Analisis Strukturalisme Genetik terhadap Penokohan pada Drama Les Fourberies de Scapin Karya Molière.

(1)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP PENOKOHAN PADA DRAMA LES FOURBERIES DE SCAPIN KARYA MOLIÈRE

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Bahasa Perancis

oleh

Siska Hidayati NIM 1002760

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP PENOKOHAN PADA DRAMA LES FOURBERIES DE SCAPIN KARYA MOLIÈRE

Oleh Siska Hidayati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra

© Siska Hidayati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

LEMBAR PENGESAHAN SISKA HIDAYATI

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP PENOKOHAN PADA DRAMA LES FOURBERIES DE SCAPIN KARYA MOLIÈRE

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I,

Dr. Hj. Tri Indri Hardini, M.Pd. NIP. 196912231993022002

Pembimbing II,

Hj. Farida Amalia, M. Pd. NIP. 197401082000032001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI

Dra. Iim Siti Karimah, M. Hum. NIP. 196502041992022001


(4)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

ABSTRAK

Hidayati, Siska. 2015. Analisis Strukturalisme Genetik terhadap Penokohan pada Drama Les Fourberies de Scapin Karya Molière. Bandung. Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) gambaran realitas sejarah dan sosial dari penokohan dalam drama Les Fourberies de Scapin karya Molière ; 2) pandangan dunia (vision du monde) yang terdapat pada drama Les Fourberies de Scapin ; dan 3) kontribusi pendekatan strukturalisme genetik bagi pembelajaran sastra. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif analisis karena objek penelitiannya berupa karya sastra sehingga menghasilkan data-data deskriptif melalui uraian kata-kata yang tertulis berdasarkan pemahaman dari sampel penelitian. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah drama Les Fourberies de Scapin karya Molière yang terdiri dari 3 babak dan 26 adegan dan sampel penelitian ini adalah dialog-dialog yang mengandung gambaran penokohan dan keterkaitan dengan keadaan zaman saat terciptanya drama ini. Melalui pendekatan strukturalisme genetik diperoleh pandangan dunia pengarang setelah menganalisis struktur pembangun drama secara keseluruhan berupa penokohan, tema, alur dan latar. Dari hasil penelitian diketahui bahwa para tokoh dalam drama ini digambarkan berdasarkan dialog dan narasi pengarang. Peneliti menggunakan metode langsung (telling) berupa karakterisasi melalui penampilan tokoh dan tuturan pengarang dan metode tidak langsung (showing) berupa karakterisasi melalui dialog, jatidiri tokoh, kualitas mental tokoh, nada suara, dan karakterisasi melalui tindakan tokoh. Melalui pendekatan strukturalisme genetik diperoleh hasil adanya keterkaitan latar belakang sejarah dan sosial dalam membentuk pandangan dunia Molière yang dituangkan pada drama ini. Penelitian ini dapat menjadi rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dan menambah pengetahuan tentang menganalisis penokohan dengan pendekatan strukturalisme genetik sebagai bahan pembelajaran mata kuliah Littérature Française.


(5)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

ABSTRACT

This research proposed to: 1) depict historical and social reality of the characters in the play of “Les Fourberies de Scapin”; 2) describe the world of view of author; 3) contribute to the theory of genetic structuralism as learning of literary study. This research uses the descriptive analysis method because the object of research is in the literature form, so the result is descriptive data through the explanation of words which are written based on an understanding of the research sample. The population used in this research is the play of “Les Fourberies de Scapin” by Molière, consisting of three acts and 26 scenes. The samples of this research are the dialogue containing described characterizations and the circumstances of the creation of this play. Through genetic structuralism approach the author's view can be obtained, after analyzing the structure of the play about characterizations, themes, plot and setting. From the results of research can be noted that the depiction of a character in this drama is based on dialogue and narrative author. Researcher uses direct methods (telling) in form of characterization character's appearance and speech’s author and uses indirect methods (showing) in form of characterization through the dialogue, identity, the mental qualities of character, tone of voice, and characterization through the action figures. Genetic structuralism approach shows the interconnectedness of the social and historical background in shaping the worldview of Molière who poured on literature. This research could be a recommendation for further research and it was increased knowledge about analyzing characterizations and genetic structuralism as an approach which addresses the origins of the literature. It can be made into study materials for the course literature.

