Kapan Kita Merujuk Pasien Endometriosis Pada Fasilitas Teknologi Reproduksi Berbantu ?
Kapan Kita Merujuk Pasien Endometriosis pada
Fasilitas Teknologi Reproduksi Berbantu ?
Tono Djuwantono, Mulya N A Ritonga
Subbagian Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran
RS dr. Hasan Sadikin Bandung
ABSTRAK
Wanita dengan endometriosis memiliki
keterbatasan fertilitas
dibandingkan
wanita normal. Kemampuan fertilitas
ini
sebanding
dengan
beratnya
stadium
endometriosis.
Penyebab
terjadinya infertilitas pada wanita
endometriosis
sebenarnya
masih
dipertanyakan, sebagian besar ahli
menghubungkannya
dengan
adesi
pelvis yang menghambat pergerakan
oosit dalam tuba, kualitas dan motilitas
oosit yang buruk akibat sekresi
kemokin
implan
endometriosis,
produksi inflamasi dan prostaglandin di
daerah pelvis akan menstimulasi
makrofag dan menghancurkan sperma
pasangan pria dan kemungkinan pula
berhubungan
dengan
kejadian
anovulasi. Dengan mempertimbangkan
usia, lamanya infertilitas dan beratnya
stadium pada pasien endometriosis
seringkali
tindakan
pembedahan
berperan penting untuk pasangan
infertil
dengan
endometriosis.
Pembedahan
pada
endometriosis
dengan infertilitas bertujuan untuk
menghilangkan atau mengangkat lesi
dan membebaskan perlekatan selain
juga mengembalikan posisi anatomis
pada
organ-organ
yang
terkait.
Beberapa
penelitian
mendapatkan
bahwa tingkat fertilitas pasien fertilitas
meningkat setelah dilakukan tindakan
pembedahan.
Keberadaan
endometrioma dengan diameter > 4
cm juga membutuhkan tindakan eksisi
dengan luaran fertilitas yang lebih baik
dibandingkan drainase atau koagulasi
endometriomanya
saja.
Eksisi
endometrioma ini juga memberikan
kemudahan
konfirmasi
diagnosis
melalui
histopatologi,
mengurangi
nyeri dan mempermudah pengambilan
ovum untuk program FIV. Inseminasi
intra uterin juga masih dapat dilakukan
pada pasien endometriosis meskipun
efektivitasnya
hanya
setengah
daripada pasien infertilitas akibat
sebab lain. Meskipun teknik reproduksi
berbantu pada pasien endometriosis
jelas lebih unggul dalam memperbaiki
fertilitas. Pilihan induksi ovulasi juga
menjadi
permasalahan
tersendiri
dimana kadangkala sulit untuk memilih
agen yang dipergunakan, beberapa
penelitian
menyimpulkan
bahwa
follicle stimulating hormone (FSH) lebih
efektif dalam induksi ovulasi daripada
clomiphene
citrate.
Pemberian
Gonadotropin
Releasing
Hormon
(GnRH)
agonis
pada
pasien
endometriosis dan infertilitas selama
3-6 bulan pra tindakan pembedahan
pada
satu
penelitian
justru
meningkatkan angka kehamilan hingga
empat kali lipat. Keberhasilan FIV pada
endometriosis juga sepertiga kali lebih
rendah
daripada wanita infertilitas
dengan kerusakan tuba. Sehingga
penatalaksanaan
endometriosis
khususnya dengan infertilitas hingga
saat ini masih banyak menimbulkan
kontroversi karena hasil penelitian
yang ada seringkali bertentangan satu
sama lain.
1
Kata Kunci : Endometriosis, Infertilitas, Induksi Ovulasi, Inseminasi,
Fertilisasi In Vitro
PENDAHULUAN
Endometriosis merupakan suatu masalah besar berupa pembentukan
jaringan endometrium diluar uterus yang menyebabkan nyeri dan
infertilitas. Kedua hal tersebut berbanding lurus dengan derajat stadium
penyakitnya terutama hubungannya dengan jumlah, tipe dan lokasi lesi
endometriosis dan nyeri yang dirasakan pasien. Artinya semakin berat
stadium endometriosis maka semakin berat pula keluhan nyeri atau
infertilitasnya.
Secara
keseluruhan
wanita
dengan
endometriosis
menghadapi masalah dengan fertilitasnya meskipun penelitian mengenai
berapa besar endometriosis
mempengaruhi
fertilitas
masih sangat
terbatas sehingga masih banyak didapatkan kontroversi
mengenai
penatalaksanaannya. Dan pada kenyataannya banyak pula pasien dengan
endometriosis yang tidak mengalami masalah dengan fertilitasnya.
1, 2
Fertilitas wanita endometriosis juga berhubungan dengan stadium
endometriosisnya, semakin berat stadium endometriosis maka semakin
berat pula infertilitasnya. Sehingga penetapan stadium dan pencegahan
progresivitas penyakit merupakan tujuan utama terapi. Hubungan antara
endometriosis dengan infertilitas sebenarnya belum begitu jelas meskipun
secara klinis umumnya endometriosis berhubungan dengan infertilitas.
Pandangan terkini asosiasi antara keduanya merupakan multifaktorial.
Berbagai hipotesis mengenai asosiasi ini akan dijelaskan kemudian.
3
Modalitas pembedahan dan medikamentosa endometriosis masih
belum mendapatkan angka keberhasilan yang pasti. Saat ini tengah
dikembangkan
berbagai
medikamentosa
yang
efektif
menangani
endometriosis dan sebagian besar obat tersebut menghambat fungsi
ovarium dengan berbagai mekanisme.
Medikamentosa yang banyak
digunakan saat ini diantaranya adalah gonadotropin-releasing hormon
agonis, kontrasepsi oral, hormonal lain. Medikamentosa ini belum meliputi
2
berbagai teknologi reproduksi berbantu (TRB) dalam stimulasi ovarium
yang dapat dipergunakan untuk melakukan augmentasi fertilitas. Jika
pembedahan dan medikamentosa tidak berhasil atau konsepsi alami tidak
mungkin terjadi karena adanya penghambat faktor tuba atau faktor pria
maka percepatan dengan TRB berupa fertilisasi in vitro (FIV) dengan intra
cytoplasmic sperm injection (ICSI).
4, 5
Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai pengaruh endometriosis terhadap fertilitas dan bagaimana
pendekatan penatalaksanaan infertilitas terkait endometriosis.
ENDOMETRIOSIS DAN INFERTILITAS
Endometriosis menyebabkan perubahan pada cairan peritoneum
yang berada sekitar pelvis. Sekitar 20 mL cairan serosa ini dikeluarkan
oleh ovarium setiap ovulasi. Fertilisasi oosit terjadi pada bagian distal tuba
falopii yaitu pars ampularis yang letaknya berdekatan dengan ovarium
dengan daerah terbuka yang menghadap ke rongga pelvis. Pars ampularis
ini turut berperan dalam fertilisasi normal. Sehingga secara logis
perubahan pada karakteristik cairan peritoneum akan mempengaruhi
konsepsi alami.6
Inflamasi pelvis sebagai gambaran klasik endometriosis tidak terjadi
karena lesi endometriosis saja tapi juga bisa terjadi akibat adanya faktorfaktor
yang
menyebabkan
proliferasi
pertumbuhan jaringan endometrium.
ektopik
endometrium
dan
7
Beberapa data penelitian menyimpulkan bahwa cairan peritoneum
pada endometriosis akan menyebabkan immobilisasi dan penurunan
motilitas sperma, kerusakan DNA sperma dan terhambatnya kapasitasi
sperma. Cairan peritoneum yang banyak mengandung sitokin dan
prostaglandin merupakan komponen toksik terhadap embrio. Beberapa
penelitian terhadap binatang mendapatkan data bahwa endometriosis
menyebabkan terhambatnya pembelahan embrio dan terhambatnya
implantasi. 8
Endometrioma merupakan salah satu kondisi yang mempengaruhi
fertilitas pasien endometriosis. Ukuran endometrioma yang besar akan
3
mendesak jaringan ovarium yang sehat dan mengurangi cadangan
ovarium.
Tindakan
pembedahan
merupakan
terapi
terpilih
untuk
endometrioma meskipun dikenal berbagai teknik operasi namun tidak ada
teknik operasi yang lebih unggul dari yang lain. Jaringan endometriosis
akan menyebabkan penurunan cadangan oosit ditambah dengan faktor
usia pasien sehingga hubungan endometriosis dan infertilitas tampak
sangat erat. 9
Cadangan ovarium wanita akan mengalami penurunan jumlahnya
secara alami setelah memasuki usia tiga puluh tahun namun dalam kasus
endometriosis penurunan cadangan ovarium ini dapat terjadi lebih cepat.
