Penyebaran dan Karakteristik Tempat Tumbuh Pohon Tembesu

PENYEBARAN DAN KARAKTERISTIK TEMPAT TUMBUH
POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb.)
(Studi Kasus Di Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum
Kapuas Hulu Kalimantan Barat)

NESA ROSALIA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Penyebaran dan Karakteristik
Tempat Tumbuh Pohon Tembesu (Fragraea fragrans Roxb.) (Studi Kasus di
Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum Kapuas Hulu Kalimantan Barat)
adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir tesis ini.

Bogor, September 2008

Nesa Rosalia
NIM E051050011

Abstract
NESA ROSALIA. Distribution and Habitat Characteristic of Tembesu (Fragraea
fragrans Roxb.) (Case Study at area Lake Sentarum National Park Kapuas Hulu
West Kalimantan). by ISTOMO and ANDRY INDRAWAN.
Ecological and potency study of Tembesu was conducted in April until May
2007. The aims of this study were to regeneration prospect of the appropriate
habitat characteristic tembesu native. Research was executed in Bekuan river,
Bekuan lake and Sumbu lake in Sentarum, methode transect and line combination,
sample collected with purposive. Transect plot of 20 x 400 m (0,8 ha) on Bekuan
river, 20 x 500 m (1 ha) on Bekuan lake and Sumbu lake, two strips respective
with strip interval was 200 m. Tembesu fresh water swamp forest were indicated
that tembesu tree dominant at Bekuan river, Bekuan lake and Sumbu lake
respective with amount of tembesu were 36,11 trees/ha, 23,61 trees/ha, and 25

trees/ha. The potency of tembesu diameter 40 cm was 43,33 m³/ha. Distribution
of comunity tembesu dense and comunity tembesu rarely type have clumped
distribution.
Keywords : F. fragrans, Potency, Characteristic.

RINGKASAN
NESA ROSALIA. Penyebaran dan Karakteristik Tempat Tumbuh Pohon
Tembesu (Fragraea fragrans Roxb.) (Studi Kasus Di Kawasan Taman Nasional
Danau Sentarum Kapuas Hulu Kalimantan Barat). Di bawah bimbingan Bapak
ISTOMO dan Bapak ANDRY INDRAWAN.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji penyebaran tempat tumbuh
alami Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) yang sesuai karakteristik habitatnya.
Indikator karakteristik tempat tumbuh tembesu akan terlihat pada penyebaran
tembesu di habitat alaminya. Sehingga diharapkan informasi yang penting ini
dapat berguna sebagai dasar dalam tindakan pengelolan tembesu untuk
pengembangannya di luar kawasan TNDS agar tembesu tumbuh optimal.
Penelitian dilaksanakan di tiga lokasi penelitian yaitu di Sungai Bekuan,
Danau Bekuan dan Danau Sumbu, pada kawasan Taman Nasional Danau
Sentarum (TNDS) Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Penelitian
dilakukan yaitu mulai tanggal 22 april – 9 mei 2007 (efektif di lapangan).

Penelitian dilakukan dengan metode analisis vegetasi berdasarkan data yang
diambil dengan metode kombinasi antara jalur dan garis berpetak dengan arah
tegak lurus hutan rawa, daerah peralihan, dan hutan rawa gambut. Sungai Bekuan
dua jalur dengan ukuran petak 20 m x 400 m (0,8 ha), Danau Bekuan dan Danau
Sumbu dua jalur dengan ukuran petak 20 m x 500 m (1 ha), dan jarak antar jalur
200 m. Dalam setiap petak diukur diameter, tinggi pohon jenis tembesu dan
seluruh jenis lain yang berasosiasi dengan tembesu di lokasi penelitian tersebut.
Pada hutan gambut diukur ketebalan gambut dan tingkat kematangan gambut.
Untuk mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika tanah hutan rawa dan tanah gambut
di lokasi penelitian diambil contoh tanah utuh dan komposit yang selanjutnya
dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah Faperta UNTAN Pontianak.
Hasil analisis vegetasi di hutan rawa air tawar, tembesu banyak ditemukan
di lokasi Sungai Bekuan dengan jumlah 51 individu/ha pada semua tingkat
pertumbuhan semai, pancang, tiang dan pohon.