Keywords : Structuralism Genetic, Characterization, Les Fourberies de Scapin


(6)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Anggapan Dasar ... 5

BAB II DRAMA, PENOKOHAN DAN STRUKTURALISME GENETIK... 6

2.1Drama ... 6

2.1.1 Definisi Drama... 6

2.1.2 Hakekat Drama sebagai Karya Sastra ... 7

2.1.3 Jenis Drama ... 8

2.1.4 Struktur Intrinsik Drama ... 10

2.2Analisis Penokohan Drama ... 17

2.2.1 Metode Langsung ... 17

2.2.2 Metode Tidak Langsung ... 19

2.3Pendekatan Sosiologi Sastra ... 23

2.4Pendekatan Strukturalisme ... 24

2.5Strukturalisme Genetik ... 24

2.5.1 Teori Strukturalisme Genetik ... 24

2.5.2 Metode Analisis Strukturalisme Genetik ... 25

2.5.3 Konsep Strukturalisme Genetik ... 28

2.6Pandangan Dunia Kritisme ... 35


(7)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

3.1Metode Penelitian... 39

3.2Populasi ... 39

3.3Sampel ... 40

3.4Variabel Penelitian ... 40

3.5Definisi Operasional... 40

3.6Instrumen Penelitian... 41

3.7Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.8Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

4.1.1 Sinopsis Drama Les Fourberies de Scapin ... 46

4.1.2 Struktur Intrinsik Drama ... 52

4.1.2.1 Tema ... 52

4.1.2.2 Alur ... 53

4.1.2.3 Latar ... 55

4.2Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

4.2.1 Analisis Penokohan dalam Drama Les Fourberies de Scapin dan Konteks Zamannya ... 56

4.2.1.1 Argante ... 57

4.2.1.2 Octave ... 63

4.2.1.3 Géronte ... 66

4.2.1.4 Léandre ... 70

4.2.1.5 Zerbinette ... 74

4.2.1.6 Hyacinte ... 78

4.2.1.7 Scapin ... 84

4.2.1.8 Sylvestre ... 94

4.2.1.9 Nérine ... 97

4.2.1.10Carle ... 99

4.2.2 Analisis Pandangan Dunia Kritisme ... 102

4.2.3 Penerapan Pendekatan Strukturalisme Genetik pada Pembelajaran Littérature Française ... 104


(8)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 110

5.1Simpulan ... 110

5.2Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 114


(9)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode adalah cara yang dipergunakan seseorang untuk mengadakan penelitian. Keberadaan metode dalam penelitian disiplin ilmu apapun sangat penting, termasuk juga dalam penelitian sastra. Oleh karena itu, dalam penelitian sastra pun keberadaan metode yang digunakan sangat berpengaruh, bahkan menentukan tingkat kebenaran dari hasil penelitian berdasarkan prosedur atau cara yang sistematis.

Sebagaimana pendapat yang diungkapkan Djajasudarma (2006 : 4) metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam mengumpulkan data). Ratna (2012 : 53) mangungkapkan metode deskriptif analisis adalah metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologi arti deskripsi dan analisis adalah menguraikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yakni pengungkapan data yang dianalisis akan merupakan uraian dan paparan bukan dalam bentuk angka-angka. Metode ini digunakan untuk menganalisis penokohan dan struktur lainnya dalam drama Les Fourberies de Scapin karya Molière dengan cara memahami objek penelitian tersebut, setelah memperoleh data peneliti kemudian melalukan analisis dalam bentuk pemaparan dan hasil penelitian ini berbentuk data-data deskriptif yang lebih menekankan pada makna.

3.2 Populasi

Menurut Sugiyono (2012 : 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi merupakan keseluruhan objek penelitian, mungkin berupa manusia, gejala-gejala, benda-benda, pola sikap, tingkah laku dan lain sebagainya yang menjadi objek penelitian. Pendapat Semi (1990 : 40) mengenai populasi adalah himpunan terbesar dari kelompok terbesar masyarakat pembaca sastra, kelompok


(10)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penulis, sejumlah karya sastra, sejumlah cerita rakyat, atau sejumlah naskah yang diteliti. Populasi penelitian ini adalah teks drama Les Fourberies de Scapin karya Molière.

3.3 Sampel

Dalam penelitian diperlukan adanya sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012 : 118). Maka sampel merupakan bagian dari populasi dan mempunyai sifat yang sama dengan populasi. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 2006 : 131).

