Pemerolehan Semantik Leksikal Siswa Sekolah Dasar

(1)

PEMEROLEHAN SEMANTIK LEKSIKAL

SISWA SEKOLAH DASAR

TESIS

Oleh

RICKY MANGARANAP T.M. MANIK

087009015/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PEMEROLEHAN SEMANTIK LEKSIKAL

SISWA SEKOLAH DASAR

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora

dalam Program Studi Linguistik Pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

RICKY MANGARANAP T.M. MANIK

087009015/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : PEMEROLEHAN SEMANTIK LEKSIKAL SISWA SEKOLAH DASAR Nama Mahasiswa : Ricky Mangaranap T.M. Manik

Nomor Pokok : 087009015 Program Studi : Linguistik

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

(Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D) (Dr. Syahron Lubis. M.A)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 5 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. Anggota : 1. Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D

2. Dr. Syahron Lubis, M.A 3. Dr. Eddy Setia, Med. TESP


(5)

ABSTRAK

Ricky Manik. 2010. Pemerolehan Semantik Leksikal Pada Siswa Sekolah Dasar. Medan : Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemaknaan leksikal siswa di tingkat sekolah dasar yaitu di tingkat atau di kelas V ; melihat kesesuaian makna yang diberikan siswa dengan makna kamus ; meihat perbedaan makna kata yang diberikan siswa laki-laki dan siswa perempuan ; melihat perbedaan makna kata yang diberikan siswa laki-laki dan siswa perempuan berdasarkan tingkat ekonomi siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif yaitu suatu metode yang memecahkan masalah dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikannya, menganalisis serta menginterpretasikannya. Instrument / alat pengumpul data yang tepat digunakan pada penelitian ini adalah wawancara dan observasi langsung. Hasil analisis didapatkan keseluruhan anak laki – laki anak kelas 5 SD ada 28 kali menggunakan kategori fisik, 125 kali menggunakan kategori fungsi, 36 kali menggunakan kategori aksi, 40 kali menggunakan kategori contoh, 71 mendefinisikannya dengan kategori kata – kata penyebab di dalam makna kata tersebut. Sementara itu, dari keseluruhan anak perempuan di dalam mendefinisikan makna kata 36 kali menggunakan kategori fisik, 154 kali menggunakan kategori fungsi, 25 kali menggunakan kategori aksi, 26 kali memakai kategori contoh, 59 kali mengutarakannya dengan penyebab dari makna kata itu. Dalam kesesuaian di dalam pemberian makna dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), siswa laki – laki lebih banyak yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia dibandingkan dengan siswa Perempuan. Pada siswa laki-laki tingkat kesesuaiannya sebanyak 36 % (108 kata) dan untuk siswa perempuan sebanyak 10% (30 kata). Untuk ketidaksesuaian di dalam pemberian makna dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), siswa laki-laki memiliki tingkat ketidaksesuaian sebesar 52% (156 kata) dan untuk siswa perempuan memiliki tingkat ketidaksesuaian sebesar 62% (186 kata). Hal ini menggambarkan bahwa siswa laki-laki memiliki tingkat ketidaksesuaian makna lebih rendah dari siswa perempuan. Dalam hal kesesuaian makna yang diberikan dengan makna kamus dapat digambarkan bahwa siswa laki-laki dan siswa perempuan lebih banyak memberikan makna yang sesuai pada jenis kata sifat atau adjektif. Sedangkan pada konsep ketidaksesuaian makna lebih dominan pada jenis kata nomina dan diikuti dengan verba.


(6)

ABSTRACT

Ricky manik. 2010. The Acquisition of the Lexical Semantics of the Elementary School Student. Medan. Postgraduate Program North Sumatera University.

The purpose of this research is to describe the lexical meaning of the fifth grade elementary student; to see the compatibility meaning between the meaning given by student and the meaning given in the dictionary; to see the difference in meaning between the male and the female student; to see the difference in meaning between the male and the female student based on the level of the student’s economics. The method used in getting and analyzing data was descriptive, thus a method that solved the problem by collecting data, compiling, classifying, analyzing, as well as interpreting them. The suitable collecting data instrument used in this research was interview and direct observation. The result of this research showed that the whole fifth grade male elementary students used the physical category 28 times, functional category 125 times, action category 36 times, example category 40 times, and 71 times defining them with the caused word category in the meaning of the words. Meanwhile, the female elementary students used the physical category 36 times, functional category 154 times, action category 25 times, example category 26 times, and 59 times defining them with the caused word category in the meaning of the words. The compatibility meaning with Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) was the male student was closer to the KBBI than the female. The male compatibility was 36 % (108 words), and the female was 10 % (30 words). The incompatibility meaning with Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) was the incompatibility from the male’s side was 52 % (156 words), and from the female’s side was 62 % (186 words). It showed that the incompatibility of the male student was lower than the female student. In the compatibility meaning between the meaning given by student and the meaning given in the dictionary could be described that the male and female students gave the compatibility meaning at adjective, whereas in the incompatibility meaning more dominant to noun and verb.


(7)

KATA PENGANTAR

Tesis ini disampaikan untuk melengkapi salah satu persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Linguistik, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini berjudul “ Pemerolehan Semantik Leksikal Pada Siswa Sekolah Dasar” yang terdiri atas lima bab, yaitu; Bab 1 : Pendahuluan, Bab II :Tinjauan Pustaka, Bab III : Metode Penelitian, Bab IV : Hasil Penelitian, Bab V: Kesimpulan dan Saran.

Pemilihan judul ini berkaitan dengan ketertarikan peneliti, sebagai tenaga pengajar (guru) Bahasa Indonesia, terhadap berbagai pendapat, temuan, dan teori-teori para linguis yang berkenaan dengan kajian pemerolehan semantik leksikal.

Hasil penelitian yang tertuang pada tesis ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi kajian pemerolehan semantik leksikal di Indonesia khususnya bagi pemerolehan semantik leksikal di tingkat siswa sekolah dasar.

Berdasarkan pengalaman peneliti selama penelitian dan di lingkungan sekolah pemahaman makna pada siswa sekolah dasar masih rendah dan belum sesuai harapan. Tentu banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yaitu, kurang memiliki rasa ingin memiliki kamus Bahasa Indonesia. Siswa cenderung merasa tidak begitu penting untuk memiliki kamus Bahasa Indonesia, hal ini kontradiktif dengan rasa ingin memiliki kamus Bahasa asing misalkan. Hal ini turut melatarbelakangi


(8)

Akhirnya penulis mengharapkan sumbangan pikiran, pendapat, serta kritik membangun dari segala pihak untuk kesempurnaan tesis ini

Medan, Agustus 2010 Penulis,

Ricky Mangaranap T.M. Manik


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Salam sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan karuniaNya yang telah setia memelihara, memimpin, dan memberi kekuatan serta kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Atas kasih karuniaNya akhirnya penulis bisa menyelesaikan tesis yang berjudul Pemerolehan Semantik Leksikal Siswa Sekolah Dasar. tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna menyelesaikan sekolah pascasarjana dengan program studi linguistik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai tesis ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada orang tuaku terkasih, yakni ayahanda Drs. M. Manik dan ibunda Dra.E. R. Marpaung dan adikku Devlin Manik, S.Pd untuk semangatnya yang selalu dibagi kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada :

1. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan S-2 pada Program Linguistik Universitas Sumatera Utara


(10)

Umar Mono, M.Hum yang telah mengajari, membimbing, dan membantu saya selama studi

3. Bapak Prof. Amrin Saragih, Ph.D selaku dosen pembimbing pertama yang telah bersedia menyediakan waktu untuk membagi pengetahuan, pandangan, masukan serta bimbingan bagi penulis selama pengerjaan tesis ini.

4. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku dosen pembimbing kedua yang telah bersedia menyediakan waktu untuk membagi pengetahuan, pandangan, masukan serta bimbingan bagi penulis selama pengerjaan tesis ini.

5. Ibu Prof. Tengku Silvana Sinar, Ph.D selaku dosen penguji atas segala koreksi, dan masukan-masukan selama kolokium, seminar hasil , dan sidang.