Sehingga penanganan kasus endometriosis pada pasien infertilitas juga
harus mempertimbangkan pemeriksaan faktor usia sebagai prediktor
cadangan ovarium.
Beberapa
10
teknik
diagnosis
telah
diketahui
untuk
memprediksi
cadangan ovarium. Yang telah banyak dikenal adalah kadar Follicle-
Stimulating Hormone (FSH) pada hari ketiga menstruasi dan pengukuran
antral follicle count (AFC) dari pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan
lain yang sedang banyak diteliti adalah anti-mullerian hormone (AMH).
Hormon ini lebih unggul dari metode yang telah banyak dikenal karena
sifatnya
yang
tidak
tergantung
siklus
menstruasi.
endometriosis kadar AMH ini lebih rendah dari yang normal.
Pada
pasien
1, 11, 12
Pengaruh endometriosis terhadap kualitas oosit sesungguhnya masih
dalam
perdebatan
dan
kontroversi.
Beberapa
peneliti
mendukung
hipotesis bahwa fertilitas pasien menurun bila didapatkan endometriosis.
Sebaliknya, ada juga yang berpendapat bahwa endometriosis sedikit saja
mempengaruhi fertilitas karena ternyata dari penelitian didapatkan bahwa
angka kehamilannya sama saja dengan yang tidak endometriosis bahkan
yang telah mendapat hiperstimulasi ovarium terkontrol sekalipun.6
Tabel 1. Perubahan faktor inflamasi yang berkontribusi terhadap
endometriosis terkait infertilitas3
No
Perubahan
Mekanisme
4
1
Kualitas Oosit Rendah
2
Penghambatan fertilisasi
3
Defek Implantasi
Peningkatan apoptosis sel granulosa
Perubahan cairan folikel
Penurunan motilitas sperma
Peningkatan fagositosis sperma
Penurunan kadar Integrin αvβ3 dan
leukemia inhibitory factor
Faktor uterus juga terkena dampak endometriosis. Terjadi beberapa
perubahan pada endometrium pasien endometriosis dan perubahan
tersebut tidak berhubungan dengan kadar estradiol ataupun progesteron.
Dikatakan
bahwa
pengaruh
endometriosis
terhadap
uterus
adalah
terjadinya abnormalitas terkait inflamasi pada produksi estradiol dan
resistensi berlebih terhadap paparan progesteron.
6
Pada endometriosis jumlah makrofag dan sel dendrit meningkat di
jaringan endometrium ektopik. Sel-sel ini adalah sumber utama sitokin –
interleukin (IL)-6, IL-8,IL-10, transforming growth factor dan TNF-�- yang
akan memicu aktivasi COX-2 dan produksi faktor neurotropik seperti nerve
growth factor. Faktor neurotropik otak adalah faktor pertumbuhan sensor
adrenergik
Aδ dan jaras
saraf kolinergik
pada lapisan fungsional
endometrium. Proses ini berlangsung simultan di peritoneum dan lesi
sebukan dalam endometriosis. Penekanan ovarium dengan menggunakan
GnRH analog atau pil kontrasepsi hormonal akan memperbaiki perubahan
endometrium ini. Apalagi pada pasien yang direncanakan untuk FIV. 13
Tabel 2. Perubahan pada cairan folikel wanita endometriosis 8
No
1
2
3
4
5
Meningkat
IL-1�, IL-6, IL-8
TNF-�
MCP-1
Endothelin-1
Natural Killer Cell, limfosit B, monosit
Pada
siklus
menstruasi,
reseptor
Menurun
VEGF
progesteron
tumbuh
dalam
endometrium selama fase folikular, dalam pengaruh estradiol. Proses ini
sangat penting untuk ekspresi komponen antiproliferasi dan pendukung
diferensiasi pada kelenjar endometrium dan stroma selama fase luteal.
5
Pada wanita endometriosis proses yang terjadi berbeda dengan proses
fisiologis diatas. Data penelitian yang ada menunjukkan bahwa pada
endometriosis terjadi resistensi berlebih terhadap komponen progesteron.
Resistensi ini mungkin berhubungan dengan perubahan isoform reseptor
progesteron.
14
Pada wanita endometriosis nyeri panggul dan dispareunia jelas akan
mempengaruhi kuantitas dan kualitas hubungan seksual pasangan suamiistri yang merupakan salah satu unsur penting penyebab infertilitas.
Penyebab
utama
terjadinya
nyeri
adalah
lesi
sebukan
dalam
endometriosis yang menginfilitrasi tunika muscularis di sekeliling organ
seperti kandung kemih atau rektum.3
Tabel 3. Tingkat kehamilan setelah terapi pada endometriosis
terkait infertilitas15
Dari uraian tersebut tampak bahwa hubungan endometriosis dan
infertilitas sangat erat dan terkait satu sama lain pada komponen fertilitas
seorang wanita dari uterus, tuba hingga ovarium.
TERAPI OPERATIF ATAU MEDIKAL
Saat ini semua bentuk terapi medisinal yang tersedia bersifat blokade
terhadap
fungsi
ovarium.
Penggunaannya
sangat
efektif
untuk
mengurangi nyeri panggul namun tidak seketika meningkatkan pula
fertilitas pasien. Sehingga perbaikan fertilitas pasien bukan merupakan
suatu indikasi penggunaan terapi medisinal.
Pengangkatan lesi endometriosis
baik dengan laparoskopi atau
laparotomi akan memperbaiki fertilitas pada endometriosis merupakan
6
permasalahan
yang
kompleks.
Bukti
penelitian
pertama
yang
berhubungan dengan infertilitas berasal dari penelitian Marcoux dkk 10
yang menyebutkan bahwa terdapat peningkatan odd ratio hingga 1,66 (CI
95%
; 1,09-2,51)
untuk terjadi
konsepsi spontan setelah operasi
pengangkatan lesi endometriosis.
Vercellini dkk16
melakukan penelitian yang melibatkan 222 wanita
yang menjalani pembedahan untuk berbagai stadium endometriosis tanpa
penyebab infertilitas lain didapatkan angka kumulatif kehamilan antara
30-50% setelah 18-36 bulan pasca operasi. Probabilitas untuk terjadi
konsepsi tidak tergantung stadium endometriosis. Dalam hal kasus
endometrioma
Hart
dkk17
menyimpulkan
bahwa
pada
eksisi
endometrioma yang ukuran diameternya lebih dari 3 cm memiliki angka
konsepsi yang lebih tinggi daripada tindakan drainase atau vaporisasi.
Tabel 4. Perbandingan tingkat kehamilan dan tingkat persalinan
diantara kasus endometriosis murni, infertilitas akibat faktor
tuba dan unexplained infertilty15
Pembedahan untuk lesi sebukan dalam endometriosis bertujuan
untuk menghilangkan nyeri klasik yang disebabkan lesi ini. Data
mengenai kemampuan reproduksi setelahnya belum banyak didapatkan.
Beberapa
menyebutkan
ulasannya, Vercellini dkk
angka
18
kehamilan
sebesar
24-54%.
Dalam
menekankan bahwa angka tersebut diatas
terlalu berlebihan, angka kehamilannya kemungkinan besar lebih rendah.
7
Selama ini telah dicoba untuk meningkatkan angka kehamilan
endometriosis dengan cara lain selain FIV termasuk hiperstimulasi
ovarium terkontrol baik dengan inseminasi ataupun tanpa inseminasi.
Terutama pada pasien yang penyebab infertilitasnya hanya endometriosis
saja
namun
ternyata
tampaknya
tidak
efektif
dan
efisien
dalam
penatalaksanaan infertilitas terkait endometriosis.
Steures dkk19 membandingkan hasil inseminasi pasien infertilitas
terkait endometriosis dan konservatif namun tidak mendapatkan hasil
yang lebih baik diantara keduanya. Omland dkk 20 melaporkan hasil
kehamilan yang lebih rendah pada pasien endometriosis dengan pasien
unexplained infertility,
Penggunaan
GnRH
agonis
sebagai
premedikasi
sebelum
FIV
memberikan hasil luaran yang sangat baik pada pasien endometriosis.