Sampel dari penelitian ini adalah dialog-dialog yang terdapat dalam naskah drama Les Fourberies de Scapin karya Molière yang terdiri dari 3 babak dan 26 adegan.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006 : 118). Pada penelitian kualitatif, variabel penelitian yang dinilai tidak dapat terukur, berupa suatu kualitas sehingga penilainya sedikit subjektif. Berdasarkan pada kutipan tersebut, maka objek dari penelitian ini adalah mengenai drama Les Fourberies de Scapin karya Molière.

3.5 Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah pengertian dan memudahkan pemahaman terhadap ungkapan yang dimaksud peneliti, perlu dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam penelitian ini. Berikut ini adalah definisi operasional dari masing-masing istilah tersebut.

a) Analisis Strukturalisme Genetik

Strukturalisme genetik merupakan analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal-usul sebuah karya sastra, meneliti unsur-unsur karya sastra, hubungan unsur-unsur karya sastra dengan totalitas karya sastra, meneliti unsur-unsur masyarakat yang berfungsi sebagai genesis karya sastra, hubungan unsur-unsur masyarakat dengan totalitas masyarakat dan hubungan


(11)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karya sastra secara keseluruhan dengan masyarakat secara keseluruhan. Makna genetik dari sebuah karya sastra dapat diketahui setelah menganalisis keseluruhan unsur pembangunnya. Dalam penelitian ini, makna genetik difokuskan untuk mengetahui pandangan dunia pengarang yang terdapat dalam drama Les Fourberies de Scapin karya Molière.

b) Penokohan

Sedangkan penokohan pada dasarnya merupakan cara pengarang

menggambarkan atau melukiskan tokoh dalam cerita yang ditulisnya. Proses analisis penokohan ini berupa mengelompokan data yang diperoleh, mengurutkannya, kemudian dilanjut penjelasan data-data tersebut. Dalam penelitian ini informasi yang akan diungkap adalah unsur penokohannya dari drama Les Fourberies de Scapin karya Molière.

c) Drama

Sedangkan drama berdasarkan dimensi sastra dapat diartikan suatu karangan atau cerita fiksi yang ditulis pengarang berupa tindakan atau perbuatan yang masih berbentuk tulisan dan dituangkan dalam dialog serta menggunakan bahasa sebagai medianya. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan analisis pada drama Les Fourberies de Scapin yang masih berbentuk teks/tulisan.

d) Les Fourberies de Scapin

Les Fourberies de Scapin merupakan salah satu karya dari dramawan Perancis Molière. Karya Molière ini sangat dipengaruhi komedi italia dan untuk pertama kalinya dipentaskan di Théâtre du Palais-Royal pada tanggal 24 Mei 1671. Dalam penelitian ini akan menganalisis drama Les Fourberies de Scapin terbitan Hachette yang dipublikasikan pada tahun 1992.

3.6 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mengharapkan data yang dianalisis sesuai dan bersifat objektif. Untuk mendapatkan data tersebut, diperlukan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannnya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cepat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah


(12)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diolah (Arikunto, 2006 : 160). Pada penelitian ini peneliti melakukan persiapan untuk melaksanakan penelitian dengan membuat instrumen penelitian yang dipakai pada saat proses penelitian, juga dalam pemahaman metode penelitian dan penguasaan wawasan terhadap bidang yang akan dikaji atau diteliti. Persiapan yang dilakukan peneliti tentu saja studi pustaka untuk menimbang teknik apa saja yang dirasa cocok untuk melakukan analisis penokohan pada karya sastra berupa drama. Adapun format instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini berupa

deskripsi/penjabaran setelah sebelumnya memperoleh data unsur-unsur

pembangun dalam sebuah drama.

Selanjutnya, pendekatan strukturalisme genetik difokuskan untuk mengkaji struktur intrinsik pada drama Les Fourberies de Scapin secara parsial untuk memperoleh data dasarnya. Pada analisis intrinsik drama ini terbatas pada tema, alur, latar, tokoh dan penokohan.

Tabel 3.1

Format Analisis Struktur Intrinsik Drama

No.

