Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012019 BAB II

(1)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia (Lansia) 2.1.1 Definisi

Lanjut usia merupakan proses dari tumbuh kembang yang akan dijalami setiap individu, yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh dalam beradaptasi dengan lingkungan (Azizah, 2011). Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang mulai dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menua (menjadi tua). Semua orang akan mengalami proses untuk menjadi tua dan masa hidup manusia yang terakhir merupakan masa tua. Stanley & Beare (2007), mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial, masyarakat menganggap bahwa orang yang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan pada kulit, dan hilangnya gigi (ompong).

World Health Organization (WHO, 2014) menetapkan bahwa 65 tahun termasuk katagori lansia. Negara-negara Asia, lansia adalah mereka yang memiliki usia 60 tahun ke atas. Orang yang sehat dan aktif berusia 65 tahun menganggap usia 75 tahun sebagai pemulaan lanjut usia. Di masa ini secara bertahap seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial (Brunner dan Suddart, 2000). Jadi lansia adalah


(2)

12 suatu proses yang akan dialami setiap manusia dan secara bertahap akan mengalami kemunduran fisik, mental, sosial. 2.1.2 Batasan Lansia

Batasan lansia berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Pendapat beberapa ahli dalam program kesehatan usia lanjut, (Depkes dalam Sutikno, 2011) membuat pengelompokan Batasan lansia sebagai berikut:

1. Kelompok pertengahan usia (45-54 tahun) 2. Kelompok lanjut usia dini (55-64 tahun) 3. Kelompok usia lanjut (65 tahun ke atas)

4. Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (berusia 70 tahun ke atas atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat). Menurut WHO lanjut usia meliputi (Notoatmodjo, 2007 dalam Sutikno 2011):

1. Usia pertengahan (middle age), usia 45 – 59 tahun 2. Usia lanjut (elderly), usia 60 – 70 tahun

3. Usia lanjut tua (old), usia antara 75 – 90 tahun 4. Usia sangat tua (very old), usia di atas 90 tahun 2.1.3 Perubahan Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur, proses penuaan secara degeneratif akan berdampak pada perubahan-perubahan di diri


(3)

13 manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia (Kuntjoro, 2002 dalam Sutikno, 2011):

1. Perubahan fisik

Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik dan juga fungsinya akan menurun. Perubahan dari tingkat sel sampai kesemua organ tubuh.

2. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yang pertama adalah perubahan fisik, kesehatan umum, keturunan, tingkat pendidikan, dan lingkungan.

3. Perubahan psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia akan mengalami penurunan kognitif dan psikomotor. Dengan adanya penurunan fungsi tersebut, lansia mengalami perubahan psikososial terkait dengan kepribadian lansia itu sendiri.

4. Perkembangan spiritual

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari tujuan dan arti hidup, kebutuhan untuk saling mencintai dan dicintai serta, kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan maaf.


(4)

14 2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai fungsi penting terhadap pembentukan kebudayaan yang sehat. Potter dan Perry (2005) mengatakan keluarga dapat diartikan secara biologis, secara hukum atau sebagai jaringan atau hubungan sosial baik itu secara personal maupun terbentuk karena satu ideologi. Keluarga memiliki suatu peran yang sangat besar untuk menentukan kesehatan lansia yang kemudian akan berhubungan dengan kualitas hidup lansia.

Keluarga adalah kelompok yang mempunyai peranan penting dalam mengembangkan, mengadaptasi, mencegah, dan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam keluarga (Azwar, 2007 dalam Sutikno, 2011). Keluarga adalah sebuah sistem sosial kecil yang terbuka terdiri atas bagian yang sangat bergantung dan dipengaruhi secara struktur internal ataupun lingkungan dan eksternalnya (Friedman, 2010 dalam Fitriana, 2013). Berdasarkan UU no. 10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dalam sebuah masyarakat yang terdiri atas suami dan istri, atau suami istri dengan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.


(5)

15 2.2.2 Peran dan Fungsi Keluarga

1. Peran keluarga

Peran adalah seperangkat perilaku inter personal, sikap dan kegiatan yang berhubungan dengan individu pada posisi dan situasi tertentu.

2. Fungsi keluarga

Lima fungsi keluarga yang dapat dijalankan keluarga menurut Friedman (2010) dalam Fitriana (2013), yaitu : a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan serta keberlangsungan suatu keluarga dan dengan demikian fungsi afektif merupakan salah satu fungsi vital keluarga.

b. Fungsi sosialisasi

Proses perubahan dan perkembangan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar dalam suatu lingkungan sosial.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan, fungsi fisik keluarga dipengaruhi oleh orang tua dengan menyediakan sandang, pangan, papan serta perlindungan terhadap bahaya.


