Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanaman Nilai Pendidikan yang Terdapat pada Tradisi Merti Dusun bagi Masyarakat Dusun Karang Padang T1 152012002 BAB IV

(1)

BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dusun Karang Padang

1. Kondisi Geografis

Secara geografis Dusun Karang Padang, terletak di Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Dusun Karang Padang terletak di Gunung Gajah yaitu di kaki Gunung Merbabu yang berada pada ketinggian 250 mdpl dengan tanah yang subur. Dusun ini berbatasan dengan 4 dusun yaitu, sebelah utara berbatasan dengan Dusun Gentan Kelurahan Kebumen, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Kalipacet, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Ngaglik dan sebelah barat berbatasan dengan Dusun Kayuwangi. Luas seluruh lahan di Dusun Karang Padang adalah 14,0252 ha yang terdiri dari lahan tegalan: 70,332 ha, lahan persawahan: 34,229 ha dan lahan pemukiman (rumah): 35,691 ha (Monografi Dusun Karang Padang, Kecamatan Banyubiru, 2016).

2. Penduduk

Berikut ini jumlah penduduk dusun menurut usia, pendidikan, dan mata pencaharian:

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Usia

No. Kelompok Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 010 12 14 26

2. 11 - 20 16 19 35

3. 21 - 30 29 25 54

4. 31 - 40 11 12 23

5. 41 - 50 23 29 52

6. 51 - 60 15 13 28

7. 61 > 12 16 28

Jumlah 118 128 246

(Monografi Dusun Karang Padang, Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru. 2016.) Jumlah penduduk Dusun Karang Padang termasuk rendah karena jumlah penduduk laki-laki adalah 118 jiwa dan perempuan 128 jiwa jadi jumlah keseluruhan adalah 246 jiwa yang tersebar di 2 RT.


(2)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

No. Jenis Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Tidak sekolah - -

-2. Belum Tamat SD 23 27 50

3. Tidak Tamat SD 3 6 10

4. Tamat SD 47 53 100

5. Tamat SMP 19 22 41

6. Tamat SMA 21 20 41

7. Tamat Akademi/Diploma 2 1 3

8. Sarjana keatas - 2 2

Jumlah 115 128 246

(Monografi Dusun Karang Padang, Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru. 2016.) Sementara itu jumlah penduduk Dusun Karang Padang menurut pendidikan adalah laki-laki berjumlah 115 jiwa sedangkan perempuan berjumlah 128 jiwa

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No. Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. PNS 1 - 1

2. TNI 2 - 2

3. Pensiunan 1 1 2

4. Pengusaha 3 1 4

5. Buruh Bangunan 4 - 4

6. Buruh Industri 1 6 7

7. Petani 51 8 59

Jumlah 63 16 79

(Monografi Dusun Karang Padang, Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru. 2016.) Mata pencaharian penduduk umumnya adalah petani karena lahan persawahan dan lahan tegalan luas dan menjadi sandaran hidup bagi penduduk Dusun Karang Padang. Sisanya adalah pelajar yang masih aktif.

Sarana prasarana di Dusun Karang Padang tergolong minim dikarenakan untuk unit kesehatan dan pendidikan tidak ada dan harus keluar dari Dusun Karang Padang. Sedangkan sarana transportasi untuk mencapai Dusun Karang Padang harus ditempuh dengan naik ojek dari jalan raya Muncul dengan jarak 1,5 km dari Kali Glagah, 2 km dari Kali Parat dan 2,5


(3)

km dari Kebumen. Untuk masyarakat disini pada umumnya, menggunakan ojek motor sebagai alat transportasi andalan. Untuk sarana ibadah, olahraga, penginapan dan keamanan, Dusun Karang Padang hanya mempunyai 1 buah masjid, 1 buah lapangan voli, 1 buah villa, dan 1 buah pos kamling.

Masyarakat Dusun Karang Padang adalah masyarakat yang taat dengan agama. Mayoritas penduduk di Dusun Karang Padang adalah beragama Islam. Terdapat kegiatan keagaman seperti yasinan setiap minggu, puasa ramadhan, pengajian dan berbagai peringatan hari besar. Setiap bulannya masyarakat juga mengadakan kegiatan pertemuan seperti rapat ibu-ibu PKK, pertemuan RT untuk bapak-bapak, dan pertemuan Karang Taruna. Selain itu terdapat juga kegiatan tahunan yaitu tradisi merti dusun. B. Tradisi Merti Dusun di Dusun Karang Padang

Kegiatan bersih desa dilakukan oleh banyak desa di Jawa, dengan nama dan cara yang tidak selalu sama. Ada yang menyebutnya sedekah desa, karena di dalam acara tersebut diadakan sedekah massal. karena dalam kendurinya disajikan. Ada pula yang menyebut rasulan, dan selamatan rasulan (sega gurih dan lauk ingkung ayam). Ada lagi yang menyebut memetri desa, karena dalam kegiatannya dilakukan pembenahan dan pemeliharaan desa, baik mengenai semangat maupun acara kegiatannya. Dari sekian ragam istilah bersih desa, esensinya merupakan fenomena untuk mencari keselamatan hidup (Suwardi, 2006: 1).

Merti Dusun atau bisa disebut juga dengan bersih dusun adalah suatu kegiatan tahunan sebagai wujud syukur atas rezeki yang dilimpahkan Tuhan Yang Maha Esa berupa air yang melimpah dan tanah yang subur. Selain sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Upacara ini merupakan suatu bentuk terima kasih kepada roh nenek moyang karena telah menjaga dusun Karang Padang menjadi lebih tentram. Roh nenek moyang disebut dengan danyang.

Kedua hal itu merupakan dua hal yang bertolak belakang bagi orang Islam Jawa. Namun masyarakat tetap percaya, kedua hal ini adalah suatu hal yang harus dijalankan secara berdampingan mengingat tradisi ini telah


(4)

dipercaya apabila tidak dijalankan akan mendapatkan malapetaka (Wawancara Bapak Sigit Hendrawan, 1 April 2016). Masyarakat Dusun Karang Padang percaya bahwa merti dusun adalah suatu hal yang wajib dalam kegiatan tahunan karena bila tidak dilakukan akan dapat menyebabkan malapetaka. Rezekiseret ataupun gagal panen. Semua yang dilakukan seperti sia-sia karena tidak mendapatkan berkah. Selain untuk tujuan tersebut, merti dusun dilakukan sebagai wujud melestarikan budaya Jawa orang-orang terdahulu yang secara turun temurun diadakan.