Struktur Intrinsik Drama

Les Fourberies de Scapin

Karya Molière

Deskripsi

1. Tema

2. Alur

3. Latar

a. Tempat

b. Waktu

4. Tokoh

Dalam penelitian ini, proses mengungkap penokohan dari masing-masing tokoh yang terdapat pada drama Les Fourberies de Scapin menggunakan instrumen berbeda. Analisisnya diperoleh dari menguraikan dialog dan kutipan-kutipan kemudian dimasukan ke dalam tabel untuk selanjutnya dideskripsikan berdasarkan metode penggambaran tokoh yang dikemukankan oleh Minderop (2005). Format analisis penokohan dengan menggunakan metode langsung (showing) akan dibuat dalam tabel sebagai berikut.


(13)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2

Format Analisis Penokohan Metode Langsung

No. Kutipan Dialog

Metode Langsung Karakterisasi Melalui Penggunaan Nama Tokoh Karakterisasi Melalui Penampilan Tokoh Karakterisasi Melalui Tututran Pengarang

Adapun format analisis penokohan dengan metode tidak langsung (showing) akan dibuat dalam bentuk tabel berikut ini.

Tabel 3.3

Format Analisis Penokohan Metode Tidak Langsung

No. Kutipan Dialog

Metode Tidak Langsung

Karakterisasi Melalui

Dialog Lokasi dan Situasi Percakapan Jatidiri Tokoh yang Dituju oleh Penutur Kualitas Mental Para Tokoh Nada Suara/ Tekanan/ Dialek dan Kosa Kata Karakterisasi Melalui Tindakan Tokoh yang Dikatakan Penutur Jatidiri Penutur Tingkah Laku Ekpresi Wajah

Bersumber pada bagan langkah analisis strukturalisme genetik yang ditawarkan oleh Laurenson dan Swingewood yang disetujui oleh Goldmann (Pradopo, 2001 : 62), pendekatan strukturalisme genetik adalah teori kajian karya sastra yang tidak hanya menganalisis struktur intrinsiknya saja, pendekatan ini juga mengkaji latar belakang sosial sejarah yang turut mengkondisikan Les


(14)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fourberies de Scapin saat diciptakan oleh pengarang. Atas dasar keyakinan bahwa keduanya memiliki kaitan dan dijembatani pandangan dunia pengarang, oleh karena itu dari beberapa konsep pendekatan strukturalisme genetik dibatasi satu konsep saja yang akan diungkap, yakni pandangan dunia (vision du monde) yang merupakan bahasan pokok.

Analisis penelitian berikutnya akan menghubungkan berbagai unsur tersebut dengan faktor genetik di dalamnya (pandangan dunia kritisme). Peneliti menggunanakan konflik yang terjadi akibat timbulnya percakapan antar tokoh yang bertentangan kemudian mengambil kesesuaian makna yang mengandung kritisme tertentu. Maka dirumuskan ke dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.4

Format Analisis Pandangan Dunia Kritisme Kritisme ‘aspek tertentu’

Sebab Akibat

Kutipan dialog tokoh 1 Kutipan dialog tokoh lain

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2012 : 308) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Dalam melakukan penelitian ini, tahapan teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis drama Les Fourberies de Scapin karya Molière adalah sebagai berikut.

1) Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu membaca, memahami, menelaah dan menemukan berbagai sumber untuk memperoleh teori-teori yang sesuai dengan penelitian ini. Setelah itu, peneliti melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang berkaitan tentang karya sastra yang dianalisis.


(15)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik dokumentasi adalah melakukan pengumpulan data dengan mengklasifikasikan bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan penelitian. Sedangkan data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun angka (Arikunto, 2006 : 118). Peneliti mengumpulkan bahan yang berhubungan dengan Molière selaku penulis dan unsur-unsur intrinsik pada drama Les Fourberies de Scapin.

3.8 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012 : 333) dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah.

Hal tersebut dapat dikemukakan bahwa analisis data yang akan dilakukan dari proses mencari dan menyusun data-data secara sistematis yang diperoleh dan dikumpulkan melalui studi pustaka dan dokumentasi untuk selanjutnya diolah dan dianalisis. Berdasarkan tahapan penelitian yang dilakukan untuk menganalisis drama menggunakan pendekatan strukturalisme genetik dapat dituangkan ke dalam langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menganalisis riwayat hidup Molière.

