PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, DIFERENSIASI PRODUK DAN LINGKUNGAN PERSAINGAN TERHADAP LABA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH : Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi.

(1)

No. Daftar / FPEB / 50 / UN 40.FPEB.1.PL / 2013

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN,

DIFERENSIASI PRODUK DAN LINGKUNGAN

PERSAINGAN TERHADAP LABA PENGUSAHA

INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

(Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Ekonomi

Oleh:

DITYA PRASETYA UTAMI 0802554

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, DIFERENSIASI PRODUK DAN LINGKUNGAN PERSAINGAN TERHADAP LABA PENGUSAHA

INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)

Oleh

Ditya Prasetya Utami

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Ditya Prasetya Utami 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, DIFERENSIASI PRODUK DAN LINGKUNGAN PERSAINGAN TERHADAP LABA PENGUSAHA

INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)

Skripsi ini disetujui oleh:

Bandung, Februari 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Eeng Ahman, MS Navik Istikomah, SE, MSi

NIP. 196104201987031003 NIP. 19751110 200501 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Pendidikan Ekonomi

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung

Dr. Ikaputera Waspada, MM.


(4)

ABSTRAK

“Pengaruh Perilaku Kewirausahaan, Diferensiasi Produk Dan Lingkungan Persaingan Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil Dan Menengah

(Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)”

di bawah bimbingan Prof. Dr. Eeng Ahman, MS dan Navik Istikomah, SE. MSi

Oleh:

Ditya Prasetya Utami 0802554

Penelitian ini dilatarbelakangi dari masalah menurunnya laba yang diperoleh pengusaha Industri Kecil dan Menengah kerupuk di Kota Cimahi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan laba. Faktor yang diduga dapat mempengaruhi laba pengusaha Industri Kecil dan Menengah Kerupuk di Kota Cimahi adalah perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan.

Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah para pengusaha Industri Kecil dan Menengah Kerupuk di Kota Cimahi. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode yang menggambarkan dan membahas objek yang diteliti berdasarkan faktor yang ada, yang kegiatannya meliputi pengumpulan data, pengolahan data dan informasi data serta menarik kesimpulan. Penelitian ini melakukan seluruh sampel yang ada dengan dibagi dua klasifikasi yaitu pengusaha yang menjual satu jenis kerupuk dan pengusaha yang menjual berbagai macam jenis kerupuk. Analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 16.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan berpengaruh positif terhadap laba pengusaha Industri Kecil dan Menengah kerupuk di Kota Cimahi. Semakin meningkatnya perilaku kewirausahaan dan tingginya diferensiasi produk, serta lingkungan persaingan yang ada, maka akan meningkatkan laba pengusaha Industri Kecil dan Menengah Kerupuk di Kota Cimahi.

Kata Kunci : Perilaku Kewirausahaan, Diferensiasi Produk, Lingkungan Persaingan dan Laba


(5)

ABSTRACT

"Influence Behavior Entrepreneurship, Environmental Product Differentiation and Competition Against Industry Profit Small and Medium Entrepreneurs

(Employers Survey On Crackers In Cimahi)"

under the guidance of Prof. Dr. Eeng Ahman, MS and Navik Istikomah, SE. MSi

By:

Ditya Prasetya Utami 0802554

The study is motivated from the problem of reduced profits derived entrepreneurs Small and Medium Industries in Cimahi crackers. Therefore, the aim of this study was to reveal the factors that influence earnings decline. Factors that might impact on profit entrepreneurs Small and Medium Industries in Cimahi Crackers are entrepreneurial behavior, product differentiation and competitive environment.

As for the object of study in this research is the Small and Medium Industry entrepreneurs Crackers in Cimahi. The research method I used in this research is descriptive analytic method is a method that describes and discusses the studied object based on factors which are, whose activities include data collection, data processing and data information and draw conclusions. The research was done with the entire sample was divided into two classifications are entrepreneurs who sell one type of crackers and entrepreneurs who sell various types of crackers. Analysis of the data used is multiple linear regression with

SPSS 16.0.

The results showed that entrepreneurial behavior, product differentiation and competitive environment positive effect on income entrepreneurs Small and Medium Industries in Cimahi crackers. Increasing entrepreneurial behavior and high product differentiation, and competitive environment exists, it will increase the profits of Small and Medium entrepreneurs Crackers in Cimahi.

Keywords: Behavior Entrepreneurship, Product Differentiation, Environmental Competition and Profit


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii

DAFTAR ISI ………...... vii

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR TABEL ………... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 12

1.3.1 Tujuan Penelitian ………... 12

1.3.2 Manfaat Penelitian ………... 12

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori ………... 14

2.1.1 Konsep Industri Kecil dan Menengah ………. 14

2.1.2 Struktur Pasar ………... 22

2.1.3 Laba ……….. 30

2.1.3.1 Pengertian Laba ……… 30

2.1.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba ……….. 33

2.1.4 Perilaku Kewirausahaan ……….. 34

2.1.4.1 Konsep Perilaku ………... 34

2.1.4.2 Konsep Kewirausahaan ………... 35

2.1.4.3 Konsep Perilaku Kewirausahaan ………. 42

2.1.4.4 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Laba .. 44

2.1.5 Diferensiasi Produk ……….. 45

2.1.5.1 Konsep Diferensiasi Produk ………... 45


(7)

2.1.6 Lingkungan Persaingan ………... 48

2.1.6.1 Konsep Lingkungan Persaingan ……….. 48

2.1.6.2 Pengaruh Lingkungan Persaingan Terhadap Laba .. 52

2.2 Kajian Empirik Beberapa Hasil Penelitian ………... 54

2.3 Kerangka Pemikiran ………... 56

2.4 Hipotesis Penelitian ………... 64

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ………... 65

3.2 Metode Penelitian ………. 65

3.3 Populasi dan Sampel ………. 66

3.3.1 Populasi ……… 66

3.3.2 Sampel ……….. 66

3.4 Jenis dan Sumber Data ………... 68

3.5 Operasional Variabel ……… 68

3.6 Teknik Pengumpulan Data ………... 69

3.7 Prosedur Pengolahan Data ……… 70

3.8 Pengujian Instrumen Penelitian ……… 71

3.8.1 Uji Validitas ………... 71

3.8.2 Uji Reabilitas ……… 72

3.9 Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis ………... 74

3.9.1 Teknik Analisis Data ……… 74

3.9.2 Pengujian Asumsi Klasik ……… 76

3.9.2.1 Uji Multikolinieritas ……… 76

3.9.2.2 Uji Heteroskedastisitas ……… 77

3.9.2.3 Uji Autokorelasi ………... 79

3.9.3 Pengujian Hipotesis ……… 82

3.9.3.1 Uji t-statistik ……… 82

3.9.3.2 Uji f-statistik ……… 84


(8)

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ……… 86

4.2 Deskripsi Responden Penelitian ………. 88

4.2.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 88

4.2.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ………. 89

4.2.3 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan …. 89 4.2.4 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Usaha …………. 92

4.2.5 Gambaran Responden Berdasarkan Tenaga Kerja ……... 93

4.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian ……… 94

4.3.1 Variabel Laba ………... 94

4.3.2 Variabel Perilaku Kewirausahaan ……… 97

4.3.3 Variabel Diferensiasi Produk ……… 100

4.3.4 Variabel Lingkungan Persaingan ……….. 102

4.4 Analisis Instrumen Penelitian ………. 103

4.4.1 Uji Validitas ……….. 103

4.4.2 Uji Reabilitas ……… 104

4.5 Hasil Analisis Data ………. 105

4.5.1 Koefisien Korelasi antar variabel-variabel X dan Y ……… 106

4.5.2 Koefisien Korelasi Ganda dan Koefisien Determinasi …… 106

4.5.3 Model Persamaan Regresi ……… 107

4.6 Uji Asumsi Klasik ……… 109

4.6.1 Multikolinieritas ………... 109

4.6.2 Heteroskedastisitas ………... 110

4.6.3 Autokorelasi ………. 111

4.7 Pengujian Hipotesis ………. 112

4.7.1 Uji t (Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial) ……….. 112

4.7.2 Uji f (Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan)……... 114

4.7.3 Uji R2 (Koefisien Determinasi Majemuk) ………... 115


(9)

4.8.1 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Laba

Pengusaha Industri Kecil dan Menengah ……….

117

4.8.2 Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil dan Menengah ………

119

4.8.3 Pengaruh Lingkunga Persaingan Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil dan Menengah ……….

121

4.9 Implikasi Pendidikan ………... 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………. 126

5.2 Saran ……… 127


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Keseimbangan Pasar Monopolistik Dalam Jangka Pendek Yang Mengalami Keuntungan ………..

28

Gambar 2.2 Kerugian Yang Dialami Perusahaan Dalam Pasar

Monopolistik ……….…. 29

Gambar 2.3 Keseimbangan Pasar Monopolistik Ketika Mendapatkan Laba

Normal ……… 30

Gambar 2.4 Kekuatan-Kekuatan Yang Mempengaruhi Persaingan Industri . 50 Gambar 2.5 Proses Kemajuan Pembangunan Ekonomi Schumpeter ………. 57

Gambar 2.6 Alur Kerangka Pemikiran ………... 64

Gambar 3.1 Statistika Durbin Watson ………... 82

Gambar 3.2 Uji Hipotesis 1 Arah ………... 83

Gambar 4.1 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 89

Gambar 4.2 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Usia ……….. 90

Gambar 4.3 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Pendidikan Terakhir ………. 91

Gambar 4.4 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Lama Usaha ………... 93

Gambar 4.5 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Tenaga Kerja ………. 94

Gambar 4.6 Klasifikasi Laba Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi………… 95

Gambar 4.7 Hasil Heteroskedatisitas Menggunakan Scatter Plot………….. 111

Gambar 4.8 Hasil Uji Autokorelasi ……… 112

Gambar 4.9 Uji T Variabel Perilaku Kewirausahaan ………... 113

Gambar 5.0 Uji T Variabel Diferensiasi Produk ……… 114


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Industri Kota Cimahi Tahun 2008-2011 ……… 5 Tabel 1.2 Data Nama Perusahaan dan Jenis Kerupuk di Kota Cimahi ….. 9 Tabel 1.3 Perkembangan Laba Pengusaha Industri Kerupuk

di Kota Cimahi ……….. 9

Tabel 1.4 Rata-Rata Laba Pengusaha Industri Kerupuk di Kota Cimahi ... 10 Tabel 2.1 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan ……….. 39 Tabel 2.2 Beberapa Kajian Empiris Hasil Penelitian Terdahulu ……….. 54 Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ……….. 68 Tabel 3.2 Interpretasi Besar Kecilnya Koefisien Korelasi ……… 73 Tabel 3.3 Uji Statistik Durbin-Watson d ……… 81 Tabel 4.1 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi

Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 88 Tabe 4.2 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi

Berdasarkan Usia ……….. 89

Tabel 4.3 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi

Berdasarkan Pendidikan Terakhir ……… 91 Tabel 4.4 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi

Berdasarkan Lama Usaha ………. 93

Tabel 4.5 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi

Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ………. 94 Tabel 4.6 Klasifikasi Pendapatan Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi … 95 Tabel 4.7 Distribusi Kategori Pendapatan Pengusaha Kerupuk di Kota

Cimahi Berdasarkan Jenis Kerupuk ……….. 96

Tabel 4.8 Nilai Bobot Standar ……… 98

Tabel 4.9 Klasifikasi Bobot Perilaku Kewirausahaan Pengusaha Kerupuk

di Kota Cimahi ………... 99

Tabel 4.10 Klasifikasi Bobot Diferensiasi Produk Pengusaha Kerupuk di


(12)

Tabel 4.11 Klasifikasi Bobot Lingkungan Persaingan Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi ………...

102

Tabel 4.12 Uji Validitas Perilaku Kewirausahaan (X1), Diferensiasi

Produk (X2) dan Lingkungan Persaingan (X3) ………. 103

Tabel 4.13 Uji Reabilitas Perilaku Kewirausahaan (X1), Diferensiasi Produk (X2) dan Lingkungan Persaingan (X3) ………. 104

Tabel 4.14 Koefisien Korelasi Antar Variabel-Variabel X dengan Variabel Y …... 106

Tabel 4.15 Koefisien Korelasi Ganda dan Koefisien Determinasi……….. 107

Tabel 4.16 Nilai Praduga Koefisien Regresi ……… 108

Tabel 4.17 Nilai VIF & Tolerance ………... 110

Tabel 4.18 Hasil Uji t ………... 112


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan dalam segala bidang. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan ekonomi nasional Indonesia adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional dan kesempatan kerja serta tercapainya pemerataan pendapatan. Namun seperti yang kita ketahui hingga kini berbagai upaya pembangunan ekonomi untuk mewujudkan kebangkitan masih tersendat karena beratnya permasalahan yang diakibatkan oleh krisis moneter yang melanda pada tahun 1997. Sebagaimana disadari, krisis moneter tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pembangunan saat ini.

Industrialisasi merupakan akar pokok pembangunan nasional dan pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan mandiri. Selain berperan secara stategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi, industri juga memiliki peran untuk menciptakan lapangan usaha serta memperluas lapangan pekerjaan, mendorong pembangunan daerah, serta meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat dan mengentas kemiskinan. Namun semenjak terjadinya krisis ekonomi terutama pada saat pemulihan ekonomi, ada beberapa anggapan bahwa pemerintah kurang menyadari perkembangan sektor industri yang ada di Indonesia.


(14)

Seperti yang dikemukakan oleh Mangara Tambunan (2010:2), krisis moneter merupakan suatu musibah yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang melamban. Oleh karena itu pembangunan ekonomi masih mengalami ketertinggalan dengan negara lain karena krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia bukan berakar pada masalah karena kelemahan sektor keuangan / moneter saja, melainkan pada tidak kuatnya struktur sektor ekonomi itu sendiri dalam menghadapi tantangan dari luar (external shocks) ataupun tantangan dari dalam

(internal shocks), begitupun halnya dengan industri yang ada di Indonesia. Perkembangan industri di Indonesia juga tidak terlepas dari berbagai macam masalah baik itu masalah yang bersifat internal (masalah yang bersumber dari dalam perusahaan) maupun masalah yang bersifat eksternal (masalah yang bersumber dari luar perusahaan) sehingga perkembangan industri Indonesia juga masih tertinggal dengan negara lain.

Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) dalam Mangara Tambunan (2010:78), industri di Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terdiri dari industri skala besar, menengah dan kecil. Industri skala besar adalah industri yang memiliki jumlah tenaga kerja sekitar 100 orang atau lebih, industri menengah adalah industri yang memiliki jumlah pekerja antara 20 sampai dengan 99 orang, sedangkan industri kecil adalah industri yang mempunyai pekerja antara 5 sampai 19 orang atau bahkan kurang dari 5 orang yang disebut juga dengan usaha rumah tangga. Dari dominasi jenis industri diatas, Berry, Rodriguez and Sandee (2001) menyatakan bahwa industri yang mampu bertahan terhadap krisis ekonomi adalah Industri Kecil dan Menengah. Hal ini


(15)

3

dikarenakan Industri Kecil dan Menengah memiliki karakteristik padat karya dibandingkan dengan industri besar yang memiliki karakteristik padat modal dan pada saat krisis terjadi, Industri Kecil dan Menengah justru lebih cenderung kepada menyelamatkan pertumbuhan ekonomi dalam menciptakan lapangan pekerjaan khususnya melalui penyerapan tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan (Mangara Tambunan, 2010:153). Menyikapi masalah diatas, Tulus T.H. Tambunan (2002:1) pun mengatakan bahwa :

Di Indonesia peranan IKM, khususnya usaha kecil juga sering dikaitkan dengan upaya-upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran, memerangi kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Oleh sebab itu, tidak heran jika kebijakan pengembangan IKM di Indonesia sering dianggap secara tidak langsung sebagai kebijakan penciptaan kesempatan kerja atau kebijakan redistribusi pendapatan.

Industri Kecil dan Menengah merupakan skala usaha yang paling banyak digeluti oleh masyarakat karena peranannya sangat besar dan dan berarti bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Pada saat kondisi perekonomian Indonesia tidak stabil Industri Kecil dan Menengah adalah salah satu alternatif atau solusi yang paling efektif. Akan tetapi Industri Kecil dan Menengah di Indonesia masih sangat tertinggal dengan Industri Kecil dan Menengah di Negara-negara maju. Terutama pada Industri Kecil khususnya masih sangat terbatas dalam Sumber Daya Manusia (SDM) dan penguasaan teknologi dan informasi, sebagian besar pekerja dan pengusahanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD), bahkan akses informasi mengenai pasar dan teknologi pun masih sangat minim. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut masih diperlukan perhatian dan peran pemerintah lebih lanjut untuk memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan industri maupun memberikan pelatihan khusus yang lebih kepada


(16)

para pengusaha agar mereka memperoleh pengetahuan lebih untuk perkembangan industri ke depan.

Terkait penjelasan diatas, pada penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti Industri Kecil dan Menengah di Kota Cimahi. Peneliti tertarik dengan objek ini karena berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cimahi, jumlah penduduk Kota Cimahi pada tahun 2011 berkisar 612.168 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 309.552 orang dan jumlah penduduk perempuan sebesar 302.616 orang, dan berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans), menyatakan bahwa jumlah angkatan kerja di Kota Cimahi pada tahun 2011 berjumlah 243.451 orang, sedangkan angkatan kerja yang mampu ditampung hanya 208.200 orang. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah pengangguran di Kota Cimahi pada saat itu cukup tinggi dengan nilai sebesar 35.251 orang.

Selain itu berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Cimahi tercatat bahwa pada tahun 2011 sekitar 12.000 karyawan di Kota Cimahi mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Masalah ini terjadi diduga pada tahun 2011 bahwa 60 perusahaan mengalami krisis keuangan sehingga mengakibatkan gulung tikar dan dipailitkan, karena dinilai sudah tidak bisa menjalankan roda bisnisnya. Menyikapi peristiwa diatas bahwa angka pengangguran di Kota Cimahi tahun 2011 semakin meningkat menjadi 44.251 orang, namun dengan munculnya Industri Kecil Dan Menengah yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah pengangguran tersebut dapat teratasi, dengan data sebagai berikut :


(17)

5

Tabel 1.1

Perkembangan Industri Kota Cimahi Tahun 2008-2011

Sumber: Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Cimah, data diolah

Dari tabel 1.1 diatas, dapat kita lihat perkembangan unit usaha dan nilai investasi industri kecil dan menengah di Kota Cimahi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2008-2011. Berdasarkan perkembangan unit usaha industri kecil dapat kita lihat pada tahun 2009 terjadi peningkatan 112 unit usaha, dengan tingkat pertumbuhannya adalah sebesar 22,4 %. Begitupun pada tahun 2010 yang meningkat sebanyak 142 unit usaha dengan pertumbuhannya sebesar 23,2 %. Dan peningkatan berikutnya terjadi pada tahun 2011 meningkat menjadi 191 unit usaha dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 25,3 %. Sedangkan perkembangan unit usaha industri menengah pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 18 unit usaha, dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 32,7 %. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang sama dengan tahun sebelumnya sebesar 25 unit usaha dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 34,2 % dan di tahun berikutnya pada tahun 2011 unit usaha industri menengah mengalami peningkatan menjadi 36 unit usaha dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 36,7%.

Uraian 2008 2009 2010 2011

1.Unit Usaha

Industri Kecil 500 612 754 945

Industri Menengah 55 73 98 134

Industri Besar 65 61 63 75

TOTAL 620 746 915 1154

2.Investasi

Industri Kecil 1.754.213.000 2.451.742.000 3.524.716.000 4.415.615.000 Industri Menengah 985.410.000 1.321.571.000 1.854.425.000 1.941.721.000

Industri Besar 152.257.451.000 241.854.721.000 266.571.245.000 381.742.543.000

TOTAL 154.997.074.000 245.628.034.000 271.950.386.000 388.099.879.000 3.Tenaga Kerja

Industri Kecil 2.247 2.856 3.851 5.313

Industri Menengah 521 642 812 1.514

Industri Besar 6.574 8.321 10.254 14.752


(18)

Pertumbuhan nilai investasi industri Kota Cimahi itu sendiri dapat kita lihat pada tahun 2009 investasi industri kecil mengalami peningkatan sebesar 697.529.000 dengan pertumbuhannya adalah 39,8 %. Pada tahun 2010 nilai investasi kembali meningkat menjadi 1.072.974.000 dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 43,7 % dilanjut pada tahun 2011 kembali terjadinya peningkatan menjadi 1.890.899.000 dengan pertumbuhannya sebesar 53,6 %. Sedangkan investasi pada unit usaha menengah pada tahun 2009 mengalami peningkatan 336.161.000 dengan pertumbuhan sebesar 34,1 %. Tahun 2010 meningkat menjadi 532.854.000 dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 40,3 % dan pada tahun 2011 meningkat kembali menjadi 890.899.000 dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 50,8 %. Dari meningkatnya tingkat investasi industri di Kota Cimahi diharapkan kedepannya nilai total investasi pada masing-masing jenis industri ini dapat terus meningkat dari angka yang saat ini telah dicapai, dan perkembangan dari industri-industri ini dapat dibantu terutama oleh pihak yang terkait untuk dapat lebih berkembang lagi.

Begitupun juga dengan tenaga kerja pada industri di Kota Cimahi, pertumbuhannya terus meningkat sama dengan pertumbuhan unit usaha dan total investasi yang terjadi. Jumlah tenaga kerja industri kecil pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 609 orang dengan tingkat pertumbuhann sebesar 27,1 %. Tahun 2010 hanya sebesar 995 orang yang terserap dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 34,8 %. Dilanjut pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang besar menjadi 1.462 orang dengan tingkat pertumbuhan sebesar 38 %. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang terserap di industri menengah pada


(19)

7

tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 121 dengan pertumbuhan sebesar 23,2 %. Tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 167 dengan pertumbuhannya sebesar 26,1 %. Dan pada tahun 2011 meningkat kembali menjadi 702 dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 86,4 %. Melihat total tenaga kerja yang mampu terserap pada tahun 2011 sebesar 20.479 orang, mengingat jumlah pengangguran di Kota Cimahi pada tahun 2011 sebesar 44.251 orang, dengan munculnya Industri Kecil dan Menengah yang meningkat setiap tahun maka jumlah pengangguran berkurang menjadi 37.424 dengan tenaga kerja yang terserap dari Industri Kecil dan Menengah sebesar 6.827 orang.

Kota Cimahi adalah salah satu kota yang ada di Propinsi Jawa Barat yang memiliki keunggulan kontribusi terbesar dalam pembangunan ekonomi di bidang industri pengolahan. Industri pengolahan di Kota Cimahi sangat unggul dalam bidang pengolahan makanan salah satunya adalah kerupuk. Dengan adanya industri kerupuk yang muncul di Kota Cimahi, hal ini sangat memberikan peluang untuk penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat sekitar.

Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan yang terbuat dari tepung tapioka dan dicampur dengan bahan olahan rasa seperti udang, ikan, jengkol, dll. Seperti yang kita ketahui, kerupuk kini sudah bisa dibilang merupakan makanan pokok yang selalu dicari oleh konsumen sebagai teman hidangan makanan atau teman camilan di saat makan. Industri Kerupuk yang ada di Kota Cimahi terdiri dari berbagai macam pengrajin kerupuk baik jenis kerupuk dengan berbagai olahan rasa dan bentuk yang mereka sebut dengan kerupuk pakan maupun


(20)

kerupuk belik (kerupuk blek) yang merupakan kerupuk dengan bentuk bulat lilitan seperti cacing.

Berdasarkan data pra penelitian lapangan industri kerupuk di Kota Cimahi dari tiap kecamatan yang peneliti ambil, peneliti meneliti 15 pengusaha kerupuk yang dimana peneliti mengambil 5 pengusaha kerupuk dari masing-masing kecamatan. Dari 15 pengusaha kerupuk tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing pengusaha pada kenyataannya memang berbeda-beda ada yang memproduksi kerupuk belik (kerupuk blek) atau kerupuk pakan saja yang dimana untuk jenis kerupuk belik (kerupuk blek) mereka memang membuat / memproduksi kerupuk itu sendiri, sedangkan untuk jenis kerupuk pakan terbagi menjadi tiga jenis tipe yaitu ada yang tidak memproduksi kerupuk itu sendiri yang dimana hanya menggoreng dan mengolah rasa saja namun variasi kerupuknya lebih banyak, dan adapula yang memang membuat kerupuk pakan tersebut sendiri namun jenisnya memang paling hanya 1 jenis dalam memproduksi, dan adapula yang memproduksi kerupuk tersebut sendiri namun untuk menambah variasi jenis kerupuk menjadi lebih banyak, pengusaha membeli bahan baku kerupuk mentah tersebut melalui distributor-distributor, lalu menggoreng dan mengolah rasa sesuai dengan ciri khas perusahaan masing-masing. Jenis kerupuk pakan yang memang benar-benar diproduksi sendiri di Kota Cimahi itu sendiri yaitu misalnya kerupuk mie yang mereka buat bentuknya hampir sama dengan kerupuk belik (kerupuk blek) tapi dengan diberi warna khasnya yaitu kuning, kerupuk jengkol yaitu kerupuk yang diberikan aroma rasa jengkol, kerupuk kencur yaitu kerupuk yang diberikan aroma rasa kencur,


(21)

9

kerupuk dorokdok yaitu kerupuk yang dibuat dari kulit sapi, kerupuk tahu yaitu kerupuk yang berbahan dasar dari tahu, dan kerupuk lain sebagainya. Berikut data para pengusaha industri kerupuk di Kota Cimahi:

Tabel 1.2

Data Nama Perusahaan dan Jenis Kerupuk di Kota Cimahi

No Nama Perusahaan Jenis Kerupuk 1 Ganda Sari Kerupuk Udang, Kerupuk Jengkol

2 PK Saputra Kerupuk Ikan, Kerupuk Jengkol, Kerupuk Udang, Kerupuk Ikan 3 Rasaku Kerupuk Kakap Mini, Kerupuk Udang, Kerupuk Ikan

4 Taruna Kerupuk Belimbing Kuning (BK), Kerupuk Belimbing Putih (BP) 5 PD Doa Ibu Kerupuk Belik (Kerupuk Blek)

6 Mekar Raya Kerupuk Udang, Kerupuk Jengkol 7 PK Sukasari Kerupuk Belik (Kerupuk Blek) 8 Saluyu Kerupuk Belik (Kerupuk Blek)

9 Binahong Kerupuk Jengkol, Kerupuk Jaat, Kerupuk Uril, Kerupuk Rambak 10 Remaja Mandiri Kerupuk Mie

11 Margana Kerupuk Rambak 12 Vrikitiw Kerupuk Jengkol 13 Sekar Wangi Kerupuk Jengkol

14 Saroja Kerupuk Udang, Kerupuk Jaat, Kerupuk Ikan, Kerupuk Kakap Mini 15 Sinar Ibu Kerupuk Belik (Blek)

Sumber : Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi, pra penelitian, data diolah

Berdasarkan data pra penelitian yang diambil secara acak pada tabel 1.3 diatas, berdasarkan hasil wawancara dengan para pengusaha industri kerupuk di Kota Cimahi, diperoleh kesimpulan bahwa laba yang diperoleh pada Bulan Januari 2012-Juni 2012 cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat kita lihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1.3

Perkembangan Laba Pengusaha Industri Kerupuk di Kota Cimahi (Periode Januari-Juni 2012)

No Nama Perusahaan

Laba

Januari Februari Maret April Mei Juni 1 Ganda Sari 76.000.000 84.000.000 84.000.000 80.000.000 64.000.000 62.000.000 2 PK Saputra 90.000.000 86.000.000 80.000.000 87.000.000 78.000.000 70.000.000 3 Rasaku 90.000.000 72.000.000 67.000.000 68.000.000 92.000.000 91.000.000 4 Taruns 50.000.000 45.000.000 42.000.000 45.000.000 53.000.000 47.000.000 5 PD Doa Ibu 44.000.000 40.000.000 39.000.000 43.000.000 35.000.000 22.000.000 6 Mekar Raya 88.000.000 77.000.000 77.000.000 78.000.000 75.000.000 70.000.000 7 PK Sukasari 30.000.000 27.000.000 25.000.000 22.000.000 23.000.000 20.000.000 8 Saluyu 20.000.000 14.000.000 18.000.000 13.000.000 16.000.000 15.000.000 9 Binahong 65.000.000 71.000.000 71.000.000 67.000.000 75.000.000 62.000.000 10 Remaja Mandiri 22.000.000 27.000.000 25.000.000 24.000.000 24.000.000 20.000.000 11 Margana 33.000.000 36.000.000 35.000.000 34.000.000 39.000.000 30.000.000 12 Vrikitiw 26.000.000 25.000.000 26.000.000 27.000.000 29.000.000 26.000.000 13 Sekar Wangi 78.000.000 65.000.000 64.000.000 45.000.000 56.000.000 45.000.000 14 Saroja 56.000.000 67.000.000 65.000.000 56.000.000 69.000.000 65.000.000 15 Sinar Ibu 15.000.000 16.000.000 14.000.000 12.000.000 19.000.000 18.000.000


(22)

Adapun rata-rata laba pengusaha kerupuk di Kota Cimahi sebagai berikut : Tabel 1.4

Rata-Rata Laba

Pengusaha Industri Kerupuk Di Kota Cimahi (Periode Januari-Juni 2012)

Bulan

Rata-Rata Laba/Bulan (Rupiah)

Pertumbuhan (%)

Januari 71.533.333 -

Februari 67.466.666 -5,7

Maret 65.466.666 -2,9

April 65.400.000 -0,10

Mei 69.800.000 6,7

Juni 61.533.333 -11,8

Sumber: Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi, pra-penelitian, data diolah

Berdasarkan tabel 1.6 dapat dilihat dengan jelas bahwa permasalahan yang dihadapi Industri Kecil dan Menengah khususnya industri kerupuk di Kota Cimahi laba yang diperoleh pengusaha cenderung mengalami penurunan. Pada bulan Januari laba industri kecil dan menengah kerupuk di Kota Cimahi sebesar Rp.71.533.333,- kemudian pada bulan Februari labanya mengalami penurunan sebesar 5,7% lalu pada bulan Maret mengalami penurunan kembali menjadi 2,9% dilanjut pada bulan April mengalami penurunan kembali sebear 0,10% , pada bulan berikutnya yaitu bulan Mei sempat mengalami kenaikan sebesar 6,7% dilanjut pada bulan Juni laba kembali mengalami penurunan sebesar 11,8%.

Pada dasarnya semua pengusaha ingin meningkatkan laba maksimum yang biasanya dilakukan melalui penjualan produknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha, bahwa penurunan laba yang mereka alami rata-rata disebabkan oleh faktor yaitu akibat kurangnya memiliki sikap inovasi untuk mengembangkan produknya, karena biasanya dengan adanya pengembangan produk yang bervariatif akan membuat daya pikat nilai tambah harapan terhadap minat konsumen. Ketertarikan konsumen terhadap produk yang bervariatif akan


(23)

11

mempengaruhi volume penjualan. Oleh karena itu dengan kurangnya inovasi pengusaha dalam mendiferensiasikan produknya menyebabkan industri ini rata-rata lemah dalam variasi produk yang ditawarkannya. Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa laba itu sendiri sangat dipengaruhi oleh bagaimana perilaku kewirausahaan yang dimiliki pengusaha, jumlah / variasi produk yang dihasilkan maupun persaingan yang terjadi. Oleh sebab itu, berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perilaku Kewirausahaan, Diferensiasi Produk Dan Lingkungan Persaingan Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil Dan Menengah (Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari adanya isu diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap laba pengusaha kerupuk di Kota Cimahi?

2. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha kerupuk di Kota Cimahi ?

3. Bagaimana pengaruh lingkungan persaingan terhadap laba pengusaha kerupuk di Kota Cimahi ?

4. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan terhadap laba pengusaha kerupuk di Kota Cimahi?


(24)

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap laba pengusaha kerupuk di Kota Cimahi.

2. Untuk menjelaskan pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha kerupuk di Kota Cimahi.

3. Untuk menjelaskan pengaruh lingkungan persaingan terhadap laba pengusaha kerupuk di Kota Cimahi.

4. Untuk menjelaskan pengaruh perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan terhadap laba pengusaha kerupuk di Kota Cimahi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan dan gambaran pada para pengusaha industri, PEMDA, Dinas KUKM dan Diskoperindag tentang perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan terhadap laba para pengusaha Industri Kecil dan Menengah kerupuk di Kota Cimahi.


(25)

13

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi pada umumnya dan ekonomi mikro pada khususnya.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah para pengusaha Industri Kecil dan Menengah kerupuk di Kota Cimahi.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X) meliputi perilaku kewirausahaan (X1), diferensiasi

produk (X2), dan lingkungan persaingan (X3), sedangkan variabel terikat yaitu

laba (Y).

3.2 Metode Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160), metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Oleh karena itu metode penelitian dapat dikatakan sebagai cara yang dilakukan atau yang diambil peneliti untuk mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu agar masalah tersebut dapat diselesaikan dengan tepat, sebuah penelitian harus memilih salah satu metode penelitian yang sesuai.

Berangkat dari permasalahan dan tujuan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu untuk memperoleh penjelasan secara empirik mengenai pengaruh perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk, dan lingkungan persaingan terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil dan Menengah (Studi Kasus Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi), metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik adalah metode penelitian yang menggambarkan dan membahas objek yang diteliti


(27)

66

berdasarkan faktor yang ada, yang kegiatannya meliputi pengumpulan data, pengolahan data dan informasi data serta menarik kesimpulan (Suharsimi Arikunto, 2006 :162).

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Menurut Husein Umar (2008:77), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sehingga dapat disimpulkan populasi merupakan keseluruhan dari karakteristik subjek penelitian yang mempunyai kesempatan untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah para pengusaha kerupuk di Kota Cimahi yang berjumlah 140 orang (data Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Kota Cimahi Tahun 2011).

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, yang dimana cara pengambilan sampel ini dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan


(28)

populasi yang ada karena dianggap memiliki karakteristik yang sama (Riduwan,2010:58).

Karena keterbatasan dana, waktu, dan tenaga maka peneliti mengambil sampel dari populasi yang ada di Kecamatan Cimahi Tengah, Kecamatan Cimahi Utara dan Kecamatan Cimahi Selatan di Kota Cimahi untuk menarik sampel maka digunakan rumus Taro Yamane sebagai berikut :

(Riduwan, 2010:65) Dimana :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

d = tingkat kesalahan yang ditolelir sebesar 5 % Maka :

104

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang diambil dari populasi pengusaha industri kerupuk di Kota Cimahi yang berjumlah 140 pengusaha adalah diambil sebanyak 104 pengusaha sebagai sampel.


(29)

68

3.4Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Yang dimana sumber data primer ini berasal dari data yang langsung diperoleh dari para pengusaha kerupuk di Kota Cimahi sebagai responden melalui kuisioner atau angket.

3.5Operasional Variabel

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala Variabel Dependen

Laba (Y) Laba / keuntungan total adalah penerimaan total (TR) dikurangi biaya total (TC). Jadi keuntungan total mencapai maksimum apabila didapat selisih yang positif antara TR dengan TC mencapai angka besar (Case and Fair, 2007:150)

Jumlah laba yang diperoleh pengusaha kerupuk.

Data diperoleh dari responden pengusaha kerupuk mengenai keuntungan total yang diperoleh melalui rumus: Laba = TR - TC

Interval

Variabel Independen

Perilaku Kewirausahaan

(X1)

Perilaku kewirausahaan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan seseorang dalam melihat dan menilai kesempatan bisnis dan mengumpulkan sumber daya guna, mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses (Geofrey Meredith dalam Suryana, 2006: 25).

Perilaku wirausaha yang dilihat dari :

1.Menemukan sesuatu yang berbeda (inovasi)

2.Adanya keberanian untuk menghadapi resiko

3.Adanya kemampuan manajerial

4.Memiliki jiwa kepemimpinan (Dusselman dalam Suryana, 2006 : 51)

Skor

Kewirausahaan dilihat dari aspek: - Menciptakan,

menemukan dan menerima hal-hal baru serta mencari ide-ide baru - Tidak takut gagal - Bersedia

menerima resiko yang tidak pasti Memperhitungkan

a adanya kerugian yang akan terjadi - Membuat

perencanaan - Usaha untuk

mengawasi dan mengevaluasi usaha - Usaha

memotivasi, dan mengarahkan terhadap tujuan usaha


(30)

Diferensiasi Produk (X2)

Diferensiasi produk adalah suatu usaha untuk membedakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan untuk memberikan daya tarik baik langsung maupun tidak langsung kepada konsumen dibandingkan dengan perusahaan lain yang menghasilkan produk yang sama / sejenis ataupun yang berbeda (Eeng Ahman dan Yana Rohmana, 2007:205)

Usaha untuk membedakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang dilihat dari segi :

a. Corak b. Kemasan c. Bahan d. Bentuk e. Rasa f. Kualitas (Edward H. Chamberlain, 2001:318)

Data diperoleh dari responden mengenai jenis produk (variasi produk) dilihat dari corak, kemasan, bahan, bentuk, rasa, dan kualitas produk yang diproduksi selama satu bulan terakhir.

Ordinal

Lingkungan Persaingan (X3)

Lingkungan persaingan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan sesuatu dengan cara bersaing melalui pengusaha yang ada di sekitar (Porter, 2008:16).

Data diperoleh dari reponden mengenai tingkat persaingan yang dilihat dari aspek : 1. Harga

2. Produk

3. Promosi

(Case and Fair (2007:372)

Data diperoleh dari responden mengenai tingkat persaingan dilihat dari aspek :

1. Harga

- Persaingan dalam penetapan harga produk yang dijual para pengusaha

2.Produk

- Persaingan dalam banyaknya produk dan jenis produk yang dijual oleh para pengusaha

3.Promosi

- Persaingan dalam pemberian potongan harga / discount bagi pembeli yang membeli produk dalam jumlah besar

Ordinal

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data untuk memperoleh data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Studi Observasi

Studi observasi adalah dengan cara meneliti secara langsung pengusaha kerupuk di Kota Cimahi.


(31)

70

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung dengan tanya jawab lisan kepada para responden yang digunakan sebagai pelengkap data.

3.Angket

Angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi sample penelitian.

4. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan adalah usaha pengumpulan data informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang berkaitan dengan masalah-masalah variabel yang akan diteliti.

3.7Prosedur Pengolahan Data

Setelah diperoleh keterangan dan data yang lengkap mengenai teknik pengumpulan data diatas, selanjutnya yang diperlukan adalah pengolahan data. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Menyeleksi data yaitu dengan melihat atau memeriksa kesempurnaan dan kejelasan mengenai benar dan tidaknya penulisan data

2. Mentabulasi data yaitu proses mengubah data menjadi bermakna

3. Analisis data yang berguna untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antar variabel penelitian dengan teknik analisis yang tepat

4. Pengujian hipotesis, dan 5. Menarik kesimpulan dan saran


(32)

3.8 Pengujian Instrumen Penelitian

Setelah data-data dari angket terkumpul maka perlu dilakukan analisis kebenarannya melalui uji validitas dan uji reabilitas, agar hasil penelitian tersebut tidak diragukan kebenarannya.

3.7.1 Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168), uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau shahih maka akan mempunyai validitas yang tinggi. Sebalinya, instrument yang kurang valid memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dan tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Cara menguji validitas Uji validitas dalam penelitian ini mwnggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

= ∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ } (Suharsimi Arikunto, 2006:170) Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

∑ = jumlah skor tiap item

∑ = jumlah skor total item

∑ = jumlah skor-skor X yang dikuadratkan


(33)

72

∑ jumlah perkalian X dan Y N = jumlah sampel

Dalam hal ini nilai rxy diartikan sebagai koefisien korelasi sehingga kriterianya

adalah :

rxy < = validitas sangat rendah

0,20 – 0,399 = validitas rendah

0,40 – 0,699 = validitas sedang / cukup 0,70 – 0,899 = validitas tinggi

0,90 – 1,00 = validitas sangat tinggi

Koefisien korelasi yang diperoleh akan dibandingkan dengan t tabel, korelasi nilai r dengan derajat kebebasan n-2, dimana n adalah jumlah responden dan angka 2 adalah banyaknya variabel bebas. Dan dalam penelitian ini taraf signifikan yang dipakai adalah = 0,05.

3.7.2Uji Reabilitas

Uji reabilitas adalah suatu pengujian yang menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Instrumen yang baik maka tidak akan bersifat tendensius atau yang mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Dan instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, akan tetap sama, dan reabilitas akan menunjukkan pada tingkat keterandalar sesuatu,


(34)

yang artinya reabilitas adalah dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Suharsimi Arikunto, 2006:178).

Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha karena berupa skor 1-5. Rumus mencari reabilitas instrumen sebagai berikut :

(Suharsimi Arikunto, 2006:196)

Keterangan : r11 = reliabilitas instrument

K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ = jumlah varians butir

= varians total

Untuk menghitung reabilitas, penulis juga menggunakan Microsoft Excel

2007 yang kemudian diinterpretasikan. Untuk mengetahui interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi, menurut Suharsimi Arikunto (2006:196) interpretasi besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Interpretasi Besar Kecilnya Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan

Antara 0,800 – 1,000 Reabilitas Sangat Tinggi

Antara 0,600 – 0,800 Reabilitas Tinggi

Antara 0,400 – 0,600 Reabilitas Cukup

Antara 0.200 – 0,400 Reabilitas Rendah

Antara 0,000 – 0,200 Reabilitas Sangat Rendah

Sedangkan untuk mencari nilai varians per item menggunakan rumus varians sebagai berikut :

∑ – ∑ (Suharsimi Arikunto, 2006:196) Jika r1 > r 0,05 = reliabel


(35)

74

Jika r1 > r 0,05 = tidak reliabel

3.9 Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis 3.9.1 Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, maka dilakukan pengolahan data. Jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data ordinal dan interval.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan analisis regresi berganda (multiple regression). Sedangkan alat analisis yang digunakan yaitu software SPSS 16.0. Dengan demikian, maka data yang bersifat ordinal pada penelitian ini yaitu variabel perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan harus dubah dan ditingkatkan menjadi data interval melalui MSI Methods of Succesive Interval (MSI). Menurut Riduwan dan Engkos Kuncoro (2011:58), salah satu kegunaan dari MSI dalam pengukuran adalah untuk menaikkan pengukuran dari ordinal ke interval lalu langsung diolah dengan persamaan regresi linier berganda.

Langkah kerja Methods of Succesive Interval (MSI) adalah sebagai berikut: a. Perhatikan tiap butir pernyataan, misalnya dalam angket.

b. Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak orang yang mendapatkan (menjawab) skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi.

c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P).

d. Tentukan Proporsi Kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi yang ada dengan proporsi sebelumnya.


(36)

e. Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk setiap kategori.

f. Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel ordinat distribusi normal baku.

g. Hitung SV (Scale Value) = Nilai Skala dengan rumus sebagai berikut:

( )( )

) (

) (

owerLimit AreaBelowL

pperLimit AreaBelowU

pperLimit DensityofU

owerLimit DensityofL

SV  

h. Menghitung skor hasil tranformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan rumus:

SVMin

SV

Y  1

Dimana: K 1

SVMin

Dalam penelitian ini analisis statistik yang digunakan adalah statistik parametrik yaitu regresi linier berganda. Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk mempelajari bagaimana eratnya hubungan serta pengaruh antara satu atau beberapa variabel bebas dengan variabel terikat dengan model persamaannya adalah sebagai berikut:

+

Dimana:

Y = Laba

= Intercept / Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

X1 = Perilaku Kewirausahaan

X2 = Diferensiasi Produk

X3 =Lingkungan Persaingan


(37)

76

3.9.2 Pengujian Asumsi Klasik 3.9.2.1 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah hubungan linier yang sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi yang dimana keadaan satu atau lebih variabel-variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel independen lainnya. Selain itu multikolinieritas merupakan pengujian untuk mengetahui apakah terjadi hubungan sempurna antara variabel independen dengan variabel dependen dalam model regresi (Yana Rohmana, 2010:154).

Cara mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan oleh beberapa cara yaitu (Yana Rohmana, 2010:143):

1. Nilai R2 tinggi (biasanya berkisar 0,8-1,0) tetapi hanya sedikit variabel independen yang signifikan

2. Adanya korelasi parsial antar variabel independen.

Dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel independen apabila koefisiennya rendah, maka tidak terdapat multikolinieritas, sebaliknya jika koefisien antar variabel independen (variabel x) itu koefisiennya tinggi maka diduga terdapat multikolinieritas.

3. Regresi Auxiliary

Dengan melakukan regresi auxiliary ini dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen yang secara bersama-sama (misalnya X2 dan X3). Kita harus menjalankan beberapa regresi,


(38)

sebagai variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap diperlakukan sebagai variabel independen.

Dampak atau konsekuensi dari adanya multikolinieritas di dalam regresi jika kita menggunakan teknik estimasi dengan metode kuadrat terkecil (OLS) adalah (Yana Rohmana, 2010:142):

1. Estimator masih bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), tetapi memiliki varian dan kovarian yang besar, sehingga sulit dipakai sebagai alat estimasi.

2. Koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.

3. Nilai standar eror setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.

4. Interval estimasi cenderung lebar dan nilai statistik uji t akan kecil, sehingga menyebabkan variabel independen tidak signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel independen.

5. Jika multikolinieritas tinggi, seseorang akan memperoleh R2 yang tinggi tetapi tidak satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir penting secara statistik, jadi multikolinieritas yang tinggi membuat tidak mungkin mengisolasi pengaruh individual dari variabel yang menjelaskan.

3.9.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut dengan homoskedastisitas,


(39)

78

sementara itu untuk varians yang berbeda disebut dengan heteroskedastisitas. Dan model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Husein Umar, 2008:179).

Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan, yaitu melalui (Yana Rohmana, 2010:188) :

1. Metode Grafik 2. Metode Park 3. Metode Glesjer

4. Metode Korelasi Spearman 5. Metode Goldfeld-Quandt

6. Metode Breusch-Pagan-Godfrey,dan 7. Metode White

Dalam penelitian ini untuk meneliti heteroskedastisitas peneliti akan menggunakan metode white. Kriteria dari metode white itu sendiri adalah (Yana Rohmana, 2010:180):

a. Lakukan estimasi persamaan dan daatkan residualnya.

b. Lakukan regresi pada persamaan berikut yang disebut dengan regresi auxiliry yang meliputi :

 Regresi auxiliry tanpa perkalian antarvariabel independen (no cross term)  Regresi auxiliry dengan perkalian antarvariabel independen (cross terms)

c. Uji metode white pada dasarnya didasarkan pada jumlah sampel degree of freedom sebanyak variabel independen tidak termasuk konstanta dalam regresi auxiliary.


(40)

Nilai hitung statistik chi square (X2) dapat dicari dengan rumus :

Yang ketentuannya adalah :

 Jika nilai chi square hitung (n.R2) lebih besar dari nilai X2 kritis dengan

derajat kepercayaan tertentu (α) maka dinyatakan ada heteroskedastisitas

 Jika nilai chi square hitung (n.R2) lebih kecil dari nilai X2 kritis dengan

derajat kepercayaan tertentu (α) maka tidak ada heteroskedatisitas (berarti

homoskedastisitas).

Ketika model penghitungan diketahui mengandung masalah heteroskedastisitas maka harus disembuhkan karena walaupun estimator masih linier dan tidak bias, tapi hal tersebut tidak lagi efisien karena tidak mempunyai varian minimum. Untuk menghilangkan heteroskedastisitas ini ada beberapa macam alternatif yang dapat dilakukan, yaitu (Yana Rohmana, 2010:184):

a. Jika varian dan residual diketahui, maka heteroskedastisitas dapat diatasi dengan metode Weight Least Square (WLS) atau Kuadrat Terkecil Tertimbang. b. Jika varian tidak diketahui, maka heteroskedastisitas dapat diatasi dengan

Metode White atau metode transformasi.

3.9.2.3 Uji Autokorelasi

Menurut Yana Rohmana (2010:215), uji autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual dengan observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu (time


(41)

80

series), karena berdasarkan sifatnya data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya.

Beberapa penyebab timbulnya autokorelasi adalah : 1. Terjadinya bias dalam spesifikasi

2. Bentuk fungsi yang dipergunakan tidak tepat 3. Adanya fenomena sarang laba-laba

4. Beda kala (time lags)

5. Adanya kekeliruan memanipulasi data misalnya data tahunan dijadikan data kuartalan dengan membagi empat

6. Data yang dianalisis tidak bersifat stasioner.

Apabila data yang dianalisis mengandung autokorelasi, maka estimator yang kita dapatkan memiliki karakteristik yaitu estimator metode kuadrat terksecil masih linear, estimator metode kuadrat terkecil masih tidak bias dan estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang minimum. Jadi apabila data mengandung autokorelasi akan bersifat LUE bukan lagi BLUE.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan metode Durbin Watson (D-W) dan Uji Breusch-Goldfrey (uji BG) atau uji lagrange multiplier. Dan beberapa alternatif untuk menghilangkan masalah timbulnya autokorelasi adalah (Yana Rohmana, 2010:202) :

a. Bila struktur autokorelasi diketahui, dan

b. Bila struktur autokorelasi ( tidak diketahui dapat dilakukan dengan cara:  Bila tinggi : Metode Diferensi Tingkat Pertama


(42)

 Estimasi dengan metode dua langkah Durbin  Bila tidak diketahui : Metode Cochrane-Orcutt

Pada penelitian ini. penulis menggunakan uji Durbin Watson (DW) untuk mendeteksi autokorelasi. yaitu dengan cara membandingkan DW statistik dengan DW tabel. Adapun langkah uji Durbin Watson adalah sebagai berikut :

1. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual e1.

2. Hitung nilai d (Durbin-Watson). 3. Dapatkan nilai kritis dl-du. 4. Pengambilan keputusan :

Jika H0 adalah dua ujung. yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik

positif maupun negatif dengan kriteria sebagai berikut : Tabel 3.3

Uji Statistik Durbin-Watson d

Nilai statistika d Hasil

0 ≤ d ≤ dL Menolak hipotesis nol / ada autokorelasi positif

dL≤ d ≤ du Daerah keragu-raguan / tidak ada keputusan

du ≤ d ≤ 4 - du Menerima hipotesis nol / tidak ada autokorelasi positif atau negatif 4 – du ≤ d ≤ 4 – dL Daerah keragu-raguan / tidak ada keputusan

4 – dL≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nol / ada autokorelasi negatif

Nilai Durbin-Watson menunjukan ada tidaknya autokorelasi baik positif atau negatif. Jika digambarkan adalah sebagai berikut:


(43)

82

Gambar 3.1 Statistika Durbin- Watson d Sumber: Yana Rohmana (2010: 195)

3.9.3Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis maka penulis menggunakan uji statistik berupa uji parsial (uji t), uji simultan (uji f) dan uji koefisien determinasi majemuk(R2). 3.9.3.1 Uji t-statistik

Uji t bertujuan untuk menguji tingkat signifikasi dari setiap variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain konstan/tetap. Prosedur uji t pada koefisien regresi parsial berganda sama halnya dengan prosedur uji koefisien regresi sederhana. Dalam penelitian ini, uji hipotesis dilakukan melalui uji dua pihak dan uji 1 pihak dengan kriteria jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

1. Pengujian hipotesis 2 arah dan 1 arah dapat dirumuskan dengan rumus sebagai berikut :

Pengujian hipotesis 1 arah

 Ho : β1 ≤ 0, artinya masing-masing variabel Xi tidak memiliki pengaruh

terhadap variabel Y, yang dimana i = 1,2,3 Daerah

keragu-raguan

4-du

Autokorelasi positif

Autokorelasi negatif Daerah

keragu-raguan Menerima H0 atau

kedua-duanya tidak ada autokorelasi


(44)

Daerah Penolakan

H0

Daerah Penerimaan Ho

t tabel t hitung

 Ha: β1 > 0, artinya masing-masing variabel Xi memiliki pengaruh terhadap

variabel Y, yang dimana i = 1,2,3. Berikut dapat dilihat gambar uji hipotesis 1 arah :

Gambar 3.2 Uji Hipotesis 1 Arah Sumber: Riduwan (2010:179)

2. Untuk menghitung nilai statsitika t hitung dan mencari nilai t kritis dari tabel

distribusi t pada α dan degree of freedom tertentu, adapun nilai t hitung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

 

1

1

1 *

ˆ

se

t  

Dimana 1*merupakan nilai pada hipotesis nol, atau secara sederhana t hitung

dapat dihitung dengan rumus : t =

3. Setelah diperoleh t statistik atau t hitung, selanjutnya bandingkan dengan t tabel

dengan α disesuaikan. Adapun cara mencari t tabel dapat digunakan rumus

sebagai berikut :

t tabel = n – k

dimana : t = ttabel pada disesuaikan

n = bayak sampel k = variabel bebas

4. Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel). Keputusan menolak atau menerima Ho, sebagai berikut :


(45)

84

 Jika nilai t hitung > nilai t tabel maka H0 ditolak atau menerima Ha (variabel

bebas X berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).

 Jika nilai t hitung < nilai t tabel maka H0 diterima atau menolak Ha (variabel

bebas X tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y ).

3.9.3.2Uji F-statistik

Pada regresi berganda dimana kita mempunyai lebih dari satu variabel independen, kita peru mengevaluasi pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen dengan uji F. Uji F di dalam regresi berganda dapat digunakan untuk menguji signifikansi koefisien determinasi R2. Nilai F statistik dengan demikian dapat digunakan untuk mengevaluasi hipotesis apakah tidak ada variabel independen yang menjelaskan variasi Y disekitar nilai rata-ratanya dengan derajat kepercayaan (degree of fredoom) k-1 dan n-k tertentu. Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya. Pengujian dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut (Yana Rohmana, 2010:78):

1. Mencari F hitung dengan formula sebagai

Kriteria Uji F adalah :

 Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (keseluruhan variabel


(46)

 Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (keseluruhan variabel

bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y)

3.9.3.3Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi R2 adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel independent (X1, X2, dan X3)

terhadap variabel Y, dengan rumus sebagai berikut (Yana Rohmana, 2010:76):

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :  Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan tentang pengaruh perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan terhadap laba usaha dengan survey yaitu pada pengusaha industri kecil dan menengah kerupuk di Kota Cimahi pada periode November 2012, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perilaku kewirausahaan berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan Menengah (IKM) pengusaha kerupuk di Kota Cimahi. Artinya semakin tinggi perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh pengusaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) khususnya pengusaha kerupuk di Kota Cimahi, maka laba yang diperoleh pengusaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) tersebut akan semakin besar.

2. Diferensiasi Produk berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan Menengah (IKM) pengusaha kerupuk di Kota Cimahi. Artinya semakin banyak tingkat diferensiasi yang dilakukan oleh pengusaha, maka akan semakin tinggi pula laba usaha yang diperoleh pengusaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) khususnya pengusaha kerupuk di Kota Cimahi.

3. Lingkungan persaingan berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan Menengah (IKM) pengusaha kerupuk di Kota Cimahi. Semakin tinggi


(48)

persaingan yang terjadi di lingkungan sekitar pengusaha, maka akan berdampak pula pada meningkatnya laba yang akan diperoleh pengusaha. 4. Perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan secara

simultan berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan Menengah (IKM) khususnya industri kerupuk di Kota Cimahi.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis uraikan diantaranya adalah :

1. Untuk meningkatkan inovasi, serta memiliki perilaku kewirausahaan yang baik maka para pengusaha harus lebih memperluas wawasan dengan mencari informasi dari berbagai informasi dari berbagai sumber baik itu dari buku, internet, ataupun sumber-sumber lainnya untuk mencari info bagaimana mengembangkan produk serta apabila ada kesempatan para pengusaha dapat mengikuti pendidikan informal seperti diklat, pelatihan yang berhubungan dengan dunia usaha guna memperluas wawasan. Dengan bertambahnya pengetahuan tentang dunia usaha dan bagaimana jiwa wirausaha yang seharusnya maka para pengusaha akan cepat tanggap dalam menghadapi kondisi lingkungan usaha yang selalu berubah setiap saat.

2. Para pengusaha industri kecil menengah khususnya pengusaha kerupuk di Kota Cimahi perlu perlu memperbanyak diferensiasi produk yang unik dan menarik supaya dapat meningkatkan permintaan konsumen dalam usaha meningkatkan keuntungannya. Diferensiasi produk tersebut dapat dilakukan dengan cara


(49)

128

membuat variasi corak, kemasan, bahan baku, bentuk rasa dan kualitas pada produk yang dihasilkan.

3. Sebagai upaya untuk menghadapi persaingan di lingkungan sekitar antar pengusaha yang semakin ketat, maka para pengusaha harus lebih memotivasi diri sendiri untuk terus terpacu lagi dalam mengembangkan kegiatan usahanya, misalnya pengusaha dengan cara tidak menetapkan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan harga produk di tempat lain, menjual produk yang lebih berinovatif dari pengusaha lainnya, serta pengusaha melakukan promosi-promosi yang dapat menarik perhatian konsumen untuk terusa berminat membeli produk yang dihasilkan.

4. Para pengusaha industri kecil dan menengah khususnya industri kerupuk di Kota Cimahi sebainya lebih memperhatikan dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh, baik dari segi perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk maupun lingkungan persaingan ataupun faktor-faktor lainnya yang diduga dapat mempengaruhi laba usaha dengan cara memenuhi kebutuhan atau permintaan dari masyarakat, menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan zaman dan memberikan terobosan-terobosan baru dalam menyediakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen guna mempertahankan kelangsungan usaha dan memperoleh penapatan yang tinggi. 5. Pemerintah daerah setempat atau instansi terkait, sebaiknya dapat ikut berperan

untuk membantu kemajuan para pengusaha industri kecil dan menengah khususnya industri kerupuk di Kota Cimahi baik itu dengan membuat kebijakan untuk meningkatkan perkembangan usahanya maupun dengan cara


(50)

mengadakan pelatihan yang diperuntukkan bagi para pengusaha untuk mendukung peningkatan wawasan atau pengetahuan para pengusaha tentang usaha industri.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU

BPS Kota Cimahi. 2011. Kota Cimahi Dalam Angka Tahun 2011. Bandung: BPS Buchari Alma. 2010. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta

Case, Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta: Erlangga

Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan. 2011. Data Statistik Perindustrian dan Perdagangan Kota Cimahi Tahun 2011. Diskoperindag-Kota Cimahi

Eeng Ahman dan Yana Rohmana. 2007. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi

Husein Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Thesis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Mangara Tambunan. 2010. Konstruksi Strategi Industrialisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Miftah Thoha. 2010. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers

Mohammad Ali. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Moderen. Jakarta: Pustaka Amani

Porter, Michael. 2008. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakarta: Erlangga

Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta

Riduwan dan Engkos Kuncoro. 2011. Cara Mudah Menggunakan Dan Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta

Sadono Sukirno. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi


(52)

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba Empat

Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat

Tulus Tambunan. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat

Vincent, Gaspers. 2001. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Yana Rohmana. 2010. Ekonometrika Teori dan Aplikasi Dengan Eviews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi

Zimmerer, Thomas. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Salemba Empat

SUMBER SKRIPSI

Ratnasari. 2012.Pengaruh Harga Jual dan Diferensiasi Produk Terhadap Laba Pengusaha Topi di Desa Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung . Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak Diterbitkan.

Rupanda, Dinda. 2011. Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Diferensiasi Produk Terhadap Laba Industri Kecil Tape Ketan. Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak Diterbitkan.

Sari, Puspita Ratih. 2006. Analisis Pengaruh Modal Kerja, Diferensiasi Produk dan Kompetensi Manajerial Terhadap Laba Pengusaha. Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak Diterbitkan.

Subagia, Osa. 2007. Pengaruh Harga Jual dan Diferensiasi Produk Terhadap Laba Pengusaha Tas di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak Diterbitkan.

Sulistio, Pasha Riska. 2009.Pengaruh Harga dan Diferensiasi Produk Terhadap Pengusaha Café se-Kota Bandung. Skripsi Sarjana FPEB UPI : Tidak Diterbitkan.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan tentang pengaruh perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan terhadap laba usaha dengan survey yaitu pada pengusaha industri kecil dan menengah kerupuk di Kota Cimahi pada periode November 2012, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perilaku kewirausahaan berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan Menengah (IKM) pengusaha kerupuk di Kota Cimahi. Artinya semakin tinggi perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh pengusaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) khususnya pengusaha kerupuk di Kota Cimahi, maka laba yang diperoleh pengusaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) tersebut akan semakin besar.

2. Diferensiasi Produk berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan Menengah (IKM) pengusaha kerupuk di Kota Cimahi. Artinya semakin banyak tingkat diferensiasi yang dilakukan oleh pengusaha, maka akan semakin tinggi pula laba usaha yang diperoleh pengusaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) khususnya pengusaha kerupuk di Kota Cimahi.

3. Lingkungan persaingan berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan Menengah (IKM) pengusaha kerupuk di Kota Cimahi. Semakin tinggi


(2)

127

Ditya Prasetya Utami, 2013

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan, Diferensiasi Produk Dan Lingkungan Persaingan Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil Dan Menengah (Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)

persaingan yang terjadi di lingkungan sekitar pengusaha, maka akan berdampak pula pada meningkatnya laba yang akan diperoleh pengusaha. 4. Perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan secara

simultan berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan Menengah (IKM) khususnya industri kerupuk di Kota Cimahi.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis uraikan diantaranya adalah :

1. Untuk meningkatkan inovasi, serta memiliki perilaku kewirausahaan yang baik maka para pengusaha harus lebih memperluas wawasan dengan mencari informasi dari berbagai informasi dari berbagai sumber baik itu dari buku, internet, ataupun sumber-sumber lainnya untuk mencari info bagaimana mengembangkan produk serta apabila ada kesempatan para pengusaha dapat mengikuti pendidikan informal seperti diklat, pelatihan yang berhubungan dengan dunia usaha guna memperluas wawasan. Dengan bertambahnya pengetahuan tentang dunia usaha dan bagaimana jiwa wirausaha yang seharusnya maka para pengusaha akan cepat tanggap dalam menghadapi kondisi lingkungan usaha yang selalu berubah setiap saat.

2. Para pengusaha industri kecil menengah khususnya pengusaha kerupuk di Kota Cimahi perlu perlu memperbanyak diferensiasi produk yang unik dan menarik supaya dapat meningkatkan permintaan konsumen dalam usaha meningkatkan keuntungannya. Diferensiasi produk tersebut dapat dilakukan dengan cara


(3)

membuat variasi corak, kemasan, bahan baku, bentuk rasa dan kualitas pada produk yang dihasilkan.

3. Sebagai upaya untuk menghadapi persaingan di lingkungan sekitar antar pengusaha yang semakin ketat, maka para pengusaha harus lebih memotivasi diri sendiri untuk terus terpacu lagi dalam mengembangkan kegiatan usahanya, misalnya pengusaha dengan cara tidak menetapkan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan harga produk di tempat lain, menjual produk yang lebih berinovatif dari pengusaha lainnya, serta pengusaha melakukan promosi-promosi yang dapat menarik perhatian konsumen untuk terusa berminat membeli produk yang dihasilkan.

4. Para pengusaha industri kecil dan menengah khususnya industri kerupuk di Kota Cimahi sebainya lebih memperhatikan dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh, baik dari segi perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk maupun lingkungan persaingan ataupun faktor-faktor lainnya yang diduga dapat mempengaruhi laba usaha dengan cara memenuhi kebutuhan atau permintaan dari masyarakat, menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan zaman dan memberikan terobosan-terobosan baru dalam menyediakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen guna mempertahankan kelangsungan usaha dan memperoleh penapatan yang tinggi. 5. Pemerintah daerah setempat atau instansi terkait, sebaiknya dapat ikut berperan

untuk membantu kemajuan para pengusaha industri kecil dan menengah khususnya industri kerupuk di Kota Cimahi baik itu dengan membuat


(4)

129

Ditya Prasetya Utami, 2013

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan, Diferensiasi Produk Dan Lingkungan Persaingan Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil Dan Menengah (Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)

mengadakan pelatihan yang diperuntukkan bagi para pengusaha untuk mendukung peningkatan wawasan atau pengetahuan para pengusaha tentang usaha industri.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU

BPS Kota Cimahi. 2011. Kota Cimahi Dalam Angka Tahun 2011. Bandung: BPS Buchari Alma. 2010. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta

Case, Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta: Erlangga

Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan. 2011. Data Statistik Perindustrian dan Perdagangan Kota Cimahi Tahun 2011. Diskoperindag-Kota Cimahi

Eeng Ahman dan Yana Rohmana. 2007. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi

Husein Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Thesis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Mangara Tambunan. 2010. Konstruksi Strategi Industrialisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Miftah Thoha. 2010. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers

Mohammad Ali. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Moderen. Jakarta: Pustaka Amani

Porter, Michael. 2008. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakarta: Erlangga

Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta

Riduwan dan Engkos Kuncoro. 2011. Cara Mudah Menggunakan Dan Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta

Sadono Sukirno. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi


(6)

Ditya Prasetya Utami, 2013

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan, Diferensiasi Produk Dan Lingkungan Persaingan Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil Dan Menengah (Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba Empat

Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat

Tulus Tambunan. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat

Vincent, Gaspers. 2001. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Yana Rohmana. 2010. Ekonometrika Teori dan Aplikasi Dengan Eviews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi

Zimmerer, Thomas. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Salemba Empat

SUMBER SKRIPSI

Ratnasari. 2012.Pengaruh Harga Jual dan Diferensiasi Produk Terhadap Laba Pengusaha Topi di Desa Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung . Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak Diterbitkan.

Rupanda, Dinda. 2011. Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Diferensiasi Produk Terhadap Laba Industri Kecil Tape Ketan. Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak Diterbitkan.

Sari, Puspita Ratih. 2006. Analisis Pengaruh Modal Kerja, Diferensiasi Produk dan Kompetensi Manajerial Terhadap Laba Pengusaha. Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak Diterbitkan.

Subagia, Osa. 2007. Pengaruh Harga Jual dan Diferensiasi Produk Terhadap Laba Pengusaha Tas di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana FPEB UPI. Tidak Diterbitkan.

Sulistio, Pasha Riska. 2009.Pengaruh Harga dan Diferensiasi Produk Terhadap Pengusaha Café se-Kota Bandung. Skripsi Sarjana FPEB UPI : Tidak Diterbitkan.