Merti dusun Karang Padang dilakukan setiap bulan Dulkaidah tepatnya pada hari senin kliwon pada setiap tahunnya. Hal ini bertujuan untuk mendoakan Kyai dan Nyai Danyang yang telah berjasa karena telah membangun Dusun Karang Padang agar arwahnya diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Sebelum tahun 2000, tradisi merti dusun Karang Padang hanya dilakukan secara sederhana yaitu dengan melakukan peletakan sesaji yang hanya dilakukan oleh kepala dusun di tempat-tempat yang sakral. Setelah meletakkan sesaji yaitu melaksanakan slametan di rumah kepala dusun. Mulai 10 tahun terakhir ini, merti dusun dilakukan dengan ditambahkan hiburan agar Dusun Karang Padang terasa regeng (ramai). Selain itu acara merti dusun juga ditambah maleman atau begadang semalaman untuk peletakan sesaji sebelum hari dilaksanakannya slametan dan hiburan wayang. Merti dusun pada tahun 2016 ini dilaksanakan pada tangga 8 Agustus 2016, tepat pada hari senin kliwon bulan Dulkaidah.

C. Proses Kegiatan Merti Dusun

Merti dusun Karang Padang dilakukan pada bulan Dulkaidah pada hari senin kliwon setiap tahunnya. Kali ini merti dusun dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2016. Adapun proses kegiatan merti dusun yang dilakukan masyarakat Dusun Karang Padang ada 3 tahap yaitu sebagai berikut:


(5)

1. Persiapan a. Waktu

Merti dusun di Dusun Karang Padang dilaksanakan setiap satu tahun sekali yang jatuh pada hari senin kliwon pada bulan Dulkaidah. Pada tahun 2016, kegiatan ini dimulai pada hari minggu wage tanggal 7 Agustus 2016 sampai hari senin kliwon tanggal 8 Agustus 2016 untuk acara inti.

b. Tempat

Tempat diadakannya merti dusun adalah di rumah Bapak Kadus Sigit Hendrawan dan untuk pelaksanaan hiburan wayang kulit diadakan di lapangan voli Dusun Karang Padang yang tidak jauh dari rumah Bapak Kadus.

c. Pelaku Pelaksana Merti Dusun 1. Kepala Dusun

Bapak Sigit Hendrawan selaku kepala dusun Karang Padang menjadi penanggung jawab serta koordinator masyarakat untuk melakukan merti dusun dari tahap persiapan hingga penutupan. Selain itu kepala dusun bertugas mengurus perijinan kepada pemerintah desa dan kepolisian. Kepala dusun adalah orang yang tahu tentang seluk beluk keadaan dusun dan juga yang mengetahui bagaimana urutan merti dusun dilaksanakan.

2. Panitia Acara Merti Dusun

Panitia acara merti dusun biasanya dibagi atas ketua, bendahara, sekretaris, sie keamanan, sie konsumsi dan remaja Guyub Rukun sebagai pembantu pelaksanaan merti dusun yang mempunyai tugas masing-masing dengan bantuan Kepala Dusun.

3. Modin

Orang yang diberi tanggung jawab dalam acara slametan sebagai orang yang memimpin doa dalam upacara slametan dan peletakan sesaji.


(6)

4. Masyarakat Dusun Karang Padang

Masyarakat adalah pendukung utama dalam acara ini karena tanpa dukungan, kebersamaan, dan gotong royong penduduk Dusun Karang Padang acara merti dusun tidak akan berjalan sesuai tujuan.

d. Tahap-tahap Persiapan

Prosesi pelaksanaan merti dusun di Dusun Karang Padang diawali dengan persiapan yang matang yaitu 10 bulan sebelum dilaksanakannya kegiatan akan diadakan pertemuan. Hal ini selalu menjadi agenda setiap bulan untuk dimusyawarahkan bersama di dalam perkumpulan kepala keluarga Dusun Karang Padang di RT 01 dan RT 02 untuk mengumpulkan dana. Selain itu juga dibahas untuk disepakati hiburan apa yang akan ditampilkan dan juga kesepakatan tentang iuran kepada setiap kepala keluarga. Biasanya diberikan 2 pilihan hiburan yaitu hiburan kesenian wayang kulit atau kesenian reog. Atas kesepakatan bersama diputuskan bahwa untuk beban biaya yang ditentukan adalah Rp 100.000,- untuk setiap kepala keluarga dan hiburan yang akan dilaksanakan adalah kesenian wayang kulit. Dalam pengumpulan uang iuran tersebut agar tidak memberatkan maka setiap bulan akan ditarik uang sebesar Rp 10.000,-selama 10 bulan.

Pada tanggal 3 Agustus 2016, diadakan pertemuan panitia di rumah Bapak Kadus dengan para anggota Remaja Guyup Rukun untuk membentuk panitia koordinasi merti dusun. Pertemuan ini membahas tentang merti dusun yang diadakan di lapangan voli yang baru, bukan di tempat yang semula, yaitu di lapangan depan rumah Bapak Kadus. Jadi untuk tempat memasak tetap di rumah Bapak Kadus, hanya saja kegiatan hiburan Wayang Kulit diadakan di lapangan Voli yang baru.

2. Pelaksanaan a. Kerja Bakti

Hari minggu wage pagi tanggal 7 Agustus 2016, masyarakat Dusun Karang Padang sudah dikoordinasi untuk bergotong royong membersihkan jalanan dusun, membuat panggung hiburan wayang kulit, dan menyiapkan


(7)

lahan untuk parkir kendaraan bermotor. Umumnya hal ini dilakukan oleh kaum laki-laki sementara untuk kaum perempuan sudah dijadwal untuk memasak di rumah Bapak Kadus yaitu mulai dari pemotongan ayam jantan untuk sesaji, pembelian jajan pasar untuk sesaji, dan memasak untuk persiapan sesaji dan kegiatan hiburan wayang kulit.

b. Peletakan Sesaji

Sore hari, sekitar pukul 17.00 bapak-bapak dan remaja putra akan menyiapkan sesaji di rumah Bapak Kadus yang dipimpin oleh modin dan juga para sesepuh. Sekitar pukul 18.00 sampai dengan malam hari peletakan sesaji pun dilakukan di beberapa tempat sakral. Berikut ini tempat-tempat yang dipasangi sesaji adalah sebagai berikut:

1. Sebelah timur perbatasan dusun: Kali Gondang,

2. Sebelah selatan perbatasan dusun: Bak penampungan air di batas Dusun Karang Padang,

3. Sebelah barat perbatasan dusun: Pancuran Kali Kulon, 4. Sebelah utara perbatasan dusun: Tegal Gilang,

5. 2 perempatan jalan di RT 01 dan RT 02,

6. Batu prasasti hindu yaitu Watu Lumpang di tengah-tengah dusun. Peletakan sesaji pun tidak sembarangan dan harus hati-hati dalam setiap gerakan dan ucapan yang dilakukan karena danyang dapat merasuki seseorang. Hal ini dilakukan untuk menghormati danyang tersebut.

c. Slametan

Hari senin kliwon, tanggal 8 Agustus 2016 pukul 07:30, slametan diadakan di rumah Bapak Kadus. Pukul 07:00 Bapak Kadus membunyikan kentongan sebagai tanda berkumpul semua warga masyarakat Dusun Karang Padang untuk diadakan kenduri/slametan. Setiap satu kepala keluarga membawa berkat atau satu bakul nasi dengan lauk pauk.

