untuk dikerjakan secara
sistematis agar siaran dapat berjalan dengan lancar sehingga bisa dinikmati oleh
khalayak umum. Dalam penelitian ini, implementasi dari konsep dan manajemen
siaran yang dibicarakan berupa bagaiamana konsep dan manajemen yang diusung
oleh Sakti TV melalui kegiatan program yang dijalankannya serta struktur
keorganisasiannya sekaligus juga berbicara langkah-langkah atau strategi lain
yang dilakukan Sakti TV guna mendukung kegiatan penyiaran sebagai televisi
berjaringan.

D.1.1 Televisi Berjaringan
Sistem televisi berjaringan di Indonesia adalah sistem televisi berjaringan
yang mengharuskan televisi- televisi yang memiliki daya frekuensi siaran nasional
(SCTV, RCTI, MNCTV, Indosiar, antv, Metro TV, Trans TV, tvOne, Trans7, dan
Global TV) agar melepaskan frekuensi terhadap daerah- daerah siaran mereka dan
menyerahkan pada orang/lembaga/organisasi daerah yang ingin menggunakannya
untuk

dikembangkan.

Bila

televisi-televisi

yang

berlokasi

di

Jakarta

menginginkan siarannya dapat diterima di daerah tertentu, maka ia harus
bekerjasama dengan televisi yang ada di daerah bersangkutan.

7

Dalam telaah lebih lanjut, Undang-Undang No.32 Tahun 2002 lahir
dengan dua semangat utama, pertama pengelolaan sistem penyiaran harus bebas
dari berbagai kepentingan karena merupakan ranah publik dan digunakan sebesarbesarnya untuk kepentingan publik. Kedua, semangat untuk menguatkan entitas
lokal dalam semangat otonomi daerah dengan pemberlakuan sistem berjaringan.
Hal ini berarti,setiap lembaga penyiaran yang ingin menyelenggarakan siarannya
di suatu daerah harus memiliki stasiun lokal atau berjaringan dengan lembaga
peniaran lokal yang ada di daerah tersebut. Ini untuk menjamin tidak terjadinya
sentralisasi dan monopoli informasi. Padahal masyarakat lokal berhak untuk
memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan publik, sosial ,dan
budayanya. Selain itu keberadaan lembaga penyiaran sentralistis yang telah
mapan dan beskala nasional semakin menghimpit keberadaan lembaga-lembaga
penyiaran lokal untuk dapat mengembangkan potensinya secara lebih maksimal.
D.2 Teori
Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka untuk berpikir dalam
pembahsan. Untuk itu penulis menggunakan salah satu teori dalam komunikasi
massa, yakni teori Uses anda Gratifications Theory. Teori yang dikembangkan
oleh Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran
aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Pengguna media berusaha
untuk mencari sumber media mana yang paling baik dalam memenuhi
kebutuhannya.

8

Katz dan Blumer (dalam Baran dan Davis, 2000) menguaraikan lima
elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratifications Theory :
1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan
2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan
media spesifik terletak di tangan audiens
3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan
kebutuhan audiens
4. Orang-orang mempunyai kesadaran diri yang memadai berkenaan
penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi
peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu
5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media massa
spesifik

atau

harus

dibentuk

(dikutip

dari

http://adiprakosa.blogspot.com/2007/11/uses-gratification.html)

Penulis menggunakan teori ini untuk mendukung alasan mengapa Sakti
TV Surabaya memilih sistem berjaringan dalam konsep penyiarannya serta teori
ini mendukung semangat UU No.32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, yakni
pertama pengelolaan sistem penyiaran harus bebas dari berbagai kepentingan
karena merupakan ranah publik dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kepentingan publik. Kedua, semangat untuk menguatkan entitas lokal dalam
semangat otonomi daerah dengan pemberlakuan sistem berjaringan.
Sesuai dengan teori Uses and Gratification, masyarakat lokal berhak untuk
mendapat informasi yang sesuai dengan kebutuhan publik, sosial ,dan budayanya.

9

Oleh karena itu Sakti TV yang berjaringan dengan televisi-televisi lokal mencoba
menghadirkan program-program yang memungkinkan masyarakat untuk memilih
apa yang sesuai dengan kebutuhannya.

E. Manfaat Penelitian
Bertolak dari tujuan penelitian, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat
memberi manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai konsep
dan manajemen penyiaran Sakti TV sebagai stasiun televisi
berjaringan sebagai implementasi UU Penyiaran Nomor 32 tahun
2002 .
b. Sebagai bahan acuan dan bahan pendukung dalam penelitian yang
lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Televisi, penelitian ini juga memberikan manfaat bagi stasiun
televisi sebagai bahan acuan dan memberikan motivasi untuk lebih
mengembangkan jaringannya.
b. Bagi peneliti, penelitian dapat memperkaya wawasan mengenai
manajemen siaran televisi berbasis sistem berjaringan
c. Bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, hasil penelitian dapat
menambah khasanah dalam dunia ilmu pengetahuan tentang

10

manajeman penyiaran televisi, sehingga dapat dijadikan referensi
untuk penelitian selanjutnya.

11

Dokumen yang terkait

Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lokal Berdasarkan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran (Studi Pada Radio Most Fm Medan)

5 74 74

Tinjauan Yuridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Lembaga Penyiaran Berlangganan Melalui Kriminalisasi Di Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

0 40 133

Penyalahgunaan Izin Penyelenggaraan Penyiaran Radio Dan Akibat Hukumnya Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

0 31 186

UNSUR PELANGGARAN UNDANG-UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 PADA PROGRAM ACARA TELEVISI (Analisis isi pada Program Acara Comedy Project Trans TV)

0 6 58

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG No. 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN GUNA MENUJU SISTEM PENYIARAN BERJARINGAN PADA TELEVISI LOKAL (STUDI MEDIA PADA TELEVISI LOKAL JTV SURABAYA DAN M&H TV SURABAYA)

0 5 43

PERBEDAAN TINDAKAN YANG DILAKUKAN KPI TERHADAP ACARA TELEVISI VARIETY SHOW YANG MELANGGAR UNSUR MENGHINA DITINJAU DARI UU NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DAN PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN (P3) STAN.

0 0 1

PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 78/PUU-IX/2011 TENTANG PENGUJIAN UU NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN TERHADAP UUD NEGARA RI TAHUN 1945 DIKAITKAN DENGAN PELAKSANAAN SISTEM PENYIARAN DI INDONESIA.

0 0 1

UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

0 0 32

BAB II PENGATURAN TENTANG PENYIARAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG – UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN A. Peraturan Perundang-Undangan tentang Perizinan Bagi Lembaga Penyiaran - Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lok

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lokal Berdasarkan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran (Studi Pada Radio Most Fm Medan)

0 0 14