(6)

16 d. Fungsi reproduksi

Salah satu dasar dari fungsi keluarga adalah menjamin kontinuitas keluarga dari generasi dan masyarakat.

e. Fungsi ekonomi

Tersedianya sumber finansial dari keluarga secara cukup, ruang gerak dan materi serta pengalokasian sumber-sumber tersebut yang sesuai untuk melalui proses pengambilan sebuah keputusan.

2.2.3 Peran Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Agar kesehatan keluarga sampai pada tujuan, keluarga harus memiliki peran dalam pemeliharaan kesehatan anggota keluarganya. Peran dan tugas kesehatan yang harus dipahami dan dilakukan keluarga (Feedman, 1981 dalam Setiadi 2008), yaitu :

1. Mengenal gangguan kesehatan setiap anggota keluarga yaitu keluarga mengenal dan memahami perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga baik itu secara emosional maupun tingkah laku yang normal atau tidak normal yang dilakukan harus menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga. 2. Pengambilan keputusan yang tepat untuk keluarga. Jika terdapat kondisi keluarga yang tidak sesuai atau


(7)

17 bermasalah dengan kesehatan maka keluarga sebaiknya mengambil keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan dengan tepat sesuai dengan keadaan keluarga.

3. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit ataupun tidak mampu membantu dirinya sendiri karena mengalami cacat fisik maupun mental. Fungsi dan peran ini menjelaskan bahwa keluarga dapat melakukan perawatan di rumah apabila memiliki kemampuan sebagai pertolongan pertama untuk mencegah keparahan yang mungkin bias terjadi.

4. Memperikan suasana rumah yang menguntungkan bagi kesehatan dan bagi perkembangan kepribadian anggota keluarga. Keluarga harus mampu memberiakan suasana rumah yang kondusif dan nyaman.

5. Mempertahankan hubungan antara keluarga dengan lembaga kesehatan untuk mendapatkan layanan kesehatan.

2.3 Tingkat Pengetahuan 2.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah melakukan penginderaan. Pengetahuan merupakan domain


(8)

18 yang penting untuk terbentuknya suatu tindakan (over behavior) (Notoatmodjo, 2007). Sedangakan menurut Abdullah (2008) dalam Fitriana (2013), pengetahuan dapat didefinisikan:

a. Sesuatu yang dianggap ada atau ada. b. Persesuaian subjek dengan objek c. Hasil kodrat manusia yang ingin tahu

d. Hasil persesuaian antara deduksi dengan induksi

Sesuatu yang terwujud dan hadir dalam jiwa dan dalam pikiran seseorang karena adanya reaksi, informasi, ketrampilan, akidah tradisi, dan pikiran-pikiran.

Menurut Rogers (2003) dalam Notoatmodjo (2007), sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang baru, didalam diri orang tersebut terjadi sebuah proses yang berurutan, yakni :

a) Awareness (kesadaran), menyadari dalam artian mengetahui suatu stimulus terlebih dahulu.

b) Interest (merasa tertarik) terhadap sifat objek yang mulai muncul dan stimulus.

c) Evaluation, baik atau tidaknya stimulus yang didapat tersebut bagi dirinya

d) Trial, subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh stimulus


(9)

19 e) Adaptaion, perilaku baru suatu subjek telah sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya mengenai stimulus.

Enam tingkatan pengetahuan yang mencakup didalam domain menurut Notoatmodjo (2007) yakni:

a. Tahu (know) mengingat suatu materi yang telah dipelajari. Termasuk tingkat pengetahuan, mengingat kembali sesuatu yang mendalam dari seluruh bahan untuk dipelajari ataupun sebuah rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension) menjelaskan secara benar mengenai suatu objek yang diketahui dan mampu menginterpretasi secara benar.

c. Aplikasi (Application) kemampuan menggunakan materi yang dipelajari pada situasi serta kondis yang sebenarnya (riil).

d. Analisis (Analysis) kemampuan dalam menjabarkan suatu materi atau suatu objek kedalam sebuah komponen-komponen, namun masih dalam sebuah struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (Syntesis) suatu kemampuanuntuk dapat meletakkan atau menghubungkan keseluruhan bagian-bagian didalam sebuah bentuk yang baru.


(10)

20 f. Evaluasi (Evaluation) kemampua untuk melakukan

penilaian terhadap sebuah materi atau objek

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan suatu kepribadian serta kemampuan di luar maupun di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup.

2. Media masa / sumber informasi

Sarana komunikasi, yang berupa bentuk media massa seperti surat kabar, televisi, internet, radio, majalah, dan lain sebagainya yang berpengaruh terhadap pembentukan kepercayaan dan opini orang.

3. Ekonomi dan sosial budaya

Kebiasan dan tradisi dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui suatu penalaran apakah yang dilakukan itu baik atau buruk.

4. Lingkungan

Segala sesuatu yang ada disekitar, baik lingkungan fisik, sosial, maupun biologis.


(11)

21 5. Pengalaman

Sebuah cara untuk menapatkan kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang didapat untuk memecahkan.

2.3.3 Sumber Pengetahuan

Beberapa sumber pengetahuan, diantaranya adalah (Notoatmodjo, 2007):

a) Intuisi, aitu bersumber dari kemampuan atau daya untuk memahami atau mengetahui tanpa dipelajari terlebih dahulu

b) Rasional, pengetahuan yang berasal dari akal adalah sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar mengajar, diskusi ilmiah, pengkajian buku dan pengajaran seorang guru atau sekolah

c) Wahyu, sebagai manusia yang beragama meyakini bahwa wahyu merupakan sumber ilmu, karena diyakini bawasannya wahyu merupakan buatan Tuhan Yang Maha Esa bukanlah buatan manusia.

2.4 Kualitas Hidup Lansia

2.4.1 Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup lansia bisa diartikan sebagai kondisi fungional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka menikmati masa tuanya dengan penuh


(12)

22 makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas. Kesempatan yang diberikan pada lansia akan memiliki fungsi memelihara dan mengembangkan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh lansia (Depsos, 2003).

Aktivitas fisik yang dilakukan untuk meningkatkan kebugaran dan menjaga kemampuan psikis lansia. Aktifitas kognitif misalnya membaca, berdiskusi, mengajar, yang bermanfaati untuk mempertahankan fungsi kognitifnya sebsb otak yang sering dilatih dan dirangsang maka akan berfungsi dengan baik. Aktifitas spiritual dan sosial akan memberikan nilai tertinggi bagi lansia untuk menemukan kebermaknaan dan hargadirinya, dengan melakukan ibadah sehari-hari lansia akan menjadi lebih tenang. Dengan aktifitas sosial seperti, tergabung dalam paguyuban lansia akan menjadi ajang bagi mereka untuk saling berdiskusi dan bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling memberikan perhatian, kegiatan ini akan sangat membantu lansia untuk mencapai kulitas hidup yang maksimal (Depsos, 2007 dalam Sutikno, 2011).

Kualitas hidup lansia merupakan suatu komponen yang kompleks, kepuasan dalam kehidupan,mencakup usia harapan hidup, kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik, kondisi tempat tinggal, pendapatan, dukungan sosial dan jaringan social (Nawi dkk, 2010).


(13)

23 2.4.2 Alat UkurKualitas Hidup Lansia

Tahun 1991 WHO Bagian Kesehatan Jiwa memulai proyek organisasi kualitas kehidupan dunia (WHOQOL). Tujuan dari proyek ini untuk mengembangkan sebuah instrumen penilaian kualitas hidup yang dapat digunakani secara nasional dan secara antar budaya. Instrumen WHOQOL – BREF telah dikembangkan secara kolaborasi dalam sejumlah pusat dunia dan telah dilakukan uji validitas dan reabilitas.

WHO (World Health Organization) telah mengembangkan suatu instrumen untuk mengukur kualitas hidup yaitu WHOQOL-BREF (WHO Quality of Life-WHOQOL-BREF). simetris dan hasil penelitian adalah distribusi ke-26 pertanyaan dari WHOQOL-BREF yang menunjukkan bahwa instrumen WHOQOL-BREF tersebut valid dan reliable untuk digunakan dalam mengukur kualitas hidup pada lansia. Keunggulan dan pendukung premis merupakan kemampuan cross-cultural dari instrumen WHOQOL-BREF yang menyatakan bahwa instrumen dapat digunakan sebagai alat screening. WHOQOL-BREF merupakan instrumen yang valid dan reliable yang dapt digunakan baik pada populasi dengan penyakit tertentu maupun populasi lansia. Instrumen banyak digunakan di negara industri ataupun berkembang pada populasi yang menderita penyakit hati dan paru-paru kronik sebagai alat screening (Salim dkk, 2007 dalam Supraba, 2015).


(14)

24 Instrumen WHOQOL-BREF merupakan instrumen yang sesuai digunakan untuk mengukur kualitas hidup lansia dari segi kesehatan dengan jumlah responden yang sedikit atau kecil, mudah untuk digunakan, dan mendekati distribusi normal (Hwang dkk, 2003 dalam Supraba, 2015).

2.5 Kerangka Konseptual

kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu tingkat pengetahuan keluarga. Kualitas hidup lansia dapat meningkat apabila pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia baik. Dalam penelitian ini variabel dependen yaitu kualitas hidup lansia dan variabel independen yaitu tingkat pengetahuan keluarga.

Variabel Independen Variabel Dependen

2.6 Hipotesis

Menurut Bungin (2010), ada beberapa pembagian hipotesis yang mudah dimengerti dan dipakai pada berbagai penelitian, yaitu Ho(hipotesis nol), Ha (hipotesis alternatif) dan Hk (hipotesis kerja). Hipotesis nol juga sering disebut dengan hipotesis statistik yaitu statistik yang diuji dengan statistik. Hipotesis ini mempunyai bentuk dasar atau memiliki statement yang menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y yang akan diteliti, atau


(15)

25 variabel independen (X) mempengaruhi variabel dependen (Y). Hipotesis alternatif merupakan lawan dari hipotesis nol. Hipotesis alternatif dapat langsung dirumuskan apabila ternyata pada suatu penelitian, hipotesis nol ditolak. Hipotesis ini menyatakan ada hubungan, yang berarti ada signifikan hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Dimaksud dengan Hk (hipotesis kerja) adalah hipotesis spesifik berdasarkan masalah-masalah khusus yang akan diuji. Hipotesis Hk ini digunakan untuk mempertegas hipotesis Ho atau Ha dalam statement yang spesifik pada parameter (indikator) tertentu dari variabel yang dihipotesiskan.

Dalam penelitian ini, hipotesis yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

H0: tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia.

Ha: terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia.


(1)

20 f. Evaluasi (Evaluation) kemampua untuk melakukan

penilaian terhadap sebuah materi atau objek

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan suatu kepribadian serta kemampuan di luar maupun di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup.

2. Media masa / sumber informasi

Sarana komunikasi, yang berupa bentuk media massa seperti surat kabar, televisi, internet, radio, majalah, dan lain sebagainya yang berpengaruh terhadap pembentukan kepercayaan dan opini orang.

3. Ekonomi dan sosial budaya

Kebiasan dan tradisi dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui suatu penalaran apakah yang dilakukan itu baik atau buruk.

4. Lingkungan

Segala sesuatu yang ada disekitar, baik lingkungan fisik, sosial, maupun biologis.


(2)

21 5. Pengalaman

Sebuah cara untuk menapatkan kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang didapat untuk memecahkan.

2.3.3 Sumber Pengetahuan

Beberapa sumber pengetahuan, diantaranya adalah (Notoatmodjo, 2007):

a) Intuisi, aitu bersumber dari kemampuan atau daya untuk memahami atau mengetahui tanpa dipelajari terlebih dahulu

b) Rasional, pengetahuan yang berasal dari akal adalah sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar mengajar, diskusi ilmiah, pengkajian buku dan pengajaran seorang guru atau sekolah

c) Wahyu, sebagai manusia yang beragama meyakini bahwa wahyu merupakan sumber ilmu, karena diyakini bawasannya wahyu merupakan buatan Tuhan Yang Maha Esa bukanlah buatan manusia.

2.4 Kualitas Hidup Lansia

2.4.1 Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup lansia bisa diartikan sebagai kondisi fungional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka menikmati masa tuanya dengan penuh


(3)

22 makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas. Kesempatan yang diberikan pada lansia akan memiliki fungsi memelihara dan mengembangkan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh lansia (Depsos, 2003).

Aktivitas fisik yang dilakukan untuk meningkatkan kebugaran dan menjaga kemampuan psikis lansia. Aktifitas kognitif misalnya membaca, berdiskusi, mengajar, yang bermanfaati untuk mempertahankan fungsi kognitifnya sebsb otak yang sering dilatih dan dirangsang maka akan berfungsi dengan baik. Aktifitas spiritual dan sosial akan memberikan nilai tertinggi bagi lansia untuk menemukan kebermaknaan dan hargadirinya, dengan melakukan ibadah sehari-hari lansia akan menjadi lebih tenang. Dengan aktifitas sosial seperti, tergabung dalam paguyuban lansia akan menjadi ajang bagi mereka untuk saling berdiskusi dan bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling memberikan perhatian, kegiatan ini akan sangat membantu lansia untuk mencapai kulitas hidup yang maksimal (Depsos, 2007 dalam Sutikno, 2011).

