Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012019 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Getasan, yang merupakan bagian dari kawasan perkotaan di Kecamatan Getasan. Desa ini terdapat 5 dusun, yaitu: Dusun Getasan, Ngelo, Gading, Pandanan dan Jampelan. Berikut adalah peta Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Gambar 4.1: Peta Desa Getasan

Sumber: getasanbersinar.wordpress.com (2016)

Keterangan:


(2)

Dusun Gading adalah salah satu Dusun yang berada di Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Dusun Gading merupakan satu-satunya dusun di Kelurahan Getasan yang memiliki Pos Pelayanan Terpadu untuk para lanjut usia (Posyandu lansia). Kegiatan Posyandu lansia tersebut rutin diadakan satu bulan sekali setiap tanggal 14, dan dihadiri oleh petugas kesehatan yaitu perawat dari puskesmas untuk memeriksa dan memantau kesehatan para lansia. Dari hasil wawancara singkat dan data posyandu lansia di Dusun Gading, hampir semua lansia mengikuti kegiatan Posyandu lansia (kurang lebih 85%).

Dari kegiatan Posyandu lansia, para lansia mendapatkan penyuluhan ataupun pendidikan kesehatan yang diperoleh dari petugas kesehatan Puskesmas Getasan. Penyuluhan yang diberikan kepada lansia tentang penyakit yang diderita oleh lansia, misalnya hipertensi, asam urat, diabetes. Data dari posyandu lansia di Dusun Gading, lansia yang mengalami masalah kesehatan hipertensi sebanyak 5 orang (16,67%). Penyuluhan yang diperoleh lansia dapat mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh lansia, serta dapat menambah pengetahuan mereka mengenai kesehatan.

Hasil wawancara singkat dengan salah satu lansia, menyatakan bahwa dengan mengikuti posyandu lansia mereka mendapatkan banyak pengetahuan dan informasi. Sakit yang


(3)

mereka derita tidak menjadi lebih parah, dan rutin mengkonsumsi obat apabila sedang menjalani pengobatan. Pengetahuan mereka tentang kesehatan dapat membuat lansia semakin menjaga kesehatan mereka. Mereka juga mengetahui bahwa, kondisi fisik mereka saat ini semakin tua semakin lemah sehingga membuat tubuh mudah lelah. Mereka mampu melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri, walaupun usia mereka sudah di atas 70 tahun. 4.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitan dilakukan di Dusun Gading, Kelurahan Getasan, Kecamatan Getasan pada tanggal 15 April 2016 – 5 Mei 2016. Selama 20 hari pengambilan data jumlah responden yang digunakan adalah 30 sampel lansia dan 30 sampel keluarga lansia. Waktu yang digunakan peneliti, kurang lebih 1 jam untuk pengisian kuesioner dan dilakukan wawancara singkat sebagai data sekunder untuk memperkuat data primer. Pada awal pertemuan penelitian, peneliti melakukan pendekatan dengan responden lansia dan keluarga lansia untuk membina hubungan saling percaya kemudian peneliti memberikan informed consent kepada responden.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa kendala dalam penelitian. Beberapa kendala penelitian yang ada meliputi, tidak semua responden lansia bisa memahami kuesioner. Terdapat 12 responden lansia tidak terbiasa dengan beberapa bahasa medis, misalnya vitalitas, seksual, sehingga peneliti menjelaskan bahasa


(4)

medis yang tidak dimengerti dan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden. Beberapa responden lansia (10 lansia) tidak bisa membaca, sehingga peneliti harus membacakan dan memberi penjelasan kepada responden dengan bahasa yang mudah dipahami oleh responden, sehingga responden dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik. Selain mendapati kendala, peneliti juga mendapatkan kemudahan yaitu, anggota keluarga yang sangat kooperatif dan mendampingi responden lansia. Peneliti dapat memperoleh informasi yang harus didapatkan dari anggota keluarga.

