KECENDERUNGANKEYAKINAN NORMATIFPERILAKU AGRESIFSISWA SEKOLAH DASAR.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

oleh

Salma Shifatia Thursina NIM 0901268

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Tahun Ajaran 2015/2016)

oleh

Salma Shifatia Thursina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Fakultas Ilmu Pendidikan

©Salma Shifatia Thursina Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian


(3)

(4)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dasar Negeri Kudanguyah Tasikmalaya Tahun Ajaran 2015/ 2016)

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan keyakinan normatif perilaku agresif siswa kelas atas Sekolah Dasar Negeri Kudanguyah Tasikmalaya (N=63; Laki-laki=30, Perempuan=33). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei (cross-sectional design). Instrumen perilaku agresif yang digunakan mengacu kepada indikator perilaku agresif Scheneiders. Adapun instrumen keyakinan normatif perilaku agresif mengacu kepada lima dimensi pengukuran keyakinan normatif perilaku agresif Huesmann & Guerra. Analisis data menggunakan statistik deskriptif untuk melihat skor perilaku agresif pada tiga kategori (tinggi, sedang dan rendah), skor perilaku agresif berdasarkan gender, skor keyakinan normatif perilaku agresif pada kategori perilaku agresif tinggi, perilaku agresif sedang, perilaku agresif rendah dan pada kategori berdasarkan gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku agresif siswa kelas atas Sekolah Dasar Negeri Kudanguyah tahun ajaran 2015/2016 berada pada kategori perilaku agresif rendah. Adapun siswa dengan kategori perilaku agresif rendah menunjukkan dominasi pada rentang perilaku agresif ringan. Siswa dengan kategori perilaku agresif sedang menunjukkan dominasi pada rentang perilaku agresif ringan menuju rentang perilaku agresif ekstrim. Siswa dengan kategori perilaku agresif tinggi menunjukkan dominasi pada rentang perilaku agresif ekstrim. Sementara skor keyakinan normatif perilaku agresif menunjukkan bahwa keyakinan normatif perilaku agresif pada siswa dengan kategori perilaku agresif sedang lebih tinggi dibandingkan dengan dua kategori lainnya. Selain itu, keyakinan normatif perilaku agresif siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki.


(5)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Primary School Kudanguyah Tasikmalaya Academic Year 2015/ 2016) The research aims to describe the normative beliefs about aggressive behavior of the students of State Primary School Kudanguyah Tasikmalaya (N=63; Male=30, Female=33). It adopted quantitative approach with survey method (cross-sectional design). The instrument to assess aggressive behavior references Schneider’s’ indicators of aggressive behavior. Meanwhile, the instrument for measuring normative beliefs about

aggressive behavior draws upon Huesmann & Guerra’s five dimensions of normative

beliefs about aggressive measure. Data were analyzed descriptive-statistically to find the scores of aggressive behavior in high, moderate, and low categories; the scores of aggressive behavior based on gender; the scores of normative beliefs about aggressive behavior at high, moderate, and low aggressive behaviors; and the scores of normative beliefs about aggressive behavior based on gender. Research results show that the aggressive behavior of the students of State Primary School Kudanguyah, academic year 2015/2016, was at low category. Students in this category demonstrate dominance in the range of mild aggressive behavior. On the other hand, students in the category of moderate aggressive behavior show dominance in the range of mild to extreme aggressive behavior. Finally, students in the category of high aggressive behavior are dominant in the range of extreme aggressive behavior. Meanwhile, the scores for normative beliefs about aggressive behavior show that students in the category of moderate aggressive behavior had higher normative beliefs about aggressive behavior than those in the two other categories. In addition, female students showed greater normative beliefs about aggressive behavior than the male students.


(6)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Pertanyaan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH DASAR ... 9

2.1 Keyakinan Normatif Perilaku Agresif ... 9

2.2 Perilaku Agresif ... 26

2.3 Upaya Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial dalam Mengurangi Keyakinan Normatif Perilaku Agresif Siswa Sekolah Dasar ... 34

2.4 Penelitian Sebelumnya yang Relevan ... 48

2.5 Posisi Teoretis Peneliti ... 51

BAB III METODE PENELITIAN ... 55

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 55

3.2 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 56

3.3 Instrumen Penelitian ... 58

3.4 Uji Coba Instrumen ... 65


(7)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.6 Prosedur Penelitian ... 75

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 76

4.1 Temuan Penelitian ... 76

4.2 Pembahasan Temuan Penelitian ... 85

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 92

5.1 Simpulan ... 92

5.2 Implikasi dan Rekomendasi ... 93

5.2.1 Implikasi ... 93

5.2.2 Rekomendasi ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 97 LAMPIRAN


(8)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perkembangan individu meliputi fisik, psikis maupun sosial tidak pernah terlepas dari pengaruh lingkungan. Sifat mutlak yang mesti terjadi pada sebuah lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam sebuah lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perilaku individu, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku, iklim kehidupan yang kurang sehat dan dekadensi moral yang sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup individu yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (Depdiknas, 2008, hlm. 192-193).

Beberapa kesenjangan perilaku individu seperti yang telah dikemukakan diatas semakin menunjukkan gejala kurang berkembangnya dimensi sosial dan susila. Prayitno & Amti (2004, hlm. 16-17) mengemukakan bahwa perkembangan dimensi kesosialan dan kesusilaan memungkinkan seseorang mampu berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, bekerja sama dan hidup bersama orang lain dan memberikan warna moral terhadap perkembangan dimensi-dimensi lainnya, dimana norma, etika dan berbagai ketentuan yang berlaku mengatur bagaimana kebersamaan antar individu seharusnya dilaksanakan.

Masa kanak-kanak yang merupakan bagian dari tahapan perkembangan individu pun tidak pernah lepas dari perubahan. Tahapan perkembangan anak yang penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya adalah pada masa usia sekolah dasar yakni sekitar 6,0 – 12,0 tahun. Hal ini berarti bahwa pada usia sekolah dasar, anak pun mengalami berbagai macam permasalahan. Prayitno (Suryannie, 2010) mengemukakan bahwa „serangkaian permasalahan yang dialami oleh siswa sekolah dasar diantaranya adalah terkait dengan perkembangan jasmani dan kesehatan, keluarga dan rumah tangga,


(9)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

psikologis, sosial, kesulitan dalam belajar, motivasi dan pendidikan pada umumnya‟.

Begitu rumitnya berbagai permasalahan yang mungkin dialami anak pada tingkat sekolah dasar, padahal sebagian besar waktunya akan dihabiskannya di sekolah, sebagaimana Santrock (Desmita, 2012, hlm. 187) mengemukakan bahwa „anak-anak menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah sebagai anggota suatu masyarakat kecil yang harus mengerjakan sejumlah tugas dan mengikuti sejumlah aturan yang menegaskan dan membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka‟.

Pada rentang usia 6,0 – 12,0 tahun anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan sesudahnya. Lebih khusus Yusuf (2012) mengemukakan bahwa „...masa kelas tinggi yakni kelas IV sampai dengan kelas VI, anak menunjukkan minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar‟. Jika tidak adanya pendampingan yang dilakukan oleh guru maka akan memperparah berbagai permasalahan siswa seperti telah dikemukakan di atas.

Kasus kekerasan atau perilaku agresif siswa yang merupakan bagian dari permasalahan sosial siswa sekolah dasar kini kian meningkat. Sebagaimana Amrullah Sofyan dari Plan Indonesia (Kurniawan, 2011) menambahkan hasil survei terhadap 300 anak SD, SLTP dan SLTA di dua kecamatan di Bogor. Sebanyak 15,3% siswa SD, 18% siswa SLTP dan 16% siswa SLTA mengaku sering mendapat perlakuan tindak kekerasan di sekolah. Pelaku kekerasan di sekolah dilakukan oleh guru 14,7% dan sesama teman di sekolah 35,3%.

Perolehan persentase yang tinggi mencapai 15,3% dengan pelaku kekerasan teman sekolah mencapai 35,3% pada siswa sekolah dasar, sejalan dengan pemberitaan pada sejumlah media yang mengabarkan tindakan kekerasan yang yang juga terjadi di Kota Bandung, seperti yang dilansir oleh Widhi (detiknews, 2006) bahwa Reza Ikhsan Fadillah (9), siswa kelas III SD Cingcin I Katapang, Bandung, meninggal dunia setelah di-smack down teman-temannya yang berusia jauh lebih tua dan hobi menonton tayangan Smackdown di televisi.