Banyaknya individu rata-rata tembesu tingkat pohon di lokasi Sungai
Bekuan adalah 36,11 individu/ha, di lokasi Danau Bekuan 23,61 individu/ha, dan
di lokasi Danau Sumbu 25 individu/ha.
Tembesu tingkat pohon di hutan rawa air tawar lokasi Sungai Bekuan nilai
kerapatan adalah 10,15 individu/ha, LBDS = 1,18 m²/ha, INP = 57,03 %, dan

volume 43,33 m³/ha. Lokasi Danau Bekuan nilai kerapatan adalah 4,25
individu/ha, LBDS = 1,11 m²/ha, INP = 33,52 %, dan volume = 19,34 m³/ha.
Sedangkan lokasi Danau Sumbu nilai kerapatan adalah 4,00 individu/ha, LBDS =
0,88 m²/ha, INP = 22,98 %, dan volume = 34,40 m³/ha.
Pada habitat hutan rawa air tawar, tembesu dominan pada diameter

30

cm. Sedangkan di seluruh jalur (habitat tembesu dan non tembesu), persen
kehadiran tembesu sangat kecil, yaitu 7 % (Danau Sumbu), 9 % (Danau Bekuan)
dan 11 % (Sungai Bekuan).
Tanah di hutan rawa habitat tembesu di lokasi penelitian memiliki tekstur
berliat dan berdebu, dan struktur tanah berupa butiran halus sampai sangat halus.
Faktor lingkungan fisik tanah rawa yang paling berpengaruh terhadap keberadaan
tembesu adalah persen debu dan fosfor.
Apabila dilakukan kegiatan penanaman, sebaiknya tembesu ditanam di
hutan rawa air tawar. Untuk merangsang regenerasi tembesu perlu dilakukan
pembebasan agar bertambah banyak dan tembesu dapat tumbuh optimal.
Kata Kunci : F. fragrans, potensi, karakteristik.


 Hak Cipta milik IPB, tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya
untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,
penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah;
dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENYEBARAN DAN KARAKTERISTIK TEMPAT TUMBUH
POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb.)
(Studi Kasus Di Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum
Kapuas Hulu Kalimantan Barat)

NESA ROSALIA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Judul Tesis

Nama
NIM

: Penyebaran dan Karakteristik Tempat Tumbuh Pohon Tembesu
(Fragraea fragrans Roxb.) (Studi Kasus di Kawasan Taman
Nasional Danau Sentarum Kapuas Hulu Kalimantan Barat)
: Nesa Rosalia
: E051050011

Disetujui
Komisi Pembimbing


Dr. Ir. Istomo, M.S
Ketua

Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, M.S
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, M.S

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S

Tanggal Ujian : 15 September 2008


Tanggal Lulus : 19 September 2008

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Judul dari
tesis ini adalah “Penyebaran dan Karakteristik Tempat Tumbuh Pohon Tembesu
(Fragraea fragrans Roxb.) (Studi Kasus di Kawasan Taman Nasional Danau
Sentarum Kapuas Hulu Kalimantan Barat)” .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu secara khusus
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. Ir. Istomo, MS dan Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, MS selaku komisi
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan maupun motivasi
pada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan
2. Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan
Kehutanan IPB beserta staf pengajar dan staf pegawai yang telah memberikan
sumbangsih yang sangat besar bagi penulis dalam menyelesaikan studi di
Sekolah Pascasarjana IPB
3. Mas Jefry selaku pimpinan di Balai Taman Nasional Danau Sentarum yang
telah memberikan ijin lokasi dalam penelitian ini, dan semua pihak yang telah

membantu dalam pelaksanaan penelitian
4. Keluarga terkasih, tersayang dan tercinta dengan segenap jiwa Bapak
H. Syaharsah, Ibu Hj.Nursemah, uwa, adek, bik Ety, yang selama ini yang
dengan sabar dan penuh kasih memberikan dorongan, semangat dan selalu
berdoa terus menerus agar penulis dapat menyelesaikan studi di IPB.
5. Buat Lilik Rahadian Setiawan, terima kasih atas dukungan, semangat,
pengertian dan kesabarannya.
6. Keluarga besar di Selimbau, spesial buat Devi, Bapak Drs. Akhmad Bakri,
MM (alm) sekeluarga, Pak Rusli sekeluarga, Pak Sutrisno sekeluarga, Pak
Gun sekeluarga.
7. Teman-teman mahasiswa di Sekolah Pascasarjana IPB : Mas Melewanto, Pak
Ajun, Erni, Aah, Pak Ramadhan, Mas Har, Pak Hutwan dan semuanya yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis, baik dalam

8. penyusunan tesis ini maupun selama mengikuti pendidikan di IPB. Untuk Mas
Azwin dan Mas Duryat, Thanks buat persahabatan dan kebersamaannya.
9. Sahabat sekaligus saudara semua di Wisma Ungu. Kebersamaan penuh warna
dan kebaikan sahabat semua, hanya Allah SWT yang bisa membalas
semuanya.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua

pihak.