2. Menganalisis perkembangan karya sastra di Perancis pada saat dibuatnya Les Fourberies de Scapin.

3. Menganalisis keadaan sosial masyarakat Perancis pada saat dibuatnya Les Fourberies de Scapin.

4. Menganalisis struktur intrinsik dalam drama Les Fourberi de Scapin.

5. Menganalisis penokohan dalam drama Les Fourberies de Scapin.

6. Mendeskripsikan penokohan ditinjau dari strukturalisme genetik yang ada sesuai format analisis penelitian.

7. Menanalisis pandangan dunia pengarang yang terkandung dalam Les

Fourberies de Scapin.


(16)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti menjabarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian serta saran yang diharapkan dapat memberikan beberapa masukan bagi mahasiswa bahasa Perancis pada khususnya yang akan meneliti karya sastra berupa drama dengan menggunakan teori pendekatan strukturalisme genetik.

5.1 Simpulan

Setelah melakukan kajian terhadap penokohan dalam drama Les Fourberies de Scapin karya Molière dengan menggunakan teori pendekatan strukturalisme genetik, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil analisis penokohan pada drama Les Fourberies de Scapin, peneliti dapat mengemukakan bahwa ada keterkaitan realitas sejarah dan sosial yang tergambarkan pada tokoh-tokoh dalam drama Les Fourberies de Scapin.

a) Gambaran penokohan Argante berdasarkan metode langsung (telling)

menunjukan bahwa Argante memiliki sifat pemarah dan penakut. Berdasarkan metode tidak langsung (showing) sebagai pria yang banyak disukai wanita saat masih muda, jujur dan baik, keras kepala serta mudah tertipu.

b) Gambaran penokohan Octave berdasarkan metode tidak langsung

(showing) menunjukan bahwa ia merupakan pria setia yang sangat mencintai isteri namun takut berhadapan dengan ayahnya.

c) Gambaran penokohan Géronte berdasarkan metode tidak langsung

(showing) menunjukan bahwa ia adalah seigneur beristeri dua dan ayah yang baik tapi sedikit pelit.

d) Gambaran penokohan Léandre berdasarkan metode tidak langsung

(showing) menunjukan bahwa ia merupakan putera seigneur yang menjalin kasih dengan wanita berbeda kelas sosial dan bersifat tempramen.

e) Gambaran penokohan Zerbinette berdasarkan metode tidak langsung


(17)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tahu asal keturunannya dan sebagai anak perempuan Argante yang hilang saat balita.


(18)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f) Gambaran penokohan Hyacinte berdasarkan metode tidak langsung

(showing) menunjukan bahwa ia merupakan wanita berparas cantik dengan pakaian sederhana dan miskin yang pernikahannya dirahasiakan, memiliki sifat mudah sedih dan khawatir, dan diketahui sebagai anak perempuan seigneur Géronte.

g) Gambaran penokohan Scapin berdasarkan metode langsung (telling)

menunjukan bahwa ia mempunyai sifat percaya diri tinggi dan pengecoh. Berdasarkan metode tidak langsung (showing) sebagai pelayan keluarga yang memiliki sifat penipu, banyak trik dan ide, cerdas, pembohong dan mahir mengelabui majikannya.

h) Gambaran penokohan Sylvestre berdasarkan metode langsung (telling) menunjukan bahwa ia turut serta membantu Scapin membohongi

majikannya. Berdasarkan metode tidak langsung (showing)

menggambarkan bahwa Sylvetre merupakan pelayan yang taat kepada keluarga seigneur Argante dan takut berhadapan dengan urusan hukum.

i) Gambaran penokohan Nérine metode tidak langsung (showing)

menunjukan bahwa ia merupakan pengasuh Haycinte yang dapat diandalkan ketika diberi perintah.

j) Gambaran penokohan Carle berdasarkan metode tidak langsung (showing)

menunjukan bahwa Carle adalah penyampai pesan palsu.