(10)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kapolresta Bandung Tengah AKBP Mashudi (Tiyo dkk, 2006) mengaku telah menerima laporan tentang adanya kecelakaan bocah akibat permainan yang cukup keras itu. Terdapat beberapa bocah korban aksi meniru adegan smackdown, di antaramya (1) Reza Ikhsan Fadilah, di Bandung meninggal akibat di-smackdown teman-temannya, (2) Ahmad Firdaus, 8 tahun, siswa kelas 4 SD Margahayu, Margacinta, mengalami patah tulang kaki, dan membengkaknya alat vital (kemaluan) akibat tendangan teman-temannya, (3) Raja, 8 tahun, siswa kelas 3 SD Babakan Sari, Kiara Condong, mengalami patah tulang kaki, punggung, (4) Angga, 7 tahun, siswa kelas 2 SD Babakan Sari, Kiaracondong, mengalami bocor kening dan patah tulang tangan, dan (5) Sabila, 7 tahun, SD Ketapang Soreang, Margacinta, mengalami patah tulang kaki dan tangan.

Beberapa kasus di atas mengindikasikan bahwa betapa anak akan dengan sangat mudah melakukan proses imitasi atas apa yang dilihat dan didengar di sekelilingnya. Hal ini terutama diperparah dengan kondisi bahwa siswa tingkat sekolah dasar belum memiliki filter yang kuat dalam dirinya, mengenai apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan, Hurlock (1980, hlm. 176) mengemukakan bahwa,

Bahaya yang umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak diantaranya adalah anak tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam terhadap perilaku dan menganggap dukungan teman-teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga perilaku itu menjadi kebiasaan.

Kondisi tersebut benar-benar memprihatinkan, karena menurut hasil penelitian Statin dan Magnusson (Lingga dkk, 2011) menunjukkan bahwa „kecenderungan agresivitas di masa remaja biasanya didahului kecenderungan agresivitas di masa kanak-kanak‟.

Permasalahan perilaku agresif siswa di tingkat sekolah dasar perlu mendapat perhatian yang sangat serius, sebagaimana dikemukakan bahwa “by age 8, aggresiveness has become a relatively stable personality characteristic” (Caspi, Elder, & Bern, 1987; Eron & Huesmann, 1990; Farrington, 1990; Huesmann,


(11)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Eron, Lefkowitz, & Walder, 1984; Loeber & Dishion, 1983; Magnusson, Duner, & Zetterblom, 1975; Moffitt, 1990; Olweus, 1979; Robins & Ratcliff, 1980).

Huesmann & Guerra (1997) menyatakan bahwa perilaku agresif yang dilakukan individu pada rentang usia tertentu dipengaruhi oleh keyakinan normatif mereka terhadap perilaku agresif pada rentang usia sebelumnya, maka peneliti memandang bahwa keyakinan normatif siswa sekolah dasar dapat menjadi salah satu pengendali kecenderungan agresivitas mereka dikemudian hari. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ainslie (Baron, 1992) bahwa „ ... a change in normative beliefs could affect the decision, and subject could then believe that they could bring their own emotions into line with their decision‟.

Keyakinan normatif dapat menjadi penyaring perilaku yang tidak sesuai dan mampu mempengaruhi reaksi emosional terhadap perilaku oranglain, sebagaimana Huesmann & Guerra (1997) mengemukakan bahwa keyakinan normatif didefinisikan juga sebagai kemampuan pengaturan diri (self-regulating) terhadap perilaku yang dianggap pantas menurut masyarakat sekitar. Ainslie (Baron, 1992, hlm. 1) pun mengungkapkan dukungan pernyataannya bahwa „... the normative beliefs could have independent effects on decisions and beliefs about future emotions‟.

Hal ini sangatlah penting terutama dalam merancang alternatif bantuan tindakan preventif terhadap kecenderungan perilaku agresif yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar. Upaya untuk menangkal dan mencegah perilaku yang tidak diharapkan seperti disebutkan adalah penting untuk mencapai standar kompetensi kemandirian siswa sekolah dasar. Sebagaimana Kartadinata (2011, hlm. 48) mengemukakan bahwa “keberadaan bimbingan secara terintegrasi di dalam pendidikan mengandung arti bahwa upaya bimbingan dan pendidikan terarah kepada tujuan yang sama, yakni membantu manusia mencapai kemadirian, membantu manusia agar mampu menolong diri sendiri”.

Maka dengan kata lain bahwa peranan bimbingan dan konseling diperlukan pada setiap jenjang pendidikan. Meskipun saat ini beberapa jenjang pendidikan


(12)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belum mencantumkan posisi bimbingan dan konseling secara struktural namun peranannya tetap perlu dihadirkan sebagaimana dikemukakan bahwa,

Meski sampai saat ini di jenjang sekolah dasar tidak ditemukan posisi struktural untuk konselor, namun demikian sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik usia sekolah dasar, kebutuhan akan pelayanannya bukannya tidak ada meskipun akan berbeda dengan jenjang sekolah menengah dan perguruan tinggi (Depdiknas, 2008, hlm. 188).

Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan yang dimiliki oleh seorang konselor dalam hal memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual, perlu juga dimiliki oleh seorang guru pada tingkat sekolah dasar, sebagaimana tercantum dalam Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (BSNP, 2007, hlm. 23) mengenai bidang pendidikan dan tenaga kependidikan bahwa “guru melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya sebagai agen pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi manusia berkualitas dan mampu mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara optimum”.

Hal tersebut sejalan dengan penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran, sehingga proses bimbingan untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal yang sesungguhnya merupakan tugas bersama harus dilaksanakan oleh semua elemen sekolah, termasuk guru mata pelajaran dan wali kelas di dalamnya. Upaya ini merupakan wilayah garapan bersama yang dilakukan secara sistematik dan terprogram serta proaktif berbasis data tentang perkembangan peserta didik beserta berbagai faktor yang mempengaruhinya.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Sebagai sebuah tahapan perkembangan yang penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya, pembentukkan filter


(13)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam diri anak pada tingkat sekolah dasar (6,0 – 12,0 tahun) sangatlah penting, Hurlock (1980, hlm. 176) mengemukakan bahwa,

Bahaya yang umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak diantaranya adalah anak tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam terhadap perilaku dan menganggap dukungan teman-teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga perilaku itu menjadi kebiasaan.

Sebagaimana Prayitno (Suryannie, 2010) kemukakan bahwa salahsatu permasalahan yang dialami siswa tingkat sekolah dasar adalah permasalahan sosial. Adapun permasalahan sosial yang saat ini sedang meningkat berdasarkan survei yang dilakukan oleh Plan Indonesia (Kurniawan, 2011) adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh teman sebaya.

Fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa penguatan perilaku agresif yang dilakukan oleh siswa tingkat sekolah dasar diantaranya disebabkan karena mendapatkan pembenaran untuk melakukan hal tersebut. Orang-orang disekitarnya, yakni guru, teman-teman dan elemen sekolah lainnya menganggap bahwa hal tersebut merupakan sebuah bentuk perilaku yang wajar dilakukan oleh siswa dalam berinteraksi dengan teman sebayanya.

Konflik antar teman yang melibatkan beberapa perilaku agresif dan praktek imitasi terhadap beberapa tayangan kekerasan di televisi yang dilakukan pada jam-jam istirahat pun terkadang disikapi dengan candaan dan sorak sorai teman-teman di sekitarnya yang membuat anak semakin bersemangat untuk berperilaku agresif.

Selain itu, pembiaran yang dilakukan oleh sebagian guru pun menjadi penyebab menguatnya perilaku agresif siswa. Siswa kemudian akan mempersepsi bahwa ia tidak melakukan sebuah pelanggaran yang merugikan oranglain.

Faktor lain yang menyebabkan semakin meningkatnya perilaku agresif siswa tingkat sekolah dasar adalah bahwa guru sebagai pendidik pengganti orangtua di sekolah, baik secara sengaja maupun tidak sengaja telah menjadi model tersendiri bagi siswa untuk berperilaku agresif. Misalnya saja membentak,


(14)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memukul dengan penggaris, memanggil siswa dengan panggilan yang tidak disukai dan lain sebagainya.

Perilaku agresif di sekolah dasar dilakukan baik oleh siswa laki-laki maupun siswa perempuan. Perbedaannya terletak pada bentuk perilaku yang dilakukan. Siswa laki-laki pada umumnya memperlihatkan tingkat agresi fisik yang lebih tinggi daripada siswa perempuan. Sementara siswa perempuan memperlihatkan tingkat agresi verbal yang lebih tinggi.