Bogor, September 2008

Nesa Rosalia

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sintang pada tanggal 12 Desember 1980 dari ayah
H.Syaharsah dan ibu Hj.Nursemah. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara.
Tahun 1998 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Selimbau Kapuas Hulu
Kalimantan Barat dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk UNTAN melalui
jalur SPMB. Penulis memilih Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas
Tanjungpura Pontianak.
Tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana IPB pada
Program Magister dengan Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................


iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................
Perumusan Masalah ..........................................................................
Kerangka Pemikiran..........................................................................
Tujuan Penelitian ..............................................................................
Manfaat Penelitian ............................................................................
Hipotesis ...........................................................................................

1
2
3
5
5
5

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Spesies ..............................................................................
Klasifikasi Tembesu..........................................................................
Sifat Botanis Tembesu.......................................................................
Kegunaan Kayu Tembesu..................................................................
Daerah Penyebaran dan Tempat Tumbuh Tembesu ...........................
Potensi Tembesu ...............................................................................
Hutan Rawa Air Tawar......................................................................
Komposisi dan Struktur Vegetasi ......................................................
Stratifikasi ........................................................................................
Penyebaran dan Tempat Tumbuh .....................................................
Hubungan Antara Vegetasi dan Keadaan Tanah ...............................

6
6
7
9
10
10
11
13
13
14
14

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Luas..................................................................................
Iklim .................................................................................................
Topografi ..........................................................................................
Tanah ................................................................................................
Geologi .............................................................................................
Hidrologi...........................................................................................
Keunikan Ekosistem..........................................................................
Tipe Ekosistem..................................................................................
Flora di TNDS ..................................................................................
Fauna di TNDS .................................................................................
Sosial Ekonomi Masyarakat ..............................................................
Aksesibilitas......................................................................................

16
17
19
19
20
20
21
21
22
23
23
24

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian............................................................
Bahan dan Alat..................................................................................

25
25

iii

Metode Penelitian .............................................................................
Pengumpulan Data ......................................................................
Teknik Pengambilan Data............................................................
Analisis Data.....................................................................................
Indeks Nilai Penting ...................................................................
Indeks Dominansi .......................................................................
Indeks Keanekaragaman Jenis ....................................................
Penyebaran Jenis ........................................................................
Potensi Tegakan ..........................................................................
Hubungan Antara Faktor Tanah Terhadap Keberadaan
Tembesu .....................................................................................

26
26
26
31
31
32
32
32
32
33

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Tempat Tumbuh...........................................................
Tipe Hutan .................................................................................
Lokasi Sungai Bekuan ................................................................
Lokasi Danau Bekuan.................................................................
Lokasi Danau Sumbu .................................................................
Komposisi dan Struktur Vegetasi Komunitas Tembesu .....................
Komposisi Jenis ..........................................................................
Kerapatan....................................................................................
Indeks Nilai Penting ...................................................................
Indeks Dominansi dan Indeks Keanekaragaman Jenis..................
Indeks Morishita .........................................................................
Struktur Vegetasi.........................................................................
Potensi Tembesu ...............................................................................
Penyebaran Tembesu.........................................................................
Stratifikasi Tembesu..........................................................................
Sifat Tanah........................................................................................
Hubungan Antara Faktor Tanah Terhadap Keberadaan Tembesu.......

34
34
35
36
37
38
38
40
42
43
45
47
48
53
55
60
65

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ......................................................................................
Saran.................................................................................................

68
69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

70

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Karakteristik hutan-hutan rawa di dalam TNDS ...................................

12

2

Tipe ekosistem di lokasi penelitian.......................................................

22

3

Pembuatan jalur di lokasi penelitian .....................................................

27

4

Perubahan tipe hutan berdasarkan jenis tanah dan jenis pohon
dominan ...............................................................................................

34

5 Jumlah seluruh jenis masing-masing tingkat pertumbuhan yang
ditemukan pada areal penelitian ...........................................................

38

6 Jumlah Tembesu masing-masing tingkat pertumbuhan yang
ditemukan pada lokasi penelitian...........................................................

39

7

Perbandingan Kerapatan (K) Tembesu dengan seluruh jenis pada
semua tingkat pertumbuhan di lokasi penelitian di seluruh jalur ...........