Dari hasil analisis yang dihubungkan dengan kenyataan sosial dan sejarah, gambaran kesepuluh tokoh dalam drama Les Fourberies de Scapin yang diperoleh dari narasi pengarang dan dialog-dialog yang dilontarkan tokohnya langsung maupun tokoh lain, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat empat pasang kemiripan gambaran tokoh yang ada. Hal tersebut ditunjukan, pertama pada tokoh Seigneur Argante dan Seigneur Géronte yang merupakan seigneur dari golongan orang kaya yang berprofesi pedagang tapi memiliki sifat kikir dan pelit. Ke-2 ditunjukan tokoh Octave dan Léandre, mereka adalah putra seorang seigneur yang memilih jatuh hati kepada perempuan dari kalangan berbeda. Selanjutnya yang ke-3 adalah tokoh Sylvestre dan Scapin, seorang pelayan keluarga yang terlibat penyelesaian masalah majikannya. Dan yang


(19)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ke-4, kesamaan gambaran tokoh ditunjukan oleh Hyacinte dan Zerbinette yang merupakan wanita-wanita kalangan miskin yang menjadi pasangan dari pria keturunan seigneur dan tidak disetujui, namun setelah diketahui bahwa mereka juga keturunan seigneur (Hyacinte, anak perempuan Seigneur Géronte dari isteri ke-2 dan Zerbinette, anak perempuan Seigneur Argante yang hilang di usia 4 tahun) maka hubungan berlanjut. Sementara dua tokoh lainnya, Nérine dan Carle menunjukan adanya pekerjaan pengasuh dan pengirim surat saat drama ini ditulis. Dalam proses memahami watak tokoh-tokoh dalam drama ini didominasi pengggunaan metode tidak langsung (telling), sedangkan metode langsung (showing) tetap dipakai pengarang untuk memberi informasi kepada pembaca di beberapa adegan saja.

2. Berdasarkan analisis pandangan dunia, drama Les Fourberies de Scapin mempunyai keterkaitan dengan pengalaman Molière menggeluti dunia seni, khususnya drama. Pandangan dunia pengarang yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik, yakni kritik terhadap proses peradilan yang dianggap rumit dan prosesnya membutuhkan biaya serta hubungan percintaan yang memandang kelas sosial yang ditunjukan dari kisah percintaan tokoh Octave dan Hyacinte. Mengungkap keterkaitan pandangan dunia pengarang dilakukan dengan menghubungkan struktur karya sastra dengan hal-hal yang melingkupi pengarang, seperti keadaan politik atau sosial yang terjadi juga mempengaruhi pengarang ketika membuat sebuah karya.

3. Analisis penokohan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik

mempunyai kontribusi dalam pengajaran mata kuliah Littérature Française 2 sebagai alternatif pembelajaran. Pendekatan ini dapat dijadikan pilihan cara mengungkap makna penokohan yang terdapat dalam drama. Analisis sebuah karya sastra juga berfungsi meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk memahami teks sastra, menambah pembendaharaan kosa kata serta memberi gambaran kondisi sosial dan sejarah yang melatarbelakangi penulisan karya sastra oleh pengarang.


(20)

Siska Hidayati, 2015

Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Penokohan Pada Drama Les Fourberies De Scapin Karya Molière

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.2 Saran

Sebagai penutup, peneliti memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa, pengajar dan peneliti lainnya sebagai bahan pembelajaran sastra Perancis.

1. Bagi mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Perancis, disarankan agar sering membaca karya-karya sastra Perancis untuk menambah pengetahuan tentang sastra, kosa kata, dan juga perkembangan aliran-aliran sastra. Dalam proses menganalisis suatu karya dapat dilakukan dengan membaca berulang agar meningkatkan kepekaan terhadap makna tulisan. Selain karya sastra, mahasiswa juga perlu menambah pengetahuan mengenai metode penelitian sastra.

2. Bagi pengajar disarankan agar analisis penokohan dalam suatu karya sastra menggunakan pendekatan strukturalisme genetik dijadikan salah satu bahan materi ajar untuk mata kuliah Litterature Française 2 sebagai wawasan tambahan kajian karya sastra.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik menggunakan pendekatan

strukturalisme genetik dalam karya sastra, disarankan untuk menerapkannya pada karya-karya sastra bermuatan filsafat supaya memudahkan penelusuran vision du monde pengarang dan terlebih dahulu memahami benar konten karya sastra yang akan dianalisis dengan cara membaca berulang dan diskusi dengan penggiat sastra serta menentukan kesesuaian teori pendekatan sastra dengan karya sastra yang akan diteliti.


(1)

Teknik dokumentasi adalah melakukan pengumpulan data dengan mengklasifikasikan bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan penelitian. Sedangkan data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun angka (Arikunto, 2006 : 118). Peneliti mengumpulkan bahan yang berhubungan dengan Molière selaku penulis dan unsur-unsur intrinsik pada drama Les Fourberies de Scapin.

3.8 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012 : 333) dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah.