6. Bapak Dr. Eddy Setia, M.Ed.TESP yang juga selaku dosen penguji atas segala koreksi, dan masukan-masukan selama kolokium, seminar hasil , dan sidang. 7. Seluruh staf pengajar / dosen-dosen saya di Program Magister Linguistik USU yang

telah memberikan pendidikan pelajaran dan bimbingan pada penulis dari semester awal hingga menamatkan perkuliahan.

8. Seluruh staf administrasi Program Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara 9. Teman-teman angkatan 2008 Abdul Zebar, Citrayana, Dewi Kumala Sari,

Nurismillida, Helmita Mufida, Erliana Siregar, Ade Kurniawan Nasution, Halimahtussakdiah, Eva Tuti, Harja Siregar, Nurilam Harianja, Ita Khairani, Veryani Guniesti, Bima Pranachitra, Ferdiyanto Yusuf, Dewi Sukhrani, Nelvita, Buang Agus, Nelvita.


(11)

10. Panitia Seminar Linguistik USU 2009-2010 yang telah berkenan hadir dalam pra kolokium dan memfasilitasi pra seminar hasil di program studi linguistik.

11.Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya pada semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung, membantu penulis menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran membangun demi menyempurnakan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak


(12)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ricky Mangaranap T.M. Manik

TempaT/Tgl Lahir : Medan, 4 April 1984 Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Sejati gg. Keluarga No. 8 D p Pasar V Marindal 1 Medan- 20361 Email : ricky_manik@yahoo.com

Pendidikan Formal

SD HKBP Telada Medan : 1990-1996 SLTP Negeri 28 Medan : 1996-1999 SMU Negeri 2 Medan : 1999-2002 S1 Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan

Seni Universitas Negeri Medan (UNIMED) : 2002-2006

Pekerjaan

Dosen Yayasan Akademi Kebidanan Mitra Husada Medan Dosen STIE / STMIK MIKROSKIL Medan


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

RIWAYATHIDUP ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK ... 5

2.1 Teori-teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti ... 5

2.2 Kerangka Teoretik ... 9


(14)

3.3 Data dan Sumber Data ... 19

3.4 Instrumen Penelitian ... 22

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.6 Teknik Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30

4.1 Hasil Penelitian ... 30

4.2 Temuan Penelitian ... 35

4.3 Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 81


(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Memberikan makna yang diberikan informan dengan makna yang

ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI)………….... 27 2 Penentuan derajat acuan bahasa berupa makna yang diujarkan

dengan di luar bahasa yaitu fisik, fungsi, aksi, dan contoh……... 27 3 Penentuan makna dari informan dihubungkan dengan derajat

kesesuaian………. 28 4 Total distribusi makna berdasarkan jenis kelamin siswa laki-laki.. 55 5 Total distribusi makna berdasarkan jenis kelamin siswa

perempuan……… 57 6 Distribusi definisi berdasarkan keseluruhan siswa……….. 58 7 Total distribusi makna berdasarkan keseluruhan siswa…………... 60 8 Kesesuaian makna siswa berdasarkan jenis kelamin………... 61 9 Kesesuaian makna siswa berdasarkan jenis kata………. 61


(16)

DAFTAR BAGAN

No Judul Halaman

1 Tahapan pengumpulan data……… 24 2 Tahapan analisis data……….. 29


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Data Temuan Penelitian………... 85

2 Biodata Responden……….. 256

                             


(18)

ABSTRAK

Ricky Manik. 2010. Pemerolehan Semantik Leksikal Pada Siswa Sekolah Dasar. Medan : Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemaknaan leksikal siswa di tingkat sekolah dasar yaitu di tingkat atau di kelas V ; melihat kesesuaian makna yang diberikan siswa dengan makna kamus ; meihat perbedaan makna kata yang diberikan siswa laki-laki dan siswa perempuan ; melihat perbedaan makna kata yang diberikan siswa laki-laki dan siswa perempuan berdasarkan tingkat ekonomi siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif yaitu suatu metode yang memecahkan masalah dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikannya, menganalisis serta menginterpretasikannya. Instrument / alat pengumpul data yang tepat digunakan pada penelitian ini adalah wawancara dan observasi langsung. Hasil analisis didapatkan keseluruhan anak laki – laki anak kelas 5 SD ada 28 kali menggunakan kategori fisik, 125 kali menggunakan kategori fungsi, 36 kali menggunakan kategori aksi, 40 kali menggunakan kategori contoh, 71 mendefinisikannya dengan kategori kata – kata penyebab di dalam makna kata tersebut. Sementara itu, dari keseluruhan anak perempuan di dalam mendefinisikan makna kata 36 kali menggunakan kategori fisik, 154 kali menggunakan kategori fungsi, 25 kali menggunakan kategori aksi, 26 kali memakai kategori contoh, 59 kali mengutarakannya dengan penyebab dari makna kata itu. Dalam kesesuaian di dalam pemberian makna dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), siswa laki – laki lebih banyak yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia dibandingkan dengan siswa Perempuan. Pada siswa laki-laki tingkat kesesuaiannya sebanyak 36 % (108 kata) dan untuk siswa perempuan sebanyak 10% (30 kata). Untuk ketidaksesuaian di dalam pemberian makna dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), siswa laki-laki memiliki tingkat ketidaksesuaian sebesar 52% (156 kata) dan untuk siswa perempuan memiliki tingkat ketidaksesuaian sebesar 62% (186 kata). Hal ini menggambarkan bahwa siswa laki-laki memiliki tingkat ketidaksesuaian makna lebih rendah dari siswa perempuan. Dalam hal kesesuaian makna yang diberikan dengan makna kamus dapat digambarkan bahwa siswa laki-laki dan siswa perempuan lebih banyak memberikan makna yang sesuai pada jenis kata sifat atau adjektif. Sedangkan pada konsep ketidaksesuaian makna lebih dominan pada jenis kata nomina dan diikuti dengan verba.


(19)

ABSTRACT

Ricky manik. 2010. The Acquisition of the Lexical Semantics of the Elementary School Student. Medan. Postgraduate Program North Sumatera University.

The purpose of this research is to describe the lexical meaning of the fifth grade elementary student; to see the compatibility meaning between the meaning given by student and the meaning given in the dictionary; to see the difference in meaning between the male and the female student; to see the difference in meaning between the male and the female student based on the level of the student’s economics. The method used in getting and analyzing data was descriptive, thus a method that solved the problem by collecting data, compiling, classifying, analyzing, as well as interpreting them. The suitable collecting data instrument used in this research was interview and direct observation. The result of this research showed that the whole fifth grade male elementary students used the physical category 28 times, functional category 125 times, action category 36 times, example category 40 times, and 71 times defining them with the caused word category in the meaning of the words. Meanwhile, the female elementary students used the physical category 36 times, functional category 154 times, action category 25 times, example category 26 times, and 59 times defining them with the caused word category in the meaning of the words. The compatibility meaning with Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) was the male student was closer to the KBBI than the female. The male compatibility was 36 % (108 words), and the female was 10 % (30 words). The incompatibility meaning with Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) was the incompatibility from the male’s side was 52 % (156 words), and from the female’s side was 62 % (186 words). It showed that the incompatibility of the male student was lower than the female student. In the compatibility meaning between the meaning given by student and the meaning given in the dictionary could be described that the male and female students gave the compatibility meaning at adjective, whereas in the incompatibility meaning more dominant to noun and verb.


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semantik adalah sebagai suatu cabang linguistik yang menyelidiki makna yang dapat diekspresikan, semantik sangat menarik dalam perspektif komunikasi, dan komunikasi merupakan bagian yang makin penting di dalam organisasi sosial, oleh karena itu kebutuhan untuk memahami semantik menjadi semakin mendesak. Semantik juga merupakan pusat studi tentang pikiran manusia yaitu proses berpikir, kognisi, dan semuanya saling terkait dalam mengklasifikasikan dan mengemukakan pengalaman kita melalui bahasa. Simanjuntak (2009:10) mengatakan bahwa proses kognisi ialah proses-proses akal manusia yang bertanggungjawab mengatur pengalaman dan perilaku manusia itu. Hal-hal yang terutama dikaji kognisi ialah bagaimana caranya manusia memeroleh, menafsirkan, mengatur dan menyimpan, mengeluarkan dan menggunakan pengetahuannya, termasuk perkembangan dan penggunaan pengetahuan bahasa.

Semua manusia di dunia ini memiliki bahasa sebagai alat pengantar untuk mengungkapkan berbagai macam ide dan pikiran yang lazim disebut kegiatan berkomunikasi. Dalam berkomunikasi tentu saja harus ada kesepahaman makna akan setiap kata yang diujarkan, untuk menghindari berbagai kesalahan yang mungkin muncul akibat ketidaktahuan makna kata yang diungkapkan. Dalam


(21)

ilmu linguistik terdapat manfaat untuk membedakan antara makna (leksikal) dan pemakaiannya

Dari sedikit penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa; semantik leksikal ini mengungkapkan bahwa setiap kata memiliki makna, dan makna ini sebagai pengantar maksud atau tujuan dalam berkomunikasi, dan setiap orang memiliki tanggapan yang berbeda dalam memaknai sebuah kata dengan adanya makna leksikal kita diajak untuk mengetahui makna yang sebenarnya.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan maka jika kita berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya hendaknya orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut mengetahui makna leksikal dari setiap kata yang diujarkannya. Dilandasi pendapat Simanjuntak di awal maka kajian penelitian ini menekankan pada kondisi siswa sekolah dasar di kelas V SD dalam memaknai kata dengan proses memeroleh, menafsirkan, mengatur, dan menyimpan, mengeluarkan dan menggunakan pengetahuannya, termasuk perkembangan dan penggunaan pengetahuan makna kata dalam bahasa. Sehingga dalam berkomunikasi siswa tersebut lebih maksimal dalam mengorganisir setiap kata yang diungkapkan.

Fenomena di masyarakat khususnya pada siswa sekolah dasar bahwa ditemukan ketidaksesuaian antara makna yang ada dalam kamus dengan yang diujarkan si siswa, bahwa pemerolehan siswa memiliki perbedaan antara siswa yang perempuan dan siswa yang pria, serta fenomena bahwa ditemukan beberapa perbedaan pemerolehan antara siswa perempuan dan siswa pria dalam pemerolehan


(22)

diperoleh dari temuan awal atau prapenelitian, kemudian peneliti merangkum sejumlah masalah terkait dengan pemerolehan makna kata, diantaranya; pemerolehan makna leksikal siswa di tingkat sekolah dasar; kesesuaian makna kata yang disajikan dengan makna kamus; distribusi makna yang diberikan siswa di tingkat sekolah dasar; hal yang menarik perhatian dari makna kata-kata yang diberikan siswa di tingkat sekolah dasar; perbedaan makna leksikal yang diberikan siswa perempuan dan siswa laki-laki.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pemerolehan makna leksikal siswa di tingkat sekolah dasar kelas V SD?

2. Apakah makna leksikal siswa sekolah dasar kelas V SD itu disajikan sesuai dengan makna kamus?

3. Apakah perbedaan makna leksikal yang diberikan siswa perempuan dan siswa laki-laki?

4. Apakah perbedaan makna leksikal yang diberikan siswa perempuan dan siswa laki-laki berdasarkan latar belakang tingkat ekonomi siswa ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. mendeskripsikan pemaknaan kata siswa kelas V SD terhadap suatu kata . 2. mentabulasi data makna kata yang diberikan siswa kelas V SD tersebut.


(23)

3. menemukan kesesuaian makna kata yang diberikan siswa kelas V SD dengan makna kamus bahasa Indonesia, dan

4. menemukan perbedaan pemaknaan kata berdasarkan jenis kelaminnya dengan melihat hasil tabulasi data.

5. menemukan perbedaan pemaknaan kata berdasarkan latar belakang tingkat ekonomi siswa dengan melihat hasil tabulasi data.

1.4 Manfaat Penelitian

Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:

1. Informasi yang bersifat ilmiah dalam mendeskripsikan fenomena pemaknaan, khusunya makna leksikal pada siswa kelas V SD

2. Acuan dalam penelitian lanjutan khususnya dalam kajian semantik, dan

3. Membentuk pemahaman siswa yang jelas terhadap makna kata-kata, agar menciptakan komunikasi yang efisien dan jelas.

     


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik

Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa (Chaer, 2002:2). Kemudian menurut Parera (2004:44) semantik ialah satu studi dan analisis tentang makna-makna linguistik. Sedang menurut ahli linguistik lainnya, semantics is the study of meaning communicated through language an semantics is the study of the meanings of words and sentences ( Saeed, 1997:3)

2.1.2 Kajian Semantik Tentang Makna

Teori yang telah dikembangkan oleh pakar filsafat dan linguistik sekitar konsep makna dalam studi semantik. Pada dasarnya para filsuf dan linguis mempersoalkan makna dalam bentuk hubungan antara bahasa (ujaran), pikiran, dan realitas di alam. Lahirlah teori tentang makna yang berkisar pada hubungan antara ujaran, pikiran, dan realitas di dunia nyata. Secara umum dibedakan teori makna atas; teori acuan atau korespondensi, teori kontekstual, teori mentalisme atau konseptual dan teori formalisme.( Parera, 2004:45)


(25)

2.1.2.1 Teori Referensial

Teori referensial (acuan) atau korespondensi adalah hubungan antara kata dan acuan yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa baik berupa kata maupun frase atau kalimat. Simbol bahasa dan rujukan atau acuan tidak mempunyai hubungan langsung. Teori ini menekankan hubungan langsung antar kata dengan acuannya yang ada di alam nyata. Jika kita menerima bahwa makna sebuah ujaran adalah acuannya. Maka setidak-tidaknya kita terikat pula pada pernyataan berikut ini.

1. Jika sebuah ujaran mempunyai makna, maka ujaran itu mempunyai acuannya 2. Jika dua ujaran mempunyai acuan yang sama, maka ujaran itu mempunyai

makna yang sama pula

3. Apa saja yang benar dari acuannya sebuah ujaran adalah benar untuk maknanya.

Teori mendapatkan tantangan dan komentar, walaupun demikian teori acuan mendapat pembenaran dalam penggunaan bahasa sebagai sarana ilmu

2.1.2.2 Teori Mentalisme

Teori mentalisme pada awalnya studi bahasa secara sinkronis dan membedakan analisis bahasa atas la parole, la langue, dan la langage. Bahasa lahiriah (la parole) dihubungkan dengan “konsep” atau citra mental penuturnya (la langue). Sebagai kajiannya “kuda terbang” dimaknai dengan citra mental walaupun secara real tidak ada.


(26)

2.1.2.3 Teori Kontekstual

Teori kontekstual sejalan dengan teori relativisme dalam pendekatan semantik bandingan antarbahasa. Teori kontekstual mengisyaratkan bahwa suatu kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks.

Walaupun demikian, ada pakar semantik yang berpendapat bahwa setiap kata mempunyai makna dasar atau primer yang terlepas dari konteks situasi. Kedua kata itu baru mendapatkan makna sekunder sesuai dengan konteks situasi. Dalam kenyataannya, kata itu tidak akan terlepas dari konteks pemakaiannya.

2.1.2.4 Teori Pemakaian Dari Makna

Teori ini dikembangkan oleh filsuf Jeman Wittgenstein. Beliau berpendapat bahwa kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks karena konteks itu selalu berubah dari waktu ke waktu. Salah satu kelemahan teori pemakaian dari makna ialah penentuan tentang konsep “pemakaian” secara tepat

2.1.3 Pengertian Semantik Leksikal

Leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vocabulary, kosakata, pembendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan kata yang bemakna (Chaer, 2002: 60). Kalau leksikon disamakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat disamakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan dengan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Makna leksikal dapat juga


(27)

diartikan makna yang sesuai dengan acuannya, makna yang sesuai dengan hasil observasi panca indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Beberapa ahli menegaskan demikian, The noun ‘lexeme’ is of course related to the words ‘lexical’ and ‘lexicon’, (we can think of ‘lexicon’ as having the same meaning as vocabulary or dictionary ( Lyons, 1995:47). Dalam semantik leksikal diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Oleh karena itu, makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal. Leksem adalah istilah-istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebutkan satuan bahasa bermakna. Istilah leksem ini kurang lebih dapat dipadankan dengan istilah

kata yang lazim digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis dan yang lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal bebas terkecil.

2.1.4 Pemerolehan, Pembelajaran, dan Perkembangan

Pemerolehan, pembelajaran dan perkembangan adalah tiga istilah yang bersinonim satu sama lain ( Smith, 1994:11). Pemerolehan selalu dikaitkan dengan pembelajaran informal, dan pembelajaran dengan pembelajaran formal. Perkembangan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses pembelajaran, yaitu sesuatu yang terjadi di dalam diri pembelajar.

Istilah pemerolehan dan pembelajaran memfokuskan perhatian kita pada orang yang belajar bahasa di mana perkembangan berlangsung. Yang penting, harus selalu memisahkan pemerolehan/pembelajaran/perkembangan dengan pengajaran,


(28)

yang merupakan upaya (biasanya oleh orang lain) untuk membuat tugas pembelajar menjadi lebih mudah.

2.1.5 Elisitasi

Kalau seseorang pengajar ingin mengetahui seberapa dekat pengetahuan dan keterampilan seorang pembelajar dengan bahasa sasaran yang dipelajarinya, dia harus membuat suatu “tes”. Banyak tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui kemampuan seseorang pembelajar (apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum). Untuk itu, peneliti cenderung tidak melakukan tes, tapi elisitasi, yaitu teknik memperoleh data dengan tanya jawab.

2.2 Kerangka Teoretik

Berdasarkan kajian pustaka yang telah dipaparkan di atas, peneliti menarik suatu kerangka berpikir untuk melakukan penelitian yaitu penelitian tentang semantik leksikal lebih mengarah kepada pemaknaan yang merujuk pada suatu acuannya, penyesuaian suatu makna kata dengan makna dalam kamus. Teori yang digunakan pada penelitian ini ialah teori referensial (acuan) atau korespondensi, yaitu adalah teori yang melihat hubungan antara kata dan acuan yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa baik berupa kata maupun frase atau kalimat. Simbol bahasa dan rujukan atau acuan tidak mempunyai hubungan langsung. Teori ini menekankan hubungan langsung antar kata dengan acuannya yang ada di alam nyata. Jika kita menerima bahwa makna sebuah ujaran adalah acuannya. Siswa–siswa yang menjadi objek


(29)

penelitian mengemukakan makna suatu kata dan peneliti tidak melihat atau mempertimbangkan kemampuan pembelajarannya tetapi bagaimana siswa menginterpretasikan makna dari tiap kata tersebut. Oleh karena itu peneliti menggunakan elisitasi untuk memperoleh data dengan tanya jawab tanpa menguji kemampuan pembelajaran dengan materi yang diajarkan. Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, namun peneliti sendiri telah melakukan studi awal pada sekolah tersebut untuk melihat fenomena yang terjadi pada siswa sekolah dasar dalam konsep pemaknaan kata.

Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani ‘sema’ (kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah ‘semaino’ yang berarti ‘menandai’atau ‘melambangkan’. Yang dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda linguistik (Perancis : signé linguistique).

Menurut Ferdinan de Saussure (1966), tanda lingustik terdiri dari : 1) Komponen yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa. 2) Komponen yang diartikan atau makna dari komponen pertama.

Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, dan sedangkan yang ditandai atau dilambangkan adaah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim disebut sebagai referent / acuan / hal yang ditunjuk. Jadi, Ilmu Semantik adalah :

1. Ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya.


(30)

Istilah Semantik lebih umum digunakan dalam studi ingustik daripada istilah untuk ilmu makna lainnya,seperti Semiotika, semiologi, semasiologi,sememik, dan semik. Ini dikarenakan istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang cukup luas,yakni mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda lalulintas, morse, tanda matematika, dan juga tanda-tanda yang lain sedangkan batasan cakupan dari semantik adalah makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Berlainan dengan tataran analisis bahasa lain, semantik adalah cabang imu linguistik yang memiliki hubungan dengan Imu Sosial, seperti sosiologi dan antropologi. Bahkan juga dengan filsafat dan psikologi. Semantik berhubungan dengan sosiologi dikarenakan seringnya dijumpai kenyataan bahwa penggunaan kata tertentu untuk mengatakan sesuatu dapat menandai identitas kelompok penuturnya. Contohnya: Penggunaan / pemilihan kata ‘cewek’ atau ‘wanita’, akan dapat menunjukkan identitas kelompok penuturnya.Kata ‘cewek’ identik dengan kelompok anak muda, sedangkan kata ‘wanita’ terkesan lebih sopan, dan identik dengan kelompok orang tua yang mengedepankan kesopanan. Semantik dianggap berkepentingan dengan antropologi dikarenakan analisis makna pada sebuah bahasa, menalui pilihan kata yang dipakai penuturnya, akan dapat menjanjikan klasifikasi praktis tentang kehidupan budaya penuturnya. Contohnya : penggunaan / pemilihan kata ‘ngelih’ atau ‘lesu’ yang sama-sama berarti ‘lapar’ dapat mencerminkan budaya penuturnya.Karena kata ‘ngelih’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat Jogjakarta.Sedangkan kata ‘lesu’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat daerah Jombang. Dalam analisis semantik, bahasa bersifat unik dan


(31)

memiliki hubungan yang erat dengan budaya masyarakat penuturnya. Maka, suatu hasil analisis pada suatu bahasa, tidak dapat digunakan untuk menganalisi bahasa lain. Contohnya penutur bahasa Inggris yang menggunakan kata ‘rice’ pada bahasa Inggris yang mewakili nasi, beras, gabah dan padi. Kata ‘rice’ akan memiliki makna yang berbeda dalam masing-masing konteks yang berbeda. Dapat bermakna nasi, beras, gabah, atau padi. Tentu saja penutur bahasa Inggris hanya mengenal ‘rice’ untuk menyebut nasi, beras, gabah, dan padi. Itu dikarenakan mereka tidak memiliki budaya mengolah padi, gabah, beras dan nasi, seperti bangsa Indonesia. Kesulitan lain dalam menganalisis makna adalah adanya kenyataan bahwa tidak selalu penanda dan referent-nya memiliki hubungan satu lawan satu. Yang artinya, setiap tanda lingustik tidak selalu hanya memiliki satu makna.

Adakalanya, satu tanda lingustik memiliki dua acuan atau lebih. Dan sebaliknya, dua tanda lingustik, dapat memiliki satu acuan yang sama.Hubungan tersebut dapat digambarkan dengan contoh-contoh berikut :

Bisa ‘racun’ ‘dapat’

Buku ‘lembar kertas berjilid’


(32)

Siswa–siswa yang menjadi objek penelitian mengemukakan makna suatu kata dan peneliti tidak melihat atau mempertimbangkan kemampuan pembelajarannya tetapi bagaimana siswa menginterpretasikan makna dari tiap kata tersebut. Oleh karena itu peneliti menggunakan elisitasi untuk memperoleh data dengan tanya jawab tanpa menguji kemampuan pembelajaran dengan materi yang diajarkan. Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, namun peneliti sendiri telah melakukan studi awal pada sekolah tersebut untuk melihat fenomena yang terjadi pada siswa sekolah dasar dalam konsep pemaknaan kata.

                             


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini ialah sekolah dasar (SD), yaitu SD Negeri No. 067952 Jl. Karya Bersama No. 13 Pangkalan Mansyur Medan- 20143. Sekolah yang menjadi objek penelitian ialah sekolah dasar pemerintah atau sekolah dasar negeri.

Sekolah Dasar (SD) Negeri N0.067952 ialah salah satu sekolah negeri yang terletak di pinggiran kota Medan, sekolah ini berbatasan dengan wilayah kabupaten Deli Serdang, tepatnya dengan Desa Namorambe. Sekolah ini jauh dari jalan raya. Untuk sampai ke sekolah ini harus menempuh kira-kira 1 Km jalan kecil yang merupakan pemukiman masyarakat.

Sekolah Dasar (SD) Negeri N0.067952 berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu:

Sebelah utara : SMP Negeri 28 Medan

Sebelah Selatan : Waduk Pengendali Banjir Sungai Deli Sebelah barat : Perumahan Penduduk

SebelahTimur : SMU Negeri 13 Medan

Sekolah ini berdiri tahun 1985. Kepala sekolah pertama SD Negeri N0.067952 Medan adalah Rosiana Sembiring yang dan menjadi kepala sekolah yang paling lama menjabat. Kemudian digantikan oleh Dra. Nurbaiti yang baru menjabat selama 3


(34)

Sekolah Dasar (SD) Negeri N0.067952 Medan memiliki visi dan misi, yaitu: Visi :

Menghasilkan manusia yang berdaya cipta berdasarkan Iman dan Taqwa dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Misi :

1. Melaksanakan proses pembelajaran yang kondusif efektif

2. Melaksanakan pendidikan keterampilan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Meningkatkan kompetensi pendidik yang profesionalisme dalam rangka peningkatan sumber daya manusia

4. Melengkapi sarana prasarana pembelajaran secara bertahap

Sekolah Dasar (SD) Negeri N0.067952 memiliki staf pegawai dan pengajar. Untuk staf pengajar berjumlah 20 orang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 16 orang perempuan dengan tingkat pendidikan sarjana (S1) sebanyak 8 orang, sarjana muda sebanyak 7 orang dan SLTA (Sederajat) sebanyak 5 orang. Sedangkan untuk staf pegawai berjumlah 2 orang yang terdiri dari perempuan dengan tingkat pendidikan Diploma 3 (D3) sebanyak 1 orang dan SLTA (Sederajat) sebanyak 1 orang.

Peneliti beralasan memilih lokasi penelitian ini, pertama didasarkan oleh kondisi ekonomi orang tua siswa yang beragam, yang kedua ialah kondisi sekolah yang berdampingan dengan sekolah tingkat pertama (SLTP) negeri 28 Medan dan sekolah tingkat atas (SMA) negeri 13 Medan, yang mengakibatkan akses kontak langsung berkomunikasi dengan umur yang berbeda sering terjadi di lingkungan ini. Dan yang ketiga ialah pada kenyataannya siswa sekolah ini masih kurang mengerti


(35)

makna dari setiap penjelasan yang diberikan guru-guru, sehingga sering terjadi salah pengertian antara siswa dan guru, misalnya ketika guru memberikan tugas terkadang siswa sering bertanya makna setiap kata yang kurang jelas bagi dirinya. Hal ini juga sering dikeluhkan para guru ketika peneliti melakukan penelitian awal sebelumnya. Sedangkan untuk waktu penelitian dilakukan pada masa persekolahan di semester genap di tahun 2009 ( Januari 2010 – Juni 2010).

Kemudian yang dapat menjadi alasan peneliti memilih siswa sekolah dasar (SD) adalah dikarenakan pada tingkatan ini merupakan tingkatan puncak dalam kegiatan pembelajaran di tingkat dasar, sedangkan di tingkat atau di kelas 6 merupakan masa pengulangan seluruh materi pembelajaran, dan untuk masa kegiatan pembelajaran tidak sampai satu tahun dikarenakan masa menjelang ujian akhir sekolah sehingga pengambilan data dirasakan tidak akan mencapai hasil yang diharapkan.

3.2 Pendekatan Dan Metode Yang Digunakan

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban, metodologi juga merupakan suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.

Pendekatan dan metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan analisis kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif dibedakan dengan metode penelitian kuantitatif, dalam arti metode


(36)

angka atau metode statistik. Pembicaraan yang sebenarnya, isyarat dan tindakan sosial adalah bahan mentah untuk analisis kualitatif (Mulyana, 2004:150).

Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisa kualitas-kualitasnya, memperoleh pemahaman yang otentik mengenai pengalaman orang-orang, sebagaimana dirasakan orang-orang yang bersangkutan.

Sementara penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat gejala-gejala peristiwa dan memaparkan hal-hal yang terjadi selama penelitian. Subroto (2007:5) mengatakan bahwa pada umumya untuk ilmu pengetahuan alam lebih banyak dipakai metode kuantitatif, sedangkan untuk ilmu kebudayaan atau ilmu-ilmu humaniora lebih banyak digunakan metode kualitatif.

Pengkajian untuk ilmu-ilmu humaniora terutama bertujuan membuat deskripsi (pemerian) suatu situasi, kejadian atau peristiwa, menginterpretasikan kejadian atau peristiwa, serta berusaha menangkap makna dari suatu peritiwa. Ilmu-ilmu humaniora berusaha memahami realitas sosial dan realitas budaya dalam rangka memahami masalah-masalah sosial dan masalah-masalah manusia secara lebih baik.

Secara umum dikatakan bahwa metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik. Sebagai mana yang dikatakan oleh Bogdan dan Biklen (1982:2) bahwa penelitian kualitatif (qualitative research) sebagai istilah paling melingkupi berbagai strategi penelitian yang secara bersama memiliki beberapa karakteristik tertentu. Penelitian kualitatif sebagai istilah dipakai untuk


(37)

memayungi atau melingkupi berbagai strategi penelitian sesuai dengan disiplin ilmunya atau sesuai dengan karakteristik aspek substansi masalah yang diteliti. Masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas ( Bungin, 2008:49)

Jalaludin Rakhmat (2002:25) memaparkan konsep penelitian deskriptif ditujukan untuk:

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.

2. Mengindentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku

3. Membuat perbandingan atau evaluasi

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang

Menurut Rakhmat (2002:25), sering dalam kegiatan penelitian, penelitian deskriptif timbul karena suatu peristiwa yang menarik perhatian peneliti. Tetapi belum ada kerangka teoritis untuk menjeelaskannya. Penelitian deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis), tetapi juga memadukan (sintesis),

Sesuai dengan perspektifnya yang dipakai, penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa dan kaitannya


(38)

dengan orang-orang atau masyarakat yang diteliti dalam konteks kehidupan dalam situasi yang sebenarnya namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.

3.3 Data dan Sumber Data

Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah hasil rekaman pemaknaan tiap-tiap kata dari siswa kelas V SD yang akan diambil secara acak dari sekolah yang menjadi sumber datanya untuk diwawancarai. Penentuan sumber data ialah berdasarkan konsep pemaknaan kata yang merupakan bagian dari psikolinguistik sehingga dasarnya ialah pemakaian Hipotesis Umur Kritis. Dardjowidjojo (dalam Umar; 2004:35) mengasumsikan bahwa ada hubungan antara pertumbuhan biologis manusia dengan tingkat akuisisi bahasa. Hipotesis ini berbunyi:

1. Penguasaan bahasa tumbuh sejajar dengan pertumbuhan biologis, dan

2. Sesudah masa puber, akuisisi bahasa secara alamiah sudah tidak dapat terjadi lagi

Didasarkan hal tersebut, peneliti memilih data yaitu siswa kelas V SD karena pada tingkatan ini usia siswa kisaran dalam proses pertumbuhan biologis. Setiap informan dipisahkan pemaknaan antara informan laki-laki dan informan perempuan. Setiap makna yang ujarkan atau diungkapkan siswa diterima sebagai data murni yang nantinya akan diteruskan untuk dianalisis. Data tersebut merupakan data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif, penelitian dekriptif, penelitian historis, dan penelitian filosofi. Data kualitatif diungkapkan


(39)

dalam bentuk kalimat serta uraian-uraian, bahkan dapat berupa cerita pendek (Bungin, 2008:103)

3.3.1 Populasi

Populasi ialah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1991:141).

Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa-siswi SD Negeri N0.067952. Adapun alasan peneliti dalam memilih populasi tersebut ialah karena didasarkan hasil pra penelitian yang peneliti lakukan yaitu fenomena di masyarakat khususnya pada siswa sekolah dasar bahwa ditemukan ketidaksesuaian antara makna yang ada dalam kamus dengan yang diujarkan si siswa, bahwa pemerolehan siswa memiliki perbedaan antara siswa yang perempuan dan siswa yang pria, serta fenomena bahwa ditemukan beberapa perbedaan pemerolehan antara siswa perempuan dan siswa pria dalam pemerolehan makna berdasarkan tingkat ekonomi. Fenomena-fenomena yang disebutkan diatas diperoleh dari temuan awal atau prapenelitian kemudian peneliti merangkum sejumlah masalah terkait dengan pemerolehan makna kata, diantaranya; pemerolehan makna leksikal siswa di tingkat sekolah dasar; kesesuaian makna kata yang disajikan dengan makna kamus; distribusi makna yang diberikan siswa di tingkat sekolah dasar; hal yang menarik perhatian dari makna kata-kata yang


(40)

diberikan siswa di tingkat sekolah dasar; perbedaan makna leksikal yang diberikan siswa perempuan dan siswa laki-laki.

3.3.2 Sampel

Secara sederhana sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data dan sebenarnya dalam suatu penelitian, atau bisa juga diartikan sebagai sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Menurut Nawawi (1991:144), sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu.

Menurut Arikunto (2002:112) jika populasi kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua, namun jika populasinya diatas 100 orang dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25%. Berdasarkan data populasi yang ada dan didasarkan rumus pengambilan sampel oleh Arinkunto tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi yakni sebanyak 40 orang siswa.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar kata yang terdiri atas, kata sifat (adjektiva), kata kerja (verba), dan kata benda (nomina) dan instrumen tambahan berupa kuesioner. Menurut Kridalaksana (1993:127) mendefinisikan kata sebagai komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Apa yang menjadi pokok utama dalam pemahaman kata adalah informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa atau pembendaharaan kata. Sehingga pada penelitian ini tiga (3) bentuk kata


(41)

digunakan untuk mengumpulkan pemaknaan dari masing-masing siswa. Siswa diberikan kata-kata dari ketiga jenis kata itu kemudian dimaknainya dan ditabulasikan berdasarkan tujuan penelitian. Untuk kata sifat bentuk kata yang digunakan ada 5 yaitu sakit, sedih, gembira, rajin, dan lelah. Untuk kata kerja bentuk kata juga ada 5 yaitu makan, minum, pergi, belajar, dan tidur. Terakhir untuk kata benda kata yang digunakan yaitu buah, piring, pintu, nasi, dan matahari. Penentuan jenis-jenis kata dari kelima bentuk kata tersebut didasarkan oleh karena kata tersebut terdaftar dalam Swadesh dan Holle yang digunakan sebagai alat penjaring data linguistik historis komparatif, dan juga intensitas pemakaian kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari, terlihat fenomena bahwa kata ini sering diucapkan namun sulit dimengerti apa makna sebenarnya, hal ini terlihat pada penelitian awal peneliti sebelumnya yang peneliti lakukan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data kebahasaan adalah konteks kebahasaan (dan bahkan juga konteks situasi) yang dapat berwujud wacana atau kalimat atau klausa atau frase atau kata (tunggal atau kompleks) atau morfem yang didalamnya terdapat segi-segi tertentu yang diteliti. Konteks kebahasaan itu memungkinkan peneliti melakukan analisis secara tepat dan benar terhadap masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah menggunakan teknik pengumpulan data secara teknik rekam dan wawancara. Subroto (2007:40) mengatakan bahwa teknik rekam ialah pemerolehan data dengan


(42)

diambil merupakan pemakaian bahasa secara alamiah. Sedangkan wawancara ialah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2007:108)

Penelitian ini merekam wawancara antara peneliti dengan sumber data informan dalam bentuk tanya jawab. Peneliti menanyakan makna tiap-tiap kata yang kemudian akan dijawab si sumber data secara spontanitas.

Selain itu juga peneliti menggunakan penelitian kepustakaan yaitu dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literature dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam penelitian kepustakaan dilakukan menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Sebagai cacatan penting bahwa dalam proses pengambilan data, daftar kuesioner tidak peneliti gunakan, daftar pertanyaan pada penelitian ini maksudnya ialah dafta kata yang kemudian ditanya maknanya. Hasil dari rekaman tersebut akan ditranskripkan kemudian dalam media tulisan untuk ditranskrip dan kemudian dianalisis. Teknik pengumpulan data ini dapat dilihat pada diagram berikut :


(43)

Pengumpulan Data ↓

Studi Dokumen ↓

Transkrip Data ↓

Tabulasi Data ↓

Data Penelitian

Bagan.1 Tahapan Pengumpulan Data

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini juga diartikan untuk melukiskan variable demi variable, satu demi satu. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji atau prediksi (Deddy, 2004:24)

Tahapan strategis dalam penelitian linguistik adalah melakukan analisis data yang telah dikumpulkan dan diatur atau diklasifikasikan berdasarkan asas tertentu. Menganalisis berarti mengurai atau memilah-bedakan unsur yang membentuk suatu


(44)

satuan lingual, atau mengurai suatu satuan lingual ke dalam komponen-komponennya.

Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode padan. Metode padan disebut juga metode identitas yaitu metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat penentu yang berada diluar bahasa, terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1985a:2)

Menurut Sudaryanto (1985a:2) Metode Padan dapat dibedakan atas lima (5) subjenis berdasarkan pada macam alat penentunya. Pertama, alat penentunya adalah kenyataan atau segala sesuatu (yang bersifat luar bahasa) yang ditunjuk oleh bahasa. Segala sesuatu yang bersifat dunia luar bahasa itu disebut acuan bahasa. Kedua, alat penentunya adalah organ atau alat ucap pembentuk bunyi bahasa. Ketiga, alat penentunya bahasa atau lingual lain. Keempat, alat penentunya perekam dan pengawet bahasa (atau tulisan). Kelima, alat penentunya adalah lawan bicara.

Dari penjelasan di atas, sesuai dengan kajian penelitian ini maka metode padan merupakan teknik analisis data yang digunakan dengan alat penentunya adalah yang pertama yaitu kenyataan atau segala sesuatu (yang bersifat diluar bahasa) yang ditunjuk oleh bahasa atau disebut juga alat penentunya ialah acuannya.

Acuan bahasa atau sesuatu yang ditunjukkan bahasa (benda, barang, objek, tindakan, peristiwa, perbuatan, kejadian, sifat, kualitas, keadaan, derajat, dan jumlah), benar-benar diluar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa.


(45)

Dengan metode ini, peneliti mencocok-cocokkan satuan-satuan lingual tertentu dengan acuannya. Identitas satuan lingual tertentu (misalnya kata dan jenis atau golongannya) ditentukan dengan derajat kesepadanan, kesesuaian, kecocokan atau kesamaan antara arti konsep yang terkandung dalam kata itu dengan acuannya (Subroto,2007:60). Hal ini juga sesuai dengan metode analisis teks dan bahasa yang di kembangkan Burhan Bungin. Salah satu bentuk analisisnya ialah analisis isi semantik yang terdiri dari 3 klasifikasi, salah satunya ialah klasifikasi analisis pernyataan. Analisis pernyataan (assertions) ialah menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu dikarakteristikkan secara khusus. Analisis ini secara kasar disebut analisis tematik (Bungin, 2007:157)

Dengan dasar pemikiran demikian peneliti mengelompokkan makna yang diungkapkan informan dalam bentuk tabulasi. Makna yang diberikan dimasukkan dalam daftar makna kata kemudian dihubungkan dengan acuannya atau dikelompokkan sesuai dengan derajat kesepadanannya. Bentuk tersebut dapat dimaknai dalam tabel berikut:

Tabel 1. Memberikan makna yang diberikan informan dengan makna yang ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

No Kode Nama Kata

Makna yang diberikan

Makna

KBBI      


(46)

       

Tabel 2. Penentuan derajat acuan bahasa berupa makna yang diujarkan dengan diluar bahasa yaitu fisik, fungsi, aksi, dan contoh

Definisi/Makna Yang Diberikan No

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

Tabel 3. Penentuan makna dari informan dihubungkan dengan derajat kesesuaian

No Kode siswa Kata Sesuai KBBI Hampir Sesuai KBBI Tidak Sesuai KBBI

Dari penjelasan tabel diatas, tabel 1 memberikan makna yang diberikan informan dengan makna yang ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sedangkan untuk tabel 2 berupa penentuan derajat acuan bahasa berupa makna yang diujarkan dengan diluar bahasa yaitu fisik, fungsi, aksi, dan contoh.

Sedangkan untuk tabel 3 adalah penentuan makna dari informan dihubungkan dengan derajat kesesuaian. Setelah selesai pengelompokan tersebut data yang


(47)

ditabulasikan selanjutnya akan dipersentasikan dan diangkat sebagai kesimpulan. Dan sebagai alur yang dapat digambarkan pada analisis data adalah sebagai berikut:

Data ↓

Pemerian Makna Dari Siswa Dengan Makna Kamus ↓

Penentuan Makna Berdasarkan Fisik, Fungssi, Aksi, Contoh ↓

Menentukan Kesesuaian Makna Dengan KBBI ↓

Kesimpulan Penelitian

Bagan 2. Tahapan Analisis Data  

         


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Responden Laki-Laki

Dari penelitian yang telah dilakukan di lapangan maka peneliti memperoleh data-data sebagai berikut, jumlah responden sebanyak 40 siswa sekolah dasar yang terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan. Masing- masing siswa diberikan kode, untuk responden pria di mulai dengan kode L1 sampai dengan L20. Begitu juga dengan responden perempuan di beri kode yang dimulai dari P1 sampai dengan P20.

Pada responden laki-laki dengan kode L1 data untuk tingkat kesesuaian makna yang diberikan responden dengan makna di kamus yakni pada jenis kata verba memiliki tingkat kesesuaian yang sangat rendah yaitu sebesar 0% di tandai dengan ketidaksesuaian makna sebesar 80% dan makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%. Begitu juga pada jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya sedang yakni sebesar 40 %, dengan tingkat ketidaksesuaian makna sebesar 60 % dan tingkat kesesuaian pada jenis kata adjektif cukup tinggi yaitu sebesar 60%, kategori hampir sesuai 10% dan tingkat ketidaksesuaian hanya 10%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L1 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis nomina cenderung makna yang


(49)

diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan bentuk kata lainnya.

Kemudian yang berikutnya untuk responden dengan kode L2, data tingkat kesesuaian untuk jenis kata verba sangat rendah dengan tingkatan sebesar 20 % saja, dan tingkat ketidaksesuaian makna tinggi dengan tingkat sebesar 60%, dan makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%. Untuk jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya juga sangat rendah sebesar 20%, hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai sebesar 20%. Dan untuk tingkat kesesuaian makna pada jenis kata adjektif tinggi sebesar 60%, makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan ketidaksesuaian makna sesesar 20%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L2 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi dan aksi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan aksi dan bentuk kata lainnya.

Lalu pada data responden Kode L3 menunjukkan data tingkat kesesuaian pada jenis kata verba sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%. Pada jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya juga sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 40%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 20%. Dan pada jenis kata adjektif memiliki tingkat kesesuaiannya yang cukup tinggi sebesar 60 %, dengan tingkat


(50)

sesuai dengan kamus sebesar 20%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L3

pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi dan aksi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik dan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan bentuk kata lainnya.

Kemudian pada responden dengan kode L4 untuk jenis kata verba tingkat kesesuaiannya sangat rendah sebesar 20 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%, pada jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%, dan pada jenis kata adjektif memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi sebesar 80 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 20%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L4 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan bentuk kata lainnya.

Pada data responden dengan kode L5 di peroleh data di jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaian tinggi sebesar 60 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%, sama halnya dengan jenis kata nomina sebesar 60 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak


(51)

sesuai dengan kamus sebesar 40%, dan adjektif sebesar 60 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L5 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik dan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan bentuk kata lainnya.

Kemudian pada data responden kode L6, jenis kata verba memiliki tingkat kesesuaian yang rendah sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%, pada jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaiannya juga cukup tinggi sebesar 60 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%, sedangkan pada jenis kata adjektif tingkat kesesuaiannya sangat rendah sebesar 20 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L6 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan aksi dan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan bentuk kata lainnya.


(52)

kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%, pada jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaiannya sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%, sedangkan pada jenis kata adjektif tingkat kesesuaiannya sedang sebesar 20 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L7 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik dan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan bentuk kata lainnya.

Kemudian pada responden dengan kode L8 untuk jenis kata verba tingkat kesesuaiannya sedang sebesar 20 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%, pada jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%, dan pada jenis kata adjektif memiliki tingkat kesesuaian yang juga sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L8 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan


(53)

untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan bentuk kata lainnya.

Pada data responden dengan kode L9 di peroleh data di jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaian sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 40%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 20%, jenis kata nomina kesesuaian makna dengan kamus sebesar 60 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 20%. dan adjektif untuk tingkat kesesuaiannya sebesar 80 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 20%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L9 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi dan aksi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan bentuk kata lainnya.

Dan pada data responden kode L10, jenis kata verba memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%, pada jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaiannya juga cukup tinggi sebesar 60 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%, sedangkan pada jenis kata adjektif tingkat kesesuaiannya sedang sebesar 40 %, dengan tingkat


(54)

sesuai dengan kamus sebesar 60%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L10 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan aksi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan bentuk kata lainnya.

Kemudian pada responden laki-laki dengan kode L11 data untuk tingkat kesesuaian makna yang diberikan responden dengan makna di kamus yakni pada jenis kata verba memiliki tingkat kesesuaian yang sangat rendah yaitu sebesar 0%, di tandai dengan ketidaksesuaian makna sebesar 80% dan makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%. Begitu juga pada jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya rendah yakni sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20% dan ketidaksesuaian makna sebesar 80 % dan tingkat kesesuaian pada jenis kata adjektif sedang yaitu sebesar 40%, kategori hampir sesuai dengan kamus 0% dan tingkat ketidaksesuaian 60%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L11 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi dan aksi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan aksi dan contoh.

Kemudian yang berikutnya untuk responden dengan kode L12, data tingkat kesesuaian untuk jenis kata verba sangat rendah dengan tingkatan sebesar 20% saja, dan tingkat ketidaksesuaian makna tinggi dengan tingkat sebesar 60%, dan makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%. Untuk jenis kata nomina


(55)

tingkat kesesuaiannya juga sangat rendah sebesar 20%, hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai sebesar 80%. Dan untuk tingkat kesesuaian makna pada jenis kata adjektif tinggi sebesar 60%, makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan ketidaksesuaian makna sebesar 40%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L12 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi, aksi dan contoh kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik dan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan bentuk kata aksi dan contoh.

Lalu pada data responden Kode L13 menunjukkan data tingkat kesesuaian pada jenis kata verba rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%. Pada jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya juga sedang sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 40%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%. Dan pada jenis kata adjektif memiliki tingkat kesesuaiannya yang sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L13 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi, aksi dan, contoh kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik dan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna


(56)

Kemudian pada responden dengan kode L14 untuk jenis kata verba tingkat kesesuaiannya sangat rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 40%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%, pada jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%, dan pada jenis kata adjektif memiliki tingkat kesesuaian yang rendah sebesar 20 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L14 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik, fungsi dan aksi dari kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan aksi, contoh, dan bentuk kata lainnya.

Pada data responden dengan kode L15 di peroleh data di jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaian sangat rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%, jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya rendah sebesar 20 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%. dan adjektif untuk tingkat ketidaksesuaian makna tinggi sebesar 60 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L15 pada jenis kata


(57)

benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik dan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan aksi dan contoh.

Kemudian pada data responden kode L16, jenis kata verba memiliki tingkat kesesuaian yang sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%, pada jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaiannya juga rendah sebesar 20 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 40%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%, sedangkan pada jenis kata adjektif tingkat kesesuaiannya sangat rendah sebesar 20 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L16 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu dan bentuk kata lainnya, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik dan aksi.

Di data responden dengan kode L17 tingkat kesesuaian pada jenis kata verba tinggi sebesar 60 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%, pada jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaiannya sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai


(58)

kesesuaiannya sedang sebesar 20 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 40%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L17 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi dan aksi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik dan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik dan contoh.

Kemudian pada responden dengan kode L18 untuk jenis kata verba tingkat kesesuaiannya sedang sebesar 20 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%, pada jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%, dan pada jenis kata adjektif memiliki tingkat kesesuaian yang juga sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L18 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi, aksi, contoh kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik, aksi, dan contoh.

Pada data responden dengan kode L19 di peroleh data di jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaian sedang sebesar 60 %, dengan tingkat makna yang hampir


(59)

sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%, jenis kata nomina kesesuaian makna dengan kamus sebesar 40%, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%, dan adjektif untuk tingkat kesesuaiannya sebesar 20%, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 40%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L19 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi dan aksi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik, aksi, dan contoh.

Dan pada data responden kode L20, jenis kata verba memiliki tingkat kesesuaian yang rendah sebesar 20 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%, pada jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaiannya juga sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%, sedangkan pada jenis kata adjektif tingkat kesesuaiannya tinggi sebesar 60 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode L20 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi, aksi, dan contoh kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan


(60)

berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik, aksi, dan contoh.

4.1.2 Responden Perempuan

Pada data responden dengan kode P1 di peroleh data di jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaian sangat rendah sebesar 0%, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 100%, jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 40%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%. dan adjektif untuk tingkat ketidaksesuaian makna tinggi sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode P1 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan bentuk kata lainnya.

Kemudian pada data responden kode P2, jenis kata verba memiliki tingkat kesesuaian yang rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%, pada jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaiannya juga rendah sebesar 20 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%, sedangkan


(61)

pada jenis kata adjektif tingkat kesesuaiannya sangat rendah sebesar 20 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%. Sementara untuk distribusi makna untuk

Kode P2 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi dan aksi.

Di data responden dengan kode P3 tingkat kesesuaian pada jenis kata verba rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 100%, pada jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaiannya rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%, sedangkan pada jenis kata adjektif tingkat kesesuaiannya rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode P3 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik dan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan bentuk kata lainnya.

Kemudian pada responden dengan kode P4 untuk jenis kata verba tingkat kesesuaiannya rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan


(62)

pada jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 100%, dan pada jenis kata adjektif memiliki tingkat kesesuaian yang juga rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 100%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode P4 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi dan aksi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan contoh.

Pada data responden dengan kode P5 di peroleh data di jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaian rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 100%, jenis kata nomina kesesuaian makna dengan kamus yang rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%, dan adjektif untuk tingkat kesesuaiannya sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 100%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode P5 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fisik dan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi dan bentuk kata lainnya.


(63)

Dan pada data responden kode P6, jenis kata verba memiliki tingkat kesesuaian yang rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%, pada jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaiannya juga rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 40%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%, sedangkan pada jenis kata adjektif tingkat kesesuaiannya rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 100%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode P6 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi.

Dan pada data responden kode P7, jenis kata verba memiliki tingkat kesesuaian yang rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%, pada jenis kata nomina memiliki tingkat kesesuaiannya juga rendah sebesar 0%, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 40%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 60%, sedangkan pada jenis kata adjektif tingkat kesesuaiannya rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 100%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode P7 pada jenis


(64)

kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi.

Kemudian pada responden perempuan dengan kode P8 data untuk tingkat kesesuaian makna yang diberikan responden dengan makna di kamus yakni pada jenis kata verba memiliki tingkat kesesuaian yang sangat rendah yaitu sebesar 0%, ditandai dengan ketidaksesuaian makna sebesar 80% dan makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%. Begitu juga pada jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya rendah yakni sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20% dan ketidaksesuaian makna sebesar 80 % dan tingkat kesesuaian pada jenis kata adjektif rendah yaitu sebesar 0%, kategori hampir sesuai dengan kamus 20% dan tingkat ketidaksesuaian 80%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode P8 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi.

Kemudian yang berikutnya untuk responden dengan kode P9, data tingkat kesesuaian untuk jenis kata verba sangat rendah dengan tingkatan sebesar 0% , dan tingkat ketidaksesuaian makna tinggi dengan tingkat sebesar 80%, dan makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%. Untuk jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya juga sangat rendah sebesar 0%, hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai sebesar 80%. Dan untuk tingkat kesesuaian makna pada jenis kata adjektif rendah sebesar 0%, makna yang hampir


(65)

sesuai dengan makna kamus sebesar 0%, dan ketidaksesuaian makna sebesar 100%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode P9 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi.

Lalu pada data responden Kode P10 menunjukkan data tingkat kesesuaian pada jenis kata verba rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%. Pada jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya juga sedang sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%. Dan pada jenis kata adjektif memiliki tingkat kesesuaiannya yang rendah sebesar 0 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 80%. Sementara untuk distribusi makna untuk Kode P10 pada jenis kata benda cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata itu, untuk jenis kata nomina cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi kata, dan untuk jenis kata adjektif cenderung makna yang diberikan berdasarkan fungsi.

Kemudian pada responden dengan kode P11 untuk jenis kata verba tingkat kesesuaiannya sedang sebesar 40 %, dengan tingkat makna yang hampir sesuai dengan makna kamus sebesar 20%, dan makna yang tidak sesuai dengan kamus sebesar 40%, pada jenis kata nomina tingkat kesesuaiannya rendah sebesar 20 %,


(1)

3 pintu √

4 nasi √

5 matahari √

Definisi/makna yang diberikan No Adjektif

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 sakit √

2 sedih √

3 gembira √

4 rajin √

5 lelah √

P14

Defenisi/makna yang diberikan

No Verba Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 makan √

2 minum √

3 pergi √

4 belajar √

5 tidur √

Defenisi/makna yang diberikan No Nomina

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 buah √

2 piring √

3 pintu √

4 nasi √

5 matahari √

Definisi/makna yang diberikan No Adjektif


(2)

1 sakit √

2 sedih √

3 gembira √

4 rajin √

5 lelah √

P15

Definisi/makna yang diberikan No Verba

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 Makan √

2 Minum √

3 Pergi √

4 belajar √

5 tidur √

Definisi/makna yang diberikan No Nomina

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 buah √

2 piring √

3 pintu √

4 nasi √

5 matahari √

Definisi/makna yang diberikan No Adjektif

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll


(3)

2 Sedih √

3 gembira √

4 Rajin √

5 Lelah √

P16

Definisi/makna yang diberikan

No Verba Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 makan √

2 minum √

3 pergi √

4 belajar √

5 tidur √

Definisi/makna yang diberikan No Nomina

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 buah √

2 piring √

3 pintu √

4 nasi √

5 matahari √

Definisi/makna yang diberikan No Adjektif

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 sakit √

2 sedih √

3 gembira √

4 rajin √

5 lelah √

P17

Definisi/makna yang diberikan No Verba


(4)

1 makan √

2 minum √

3 pergi √

4 belajar √

5 tidur √

Definisi/makna yang diberikan No Nomina

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 buah √

2 piring √

3 pintu √

4 nasi √

5 matahari √

Definisi/makna yang diberikan No Adjektif

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 sakit √

2 sedih √

3 gembira √

4 rajin √

5 lelah √

P18

Definisi/makna yang diberikan

No Verba Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 makan √

2 minum √

3 pergi √

4 belajar √

5 tidur √

No Nomina


(5)

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 buah √

2 piring √

3 pintu √

4 nasi √

5 matahari √

Definisi/makna yang diberikan No Adjektif

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 sakit √

2 sedih √

3 gembira √

4 rajin √

5 lelah √

P19

Definisi/makna yang diberikan

No Verba Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 makan √

2 minum √

3 pergi √

4 belajar √

5 tidur √

Definisi/makna yang diberikan No Nomina

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 buah √

2 piring √

3 pintu √

4 nasi √

5 matahari √

No Adjektif


(6)

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 sakit √

2 sedih √

3 gembira √

4 rajin √

5 lelah √

P20

Definisi/makna yang diberikan

No Verba Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 makan √

2 minum √

3 pergi √

4 belajar √

5 tidur √

Definisi /makna yang diberikan No Nomina

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 buah √

2 piring √

3 pintu √

4 nasi √

5 matahari √

Definisi /makna yang diberikan No Adjektif

Fisik Fungsi Aksi Contoh Dll

1 sakit √

2 sedih √

3 gembira √

4 rajin √