Acara diawali dengan sambutan oleh Bapak Kepala Dusun, Sigit Hendrawan, selanjutnya diawali dengan sambutan ketua panitia merti dusun yaitu Bapak Sujono. Setelah sambutan oleh keduanya acara diisi oleh tahlil oleh Pak Tarsono sebagai modin. Tujuan dari melaksanakan slametan adalah


(8)

untuk mendoakan dan menghargai para leluhur agar selalu diberi keselamatan di akhirat dan untuk yang masih hidup juga selalu diberikan keselamatan dan kelancaran aktivitas dalam kesehariaannya. Setelah tahlil dibacakan memasuki tahap akhir acara yaitu bersama-sama menyantap berkat yang telah dibawa dari rumah sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rezeki.

d. Hiburan Kesenian

Hiburan kesenian diadakan dua kali yaitu pada saat maleman atau malam sebelum merti dusun dilaksanakan keesokan harinya. Pada saat malam tersebut, setelah meletakkan sesaji, para remaja berkumpul bersama dengan bapak-bapak mengadakan hiburan solo organ. Pada saat keesokan harinya pada tanggal 8 Agustus 2016, pertunjukan kesenian wayang kulit pun disajikan dalam acara merti dusun setelah diadakannnya slametan. Pertama adalah siang hari pada pukul 13:00 sampai dengan pukul 17:00 dan yang kedua semalam suntuk dari pukul 21:00 sampai dengan pukul 04:00. Pertunjukan wayang kulit siang hari menceritakan tentang“Sri Mulih” yang berisi cerita kemakmuran petani dalam mananam padi dan palawija yang berlimpah sebagai wujud berkah dari Yang Maha Esa kepada masyarakat Dusun Karang Padang. Untuk pertunjukan wayang kulit semalam suntuk menceritakan tentang Semar Bangun Deso” yang menceritakan tentang perjuangan lurah Semar mendirikan desa.

3. Penutup

Tahap akhir dari seluruh acara ini adalah pembubaran panitia setelah 2 hari setelah dilaksanakannya merti dusun yaitu pada tanggal 10 Agustus 2016. Acara pembubaran panitia diadakan di rumah Bapak Kadus untuk mengevaluasi segala macam masalah yang terjadi setelah pelaksanaan acara merti dusun dan mengadakan acara syukuran kecil antara panitia dengan para anggota Remaja Guyup Rukun. Hal ini bertujuan agar agenda merti dusun yang selanjutnya dapat dilaksanakan lebih baik daripada yang telah lalu. Selain itu seusai pergelaran kesenian wayang kulit dilakukan kerja bakti kembali untuk membersihkan dusun.


(9)

D. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan yang Terdapat pada Tradisi Merti Dusun bagi Masyarakat Dusun Karang Padang

Nilai-nilai pendidikan penting untuk ditanamkan kepada masyarakat, khususnya untuk generasi muda. Tujuan pendidikan tidak terlepas dari pendidikan yang berada di dalam konteks kehidupan masyarakat. Pendidikan adalah produk suatu masyarakat tertentu. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat yang memilikinya. Dengan kata lain, tujuan atau visi pendidikan adalah kongruen dengan visi masyarakat dimana pendidikan itu berada. Karena proses pendidikan mengandalkan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat maka dengan sendirinya proses pendidikan adalah penghayatan dan perwujudan nilai-nilai tersebut. Dengan sifatnya yang terbuka, yakni masyarakat membuka diri terhadap perubahan, maka nilai-nilai tersebut berupa nilai-nilai yang hidup maupun nilai-nilai baru yang dihasilkan dari inovasi. Proses pendidikan merupakan persemaian dari kehidupan moral suatu masyarakat itu sendiri (H. Abdul Latif, 2009: 11).

Dalam merti dusun di Dusun Karang Padang, para orang tua mengajak dan mengajarkan nilai-nilai pendiidkan yang terdapat pada tradisi merti dusun itu kepada Kelompok Remaja Guyub Rukun agar tradisi ini tidak hilang dan dilestarikan dikemudian hari. Mereka khawatir dengan adanya globalisasi para generasi muda lupa dengan caranya berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bersyukur atas apa yang Tuhan berikan di dalam kehidupan ini.

Orang-orang tradisional cenderung menyayangkan generasi muda dan kembali menunjuk kepada stabilitas yang lebih besar dan kebulatan pikiran orang-orang jaman dulu. Mereka meminta tetap memegang nilai-nilai harmoni dan kerja sama, bertentangan dengan pernyataan perselisihan secara terbuka, untuk menindih perasaan secara sopan, dan bertingkah laku sopan menurut nilai-nilai status yang masih mempunyai beberapa kekuatan, juga untuk orang-orang muda yang paling modern. Memperlakukan agama orang-orang Jawa menurut varian-varian utamanya seperti yang dikemukakan, cenderung mengaburkan konsensus umum tentang nilai-nilai yang menjadi dasar dan asal timbulnya varian-varian ini (Clifford Geertz, 1981: 490).


(10)

Generasi muda cenderung mengabaikan hal-hal yang bersifat konvensional dan lebih menyukai hal-hal yang modern seperti saat ini. Beberapa tahun belakangan ini masyarakat Indonesia mulai peduli untuk melestarikan kebudayaannya sendiri. Hal ini juga terjadi di Dusun Karang Padang, dimana para anggota Karang Taruna Guyub Rukun diikutsertakan dalam pelaksanaan merti dusun sebagai wujud pelaksanaan pendidikan yang peduli akan kebudayaan lokal.

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam tradisi merti dusun di dusun Karang Padang yaitu:

1. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain (Sri Narwanti, 2011: 29). Menurut masyarakat dusun Karang Padang, yang disebut dengan patuh dan melaksanakan agama yang dianutnya adalah dengan melaksanakan perintah agama dan menjahui larangannnya. Sebagai contoh bila orang Islam melakukan sholat 5 waktu dan tidak melakukan hal-hal yang dianggap merugikan orang lain. Saat merti dusun dilaksanakan, ibu-ibu yang memasak untuk persiapan merti dusun diberi jadwal bergiliran memasak. Ada 3 waktu jadwal memasak, yang pertama pukul 08:00 13.30 (makan siang), 14:00 17:30, dan 18:30tengah malam. Biasanya pada saat memasuki waktu sholat, ibu-ibu akan melakukan sholat secara bergiliran. Sebagai pelengkap, ibu-ibu non muslim akan selalu di dapur dan mempersilahkan untuk sholat dan akan tetap memasak sampai yang melakukan sholat selesai. Saat sudah selesai sholat, ibu-ibu non muslim juga dipersilahkan untuk istirahat (Wawancara Ibu Bakdiyati, 14 Juni 2016)

Sikap religius yang dilakukan oleh masyarakat dusun Karang Padang selalu terjaga sebagai wujud taat kepada Tuhan dengan tidak meninggalkan waktu beribadah. Masyarakat juga mempunyai sikap saling menghormati terhadap agama lain agar selalu tercipta


(11)

keharmonisan antar tetangga. Hal ini memang perlu dilakukan agar tidak memberatkan ataupun merugikan pihak satu dengan pihak yang lain dalam melakukan suatu kegaiatan karena mempunyai kesibukan yang sama di rumah maupun di tempat pelaksanaan merti dusun. Selain itu tanggung jawab bersama benar-benar dipanggul oleh semua yang melakukan kegiatan memasak.