Kondisi tersebut kemudian diperparah dengan kenyataan bahwa siswa tingkat sekolah dasar belum memiliki filter yang cukup kuat untuk memilih dan memilah perilaku-perilaku yang baik atau tidak baik untuk ditirunya. Oleh karenanya, peneliti beranggapan bahwa penting untuk dilakukannya sebuah penelitian yang mengukur keyakinan normatif siswa tingkat sekolah dasar mengenai perilaku agresif, mengingat keyakinan normatif adalah salah satu pengendali seseorang dalam berperilaku.

Adapun fokus pembahasan dalam penelitian adalah perilaku agresif siswa sekolah dasar yang memiliki dampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangannya. Namun demikian, perilaku agresif pada siswa sekolah dasar belum mendapat perhatian yang serius. Pembahasan mengenai perilaku agresif masih terbatas pada penanganannya secara kuratif. Padahal jika hal ini dibiarkan terus menerus akan menyebabkan peningkatan perilaku agresif pada rentang usia selanjutnya. Sehingga diperlukan penelitian mengenai penanganan perilaku agresif siswa sekolah dasar secara preventif.

Dalam hal ini keyakinan normatif perilaku agresif merupakan salah satu faktor dari tiga faktor keyakinan yang mampu memprediksi perilaku agresif aktual seorang individu pada rentang usia selanjutnya. Hal ini berarti informasi mengenai gambaran keyakinan normatif perilaku agresif seorang individu diperlukan sebagai langkah awal untuk mengantisipasi terjadinya perilaku agresif aktual di masa yang akan datang. Penelitian mengenai keyakinan normatif perilaku agresif menghasilkan sejumlah gambaran mengenai penilaian dan kecenderungan seorang individu terhadap perilaku agresif, baik saat berada di


(15)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bawah tekanan maupun di luar tekanan, baik dalam melakukan tekanan maupun dalam melakukan perlawanan atau pembalasan terhadap perilaku agresif yang diterima secara verbal maupun non-verbal.

Maka yang menjadi fokus penelitian adalah gambaran keyakinan normatif perilaku agresif siswa sekolah dasar. Oleh karena itu secara khusus dilakukan penelitian terhadap hal-hal sebagai berikut.

1. Seperti apa kecenderungan perilaku agresif siswa kelas atas Sekolah Dasar Negeri Kudanguyah.

2. Seperti apa kecenderungan aspek perilaku agresif siswa kelas atas Sekolah Dasar Negeri Kudanguyah berdasarkan tiga kategori perilaku agresif (tinggi, sedang dan rendah).

3. Seperti apa kecenderungan aspek perilaku agresif siswa kelas atas Sekolah Dasar Negeri Kudanguyah berdasarkan kategori gender.

4. Seperti apa kecenderungan keyakinan normatif perilaku agresif siswa kelas atas Sekolah Dasar Negeri Kudanguyah pada kategori tinggi, sedang dan rendah.

5. Seperti apa kecenderungan keyakinan normatif perilaku agresif siswa kelas atas Sekolah Dasar Negeri Kudanguyah pada kategori berdasarkan gender.

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah mendeskripsikan keyakinan normatif perilaku agresif siswa sekolah dasar.

Adapun secara khusus tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan kecenderungan perilaku agresif siswa kelas atas Sekolah Dasar Negeri Kudanguyah.

2. Mendeskripsikan kecenderungan aspek perilaku agresif siswa kelas atas Sekolah Dasar Negeri Kudanguyah berdasarkan tiga kategori perilaku agresif (tinggi, sedang dan rendah).

3. Mendeskripsikan kecenderungan aspek perilaku agresif siswa kelas atas Sekolah Dasar Negeri Kudanguyah berdasarkan gender.


(16)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Mendeskripsikan kecenderungan keyakinan normatif perilaku agresif siswa kelas atas Sekolah Dasar Negeri Kudanguyah pada kategori tinggi, sedang dan rendah.

5. Mendeskripsikan kecenderungan keyakinan normatif perilaku agresif siswa kelas atas Sekolah Dasar Negeri Kudanguyah pada kategori berdasarkan gender.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru Sekolah Dasar

a) Memberikan gambaran keyakinan nomatif siswa sekolah dasar mengenai perilaku agresif.

b) Memahami pentingnya keterkaitan antara keyakinan normatif perilaku agresif dengan fenomena perilaku agresif siswa sekolah dasar.

c) Mengetahui dan memahami alternatif bantuan tindakan preventif untuk mengatasi perilaku agresif melalui keyakinan normatif yang dimiliki siswa.

2. Bagi Bimbingan dan Konseling Anak

a) Memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya pengukuran keyakinan normatif siswa sekolah dasar mengenai perilaku agresif.

b) Memperkaya kepustakaan dengan gambaran tentang situasi-situasi yang sangat kompleks mengenai keyakinan normatif perilaku agresif siswa sekolah dasar.


(17)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Struktur organisasi skripsi ini meliputi BAB 1 Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. BAB II Landasan Teoretis yang terdiri dari konsep bimbingan dan konseling pribadi sosial, perkembangan pribadi-sosial siswa sekolah dasar, perilaku agresif, keyakinan normatif perilaku agresif, penelitian sebelumnya yang relevan, dan posisi teoretis peneliti. BAB III Metode Penelitian yang terdiri dari desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data. BAB IV Temuan dan Pembahasan yang terdiri dari hasil penelitian, dan pembahasan. Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi.


(18)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif melalui survei. Quantitative research is defined as research that is based on measurement and the quantification of data, whatever the dependent variable of interest in quantitative research, there must be a way to transform it into numbers (Houser, 2009, hlm. 43).

Penggunaan pendekatan kuantitatif dalam penelitian keyakinan normatif perilaku agresif siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah dimaksudkan agar data yang telah dikumpulkan yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik. Selain hal tersebut, asumsi-asumsi untuk menguji teori secara deduktif dalam pendekatan kuantitatif mampu mencegah munculnya bias-bias, mengontrol penjelasan-penjelasan alternatif, dan mampu menggeneralisasi dan menerapkan kembali penemuan-penemuannya (Creswell, 2014, hlm. 5).

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif melalui survei. Faisal (2010, hlm. 20) berpendapat bahwa penelitian deskriptif (descriptive research) dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Adapun survei merupakan prosedur dalam penelitian kuantitatif dimana peneliti mendokumentasikan sifat atau frekuensi variabel tertentu dalam populasi tertentu. sejalan dengan hal tersebut dikemukakan bahwa “survey research designs are procedures in quantitative research in which investigators administer a survey to a sample or to the entire population of people to describe the attitudes,opinions, behaviors, or


(19)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemilihan survei dalam penelitian ini dikarenakan survei merupakan desain yang sudah popular dalam dunia pendidikan yang memiliki keunggulan diantaranya kecepatan dalam penyajian data terkait kemudahan dan ketersediaan data serta keekonomisan rancangan penelitian. Selain itu, pemilihan survei untuk menggambarkan keyakinan normatif perilaku agresif siswa sekolah dasar dirasakan sangat tepat sebagaimana Creswell (2012, hlm. 376) mengungkapkan, “surveys help identify important beliefs and attitudes of individuals, such as

college students’ beliefs about what constitutes abusive behaviors in dating

relationships”.

Survei terdiri dari dua jenis diantaranya yaitu desain cross-sectional dan desain longitudinal study. Adapun desain yang digunakan dalam penelitian adalah desain cross-sectional dimana peneliti memperoleh informasi dan mengumpulkan data pada satu titik waktu. Desain cross-sectional dapat digunakan untuk mengukur sikap, keyakinan, opini dan kebiasaan. Dimana sikap, keyakinan dan opini menunjukkan cara berpikir individu tentang sebuah isu yang kemudian diwujudkannya dalam bentuk perilaku.

Desain cross-sectional digunakan untuk mengumpulkan dan mendeskripsikan data mengenai profil keyakinan normatif siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah mengenai perilaku agresif yang terjadi disekitarnya. Hasil penelitian tersebut dapat bermanfaat sebagai informasi bagi mereka yang akan melakukan intervensi tentang upaya intervensi perlu difokuskan.

3.2 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri Kudanguyah yang beralamat di jalan R.E. Martadinata No. 202 Kota Tasikmalaya.

Populasi penelitian adalah sekelompok individu yang memiliki karakteristik yang sama (Creswell, 2012, hlm. 142) atau keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010, hlm. 173). Adapun Sugiyono (2008, hlm. 215) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang 55


(20)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini, populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah Tahun Ajaran 2015/ 2016. Jumlah siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah adalah 186 orang dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Ukuran

Sampel

1 IV 71 orang 27 orang

2 V 58 orang 18 orang

3 VI 57 orang 18 orang

Jumlah 186 orang 63 orang

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah probability sampling melalui simple random. Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2008, hlm. 218). Adapun random sampling merupakan teknik pengambilan secara acak dimana peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama (Arikunto, 2010, hlm. 177).