4.3 Hasil Penelitian

Peneliti ini mengunakan analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa univariat untuk mendeskripsikan gambaran karakteristik data. Analisa bivariat digunakan untuk melihat data variabel-variabel dalam penelitian. Analisa univariat menjelaskan variabel keluarga dan lansia yang terdiri dari: gambaran karakteristik keluarga lansia, distribusi tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia, gambaran karakteristik lansia, dan kualitas hidup lansia. Serta analisa bivariat yang menunjukkan hubungan antara dua variabel. Variabel dalam analisa bivariat: tingkat pengetahuan keluarga dengan pendidikan, kualitas hidup lansia dengan umur lansia, dan tingkat pengetahuan keluarga dengan kualitas hidup lansia.


(5)

4.3.1 Analisa Univariat

Pengetahuan dapat dilihat dari bagaimana keluarga mengetahui kualitas hidup lansia dan mendapatkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Berikut adalah distribudi dan gambaran karakteristik responden:

a. Karakteristik Keluarga Lansia

Karakteristik responden keluarga lansia di

kelompokkan dalam umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Kelompok tingkat pendidikan yang dikategorikan menjadi 4 yaitu SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Kelompok pekerjaan yang dikategorikan menjadi 5 yaitu tidak bekerja, buruh, tani, swasta, wiraswasta. Berikut adalah tabel distribusi karakteristik responden keluarga lansia.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik RespondenKeluarga Lansia

Karakteristik

Responden Jumlah (n) (%)

1 Kelompok umur

20-35 tahun 18 60%

36-45 tahun 12 40%

Total 30 100%

2 Jenis kelamin

Perempuan 17 56,67%

Laki-laki 13 43,33%


(6)

3 Pendidikan kelurga

Tidak Sekolah 0 0%

SD 6 20%

SMP 14 47%

SMA 6 20%

Perguruan Tinggi 4 13%

Total 30 100%

4 Pekerjaan keluarga

Tidak bekerja 0 0%

Tani 6 20%

Buruh 14 47%

Wiraswasta 4 13%

Swasta 6 20%

Total 30 100%

Sumber: Data Olahan Pribadi (2016)

Jika dilihat dari perspektif umur, 60% responden berumur 20-35 tahun, pada umur ini responden masih tinggal bersama dengan orang tua atau lansia. Sehingga mereka lebih banyak berkumpul bersama dengan lansia dibandingkan dengan responden yang berumur 36-45 tahun. Pada umur 36-45 tahun responden sudah tinggal pisah dengan orang tua karena telah menikah.

Selain umur, karakteristik berdasarkan jenis kelamin

responden perempuan lebih banyak 56,67% bila

dibandingkan dengan responden laki-laki. Keluarga laki-laki lebih banyak bekerja di luar rumah, karena mayoritas pekerjaan mereka sebagai buruh (47%). Meskipun sibuk


(7)

bekerja mereka juga memberikan waktu untuk bersama dengan lansia.

Peneliti tidak hanya menggambarkan jenis kelamin dan pekerjaan, jika tinjau berdasarkan karakteristik

pendidikan keluarga lansia kebanyakan responden

berpendidikan SMP (47%).Data karakteristik responden keluarga lansia ini digunakan untuk melihat karakteristik yang terkait dengan pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia.

b. Distribusi Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Kualitas Hidup Lansia

Distribusi tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia digunakan untuk melihat tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia.

Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Keluarga

Tingkat pengetahuan keluarga Jumlah (n) (%)

Kurang baik 0 0%

Cukup baik 9 30%

Baik 21 70%

Total 30 100%

Sumber: Data Olahan Pribadi (2016)

Berdasarkan data di atas, tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia 70% baik. Berdasarkan hasil wawancara singkat keluarga banyak mendapatkan informasi tentang kualitas hidup lansia dari


(8)

tenaga kesehatan (petugas Puskesmas Getasan). Pengetahuan dan informasi juga dapat diperoleh dari media masa seperti koran, majalah, dan mengakses internet. c. Karakteristik Lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan

Responden yang menjadi fokus peneliti selain keluarga adalah lansia itu sendiri. Distribusi karakteristik responden lansia dibagi menjadi 4 yaitu, kelompok umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Kelompok umur yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu umur 60-70 tahun dan umur di atas 70 tahun. Pendidikan yang dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu tidak tamat SD, SMP dan SMA.