Dalam penerapannya kepada masyarakat khususnya kaum muda dalam merti dusun, remaja Guyub Rukun juga diberi jadwal dalam melakukan nyinom/laden/pramusaji. Waktu nyinom pun dibagi menjadi dua kali yaitu pada saat siang setelah luhur sampai ashar dan malam setelah isya hingga acara wayang selesai.

2. Jujur, perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Sri Narwanti, 2011: 29). Menurut masyarakat dusun Karang Padang jujur berarti tidak membohongi diri sendiri dan orang lain supaya orang lain mempercayai dirinya. Dalam membuat laporan keuangan event besar seperti merti dusun ini adalah suatu tanggung jawab yang berat. Seorang bendahara merti dusun akan membelanjakan uang hasil iuran bersama dengan sangat hati-hati. Maka dari itu setiap ada pengeluaran akan selalu dicatat apa yang telah dibeli dan berapa jumlah yang dikeluarkan. Dalam melakukan laporan pada saat penutupan panitia, semua dirinci dan dipresentasikan kepada semua anggota panitia dan masyarakat apa yang telah dibelanjakan agar mereka percaya. Tujuan utama untuk berbelanja kebutuhan adalah di pasar Bandungan, Kelurahan Gedangan, Kecamatan Tuntang dan pasar Kebumen, Kelurahan Kebumen, Kecamatan Banyubiru. Bila disana kebutuhan tidak terpenuhi maka bendahara akan pergi ke pasar Kota Salatiga. Biasanya untuk membantu belanja ada salah satu dari anggota remaja Guyub Rukun untuk membantu berbelanja sekaligus untuk mengajari agar tidak selalu orang tua saja yang berbelanja. Biasanya remaja putri diikutsertakan dalam berbelanja ini. Hal ini juga


(12)

dimasukkan ke dalam laporan keuangan dimana bendahara membelanjakan uangnya dan dengan siapa. Hal ini biasanya dilakukan oleh Ibu Umi dan Ibu Tumiyani saat membelanjakan dan melaporkan keuangan untuk keperluan merti dusun (Wawancara Ibu Siti Uminah, 14 Juni 2016).

Tidak bisa dipungkiri sikap jujur harus dimiliki oleh setiap individu dimana pun berada. Dalam berurusan dengan keuangan tidak sembarang orang mau dengan konsekuensi yang dilakukannya. Karena sekali melakukan kesalahan maka orang lain tidak akan percaya dengan orang tersebut. Maka dari itu hal tersebut dilakukan oleh orang yang telah dipercaya dapat mengelola keuangan dengan baik dan jujur. Sebenarnya tidak hanya masalah keuangan yang harus dilakukan dengan secara jujur. Dalam kepanitian merti dusun seluruh anggota melakukan pelaporan apa yang telah mereka lakukan.

3. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya (Sri Narwanti, 2011: 29). Masyarakat menganggap bahwa toleransi berarti menghargai, memperhatikan dan memaklumi orang lain. Seperti saat kedatangan tamu pemilik Villa Oase van Java, dimana pemilik adalah orang Batak, Bapak Kadus senantiasa mendampingi beliau dan teman-temannya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari beliau tentang apa saja kegiatan yang dilakukan selama merti dusun. Selain itu mempersilahkan mereka untuk makan bersama saat upacara slametan. Contoh lain adalah saat slametan dilakukan, modin akan mengucapkan doa-doa Islam dalam kegiatan tersebut. Sementara itu, bagi warga yang beragama non-Islam dengan tenang akan mengikuti acara sampai dengan selesai (Wawancara Bapak Sigit Hendawan : 14 Juni 2016). Penerapan nilai toleransi dilakukan dengan cara para orang tua menghargai pendapat kelompok remaja Guyub Rukun untuk mengundang Pak Plonthang untuk memeriahkan acara hiburan wayang kulit dengan cara


(13)

mengumpulkan dana sendiri tanpa campur tangan dari orang tua (Heru Setyawan, 8 Agustus 2016).

Hal ini merupakan sifat toleransi antar agama dan juga antar suku. Masyarakat senantiasa menerima pendatang dan tidak saling memdakan agama yang dianutnya dalam berinteraksi. Semuanya berbaur menjadi satu dalam slametan agar dapat hidup rukun antar tetangga. Selain itu juga toleransi sikap ditunjukkan oleh masyarakat dusun Karang Padang kepada para remaja untuk memberikan apresiasi berupa hiburan tambahan pada saat hiburan wayang kulit.

4. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Sri Narwanti, 2011: 29). Disiplin bagi masyarakat adalah tertib dan tepat waktu. Dalam kerja bakti merti dusun yang dimulai tepat pada pukul 07:00. Kerja bakti umumnya dilakukan oleh kaum adam. Agar kerja bakti cepat selesai, biasanya Bapak Kadus akan membagi 2 kelompok kerja bakti yaitu setengahnya bekerja membersihkan jalan dan setengahnya lagi bekerja mendirikan tenda untuk hiburan wayang (Wawancara Heru Setyawan: 14 Juni 2016). Dalam penerapan nilai disiplin yaitu dengan cara memberikan himbauan kerja bakti juga dilaksanakan bersama para remaja dengan menghimbau para anggota Remaja Guyub Rukun pada saat mengadakan rapat melalui ketua karang taruna agar pada saat berkumpul juga tepat waktu.

Disiplin menjadi hal yang berat dalam masyarakat karena faktor pekerjaan seseorang yang berbeda-beda. Namun hal ini seharusnya tidak dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu dalam merti dusun, walaupun masyarakat Karang Padang kurang disiplin dalam hal waktu, mereka mampu bergerak cepat untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.