Oleh karena itu, sebanyak 63 siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah diambil untuk menjadi sampel penelitian. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.

1. Masa usia sekolah dasar yakni sekitar 6,0 – 12,0 tahun merupakan sebuah tahapan perkembangan anak yang penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Terlebih siswa kelas atas yakni kelas IV sampai dengan kelas VI sudah menunjukkan minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit, amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.


(21)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bahaya yang umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak diantaranya anak tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas terhadap perilaku yang salah, diantaranya adalah perilaku agresif. Sehingga diperlukan pendampingan dalam mengembangkan suara hati sebagai salahsatu filter terhadap perilaku yang salah.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengukur data yang berasal dari fenomena alam maupun fenomena sosial yang diamati dengan tujuan untuk mempermudah proses penelitian, secara cermat dan sistematis sehingga data dapat lebih mudah diolah.

Dalam menyusun sebuah instrumen penelitian, diperlukan penyusunan kisi-kisi instrumen dengan tujuan memudahkan proses penyusunan instrumen penelitian. Penyusunan kisi-kisi instrumen ini bertolak dari variabel-variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Selanjutnya, variabel-variabel tersebut dijelaskan ke dalam bentuk definisi operasional variabel kemudian ditentukan indikator yang akan diukur dan selanjutnya dijabarkan ke dalam butir–butir pertanyaan atau pernyataan.

1. Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup (angket bestruktur) yang merupakan alat untuk mengumpulkan sekaligus mengukur data, dimana responden menjawab pertanyaan dan pernyataan dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket kepada siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah yang menjadi populasi dalam penelitian.


(22)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Angket yang digunakan untuk mengukur perilaku agresif siswa menggunakan skala Guttman dengan setiap item merupakan pernyataan negatif yang memiliki nilai bobot tertentu. Adapun bobotnya adalah skor 1 untuk pilihan jawaban Ya (Y) dan skor 0 untuk pilihan jawaban Tidak (T).

Adapun angket keyakinan normatif perilaku agresif menggunakan format ratingscale (skala bertingkat) dengan skala pengukuran yang digunakan yaitu skala empat dengan empat alternatif jawaban diantaranya yaitu Sangat Baik (SB), Cukup Baik (CB), Salah (S) dan Sangat Salah (SS) dan skor berkisar antara 1 sampai dengan 4.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang dipaparkan dalam bab ini mencakup definisi operasional variabel perilaku agresif dan keyakinan normatif perilaku agresif.

a. Perilaku Agresif

Definisi operasional variabel perilaku agresif pada penelitian ini merujuk pada sudut pandang psikologi sosial, bahwa agresi dikonsepkan sebagai bentuk perilaku sosial tertentu yang dibentuk oleh dan sekaligus mempengaruhi dunia sosial warganya (Krahe, 2005, hlm. 3-4).

Dalam hal ini, Schneiders (1955, hlm. 331) yang membagi bentuk-bentuk perilaku agresi menjadi dua yaitu bentuk agresi verbal dan non verbal, mengemukakan bahwa esensi dari sebuah perilaku agresif adalah bentuk respon untuk mencari cara menurunkan ketegangan dan rasa frustasi melalui berbagai cara diantaranya menuntut, menaklukan atau menguasai.

Menurut Moore dan Fine, 1968 (Koeswara, 1988, hlm. 5) agresi merupakan tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau terhadap objek-objek. Sementara, Robert Baron, 1977 (Koeswara, 1988, hlm. 5) mengemukakan bahwa agresi adalah tingkah laku individu yang


(23)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.

Leonard Berkowitz, 1969 (Koeswara, 1988, hlm. 5) salah seorang yang dinilai paling kompeten dalam studi tentang agresi, mengemukakan definisi agresi yang mencakup agresi tingkah laku seperti yang diungkapkan oleh Baron dan agresi emosi yang bisa mengarah kepada tindakan agresif.

Adapun, Elliot Aronson, 1972 (Koeswara, 1988, hlm. 5) mengajukan definisi yakni agresi adalah tingkah laku yang dijalankan oleh individu dengan maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan ataupun tanpa tujuan tertentu.

Adapun perilaku agresif dalam penelitian ini, didefinisikan sebagai tingkah laku siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah Tahun Ajaran 2015/ 2016 dengan niat untuk menyakiti atau mencelakakan individu lain baik secara fisik maupun secara verbal. Maka aspek dan indikator dikembangkan sebagai berikut.

1) Self-Assertion (suka menonjolkan diri sendiri), seperti memiliki keinginan untuk berinisiatif, keinginan untuk mengarahkan dan keinginan untuk selalu berhasil.

2) Dominance (suka menguasai), sikap menguasai oranglain, seperti tidak mau dilawan atau ditentang baik pendapat maupun perintahnya ketika keinginan dan aspirasi mereka (yang melakukan dominasi) gagal untuk diwujudkan. 3) Possession (memiliki), seperti seorang anak yang menuntut semua barang

mainan adalah miliknya, merebut secara paksa barangnya bila diambil teman bermainnya, dan sulit berbagi barang kepunyaannya dengan oranglain yang menunjukkan sikap bermusuhan.

4) Teasing (suka mengganggu/ menggoda), seperti suka berkelakar dengan cara mengejek.

5) Bullying (suka menggertak), seperti serangan permusuhan biasanya tertuju pada yang lebih muda dan lebih lemah dari dirinya, memandang dengan penuh kemarahan, kebencian dan dendam.


(24)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6) Open hostility and attack (permusuhan terbuka dan pertengkaran), seperti mencaci maki dengan kata-kata yang tajam, suka berkelahi, menyepak, dan menggebrak meja.

7) Violence and destruction (kekerasan dan merusak), seperti merusak fasilitas umum.

8) Revenge (balas dendam), seperti keinginan untuk melukai secara nyata atau dengan membayangkan, melukai secara fisik maupun secara psikologis dan moral, melalui kata-kata kasar atau menyerang secara fisik.

9) Brutality and sadistic fury (kekejaman dan marah yang sadis), sikap tidak terkendali dan terkontrol yang diekspresikan secara kejam, berupa serangan fisik terhadap oranglain, seperti memukul korban sampai parah.

b. Keyakinan Normatif Perilaku Agresif

Definisi operasional variabel keyakinan normatif perilaku agresif pada penelitian ini merujuk pada konsep Theory of Planned Behavior yang dikembangkan oleh Ajzen & Fishbein (1988). Menurut konsep ini bahwa perilaku seseorang dikendalikan oleh tiga hal, yakni keyakinan terhadap konsekuensi dari sebuah perilaku (Behavioral Belief), keyakinan normatif (Normative Belief) dan keyakinan mengenai munculnya beberapa faktor yang mungkin dapat memfasilitasi atau menghambat tampilnya sebuah perilaku (Control Belief).

Pertimbangan rasional untuk menggunakan konsep tersebut adalah bahwa Ajzen & Fishbein merupakan pencetus awal konsep mengenai hubungan antara keyakinan (belief) dan perilaku (behavior).

Adapun keyakinan normatif didefinisikan sebagai acuan berfikir bahwa individu harus atau tidak harus melakukan perilaku yang bersangkutan (Ajzen & Fishbein, 1975, hlm. 16). Belief atau keyakinan sendiri didefinisikan sebagai


(25)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penilaian subjektif individu terhadap sebuah objek dengan beberapa objek lainnya, misalnya nilai, konsep dan atribut dimana individu bersepakat dengan pemahaman oranglain tentang dirinya dan lingkungannya (Ajzen & Fishbein, 1975, hlm. 131).

Sementara itu, Huesmann & Guerra (1997) yang menggunakan konsep keyakinan normatif terhadap perilaku agresi pada siswa tingkat sekolah dasar mengemukakan bahwa keyakinan normatif adalah standar kognitif seseorang tentang penerimaan sebuah perilaku.

Sejalan dengan hal tersebut Crick and Dodge, 1994 (Huesmann & Guerra, 1997, hlm. 409) pun mengemukakan bahwa „response evaluation is part of an active response decision process that is driven partly by moral rules or values related to beliefs about the acceptability of a behaviour’.