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Lansia

Karakteristik Responden Jumlah (n) (%)

1 Kelompok umur

60-70 tahun 19 63.33%

>70 tahun 11 36.67%

Total 30 100%

2 Jenis kelamin

Perempuan 19 63.33%

Laki-laki 11 36.67%

Total 30 100%

3 Pendidikan

Tidak tamat SD 16 53,33%

SD 12 40%

SMP 2 6,67%


(9)

4 Pekerjaan Tani

23 76,67%

Buruh 1 3,33%

Pedagang 3 10%

Pekerjaan lain (ibu rumah tangga, serabutan)

3 10%

Total 30 100%

Sumber: Data Olahan Pribadi (2016)

Distribusi karakteristik responden lansia mayoritas berumur 60-70 tahun (63,33%), lansia baru memasuki usia lanjut, sehingga lebih banyak responden yang berusia 60-70 tahun. Jika dilihat dari jenis kelamin lebih banyak lansia perempuan (63.33%) dibandingkan dengan lansia laki-laki. Dari data posyandu lansia juga menunjukkan bahwa, jumlah lansia lebih banyak lansia perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Karakteristik selanjutnya adalah tingkat pendidikan lansia di Dusun Gading kebanyakan tidak tamat SD (53,33%) dan beberapa di antara mereka tidak bisa membaca dan menulis. Responden memberikan informasi kepada peneliti saat dilakukan wawancara singkat bahwa, kurang lebih pada tahun 1950 mereka tidak mampu untuk bersekolah. Berbagai faktor yang menghambat diantaranya, keterbatasan biaya, harus mengurus saudara karena ditinggal bekerja oleh orang tua. Para lansia menjadi


(10)

berhenti untuk sekolah. Selain tingkat pendidikan yang rendah, mayoritas lansia bekerja sebagai petani. Pekerjaan sebagai petani sudah dilakukan sejak mereka masih muda. Pekerjaan sebagai petani merupakan salah satu pekerjaan yang berat, karena harus menggunakan tenaga dan energi yang lebih, sehingga terkadang memuat kondisi fisik semakin melemah. Ditambah dengan usia mereka yang semakin tua. Data karakteristik responden lansia ini digunakan untuk melihat karakter responden, terkait dengan kualitas hidup lansia.

d. Distribusi Kualitas Hidup Lansia

Data distribusi kualitas hidup lansia digunakan untuk mengukur kualitas hidup lansia. Berikut adalah tabel kualitas hidup lansia:

Tabel 4.4 Kualitas Hidup Lansia

Kualitas hidup lansia Jumlah (n) (%)

Kurang baik 4 13,33%

Baik 26 86,67%

Total 30 100%

Sumber: Data Olahan Pribadi (2016)

Berdasarkan data di atas, lansia di Dusun Gading memiliki kualitas hidup baik (86,67%). Berdasarkan indikator yang dinilai dari kuesioner menunjukkan bahwa, lansia masih melakukan aktivitas secara mandiri, selalu mengikuti kegiatan sosial dan keagamaan yang ada di lingkungan


(11)

lansia. Saat melakukan pengamatan dan wawancara singkat, kegiatan yang dilakukan lansia membuat lansia mampu bersosialisasi dengan baik dan memiliki pemikiran-pemikiran yang positif dengan bersosialisasi, sehingga lansia merasa hidupnya berarti. Tidak hanya kondisi fisik yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia namun kondisi psikis yang dapat membuat lansia memiliki kualitas hidup yang baik.