5. Kerja keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Sri Narwanti, 2011: 29).


(14)

Pada pelaksanaan merti dusun semua kegiatan dijadwal oleh panitia. Baik untuk laki-laki dan perempuan. Untuk laki-laki mempunyai jadwal bertugas untuk melayani para niaga wayang pada waktu siang, sore, dan malam hari. Sedangkan untuk perempuan mempunyai jadwal masak yang sama. Pada pagi hari laki-laki akan melakukan kerja bakti secara bersama-sama. Pada siang hari laki-laki dari RT 01 akan hadir di tempat pementasan wayang untuk membantu ibu-ibu untuk mengantar makanan para niaga wayang. Setelah sore tiba laki-laki dari RT 02 akan menggantikan laki-laki RT 01. Malamnya secara serentak akan berada di tempat pementasan wayang. Tidak hanya membantu ibu-ibu untuk mengantar makanan, namun juga bertugas menjaga keamanan dan ketertiban agar penonton wayang kulit merasa nyaman menikmati hiburan (Wawancara Bapak Sujono: 6 Juli 2016). Penerapan sikap kerja keras ini juga dilakukan oleh remaja Guyub Rukun dengan malakukan pramusaji bersama dengan bapak-bapak.

Jadi dalam merti dusun, perilaku kerja keras ditunjukkan dengan upaya saling melengkapi dan membantu satu sama lain agar cepat selesai. Kerja keras sangat diperlukan agar semua masalah dapat diselesaikan dengan tidak hanya cepat namun baik dan benar. Jadi antara ibu-ibu dan bapak-bapak saling membantu sama lain.

6. Demokratis: cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Sri Narwanti, 2011: 29). Mendahulukan hal yang bersifat umum daripada hal yang bersifat pribadi. Contoh dari Ibu Siti Uminah (bendahara merti dusun) adalah beliau akan membantu membelanjakan uang dusun satu atau dua hari sebelum diadakannya merti dusun. Hal ini akan sangat membantu Ibu Siti Uminah dalam melakukan pekerjaannya di rumah dan tidak mengganggu kewajibannya untuk berbelanja untuk merti dusun. Biasanya saat merti dusun tidak hanya di tempat diadakannya merti dusun saja yang sibuk, namun di rumah juga akan mempersiapkan


(15)

makan untuk tamu-tamu yang mampir untuk menonton wayang kulit (Wawancara Ibu Siti Uminah: 17 Juli 2016).

Segala masalah pasti akan mempunyai jalan keluar. Tidak hanya ibu Siti Uminah saja yang melakukan hal ini, namun seluruh masyarakat dusun Karang Padang juga mempunyai tugas dan kewajiban masing-masing di rumah maupun di tempat diadakannya merti dusun. Demokratis menjadi sifat yang dapat ditanamkan untuk masyarakat agar rasa menghargai orang lain pun muncul dalam diri sendiri. Semua orang yang hidup di dunia ini pasti mempunyai masalah dan kesibukan masing-masing. Namun peduli dengan orang lain juga perlu ada dalam diri. Cara masyarakat menerapkan sikap ini dengan melakukan pergantian belanja. Jadi tidak hanya ibu Siti saja yang berbelanja, namun juga kepada ibu Tumiyani yang menjadi penanggungjawab dalam berbelanja.

7. Rasa ingin tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Sri Narwanti, 2011: 29). Menurut masyarakat adalah penasaran. Dalam wawancara dengan Ana Susanti anggota Karang Taruna Guyub Rukun juga menjadi bagian panitia merti dusun. Biasanya para remaja putri akan membantu memasak sedangkan remaja putra membantu bapak-bapak dalam keamanan dan kerja bakti. Dengan begini sebagai remaja yang masih muda akan menanyakan tugas apa saja yang akan dilakukan. Hal ini mendorong rasa ingin tahunya. Jadi selain mendorong rasa ingin tahu juga inisiatif dari diri sendiri pun muncul (Wawancara Ana Susanti: 16 Juli 2016). 8. Berahabat/Komunikatif: tindakan yang memperhatikan rasa senang

berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Sri Narwanti, 2011: 30). Artinya adalah bahwa masyarakat suka berbicara dengan orang lain, ramah atau dalam bahasa jawa adalah sumeh. Masyarakat senantiasa mengundang sanak saudara ataupun teman untuk datang ke rumah hanya untuk sekedar mampir dan menikmati makanan di


(16)

sela-sela menonton pertunjukan wayang kulit. Biasanya seminggu atau sebulan sebelum merti dusun masyarakat akan melakukan munjung (mengantarkan nasi dan lauk pauk) kepada saudara-saudaranya yang lebih tua yang rumahnya di seberang dusun Karang Padang ataupun yang lebih jauh juga. Hal ini bertujuan untuk selalu ingat kepada orang yang lebih tua dan tetap menjaga silaturahmi. Dengan munjung tersebut juga bertujuan mengundang sanak saudara untuk berkumpul saat ada wayang kulit. Seperti yang dilakukan oleh ibu Sumini, beliau munjung pada saat seminggu sebelum merti dusun ke rumah mertua yang ada di dusun Ngaglik yang masih satu kelurahan dengan dusun Karang Padang. Beliau akan mengantarkan nasi dan lauk pauk juga mengundang mertuanya untuk datang ke rumahnya. Selain itu juga akan mengatakan saudara yang lainnya juga boleh datang ke rumahnya agar pada saat pementasan wayang kulit tidak hanya sekedar menonton tetapi dapat berkumpul bersama keluarga. (Wawancara Ibu Sumini, 12 Juli 2016)

Nilai pendidikan bersahabat/komunikatif ditunjukkan oleh masyarakat dengan cara menjalin persaudaraan agar lebih erat. Dalam kehidupan sehari-hari pun harus dijalankan agar kebersamaan antar keluarga, teman ataupun dengan orang lain selalu terjaga dengan baik. Selain itu tetap menjaga komunikasi agar tidak terputus karena kurangnya komunikasi. Untuk menerapkan nilai ini ibu Sumini mengajak putranya untuk mengantar makanan tersebut. Hal itu juga dilakukan oleh ibu-ibu yang lain dengan memberi pengarahan kepada siapa punjungan makanan diberikan agar generasi yang selanjutnya tidak lupa dengan hal tersebut.

9. Cinta damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya (Sri Narwanti, 2011: 30). Menurut masyarakat cinta damai berarti hidup tentram tidak ada masalah maupun perdebatam. Dalam merti dusun Pak Sujono sebagai ketua panitia harus bertanggung jawab dalam segala hal pada saat


(17)

sebelum dan sesudah diselenggarakannya merti dusun. Pada saat malam pementasan wayang kulit, Pak Sujono memberikan sambutan dan himbauan agar masyarakat dusun Karang Padang ataupun penonton yang dating agar dapat menciptakan suasana yang aman demi kebaikan bersama. Selain itu Pak Sujono bersama panitia bekerja sama dengan baik agar keamanan terjaga (Wawancara Bapak Sujono, 6 Juli 2016). Himbauan tersebut juga merupakan penerapan nilai cinta damai kepada masyarakat pada tradisi merti dusun.

10. Peduli lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Sri Narwanti, 2011: 30). Anggapan masyarakat tentang peduli lingkungan adalah tidak merusak alam di sekitar tempat tinggal dengan menjaga dan merawatnya. Kerja bakti adalah cara untuk mencegah kerusakan pada saat penonton menyaksikan wayang kulit. Hal ini dikarenakan pada saat menonton masyarakat akan memarkirkan sepeda motor ataupun mobilnya dengan sembarangan. Maka dari itu pada saat kerja bakti tidak hanya membersihkan jalan, namun juga memagari tanaman-tanaman yang penting agar tidak rusak. Selain mencegah kerusakan, pemilik tanaman juga tidak rugi karena tanaman mereka rusak. Dalam kerja bakti biasanya remaja dan anak-anak juga ikut serta di dalamnya (Wawancara Mbah Suratno, 6 Juli 2016).

11. Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Sri Narwanti, 2011: 30). Menurut masyarakat dusun Karang Padang berarti melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh. Setiap anggota masyarakat mendapatkan tugas masing-masing dalam pelaksanaan merti dusun. Segala sesuatunya dikerjakan dengan sungguh-sungguh dari tahap persiapan hingga evaluasi. Tanggung jawab lebih terlihat ketika evaluasi karena pada


(18)

saat itu semua anngota masyarakat khususnya anggota panitia melaporkan apa saja yang telah dikerjakan.

Tanggung jawab adalah sikap yang berat karena dalam segala pekerjaan mengandung konsekuensi. Dalam mengerjakan suatu pekerjaan baiknya seseorang memperhitungkan konsekuensi gagal atau berhasilnya. Maka dari itu dibutuhkan evaluasi agar pekerjaan yang akan datang dikerjakan lebih baik dari yang lalu sebagai pengalaman diri sendiri dan orang lain.

Nilai-nilai pendidikan yang tertera dalam 18 nilai pendidikan nasional yang ditulis Sri Narwanti (2011: 29-30), yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional menurut Dinas Pendidikan Nasional terdapat pada merti dusun di Dusun Karang Padang. Hal ini juga diterapkan masyarakat untuk generasi selanjutnya agar dapat melestarikan kebudayaan dan meningkatkan nilai-nilai pendidikan tersebut.

E. Manfaat Penanaman Nilai Pendidikan bagi Masyarakat Dusun Karang Padang

Ada berbagai cara untuk melestarikan suatu budaya agar selalu terjaga eksistensinya. Kebudayaan juga suatu hal yang mudah tergeser seiring berjalannya waktu karena adanya berbagai pengaruh. Pendidikan dan budaya menjadi suatu kesatuan yang mendukung dalam mewujudkan melestarikan budaya Indonesia dan untuk membentuk karakter, identitas bangsa Indonesia sendiri. Manfaat menanamkan nilai pendidikan adalah untuk selalu membawa nilai-nilai pendidikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari agar selaras berdampingan dalam kehidupan bermasyarakat. Manfaat nilai-nilai pendidikan pada tradisi merti dusun di dusun Karang Padang dapat dilihat dari beberapa hal seperti berikut ini:

1. Membangun Kepercayaan

Kepercayaan adanya Tuhan Yang Maha Esa yang selalu ada di dalam diri setiap manusia yang beragama terbukti dalam melaksanakan slametan merti dusun adalah sarana mendekatkan diri kepada Tuhan karena semua berdoa agar diberikan keselamatan, kehidupan yang


(19)

tentram, rezeki yang melimpah untuk Dusun Karang Padang. Dalam nilai pendidikan yang terdapat pada penanaman nilai-nilai pendiidkan merti dusun terdapat pada nilai religius dan toleransi.

2. Membangun Kerukunan

Kaitan penanaman nilai pendidikan merti dusun di Dusun Karang Padang adalah nilai cinta damai, peduli lingkungan., bersahabat/komunikatif. Dapat dilihat bagaimana masyarakat Dusun Karang Padang membina persatuan dan kesatuan untuk melaksanakan merti dusun dengan tidak melihat status sosial diantara mereka. Saling membantu antara tetangga satu dengan yang lain saat kesulitan agar hubungan pun harmonis dan rukun.

3. Membangun Karakter Kerja Sama (Gotong Royong)

Pekerjaan yang melibatkan orang banyak akan membangun sikap kerja sama yang harmonis dan saling melengkapi. Dalam merti dusun di Karang Padang kerja sama antar masyarakat begitu terlihat karena semua mempunyai tujuan yang sama yaitu mengadakan merti dusun untuk ketentraman hidup. Tanpa adanya kerja sama yaitu gotong royong suatu pekerjaan tidak akan berhasil bila tidak saling melengkapi. Kaitannya dalam penanaman nilai pendidikan dalam merti dusun terdapat pada nilai jujur, disiplin, kerja keras, dan demokratis.

4. Meningkatkan Nilai-nilai Luhur Budaya Sosial

Secara bersama-sama masyarakat melestarikan nilai-nilai budaya daerah dan tidak meninggalkan acara tradisional di tengah-tengah globalisasi. Selain itu merupakan bentuk menghormati roh-roh nenek moyang yang telah membangun Dusun Karang Padang dan melestarikan budaya daerah yang merupakan budaya nasional. Masyarakat menjadi lebih mencintai dusunnya dan lebih meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan. Kaitan nilai ini juga terdapat pada nilai pendidikan yang terdapat pada penanaman dalam merti dusun yaitu nilai pendidikan rasa ingin tahu dan tanggung jawab.


(20)

Selain manfaat nilai pendidikan, dalam merti dusun bagi masyarakat Karang Padang juga mengandung makna etika Jawa. Masyarakat dusun Karang Padang hidup bersama alam dengan menjaga keselarasan agar selalu berdampingan dan tidak terjadi bahaya-bahaya yang diinginkan. Maka dari itu masyarakat dusun Karang Padang setiap tahunnya melaksanakan merti dusun agar selalu diberikan keselamatan, kesehatan, kelancaran rezeki, hidup tentram dan tidak terjadi bencana alam. Selain itu juga memberikan makna kebersamaan agar hubungan antara masyarakat selalu terjaga. Ada dua kaidah dasar kehidupan masyarakat Jawa yang dikemukakan oleh Franz Magniz Suseno yaitu prinsip kerukunan yang berarti dimana semua pihak berada dalam keadaan damai satu sama lain dan prinsip hormat yang berarti bahwa setiap orang dalam berbicara dan membawa diri selalu menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain. Berikut ini makna etika Jawa yang digambarkan pada masyarakat dusun Karang Padang.

1. Prinsip Kerukunan

Dalam merti dusun kerukunan antar masyarakat dusun Karang Padang terlihat pada saat tahap persiapan hingga penutupan merti dusun dimana masyarakat saling bahu membahu dan tidak terjadi perselisihan diantara masyarakat agar acara merti dusun tercapai dengan apa yang sudah direncanakan oleh masyarakat. Pada tahap persiapan masyarakat merencanakan acara dengan sangat matang yaitu dengan mengadakan rapat RT maupun rapat panitia. Selain itu kelompok remaja Guyub Rukun juga ikut mempersiapkan merti dusun. Semua yang direncanakan dilaksanakan secara bersama-sama dan dipertanggungjawabkan juga secara bersama-sama sehingga pada saat hiburan wayang kulit acaranya sukses besar. Maka dari itu prinsip kerukunan merupakan hal penting dalam kehidupan masyarakat agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi dan dapat berlangsung dengan baik.

2. Prinsip Hormat

Dengan membantu orang tua dalam melaksanakan merti dusun, sikap hormat kelompok remaja Guyub Rukun selalu ditunjukkan dalam


(21)

setiap tahap pelaksanaannya. Mereka menghormati setiap peraturan dan tugas apa saja yang diberikan oleh panitia dengan cara bergotong royong. Hal ini merupakan bentuk solidaritas yang mencerminkan kebersamaan yang selaras. Mereka tidak terpaksa melakukan semua hal dalam kegiatan merti dusun.


(1)

sela menonton pertunjukan wayang kulit. Biasanya seminggu atau sebulan sebelum merti dusun masyarakat akan melakukan munjung (mengantarkan nasi dan lauk pauk) kepada saudara-saudaranya yang lebih tua yang rumahnya di seberang dusun Karang Padang ataupun yang lebih jauh juga. Hal ini bertujuan untuk selalu ingat kepada orang yang lebih tua dan tetap menjaga silaturahmi. Dengan munjung tersebut juga bertujuan mengundang sanak saudara untuk berkumpul saat ada wayang kulit. Seperti yang dilakukan oleh ibu Sumini, beliau munjung pada saat seminggu sebelum merti dusun ke rumah mertua yang ada di dusun Ngaglik yang masih satu kelurahan dengan dusun Karang Padang. Beliau akan mengantarkan nasi dan lauk pauk juga mengundang mertuanya untuk datang ke rumahnya. Selain itu juga akan mengatakan saudara yang lainnya juga boleh datang ke rumahnya agar pada saat pementasan wayang kulit tidak hanya sekedar menonton tetapi dapat berkumpul bersama keluarga. (Wawancara Ibu Sumini, 12 Juli 2016)

Nilai pendidikan bersahabat/komunikatif ditunjukkan oleh masyarakat dengan cara menjalin persaudaraan agar lebih erat. Dalam kehidupan sehari-hari pun harus dijalankan agar kebersamaan antar keluarga, teman ataupun dengan orang lain selalu terjaga dengan baik. Selain itu tetap menjaga komunikasi agar tidak terputus karena kurangnya komunikasi. Untuk menerapkan nilai ini ibu Sumini mengajak putranya untuk mengantar makanan tersebut. Hal itu juga dilakukan oleh ibu-ibu yang lain dengan memberi pengarahan kepada siapa punjungan makanan diberikan agar generasi yang selanjutnya tidak lupa dengan hal tersebut.

9. Cinta damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya (Sri Narwanti, 2011: 30). Menurut masyarakat cinta damai berarti hidup tentram tidak ada masalah maupun perdebatam. Dalam merti dusun Pak Sujono sebagai ketua panitia harus bertanggung jawab dalam segala hal pada saat


(2)

sebelum dan sesudah diselenggarakannya merti dusun. Pada saat malam pementasan wayang kulit, Pak Sujono memberikan sambutan dan himbauan agar masyarakat dusun Karang Padang ataupun penonton yang dating agar dapat menciptakan suasana yang aman demi kebaikan bersama. Selain itu Pak Sujono bersama panitia bekerja sama dengan baik agar keamanan terjaga (Wawancara Bapak Sujono, 6 Juli 2016). Himbauan tersebut juga merupakan penerapan nilai cinta damai kepada masyarakat pada tradisi merti dusun.

10. Peduli lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Sri Narwanti, 2011: 30). Anggapan masyarakat tentang peduli lingkungan adalah tidak merusak alam di sekitar tempat tinggal dengan menjaga dan merawatnya. Kerja bakti adalah cara untuk mencegah kerusakan pada saat penonton menyaksikan wayang kulit. Hal ini dikarenakan pada saat menonton masyarakat akan memarkirkan sepeda motor ataupun mobilnya dengan sembarangan. Maka dari itu pada saat kerja bakti tidak hanya membersihkan jalan, namun juga memagari tanaman-tanaman yang penting agar tidak rusak. Selain mencegah kerusakan, pemilik tanaman juga tidak rugi karena tanaman mereka rusak. Dalam kerja bakti biasanya remaja dan anak-anak juga ikut serta di dalamnya (Wawancara Mbah Suratno, 6 Juli 2016).

11. Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Sri Narwanti, 2011: 30). Menurut masyarakat dusun Karang Padang berarti melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh. Setiap anggota masyarakat mendapatkan tugas masing-masing dalam pelaksanaan merti dusun. Segala sesuatunya dikerjakan dengan sungguh-sungguh dari tahap persiapan hingga evaluasi. Tanggung jawab lebih terlihat ketika evaluasi karena pada


(3)

saat itu semua anngota masyarakat khususnya anggota panitia melaporkan apa saja yang telah dikerjakan.

Tanggung jawab adalah sikap yang berat karena dalam segala pekerjaan mengandung konsekuensi. Dalam mengerjakan suatu pekerjaan baiknya seseorang memperhitungkan konsekuensi gagal atau berhasilnya. Maka dari itu dibutuhkan evaluasi agar pekerjaan yang akan datang dikerjakan lebih baik dari yang lalu sebagai pengalaman diri sendiri dan orang lain.

Nilai-nilai pendidikan yang tertera dalam 18 nilai pendidikan nasional yang ditulis Sri Narwanti (2011: 29-30), yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional menurut Dinas Pendidikan Nasional terdapat pada merti dusun di Dusun Karang Padang. Hal ini juga diterapkan masyarakat untuk generasi selanjutnya agar dapat melestarikan kebudayaan dan meningkatkan nilai-nilai pendidikan tersebut.