Adapun instrumen yang telah dirancang oleh Huesmann & Guerra, menghubungkan keyakinan normatif dengan perilaku agresif yang merujuk kepada kategorisasi perilaku sosial Ajzen & Fishbein, 1975 (dalam Huesmann & Guerra, 1997, hlm. 410) yang didasarkan pada tindakan, target, konteks, dan waktu, perilaku agresif diuraikan ke dalam tiga karakteristik yakni pelaku, target, dan penghasutan (provokasi).

Berdasarkan definisi keyakinan normatif yang telah diungkapkan dan dalam hal ini dikaitkan dengan perilaku agresif maka definisi keyakinan normatif perilaku agresif dalam penelitian ini adalah penilaian subjektif siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah Tahun Ajaran 2015/ 2016 yang melibatkan persepsi orang-orang terdekatnya terhadap tipe-tipe perilaku agresif.

Secara khusus, keyakinan normatif perilaku agresif diukur ke dalam empat dimensi, yakni sebagai berikut.

1) Severity of Provocation. Kecenderungan seseorang untuk melakukan perilaku agresif menyerang orang lain dalam situasi dibawah tekanan provokasi.


(26)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Severity of Response. Kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap perilaku agresif yang dilakukan orang lain terhadapnya.

3) Gender of Provoker. Kelompok individu berdasarkan jenis kelamin yang cenderung melakukan provokasi untuk melakukan perilaku agresif menyerang oranglain.

4) Gender of Responder. Kelompok individu berdasarkan jenis kelamin yang cenderung bereaksi terhadap perilaku agresif yang dilakukan orang lain terhadapnya.

3. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Adapun pengukuran terhadap perilaku agresif siswa sekolah dasar yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah tahun ajaran 2015/ 2016 mengacu kepada definisi operasional variabel penelitian yang merujuk pada pendapat Scheneider (1955, hlm. 336-343), kisi-kisi instrumen perilaku agresif setelah ditimbang tersaji pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Agresif Siswa Sekolah Dasar

No Aspek Indikator Pernyataan (-) Σ

1

Self-assertion (suka menonjolkan diri atau membenarkan diri)

Membicarakan kelebihan diri sendiri dan

meremehkan teman. 1,2 2

Memiliki keinginan untuk berhasil tanpa

usaha. 3,4,5 3

2 Possesion (memiliki)

Suka mengatur dan menuntut semua

barang seakan-akan miliknya. 6,7 2

Merasa tidak suka dan merampas dengan kasar mainan atau barang kepunyaannya apabila diambil teman.

8,9 2

Menyembunyikan barang milik oranglain. 10 1 3

Teasing (suka mengganggu/ menggoda)

Suka bercanda dengan cara mengejek


(27)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 Dominance (suka

menguasai)

Mengatur oranglain secara berlebihan. 13,14,15 3 Ingin dituruti baik pendapat maupun

perintahnya. 16,17,18 3

5

Bullying (menggertak, menyakiti orang yang lebih lemah dari dirinya baik secara verbal maupun non-verbal)

Memandang sinis penuh dengan rasa

amarah. 19,20 2

Mengejek adik kelas. 21 1

6

Open Hostility and Attact (permusuhan terbuka, dan menyerang)

Suka berkelahi dan menantang. 22,23,24 3

Menyepak. 25,26 2

Memukul meja atau membanting kursi. 27 1 7

Violence and

destruction (kekerasan dan merusak/

menghancurkan)

Merusak fasilitas umum. 28,29 2

8 Revenge (balas dendam) Melawan melalui kata-kata kasar atau

dengan melukai psikisnya. 30,31,32 3 9

Brutality and sadistic fury (kekejaman dan marah yang sadis)

Menyakiti dan menyerang korban sampai

parah. 33,34,35 3

Jumlah seluruh item 35 35

Adapun instrumen penelitian untuk mengukur keyakinan normatif perilaku agresif pada penelitian ini menggunakan instrumen yang telah disusun dan digunakan oleh Huesmann & Guerra (1997) pada penelitian terdahulunya. Sehingga, kisi-kisi instrumen yang disusun oleh peneliti bertolak dari instrumen yang telah dikembangkan oleh Huesmann & Guerra (1997).

Berdasarkan hal tersebut, maka keyakinan normatif perilaku agresif siswa sekolah dasar yang merupakan variabel penelitian diturunkan ke dalam dua skala yakni kecenderungan berperilaku agresif sebagai upaya pembalasan (The Approval of Retaliation Aggression) dan kecenderungan berperilaku agresif secara umum (The General Approval Aggression).

Kisi-kisi instrumen keyakinan normatif perilaku agresif siswa sekolah dasar setelah ditimbang disajikan sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Keyakinan Normatif Perilaku Agresif Siswa Sekolah Dasar


(28)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keyakinan Normatif Perilaku Agresif The Approval of Retaliation Aggression Approval of Retaliation with Weak Provocation

Provokasi dilakukan

secara verbal 1,2,3,4,5,6,7,8 8 Approval of

Retaliation with Strong Provocation

Provokasi dilakukan

secara fisik 9,10,11,12 4

Approval of Retaliation Against

Males

Provokasi dilakukan secara verbal dan fisik oleh siswa

laki-laki terhadap siswa laki-laki dan siswa

perempuan

1,2,3,4,9,10

Approval of Retaliation Against

Females

Provokasi dilakukan secara verbal dan

fisik oleh siswa perempuan terhadap

siswa laki-laki dan siswa perempuan 5,6,7,8,11,12 The General Approval Aggression -

Merasa bersalah jika menyakiti oranglain

secara fisik

13

1 Kurangnya rasa

bersalah dalam menyakiti oranglain,

baik secara fisik maupun verbal

14,15,16 3

Merasa bersalah jika menyakiti oranglain, baik secara verbal maupun secara tak

langsung

17,18,19 3

Bergerak impulsif dalam melampiaskan

rasa marah

20 1

Jumlah seluruh item 20

Adapun penyebaran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuiesioner dengan menggunakan teknik built-in artinya kuisioner disebarkan dengan cara bersama terhadap populasi penelitian untuk uji coba sekaligus dengan pengumpulan data dan penelitian.


(29)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Angket sebagai alat pengumpul data untuk mengungkap gambaran umum perilaku agresif siswa dan gambaran keyakinan normatif perilaku agresif siswa tingkat sekolah dasar telah melalui beberapa tahap pengujian diantaranya uji kelayakan instrumen, uji keterbacaan, uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen perilaku agresif dan instrumen keyakinan normatif perilaku agresif dilakukan melalui penimbangan (judgment) oleh ahli untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk dan isi. Penimbangan instrumen dilakukan oleh dua orang dosen ahli dari jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan, yaitu Dr. Ipah Saripah, M.Pd., dan Eka Sakti Yudha, M.Pd. Penilaian oleh dua dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan item tersebut dapat digunakan dan item yang diberi nilai TM dapat memiliki dua kemungkinan yaitu item tidak dapat digunakan atau diperlukan revisi pada item.

Hasil penimbangan dosen ahli menunjukkan bahwa instrumen perilaku agresif dan instrumen keyakinan normatif perilaku agresif layak digunakan untuk pengambilan data dari segi segi bahasa, konstruk dan isi. Namun perlu dilakukan revisi pada beberapa item pernyataan dan pertanyaan.

2. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan item dilakukan dengan memberikan angket kepada siswa kelas VA SD Cirateun Kulon. Uji keterbacaan dilakukan dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen oleh responden. Berdasarkan uji keterbacaan, semua item telah dipahami dengan baik, sehingga angket dapat


(30)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diberikan kepada responden yang menjadi sampel penelitian yakni siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah tahun ajaran 2015/2016.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010, hlm. 211). Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2008, hlm. 267). Uji validitas dalam penelitian dilakukan untuk mengetahui kevalidan instrumen perilaku agresif dan instrumen keyakinan normatif perilaku agresif dalam mengungkap gambaran perilaku agresif dan keyakinan normatif perilaku agresif siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah. Uji validitas instrumen dilakukan terhadap populasi sebanyak 180 orang siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah.

Adapun validitas untuk instrumen perilaku agresif dilakukan dengan prosedur pengujian Point Biserial dengan rumus sebagai berikut.

(Arikunto, 2010, hlm. 326) Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biserial.

MP = mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari

korelasinya dengan tes.

Mt = mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes).

St = standar deviasi skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut. q = 1 - p


(31)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun instrumen keyakinan normatif perilaku agresif dilakukan dengan prosedur pengujian Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut.

r

11

=

(Arikunto, 2010, hlm. 224) Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

r1/21/2 = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan

instrumen

Hasil uji validitas instrumen perilaku agresif yang terdiri dari 35 item, menunjukkan 27 item valid dan 8 item tidak valid.