4.3.2 Analisa Bivariat

Setelah seluruh data-data terkumpul, peneliti melakukan

pengolahan data dengan menggunakan chi-square dengan

bantuan program software SPSS 16. Analisa bivariat tidak hanya melihat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia saja. Namun peneliti juga ingin melihat apakah variabel pendidikan dan umur menjadi faktor pengganggu dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dari hasil pengolahan data secara statistik diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Distribusi Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan

Pendidikan Keluarga

Distribusi tingkat pengetahuan keluarga dengan pendidikan keluarga, dapat digunakan untuk menguji apakah pendidikan keluarga menjadi faktor pengganggu dari


(12)

penelitian tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia.

Tabel 4.5 Analisa Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Pendidikan Keluarga

Pendidikan Keluarga

Tingkat Pengetahuan Keluarga

P value

Kurang Baik Total

0,407

n % n % n %

SD 2 6,67 4 13,33 6 20

SMP 4 13,33 10 33,33 14 46,67

SMA 3 10 3 10 6 20

Perguruan

tinggi 0 0 4 13,33 4 13,33

Total 9 30 21 70 30 100

R2 0,110

Sumber: Data Olahan Pribadi (2016)

Tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia 70% baik, dan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan pendidikan keluarga. Hasil ini didukung dengan hasil uji chi-square yang menunjukkan bahwa (p value = 0,407). Tingkat pendidikan keluarga tidak menjadi faktor pengganggu ketika peneliti ingin menilai tingkat pengetahuan keluarga. Sehingga peneliti menjadi lebih fokus untuk melakukan pengujian tingkat pengetahuan keluarga dengan kualitas hidup lansia. Namun, sebelumnya peneliti juga melakukan pengujian antara umur dengan kualitas hidup lansia.


(13)

b. Distribusi Kualitas Hidup Lansia Dengan Umur Lansia

Distribusi kualitas hidup lansia dengan umur lansia, dapat dipakai untuk menguji apakah umur menjadi faktor pengganggu dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu tentang pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia.

Tabel 4.6 Analisa Kualitas Hidup Lansia Dengan Umur Lansia

Umur Lansia

Kualitas hidup lansia

p value

Kurang Baik Total

0,552

n % n % n %

60-70 tahun 1 3,33 18 60 19 63,33

<70 tahun 1 3,33 10 33,33 11 36,67

Total 2 6,66 28 93,33 30 100

R2 0,109

Sumber: Data OlahanPribadi (2016)

Hasil uji chi-square (p value = 0,552) menunjukkan bahwa tidak tedapat hubungan antara kualitas hidup lansia dengan umur lansia. Lansia yang berumur 60-70 tahun memiliki kualitas hidup lebih baik (63,33%) dibandingkan dengan yang berumur d iatas 70 tahun. Kualiatas hidup lansia berdasarkan umur 93,33% memiliki kualitas hidup yang baik. Variabel umur lansia tidak menjadi faktor penggangu dalam penilaian kualitas hidup lansia.

c. Distribusi Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia


(14)

Dari distribusi tingkat pengetahuan keluarga dengan pendidikan keluarga dan distribusi kualitas hidup lansia dengan umur lansia, maka peneliti melakukan uji untuk melihat distribusi tingkat pengetahuan keluarga dengan kualitas hidup lansia. Distribusi ini digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia.

Tabel 4.7 Analisa Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia

Tingkat Pengetahuan

Keluarga

Kualitas Hidup Lansia P

value

Kurang Baik Total

0,001

n % n % n %

Kurang baik 4 13,33 5 16,67 9 30

Baik 0 0 21 70 21 70

Total 4 13,33 26 86,67 30 100

R2 0,599

Sumber: Data Olahan Pribadi (2016)

Tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia di Dusun Gading, Kelurahan Getasan, Kecamatan Getasan (p value = 0,001)

terdapat hubungan antara dari hasil uji chi-square

menunjukkan. Pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia baik dan lansia yang memiliki kualitas hidup lansia baik 70%. Sedangkan lansia yang memiliki kualitas hidup lansia baik namun pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia masih kurang baik 16,67%. Berdasarkan


(15)

korelasi R2 0,599 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sedang. Tingkat pengetahuan keluarga dengan kualitas hidup lansia memiliki hubungan, karena jika tingkat pengetahuan baik membuat lansia memiliki kualitas hidup yang semakin baik pula. Kualitas hidup lansia akan baik bila keluarga juga mendukung lansia untuk melakukan aktivitas untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik. 4.4 Pembahasan

Di Dusun Gading, tingkat kemandirian lansia masih cukup tinggi, mereka mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dari mandi, berpakaian, makan, bahkan mereka masih

melakukan pekerjaan mereka sebagai petani, pedagang.