E. Manfaat Penanaman Nilai Pendidikan bagi Masyarakat Dusun Karang Padang

Ada berbagai cara untuk melestarikan suatu budaya agar selalu terjaga eksistensinya. Kebudayaan juga suatu hal yang mudah tergeser seiring berjalannya waktu karena adanya berbagai pengaruh. Pendidikan dan budaya menjadi suatu kesatuan yang mendukung dalam mewujudkan melestarikan budaya Indonesia dan untuk membentuk karakter, identitas bangsa Indonesia sendiri. Manfaat menanamkan nilai pendidikan adalah untuk selalu membawa nilai-nilai pendidikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari agar selaras berdampingan dalam kehidupan bermasyarakat. Manfaat nilai-nilai pendidikan pada tradisi merti dusun di dusun Karang Padang dapat dilihat dari beberapa hal seperti berikut ini:

1. Membangun Kepercayaan

Kepercayaan adanya Tuhan Yang Maha Esa yang selalu ada di dalam diri setiap manusia yang beragama terbukti dalam melaksanakan slametan merti dusun adalah sarana mendekatkan diri kepada Tuhan karena semua berdoa agar diberikan keselamatan, kehidupan yang


(4)

tentram, rezeki yang melimpah untuk Dusun Karang Padang. Dalam nilai pendidikan yang terdapat pada penanaman nilai-nilai pendiidkan merti dusun terdapat pada nilai religius dan toleransi.

2. Membangun Kerukunan

Kaitan penanaman nilai pendidikan merti dusun di Dusun Karang Padang adalah nilai cinta damai, peduli lingkungan., bersahabat/komunikatif. Dapat dilihat bagaimana masyarakat Dusun Karang Padang membina persatuan dan kesatuan untuk melaksanakan merti dusun dengan tidak melihat status sosial diantara mereka. Saling membantu antara tetangga satu dengan yang lain saat kesulitan agar hubungan pun harmonis dan rukun.

3. Membangun Karakter Kerja Sama (Gotong Royong)

Pekerjaan yang melibatkan orang banyak akan membangun sikap kerja sama yang harmonis dan saling melengkapi. Dalam merti dusun di Karang Padang kerja sama antar masyarakat begitu terlihat karena semua mempunyai tujuan yang sama yaitu mengadakan merti dusun untuk ketentraman hidup. Tanpa adanya kerja sama yaitu gotong royong suatu pekerjaan tidak akan berhasil bila tidak saling melengkapi. Kaitannya dalam penanaman nilai pendidikan dalam merti dusun terdapat pada nilai jujur, disiplin, kerja keras, dan demokratis.

4. Meningkatkan Nilai-nilai Luhur Budaya Sosial

Secara bersama-sama masyarakat melestarikan nilai-nilai budaya daerah dan tidak meninggalkan acara tradisional di tengah-tengah globalisasi. Selain itu merupakan bentuk menghormati roh-roh nenek moyang yang telah membangun Dusun Karang Padang dan melestarikan budaya daerah yang merupakan budaya nasional. Masyarakat menjadi lebih mencintai dusunnya dan lebih meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan. Kaitan nilai ini juga terdapat pada nilai pendidikan yang terdapat pada penanaman dalam merti dusun yaitu nilai pendidikan rasa ingin tahu dan tanggung jawab.


(5)

Selain manfaat nilai pendidikan, dalam merti dusun bagi masyarakat Karang Padang juga mengandung makna etika Jawa. Masyarakat dusun Karang Padang hidup bersama alam dengan menjaga keselarasan agar selalu berdampingan dan tidak terjadi bahaya-bahaya yang diinginkan. Maka dari itu masyarakat dusun Karang Padang setiap tahunnya melaksanakan merti dusun agar selalu diberikan keselamatan, kesehatan, kelancaran rezeki, hidup tentram dan tidak terjadi bencana alam. Selain itu juga memberikan makna kebersamaan agar hubungan antara masyarakat selalu terjaga. Ada dua kaidah dasar kehidupan masyarakat Jawa yang dikemukakan oleh Franz Magniz Suseno yaitu prinsip kerukunan yang berarti dimana semua pihak berada dalam keadaan damai satu sama lain dan prinsip hormat yang berarti bahwa setiap orang dalam berbicara dan membawa diri selalu menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain. Berikut ini makna etika Jawa yang digambarkan pada masyarakat dusun Karang Padang.

1. Prinsip Kerukunan

Dalam merti dusun kerukunan antar masyarakat dusun Karang Padang terlihat pada saat tahap persiapan hingga penutupan merti dusun dimana masyarakat saling bahu membahu dan tidak terjadi perselisihan diantara masyarakat agar acara merti dusun tercapai dengan apa yang sudah direncanakan oleh masyarakat. Pada tahap persiapan masyarakat merencanakan acara dengan sangat matang yaitu dengan mengadakan rapat RT maupun rapat panitia. Selain itu kelompok remaja Guyub Rukun juga ikut mempersiapkan merti dusun. Semua yang direncanakan dilaksanakan secara bersama-sama dan dipertanggungjawabkan juga secara bersama-sama sehingga pada saat hiburan wayang kulit acaranya sukses besar. Maka dari itu prinsip kerukunan merupakan hal penting dalam kehidupan masyarakat agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi dan dapat berlangsung dengan baik.

2. Prinsip Hormat

Dengan membantu orang tua dalam melaksanakan merti dusun, sikap hormat kelompok remaja Guyub Rukun selalu ditunjukkan dalam


(6)

setiap tahap pelaksanaannya. Mereka menghormati setiap peraturan dan tugas apa saja yang diberikan oleh panitia dengan cara bergotong royong. Hal ini merupakan bentuk solidaritas yang mencerminkan kebersamaan yang selaras. Mereka tidak terpaksa melakukan semua hal dalam kegiatan merti dusun.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanaman Nilai Pendidikan yang Terdapat pada Tradisi Merti Dusun bagi Masyarakat Dusun Karang Padang T1 152012002 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanaman Nilai Pendidikan yang Terdapat pada Tradisi Merti Dusun bagi Masyarakat Dusun Karang Padang T1 152012002 BAB II

0 5 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanaman Nilai Pendidikan yang Terdapat pada Tradisi Merti Dusun bagi Masyarakat Dusun Karang Padang T1 152012002 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanaman Nilai Pendidikan yang Terdapat pada Tradisi Merti Dusun bagi Masyarakat Dusun Karang Padang

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanaman Nilai Pendidikan yang Terdapat pada Tradisi Merti Dusun bagi Masyarakat Dusun Karang Padang

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tradisi “Dina Geblag” Dalam Kepercayaan Masyarakat Jawa Dusun Toyogiri Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang T1 152009002 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tradisi “Dina Geblag” Dalam Kepercayaan Masyarakat Jawa Dusun Toyogiri Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang T1 152009002 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tradisi “Dina Geblag” Dalam Kepercayaan Masyarakat Jawa Dusun Toyogiri Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang T1 152009002 BAB IV

0 8 25

T1 Abstract Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Sedekah Dusun dalam Rangka Membina Kerukunan Masyarakat di Dusun Krajan Desa Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang

0 0 1

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tradisi Berkat Lumbung dan NilaiNilainya yang Dilestarikan Masyarakat Dusun Setontong, Desa Kualan Hilir Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapangalimantan Barat T1 BAB IV

0 0 20