Adapun hasil uji validitas instrumen keyakinan normatif perilaku agresif yang terdiri dari 20 item, menunjukkan 19 item valid dan 1 item tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjukkan tingkat keterandalan sesuatu juga menunjuk bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010, hlm. 221).

Instrumen yang memiliki reliabilitas yang tinggi atau sudah dikatakan memadai apabila data yang diperoleh memang benar sesuai dengan kenyataannya, sehingga berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap sama.

Pengolahan data dalam penelitian menggunakan dengan metode Split Half, dengan rumus sebagai berikut.


(32)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

r

11

=

dengan

r

1/21/2

= r

xy

r

xy

=

∑ ∑ ∑

√( ∑ ∑ ∑ ∑ ) Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

rxy = korelasi pearson

Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi Guilford (Nata, 2014) sebagai berikut.

Tabel 3.4

Klasifikasi Reliabilitas Guilford

Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,80 < r1 1≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < r1 1≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r1 1≤ 0,60 Sedang

0,20 < r1 1≤ 0,40 Rendah

R1 1≤ 0,20 Sangat Rendah

Hasil uji reliabilitas instrumen perilaku agresif dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Agresif Siswa Sekolah Dasar Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items


(33)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengujian reliabilitas instrumen perilaku agresif memperoleh hasil sebesar 0,845 artinya instrumen perilaku agresif yang digunakan berada pada tingkat derajat keterandalan sangat tinggi.

Adapun hasil uji reliabilitas instrumen keyakinan normatif perilaku dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Keyakinan Normatif Perilaku Agresif Siswa Sekolah Dasar

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

,877 19

Pengujian reliabilitas instrumen keyakinan normatif perilaku agresif memperoleh hasil sebesar 0,877 artinya instrumen keyakinan normatif perilaku agresif yang digunakan berada pada tingkat derajat keterandalan sangat tinggi.

3.5 Teknik Analisis Data a. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan terhadap data penelitian setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan. Verifikasi ini bertujuan untuk mengecek kelengkapan data dan mengecek macam isian data sedemikian rupa sehingga data yang tinggal adalah data yang layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengecek jumlah instrumen yang disebar dan yang dikumpulkan kembali harus sesuai dengan jumlah populasi penelitian.

2. Mengecek kelengkapan identitas responden.

3. Melakukan rekap data atau tabulasi terhadap hasil responden yang diperoleh dengan memberikan skor sesuai dengan tahap penyekoran.


(34)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Penyekoran Data Hasil Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur perilaku agresif siswa sekolah dasar menggunakan skala Guttman dengan setiap item merupakan pernyataan negatif yang memiliki nilai bobot tertentu. Adapun bobotnya adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Instrumen Perilaku Agresif Siswa Sekolah Dasar

Skor Alternatif Respon

Ya (Y) Tidak (T)

1 0

Adapun instrumen keyakinan normatif perilaku agresif siswa sekolah dasar menggunakan skala Empat yang menyediakan empat alternatif jawaban, yaitu: Sangat Baik, Cukup Baik, Salah dan Sangat Salah. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor tertentu, sebagai berikut.

Tabel 3.8

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Instrumen Keyakinan Normatif Perilaku Agresif Siswa Sekolah Dasar

Skor Alternatif Respon

SB CB S SS

4 3 2 1

Pada alat ukur, setiap item baik berupa pertanyaan maupun pernyataan diasumsikan memiliki nilai dan bobot yang sama yakni antara 1 - 4 dengan perhitungan sebagai berikut.

1. Untuk skala Approval of Retaliation Aggression, yang merupakan pengukuran terhadap 7 dimensi terdiri atas severity of provocation, severity of response verbal, severity of response non-verbal, gender of provoker againts males, gender of provoker againts females, gender of responder againts males dan gender of responder againts females. Skor


(35)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dihitung dengan menjumlahkan respon siswa pada 12 item bernomor 1 sampai 12 dengan rincian yakni,

a. Severity of Provocation (item 9, 10, 11, 12), jika siswa memperoleh skor maksimal, hal tersebut menunjukkan bahwa penilaian subjektif atau persetujuan siswa terhadap perilaku agresif saat berada dibawah tekanan dan penghasutan.

b. Severity of Response Verbal (item 1, 3, 5, 7), jika siswa memperoleh skor maksimal, hal tersebut menunjukkan penilaian subjektif atau persetujuan siswa terhadap bentuk balasan perilaku agresif bahwa perilaku agresif verbal perlu dibalas dengan perilaku agresif verbal. c. Severity of Response Non-Verbal (item 2, 4, 6, 8), jika siswa

memperoleh skor maksimal, hal tersebut menunjukkan bahwa penilaian subjektif atau persetujuan siswa terhadap bentuk balasan perilaku agresif bahwa perilaku agresif verbal perlu dibalas dengan perilaku agresif non-verbal (fisik).

d. Gender of Provoker Againts Males (item 3, 4, 10), jika siswa memperoleh skor maksimal, hal tersebut menunjukkan penilaian subjektif atau persetujuan siswa bahwa siswa laki-laki merupakan subjek yang selalu menjadi provoker.

e. Gender of Provoker Againts Females (item 7, 8, 11), jika siswa memperoleh skor maksimal, hal tersebut menunjukkan penilaian subjektif atau persetujuan siswa bahwa siswa perempuan merupakan subjek yang selalu menjadi provoker.

f. Gender of Responder Againts Males (item 1, 2, 9), jika siswa memperoleh skor maksimal, hal tersebut menunjukkan penilaian subjektif atau persetujuan siswa bahwa siswa laki-laki merupakan subjek yang selalu melakukan pembalasan atas perilaku agresif yang diterimanya.


(36)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Gender of Responder Againts Females (item 5, 6, 11), jika siswa memperoleh skor maksimal, hal tersebut menunjukkan bahwa siswa perempuan merupakan subjek yang selalu melakukan pembalasan atas perilaku agresif yang diterimanya.

2. Untuk skala The General Approval Aggression, skor dihitung dengan menjumlahkan respon siswa pada 8 item bernomor 13 sampai 20 dan membaginya dengan jumlah keseluruhan item. Jika siswa memperoleh skor maksimal, hal tersebut menunjukkan siswa memiliki keyakinan bahwa melakukan perilaku agresif terhadap orang lain pada umumnya memang tidak diterima oleh masyarakat.

c. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan melalui langkah-langkah yang telah ditentukan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum perilaku agresif dan dimaksudkan untuk mendeskripsikan keyakinan normatif perilaku agresif siswa sekolah dasar yang selanjutnya hasil pengolahan yang diperoleh dapat dijadikan sebagai acuan tentang pada bagian mana bantuan secara preventif perlu difokuskan.

Pengolahan data untuk angket perilaku agresif melalui tahapan sebagai berikut.

1. Melakukan input data angket berdasarkan jenjang kelas, sehingga terdapat input data untuk kelas IV, kelas V dan kelas VI untuk mempermudah melakukan peta permasalahan perilaku agresif dan keyakinan normatif perilaku agresif dikemudian hari.

2. Menyatukan input data berdasarkan jenjang kelas menjadi satu kategori yakni kelas atas saja, kemudian menghitung jumlah skor masing-masing siswa.

3. Menghitung rata-rata skor masing- masing siswa. 4. Menghitung rata-rata keseluruhan skor siswa.


(37)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Menghitung simpangan baku dari keseluruhan skor siswa.

6. Mengubah skor mentah menjadi skor baku (Z) dengan rumus sebagai berikut:

Z =

(Furqon, 2009, hlm. 67) Keterangan:

X = Skor total Xbar = Skor rata-rata S = Simpangan baku

Adapun untuk pengolahan angket keyakinan normatif perilaku agresif siswa sekolah dasar melalui tahapan yang sama hanya saja semua data dibagi ke dalam delapan dimensi yang berbeda yakni, dimensi the general approval aggression, severity of provocation, severity of response verbal, severity of response non-verbal, gender of provoker againts males, gender of provoker againts females, gender of responder againts males dan gender of responder againts females.

7. Setelah diperoleh jumlah skor baku (Z), data dikelompokkan ke dalam tiga kategori yakni rendah, sedang dan tinggi dengan berpedoman pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.9

Pengkategorian Perilaku Agresif Siswa Sekolah Dasar

Rumus Kategorisasi Rentang Skor Kategori

r = (skor max - skor min)/ banyak kategori

0 – 6 Rendah 7 – 13 Sedang 14 – 20 Tinggi

Interpretasi dari setiap kategori perilaku agresif adalah sebagai berikut.