41

Perbandingan Indeks Nilai Penting (INP) Tembesu dengan seluruh
jenis pada semua tingkat pertumbuhan di lokasi penelitian pada seluruh
jalur (habitat tembesu dan non tembesu)...............................................

42

Indeks Dominansi (C) dan Indeks Keanekaragaman jenis (H') di
lokasi penelitian ...................................................................................

44

10 Nilai Indeks Morishita (Iδ) jenis Tembesu pada tiga lokasi penelitian
di habitat tembesu (hutan rawa air tawar) ..............................................

46

11 Kerapatan, potensi Tembesu dan non Tembesu di areal penelitian
habitat tembesu (hutan rawa air tawar) .................................................

49

12 Jumlah individu Tembesu setiap petak dan non Tembesu pada areal
penelitian di habitat tembesu (hutan rawa air tawar). ............................

53

13 Komposisi jenis pada setiap stratum tajuk lokasi penelitian Sungai
Bekuan dan Danau Sumbu ...................................................................

56

14 Hasil analisis sifat-sifat fisik (tekstur dan struktur) ...............................

60

15 Hasil analisis sifat-sifat kimia tanah untuk pH, C, N, P, K, KTK, KB,
Ca, Mg dan Na di lokasi penelitian habitat Tembesu
(hutan rawa air tawar) ..........................................................................

60

16 Hasil analisis sifat-sifat kimia tanah untuk pH, C, N, P, K, KTK, KB,
Ca, Mg dan Na di lokasi penelitian di hutan rawa air tawar, ekoton
dan hutan rawa gambut .........................................................................

63

17 Hubungan antara luas bidang dasar tembesu dengan persen liat,
persen debu dan sifat-sifat kimia tanah dalam persamaan regresi..........

66

8

9

18 Analisis keragaman regresi linier berganda jenis tembesu dengan
faktor lingkungan di lokasi penelitian

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Skema permasalahan dalam pengelolaan tembesu di TNDS ................

4

2

Morfologi pohon Tembesu ..................................................................

7

3

Morfologi Tembesu.............................................................................

9

4

Peta kawasan TNDS di Kabupaten Kapuas Hulu Kalbar......................

16

5

Peta batas kecamatan TNDS di Kabupaten Kapuas Hulu Kalbar .........

17

6

Histogram curah hujan rata-rata bulanan Stasiun Pangsuma
Putussibau (2006-2007).......................................................................

18

Grafik suhu udara dan kelembaban nisbi udara rata-rata bulanan
Stasiun Pangsuma Putussibau (2006-2007)..........................................

18

8

Peta lokasi penelitian di kawasan TNDS .............................................

25

9

Peta lokasi penelitian...........................................................................

28

10 Sketsa gambar petak kontinue .............................................................

28

11 Layout petak contoh pengambilan data metode jalur berpetak .............

29

12 Pemetaan pohon pada jalur untuk membuat stratifikasi tajuk...............

30

13 Skema jalur penelitian sesuai peralihan habitat lokasi Sungai Bekuan .

35

14 Skema jalur penelitian sesuai peralihan habitat lokasi Danau Bekuan ..

36

15 Skema jalur penelitian sesuai peralihan habitat lokasi Danau Sumbu...

37

16 Jumlah individu tembesu pada tiga lokasi penelitian di habitat
tembesu (hutan rawa air tawar)............................................................

40

17 Sebaran jumlah pohon berdasarkan kelas diameter batang pohon
tembesu di seluruh jalur pada lokasi penelitian di habitat tembesu
(hutan rawa air tawar) .........................................................................

48

18 Volume tembesu berdasarkan sebaran kelas diameter batang
di lokasi penelitian habitat hutan rawa air tawar ...................................

50

19 Kerapatan tembesu berdasarkan sebaran kelas diameter batang
di lokasi penelitian habitat hutan rawa air tawar ...................................

52

20 Persentase volume Tembesu dan non Tembesu Sungai Bekuan seluruh
jalur penelitian ....................................................................................

52

21 Persentase volume Tembesu dan non Tembesu Danau Bekuan seluruh
jalur penelitian ....................................................................................

52

22 Persentase volume Tembesu dan non Tembesu Danau Sumbu seluruh
jalur penelitian ....................................................................................

51

7

23

Persentase LBDS Tembesu dan non Tembesu Sungai Bekuan di habitat

viii

tembesu (hutan rawa air tawar).............................................................

54

24 Persentase LBDS Tembesu dan non Tembesu Danau Bekuan di habitat
tembesu (hutan rawa air tawar)............................................................

54

24 Persentase LBDS Tembesu dan non Tembesu Danau Sumbu di habitat
tembesu (hutan rawa air tawar)............................................................

55

25 Stratifikasi tajuk Komunitas Tembesu Rapat lokasi Sungai Bekuan.......

58

26 Stratifikasi tajuk Komunitas Tembesu Jarang lokasi Danau Sumbu .......

58

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Daftar nama jenis pohon yang ditemukan di lokasi penelitian. ...............

75

2 Daftar seluruh jenis vegetasi yang ditemukan pada setiap areal
penelitian (tiga lokasi) ..........................................................................

76

3 Rekapitulasi data analisis vegetasi di semua lokasi penelitian................

77

4 Kriteria penilaian sifat-sifat tanah menurut Lembaga Penelitian Tanah
(1983) ...................................................................................................

89

5 Hasil analisis sifat-sifat tanah di lokasi penelitian..................................

90

6 Hasil perhitungan regresi berganda melalui Stepwise ............................

91

7 Daftar harga kayu tembesu di Kapuas Hulu Kalbar ..............................

94

8 Aturan-aturan pengelolaan kayu Tembesu ............................................

95

9 Dokumentasi hasil penelitian

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) merupakan salah satu kawasan
konservasi di Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat. TNDS juga
merupakan salah satu tipe ekosistem hamparan banjir paling luas yang masih
tersisa dalam kondisi baik di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Danau
Sentarum sejak tahun 1981 berstatus Cagar Alam, setahun kemudian berubah
status menjadi Suaka Margasatwa (Giesen & Aglionby, 2000).
Melalui konvensi UNESCO tahun 1994, TNDS telah ditetapkan sebagai
kawasan lahan basah (ramsar site) yang kedua di Indonesia setelah Taman
Nasional Berbak di Pulau Sumatra. Kawasan TNDS dinyatakan sebagai situs
Ramsar, sebagai bukti pengakuan masyarakat internasional sebagai lahan basah
yang penting bagi pelestarian keanekaragaman hayati (Giesen & Aglionby, 2000).
Danau Sentarum dinyatakan sebagai Taman Nasional tahun 1999. Luas
seluruh kawasan TNDS adalah 132.000 ha ditambah dengan 65.000 ha daerah
penyangga. Berdasarkan banyaknya penelitian yang dilakukan, Danau Sentarum
dinyatakan sebagai wilayah hamparan banjir terunik di dunia, mempunyai
kandungan gambut purba berumur 30.000 tahun, dan hutan rawa yang kaya akan
keanekaragaman hayati (Giesen & Aglionby, 2000).
Oleh karena itu, kabupaten Kapuas Hulu mendeklarasikan diri sebagai
kabupaten konservasi sejak 1 Oktober 2003. Danau Sentarum juga menjadi bagian
dari proyek besar yang dinamakan The Heart of Borneo. Pengelolaan TNDS
berada pada Dirjen PHKH (Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam)
Departemen Kehutanan (Giesen & Aglionby, 2000).
Kondisi kawasan TNDS dibatasi oleh bukit-bukit dan dataran tinggi yang
mengelilingi sehingga merupakan daerah tangkapan air (water Catchment Area)
dan sekaligus sebagai pengatur tata air bagi DAS kapuas. Kondisi hutan di TNDS
merupakan hutan hujan tropis yang jauh lebih lebat dibandingkan dengan hutan
rawa di sekitarnya. TNDS merupakan asset yang sangat berharga bagi penelitian
dan pengembangan (research and development) bahkan di masa depan dapat