Kehidupan sosial lansia cenderung masih baik, karena mereka masih mengikuti setiap kegiatan yang diadakan di lingkungan sekitar lansia, misalnya gotong royong, kegiatan posyandu lansia, dan kegiatan keagamaan.

Kegiatan yang dilakukan oleh lansia pun didukung oleh keluarga lansia itu sendiri. Keluarga juga selalu merawat,

memperhatikan kesehatan lansia. Lansia menjadi lebih

bersemangat untuk melakukan aktivitas dan kegiatan secara mandiri. Keluaga dan lansia saling mendukung satu sama lain. Oleh karena itu, peneliti melihat karakteristik keluarga dan karakteristik


(16)

lansia untuk menilai tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia.

4.4.1 Karakteristik Keluarga

Seperti hasil yang didapat oleh peneliti bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia. Saat peneliti melakukan pengamatan dan wawancara singkat, peneliti menemukan bahwa setinggi apapun tingkat pendidikan seseorang bila tidak memanfaatkan informasi, dan pengetahuan yang didapat akan menjadi sia-sia dan tidak berguna. Apabila seorang yang berpendidikan rendah sekalipun, namun ia mengikuti kegian untuk meningkatkan pengetahuannya dan memanfaatkan pengetahuan yang ia dapat, maka pengetahuan yang di peroleh dapat berguan.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007), menentukan mudah atau tidaknya seseorang dalam memahami dan menyerap pengetahuan yang mereka peroleh dari tingkat pendidikanturut pula, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya. Hal ini tidak berpengaruh kepada seseorang apabila ia mampu menggunakan pengetahuan yang ia peroleh dengan baik dan benar. Hasil penelitian yang dilakukan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber sehingga pengetahuan tidak berhubungan dengan pendidikan.


(17)

Oleh karena itu, pengetahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan kualitas hidup lansia bisa diketahui tanpa pendidikan formal. Pendidikan formal tidak lagi menjadi faktor yang utama terkait pengetahuan tentang kualitas hidup lansia (Supraba, 2015). Hasil penelitan yang dilakukan peneliti didukung oleh beberapa penelitian. Sebuah penelitian yang dilakukan Fitri (2014) di Jeneponto menunjukkan hasil yang sama bahwa tingkat pendidikan dengan kualitas hidup lansia tidak berhubungan secara signifikan. Begitu pula penelitian yang dilakukan Supraba (2015)

menunjukkan antara tingkat pendidikan dengan tingkat

pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia tidak ada hubungan. Sehingga latar belakang pendidikan tidak berpengaruh terhadap pengetahuan mereka.

Selain tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia, hasil uji tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia 70% baik, dan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan pendidikan keluarga. Keluarga mendapatkan informasi kesehatan dan informasi tentang kualitas hidup lansia dari berbagai sumber. Pada saat ini informasi dapat diperoleh dengan mudah. Pengetahuan dan informasi dapat diperoleh dari media masa seperti koran, majalah, mengakses internet, dan dari tenaga kesehatan. Pada dasarnya tingkat pengetahuan yang dimiliki merupakan modal awal keluarga


(18)

untuk memahami pengetahuan tentang kualitas hidup lansia. Pengetahuan dapat diperoleh dari hasil pengamatan dan observasi, yang bisa didapat melalui pengamatan indrawi secara rasional (Meliano, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia kurang (13,33%). Sedangkan kualitas hidup lansia baik dengan tingkat pengetahuan keluarga kurang (16,67%). Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan kelurga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (2007) yang menyebutkan bahwa fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia tidak berhubungan secara signifikan dikarenakan para lansia masih mempunyai pekerjaan sendiri dan memiliki aktivitas yang menyenangkan dengan kelompoknya meskipun mereka tidak tinggal bersama anaknya tetapi mereka tidak merasa kesepian. Tidak hanya perbedaan, namun juga terdapat beberapa persamaan dengan para lansia di Dusun Gading yang memiliki kemandirian dalam melakukan aktivitas bahkan mereka masih aktif untuk melakukan kegiatan sehari-hari, tidak jarang dari mereka juga dipercaya untuk merawat dan mengasuh cucu, mereka juga masih bekerja sebagai petani, pedagang. Lansia yang masih aktif dan dukungan dari anggota keluarga dapat membuat lansia memiliki kualitas hidup yang baik.


(19)

Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh Dewianti (2013), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia. Peneliti juga melihat bahwa keluarga melakukan interaksi, berkomunikasi, juga berdiskusi dengan lansia. Sehingga lansia mendapatkan kepercayaan dari anggota keluarga. Kepercayaan yang diperoleh seseorang dapat membuat seseorang percaya diri dan bertanggung jawab.

4.4.2 Karakteristik Lansia

Selain karakteristik keluarga, yang menjadi fokus peneliti adalah karakteristik lansia. Dilihat dari karakteristik lansia, hasil uji menunjukkan bahwa kualitas hidup lansia di Dusun Gading 70% baik. Lansia di Dusun Gading memiliki kualitas hidup yang baik meskipun memiliki umur yang mendekati bahkan umur mereka sudah 70 tahun keatas. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nawi dkk (2010), semakin tua seseorang, kondisi fisiknya semakin melemah, namun dengan melakukan berbagai kegiatan dapat membuat seseorang memiliki semangat dan pemikiran yang positif. Lansia kemungkinan besar memiliki kualitas hidup yang baik, karena lansia mengikuti kegiatan yang dapat mendukung lansia untuk memiliki kualitas hidup yang baik. Lansia di Dusun Gading juga aktif untuk melakukan kegiatan dan pekerjaan sehingga mereka juga memiliki kemandirian, sehingga membuat mereka memiliki kualitas hidup yang baik. Salah satu kegiatan


(20)

untuk mendukung kualitas hidup lansia adalah kegiatan Posyandu lansia, dengan kegiatan ini lansia meperoleh pengetahuan lansia tentang kualitas hidup lansia, lansia juga memperoleh berbagai informasi kesehatan.

Kegiatan posyandu lansia membuat mereka dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup mereka. Mereka mendapatkan penyuluhan dan pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan dari puskesmas bagaimana menjaga serta meningkatkan kesehatan lansia. Lansia Juga menjalin hubungan dengan lansia yang lain dengan baik. Mereka saling berbagi pengalaman dan saling mendukung antara satu dengan yang lain. Lansia memiliki kemampuan bersosialisai yang baik.

Keluarga juga mendukung lansia untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Keluarga menciptakan suasana nyaman dan senang di rumah. Hal ini membuat lansia merasa nyaman dan aman. Meskipun terkadang lansia juga memiliki kecemasan, perasaan yang negatif. Keluaga membagi serta membahas masalah bersama dengan lansia. Sehingga membuat lansia menjadi lebih baik dan kecemasan yang dialami bisa berkurang. 4.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Kualitas

Hidup Lansia

Hasil peneliti menunjukkan bahwa antara tingkat


(21)

hubungan. Keluarga dan lansia saling mendukung, berkomunikasi, berinteraksi dengan baik. Keluarga memberikan kepercayaan pada lansia, sehingga lansia merasa dihargai. Lansia mampu memiliki kualitas hidup yang baik dengan dukungan yang didapat dari keluarga.

Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan korelasi dari kedua variabel bahwa, keluarga mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kesehatan lansia yang nantinya akan berhubungan dengan kualitas hidup lansia. Apabila keluarga bahagia akan berpengaruh pada perkembangan emosi para anggotanya. Kondisi emosi lansia pada umumnya sangat labil, terutama jika terjadi perubahan pola kehidupan.

4.6 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kejelasan korelasi hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Namun peneliti menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan, antara lain: penelitian yang dilakukan menggunakan instrumen kuesioner dan

hanya melakukan wawancara singkat, sehingga peneliti


(1)

lansia untuk menilai tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia.

4.4.1 Karakteristik Keluarga

Seperti hasil yang didapat oleh peneliti bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia. Saat peneliti melakukan pengamatan dan wawancara singkat, peneliti menemukan bahwa setinggi apapun tingkat pendidikan seseorang bila tidak memanfaatkan informasi, dan pengetahuan yang didapat akan menjadi sia-sia dan tidak berguna. Apabila seorang yang berpendidikan rendah sekalipun, namun ia mengikuti kegian untuk meningkatkan pengetahuannya dan memanfaatkan pengetahuan yang ia dapat, maka pengetahuan yang di peroleh dapat berguan.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007), menentukan mudah atau tidaknya seseorang dalam memahami dan menyerap pengetahuan yang mereka peroleh dari tingkat pendidikanturut pula, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya. Hal ini tidak berpengaruh kepada seseorang apabila ia mampu menggunakan pengetahuan yang ia peroleh dengan baik dan benar. Hasil penelitian yang dilakukan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber sehingga pengetahuan tidak berhubungan dengan pendidikan.


(2)

Oleh karena itu, pengetahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan kualitas hidup lansia bisa diketahui tanpa pendidikan formal. Pendidikan formal tidak lagi menjadi faktor yang utama terkait pengetahuan tentang kualitas hidup lansia (Supraba, 2015). Hasil penelitan yang dilakukan peneliti didukung oleh beberapa penelitian. Sebuah penelitian yang dilakukan Fitri (2014) di Jeneponto menunjukkan hasil yang sama bahwa tingkat pendidikan dengan kualitas hidup lansia tidak berhubungan secara signifikan. Begitu pula penelitian yang dilakukan Supraba (2015) menunjukkan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia tidak ada hubungan. Sehingga latar belakang pendidikan tidak berpengaruh terhadap pengetahuan mereka.

Selain tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia, hasil uji tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia 70% baik, dan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan pendidikan keluarga. Keluarga mendapatkan informasi kesehatan dan informasi tentang kualitas hidup lansia dari berbagai sumber. Pada saat ini informasi dapat diperoleh dengan mudah. Pengetahuan dan informasi dapat diperoleh dari media masa seperti koran, majalah, mengakses internet, dan dari tenaga kesehatan. Pada dasarnya tingkat pengetahuan yang dimiliki merupakan modal awal keluarga


(3)

untuk memahami pengetahuan tentang kualitas hidup lansia. Pengetahuan dapat diperoleh dari hasil pengamatan dan observasi, yang bisa didapat melalui pengamatan indrawi secara rasional (Meliano, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia kurang (13,33%). Sedangkan kualitas hidup lansia baik dengan tingkat pengetahuan keluarga kurang (16,67%). Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan kelurga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (2007) yang menyebutkan bahwa fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia tidak berhubungan secara signifikan dikarenakan para lansia masih mempunyai pekerjaan sendiri dan memiliki aktivitas yang menyenangkan dengan kelompoknya meskipun mereka tidak tinggal bersama anaknya tetapi mereka tidak merasa kesepian. Tidak hanya perbedaan, namun juga terdapat beberapa persamaan dengan para lansia di Dusun Gading yang memiliki kemandirian dalam melakukan aktivitas bahkan mereka masih aktif untuk melakukan kegiatan sehari-hari, tidak jarang dari mereka juga dipercaya untuk merawat dan mengasuh cucu, mereka juga masih bekerja sebagai petani, pedagang. Lansia yang masih aktif dan dukungan dari anggota keluarga dapat membuat lansia memiliki kualitas hidup yang baik.


(4)

Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh Dewianti (2013), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia. Peneliti juga melihat bahwa keluarga melakukan interaksi, berkomunikasi, juga berdiskusi dengan lansia. Sehingga lansia mendapatkan kepercayaan dari anggota keluarga. Kepercayaan yang diperoleh seseorang dapat membuat seseorang percaya diri dan bertanggung jawab.

4.4.2 Karakteristik Lansia

Selain karakteristik keluarga, yang menjadi fokus peneliti adalah karakteristik lansia. Dilihat dari karakteristik lansia, hasil uji menunjukkan bahwa kualitas hidup lansia di Dusun Gading 70% baik. Lansia di Dusun Gading memiliki kualitas hidup yang baik meskipun memiliki umur yang mendekati bahkan umur mereka sudah 70 tahun keatas. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nawi dkk (2010), semakin tua seseorang, kondisi fisiknya semakin melemah, namun dengan melakukan berbagai kegiatan dapat membuat seseorang memiliki semangat dan pemikiran yang positif. Lansia kemungkinan besar memiliki kualitas hidup yang baik, karena lansia mengikuti kegiatan yang dapat mendukung lansia untuk memiliki kualitas hidup yang baik. Lansia di Dusun Gading juga aktif untuk melakukan kegiatan dan pekerjaan sehingga mereka juga memiliki kemandirian, sehingga membuat mereka memiliki kualitas hidup yang baik. Salah satu kegiatan


(5)

untuk mendukung kualitas hidup lansia adalah kegiatan Posyandu lansia, dengan kegiatan ini lansia meperoleh pengetahuan lansia tentang kualitas hidup lansia, lansia juga memperoleh berbagai informasi kesehatan.

Kegiatan posyandu lansia membuat mereka dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup mereka. Mereka mendapatkan penyuluhan dan pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan dari puskesmas bagaimana menjaga serta meningkatkan kesehatan lansia. Lansia Juga menjalin hubungan dengan lansia yang lain dengan baik. Mereka saling berbagi pengalaman dan saling mendukung antara satu dengan yang lain. Lansia memiliki kemampuan bersosialisai yang baik.

Keluarga juga mendukung lansia untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Keluarga menciptakan suasana nyaman dan senang di rumah. Hal ini membuat lansia merasa nyaman dan aman. Meskipun terkadang lansia juga memiliki kecemasan, perasaan yang negatif. Keluaga membagi serta membahas masalah bersama dengan lansia. Sehingga membuat lansia menjadi lebih baik dan kecemasan yang dialami bisa berkurang. 4.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Kualitas

Hidup Lansia

Hasil peneliti menunjukkan bahwa antara tingkat pengetahuan keluarga dengan kualitas hidup lansia terdapat


(6)

hubungan. Keluarga dan lansia saling mendukung, berkomunikasi, berinteraksi dengan baik. Keluarga memberikan kepercayaan pada lansia, sehingga lansia merasa dihargai. Lansia mampu memiliki kualitas hidup yang baik dengan dukungan yang didapat dari keluarga.

Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan korelasi dari kedua variabel bahwa, keluarga mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kesehatan lansia yang nantinya akan berhubungan dengan kualitas hidup lansia. Apabila keluarga bahagia akan berpengaruh pada perkembangan emosi para anggotanya. Kondisi emosi lansia pada umumnya sangat labil, terutama jika terjadi perubahan pola kehidupan.

4.6 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kejelasan korelasi hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Namun peneliti menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan, antara lain: penelitian yang dilakukan menggunakan instrumen kuesioner dan hanya melakukan wawancara singkat, sehingga peneliti mendapatkan informasi yang kurang mendalam.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012019 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012019 BAB II

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012019 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Pola Konsumsi Pangan Lansia dengan Hipertensi di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462011036 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Pola Konsumsi Pangan Lansia dengan Hipertensi di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462011036 BAB II

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Pola Konsumsi Pangan Lansia dengan Hipertensi di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462011036 BAB IV

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Pola Konsumsi Pangan Lansia dengan Hipertensi di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462011036 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fungsi Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono Dusun Weru Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 152010018 BAB IV

0 4 67