Penelitian kohort selama 60 bulan terhadap luaran fertilitas endometriosis
memberikan hasil yang lebih baik bila sebelumnya diberikan GnRH analog
selama 3 bulan.
21
Temuan ini juga memberikan informasi bahwa
penggunaan GnRH analog pada endometriosis tidak mempengaruhi
respon ovarium pada stimulasi ovarium terkontrol. Hasil yang sama juga
ditemukan pada metaanalisis terhadap tiga penelitian acak terhadap 165
wanita yang menggunakan GnRH agonis selama 3-6 bulan sebagai
premedikasi sebelum TRB.22 Durasi optimal penggunaan GnRH agonis ini
sebenarnya belum diketahui namun batasan 3-6 bulan digunakan karena
pertimbangan efek samping GnRH agonisnya saja.
8
Gambar
1.
Metanalisis
tingkat
kehamilan
antara
pasien
endometriosis dan faktor tuba23
Mekanisme yang menyebabkan premedikasi dengan GnRH agonis
meningkatkan luaran FIV belum begitu jelas dan masih bersifat hipotesis.
Mekanisme tersebut diduga berkaitan dengan perubahan endometrium
pada endometriosis, dengan pemberian GnRH agonis terjadi perbaikan
yang akan menyebabkan reseptivitas endometrium meningkat. Hal serupa
terjadi pada penekanan ovulasi dengan penggunaan kontrasepsi oral. 24
Namun perubahan pada simpul saraf endometrium tidak bersifat menetap
dan masih dapat kembali menimbulkan nyeri bila terapi yang diberikan
dihentikan.
Pembedahan endometriosis untuk meningkatkan hasil FIV juga masih
berbeda antara satu penelitian dengan penelitian yang lain. Seperti pada
kasus endometriosis sebukan dalam, ada penelitian yang menunjukkan
manfaat terhadap fertilitas
bermanfaat
fertilitas
25
namun ada juga yang mengatakan tidak
. Kemanfaatan pembedahan endometriosis terhadap luaran
26
terutama
berhubungan
dengan
9
adanya
endometrioma.
Pengangkatan endometrioma baik melalui kistektomi ataupun ablasi akan
mengurangi sel endometriosis sehingga kondisi inflamasi intra pelvik akan
membaik. Di sisi lain pengangkatan yang tidak hati-hati dapat merusak
pula jaringan yang sehat sehingga mengurangi cadangan ovarium. Hal ini
terjadi terutama pada wanita dengan endometrioma bilateral, cadangan
ovarium yang sudah buruk atau telah menjalani operasi sebelumnya.
Sehingga tindakan operatif pada endometriosis memiliki luaran yang lebih
baik bila cadangan ovariumnya masih baik, belum pernah operasi
sebelumnya, unilateral dan pertumbuhan yang cepat. Meskipun begitu
pertimbangan untuk tidak melakukan operasi sebelum FIV harus pula
mengingat bahwa endometriosis dapat bersifat embiotoksik bagi embrio
yang akan dilakukan transfer.
Bila didapatkan endometriosis pada tuba atau hidrosalping maka
pembedahan sangat dianjurkan karena sifat embriotoksik yang disebutkan
sebelumnya. Karena hidrosalping sendiri akan menurunkan keberhasilan
FIV sebesar 50%
. Pembedahan terhadap hidrosalping dapat berupa
27
salpingektomi, kliping ataupun aspirasi. Begitu pula nyeri endometriosis
harus menjadi pertimbangan dalam memutuskan perlunya pembedahan
karena nyeri endometriosis juga berhubungan dengan fertilitas.
MANAJEMEN INFERTILITAS PADA ENDOMETRIOSIS
Pembedahan harus ditawarkan lebih dini pada pasien infertilitas
terkait endometriosis
sebagai bagian dari penatalaksanaan karena
keuntungannya dalam meningkatkan angka konsepsi alami. Seperti
diketahui
dalam
penelitian
Vercellini
dkk
16
yang
menemukan
meningkatnya angka fertilitas setelah operasi. Waktu yang tersedia terkait
usia, cadangan ovarium dan status faktor tuba dan faktor pria merupakan
faktor utama yang penting untuk dipertimbangkan selain stadium
penyakit. Setelah tindakan operatif kita masih membutuhkan waktu 12
bulan untuk memberikan kesempatan pemulihan dan kemungkinan untuk
konsepsi secara alami.
10
Sebelum
memutuskan
untuk
melakukan
pembedahan
atau
medikamentosa terlebih dahulu, cadangan ovarium sekali lagi merupakan
faktor pertimbangan utama dalam penatalaksanaan infertilitas jika terjadi
penurunan atau usia pasien sudah lebih dari 38 tahun dan infertilitas telah
berlangsung lama maka
tindakan FIV sangat perlu untuk segera
dilakukan, bahkan bila stadium endometriosis tidak terlalu berat tindakan
pembedahan dapat ditunda. Keputusan ini akan semakin kuat bila
ternyata ada gangguan pada faktor tuba atau faktor pria seperti tampak
pada gambar 1.
Gambar 1. Algoritma penanganan infertilitas terkait endometriosis (de
Ziegler, 2010)
Temuan laparoskopi diagnostik pada wanita infertil sejumlah 30%
adalah endometriosis. Angka ini meningkat menjadi 50% bila disertai
adanya riwayat nyeri haid sedang hingga berat. Pencitraan pelvis
menggunakan ultrasonografi atau magnetic resonance imaging (MRI)
11
biasanya
dapat
dipergunakan
untuk
mencari
lesi
sebukan
dalam
endometriosis namun tidak begitu akurat untuk memperlihatkan lesi
superfisial.
Wanita
endometriosis
yang
dilakukan
pembedahan
mempunyai probabilitas 50% akan hamil spontan dalam waktu 1-2 tahun
setelah pembedahan. Meskipun data tersebut masih memiliki bias namun
keuntungan klinis dilakukan pembedahan masih dapat dipertimbangkan.
Rekomendasi untuk dilakukan pembedahan dini pada kasus endometriosis
dengan infertilitasi tampaknya bertentangan dengan logika awam dimana
hendaknya
terapi
dimulai
dari
yang
paling
non
invasif
hingga
pembedahan jika terapi konservatif gagal. Sehingga bila keputusan klinis
kita terhadap endometriosis membutuhkan pembedahan dini maka hal
tersebut harus dijelaskan kepada pasien secara menyeluruh agar pasien
dapat memahami alasan dilakukannya tindakan tersebut.23
Sebelum
dilakukan
tindakan pembedahan
diperlukan
beberapa
verifikasi. Cadangan ovarium harus diperiksa terlebih dahulu jika nilainya
rendah, usia pasien lebih dari 38 tahun atau durasi infertilitas yang lama
maka penjelasan pasien harus mengarah kepada tindakan FIV sehingga
tindakan pembedahan dapat dilewatkan.
Pembedahan
sangat
besar
tetap
bagi
harus
pasien
dipertimbangkan
endometriosis
karena
untuk
manfaatnya
meningkatkan
kemungkinan konsepsi alami. Diharapkan konsepsi alami terjadi paling
lama satu tahun setelah pembedahan. Jika hal ini gagal maka menurut de
Ziegler28 sebaiknya tindakan selanjutnya adalah FIV. Menurut bagan de
Ziegler pada gambar 1 tidak dianjurkan untuk dilakukan hiperstimulasi
ovarium terkontrol yang dilanjutkan dengan inseminasi karena tidak tepat
guna secara ekonomis dan luarannya kurang baik berdasarkan beberapa
metaanalisis.
Bahkan mereka menganjurkan untuk setiap pasien endometriosis di
stadium
manapun
yang
mungkin
dilakukan
pembedahan
bila
menghendaki untuk segera hamil semestinya juga ditawarkan untuk
langsung
dilakukan
FIV
tanpa
pembedahan
12
dengan
pertimbangan
rumitnya
penatalaksanaan
endometriosis
dan
kerugian
dan
ketidaknyamanan pasien yang timbul pada setiap tindakan yang dipilih.
Jika ada indikasi untuk dilakukan FIV maka tindakan pembedahan
tidak begitu banyak memberi manfaat, sebaliknya justru pemberian GnRH
agonis selama tiga bulan sebelum tindakan FIV lebih direkomendasikan
dan memberikan luaran fertilitas yang lebih baik. Hasil serupa juga
didapatkan pada siklus yang diberikan pil kontrasepsi memberikan luaran
yang baik pada kasus endometriosis meskipun belum didapatkan data
penelitian terkait hal tersebut.
Pilihan untuk langsung melakukan FIV tanpa pembedahan pada
endometriosis ini sebaiknya tidak dilakukan bila memang ditemukan
adanya nyeri pelvis berat, adanya hidrosalping dan endometrioma yang
besar atau bilateral. Pada kasus ini tindakan pembedahan terlebih dahulu
lebih memberikan manfaat dan dilanjutkan dengan FIV.
13
Gambar 2. Algoritma penanganan infertilitas terkait endometriosis
(Unpad, 2010)
Berbeda dengan kesimpulan de Ziegler diatas di Klinik Aster RS Hasan
Sadikin Bandung saat ini masih menganut perlunya tindakan laparoskopi
diagnostik untuk menegakkan dianostik endometriosis bila didapatkan hasil yang
positif dapat diberikan GnRH agonis sebanyak dua siklus yang
dilanjutkan
dengan operasi definitif berupa eksisi atau ablasi.
Setelah ditentukan stadium endometriosis dan operasi definitif dilanjutkan
dengan pemberian GnRH agonis sebanyak empat siklus. Batasan usia yang
dipergunakan adalah 30 tahun, lama infertilitas satu tahun dan faktor infertilitas
lain seperti faktor tuba dan faktor pria. Bila ditemukan penghambat pada salah
satu
point
diatas
dapat
dilakukan
tindakan
FIV
segera
untuk
lebih
mengoptimalkan luaran fertilitas. Bila tidak maka pilihan selanjutnya adalah
observasi selama satu tahun atau inseminasi.
KESIMPULAN
Penyebab infertilitas yang disebabkan endometriosis sesungguhnya masih
menimbulkan banyak pertanyaan yang belum terjawab dan kemungkinan
penyebabnya multifaktorial. Keuntungan pembedahan, terapi medikamentosa
dan TRB terkait satu sama lain membentuk jalinan yang sulit diuraikan.
Permasalahan endometriosis dan infertilitas ini sangat rumit dan membutuhkan
pendekatan holistik dalam penatalaksanaan dan pemilihan terapi. Hingga saat
ini sekalipun data-data yang ada belum memberikan hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Balen AH. Infertility in practice.Edisi ke- 3,
London: Informa
Healthcare, Ltd; 2008
2. Brosens I, Gordts S, Valkenburg M, Puttemans P, Campo R, Gordts S.
Investigation of the infertile couple: when is the appropriate time to
explore female infertility? Hum Reprod. 2004;19(8 ):1689-92.
3. Germeyer A, Giudice LC. How does endometriosis cause infertility?
Dalam: Tulandi T, Redwine D, penyunting. Endometriosis advances and
controversies.Edisi ke- 1, New York: Marcel Dekker Inc, 2004; h. 15167.
4. Donnez J, Squifflet J, Pirard C, Jadoul P, Wyns C, Smets M. The efficacy
of medical and surgical treatment of endometriosis-associated
infertility and pelvic pain. Gynecol Obstet Invest. 2002;54 Suppl 1:2-7;
discussion -10.
14
5. A.Akande V, P.Hunt L, J.Cahill D, M.Jenkins J. Differences in time to
natural conception between women with unexplained infertility and
infertile
women
with
minor
endometriosis.
Hum
Reprod.
2004;19(1):96-103.
6. Garrido N, Navarro J, Remohi J, Simon C, Pellicer A. Follicular hormonal
environment and embryo quality in women with endometriosis. Hum
Reprod Update. 2000;6(1):67-74.
7. Simpson JL. Molecular approach to common causes of female infertility.
Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol. 2002;16(5):685-702.
8. Mahutte NG, Kayisli U, Arici A. Endometriosis is an inflammatory
disease Dalam: Olive DL, penyunting. Endometriosis in clinical
practice.Edisi, Oxfordshire: Taylor & Francis Group, 2005; h. 106-21.
9. Vercellini P, Somigliana E, Vigano P, Abbiati A, Barbara G, Crosignani
PG. Surgery for endometriosis-associated infertility: a pragmatic
approach. Hum Reprod. 2009;24(2):254-69.
10. Marcoux S, Maheux R, Berube S. Laparoscopic surgery in infertile
women with minimal or mild endometriosis. Canadian Collaborative
Group on Endometriosis. N Engl J Med. 1997;337(4):217-22.
11. Covington SN, Burns LH. Infertility counseling : a comprehensive
handbook for clinicians Edisi ke- 2, Cambridge: Cambridge University
Press; 2006.
12. Coccia ME, Rizzello F, Cammilli F, Bracco GL, Scarselli G. Endometriosis
and infertility surgery and ART: An integrated approach for successful
management. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2008;138(1):54-9.
13. Berbic M, Schulke L, Markham R, Tokushige N, Russell P, Fraser IS.
Macrophage expression in endometrium of women with and without
endometriosis. Hum Reprod. 2009;24(2):325-32.
14. Bulun SE, Fang Z, Imir G, Gurates B, Tamura M, Yilmaz B, et al. The
biology of endometriosis: aromatase and endometriosis Dalam: Olive
DL, penyunting. Endometriosis in clinical practice.Edisi, Oxfordshire:
Taylor & Francis Group, 2005; h. 158-68.
15. Pouly JL, Kamble M, Janny MCL, Botroschivili R, Piekrischvili R, Schubert
B. Endometriosis and assisted reproduction Dalam: Sutton C, Jones K,
Adamson GD, penyunting. Modern management of endometriosis.Edisi
ke- 1, Oxon: Taylor & Francis Group Ltd, 2006; h. 307-16.
16. Vercellini P, Fedele L, Aimi G, De Giorgi O, Consonni D, Crosignani PG.
Reproductive performance, pain recurrence and disease relapse after
conservative surgical treatment for endometriosis: the predictive value
of the current classification system. Hum Reprod. 2006;21(10):267985.
17. Hart RJ, Hickey M, Maouris P, Buckett W. Excisional surgery versus
ablative surgery for ovarian endometriomata. Cochrane Database Syst
Rev. 2008(2):CD004992.
18. Vercellini P, Somigliana E, Vigano P, Abbiati A, Barbara G, Crosignani
PG. Endometriosis: current therapies and new pharmacological
developments. Drugs. 2009;69(6):649-75.
19. Steures P, van der Steeg JW, Hompes PG, Habbema JD, Eijkemans MJ,
Broekmans FJ, et al. Intrauterine insemination with controlled ovarian
15
hyperstimulation versus expectant management for couples with
unexplained subfertility and an intermediate prognosis: a randomised
clinical trial. Lancet. 2006;368(9531):216-21.
20. Omland AK, Tanbo T, Dale PO, Abyholm T. Artificial insemination by
husband in unexplained infertility compared with infertility associated
with peritoneal endometriosis. Hum Reprod. 1998;13(9):2602-5.
21. Surrey ES, Hornstein MD. Prolonged GnRH agonist and add-back
therapy for symptomatic endometriosis: long-term follow-up. Obstet
Gynecol. 2002;99(5 Pt 1):709-19.
22. Sallam HN, Garcia-Velasco JA, Dias S, Arici A. Long-term pituitary downregulation before in vitro fertilization (IVF) for women with
endometriosis. Cochrane Database Syst Rev. 2006(1):CD004635.
23. Barnhart K, Dunsmoor-Su R, Coutifaris C. Effect of endometriosis on in
vitro fertilization. Fertil Steril. 2002;77(6):1148-55.
24. Tokushige N, Markham R, Russell P, Fraser IS. Effect of progestogens
and combined oral contraceptives on nerve fibers in peritoneal
endometriosis. Fertil Steril. 2009;92(4):1234-9.
25. Bianchi PH, Pereira RM, Zanatta A, Alegretti JR, Motta EL, Serafini PC.
Extensive excision of deep infiltrative endometriosis before in vitro
fertilization significantly improves pregnancy rates. J Minim Invasive
Gynecol. 2009;16(2):174-80.
26. Garcia-Velasco JA, Mahutte NG, Corona J, Zuniga V, Giles J, Arici A, et
al. Removal of endometriomas before in vitro fertilization does not
improve fertility outcomes: a matched, case-control study. Fertil Steril.
2004;81(5):1194-7.
27. Daftary GS, Kayisli U, Seli E, Bukulmez O, Arici A, Taylor HS.
Salpingectomy increases peri-implantation endometrial HOXA10
expression in women with hydrosalpinx. Fertil Steril. 2007;87(2):36772.
28. de Ziegler D, Borghese B, Chapron C. Endometriosis and infertility:
pathophysiology and management. Lancet. 2010;376(9742):730-8.
16
Fasilitas Teknologi Reproduksi Berbantu ?
Tono Djuwantono, Mulya N A Ritonga
Subbagian Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran
RS dr. Hasan Sadikin Bandung
ABSTRAK
Wanita dengan endometriosis memiliki
keterbatasan fertilitas
dibandingkan
wanita normal. Kemampuan fertilitas
ini
sebanding
dengan
beratnya
stadium
endometriosis.
Penyebab
terjadinya infertilitas pada wanita
endometriosis
sebenarnya
masih
dipertanyakan, sebagian besar ahli
menghubungkannya
dengan
adesi
pelvis yang menghambat pergerakan
oosit dalam tuba, kualitas dan motilitas
oosit yang buruk akibat sekresi
kemokin
implan
endometriosis,
produksi inflamasi dan prostaglandin di
daerah pelvis akan menstimulasi
makrofag dan menghancurkan sperma
pasangan pria dan kemungkinan pula
berhubungan
dengan
kejadian
anovulasi. Dengan mempertimbangkan
usia, lamanya infertilitas dan beratnya
stadium pada pasien endometriosis
seringkali
tindakan
pembedahan
berperan penting untuk pasangan
infertil
dengan
endometriosis.
Pembedahan
pada
endometriosis
dengan infertilitas bertujuan untuk
menghilangkan atau mengangkat lesi
dan membebaskan perlekatan selain
juga mengembalikan posisi anatomis
pada
organ-organ
yang
terkait.
Beberapa
penelitian
mendapatkan
bahwa tingkat fertilitas pasien fertilitas
meningkat setelah dilakukan tindakan
pembedahan.
Keberadaan
endometrioma dengan diameter > 4
cm juga membutuhkan tindakan eksisi
dengan luaran fertilitas yang lebih baik
dibandingkan drainase atau koagulasi
endometriomanya
saja.
Eksisi
endometrioma ini juga memberikan
kemudahan
konfirmasi
diagnosis
melalui
histopatologi,
mengurangi
nyeri dan mempermudah pengambilan
ovum untuk program FIV. Inseminasi
intra uterin juga masih dapat dilakukan
pada pasien endometriosis meskipun
efektivitasnya
hanya
setengah
daripada pasien infertilitas akibat
sebab lain. Meskipun teknik reproduksi
berbantu pada pasien endometriosis
jelas lebih unggul dalam memperbaiki
fertilitas. Pilihan induksi ovulasi juga
menjadi
permasalahan
tersendiri
dimana kadangkala sulit untuk memilih
agen yang dipergunakan, beberapa
penelitian
menyimpulkan
bahwa
follicle stimulating hormone (FSH) lebih
efektif dalam induksi ovulasi daripada
clomiphene
citrate.
Pemberian
Gonadotropin
Releasing
Hormon
(GnRH)
agonis
pada
pasien
endometriosis dan infertilitas selama
3-6 bulan pra tindakan pembedahan
pada
satu
penelitian
justru
meningkatkan angka kehamilan hingga
empat kali lipat. Keberhasilan FIV pada
endometriosis juga sepertiga kali lebih
rendah
daripada wanita infertilitas
dengan kerusakan tuba. Sehingga
penatalaksanaan
endometriosis
khususnya dengan infertilitas hingga
saat ini masih banyak menimbulkan
kontroversi karena hasil penelitian
yang ada seringkali bertentangan satu
sama lain.
1
Kata Kunci : Endometriosis, Infertilitas, Induksi Ovulasi, Inseminasi,
Fertilisasi In Vitro
PENDAHULUAN
Endometriosis merupakan suatu masalah besar berupa pembentukan
jaringan endometrium diluar uterus yang menyebabkan nyeri dan
infertilitas. Kedua hal tersebut berbanding lurus dengan derajat stadium
penyakitnya terutama hubungannya dengan jumlah, tipe dan lokasi lesi
endometriosis dan nyeri yang dirasakan pasien. Artinya semakin berat
stadium endometriosis maka semakin berat pula keluhan nyeri atau
infertilitasnya.
Secara
keseluruhan
wanita
dengan
endometriosis
menghadapi masalah dengan fertilitasnya meskipun penelitian mengenai
berapa besar endometriosis
mempengaruhi
fertilitas
masih sangat
terbatas sehingga masih banyak didapatkan kontroversi
mengenai
penatalaksanaannya. Dan pada kenyataannya banyak pula pasien dengan
endometriosis yang tidak mengalami masalah dengan fertilitasnya.
1, 2
Fertilitas wanita endometriosis juga berhubungan dengan stadium
endometriosisnya, semakin berat stadium endometriosis maka semakin
berat pula infertilitasnya. Sehingga penetapan stadium dan pencegahan
progresivitas penyakit merupakan tujuan utama terapi. Hubungan antara
endometriosis dengan infertilitas sebenarnya belum begitu jelas meskipun
secara klinis umumnya endometriosis berhubungan dengan infertilitas.
Pandangan terkini asosiasi antara keduanya merupakan multifaktorial.
Berbagai hipotesis mengenai asosiasi ini akan dijelaskan kemudian.
3
Modalitas pembedahan dan medikamentosa endometriosis masih
belum mendapatkan angka keberhasilan yang pasti. Saat ini tengah
dikembangkan
berbagai
medikamentosa
yang
efektif
menangani
endometriosis dan sebagian besar obat tersebut menghambat fungsi
ovarium dengan berbagai mekanisme.
Medikamentosa yang banyak
digunakan saat ini diantaranya adalah gonadotropin-releasing hormon
agonis, kontrasepsi oral, hormonal lain. Medikamentosa ini belum meliputi
2
berbagai teknologi reproduksi berbantu (TRB) dalam stimulasi ovarium
yang dapat dipergunakan untuk melakukan augmentasi fertilitas. Jika
pembedahan dan medikamentosa tidak berhasil atau konsepsi alami tidak
mungkin terjadi karena adanya penghambat faktor tuba atau faktor pria
maka percepatan dengan TRB berupa fertilisasi in vitro (FIV) dengan intra
cytoplasmic sperm injection (ICSI).
4, 5
Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai pengaruh endometriosis terhadap fertilitas dan bagaimana
pendekatan penatalaksanaan infertilitas terkait endometriosis.
ENDOMETRIOSIS DAN INFERTILITAS
Endometriosis menyebabkan perubahan pada cairan peritoneum
yang berada sekitar pelvis. Sekitar 20 mL cairan serosa ini dikeluarkan
oleh ovarium setiap ovulasi. Fertilisasi oosit terjadi pada bagian distal tuba
falopii yaitu pars ampularis yang letaknya berdekatan dengan ovarium
dengan daerah terbuka yang menghadap ke rongga pelvis. Pars ampularis
ini turut berperan dalam fertilisasi normal. Sehingga secara logis
perubahan pada karakteristik cairan peritoneum akan mempengaruhi
konsepsi alami.6
Inflamasi pelvis sebagai gambaran klasik endometriosis tidak terjadi
karena lesi endometriosis saja tapi juga bisa terjadi akibat adanya faktorfaktor
yang
menyebabkan
proliferasi
pertumbuhan jaringan endometrium.
ektopik
endometrium
dan
7
Beberapa data penelitian menyimpulkan bahwa cairan peritoneum
pada endometriosis akan menyebabkan immobilisasi dan penurunan
motilitas sperma, kerusakan DNA sperma dan terhambatnya kapasitasi
sperma. Cairan peritoneum yang banyak mengandung sitokin dan
prostaglandin merupakan komponen toksik terhadap embrio. Beberapa
penelitian terhadap binatang mendapatkan data bahwa endometriosis
menyebabkan terhambatnya pembelahan embrio dan terhambatnya
implantasi. 8
Endometrioma merupakan salah satu kondisi yang mempengaruhi
fertilitas pasien endometriosis. Ukuran endometrioma yang besar akan
3
mendesak jaringan ovarium yang sehat dan mengurangi cadangan
ovarium.
Tindakan
pembedahan
merupakan
terapi
terpilih
untuk
endometrioma meskipun dikenal berbagai teknik operasi namun tidak ada
teknik operasi yang lebih unggul dari yang lain. Jaringan endometriosis
akan menyebabkan penurunan cadangan oosit ditambah dengan faktor
usia pasien sehingga hubungan endometriosis dan infertilitas tampak
sangat erat. 9
Cadangan ovarium wanita akan mengalami penurunan jumlahnya
secara alami setelah memasuki usia tiga puluh tahun namun dalam kasus
endometriosis penurunan cadangan ovarium ini dapat terjadi lebih cepat.