2

dibentuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Keanekaragaman Hayati (Center for
Researh and Development of Biodiversity) (Anshari, 2006). Oleh karena itu,
keberadaan TNDS merupakan suatu kebanggaan karena merupakan asset
Nasional bahkan Internasional.
Keanekaragaman flora dan fauna di TNDS merupakan salah satu alasan
pentingnya kawasan ini dikonservasi, terutama untuk jenis-jenis yang berpotensi
cukup tinggi. Salah satu jenis pohon yang penting dan berpotensi adalah Tembesu
(Fragraea fragrans Roxb.) (Giesen, 1987; Peters, 1993).
Tembesu merupakan jenis asli yang tumbuh di kawasan TNDS. Tembesu
tumbuh cepat dan menyebar dengan kerapatan yang tinggi dalam menempati areal
yang kosong dan bekas kebakaran (mudah bertunas setelah terbakar) (Giesen,
1987; Peters, 1993).
Pengembangan terhadap jenis pohon tembesu yang berpotensi baik secara
ekologis maupun ekonomis sangat penting terutama untuk kelestarian spesies itu
sendiri agar jangan sampai punah. Selain itu informasi mengenai karakteristik
hutan rawa sebagai habitat tembesu untuk tumbuh optimal belum banyak
diketahui. Dalam ekosistem hutan, ruang tumbuh merupakan unsur yang sangat
dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Habitat yang baik memungkinkan bagi tumbuhan memperoleh cahaya, air, udara,
mineral atau unsur hara dan ruang untuk berkembang.
Ketersediaan informasi dan pengetahuan tentang ekologi, potensi,
penyebaran, dan karakteristik habitat tembesu sangat membantu sebagai dasar
dalam menetapkan kebijakan dan perlakuan silvikultur yang tepat dalam upaya
pengelolaan tembesu tetap lestari.

Perumusan Masalah

Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) dari famili Loganiaceae merupakan
penghasil produk kayu komersial dan memiliki harga jual yang cukup mahal serta
digunakan untuk konstruksi bangunan. Apalagi penampakan fisik kayu tembesu
yang bertekstur halus mengkilap, membuat tembesu banyak dimanfaatkan
terutama masyarakat sekitar kawasan TNDS. Sampai saat ini, tembesu di TNDS

3

secara intensif dieksploitasi, terutama akibat dari tingginya permintaan pasar atas
hasil kayu tembesu (Anshari, 2006).
Penebangan pohon dari hutan alam akan dapat berjalan dengan lestari
apabila penebangan sesuai dengan pertumbuhannya. Umumnya yang terjadi
sebaliknya, penebangan pohon tidak memperhatikan aspek regenerasinya. Selain
itu informasi yang mendukung mengenai karakteristik hutan rawa yang
mendukung pertumbuhan tembesu secara optimal belum banyak diketahui.
Sedangkan habitat sangat berpengaruh terhadap potensi dan penyebaran jenis.
Berdasarkan permasalahan diatas, sangat diperlukan penelitian penyebaran tempat
tumbuh alami Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) yang sesuai karakteristik
habitatnya.
Pentingnya dilakukan penelitian terhadap ekologi, penyebaran dan
karakteristik habitat alami tembesu sangat diperlukan dalam rangka untuk
menunjang keberhasilan dalam pengelolaannya dan juga akan mempengaruhi
teknik-teknik pemanfaatannya. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk
melengkapi data dan informasi dalam menunjang program penyelamatan tembesu
yang keberadaannya makin mengkhawatirkan.

Kerangka Pemikiran

Menurut Sastrapradja (1992), penyusutan keanekaragaman hayati lebih
banyak disebabkan oleh faktor manusia berupa eksploitasi hutan, sementara upaya
reboisasi tidak seimbang dengan kegiatan eksploitasi.
Hampir seluruh flora dan fauna yang ada di TNDS dimanfaatkan
masyarakat untuk memenuhi kelangsungan hidupnya sehari-hari. Pemanfaatan
terus menerus dapat mengakibatkan berkurangnya flora dan fauna yang ada,
sumberdaya alam yang tersedia menjadi sangat terbatas, juga dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem di kawasan TNDS bila pemanfaatannya secara
berlebihan, meningkatkan kerusakan hutan dan bertentangan dengan tujuan dari
kegiatan taman nasional : perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman

jenis

tumbuhan

dan satwa

beserta

ekosistemnya

pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

dan

4

Ancaman terhadap kelestarian kayu tembesu yang disebabkan oleh
masyarakat sekitar kawasan TNDS adalah dengan adanya eksploitasi yang
berlebihan, baik legal maupun illegal, yang didorong oleh harga kayu tembesu
yang tinggi dan mudah dijual. Penebangan hutan menurunkan potensi tembesu.
Kerusakan tidak hanya pada tegakan tembesu saja, tapi juga pada habitatnya,
sehingga menurunkan produktivitas habitat tembesu dan menurunkan daya
dukung habitat dalam menopang pertumbuhan tembesu di atasnya.
Dalam

proses

regenerasi

tembesu

perlu

dilakukan

suatu

teknik

pemeliharaan, selain menjaga habitat terbesar jenis tembesu, juga perlu dilakukan
inventarisasi terhadap komposisi dan penyebaran tembesu untuk mengkaji
penyebaran alami tembesu sesuai karakteristik habitatnya agar tidak terjadi
penurunan produksi sehingga dapat menjadi dasar dalam tindakan dan perlakuan
silvikultur untuk pengelolaan hutan.
Secara skematis permasalahan kelestarian tembesu dapat dilihat pada
gambar 1.
Tembesu
Di Kawasan TNDS

Penebangan Pohon
Tembesu

Potensi Tembesu Menurun

@ Kepunahan Jenis Tembesu
@ Rusaknya Habitat

Suksesi Alami Belum Berhasil

Penyebaran, Habitat Menurun
Karena Informasi Tembesu
Belum Banyak Diketahui

Tindakan Pengelolaan Hutan

Kelestarian

Gambar 1. Skema permasalahan dalam pengelolaan tembesu di TNDS.

5

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penyebaran tempat tumbuh alami
Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) yang sesuai karakteristik habitatnya.
Indikator karakteristik tempat tumbuh tembesu akan terlihat pada penyebaran
tembesu di habitat alaminya.

Manfaat

Hasil penelitian ini merupakan informasi yang penting sebagai dasar dalam
tindakan pengelolan tembesu sebagai salah satu sumber daya alam flora yang ada
di kawasan TNDS, dengan mengetahui karakteristik habitatnya, untuk
pengembangannya di luar kawasan TNDS agar tembesu tumbuh optimal.

Hipotesis

1. Secara umum tembesu hanya tumbuh dan berkembang secara baik di habitat
rawa.
2. Karakteristik hutan rawa sebagai habitat tembesu sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tembesu untuk tumbuh optimal.
3. Penyebaran dan potensi tembesu di hutan rawa mempunyai prospek yang baik
untuk dikembangkan sebagai hutan tanaman.

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Jenis

Fragraea fragrans Roxb (tembesu) merupakan salah satu jenis dari famili
Loganiaceae, dari seksi Cyrtophyllum yang terpenting dan menarik di Kalimantan
Barat khususnya di kawasan TNDS Kapuas Hulu (Giesen, 1987; Luttrel, 1994;
Peter, 1995). Menurut Soerianegara & Lemmens (1994) dijelaskan bahwa F.
fragrans mempunyai beberapa nama lain dari seperti F. wallichiana Benth.
(1985), F. cochinchinensis A. Chev. (1919), F. sororia J. J. Smith. (1923), dan F.
gigantea Ridley. (1927).
Di Indonesia, tembesu mempunyai nama-nama daerah yang berbeda seperti
tembesu (Jawa), tembesu paya, tembesu tanah, tembesu rawang, tembesu talang,
tamosu, tammusu (Sumatra); tembesu, ambinaton (Kalimantan); ki badak
(Sunda); anrali, kolaki, kulaki, nosu (Sulawesi) (Heyne, 1987).
Jenis tembesu dapat dijumpai di beberapa negara, dengan nama-nama
daerah seperti di Malaysia : tembusu hutan, tembusu madang, tembusu tembaga
(Peninsular). Philippina : urung, dolo (Tagbanua), susulin (Tagalog). Thailand :
kankrao, man pla, tamazo. Vietnam : trai. Burma (Myanmar) : anan, ahnyim.
Cambodia : tatraou. Laos : man pa (Soerianegara & Lemmens, 1994).

Klasifikasi Tembesu

Pengklasifikasian

tembesu

(Heyne,

taksonominya yaitu :
divisi

: Spermatophyta

kelas

: Angiospermae

ordo

: Gentianales

famili

: Loganiaceae

genus

: Fragraea

spesies : Fragraea fragrans Roxb

1987)