Tabel 3.10


(38)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kategori Perilaku Agresif

Rentang Interpretasi

Rendah 0 – 6

Siswa yang termasuk dalam kategori rendah menunjukkan dominasi perilaku agresif pada rentang perilaku agresif ringan mencakup suka menonjolkan diri sendiri seperti memiliki keinginan untuk

berinisiatif, keinginan untuk mengarahkan dan keinginan untuk selalu berhasil, suka menguasai seperti tidak mau dilawan atau ditentang baik pendapat maupun

perintahnya ketika keinginan dan aspirasi mereka (yang melakukan dominasi) gagal untuk diwujudkan, rasa memiliki seperti menuntut semua barang mainan adalah miliknya, merebut secara paksa barangnya bila diambil teman bermainnya, dan sulit berbagi barang kepunyaannya dengan oranglain yang menunjukkan sikap

bermusuhan, suka mengganggu/ menggoda seperti suka berkelakar dengan cara mengejek.

Sedang 7 – 13

Siswa yang termasuk dalam kategori sedang menunjukkan dominasi perilaku agresif pada rentang perilaku agresif ringan menuju perilaku agresif ektrim mencakup suka menonjolkan diri sendiri seperti memiliki keinginan untuk berinisiatif, keinginan untuk mengarahkan dan keinginan untuk selalu berhasil, suka menguasai seperti tidak mau dilawan atau ditentang baik pendapat maupun

perintahnya ketika keinginan dan aspirasi mereka (yang melakukan dominasi) gagal untuk diwujudkan, rasa memiliki seperti menuntut semua barang mainan adalah miliknya, merebut secara paksa barangnya bila diambil teman bermainnya, dan sulit berbagi barang kepunyaannya dengan oranglain yang menunjukkan sikap

bermusuhan, suka mengganggu/ menggoda seperti suka berkelakar dengan cara mengejek, permusuhan terbuka dan

pertengkaran, seperti mencaci maki dengan kata-kata yang tajam, suka berkelahi,


(39)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menyepak, dan menggebrak meja, kekerasan dan merusak seperti merusak fasilitas umum, balas dendam seperti keinginan untuk melukai secara nyata atau dengan membayangkan, melukai secara fisik maupun secara psikologis dan moral, melalui kata-kata kasar atau menyerang secara fisik, kekejaman dan marah yang sadis seperti sikap tidak terkendali dan terkontrol yang diekspresikan secara kejam, berupa serangan fisik terhadap oranglain, seperti memukul korban sampai parah.

Tinggi 14 – 20

Siswa yang termasuk dalam kategori tinggi menunjukkan dominasi perilaku agresif pada rentang perilaku agresif ekstrim mencakup permusuhan terbuka dan

pertengkaran, seperti mencaci maki dengan kata-kata yang tajam, suka berkelahi, menyepak, dan menggebrak meja, kekerasan dan merusak seperti merusak fasilitas umum, balas dendam seperti keinginan untuk melukai secara nyata atau dengan membayangkan, melukai secara fisik maupun secara psikologis dan moral, melalui kata-kata kasar atau menyerang secara fisik, kekejaman dan marah yang sadis seperti sikap tidak terkendali dan terkontrol yang diekspresikan secara kejam, berupa serangan fisik terhadap oranglain, seperti memukul korban sampai parah.

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian kuantitatif dengan metoda deskriptif berfokus pada langkah-langkah survei sebagai berikut.

1) Memutuskan bahwa survei merupakan desain penelitian yang akan digunakan.

2) Mengidentifikasi pertanyaan penelitian perilaku agresif dan keyakinan normatif perilaku agresif.


(40)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Menentukan desain cross-sectional dan prosedur pengumpulan data dalam penelitian.

5) Mengembangkan sebuah instrumen penelitian yang akan digunakan mencakup uji kelayakan instrumen melalui penimbangan yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan dosen pakar bimbingan dan konseling anak, uji validitas dan uji reliabilitas, serta uji keterbacaan.

6) Melakukan pengumpulan, perekapan dan pengolahan data melalui penyebaran instrumen penelitian perilaku agresif dan keyakinan normatif perilaku agresif.

7) Menganalisis data untuk diarahkan kepada pertanyaan penelitian. Dalam hal ini prosedur analisis data akan menggambarkan bentuk-bentuk pertanyaan penelitian yang dirancang oleh peneliti.

8) Menulis laporan dengan menggunakan struktur standar penelitian kuantitatif.


(41)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Penelitian keyakinan normatif perilaku agresif terhadap siswa kelas atas sekolah dasar negeri Kudanguyah tahun ajaran 2015/2016 menghasilkan sejumlah simpulan sebagai berikut.

1. Tingkat perilaku agresif siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah Tasikmalaya sebagian besar berada pada kategori rendah, artinya sebagian besar siswa menunjukkan perilaku agresif dalam batasan normatif-usia kanak-kanak.

2. Siswa dengan kategori perilaku agresif rendah menunjukan dominasi perilaku agresif pada rentang perilaku agresif ringan. Siswa dengan kategori perilaku agresif sedang menunjukkan dominasi perilaku agresif mulai dari rentang perilaku agresif ringan hingga perilaku agresif ekstrim. Adapun siswa dengan kategori perilaku agresif tinggi menunjukkan dominasi perilaku agresif pada rentang perilaku agresif ekstrim.

3. Kecenderungan perilaku agresif siswa kelas atas SD Negeri Kudanguyah Tasikmalaya berdasarkan gender menunjukkan bahwa siswa laki-laki memiliki kecenderungan perilaku agresif yang lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan. Adapun dominasi perilaku agresif siswa laki-laki berada pada rentang perilaku agresif ekstrim. Sementara siswa perempuan menunjukkan dominasi pada rentang perilaku agresif ringan.

4. Kecenderungan keyakinan normatif perilaku agresif siswa sekolah dasar pada lima dimensi yang diukur menunjukkan bahwa siswa dengan kategori perilaku agresif sedang memiliki kecenderungan keyakinan normatif perilaku agresif yang lebih tinggi dibandingkan siswa dengan kategori perilaku agresif tinggi dan siswa dengan kategori perilaku agresif rendah.


(42)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Kecenderungan keyakinan normatif perilaku agresif berdasarkan gender menunjukkan bahwa siswa perempuan memiliki keyakinan normatif perilaku agresif yang lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki. Selain itu, diperoleh juga gambaran bahwa keyakinan normatif perilaku agresif siswa laki-laki terhadap bentuk perilaku agresif secara umum (general approval aggression) lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan. Adapun keyakinan normatif perilaku agresif siswa perempuan terhadap respon perilaku agresif verbal (severity of response verbal) lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki. Penelitian menunjukkan pula bahwa siswa laki-laki merupakan subjek yang seringkali menjadi responder (melakukan pembalasan atas perilaku agresif yang diterimanya), sementara siswa perempuan merupakan subjek yang seringkali menjadi provoker.

5.2 Implikasi dan Rekomendasi 5.2.1 Implikasi

Hasil penelitian memberikan implikasi bahwa kajian mengenai keyakinan normatif perilaku agresif telah tepat untuk digunakan pada siswa sekolah dasar sebagaimana penelitian-penelitian terdahulu telah dilakukan. Hal ini disebabkan, keyakinan (belief) merupakan salah satu faktor yang memiliki kekuatan dan pengaruh yang besar dalam melatari seorang individu untuk kemudian menampilkan sebuah perilaku tertentu. Maka penelitian keyakinan normatif perilaku agresif pada siswa sekolah dasar pun dipandang tepat disebabkan masa sekolah dasar merupakan bagian dari tahap awal pembentukan sebuah perilaku pada diri anak yang akan terus berkembang sehingga masa ini kemudian dipandang sebagai masa perkembangan anak yang sangat penting dan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya.

Adapun hasil penelitian yang didukung oleh beberapa kajian mengenai keyakinan normatif perilaku agresif siswa sekolah dasar pada penelitian terdahulu yang telah memfokuskan pada sisi perkembangan sosial-kognitif anak melalui 92


(1)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

strategi bimbingan kelompok yang dibagi berdasarkan tiga kategori perilaku agresif maupun berdasarkan kategori gender.

