TUGAS TEKNOLOGI REPRODUKSI DAN INSEMINAS
TUGAS TEKNOLOGI REPRODUKSI DAN INSEMINASI BUATAN
IN VITRO FERTILIZATION, TRANSFER EMBRIO DAN SPLITTING EMBRIO
Disusun oleh :
Abednego Prasetyo Adi
(115130100111022)
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2013
1. Ceritakan tentang proes fertilisai in vivo ?
Jawab :
In Vivo adalah bahasa Latin untuk “dalam organisme hidup”. Fertilisasi in
vivo merupakan proses fertilisasi yang terjadi di dalam suatu tubuh organisme hidup.
Fertilisasi adalah suatu proses penyatuan antara sel mani /sperma dengan sel telur.
Fertilisasi dapat terjadi pada rentang masa birahi dari induk. Proses fertilisasi dimulai
dengan masuknya sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina. Sperma tersebut
bergerak masuk ke dalam kavum uteri dan tuba sampai akhirnya bertemu dengan
ovum di ampula / infundibulum tuba. Selama perjalanan menuju ovum, sperma
mengalami reaksi kapasitasi dan reaksi akrosom.
Pada saat sperma mencapai oosit, terjadi :
a. Raeksi zona / reaksi kortikal
b. Oosit menjadi pronukleus betina
c. Inti sperma membentuk pronukleus jantan
d. Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi
e. Pronukleus jantan dan betina bersatu dan membentuk zygot yang memiliki jumlah
DNA genap atau diploid.
Hasil utama pembuahan :
a. Penggenapan kembali jumlah kromosom
b. Penentuan jenis kelamin
c. Permulaan embriogenesis
Zygot mengalami mengalami proses pembelahan mitosis beberapa kali, sampai
terbentuk 16 sel yang akan menjadi morula pada hari ke 3-4 setelah fertilisasi dan
berlanjut terus sampai terbentuk trofoblast.
Kira – kira pada hari ke 5 sampai ke 6, terjadi implantasi zigot dalamcavum uteri.
2. Apa yang anda ketahui tentang IVF dan Splitting Embrio ?
Jawab :
IVF (In Vitro Fertlization / Fertilisasi In Vitro) adalah suatu proses fertilisasi
(pembuahan) buatan dalam suatu media yang dilakukan oleh manusia dengan
memanfaatkan spermatozoa dan ovum diluar tubuh
Splitting Embrio merupakan salah satu bentuk mikromanipulasi embrio yang
dapat dijadikan metode alternatif untuk memperbanyak jumlah embrio yang
dapat ditransfer dengan kualitas yang seragam (kembar identik). Dengan
meningkatnya kuantitas embrio yang memiliki kualitas baik pada akhirnya
akan meningkatkan persentase kebuntingan lebih dari 100%.
3. Apa yang kamu ketahui tenatng Transfer Embrio, Jelaskan ?
Jawab :
Teknologi TE (transfer embrio) pada sapi merupakan generasi kedua
bioteknologi reproduksi setelah inseminasi buatan (IB). Pada prinsipnya teknik TE
adalah rekayasa fungsi alat reproduksi sapi betina unggul dengan hormon
superovulasi sehingga diperoleh ovulasi sel telur dalam jumlah besar. Sel telur hasil
superovulasi ini akan dibuahi oleh spermatozoa unggul melalui teknik IB sehingga
terbentuk embrio yang unggul. Embrio yang diperoleh dari donor dikoleksi dan
dievaluasi, kemudian ditransfer ke induk resipien sampai terjadi kelahiran. TE
memungkinkan induk betina unggul memproduksi anak dalam jumlah banyak tanpa
harus bunting dan melahirkan. TE dapat mengoptimalkan bukan hanya potensi dari
jantan saja tetapi potensi betinaberkualitas unggul juga dapat dimanfaatkan secara
optimal. Pada proses reproduksialamiah, kemampuan betina untuk bunting hanya
sekali dalam 1 tahun (9 bulan buntingditambah persiapan untuk bunting berikutnya)
dan hanya mampu menghasilkan 1 atau 2anak bila terjadi kembar. Menggunakan
teknologi TE, betina unggul tidak perlu buntingtetapi hanya berfungsi menghasilkan
embrio yang untuk selanjutnya bisa ditransfer(dititipkan) pada induk titipan (resipien)
dengan kualitas genetik rata-rata tetapi mempunyai kemampuan untuk bunting.
PROSES TRANSFER EMBRIO :
Teknologi transfer embrio merupakan aplikasi bioteknologi reproduksi ternak
melalui teknik Multiple Ovulation Embrio Transfer (MOET) serta rekayasa genetic
untuk meningkatkan mutu genetik dalam waktu yang lebih singkat dan jumlah yang
lebih banyak. Teknik produksi embrio dapat dilaksanakan dengan beberapa cara
seperti cara konvensional atau invivo dan metode invitro serta Oocyt Pick Up (OPU).
Produksi embrio dengan cara invivo ialah salah satu teknik produksi embrio dimana
pembentukan embrio berlangsung di dalam alat reproduki betina sedangkan metode
invitro adalah sebaliknya yaitu proses pembentukan embrionya berlangsung di luar
alat reproduksi. Dan untuk pengembangan dan peningkatan produksi dalam rangka
penekanan biaya produksi dapat diterapkan teknik kloning Embrio. Embrio yang
digunakan untuk transfer embrio dapat berupa embrio segar atau embrio beku
(freezing embrio). Embrio beku efisien untuk dipakai karena dapat disimpan lama
sebagai stock dan dapat dibawa ke daerah-daerah yang membutuhkan.Sedangkan
embrio segar hanya dapat di transfer pada saat produksi dilokasi yang berdekatan
dengan donor.
Peningkatan mutu genetik dengan ketersediaan anak keturunan yang banyak
maka diarahkan kepada :
1. Transfer Embrio Jenis Sapi Potong.
Untuk menghasilkan bibit yang akan menghasilkan bibit dasar dengan
pertambahan bobot badan > 1,5 kg/hari dan mencapai berat > 400 kg pada umur
1,5 tahun. Yang telah di produksi antara lain Simenthal, Limousin, Brangus,
Brahman, Angus dan Crossing Simenthal dan Brahman
2. Transfer Embrio Sapi Perah.
Untuk menghasilkan bibit dasar (Fondation stock) dengan kriteria dari induk
produksi susu > 7000 kg laktasi dan untuk pejantan mewariskan produksi susu >
10.000 kg laktasi. Bangsa yang telah di produksi adalah FH.
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing proses transfer embrio :
1. Pengadaan Sapi Donor dan Sapi Resipien
Seleksi dilakukan dengan tujuan agar hewan yang dijadikan sebagai donor maupun
resipien merupakan hewan yang layak mendapat perlakuan terhadap teknologi transfer
embrio. Calon donor yang akan dipakai harus diseleksi dengan kriteria sbb:
a. Memiliki genetik yang unggul (Genetik Superiority)
b. Mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi (High Reproductivity), sehat
secara serologis bebas dari penyakit hewan menular terutama penyakit-penyakit
reproduksi
c. Memiliki nilai pasar tinggi.
d. Sejarah reproduksi diketahui, mempunyai siklus birahi normal dan kemampuan
fertilitas tinggi
Pada calon resipient diberikan persyaratan berikut :
a. Minimal sudah beranak atau dara yang mempunyai performans yang baik
mempunyai berat badan minimal 300 kg
b. Bebas penyakit menular terutama penyakit reproduksi.
c. Sejarah reproduksi tidak menunjukkan gejala infertil, mempunyai siklus normal,
tanda birahi terlihat jelas, intensitas lendir birahi normal dan transparan dan
mempunyai interval birahi antara l8 -24 hari.
d. Sapi resipien tidak harus mempunyai mutu genetik yang baik dan berasal dari
bangsa yang sama, tetapi harus mempunyai organ dan siklus reproduksi normal,
tidak pernah mengalami kesulitan melahirkan (distokia).
2. Super Ovulasi
Sapi merupakan ternak uniparous, dimana sel telur yang terovulasi setiap
siklus berahi biasanya hanya satu buah. Dalam program TE, untuk merangsang
terjadinya ovulasi ganda, maka diberikan hormon superovulasi sehingga diperoleh
ovulasi sel telur dalam jumlah besar. Hormon yang banyak digunakan untuk rekayasa
superovulasi adalah hormon gonadotropin seperti Pregnant Mare’s Serum
Gonadotripin (PMSG) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH). Penyuntikan hormon
gonadotropin akan meningkatkan perkembangan folikel pada ovarium
(folikulogenesis) dan pematangan folikel sehingga diperoleh ovulasi sel telur yang
lebih banyak. Hormon FSH mempunyai waktu paruh hidup dalam induk sapi antara
2-5 jam. Pemberian FSH dilakukan sehari dua kali yaitu pada pagi dan sore hari
selama 4 hari dengan dosis 28 – 50 mg (tergantung berat badan). Perlakuan
superovulasi dilakukan pada hari ke sembilan sampai hari ke 14 setelah berahi.
3. Penyerentakan Berahi
Penyerentakan berahi atau sinkronisasi estrus adalah usaha yang bertujuan
untuk mensinkronkan kondisi reproduksi ternak sapi donor dan resipien.
Sinkronisasi estrus umumnya menggunakan hormon prostaglandin F2a (PGF2a )
atau kombinasi hormon progesteron dengan PGF2a . Prosedur yang digunakan
adalah:
a. Ternak yang diketahui mempunyai corpus luteum (CL), dilakukan penyuntikan
PGF2a satu kali. Berahi biasanya timbul 48 sampai 96 jam setelah penyuntikan.
b. Apabila tanpa memperhatikan ada tidaknya CL, penyuntikan PGF2a dilakukan
dua kali selang waktu 11-12 hari.
Penyuntikan PGF2a pada ternak resipien harus dilakukan satu hari lebih
awal daripada donor. Keadaan ini disebabkan karena pada ternak donor yang telah
diberi hormon gonadotropin, berahi biasanya lebih cepat yaitu 36 – 60 jam setelah
penyuntikan PGF2a, sedangkan pada resipien berahi biasanya timbul 48 – 96 jam
setelah penyuntikan PGF2a
4. Inseminasi Buatan
IB yang baik dilaksanakan 6 sampai 24 jam setelah timbulnya berahi. Berahi
pada sapi ditandai oleh alat kelamin luar (vagina) berwarna merah, bengkak dan
keluarnya lendir jernih serta tingkah laku sapi yang menaiki sapi lain atau diam
apabila dinaiki sapi lain. Pada program TE, IB dilakukan dengan dosis ganda
dimana satu straw semen beku biasanya mengandung 30 juta spermatozoa unggul.
5. Koleksi Embrio
Koleksi embrio pada sapi donor dilakukan pada hari ke 7 sampai 8 setelah
berahi. Sebelum dilakukan panen embrio, bagian vulva dan vagina dibersihkan dan
disterilkan dengan menggunakan kapas yang mengandung alkohol 70%. Koleksi
embrio dilakukan dengan menggunakan foley kateter dua jalur 16-20G steril
(tergantung ukuran serviks). Pembilasan dilakukan dengan memasukkan medium
flushing Modified Dulbecco Phosphate Buffered Saline (M-PBS) yang telah
dihangatkan di dalam waterbath 37°C. Embrio yang didapat dari pembilasan bisa
langsung di transfer ke dalam sapi resipien atau dibekukan untuk disimpan dan di
transfer pada waktu lain.
6. Transfer Embrio
Terdapat dua metode TE yang digunakan yaitu metode pembedahan dan
metode tanpa pembedahan. Metode pembedahan dilakukan dengan jalan
membuatan sayatan di daerah perut (laparotomi) baik sayatan sisi (flank incici)
atau sayatan pada garis tengah perut (midle incici). Metode tanpa pembedahan
dilakukan dengan memasukkan embrio kedalam straw kemudian ditransfer
kedalam uterus resipien dengan menggunakan cassoue gun insemination.
Tiga (3) Faktor penting yang harus diperhatikan guna keberhasilan
pelaksanaan transfer embrio adalah :
1. Kualitas embrio yang akan di transfer; umur,kwalitas, jenis embrio (bela/segar)
metode pembekuan adanyakontaminasi atau infeksi pada embrio.
2. Tingkat keterampilan petugas dalam mentranfer antara lain kemampuan
mendeposisikan embrio secara tepat (sepertiga apexcornua uteri) dan cepat,
tidak terjadi luka pada uterus, dan sapi tenang/tidak stres.
3. Respon sapi resipien terhadap sinkronisasi, kondisi pakan yang digunakan,
kondisi tubuh dengan BCS (Body Condition Skor) sedang (2,8-3,5) tidak
ditemukan peradangan, kondisi ovarium dan CL normal dan penjagaan sapi
jangan sampai stres.
MANFAAT DAN KEUNGGULAN TRANSFER EMBRIO
Adapun manfaat teknologi transfer embrio adalah:
1. Meningkatkan mutu genetik ternak.
2. Mempercepat peningkatan populasi ternak.
3. Berpotensi mencegah berjangkitnya penyakit hewan menular yang ditularkan
lewat saluran kelamin.
4. Mempercepat pengenalan material genetik baru lewat ekspor embrio beku.
5. Meningkatkan penyediaan sumber bibit unggul.
6. Memanfaatkan sapi lokal yang kurang unggul untuk menghasilkan keturunan
yang unggul.
7. Meningkatkan pendapatan masyarakat
Keunggulan teknologi transfer embrio dibandingkan inseminasi buatan adalah:
1. Perbaikan mutu genetik pada IB hanya berasal dari pejantan unggul sedangkan
dengan teknologi TE, sifat unggul dapat berasal dari pejantan dan induk yang
unggul
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh derajat kemurnian genetik yang
tinggi (purebred) dengan TE jauh lebih cepat dibandingkan IB dan kawin alam.
3. Dengan teknik TE, seekor betina unggul mampu menghasilkan lebih dari 20 –
30 ekor pedet unggul per tahun, sedangkan dengan IB, hanya dapat
menghasilkan satu pedet per tahun.
4. Melalui teknik TE dimungkinkan terjadinya kebuntingan kembar, dengan jalan
mentransfer setiap tanduk uterus (cornua uteri) dengan satu embrio.
IN VITRO FERTILIZATION, TRANSFER EMBRIO DAN SPLITTING EMBRIO
Disusun oleh :
Abednego Prasetyo Adi
(115130100111022)
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2013
1. Ceritakan tentang proes fertilisai in vivo ?
Jawab :
In Vivo adalah bahasa Latin untuk “dalam organisme hidup”. Fertilisasi in
vivo merupakan proses fertilisasi yang terjadi di dalam suatu tubuh organisme hidup.
Fertilisasi adalah suatu proses penyatuan antara sel mani /sperma dengan sel telur.
Fertilisasi dapat terjadi pada rentang masa birahi dari induk. Proses fertilisasi dimulai
dengan masuknya sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina. Sperma tersebut
bergerak masuk ke dalam kavum uteri dan tuba sampai akhirnya bertemu dengan
ovum di ampula / infundibulum tuba. Selama perjalanan menuju ovum, sperma
mengalami reaksi kapasitasi dan reaksi akrosom.
Pada saat sperma mencapai oosit, terjadi :
a. Raeksi zona / reaksi kortikal
b. Oosit menjadi pronukleus betina
c. Inti sperma membentuk pronukleus jantan
d. Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi
e. Pronukleus jantan dan betina bersatu dan membentuk zygot yang memiliki jumlah
DNA genap atau diploid.
Hasil utama pembuahan :
a. Penggenapan kembali jumlah kromosom
b. Penentuan jenis kelamin
c. Permulaan embriogenesis
Zygot mengalami mengalami proses pembelahan mitosis beberapa kali, sampai
terbentuk 16 sel yang akan menjadi morula pada hari ke 3-4 setelah fertilisasi dan
berlanjut terus sampai terbentuk trofoblast.
Kira – kira pada hari ke 5 sampai ke 6, terjadi implantasi zigot dalamcavum uteri.
2. Apa yang anda ketahui tentang IVF dan Splitting Embrio ?
Jawab :
IVF (In Vitro Fertlization / Fertilisasi In Vitro) adalah suatu proses fertilisasi
(pembuahan) buatan dalam suatu media yang dilakukan oleh manusia dengan
memanfaatkan spermatozoa dan ovum diluar tubuh
Splitting Embrio merupakan salah satu bentuk mikromanipulasi embrio yang
dapat dijadikan metode alternatif untuk memperbanyak jumlah embrio yang
dapat ditransfer dengan kualitas yang seragam (kembar identik). Dengan
meningkatnya kuantitas embrio yang memiliki kualitas baik pada akhirnya
akan meningkatkan persentase kebuntingan lebih dari 100%.
3. Apa yang kamu ketahui tenatng Transfer Embrio, Jelaskan ?
Jawab :
Teknologi TE (transfer embrio) pada sapi merupakan generasi kedua
bioteknologi reproduksi setelah inseminasi buatan (IB). Pada prinsipnya teknik TE
adalah rekayasa fungsi alat reproduksi sapi betina unggul dengan hormon
superovulasi sehingga diperoleh ovulasi sel telur dalam jumlah besar. Sel telur hasil
superovulasi ini akan dibuahi oleh spermatozoa unggul melalui teknik IB sehingga
terbentuk embrio yang unggul. Embrio yang diperoleh dari donor dikoleksi dan
dievaluasi, kemudian ditransfer ke induk resipien sampai terjadi kelahiran. TE
memungkinkan induk betina unggul memproduksi anak dalam jumlah banyak tanpa
harus bunting dan melahirkan. TE dapat mengoptimalkan bukan hanya potensi dari
jantan saja tetapi potensi betinaberkualitas unggul juga dapat dimanfaatkan secara
optimal. Pada proses reproduksialamiah, kemampuan betina untuk bunting hanya
sekali dalam 1 tahun (9 bulan buntingditambah persiapan untuk bunting berikutnya)
dan hanya mampu menghasilkan 1 atau 2anak bila terjadi kembar. Menggunakan
teknologi TE, betina unggul tidak perlu buntingtetapi hanya berfungsi menghasilkan
embrio yang untuk selanjutnya bisa ditransfer(dititipkan) pada induk titipan (resipien)
dengan kualitas genetik rata-rata tetapi mempunyai kemampuan untuk bunting.
PROSES TRANSFER EMBRIO :
Teknologi transfer embrio merupakan aplikasi bioteknologi reproduksi ternak
melalui teknik Multiple Ovulation Embrio Transfer (MOET) serta rekayasa genetic
untuk meningkatkan mutu genetik dalam waktu yang lebih singkat dan jumlah yang
lebih banyak. Teknik produksi embrio dapat dilaksanakan dengan beberapa cara
seperti cara konvensional atau invivo dan metode invitro serta Oocyt Pick Up (OPU).
Produksi embrio dengan cara invivo ialah salah satu teknik produksi embrio dimana
pembentukan embrio berlangsung di dalam alat reproduki betina sedangkan metode
invitro adalah sebaliknya yaitu proses pembentukan embrionya berlangsung di luar
alat reproduksi. Dan untuk pengembangan dan peningkatan produksi dalam rangka
penekanan biaya produksi dapat diterapkan teknik kloning Embrio. Embrio yang
digunakan untuk transfer embrio dapat berupa embrio segar atau embrio beku
(freezing embrio). Embrio beku efisien untuk dipakai karena dapat disimpan lama
sebagai stock dan dapat dibawa ke daerah-daerah yang membutuhkan.Sedangkan
embrio segar hanya dapat di transfer pada saat produksi dilokasi yang berdekatan
dengan donor.
Peningkatan mutu genetik dengan ketersediaan anak keturunan yang banyak
maka diarahkan kepada :
1. Transfer Embrio Jenis Sapi Potong.
Untuk menghasilkan bibit yang akan menghasilkan bibit dasar dengan
pertambahan bobot badan > 1,5 kg/hari dan mencapai berat > 400 kg pada umur
1,5 tahun. Yang telah di produksi antara lain Simenthal, Limousin, Brangus,
Brahman, Angus dan Crossing Simenthal dan Brahman
2. Transfer Embrio Sapi Perah.
Untuk menghasilkan bibit dasar (Fondation stock) dengan kriteria dari induk
produksi susu > 7000 kg laktasi dan untuk pejantan mewariskan produksi susu >
10.000 kg laktasi. Bangsa yang telah di produksi adalah FH.
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing proses transfer embrio :
1. Pengadaan Sapi Donor dan Sapi Resipien
Seleksi dilakukan dengan tujuan agar hewan yang dijadikan sebagai donor maupun
resipien merupakan hewan yang layak mendapat perlakuan terhadap teknologi transfer
embrio. Calon donor yang akan dipakai harus diseleksi dengan kriteria sbb:
a. Memiliki genetik yang unggul (Genetik Superiority)
b. Mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi (High Reproductivity), sehat
secara serologis bebas dari penyakit hewan menular terutama penyakit-penyakit
reproduksi
c. Memiliki nilai pasar tinggi.
d. Sejarah reproduksi diketahui, mempunyai siklus birahi normal dan kemampuan
fertilitas tinggi
Pada calon resipient diberikan persyaratan berikut :
a. Minimal sudah beranak atau dara yang mempunyai performans yang baik
mempunyai berat badan minimal 300 kg
b. Bebas penyakit menular terutama penyakit reproduksi.
c. Sejarah reproduksi tidak menunjukkan gejala infertil, mempunyai siklus normal,
tanda birahi terlihat jelas, intensitas lendir birahi normal dan transparan dan
mempunyai interval birahi antara l8 -24 hari.
d. Sapi resipien tidak harus mempunyai mutu genetik yang baik dan berasal dari
bangsa yang sama, tetapi harus mempunyai organ dan siklus reproduksi normal,
tidak pernah mengalami kesulitan melahirkan (distokia).
2. Super Ovulasi
Sapi merupakan ternak uniparous, dimana sel telur yang terovulasi setiap
siklus berahi biasanya hanya satu buah. Dalam program TE, untuk merangsang
terjadinya ovulasi ganda, maka diberikan hormon superovulasi sehingga diperoleh
ovulasi sel telur dalam jumlah besar. Hormon yang banyak digunakan untuk rekayasa
superovulasi adalah hormon gonadotropin seperti Pregnant Mare’s Serum
Gonadotripin (PMSG) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH). Penyuntikan hormon
gonadotropin akan meningkatkan perkembangan folikel pada ovarium
(folikulogenesis) dan pematangan folikel sehingga diperoleh ovulasi sel telur yang
lebih banyak. Hormon FSH mempunyai waktu paruh hidup dalam induk sapi antara
2-5 jam. Pemberian FSH dilakukan sehari dua kali yaitu pada pagi dan sore hari
selama 4 hari dengan dosis 28 – 50 mg (tergantung berat badan). Perlakuan
superovulasi dilakukan pada hari ke sembilan sampai hari ke 14 setelah berahi.
3. Penyerentakan Berahi
Penyerentakan berahi atau sinkronisasi estrus adalah usaha yang bertujuan
untuk mensinkronkan kondisi reproduksi ternak sapi donor dan resipien.
Sinkronisasi estrus umumnya menggunakan hormon prostaglandin F2a (PGF2a )
atau kombinasi hormon progesteron dengan PGF2a . Prosedur yang digunakan
adalah:
a. Ternak yang diketahui mempunyai corpus luteum (CL), dilakukan penyuntikan
PGF2a satu kali. Berahi biasanya timbul 48 sampai 96 jam setelah penyuntikan.
b. Apabila tanpa memperhatikan ada tidaknya CL, penyuntikan PGF2a dilakukan
dua kali selang waktu 11-12 hari.
Penyuntikan PGF2a pada ternak resipien harus dilakukan satu hari lebih
awal daripada donor. Keadaan ini disebabkan karena pada ternak donor yang telah
diberi hormon gonadotropin, berahi biasanya lebih cepat yaitu 36 – 60 jam setelah
penyuntikan PGF2a, sedangkan pada resipien berahi biasanya timbul 48 – 96 jam
setelah penyuntikan PGF2a
4. Inseminasi Buatan
IB yang baik dilaksanakan 6 sampai 24 jam setelah timbulnya berahi. Berahi
pada sapi ditandai oleh alat kelamin luar (vagina) berwarna merah, bengkak dan
keluarnya lendir jernih serta tingkah laku sapi yang menaiki sapi lain atau diam
apabila dinaiki sapi lain. Pada program TE, IB dilakukan dengan dosis ganda
dimana satu straw semen beku biasanya mengandung 30 juta spermatozoa unggul.
5. Koleksi Embrio
Koleksi embrio pada sapi donor dilakukan pada hari ke 7 sampai 8 setelah
berahi. Sebelum dilakukan panen embrio, bagian vulva dan vagina dibersihkan dan
disterilkan dengan menggunakan kapas yang mengandung alkohol 70%. Koleksi
embrio dilakukan dengan menggunakan foley kateter dua jalur 16-20G steril
(tergantung ukuran serviks). Pembilasan dilakukan dengan memasukkan medium
flushing Modified Dulbecco Phosphate Buffered Saline (M-PBS) yang telah
dihangatkan di dalam waterbath 37°C. Embrio yang didapat dari pembilasan bisa
langsung di transfer ke dalam sapi resipien atau dibekukan untuk disimpan dan di
transfer pada waktu lain.
6. Transfer Embrio
Terdapat dua metode TE yang digunakan yaitu metode pembedahan dan
metode tanpa pembedahan. Metode pembedahan dilakukan dengan jalan
membuatan sayatan di daerah perut (laparotomi) baik sayatan sisi (flank incici)
atau sayatan pada garis tengah perut (midle incici). Metode tanpa pembedahan
dilakukan dengan memasukkan embrio kedalam straw kemudian ditransfer
kedalam uterus resipien dengan menggunakan cassoue gun insemination.
Tiga (3) Faktor penting yang harus diperhatikan guna keberhasilan
pelaksanaan transfer embrio adalah :
1. Kualitas embrio yang akan di transfer; umur,kwalitas, jenis embrio (bela/segar)
metode pembekuan adanyakontaminasi atau infeksi pada embrio.
2. Tingkat keterampilan petugas dalam mentranfer antara lain kemampuan
mendeposisikan embrio secara tepat (sepertiga apexcornua uteri) dan cepat,
tidak terjadi luka pada uterus, dan sapi tenang/tidak stres.
3. Respon sapi resipien terhadap sinkronisasi, kondisi pakan yang digunakan,
kondisi tubuh dengan BCS (Body Condition Skor) sedang (2,8-3,5) tidak
ditemukan peradangan, kondisi ovarium dan CL normal dan penjagaan sapi
jangan sampai stres.
MANFAAT DAN KEUNGGULAN TRANSFER EMBRIO
Adapun manfaat teknologi transfer embrio adalah:
1. Meningkatkan mutu genetik ternak.
2. Mempercepat peningkatan populasi ternak.
3. Berpotensi mencegah berjangkitnya penyakit hewan menular yang ditularkan
lewat saluran kelamin.
4. Mempercepat pengenalan material genetik baru lewat ekspor embrio beku.
5. Meningkatkan penyediaan sumber bibit unggul.
6. Memanfaatkan sapi lokal yang kurang unggul untuk menghasilkan keturunan
yang unggul.
7. Meningkatkan pendapatan masyarakat
Keunggulan teknologi transfer embrio dibandingkan inseminasi buatan adalah:
1. Perbaikan mutu genetik pada IB hanya berasal dari pejantan unggul sedangkan
dengan teknologi TE, sifat unggul dapat berasal dari pejantan dan induk yang
unggul
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh derajat kemurnian genetik yang
tinggi (purebred) dengan TE jauh lebih cepat dibandingkan IB dan kawin alam.
3. Dengan teknik TE, seekor betina unggul mampu menghasilkan lebih dari 20 –
30 ekor pedet unggul per tahun, sedangkan dengan IB, hanya dapat
menghasilkan satu pedet per tahun.
4. Melalui teknik TE dimungkinkan terjadinya kebuntingan kembar, dengan jalan
mentransfer setiap tanduk uterus (cornua uteri) dengan satu embrio.