Hal tersebut dapat dikemukakan bahwa analisis data yang akan dilakukan dari proses mencari dan menyusun data-data secara sistematis yang diperoleh dan dikumpulkan melalui studi pustaka dan dokumentasi untuk selanjutnya diolah dan dianalisis. Berdasarkan tahapan penelitian yang dilakukan untuk menganalisis drama menggunakan pendekatan strukturalisme genetik dapat dituangkan ke dalam langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menganalisis riwayat hidup Molière.

2. Menganalisis perkembangan karya sastra di Perancis pada saat dibuatnya Les Fourberies de Scapin.

3. Menganalisis keadaan sosial masyarakat Perancis pada saat dibuatnya Les Fourberies de Scapin.

4. Menganalisis struktur intrinsik dalam drama Les Fourberi de Scapin.

5. Menganalisis penokohan dalam drama Les Fourberies de Scapin.

6. Mendeskripsikan penokohan ditinjau dari strukturalisme genetik yang ada sesuai format analisis penelitian.

7. Menanalisis pandangan dunia pengarang yang terkandung dalam Les

Fourberies de Scapin.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti menjabarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian serta saran yang diharapkan dapat memberikan beberapa masukan bagi mahasiswa bahasa Perancis pada khususnya yang akan meneliti karya sastra berupa drama dengan menggunakan teori pendekatan strukturalisme genetik.

5.1 Simpulan

Setelah melakukan kajian terhadap penokohan dalam drama Les Fourberies de Scapin karya Molière dengan menggunakan teori pendekatan strukturalisme genetik, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil analisis penokohan pada drama Les Fourberies de Scapin, peneliti dapat mengemukakan bahwa ada keterkaitan realitas sejarah dan sosial yang tergambarkan pada tokoh-tokoh dalam drama Les Fourberies de Scapin.

a) Gambaran penokohan Argante berdasarkan metode langsung (telling)

menunjukan bahwa Argante memiliki sifat pemarah dan penakut. Berdasarkan metode tidak langsung (showing) sebagai pria yang banyak disukai wanita saat masih muda, jujur dan baik, keras kepala serta mudah tertipu.

b) Gambaran penokohan Octave berdasarkan metode tidak langsung

(showing) menunjukan bahwa ia merupakan pria setia yang sangat mencintai isteri namun takut berhadapan dengan ayahnya.

c) Gambaran penokohan Géronte berdasarkan metode tidak langsung

(showing) menunjukan bahwa ia adalah seigneur beristeri dua dan ayah yang baik tapi sedikit pelit.

d) Gambaran penokohan Léandre berdasarkan metode tidak langsung

(showing) menunjukan bahwa ia merupakan putera seigneur yang menjalin kasih dengan wanita berbeda kelas sosial dan bersifat tempramen.

e) Gambaran penokohan Zerbinette berdasarkan metode tidak langsung


(3)

tahu asal keturunannya dan sebagai anak perempuan Argante yang hilang saat balita.


(4)

f) Gambaran penokohan Hyacinte berdasarkan metode tidak langsung (showing) menunjukan bahwa ia merupakan wanita berparas cantik dengan pakaian sederhana dan miskin yang pernikahannya dirahasiakan, memiliki sifat mudah sedih dan khawatir, dan diketahui sebagai anak perempuan seigneur Géronte.

g) Gambaran penokohan Scapin berdasarkan metode langsung (telling)

menunjukan bahwa ia mempunyai sifat percaya diri tinggi dan pengecoh. Berdasarkan metode tidak langsung (showing) sebagai pelayan keluarga yang memiliki sifat penipu, banyak trik dan ide, cerdas, pembohong dan mahir mengelabui majikannya.

h) Gambaran penokohan Sylvestre berdasarkan metode langsung (telling) menunjukan bahwa ia turut serta membantu Scapin membohongi

majikannya. Berdasarkan metode tidak langsung (showing)

menggambarkan bahwa Sylvetre merupakan pelayan yang taat kepada keluarga seigneur Argante dan takut berhadapan dengan urusan hukum.

i) Gambaran penokohan Nérine metode tidak langsung (showing)

menunjukan bahwa ia merupakan pengasuh Haycinte yang dapat diandalkan ketika diberi perintah.

j) Gambaran penokohan Carle berdasarkan metode tidak langsung (showing)

menunjukan bahwa Carle adalah penyampai pesan palsu.

Dari hasil analisis yang dihubungkan dengan kenyataan sosial dan sejarah, gambaran kesepuluh tokoh dalam drama Les Fourberies de Scapin yang diperoleh dari narasi pengarang dan dialog-dialog yang dilontarkan tokohnya langsung maupun tokoh lain, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat empat pasang kemiripan gambaran tokoh yang ada. Hal tersebut ditunjukan, pertama pada tokoh Seigneur Argante dan Seigneur Géronte yang merupakan seigneur dari golongan orang kaya yang berprofesi pedagang tapi memiliki sifat kikir dan pelit. Ke-2 ditunjukan tokoh Octave dan Léandre, mereka adalah putra seorang seigneur yang memilih jatuh hati kepada perempuan dari kalangan


(5)

ke-4, kesamaan gambaran tokoh ditunjukan oleh Hyacinte dan Zerbinette yang merupakan wanita-wanita kalangan miskin yang menjadi pasangan dari pria keturunan seigneur dan tidak disetujui, namun setelah diketahui bahwa mereka juga keturunan seigneur (Hyacinte, anak perempuan Seigneur Géronte dari isteri ke-2 dan Zerbinette, anak perempuan Seigneur Argante yang hilang di usia 4 tahun) maka hubungan berlanjut. Sementara dua tokoh lainnya, Nérine dan Carle menunjukan adanya pekerjaan pengasuh dan pengirim surat saat drama ini ditulis. Dalam proses memahami watak tokoh-tokoh dalam drama ini didominasi pengggunaan metode tidak langsung (telling), sedangkan metode langsung (showing) tetap dipakai pengarang untuk memberi informasi kepada pembaca di beberapa adegan saja.

2. Berdasarkan analisis pandangan dunia, drama Les Fourberies de Scapin mempunyai keterkaitan dengan pengalaman Molière menggeluti dunia seni, khususnya drama. Pandangan dunia pengarang yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik, yakni kritik terhadap proses peradilan yang dianggap rumit dan prosesnya membutuhkan biaya serta hubungan percintaan yang memandang kelas sosial yang ditunjukan dari kisah percintaan tokoh Octave dan Hyacinte. Mengungkap keterkaitan pandangan dunia pengarang dilakukan dengan menghubungkan struktur karya sastra dengan hal-hal yang melingkupi pengarang, seperti keadaan politik atau sosial yang terjadi juga mempengaruhi pengarang ketika membuat sebuah karya.

3. Analisis penokohan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik

mempunyai kontribusi dalam pengajaran mata kuliah Littérature Française 2 sebagai alternatif pembelajaran. Pendekatan ini dapat dijadikan pilihan cara mengungkap makna penokohan yang terdapat dalam drama. Analisis sebuah karya sastra juga berfungsi meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk memahami teks sastra, menambah pembendaharaan kosa kata serta memberi gambaran kondisi sosial dan sejarah yang melatarbelakangi penulisan karya sastra oleh pengarang.


(6)

5.2 Saran

Sebagai penutup, peneliti memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa, pengajar dan peneliti lainnya sebagai bahan pembelajaran sastra Perancis.

1. Bagi mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Perancis, disarankan agar sering membaca karya-karya sastra Perancis untuk menambah pengetahuan tentang sastra, kosa kata, dan juga perkembangan aliran-aliran sastra. Dalam proses menganalisis suatu karya dapat dilakukan dengan membaca berulang agar meningkatkan kepekaan terhadap makna tulisan. Selain karya sastra, mahasiswa juga perlu menambah pengetahuan mengenai metode penelitian sastra.

2. Bagi pengajar disarankan agar analisis penokohan dalam suatu karya sastra menggunakan pendekatan strukturalisme genetik dijadikan salah satu bahan materi ajar untuk mata kuliah Litterature Française 2 sebagai wawasan tambahan kajian karya sastra.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik menggunakan pendekatan

strukturalisme genetik dalam karya sastra, disarankan untuk menerapkannya pada karya-karya sastra bermuatan filsafat supaya memudahkan penelusuran vision du monde pengarang dan terlebih dahulu memahami benar konten karya sastra yang akan dianalisis dengan cara membaca berulang dan diskusi dengan penggiat sastra serta menentukan kesesuaian teori pendekatan sastra dengan karya sastra yang akan diteliti.