3. Bagi seluruh civitas SD Negeri Kudanguyah Tasikmalaya.

Bantuan dapat dilakukan dengan melibatkan wali kelas, guru mata pelajaran dan orangtua dengan beberapa langkah sebagai berikut:

a. Mengetahui gambaran perilaku agresif dan gambaran keyakinan normatif perilaku agresif siswa pada setiap jenjang kelasnya (salahsatunya dengan menggunakan angket yang sudah tersedia). b. Menciptakan iklim sekolah yang otoritatif dan sehat yang dipadu

dengan hukuman non-fisik dengan batasan yang jelas dan konsisten yakni dengan merancang aturan kelas bersama siswa mengenai batasan perilaku agresif.

c. Perlunya monitoring pada jam istirahat dan melakukan pendekatan secara personal dengan beberapa siswa yang menunjukkan perilaku agresif yang berlebihan.

d. Melakukan komunikasi dan koordinasi secara berkala dengan pihak orangtua mengenai perkembangan siswa, lebih khusus pada siswa yang sering menjadi pelaku perilaku agresif juga menjadi korban perilaku agresif.

Hal ini juga sekaligus merupakan dorongan bagi terselenggaranya layanan bimbingan dan konseling pada jenjang sekolah dasar, mengingat jenjang sekolah dasar merupakan masa dimana tahap pertumbuhan dan perkembangan yang penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya pada seorang anak sedang berlangsung.

4. Bagi penelitian selanjutnya.

Pada penelitian ini pengukuran keyakinan normatif perilaku agresif hanya dilakukan pada jenjang sekolah dasar kelas atas (kelas 4, 5 dan 6) dan tanpa disertai pengukuran menggunakan self-report dan peer


(2)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diharapkan dapat dilakukan pada setiap jenjang dengan menggunakan

self-report dan peer nominated index of aggression agar mampu

mengungkap perilaku agresif aktual siswa secara lebih mendalam yang kemudian dianalisis terkait hubungan antara keyakinan normatif perilaku agresif dengan perilaku agresif aktual siswa sebagai upaya preventif untuk meminimalisir angka terjadinya perilaku agresif aktual di lingkungan sekolah. Selain itu, agar hasil penelitian dapat bermanfaat secara maksimal bagi perkembangan siswa yakni dengan memfokuskan layanan bimbingan dan konseling pada beberapa aspek perkembangan siswa pada setiap jenjang kelasnya, maka hasil penelitian dapat diperinci tidak hanya berdasarkan gender namun juga berdasarkan jenjang kelas.


(3)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Achmat, Zakarija. (t.t). Theory of planned behavior, masihkah relevan?.

Ajzen & Fishbein. (1972). Attitudes and normative beliefs as factors influencing behavioral intentions. Journal of Personality and Social Psychology, 21 (1), hlm. 1-9.

Ajzen & Fishbein. 1975. Belief, attitude, intention and behavior (An introduction to theory and research). USA: Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational behavior and

human decision processes, 50, hlm. 179-211.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Baron, J. (1992). The effect of normative belief on anticipated emotions. Journal

of Personality and Social Psychology, 63 (2), hlm. 320-330.

BSNP. (2007). Peraturan menteri pendidikan nasional republik Indonesia nomor

19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta.

Chaplin, J.P. (2002). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Cresswell, J.W. (2012). Educational research. USA: Pearson Education, Inc. Cresswell, J.W. (2014). Research design (Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan

mixed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Crick, dkk. (1996). Gender differences in children’s normative beliefs about aggression: how do i hurt thee? Let Me Count the Ways. Society for

Research in Child Development, Inc., 63, hlm. 1003-1014.

Depdikbud. (2008). Penataan pendidikan profesional konselor dan layanan

bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Jakarta:

Depdikbud

Depdikbud. (2014). Salinan lampiran peratiran menteri pendidikan dan

kebudayaan republik Indonesia nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan Menengah. Jakarta:

depdikbud.

Derlaga & Janda. (1978). Personal adjustment. Canada: General Learning Press.


(4)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Desmita. (2011). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Desmita. (2012). Psikologi perkembangan. Bandung: Rosda.

DetikNews. (2006). Kak Seto –Anak peniru yang baik. [Online]. Diakses dari

http://news.detik.com/read/2006/11/24/091019/712177/10/kak-seto-anak-peniru-yang-baik?nd992203605. (26 September 2013)

Faisal, S. (2010). Format-format penelitian sosial. Jakarta: PT Grafindo Persada. Furqon. (2009). Statistik terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Henry, dkk. (2000). Normative influences on aggression in urban elementary school classroom. American Journal of Community Psychology, 28 (1), hlm. 59-80.

Huesmann & Guerra. (1997). Children’s normative belief about aggression and aggresive behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 72 (2), hlm. 408-419.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kartadinata, S. (2009). Kerangka kerja bimbingan dan konseling dalam

pendidikan (Pendekatan ekologis sebagai suatu alternatif). Bandung: UPI

Press.

Kartadinata, S. (2011). Menguak tabir bimbingan dan konseling sebagai upaya

pedagogis. Bandung: UPI Press.

Koenig, M. (2002). Childrens’s understanding of belief as a normative concept.

New Ideas in Psychology, 20, hlm. 107-130.

Koeswara, E. (1988). Agresi manusia. Bandung: Rosda Offset.

Kong luo lan, dkk. 2010. Understanding media violence and the development of aggressive behaviour of school children. Procedia Social a n d B e h a v i o r a l S c i e n c e s , 7(C), hlm. 522–527. Krahe, B. (2005). Perilaku agresi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurniawan. (2011). Kasus kekerasan di sekolah kian meningkat. [Online].

Diakses dari


(5)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lingga, dkk. (2011). Pengaruh menonton film aksi terhadap tingkat agresivitas

pada dewasa awal. [Online]. Diakses dari

http://kampusmaya.org/2011/11/25/pengaruh-menonton-film-aksi-terhadap-tingkat-agresivitas-pada-dewasa-awal/ (1 November 2012)

Lochman, John E, dkk. (t.t). Anger and aggression. The University of Alabama. Masruri. (2011). Negative learning. Solo: PT Era Adicitra Intermedia.

Myers, D.G. (2012). Psikologi sosial edisi 10. Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.

Myers, D.G. (2012). Psikologi sosial edisi 10. Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Nata, A. (2014). Uji Reliabilitas dengan Metode Split Half. [Online]. Diakses dari

http://aralegraph.blogspot.co.id/2014/01/uji-reliabilitas-dengan-metode-split.html?m=1 (06 November 2014)

Papalia, dkk. (2008). Human development (Psikologi perkembangan) Edisi IX. Jakarta: Prenada Media Grup.

Perkins, dkk. tanpa tahun. Aggression. [Online]. Diakses dari

http://en.wikipedia.org/w/index.php?oldid=396828289

Porter, L. (2008). Young children’s behaviour. (3rd Ed). Sydney: Elsevier.

Prayitno & Amti, Erman. (2004). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Santrock, J.W. (2012). Life span development. Jakarta: Erlangga.

Scheneiders, A.A. (1995). Personal adjustment and mental health. New York: Holt Rinehart and Winston.

Spock, B. (1961). Pertumbuhan dan bimbingan bagi kanak-kanak. Jakarta: PT Kinta.

Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryannie. (2010). Masalah-Masalah Siswa di SD. [Online]. Diakses dari

http://suryannie.wordpress.com/2010/11/27/masalah-masalah-siswa-di-sd/.


(6)

Salma Shifatia Thursina, 2015

KEYAKINAN NORMATIF PERILAKU AGRESIF SISWA SEKOLAH D ASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syahadat, Yustisi M. (2013). Pelatihan regulasi emosi untuk menurunkan perilaku agresif pada anak. Humanitas, X (1), hlm. 21.

Taylor, dkk. (2009). Psikologi sosial edisi 12. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Tentama, Fatwa. (2012). Perilaku anak agresif: Assesmen dan intervensinya.

Jurnal Kesmas UAD, 6 (2), hlm. 162-232.

Tiyo, dkk. (2006). Dengan smackdown, bocah bergadai nyawa. [Online]. Diakses dari http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=27533&ik=6. (11 Oktober 2013)

Tremblay, Richard E. (2000). The development of aggressive behaviour during childhood; what have we learned in the past century?. International Journal

of Behavioral Development, 24 (2), hlm. 129-141.

Werner & Hill. (2010). Individual and peer group normative beliefs about relational aggression. Child Development, 81 (3), hlm. 826-836.

Wijayanto, dkk. (2010). Penyimpangan perilaku anak sekolah. [Online]. Diakses dari

http://nurwijayantoz.wordpress.com/pendidikan-4/penyimpangan-perilaku-anak-sekolah-dasar/ (8 Januari 2014)

Yusuf & Nurihsan. (2006). Landasan bimbingan dan konseling. Bandung: Rosda. Yusuf & Nurihsan. (2009). Landasan bimbingan dan konseling. Bandung: Rosda. Yusuf, Syamsu. (2012). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT