PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON.

(1)

PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun Oleh :

DIMAS ADITHIA RAMDHAN NIM. 1105110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

CIREBON

Oleh

Dimas Adithia Ramdhan

Sebuah skripsi yang digunakan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Dimas Adithia Ramdhan 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian


(3)

PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing

Dr. Ikaputera Waspada, M.M NIP. 19610420 198703 1 002

Mengetahui:

Ketua Departemen Pendidikan Ekonomi

Dr. Hj. Neti Budiwati, M.Si. NIP. 196302211987032001


(4)

Dimas Adithia Ramdhan, 2015

Dimas Adithia Ramdhan (1105110). PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK

DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON, dibawah bimbingan Dr. Ikaputera Waspada, M.M.

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Diversifikasi Produk dan Persaingan terhadap

Pendapatan Pengusaha Batik di Cirebon”. Cirebon merupakan kota penghasil batik khas Cirebon yang merupakan warisan turun menurun dari Sunan Gunung Jati hingga saat ini. Batik merupakan kerajinan yang mempunyai nilai seni tinggi dan telah menjadi warisan dari budaya Indonesia khususnya daerah Cirebon. Penetapan batik sebagai warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO membuat masyarakat Indonesia mulai tertarik kembali untuk mengenakan pakaian batik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh diversifikasi produk dan persaingan terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon. Pada saat ini jumlah pengusaha setiap tahunnya terus bertambah, ini yang membuat peneliti termotivasi ingin mengetahui apakah tiap pengusaha sudah melakukan diversifikasi produk dan seberapa tinggi tingkat persaingan yang ada diantara pengusaha batik di Cirebon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey eksplanatory. Sampel dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 109 pengusaha dari total populasi sebanyak 150 pengusaha. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu proporsional random sampling sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Adapun hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa diversifikasi produk berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon dan persaingan berpengaruh negatif terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon.


(5)

Dimas Adithia Ramdhan, 2015

Dimas Adithia Ramdhan (110511). EFFECT OF DIVERSIFIED PRODUCTS AND COMPETITION ON INCOME ENTREPRENEURS IN BATIK CIREBON, under the guidance of Dr. Ikaputera Waspada, M.M.

The study entitled "the effect of diversified products and competition against Income in Cirebon Batik". Cirebon is a town of Cirebon batik producing heritage down declined from Sunan Gunung Jati until now. Batik is a craft that have high art value and has become a cultural heritage of Indonesia in particular areas. Determination of batik as Indonesia's original cultural heritage by UNESCO to make Indonesia society began to gravitate back to wear batik clothes. This research aims to know the influence of product diversification and competition against the income of the batik in Cirebon. At the moment the number of entrepreneurs keeps growing every year, which makes the researchers are motivated to want to find out if each entrepreneur is already diversifying products and how high the level of competition that exists among the batik in Cirebon. The methods used in this study i.e., survey eksplanatory. The sample in this study amounted to as much as 109 entrepreneurs out of a total population of 150 entrepreneurs. The technique of sampling in this study i.e. proportional random sampling data analysis techniques while using a multiple linear regression analysis. As for the results in this study indicates that diversifies the positive effect against products batik in Cirebon revenue and competition effect negatively to earnings in Cirebon batik.


(6)

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.2. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.3.1. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4.1. Secara Teoritis ... Error! Bookmark not defined.

1.4.2. Secara Praktis ... Error! Bookmark not defined.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

2.1. Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1. Konsep Pendapatan ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2. Konsep Diversifikasi Produk ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2.1. Pengertian Diversifikasi ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2.2. Jenis-Jenis Diversifikasi ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2.3. Fungsi Diversifikasi Produk ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3. Konsep Persaingan ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3.1. Pengertian Persaingan ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3.2. Tingkatan Persaingan ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3.3. Indikator Persaingan ... Error! Bookmark not defined.

2.1.4. Pengaruh Diversifikasi Produk Terhadap Pendapatan ... Error! Bookmark not defined.


(7)

defined.

2.1.6. Kajian Empirik Penelitian Terdahulu... Error! Bookmark not defined.

2.2. Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined.

2.3. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB IIIMETODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

3.1. Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.3. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.3.1. Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.

3.3.1.1. Populasi ... Error! Bookmark not defined.

3.4. Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined.

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

3.6. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

3.6.1. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

3.7. Pengujian Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.7.1. Uji Validitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

3.7.2. Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined.

3.7.3. Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.

3.7.3.1. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.

3.7.3.2. Uji Multikolinearitas ... Error! Bookmark not defined.

3.7.3.3. Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity) .... Error! Bookmark not defined.

3.8. Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

3.8.1. Pengujian Secara Parsial (Uji t ) ... Error! Bookmark not defined.

3.8.2. Koefisien Determinasi ... Error! Bookmark not defined.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

4.1. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Error! Bookmark not defined.

4.1.1.1. Letak Geografis Kota Cirebon... Error! Bookmark not defined.

4.1.1.2. Letak Geografis Kabupaten Cirebon ... Error! Bookmark not defined.


(8)

4.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Error! Bookmark not defined.

4.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal .. Error! Bookmark not defined.

4.1.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha .. Error! Bookmark not defined.

4.2. Gambaran Umum Variabel Penelitian... Error! Bookmark not defined.

4.2.1. Gambaran Umum Diversifikasi Produk ... Error! Bookmark not defined.

4.2.2. Gambaran Umum Variabel Persaingan ... Error! Bookmark not defined.

4.3. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.

4.4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.

4.4.1. Hasil Uji Mutikolinieritas ... Error! Bookmark not defined.

4.4.2. Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity) ... Error! Bookmark not defined.

4.5. Model Koefisien Regresi Variabel Diversifikasi Produk (X1) dan

Persaingan (X2) terhadap Pendapatan (Y) ... Error! Bookmark not defined.

4.6. Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

4.6.1. Pengujian Secara Parsial (Uji t) ... Error! Bookmark not defined.

4.6.2. Koefisien Determinasi (R Square) ... Error! Bookmark not defined.

4.7. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.7.1. Pengaruh Diversifikasi Produk Terhadap Pendapatan ... Error! Bookmark not defined.

4.7.2. Pengaruh Persaingan Terhadap Pendapatan... Error! Bookmark not defined.

BAB VPENUTUP ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.


(9)

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Banyak kota di Indonesia yang memproduksi batik dan tiap kota memiliki ciri tersendiri akan batik yang diproduksinya, seperti di Solo, Yogyakarta, Cirebon dan kota lainnya. Dengan diterapkannya Undang-undang Otonomi Daerah, maka setiap daerah bisa mengembangkan potensi yang dimiliki daerah tersebut, salah satunya adalah produk unggulan. Produk unggulan sangat penting, sebab dapat dijadikan sebagai ciri khas suatu daerah dan juga bisa menambah pendapatan (income) pemerintah daerah maupun masyarakat. Oleh sebab itu, produk-produk yang dihasilkan harus mempunyai daya saing yang tinggi, agar bisa memperoleh pangsa pasar yang besar. Salah satu penghasil produk unggulan yang eksistensinya perlu dikembangkan dengan cara pembinaan yang lebih serius dan diharapkan instansi-instansi yang terkait turut berperan dalam proses pembinaan industri kecil terutama industri rumah tangga.

Batik Khas Cirebon yang merupakan salah satu dari empat sentra industri batik di Jawa Barat yang masih ada hingga sekarang. Tiga sentra industri batik lainnya adalah Indramayu, Tasikmalaya, dan Garut. Meskipun demikian, Cirebon merupakan sentra batik tertua yang memberikan pengaruh terhadap ragam pola batik di sentra-sentra industri batik lain di Jawa Barat. Motif batik Cirebon yang paling terkenal dan menjadi ikon Cirebon adalah motif Megamendung. Motif ini melambangkan awan pembawa hujan sebagai lambang kesuburan dan pemberi kehidupan. Sejarah motif ini berkaitan dengan sejarah kedatangan bangsa Cina di Cirebon, yaitu Sunan Gunung Jati yang menikah dengan wanita Tionghoa bernama Ong Tie. Motif ini memiliki gradasi warna yang sangat bagus dengan proses pewarnaan yang dilakukan sebanyak lebih dari tiga kali.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, di Cirebon memiliki produk unggulan yang paling khas yaitu berupa batik. Usaha batik merupakan usaha yang sudah diwariskan turun termurun dari keluarga. Sebelum penulis membahas lebih


(10)

jauh penulis akan memaparkan sejarah-sejarah dari batik Cirebon, munculnya kegiatan membatik di Cirebon karena peranan Ki Gede Trusmi. Beliau merupakan pengikut setia Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam salah satunya dengan kegiatan membatik dan dilakukannya di daerah Trusmi sejak zaman dahulu hingga kini. Sejak zaman dahulu kegiatan membatik selain bertujuan untuk menyebarkan agama Islam, membatik juga dijadikan sebagai sumber pendapatan di Cirebon. Terdapat kekhasan motif pada pada batik Cirebon, diantaranya motif batik keraton, motif batik megamendung, motif batik sawat pengantin, motif batik paksinaga liman, motif batik patran keris, motif batik singa payung, motif batik singa barong, motif batik kompeni/kompenian, motif batik patran kangkung, batik singa wadas, motif batik kilingan, motif batik banjar balong, motif batik ayam alas, motif batik katewono, motif batik gunung giwur, motif batik simbar menjangan, dan motif batik simbar kendo.

Perkembangan industri batik masih memerlukan bantuan dari pemerintah agar perkembangannya bisa terus maju dan bisa lebih besar, karena bagaimananpun juga ciri khas dari Cirebon adalah produk unggulan berupa batik. Perkembangan industri batik tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana diversifikasi diterapkan dalam industri batik sebagai produk unggulan daerah. Dalam penelitian ini dilakukan di beberapa usaha batik yang ada di Cirebon (daerah Trusmi dan sekitarnya). Batik merupakan kerajinan yang mempunyai nilai seni tinggi dan telah menjadi warisan dari budaya Indonesia khususnya daerah Cirebon. Penetapan batik sebagai warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO membuat masyarakat Indonesia mulai tertarik kembali untuk mengenakan pakaian batik. Hal ini, membuat persaingan semakin ketat dikalangan produsen untuk menciptakan model, desain serta motif batik yang dapat membuat konsumen puas. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan dan dibutuhkan juga berbeda.

Dari hasil penelitian yang ada di lapangan, ditemukan bahwa batik terbagi menjadi 3 macam cara pembuatan produk batik yaitu:


(11)

1. Batik Tulis yaitu batik yang dibuatnya masih dengan tangan-tangan para pengrajin batik yang sudah berpengalaman dengan cara ditulis menggunakan canting untuk membuat batik dan biasanya keahlian membatik ini merupakan warisan turun menurun terutama di Cirebon. Dan batik tulis ini biasanya memakan waktu yang cukup lama untuk menjadi kain batik itu sendiri.

2. Batik Cap yaitu batik yang dibuatnya dengan menggunakan cetakan atau cap yang dikerjakan secara manual dengan tangan-tangan pekerja. Dalam proses pengerjaannya batik cap ini sudah diberikan arahan dan target bahan kain jadi per satu harinya.

3. Batik Printing yaitu batik yang dibuatnya dengan menggunakan mesin cetak batik yang sebelumnya sudah terdapat design yang ingin dibuat dan cara ini lebih praktis namun untuk biaya pembuatannya lebih besar oleh karena itu pengusaha batik printing mencetak batiknya dengan skala besar agar biaya produksinya seimbang sesuai dengan hasilnya. Penelitian ini lebih memfokuskan pada pengusaha batik di Cirebon khususnya daerah Trusmi dan sekitarnya. Sejauh ini volume batik di Cirebon yang tidak terjual, terbilang jarang dan belum sampai dinilai merugikan bagi para pengusahanya. Hal ini dikarenakan pembuatan batik pada satu hari semua produk batik yang dibuat (baik batik tulis, batik cap maupun batik printing) harus terjual, namun apabila tidak semua terjual bisa mendistribusikannya ke beberapa toko-toko batik yang ada disekitar maupun yang ada diluar kota, walaupun bayaran dari batik yang di distribusikan tidak langsung hari itu dibayarkan. Namun, seiring dengan semakin bertambahnya pengusaha batik tersebut, beberapa pengusaha berharap mereka bisa juga menciptakan produk turunan dari batiknya yang tidak hanya dijual berupa kain batik saja atau hanya produk sejenis saja, namun bisa berupa jenis-jenis produk lain, seperti kemeja, celana, jas, mukena, kerudung, kebaya, macam-macam model baju wanita, dan lain-lain. Kemudian pengusaha yang menciptakan produk sendiri dengan pembuat kain batik atau pengrajin kain batik tersebut bisa menciptakan motif-motif baru dan berbagai macam produk agar minat dari konsumen untuk membeli kain batik atau produk olahan dari kain batik tidak menurun.


(12)

Pemerintah megupayakan agar para pengusaha batik di Cirebon melakukan diversifikasi produk batik untuk membuat beberapa inovasi motif dan produk baru dari bahan dasar kain batik tersebut, diantaranya yang sudah disebutkan diatas tadi. Jumlah pengusaha batik di Cirebon saat ini yang terdata sudah mencapai kurang lebih 150 pengusaha batik (data diperoleh dari penelitian). Pelaku usaha batik tersebar di Desa Panembahan, Desa Kalitengah, Desa Trusmi dan beberapa daerah di Cirebon. Beberapa data yang saya tanyakan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, ada beberapa langkah yang akan di tempuh pemerintah guna berkembang lebih besar lagi industri batik di Cirebon, diantaranya yaitu:

1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada pemilik home industri batik melalui pelatihan manajemen dan bimbingan strategi pemasaran. 2. Pemberian bantuan fasilitas, yaitu sebagai fasilitator untuk meminjam

modal ke bank dan juga memberikan bantuan peralatan.

3. Melakukan promosi produk unggulan melalui pameran produk unggulan dan pemasangan baliho di pinggir jalan.

4. Melalui pengembangan produk unggulan dengan cara melakukan diversifikasi produk batik dan juga penumbuhan sentra-sentra baru industri batik.

(Data diperoleh dari Disperindag Kabupaten Cirebon)

Dengan persaingan diantara pengusaha batik yang tiap tahun bermunculan pengusaha-pengusaha baru, maka pemerintah menyarankan agar adanya diversifikasi produk dengan tujuan tidak adanya penurunan pendapatan yang besar dan kain batik yang banyak dihasilkan tiap harinya dapat diolah menjadi beberapa jenis pakaian agar peminat tidak bosan dengan kain batik saja dengan adanya ciri khas model dan motif tiap pengusaha atau toko batik. Dengan adanya diversifikasi produk diharapkan pendapatan pengusaha batik tidak ada penurunan yang besar.

Pendapatan memang menjadi tujuan utama seorang pengusaha dari sebuah usaha. Setiap pengusaha pasti menginginkan pendapatan yang besar dan keuntungan yang besar, begitupun halnya dengan pengusaha batik. Suatu perusahaan dalam mengeluarkan produk sebaiknya disesuaikan dengan


(13)

kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan begitu maka produk dapat bersaing di pasaran. Kondisi di lapangan terkadang membuat pendapatan para pengusaha batik mengalami keuntungan yang besar, ataupun sebaliknya kerugian yang besar juga. Banyak hal yang mempengaruhi naik turunnya pendapatan pengusaha batik, salah satunya adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan pendapatan tiap pengusaha berbeda tiap bulannya, yaitu:

1. Munculnya pengusaha-pengusaha baru ataupun toko-toko baru dengan pengusaha yang sebelumnya sudah memiliki toko batik.

2. Persaingan tiap toko tergantung besar atau banyaknya toko yang dimiliki oleh tiap pengusaha batik, karena dengan besarnya toko maka produk batik yang di produksi akan semakin banyak dan semakin banyak toko yang dimiliki oleh seorang pengusaha maka persaingan akan terasa mudah, oleh karena itu pengusaha yang baru memulai usahanya menjual batik akan terasa berat bersaing dengan pengusaha yang besar.

3. Tiap toko memiliki pelanggannya sendiri, yang biasanya pelanggan ini memesan dalam jumlah yang banyak kecuali batik tulis karena sulit dalam pembuatan dan pengolahannya menjadi produk jadi yang juga memiliki harga yang relatif mahal.

Dalam menjual produk batik baik itu berupa kain batik maupun produk olahan jadi, pengusaha menawarkan harga yang bervariasi kepada para konsumennya dengan kualitas batik itu sendiri. Dalam produk batik yang menentukan harga adalah bagaimana cara batik itu dikerjakan dan berapa lama batik itu diolah menjadi kain batik siap jual. Jadi semakin tinggi tingkat kesulitan pengolahan batik, maka akan semakin mahal harga kain batik itu sendiri dan juga semakin lama proses pengerjaan kain batik maka akan semakin mahal pula harga kain batik itu sendiri karena akan besar biaya yang dikeluarkan untuk menggaji para pembuat atau pengrajin batik. Menurut Tjiptono (dalam Rahdwi Hatminingsih, 2007; hlm. 7) harga adalah jumlah uang (satuan moneter) dan/atau aspek lain (non moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk. Menurut Ferdinand (dalam Rahdwi Hatminingsih, 2007; hlm. 7) harga merupakan satu-satunya unsur bauran


(14)

pemasaran yang memberikan pendapatan bagi organisasi. Keputusan mengenai harga tidaklah mudah dilakukan. Disatu sisi, harga yang terlalu mahal dapat meningkatkan keuntungan jangka pendek, tetapi disisi lain akan sulit di jangkau konsumen, sedangkan harga yang rendah atau harga yang terjangkau menjadi pemicu untuk meningkatkan kinerja pemasaran. Namun harga juga dapat menjadi indikator kualitas dimana suatu produk dengan kualitas tinggi akan berani dipatok dengan harga yang tinggi pula. Harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembelian suatu produk.

Sebelum meneliti lebih jauh apakah ada faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha batik, penulis akan menunjukan data untuk mendukung penelitian dan memperkuat masalah yang diteliti, penulis melakukan wawancara dengan beberapa pengusaha batik yang ada di Cirebon, Berdasarkan survey di lapangan terdapat 150 orang pengusaha batik yang ada di Cirebon dan saya hanya mengambil data pendapatan dari jumlah sampel sebanyak 109 orang pengusaha batik di Cirebon dalam penelitian. Berikut data dari penelitian saya yang sudah diolah menjadi satuan % (persen) dan data pendapatan di bawah ini saya sudah pangkas menjadi 20 responden. Berikut data pendaptan dari 20 responden terdapat dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Pendapatan Pengusaha Batik Di Cirebon

NO Nama

Pendapatan

Maret April % Mei % Juni % Juli % Agustus %

Dalam Ratusan Ribu Rupiah

1 T 180 200 11.11 170 -15.00 165 -2.94 170 3.03 160 -5.88

2 R 190 195 2.63 180 -7.69 180 0.00 195 8.33 180 -7.69

3 R 1650 1700 3.03 1680 -1.18 1550 -7.74 1650 6.45 1650 0.00

4 A 135 150 11.11 125 -16.67 140 12.00 150 7.14 140 -6.67

5 I 210 220 4.76 220 0.00 210 -4.55 220 4.76 200 -9.09


(15)

7 A 1200 1655 37.92 1300 -21.45 1780 36.92 1450 -18.54 1525 5.17 8 A 1150 1324 15.13 1236 -6.65 1290 4.37 1565 21.32 1395 -10.86 9 A 1800 2300 27.78 1950 -15.22 2005 2.82 2100 4.74 2040 -2.86 10 A 200 234 17.00 193 -17.52 155 -19.69 185 19.35 200 8.11

11 R 294 395 34.35 280 -29.11 290 3.57 335 15.52 340 1.49

12 O 1655 1703 2.90 1500 -11.92 1505 0.33 1505 0.00 1600 6.31 13 R 1300 1500 15.38 1208 -19.47 1400 15.89 1540 10.00 1400 -9.09

14 A 431 425 -1.39 450 5.88 410 -8.89 435 6.10 424 -2.53

15 K 365 384 5.21 368 -4.17 350 -4.89 353 0.86 329 -6.80

16 A 2200 2800 27.27 2500 -10.71 1980 -20.80 2115 6.82 2070 -2.13

17 S 150 190 26.67 237 24.74 190 -19.83 196 3.16 169 -13.78

18 D 179 213 18.99 215 0.94 205 -4.65 210 2.44 193 -8.10

19 M 1180 1530 29.66 1817 18.76 2326 28.01 2377 2.19 2315 -2.61 20 R 2195 2195 0.00 2219 1.09 2184 -1.58 2464 12.82 2180 -11.53

Sumber: Data Penelitian

Berdasarkan tabel 1.1 jumlah pengusaha yang diteliti saat penelitian yaitu sebanyak 109 orang dari jumlah total 150 orang pengusaha batik yang memiliki toko batik dengan pemilihan beberapa pengusaha yang berbeda produk batiknya kemudian saya memangkas data responden dari 109 responden menjadi 20 responden. Hasil dari penelitian yang saya lakukan, pada bulan Juli rata-rata tiap pengusaha batik mengalami peningkatan pendapatan yang lebih besar dibandingkan pendapatan di bulan Juni. Saya akan membahas mengapa rata-rata tiap pengusaha batik memiliki pendapatan yang berbeda-beda yang sekaligus saya akan menjadikan ini sebuah isue di dalam penelitian saya. Apabila dilihat dari data dalam tabel 1.1, para pengusaha mendapat pendapatan yang lebih besar didapatkan di bulan Juli bandingkan bulan Juni, dikarenakan pada bulan Juli sekolah-sekolah yang memesan batik lebih banyak karena adanya tahun ajaran baru dengan jumlah yang banyak dan pemesan berasal dari berbagai daerah yang


(16)

sudah menjadi pelanggan dari pengusaha batik tersebut. Kebanyakan batik yang di pesan sekolah termasuk ke dalam jenis batik printing. Hal ini disebabkan proses pengolahan batik printing yang lebih efektif dan efisien guna memenuhi pesanan terhadap pelanggan itu sendiri disisi lain harga batik printing murah dan proses pembuatannya cepat, maka pihak sekolah saat ini banyak memilih batik printing dibandingkan batik cap dikarenakan pihak sekolah tidak memiliki dana yang besar untuk memesan dan membuat seragam sekolah dengan menggunakan batik tulis maupun batik cap yang harga batik tulis atau batik cap sendiri tergolong lebih mahal dan pihak sekolah pun harus membeli batik untuk membuat seragamnya dalam jumlah yang banyak dan waktu yang cepat.

Isue atau permasalahan yang pertama dalam penelitian ini adalah tentang diversifikasi produk, mengapa pengusaha batik no. 7 dengan inisial “A” memiliki peningkatan pendapatan yang lebih besar dibandingkan pengusaha batik lainnya. Dan pengusaha no. 11 dengan inisial “R” memiliki penurunan pendapatan yang lebih besar diantara pengusaha lainnya. Kemudian saya menjadikan permasalahan diatas mendorong saya untuk meneliti sejauh mana pengaruh diversifikasi produk dan persaingan terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon.Setelah saya lakukan survey pada pengusaha batik no. 7 dengan inisial “A” mengatakan, ini dikarenakan pengusaha batik memiliki pelanggan dan pembeli yang tetap. Pengusaha menjual batik di tokonya sendiri dan pengusaha juga menjual produknya untuk butik-butik yang ada di Jakarta, terutama sebagian besar pelanggan dari pengusaha batik no. 7 hanya mengambil dari produk batik tulis yang lebih mahal harganya dan pembelian produk batik tulis tergantung dari pemesanan yang diminta di butik-butik yang sudah menjadi pelanggan dari pengusaha batik tersebut. Alasan pengusaha no. 7 memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi karena pengusaha ini sudah menerapkan diversifikasi produk yang sebagian contoh produk jadinya seperti kemeja dengan berbagai design, mukena dengan motif dari batik tulis yang bermacam-macam jenisnya, sandal bermotif batik, celana bermotif batik, jas bermotif batik dipadukan dengan bahan selain batik, sepatu bermotif batik dan produk lainnya. Kemudian pengusaha no. 7 ini menghasilkan kebanyakan produk batik dari jenis batik tulis sehingga


(17)

menjadikan pengusaha batik no. 7 mengalami peningkatan pendapatan lebih besar diantara pengusaha lainnya.

Kemudian pengusaha batik no. 11 mengapa memiliki penurunan pendapatan yang lebih besar diantara pengusaha lainnya, hal ini dikarenakan pengusaha batik no. 11 hanya memasarkan produknya di toko-toko yang dimiliki oleh pengusaha batik tersebut ataupun ke toko-toko lainnya yang sudah menjadi pelanggan dari pengusaha batik tersebut dan pengusaha ini tidak memiliki pengetahuan tentang diversifikasi produk. Pengusaha ini hanya membuat produk batik kemeja saja dengan berbagai motif dan design namun kebanyakan dari produk kemeja yang dihasilkan pengusaha no. 11 ini termasuk kedalam jenis batik cap dan printing yang murah harganya. Apabila kita melihat perbandingan harga antara batik tulis, batik cap dan batik printing, harga yang tertinggi tentu terdapat pada jenis batik tulis. Namun pembeli dan pelanggan dari batik tulis merupakan kelas menengah hingga kelas atas, oleh karena itu pembelian batik tulis sangat jarang karena harganya yang tinggi. Kemudian harga dari batik cap tergolong cukup murah karena dipasarkannya di toko-toko di dalam Cirebon maupun di luar Cirebon. Namun untuk kualitas batik cap sendiri kurang bagus dibandingkan batik printing dan dalam proses pengerjaan batik cap memakan waktu yang cukup lama karena masih menggunakan teknik manual, kemudian tenaga dan biaya yang lebih besar dibandingkan proses pengerjaan batik printing yang lebih efektif dan efisien pengerjaannya karena sudah memiliki teknologi yang modern dengan mesin printing khusus kain batik dalam pengolahan produk batiknya.

Isue atau permasalahan yang kedua yaitu tentang persaingan, dikarenakan batik tulis merupakan batik yang lebih mahal dibandingkan dengan batik cap dan batik printing. Namun harga batik cap saat ini lebih mahal dibandingkan batik printing, hal ini disebabkan mengenai kendala waktu pengerjaan yang lebih lama, tenaga yang dipergunakan lebih banyak dan dana yang dikeluarkan lebih banyak pula. Berbeda halnya dengan batik printing yang proses pembuatannya lebih efektif dan efisien. Pengusaha yang tergolong ke dalam pengusaha yang besar pasti menjual dari semua jenis batik dan menjual produk batik dengan bermacam pilihan yang ditawarkan kepada konsumen seperti kemeja, mukena, sepatu, sandal, celana dan lainnya. Dan sangat sulit untuk bersaing pada para pengusaha


(18)

baru. Karena pengusaha baru hanya menjual produk batik dalam bentuk kemeja saja, atau mukena saja atau produk lainnya.

Dari kedua isue atau permasalahan di atas secara tidak langsung batik tulis merupakan barang yang mewah yang sulit untuk di beli dengan jumlah yang banyak dan juga susah untuk di kreasikan, karena 1 meter kain batik tulis saja berharga Rp. 500.000,00 sampai dengan Rp. 5.000.000,00 sesuai tingkat kesulitan dan lama proses pengerjaannya. Berbeda pula dengan batik cap, mereka memiliki kendala yang hampir sama dengan pengusaha batik tulis namun memiliki harga yang lebih murah dibandingkan batik tulis. Kemudian pengusaha batik printing yang proses pengerjaannya lebih cepat dan lebih murah dibandingkan dengan batik tulis. Dengan adanya permasalahan yang saya temukan di lapangan maka saya tertarik dalam penelitian saya ini, penulis akan menggunakan variabel diversifikasi produk dan persaingan sebagai faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha batik di Cirebon. Dengan peminat yang tinggi pada model batik printing dan cap yang waktu dalam pembuatannya lebih cepat. Namun hanya sedikit saja pengusaha batik printing yang ada di Cirebon, karena terkendala dengan harga mesin printingnya yang mahal. Berbeda dengan pengusaha batik cap dan tulis yang masih manual dalam pembuatannya namun dalam proses pembuatannya memakan waktu yang cukup lama, sehingga harga tiap kain dan pakaian yang sudah jadi, sesuai dengan proses pembuatannya yang akan memunculkan harga bervariasi.

Berdasarkan permasalahan, fakta dan data di atas, maka judul penelitian yang akan penulis angkat adalah: “Pengaruh Diversifikasi Produk Dan Persaingan Terhadap Pendapatan Pengusaha Batik Di Cirebon”.

1.2.Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang masalah, di atas dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran diversifikasi produk, persaingan dan pendapatan pengusaha batik di Cirebon?

2. Bagaimana pengaruh diversifikasi produk terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon?


(19)

3. Bagaimana pengaruh persaingan terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui gambaran diversifikasi produk, persaingan dan pendapatan pengusaha batik di Cirebon.

2. Untuk mengetahui pengaruh diversifikasi produk terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon.

3. Untuk mengetahui pengaruh persaingan terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon.

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1.Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi pada umumnya dan ilmu ekonomi mikro pada khususnya.

1.4.2.Secara Praktis

1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan mengenai ilmu ekonomi mikro dan mendapatkan pengalaman terjun langsung ke lapangan serta dapat memberikan informasi, sumber ilmu pengetahuan, dan bahan kepustakaan atau bahan penelitian bagi penelitian sebelum dan sesudahnya. Dan secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi mikro, khusunya terkait dengan pendapatan.

2. Bagi pengusaha, dapat dimanfaatkan sebagai acuan atau bahan untuk kemajuan dan keberhasilan usahanya.

3. Bagi pemerintah, dapat menjadi acuan agar turut serta membantu perkembangan produk lokal dan termasuk juga produk unggulan agar bisa berkembang lebih besar lagi.


(20)

1.1. Objek Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 118), Objek Penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Dimana diversifikasi produk dan persaingan sebagai variabel bebas, sedangkan pendapatan sebagai variabel terikat. Variabel-variabel tersebut merupakan objek dari penelitian ini.

1.2. Subjek Penelitian

Suharsimi Arikunto dalam M. Idrus (2009, hlm. 91) memberikan batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian, itulah data tentang variabel yang penelitian akan diamati. Berdasarkan hal tersebut, subjek dalam penelitian ini adalah pengusaha batik di Cirebon.

1.3. Metode Penelitian

Pemilihan metode berdasarkan pada identifikasi masalah yang harus disusun dan dibuktikan dengan penelitian. Metode merupakan suatu cara ilmiah untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian survei.

Seperti yang dikemukakan oleh Masri Singarimbun (1995, hlm. 40)

bahwa: “Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu

populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang

pokok.” Pada umumnya yang merupakan unit analisis dalam penelitian survei

adalah individu.

1.3.1.Populasi dan Sampel 1.3.1.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 117)“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


(21)

kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh pengusaha batik di Cirebon.

3.3.1.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 118)Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Menurut Riduwan (2013, hlm. 44), adapun rumus pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Taro Yamane adalah sebagai berikut :

n = N

N.d2+1

Keterangan :

n : Ukuran sampel keseluruhan N : Ukuran populasi sampel d2 : tingkat presisi yang diharapkan

Maka perhitungan menentukan banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

n = N

N.d2+1

n = 150

150 × (0,05)2+1

n = 150

150 × 0,0025+1

n = 0,375+15

n = 150

1,375

n = 109,09

n dibulatkan menjadi 109

Berdasarkan hasil perhitungan maka sampel minimal yang digunakan adalah sebanyak 109 pengusaha batik dari jumlah populasi sebanyak 150 pengusaha batik.


(22)

3.4. Operasionalisasi Variabel

Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dalam penelitian ini terlebih dahulu setiap variabel didefinisikan, kemudian dijabarkan melalui operasionalisasi variabel. Hal ini dilakukan agar setiap variabel dan indikator penelitian dapat diketahui skala pengukurannya secara jelas. Operasionalisasi variabel penelitian secara rinci diuraikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Dependen

Variabel Konsep

Teoritis

Konsep Empiris

Konsep

Analisis Skala

Pendapatan (Y) Pendapatan adalah penerimaan total atas barang atau jasa yang dijual dikalikan harga jual barang atau jasa tersebut. Case and Fair

(2007, hlm. 205). Jumlah hasil seluruh penerimaan yang diterima oleh pengusaha batik. Jumlah pendapatan yang diterima oleh pengusaha batik yang dinyatakan dengan rupiah. Interval Variabel Independen

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analisis Skala

Diversifikasi Produk (X1)

Diversifikasi adalah upaya mencari dan

Beragam jenis produk batik yang dijual oleh

Data diperoleh dari kuisioner tentang diversifikasi produk


(23)

mengembangkan produk atau pasar

yang baru, atau keduanya. Menurut Tjiptono

(dalam Presstija malau 2009, hlm.

26). pengusaha batik di Cirebon. Diversifikasi Produk dapat dilihat dari beragam jenis batik yang dijual, seperti: kemeja, celana, sandal, daster dan mukena. dengan skala Gultman mengenai macam produk batik

yang dijual oleh pengusaha batik di

Cirebon.

Persaingan (X2)

Persaingan adalah usaha memperlihatkan keunggulan masing-masing yang dilakukan oleh perseorangan (perusahaan, negara) pada bidang perdagangan, produksi, persenjataan dan sebagainya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Anugrah Mahildayanti 2014, hlm.59). Persaingan diantara pesaing-pesaing yang ada, menentukan sejauh mana perusahaan yang

sudah ada di dalam suatu industry batik di

Cirebon akan bersaing merebut nilai yang mereka ciptakan bagi pembeli di antara mereka sendiri. Persaingan dilihat dari:

Data diperoleh dari kuisioner tentang persaingan dengan skala likert mengenai

persaingan antar pengusaha batik di

Cirebon.


(24)

jumlah pengusaha, harga, jumlah

produk dan kualitas.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk mencari data mengenai suatu hal atau variabel. Pengumpulan data dengan teknik tertentu sangat diperlukan dalam analisis anggapan dasar dan hipotesis. Pengumpulan data diperlukan untuk menguji anggapan dasar dan hipotesis. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Angket, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui penggunaan daftar pertanyaan yang telah disusun dan disebar kepada responden yaitu pengusaha batik agar diperoleh data yang diperlukan.

3.6. Teknik Analisis Data 3.6.1.Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda (multiple linear regression method). Alat bantu analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan program komputer SPSS Versi 17.0 for Windows. Tujuan Analisis Regresi Linear Berganda adalah untuk mempelajari bagaimana eratnya hubungan antara satu atau beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat. Yaitu apakah pengaruh diversifikasi produk (X1), dan persaingan (X2)

terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon (Y).

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun oleh penulis maka model persamaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = β0+ β1X1+ β2X2 + e

Dimana : Y = Pendapatan

β0 = Konstanta regresi


(25)

β2 = Koefisien regresi persaingan X1 = Diversifikasi produk batik

X2 = Persaingan

e = Faktor pengganggu

Adapun asumsi yang harus dipenuhi OLS sebagaimana diungkapkan oleh Gujarati (1978,hlm. 66 – 68) sebagai berikut:

1. Model regresi yang digunakan linier.

2. Data yang didapat tepat, artinya nilai yang didapatkan tetap meskipun sampling diulang secara teknik. Dengan kata lain dapat dianggap tidak stokastik untuk data variable independent dan stokastik untuk variable dependent.

3. Rata-rata dari variabel pengganggu (Disturbance Term Mean) adalah nol, artinya perubahan variabel terikat tidak akan mempengaruhi disturbance term mean, dengan kata lain mean dari residual adalah tetap nol.

4. Homoscedastisitas (Homoscedasticity), variabel dari disturbance term adalah konstan.

5. Tidak terjadinya autokorelasi pada disturbance term.

6. Covariance antara disturbance term dan variabel independent adalah nol. Asumsi ini otomastis akan terpenuhi jika asumsi dua dan tiga terpenuhi. 7. Jumah data (n) harus lebih besar daripada jumlah variabel.

8. Data harus bervariasi besarnya, secara teknis variance data tidak sama degan nol.

9. Spesifikasi model sudah tepat.

10.Tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi korelasi sempurna antar independent variabel.

3.7. Pengujian Instrumen Penelitian

Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala likert yang dapat berupa pernyataan positif dan pernyataan negativ dan Skala Gultman. Adapun untuk pemberian skor skala likert pernyataan positif dan skor pernyataan negatif sebagai berikut :

1. Pernyataan positif :


(26)

Setuju/sering/positif diberi skor 4

Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3

Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2

Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1

2. Pernyataan negatif

Sangat setuju/selalu/sangat positif diberi skor 1

Setuju/sering/positif diberi skor 2

Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3

Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 4

Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 5

Pemberian skor skala gultman sebagai berikut :

1. Ya 1

2. Tidak 0

Dalam hal ini agar hasil penelitian tidak diragukan keabsahan atau kebenarannya maka alat ukur harus valid dan reliabel adapun angket yang diberikan kepada responden dilakukan 2 macam tes yaitu tes validitas dan tes reliabilitas.

3.7.1. Uji Validitas Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 211) “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”. Adapun rumus korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

  

 

 

2 2 2 2

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

r

XY

Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 213) Dimana :

XY

r = Koefisien k

∑X = Jumlah skor tiap item

∑Y = Jumlah skor total item


(27)

∑Y² = Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan

∑XY = Jumlah Perkalian X dan Y

N = Jumlah sampel

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana menyatakan jumlah banyaknya responden. Dimana :

rhitung > r tabel = Valid

rhitung < r tabel = Tidak valid

Berikut jumlah rincian pernyataan setiap variabel dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Jumlah Item Angket

No Variabel Jumlah item angket

1 Diversifikasi Produk 5

2 Persaingan 11

Total 16

Sumber:Lampiran 3 (Data diolah)

Tabel 3.3

Uji Validitas Instrumen Penelitian

Variabel No item Rxy r tabel Kriteria

Diversifikasi Produk (X1)

1 0,35 0,18 Valid

2 0,65 0,18 Valid

3 0,40 0,18 Valid

4 0,54 0,18 Valid

5 0,50 0,18 Valid

Persaingan (X2)

1 0,39 0,18 Valid

2 0,56 0,18 Valid

3 0,42 0,18 Valid

4 0,53 0,18 Valid


(28)

6 0,67 0,18 Valid

7 0,73 0,18 Valid

8 0,61 0,18 Valid

9 0,69 0,18 Valid

10 0,72 0,18 Valid

11 0,50 0,18 Valid

Sumber : Lampiran 5 (Data diolah)

Dari tabel 3.3 dapat diketahui bahwa seluruh item pernyataan dari variabel diversifikasi produk dan persaingan ini dinyatakan valid karena nilai rxy > r tabel.

3.7.2. Uji Reliabilitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 221) “Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Berikut rumus alpha dalam Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 239) untuk uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini:

� = [� − 1] [1 −� ∑��]

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal ∑σb2

= jumlah varians butir

σ12

= varians total

Berikut hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No Variabel r xy r tabel Keterangan

1 Diversifikasi Produk 0,21 0,18 Reliable

2 Persaingan 0,81 0,18 Reliable

Sumber : Lampiran 5 (Data diolah)

Berdasarkan tabel 3.4 dapat dilihat bahwa nilai rxy > r tabel, sehingga instrumen penelitian ini dinyatakan reliabel.


(29)

1.7.3.Uji Asumsi Klasik 1.7.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sifat distribusi data penelitian. Uji normalitas dilakukan pada data sampel penelitian yang berfungsi untuk mengetahui apakah sampel yang diambil normal atau tidak dengan menguji sebaran data yang dianalisis. Pengujiannya menggunakan alat statistik non parametrik uji Kolmogorov Smirnov dengan kriteria: data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansinya lebih besar dari 0,05 dan data dikatakan tidak berdistribusi normal jika signifikansinya kurang dari 0,05.

1.7.3.2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi di mana terdapat korelasi variabel bebas antara satu variabel dengan yang lainnya. Dalam hal ini dapat disebut variabel-variabel tidak ortogonal. Variabel yang bersifat ortogonal adalah variabel-variabel yang nilai korelasi antara sesamanya sama dengan nol. Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan Multikolinearitas dalam model regresi OLS Gujarati (2001, hlm. 166) , yaitu:

1) Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi

(biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas. 2) Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi,

perlu dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.

3) Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan F. Jika

nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan

tertentu, maka terdapat multikolinieritas variabel bebas.

4) Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu variabel independen lainnya.

5) Variance inflation factor dan tolerance.

Dalam penelitian ini akan mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dengan melihat Variance inflation factor dan tolerance.


(30)

Variance inflation factor :

1. Apabila nilai Variance inflation factor lebih kecil dari 10,00 maka artinya tidak terjadi multikolinieritas

2. Apabila nilai Variance inflation factor lebih besar dari 10,00 maka artinya terjadi multikolinieritas

Tolerance :

1. Apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka artinya tidak terjadi multikolinieritas

2. Apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 maka artinya terjadi multikolinieritas

1.7.3.3. Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity)

Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik adalah bahwa varian-varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variable-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan

δ2

. inilah yang disebut sebagai asumsi heterokedastisitas (Gujarati, 2001:177). Heteroskedastisitas berarti setiap varian disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan � atau varian yang sama. Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Keadaan heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :

 Sifat variabel yang diikutsertakan kedalam model.

 Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan menggunakan data runtun waktu, kemungkinan asumsi itu mungkin benar. Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2005:147-161), yaitu sebagai berikut :

1) Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :

 Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.


(31)

 Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

2) Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai

taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).

3) Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,

diantaranya: 1 i 2 1 i 1 i 2 1

i X atau û X

û      

4) Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :

         1 n n d 6 -1 rs 2 2 1 Dimana :

d1 = perbedaan setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank

5) Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat

dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2 hitung dan χ2tabel, apabila χ2hitung> χ2

tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2

hitung < χ2tabel

maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak. Dalam metode White selain menggunakan nilai χ2hitung, untuk memutuskan

apakah data terkena heteroskedasitas, dapat digunakan nilai probabilitas Chi Squares yang merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas Chi Squares <α, berarti Ho ditolak jika probabilitas Chi Squares >α, berarti Ho diterima.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan bantuan program komputer SPSS Versi 17.0 for Windows. Dilakukan pengujian dengan menggunakan White Heteroscedasticity Test yaitu dengan cara meregresi residual


(32)

kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.

1.8. Pengujian Hipotesis

1.8.1.Pengujian Secara Parsial (Uji t )

Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis:

Ho : masing- masing variabel Xi secara parsial tidak berpengaruh terhadap

variabel Y, dimana i = X1, X2, X3, X4.

Hi : masing-masing variabel Xi secara parsial berpengaruh terhadap variabel

Y, dimana i = X1, X2, X3, X4.

Untuk menguji rumusan hipotesis diatas digunakan uji t dengan rumus: t =

Se

; i = X1, X2, X3, X4.

Kaidah keputusan:

Tolak Ho jika t hit> t tabel, dan terima Ho jika t hit< t tabel. 1.8.2.Koefisien Determinasi

Menurut Gujarati (2001, hlm. 98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X.

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana perubahan variabel terikat dijelaskan oleh variabel bebasnya, untuk menguji hal ini digunakan rumus koefisien determinasi sebagai berikut: menurut Agus Winarjono (2005, hlm. 39)

R2 = �

=

 

2 2

y y

y i yˆ

i

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.


(33)

Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.


(34)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Diversifikasi produk pengusaha batik di cirebon berada pada kategori sedang dengan kelas interval 3-4 kemudian dengan jumlah responden terbanyak sebesar 56 orang dan presentase sebesar 51,38%.

2. Persaingan pengusaha batik di cirebon berada pada kategori sedang dengan kelas interval 25,67 ≤ X < 40,33 kemudian dengan jumlah responden terbanyak sebesar 76 orang dan presentase sebesar 69,72%. 3. Pendapatan pengusaha batik di cirebon berada pada kategori rendah

dengan kelas interval 185–1227 (dalam ratusan ribu rupiah) kemudian dengan jumlah responden terbanyak sebesar 51 orang dan presentase sebesar 46,79%.

4. Diversifikasi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon artinya semakin tinggi diversifikasi produk maka pendapatan pengusaha batik di cirebon akan semakin tinggi.

5. Persaingan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon artinya semakin tinggi persaingan maka pendapatan pengusaha batik di cirebon akan semakin rendah.

5.2 Saran

Setelah mendapatkan hasil penelitian dan menarik kesimpulan, penulis memiliki beberapa saran diantaranya sebagai berikut :

1. Pengusaha sebaiknya dapat menerapkan diversifikasi produk secara keseluruhan pengusaha yang ada di Cirebon oleh karena itu pengusaha harus terus meniningkatkan tingkat inovasi dalam menciptakan bentuk produk turunan yang baru dan mampu berkreasi dalam membuat produk baru selain yang sudah ada. Dalam pelaksanaan hal-hal seperti penginovasian dan menciptakan produk-produk baru pengusaha harus


(35)

berani dalam mengambil resiko dan para pengusaha perlu meningkatkan kemampuannya dalam bidang pengetahuan dan keterampilan serta wawasan dengan cara mempelajari buku-buku, internet, menghadiri seminar kewirausahaan dan menghadiri pameran batik dalam skala nasional maupun internasional. Sehingga dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman pengusaha dalam rangka memperkenalkan produk batiknya yang diharapkan dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya.

2. Para pengusaha batik di Cirebon sudah memiliki kemampuan manajemen usahanya yang baik, karena dalam menjalankan usahanya para pengusaha telah memiliki pengalaman yang lama dalam menjalankan usaha batiknya dan pula untuk menerapkan aspek Human skill, Conceptual skill, dan Technical skill para pengusaha sudah mendapatkan ilmu dari jenjang pendidikan dan juga mendapatkan ilmu dari pengalaman orang tuanya karena usaha batik di Cirebon merupakan usaha turun menurun. Oleh karena itu para pengusaha harus terus meningkatkan kemampuan manajemennya untuk bisa bertahan dalam persaingan yang sangat besar dan juga untuk mempertahankan pendapatan dalam menjalankan usahanya.

3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel independen (variabel bebas) yang tentunya dapat mempengaruhi variabel dependen (variabel terikat) yaitu pendapatan. Diantaranya modal kerja, pengalaman usaha, differensiasi, lokasi usaha, efisiensi, keterampilan pekerja, kemampuan manajerial, pengadaan bahan baku, dan kualitas produk untuk lebih melengkapi penelitian ini.


(36)

Alma, Buchori. (2003). Pengantar Bisnis. Bandung: CV Alfabeta

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Case and Fair. (2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta: Erlangga.

Gujarati, Damodar. (1978). Ekonometrika Dasar, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Gujarati, Damodar. (2001). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hasibuan, Nurmansjah. (1991). Ekonomi Industri Persaingan, Monopoli, dan Regulasi. Jakarta : LP3ES.

Henry Faisal Noor. (2007). Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga

Iskandar Putong. (2010). Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media

Kotler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran (Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Riduwan, Engkos Ahmad Kuncoro. (2013). Cara Menggunakan dan memakai Path Analysis. Bandung:Alfabeta.

Rohmana, Yana. (2013). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan E-views. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi UPI.

Rumelt, R.P., 1974. Strategy, Structure and Economics Performance, Division of Research, Boston, MA: Harvard Business School.

Samuelson, P.A. & W. D. Nordhaus. (1996). Mikro Ekonomi Edisi Keempatbelas. Jakarta: Erlangga.


(37)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. (2009). Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Singarimbun, M. dan Sofyan, E. (1995). Metode Penelitian Survei Edisi Revisi.

Yogyakarta: LP3ES.

Widarjono, Agus. (2005). Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: EKONISIA FE UII.

Jurnal

Ananda Feria Moersid. 2013. Re-invensi Batik dan Identitas Indonesia Dalam Arena Pasar Global. Vol 1 No. 2 Juli-Agustus 2013. No. ISSN 2337-6686. No. ISSN-L 2338-3321

Berger, P.G. dan E. Ofek, 1995, "Diversification's Effect on Firm Value," Journal of Financial Economics 37(1), 39-65.

Pajar Hatma Indra Jaya’. 2013. Kebijakan dan Pengembangan Masyarakat:Kisah Berkembangnya Batik Bantul.Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013

Widya. 2011.Strategi Meningkatkan Kualitas Produk Untuk Menang Dalam Kompetisi. Vol 10 No.3. April 2011.A.R.S Pakahan. 2012

Zulkifli. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Seorang Wirausaha Dihubungkan Dengan Pemilihan Bidang Usaha. Jurnal Ekonomi. 3:28-33

Skripsi

Deden Ahmad Daenuri (2014). Pengaruh Persaingan dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Profitabilitas (Suatu Kasus Pada Industri Bola Sepak di Kecamatan Parakansalak Kabupaten Sukabumi).

Malau, Presstija. (2009). Pengaruh Diversifikasi Produk dan Lingkungan Persaingan Terhadap Laba Pedagang Buku di Palasari .(Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rahdwi Hatminingsih. (2007). Pengaruh Persaingan, Harga Jual dan Diversifikasi Produk Terhadap Pendapatan Pedagang Kuliner Jenis


(38)

Minuman Di Kota Bandung. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Yuliani Dwie Astiti. (2013). Pengaruh Lingkungan Persaingan dan Differensiasi Terhadap Pendapatan (Kasus pada Produsen Yogurt di Desa Jelegong Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Internet www.bps.go.id www.google.com www.wikipedia.com


(39)

(1)

Dimas Adithia Ramdhan, 2015

PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Diversifikasi produk pengusaha batik di cirebon berada pada kategori sedang dengan kelas interval 3-4 kemudian dengan jumlah responden terbanyak sebesar 56 orang dan presentase sebesar 51,38%.

2. Persaingan pengusaha batik di cirebon berada pada kategori sedang dengan kelas interval 25,67 ≤ X < 40,33 kemudian dengan jumlah responden terbanyak sebesar 76 orang dan presentase sebesar 69,72%. 3. Pendapatan pengusaha batik di cirebon berada pada kategori rendah

dengan kelas interval 185–1227 (dalam ratusan ribu rupiah) kemudian dengan jumlah responden terbanyak sebesar 51 orang dan presentase sebesar 46,79%.

4. Diversifikasi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon artinya semakin tinggi diversifikasi produk maka pendapatan pengusaha batik di cirebon akan semakin tinggi.

5. Persaingan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon artinya semakin tinggi persaingan maka pendapatan pengusaha batik di cirebon akan semakin rendah.

5.2 Saran

Setelah mendapatkan hasil penelitian dan menarik kesimpulan, penulis memiliki beberapa saran diantaranya sebagai berikut :

1. Pengusaha sebaiknya dapat menerapkan diversifikasi produk secara keseluruhan pengusaha yang ada di Cirebon oleh karena itu pengusaha harus terus meniningkatkan tingkat inovasi dalam menciptakan bentuk produk turunan yang baru dan mampu berkreasi dalam membuat produk baru selain yang sudah ada. Dalam pelaksanaan hal-hal seperti penginovasian dan menciptakan produk-produk baru pengusaha harus


(2)

68

Dimas Adithia Ramdhan, 2015

PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berani dalam mengambil resiko dan para pengusaha perlu meningkatkan kemampuannya dalam bidang pengetahuan dan keterampilan serta wawasan dengan cara mempelajari buku-buku, internet, menghadiri seminar kewirausahaan dan menghadiri pameran batik dalam skala nasional maupun internasional. Sehingga dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman pengusaha dalam rangka memperkenalkan produk batiknya yang diharapkan dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya.

2. Para pengusaha batik di Cirebon sudah memiliki kemampuan manajemen usahanya yang baik, karena dalam menjalankan usahanya para pengusaha telah memiliki pengalaman yang lama dalam menjalankan usaha batiknya dan pula untuk menerapkan aspek Human skill, Conceptual skill, dan Technical skill para pengusaha sudah mendapatkan ilmu dari jenjang pendidikan dan juga mendapatkan ilmu dari pengalaman orang tuanya karena usaha batik di Cirebon merupakan usaha turun menurun. Oleh karena itu para pengusaha harus terus meningkatkan kemampuan manajemennya untuk bisa bertahan dalam persaingan yang sangat besar dan juga untuk mempertahankan pendapatan dalam menjalankan usahanya.

3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel independen (variabel bebas) yang tentunya dapat mempengaruhi variabel dependen (variabel terikat) yaitu pendapatan. Diantaranya modal kerja, pengalaman usaha, differensiasi, lokasi usaha, efisiensi, keterampilan pekerja, kemampuan manajerial, pengadaan bahan baku, dan kualitas produk untuk lebih melengkapi penelitian ini.


(3)

Dimas Adithia Ramdhan, 2015

PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA

Alma, Buchori. (2003). Pengantar Bisnis. Bandung: CV Alfabeta

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Case and Fair. (2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta: Erlangga.

Gujarati, Damodar. (1978). Ekonometrika Dasar, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Gujarati, Damodar. (2001). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hasibuan, Nurmansjah. (1991). Ekonomi Industri Persaingan, Monopoli, dan Regulasi. Jakarta : LP3ES.

Henry Faisal Noor. (2007). Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga

Iskandar Putong. (2010). Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media

Kotler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran (Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Riduwan, Engkos Ahmad Kuncoro. (2013). Cara Menggunakan dan memakai Path Analysis. Bandung:Alfabeta.

Rohmana, Yana. (2013). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan E-views. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi UPI.

Rumelt, R.P., 1974. Strategy, Structure and Economics Performance, Division of Research, Boston, MA: Harvard Business School.

Samuelson, P.A. & W. D. Nordhaus. (1996). Mikro Ekonomi Edisi Keempatbelas. Jakarta: Erlangga.


(4)

70

Dimas Adithia Ramdhan, 2015

PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. (2009). Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Singarimbun, M. dan Sofyan, E. (1995). Metode Penelitian Survei Edisi Revisi.

Yogyakarta: LP3ES.

Widarjono, Agus. (2005). Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: EKONISIA FE UII.

Jurnal

Ananda Feria Moersid. 2013. Re-invensi Batik dan Identitas Indonesia Dalam Arena Pasar Global. Vol 1 No. 2 Juli-Agustus 2013. No. ISSN 2337-6686. No. ISSN-L 2338-3321

Berger, P.G. dan E. Ofek, 1995, "Diversification's Effect on Firm Value," Journal of Financial Economics 37(1), 39-65.

Pajar Hatma Indra Jaya’. 2013. Kebijakan dan Pengembangan Masyarakat:Kisah

Berkembangnya Batik Bantul.Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013

Widya. 2011.Strategi Meningkatkan Kualitas Produk Untuk Menang Dalam Kompetisi. Vol 10 No.3. April 2011.A.R.S Pakahan. 2012

Zulkifli. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Seorang Wirausaha Dihubungkan Dengan Pemilihan Bidang Usaha. Jurnal Ekonomi. 3:28-33

Skripsi

Deden Ahmad Daenuri (2014). Pengaruh Persaingan dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Profitabilitas (Suatu Kasus Pada Industri Bola Sepak di Kecamatan Parakansalak Kabupaten Sukabumi).

Malau, Presstija. (2009). Pengaruh Diversifikasi Produk dan Lingkungan Persaingan Terhadap Laba Pedagang Buku di Palasari .(Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rahdwi Hatminingsih. (2007). Pengaruh Persaingan, Harga Jual dan Diversifikasi Produk Terhadap Pendapatan Pedagang Kuliner Jenis


(5)

Dimas Adithia Ramdhan, 2015

Minuman Di Kota Bandung. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Yuliani Dwie Astiti. (2013). Pengaruh Lingkungan Persaingan dan Differensiasi Terhadap Pendapatan (Kasus pada Produsen Yogurt di Desa Jelegong Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Internet www.bps.go.id www.google.com www.wikipedia.com


(6)

72

Dimas Adithia Ramdhan, 2015

PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON


Dokumen yang terkait

PENGARUH DIVERSIFIKASI USAHA DAN MANAJEMEN PENGELOLAAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG Pengaruh Diversifikasi Usaha Dan Manajemen Pengelolaan Terhadap Pendapatan Pedagang Di Pasar Bunder 2013.

0 3 18

PENGARUH DIVERSIFIKASI USAHA DAN MANAJEMEN PENGELOLAAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR Pengaruh Diversifikasi Usaha Dan Manajemen Pengelolaan Terhadap Pendapatan Pedagang Di Pasar Bunder 2013.

0 1 11

DD Difusi Industri Batik dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Total Keluarga Pengusaha Industri Batik di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

0 1 16

BB Difusi Industri Batik dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Total Keluarga Pengusaha Industri Batik di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

0 3 28

PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA DAN STRATEGI BERSAING TERHADAP DAYA SAING PENGUSAHA BATIK TRUSMI DI KABUPATEN CIREBON.

0 4 12

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN : Survey terhadap Pengusaha Industri Kreatif Kuliner di Kota Bandung.

3 25 45

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA EMPING MELINJO DI KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN CIREBON.

0 4 38

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, DIFERENSIASI PRODUK DAN LINGKUNGAN PERSAINGAN TERHADAP LABA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH : Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi.

2 7 52

PENGARUH INOVASI PRODUK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING PENGUSAHA BATIK TRUSMI DI KABUPATEN CIREBON.

10 25 46

PENGARUH MODAL, JUMLAH TENAGA KERJA, USAHA DAN PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA INDUSTRI BATIK GEDOG DI KECAMATAN KEREK KABUPATEN TUBAN

0 0 5