Sehingga penanganan kasus endometriosis pada pasien infertilitas juga
harus mempertimbangkan pemeriksaan faktor usia sebagai prediktor
cadangan ovarium.
Beberapa
10
teknik
diagnosis
telah
diketahui
untuk
memprediksi
cadangan ovarium. Yang telah banyak dikenal adalah kadar Follicle-
Stimulating Hormone (FSH) pada hari ketiga menstruasi dan pengukuran
antral follicle count (AFC) dari pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan
lain yang sedang banyak diteliti adalah anti-mullerian hormone (AMH).
Hormon ini lebih unggul dari metode yang telah banyak dikenal karena
sifatnya
yang
tidak
tergantung
siklus
menstruasi.
endometriosis kadar AMH ini lebih rendah dari yang normal.
Pada
pasien
1, 11, 12
Pengaruh endometriosis terhadap kualitas oosit sesungguhnya masih
dalam
perdebatan
dan
kontroversi.
Beberapa
peneliti
mendukung
hipotesis bahwa fertilitas pasien menurun bila didapatkan endometriosis.
Sebaliknya, ada juga yang berpendapat bahwa endometriosis sedikit saja
mempengaruhi fertilitas karena ternyata dari penelitian didapatkan bahwa
angka kehamilannya sama saja dengan yang tidak endometriosis bahkan
yang telah mendapat hiperstimulasi ovarium terkontrol sekalipun.6
Tabel 1. Perubahan faktor inflamasi yang berkontribusi terhadap
endometriosis terkait infertilitas3
No
Perubahan
Mekanisme
4
1
Kualitas Oosit Rendah
2
Penghambatan fertilisasi
3
Defek Implantasi
Peningkatan apoptosis sel granulosa
Perubahan cairan folikel
Penurunan motilitas sperma
Peningkatan fagositosis sperma
Penurunan kadar Integrin αvβ3 dan
leukemia inhibitory factor
Faktor uterus juga terkena dampak endometriosis. Terjadi beberapa
perubahan pada endometrium pasien endometriosis dan perubahan
tersebut tidak berhubungan dengan kadar estradiol ataupun progesteron.
Dikatakan
bahwa
pengaruh
endometriosis
terhadap
uterus
adalah
terjadinya abnormalitas terkait inflamasi pada produksi estradiol dan
resistensi berlebih terhadap paparan progesteron.
6
Pada endometriosis jumlah makrofag dan sel dendrit meningkat di
jaringan endometrium ektopik. Sel-sel ini adalah sumber utama sitokin –
interleukin (IL)-6, IL-8,IL-10, transforming growth factor dan TNF-�- yang
akan memicu aktivasi COX-2 dan produksi faktor neurotropik seperti nerve
growth factor. Faktor neurotropik otak adalah faktor pertumbuhan sensor
adrenergik
Aδ dan jaras
saraf kolinergik
pada lapisan fungsional
endometrium. Proses ini berlangsung simultan di peritoneum dan lesi
sebukan dalam endometriosis. Penekanan ovarium dengan menggunakan
GnRH analog atau pil kontrasepsi hormonal akan memperbaiki perubahan
endometrium ini. Apalagi pada pasien yang direncanakan untuk FIV. 13
Tabel 2. Perubahan pada cairan folikel wanita endometriosis 8
No
1
2
3
4
5
Meningkat
IL-1�, IL-6, IL-8
TNF-�
MCP-1
Endothelin-1
Natural Killer Cell, limfosit B, monosit
Pada
siklus
menstruasi,
reseptor
Menurun
VEGF
progesteron
tumbuh
dalam
endometrium selama fase folikular, dalam pengaruh estradiol. Proses ini
sangat penting untuk ekspresi komponen antiproliferasi dan pendukung
diferensiasi pada kelenjar endometrium dan stroma selama fase luteal.
5
Pada wanita endometriosis proses yang terjadi berbeda dengan proses
fisiologis diatas. Data penelitian yang ada menunjukkan bahwa pada
endometriosis terjadi resistensi berlebih terhadap komponen progesteron.
Resistensi ini mungkin berhubungan dengan perubahan isoform reseptor
progesteron.
14
Pada wanita endometriosis nyeri panggul dan dispareunia jelas akan
mempengaruhi kuantitas dan kualitas hubungan seksual pasangan suamiistri yang merupakan salah satu unsur penting penyebab infertilitas.
Penyebab
utama
terjadinya
nyeri
adalah
lesi
sebukan
dalam
endometriosis yang menginfilitrasi tunika muscularis di sekeliling organ
seperti kandung kemih atau rektum.3
Tabel 3. Tingkat kehamilan setelah terapi pada endometriosis
terkait infertilitas15
Dari uraian tersebut tampak bahwa hubungan endometriosis dan
infertilitas sangat erat dan terkait satu sama lain pada komponen fertilitas
seorang wanita dari uterus, tuba hingga ovarium.
TERAPI OPERATIF ATAU MEDIKAL
Saat ini semua bentuk terapi medisinal yang tersedia bersifat blokade
terhadap
fungsi
ovarium.
Penggunaannya
sangat
efektif
untuk
mengurangi nyeri panggul namun tidak seketika meningkatkan pula
fertilitas pasien. Sehingga perbaikan fertilitas pasien bukan merupakan
suatu indikasi penggunaan terapi medisinal.
Pengangkatan lesi endometriosis
baik dengan laparoskopi atau
laparotomi akan memperbaiki fertilitas pada endometriosis merupakan
6
permasalahan
yang
kompleks.
Bukti
penelitian
pertama
yang
berhubungan dengan infertilitas berasal dari penelitian Marcoux dkk 10
yang menyebutkan bahwa terdapat peningkatan odd ratio hingga 1,66 (CI
95%
; 1,09-2,51)
untuk terjadi
konsepsi spontan setelah operasi
pengangkatan lesi endometriosis.
Vercellini dkk16
melakukan penelitian yang melibatkan 222 wanita
yang menjalani pembedahan untuk berbagai stadium endometriosis tanpa
penyebab infertilitas lain didapatkan angka kumulatif kehamilan antara
30-50% setelah 18-36 bulan pasca operasi. Probabilitas untuk terjadi
konsepsi tidak tergantung stadium endometriosis. Dalam hal kasus
endometrioma
Hart
dkk17
menyimpulkan
bahwa
pada
eksisi
endometrioma yang ukuran diameternya lebih dari 3 cm memiliki angka
konsepsi yang lebih tinggi daripada tindakan drainase atau vaporisasi.
Tabel 4. Perbandingan tingkat kehamilan dan tingkat persalinan
diantara kasus endometriosis murni, infertilitas akibat faktor
tuba dan unexplained infertilty15
Pembedahan untuk lesi sebukan dalam endometriosis bertujuan
untuk menghilangkan nyeri klasik yang disebabkan lesi ini. Data
mengenai kemampuan reproduksi setelahnya belum banyak didapatkan.
Beberapa
menyebutkan
ulasannya, Vercellini dkk
angka
18
kehamilan
sebesar
24-54%.
Dalam
menekankan bahwa angka tersebut diatas
terlalu berlebihan, angka kehamilannya kemungkinan besar lebih rendah.
7
Selama ini telah dicoba untuk meningkatkan angka kehamilan
endometriosis dengan cara lain selain FIV termasuk hiperstimulasi
ovarium terkontrol baik dengan inseminasi ataupun tanpa inseminasi.
Terutama pada pasien yang penyebab infertilitasnya hanya endometriosis
saja
namun
ternyata
tampaknya
tidak
efektif
dan
efisien
dalam
penatalaksanaan infertilitas terkait endometriosis.
Steures dkk19 membandingkan hasil inseminasi pasien infertilitas
terkait endometriosis dan konservatif namun tidak mendapatkan hasil
yang lebih baik diantara keduanya. Omland dkk 20 melaporkan hasil
kehamilan yang lebih rendah pada pasien endometriosis dengan pasien
unexplained infertility,
Penggunaan
GnRH
agonis
sebagai
premedikasi
sebelum
FIV
memberikan hasil luaran yang sangat baik pada pasien endometriosis.
Penelitian kohort selama 60 bulan terhadap luaran fertilitas endometriosis
memberikan hasil yang lebih baik bila sebelumnya diberikan GnRH analog
selama 3 bulan.
21
Temuan ini juga memberikan informasi bahwa
penggunaan GnRH analog pada endometriosis tidak mempengaruhi
respon ovarium pada stimulasi ovarium terkontrol. Hasil yang sama juga
ditemukan pada metaanalisis terhadap tiga penelitian acak terhadap 165
wanita yang menggunakan GnRH agonis selama 3-6 bulan sebagai
premedikasi sebelum TRB.22 Durasi optimal penggunaan GnRH agonis ini
sebenarnya belum diketahui namun batasan 3-6 bulan digunakan karena
pertimbangan efek samping GnRH agonisnya saja.
8
Gambar
1.
Metanalisis
tingkat
kehamilan
antara
pasien
endometriosis dan faktor tuba23
Mekanisme yang menyebabkan premedikasi dengan GnRH agonis
meningkatkan luaran FIV belum begitu jelas dan masih bersifat hipotesis.
Mekanisme tersebut diduga berkaitan dengan perubahan endometrium
pada endometriosis, dengan pemberian GnRH agonis terjadi perbaikan
yang akan menyebabkan reseptivitas endometrium meningkat. Hal serupa
terjadi pada penekanan ovulasi dengan penggunaan kontrasepsi oral. 24
Namun perubahan pada simpul saraf endometrium tidak bersifat menetap
dan masih dapat kembali menimbulkan nyeri bila terapi yang diberikan
dihentikan.
Pembedahan endometriosis untuk meningkatkan hasil FIV juga masih
berbeda antara satu penelitian dengan penelitian yang lain. Seperti pada
kasus endometriosis sebukan dalam, ada penelitian yang menunjukkan
manfaat terhadap fertilitas
bermanfaat
fertilitas
25
namun ada juga yang mengatakan tidak
. Kemanfaatan pembedahan endometriosis terhadap luaran
26
terutama
berhubungan
dengan
9
adanya
endometrioma.
Pengangkatan endometrioma baik melalui kistektomi ataupun ablasi akan
mengurangi sel endometriosis sehingga kondisi inflamasi intra pelvik akan
membaik. Di sisi lain pengangkatan yang tidak hati-hati dapat merusak
pula jaringan yang sehat sehingga mengurangi cadangan ovarium. Hal ini
terjadi terutama pada wanita dengan endometrioma bilateral, cadangan
ovarium yang sudah buruk atau telah menjalani operasi sebelumnya.
Sehingga tindakan operatif pada endometriosis memiliki luaran yang lebih
baik bila cadangan ovariumnya masih baik, belum pernah operasi
sebelumnya, unilateral dan pertumbuhan yang cepat. Meskipun begitu
pertimbangan untuk tidak melakukan operasi sebelum FIV harus pula
mengingat bahwa endometriosis dapat bersifat embiotoksik bagi embrio
yang akan dilakukan transfer.
Bila didapatkan endometriosis pada tuba atau hidrosalping maka
pembedahan sangat dianjurkan karena sifat embriotoksik yang disebutkan
sebelumnya. Karena hidrosalping sendiri akan menurunkan keberhasilan
FIV sebesar 50%
. Pembedahan terhadap hidrosalping dapat berupa
27
salpingektomi, kliping ataupun aspirasi. Begitu pula nyeri endometriosis
harus menjadi pertimbangan dalam memutuskan perlunya pembedahan
karena nyeri endometriosis juga berhubungan dengan fertilitas.
MANAJEMEN INFERTILITAS PADA ENDOMETRIOSIS
Pembedahan harus ditawarkan lebih dini pada pasien infertilitas
terkait endometriosis
sebagai bagian dari penatalaksanaan karena
keuntungannya dalam meningkatkan angka konsepsi alami. Seperti
diketahui
dalam
penelitian
Vercellini
dkk
16
yang
menemukan
meningkatnya angka fertilitas setelah operasi. Waktu yang tersedia terkait
usia, cadangan ovarium dan status faktor tuba dan faktor pria merupakan
faktor utama yang penting untuk dipertimbangkan selain stadium
penyakit. Setelah tindakan operatif kita masih membutuhkan waktu 12
bulan untuk memberikan kesempatan pemulihan dan kemungkinan untuk
konsepsi secara alami.
10
Sebelum
memutuskan
untuk
melakukan
pembedahan
atau
medikamentosa terlebih dahulu, cadangan ovarium sekali lagi merupakan
faktor pertimbangan utama dalam penatalaksanaan infertilitas jika terjadi
penurunan atau usia pasien sudah lebih dari 38 tahun dan infertilitas telah
berlangsung lama maka
tindakan FIV sangat perlu untuk segera
dilakukan, bahkan bila stadium endometriosis tidak terlalu berat tindakan
pembedahan dapat ditunda. Keputusan ini akan semakin kuat bila
ternyata ada gangguan pada faktor tuba atau faktor pria seperti tampak
pada gambar 1.
Gambar 1. Algoritma penanganan infertilitas terkait endometriosis (de
Ziegler, 2010)
Temuan laparoskopi diagnostik pada wanita infertil sejumlah 30%
adalah endometriosis. Angka ini meningkat menjadi 50% bila disertai
adanya riwayat nyeri haid sedang hingga berat. Pencitraan pelvis
menggunakan ultrasonografi atau magnetic resonance imaging (MRI)
11
biasanya
dapat
dipergunakan
untuk
mencari
lesi
sebukan
dalam
endometriosis namun tidak begitu akurat untuk memperlihatkan lesi
superfisial.
Wanita
endometriosis
yang
dilakukan
pembedahan
mempunyai probabilitas 50% akan hamil spontan dalam waktu 1-2 tahun
setelah pembedahan. Meskipun data tersebut masih memiliki bias namun
keuntungan klinis dilakukan pembedahan masih dapat dipertimbangkan.
Rekomendasi untuk dilakukan pembedahan dini pada kasus endometriosis
dengan infertilitasi tampaknya bertentangan dengan logika awam dimana
hendaknya
terapi
dimulai
dari
yang
paling
non
invasif
hingga
pembedahan jika terapi konservatif gagal. Sehingga bila keputusan klinis
kita terhadap endometriosis membutuhkan pembedahan dini maka hal
tersebut harus dijelaskan kepada pasien secara menyeluruh agar pasien
dapat memahami alasan dilakukannya tindakan tersebut.23
Sebelum
dilakukan
tindakan pembedahan
diperlukan
beberapa
verifikasi. Cadangan ovarium harus diperiksa terlebih dahulu jika nilainya
rendah, usia pasien lebih dari 38 tahun atau durasi infertilitas yang lama
maka penjelasan pasien harus mengarah kepada tindakan FIV sehingga
tindakan pembedahan dapat dilewatkan.
Pembedahan
sangat
besar
tetap
bagi
harus
pasien
dipertimbangkan
endometriosis
karena
untuk
manfaatnya
meningkatkan
kemungkinan konsepsi alami. Diharapkan konsepsi alami terjadi paling
lama satu tahun setelah pembedahan. Jika hal ini gagal maka menurut de
Ziegler28 sebaiknya tindakan selanjutnya adalah FIV. Menurut bagan de
Ziegler pada gambar 1 tidak dianjurkan untuk dilakukan hiperstimulasi
ovarium terkontrol yang dilanjutkan dengan inseminasi karena tidak tepat
guna secara ekonomis dan luarannya kurang baik berdasarkan beberapa
metaanalisis.
Bahkan mereka menganjurkan untuk setiap pasien endometriosis di
stadium
manapun
yang
mungkin
dilakukan
pembedahan
bila
menghendaki untuk segera hamil semestinya juga ditawarkan untuk
langsung
dilakukan
FIV
tanpa
pembedahan
12
dengan
pertimbangan
rumitnya
penatalaksanaan
endometriosis
dan
kerugian
dan
ketidaknyamanan pasien yang timbul pada setiap tindakan yang dipilih.
Jika ada indikasi untuk dilakukan FIV maka tindakan pembedahan
tidak begitu banyak memberi manfaat, sebaliknya justru pemberian GnRH
agonis selama tiga bulan sebelum tindakan FIV lebih direkomendasikan
dan memberikan luaran fertilitas yang lebih baik. Hasil serupa juga
didapatkan pada siklus yang diberikan pil kontrasepsi memberikan luaran
yang baik pada kasus endometriosis meskipun belum didapatkan data
penelitian terkait hal tersebut.