Kualitas hidup lansia merupakan suatu komponen yang kompleks, kepuasan dalam kehidupan,mencakup usia harapan hidup, kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik, kondisi tempat tinggal, pendapatan, dukungan sosial dan jaringan social (Nawi dkk, 2010).


(4)

23 2.4.2 Alat UkurKualitas Hidup Lansia

Tahun 1991 WHO Bagian Kesehatan Jiwa memulai proyek organisasi kualitas kehidupan dunia (WHOQOL). Tujuan dari proyek ini untuk mengembangkan sebuah instrumen penilaian kualitas hidup yang dapat digunakani secara nasional dan secara antar budaya. Instrumen WHOQOL – BREF telah dikembangkan secara kolaborasi dalam sejumlah pusat dunia dan telah dilakukan uji validitas dan reabilitas.

WHO (World Health Organization) telah mengembangkan suatu instrumen untuk mengukur kualitas hidup yaitu WHOQOL-BREF (WHO Quality of Life-WHOQOL-BREF). simetris dan hasil penelitian adalah distribusi ke-26 pertanyaan dari WHOQOL-BREF yang menunjukkan bahwa instrumen WHOQOL-BREF tersebut valid dan reliable untuk digunakan dalam mengukur kualitas hidup pada lansia. Keunggulan dan pendukung premis merupakan kemampuan cross-cultural dari instrumen WHOQOL-BREF yang menyatakan bahwa instrumen dapat digunakan sebagai alat screening. WHOQOL-BREF merupakan instrumen yang valid dan reliable yang dapt digunakan baik pada populasi dengan penyakit tertentu maupun populasi lansia. Instrumen banyak digunakan di negara industri ataupun berkembang pada populasi yang menderita penyakit hati dan paru-paru kronik sebagai alat screening (Salim dkk, 2007 dalam Supraba, 2015).


(5)

24 Instrumen WHOQOL-BREF merupakan instrumen yang sesuai digunakan untuk mengukur kualitas hidup lansia dari segi kesehatan dengan jumlah responden yang sedikit atau kecil, mudah untuk digunakan, dan mendekati distribusi normal (Hwang dkk, 2003 dalam Supraba, 2015).

2.5 Kerangka Konseptual

kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu tingkat pengetahuan keluarga. Kualitas hidup lansia dapat meningkat apabila pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia baik. Dalam penelitian ini variabel dependen yaitu kualitas hidup lansia dan variabel independen yaitu tingkat pengetahuan keluarga.

Variabel Independen Variabel Dependen

2.6 Hipotesis

Menurut Bungin (2010), ada beberapa pembagian hipotesis yang mudah dimengerti dan dipakai pada berbagai penelitian, yaitu Ho(hipotesis nol), Ha (hipotesis alternatif) dan Hk (hipotesis kerja). Hipotesis nol juga sering disebut dengan hipotesis statistik yaitu statistik yang diuji dengan statistik. Hipotesis ini mempunyai bentuk dasar atau memiliki statement yang menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y yang akan diteliti, atau


(6)

25 variabel independen (X) mempengaruhi variabel dependen (Y). Hipotesis alternatif merupakan lawan dari hipotesis nol. Hipotesis alternatif dapat langsung dirumuskan apabila ternyata pada suatu penelitian, hipotesis nol ditolak. Hipotesis ini menyatakan ada hubungan, yang berarti ada signifikan hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Dimaksud dengan Hk (hipotesis kerja) adalah hipotesis spesifik berdasarkan masalah-masalah khusus yang akan diuji. Hipotesis Hk ini digunakan untuk mempertegas hipotesis Ho atau Ha dalam statement yang spesifik pada parameter (indikator) tertentu dari variabel yang dihipotesiskan.

Dalam penelitian ini, hipotesis yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

H0: tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia.

Ha: terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012019 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012019 BAB IV

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012019 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Pola Konsumsi Pangan Lansia dengan Hipertensi di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462011036 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Pola Konsumsi Pangan Lansia dengan Hipertensi di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462011036 BAB II

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Pola Konsumsi Pangan Lansia dengan Hipertensi di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462011036 BAB IV

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Pola Konsumsi Pangan Lansia dengan Hipertensi di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462011036 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fungsi Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono Dusun Weru Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 152010018 BAB II

0 0 9