Pilihan untuk langsung melakukan FIV tanpa pembedahan pada
endometriosis ini sebaiknya tidak dilakukan bila memang ditemukan
adanya nyeri pelvis berat, adanya hidrosalping dan endometrioma yang
besar atau bilateral. Pada kasus ini tindakan pembedahan terlebih dahulu
lebih memberikan manfaat dan dilanjutkan dengan FIV.
13
Gambar 2. Algoritma penanganan infertilitas terkait endometriosis
(Unpad, 2010)
Berbeda dengan kesimpulan de Ziegler diatas di Klinik Aster RS Hasan
Sadikin Bandung saat ini masih menganut perlunya tindakan laparoskopi
diagnostik untuk menegakkan dianostik endometriosis bila didapatkan hasil yang
positif dapat diberikan GnRH agonis sebanyak dua siklus yang
dilanjutkan
dengan operasi definitif berupa eksisi atau ablasi.
Setelah ditentukan stadium endometriosis dan operasi definitif dilanjutkan
dengan pemberian GnRH agonis sebanyak empat siklus. Batasan usia yang
dipergunakan adalah 30 tahun, lama infertilitas satu tahun dan faktor infertilitas
lain seperti faktor tuba dan faktor pria. Bila ditemukan penghambat pada salah
satu
point
diatas
dapat
dilakukan
tindakan
FIV
segera
untuk
lebih
mengoptimalkan luaran fertilitas. Bila tidak maka pilihan selanjutnya adalah
observasi selama satu tahun atau inseminasi.
KESIMPULAN
Penyebab infertilitas yang disebabkan endometriosis sesungguhnya masih
menimbulkan banyak pertanyaan yang belum terjawab dan kemungkinan
penyebabnya multifaktorial. Keuntungan pembedahan, terapi medikamentosa
dan TRB terkait satu sama lain membentuk jalinan yang sulit diuraikan.
Permasalahan endometriosis dan infertilitas ini sangat rumit dan membutuhkan
pendekatan holistik dalam penatalaksanaan dan pemilihan terapi. Hingga saat
ini sekalipun data-data yang ada belum memberikan hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Balen AH. Infertility in practice.Edisi ke- 3,
London: Informa
Healthcare, Ltd; 2008
2. Brosens I, Gordts S, Valkenburg M, Puttemans P, Campo R, Gordts S.
Investigation of the infertile couple: when is the appropriate time to
explore female infertility? Hum Reprod. 2004;19(8 ):1689-92.
3. Germeyer A, Giudice LC. How does endometriosis cause infertility?
Dalam: Tulandi T, Redwine D, penyunting. Endometriosis advances and
controversies.Edisi ke- 1, New York: Marcel Dekker Inc, 2004; h. 15167.
4. Donnez J, Squifflet J, Pirard C, Jadoul P, Wyns C, Smets M. The efficacy
of medical and surgical treatment of endometriosis-associated
infertility and pelvic pain. Gynecol Obstet Invest. 2002;54 Suppl 1:2-7;
discussion -10.
14
5. A.Akande V, P.Hunt L, J.Cahill D, M.Jenkins J. Differences in time to
natural conception between women with unexplained infertility and
infertile
women
with
minor
endometriosis.
Hum
Reprod.
2004;19(1):96-103.
6. Garrido N, Navarro J, Remohi J, Simon C, Pellicer A. Follicular hormonal
environment and embryo quality in women with endometriosis. Hum
Reprod Update. 2000;6(1):67-74.
7. Simpson JL. Molecular approach to common causes of female infertility.
Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol. 2002;16(5):685-702.
8. Mahutte NG, Kayisli U, Arici A. Endometriosis is an inflammatory
disease Dalam: Olive DL, penyunting. Endometriosis in clinical
practice.Edisi, Oxfordshire: Taylor & Francis Group, 2005; h. 106-21.
9. Vercellini P, Somigliana E, Vigano P, Abbiati A, Barbara G, Crosignani
PG. Surgery for endometriosis-associated infertility: a pragmatic
approach. Hum Reprod. 2009;24(2):254-69.
10. Marcoux S, Maheux R, Berube S. Laparoscopic surgery in infertile
women with minimal or mild endometriosis. Canadian Collaborative
Group on Endometriosis. N Engl J Med. 1997;337(4):217-22.
11. Covington SN, Burns LH. Infertility counseling : a comprehensive
handbook for clinicians Edisi ke- 2, Cambridge: Cambridge University
Press; 2006.
12. Coccia ME, Rizzello F, Cammilli F, Bracco GL, Scarselli G. Endometriosis
and infertility surgery and ART: An integrated approach for successful
management. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2008;138(1):54-9.
13. Berbic M, Schulke L, Markham R, Tokushige N, Russell P, Fraser IS.
Macrophage expression in endometrium of women with and without
endometriosis. Hum Reprod. 2009;24(2):325-32.
14. Bulun SE, Fang Z, Imir G, Gurates B, Tamura M, Yilmaz B, et al. The
biology of endometriosis: aromatase and endometriosis Dalam: Olive
DL, penyunting. Endometriosis in clinical practice.Edisi, Oxfordshire:
Taylor & Francis Group, 2005; h. 158-68.
15. Pouly JL, Kamble M, Janny MCL, Botroschivili R, Piekrischvili R, Schubert
B. Endometriosis and assisted reproduction Dalam: Sutton C, Jones K,
Adamson GD, penyunting. Modern management of endometriosis.Edisi
ke- 1, Oxon: Taylor & Francis Group Ltd, 2006; h. 307-16.
16. Vercellini P, Fedele L, Aimi G, De Giorgi O, Consonni D, Crosignani PG.
Reproductive performance, pain recurrence and disease relapse after
conservative surgical treatment for endometriosis: the predictive value
of the current classification system. Hum Reprod. 2006;21(10):267985.
17. Hart RJ, Hickey M, Maouris P, Buckett W. Excisional surgery versus
ablative surgery for ovarian endometriomata. Cochrane Database Syst
Rev. 2008(2):CD004992.
18. Vercellini P, Somigliana E, Vigano P, Abbiati A, Barbara G, Crosignani
PG. Endometriosis: current therapies and new pharmacological
developments. Drugs. 2009;69(6):649-75.
19. Steures P, van der Steeg JW, Hompes PG, Habbema JD, Eijkemans MJ,
Broekmans FJ, et al. Intrauterine insemination with controlled ovarian
15
hyperstimulation versus expectant management for couples with
unexplained subfertility and an intermediate prognosis: a randomised
clinical trial. Lancet. 2006;368(9531):216-21.
20. Omland AK, Tanbo T, Dale PO, Abyholm T. Artificial insemination by
husband in unexplained infertility compared with infertility associated
with peritoneal endometriosis. Hum Reprod. 1998;13(9):2602-5.
21. Surrey ES, Hornstein MD. Prolonged GnRH agonist and add-back
therapy for symptomatic endometriosis: long-term follow-up. Obstet
Gynecol. 2002;99(5 Pt 1):709-19.
22. Sallam HN, Garcia-Velasco JA, Dias S, Arici A. Long-term pituitary downregulation before in vitro fertilization (IVF) for women with
endometriosis. Cochrane Database Syst Rev. 2006(1):CD004635.
23. Barnhart K, Dunsmoor-Su R, Coutifaris C. Effect of endometriosis on in
vitro fertilization. Fertil Steril. 2002;77(6):1148-55.
24. Tokushige N, Markham R, Russell P, Fraser IS. Effect of progestogens
and combined oral contraceptives on nerve fibers in peritoneal
endometriosis. Fertil Steril. 2009;92(4):1234-9.
25. Bianchi PH, Pereira RM, Zanatta A, Alegretti JR, Motta EL, Serafini PC.
Extensive excision of deep infiltrative endometriosis before in vitro
fertilization significantly improves pregnancy rates. J Minim Invasive
Gynecol. 2009;16(2):174-80.
26. Garcia-Velasco JA, Mahutte NG, Corona J, Zuniga V, Giles J, Arici A, et
al. Removal of endometriomas before in vitro fertilization does not
improve fertility outcomes: a matched, case-control study. Fertil Steril.
2004;81(5):1194-7.
27. Daftary GS, Kayisli U, Seli E, Bukulmez O, Arici A, Taylor HS.
Salpingectomy increases peri-implantation endometrial HOXA10
expression in women with hydrosalpinx. Fertil Steril. 2007;87(2):36772.
28. de Ziegler D, Borghese B, Chapron C. Endometriosis and infertility:
pathophysiology and management. Lancet. 2010;376(9742):730-8.
16