berdasarkan

tingkatan

7

Sifat Botanis Tembesu

Morfologi
Pohon tembesu umumya mempunyai kulit batang yang bergelombang
lemah dan mahkota berbentuk kerucut, berwarna hijau muda, namun kulitnya
tebal cukup keras (Heyne, 1987). Menurut Soerianegara & Lemmens (1994)
pohon ini berlekah yaitu apabila kulit bagian luar seakan-akan membentuk alur
(beralur) dan ada pula yang membentuk huruf V. Model arsitektur tembesu seperti
Aubreville’s model (Halle, Oldeman & Tomlinson, 1978) dan perkembangan
cabang Plagiotropik (horizontal). Batang monopodial dengan pertumbuhan tahap
demi tahap bersamaan dengan pertumbuhan cabang-cabang yang ritmik. Model
arsitektur ini dikenal pula dengan nama model Pagoda.
Tinggi pohon tembesu mencapai 40 m, dengan panjang batang bebas cabang
sampai 25 m, diameter 80 cm atau dapat mencapai 100 cm, batang tegak, tidak
berbanir (Heyne, 1987). Sedangkan menurut Whitmore, et al (1975) tinggi pohon
tembesu mencapai 25(-55) m, dan diameter mencapai 135(-250) cm. Ciri umum
kayu tembesu adalah kayu teras berwarna coklat sampai kuning muda dan kayu
gubal umumnya berwarna lebih muda. Tekstur kayu halus sampai agak halus.
Permukaan kayu agak mengkilap. Tanaman tembesu dapat dipanen setelah
berumur 50 tahun atau lebih dengan diameter 50-80 cm (Heyne, 1987).

Sumber : Doc Pribadi TNDS

Gambar 2. Morfologi Pohon Tembesu

8

Batang
Kayu berbau keasam-asaman, agak lurus, kayunya keras berwarna kuning
emas atau coklat jingga, dan termasuk ke dalam kelas awet satu, kulit luar
berwarna coklat sampai hitam, beralur dangkal dan sedikit mengelupas, kulit
tebalnya 10 mm dengan perakaran berbentuk heart root yaitu akar primer dan
sekunder menyebar secara vertikal dan horizontal (Heyne, 1987).

Daun
Tembesu memiliki daun tunggal berwarna hijau dengan posisi daun
berhadapan silang. Memiliki stipula berbentuk cawan kecil pada sumbu daun.
Helaian daun berbentuk lonjong ± 4-15 cm dengan lebar 1,5-6 cm dan mempunyai
titik puncak yang lancip, tepi daun rata dan seluruhnya berlekatan 4-9 pasang
bergabung di dekat pangkalnya (Soerianegara & Lemmens, 1994).

Bunga
Bunga bisexual dengan lebar 20-25 cm, warna putih krem dan berubah
menjadi kuning dengan aroma yang khas. Susunan bunga tembesu dalam bentuk
malai, dan panjang tabung tajuk bunga 1-2,5 cm. Sedangkan tabung mahkota
bunga sedikit mencorong, dengan panjang 0.7-2.3 cm (Soerianegara & Lemmens,
1994).

Buah
Pohon tembesu berbunga dan berbuah setiap tahun dalam bulan MeiAgustus dan bulan November-Januari. Tembesu berbuah 7.5 bulan setelah
penyerbukan. Benih sebagian besar disebar oleh burung-burung, kelelawar, dan
juga oleh semut.
Pohon tembesu mempunyai buah yang banyak sekali dan mengandung biji
sangat kecil. Buah berwarna oranye hingga merah dengan lebar 8 mm berbentuk
bulat dengan ujung yang kecil. Tanaman muda biasa dimakan kijang, sedangkan
pohon yang besar dapat diserang jamur upas. Pemberantasannya dapat dilakukan
dengan menyemprot fungisida (Heyne, 1987).

9

Ranting dengan bunga dan buah

Pohon tembesu

Bunga

Sumber : Soerianegara & Lemmens (1994)

Gambar 3. Morfologi Tembesu

Kegunaan Kayu Tembesu

Sumber utama dari kayu tembesu selain penampakan fisik kayunya bagus
(bertekstur halus mengkilap), juga karena ketahanan kayunya terutama untuk
konstruksi bangunan berat (Whitmore, et al ,1975). Tembesu diklasifikasikan
dalam kayu klas kuat dan klas awet I. Tembesu mudah dikerjakan, tidak mudah
retak, kuat dan tahan lama. Berat jenis kayu antara 0,72-0,93 g/cm³ dengan
kisaran rata-rata 0,81 g/cm³ (Kartasujana & Martawijaya, 1973). Kayu tembesu
dapat bertahan 10-15 tahun tergenang air, dan juga tahan terhadap serangan rayap
dan kumbang (Kochummen, 1972).
Secara umum kegunaan lain kayu tembesu selain kayu bulatnya untuk tiang
rumah, lantai, balok, jembatan, kapal, gerbong rel kereta api, tempat memasang
listrik dan telepon, tong, barang bubutan/pahatan, mebel, lemari kerja, juga untuk
pintu dan jendela. Selain itu, kayu tembesu mempunyai kualitas yang sangat
tinggi untuk dihasilkan sebagai bahan bakar dan arang kayu. Tembesu dapat

10

ditanam sebagai pohon peneduh di tepi jalan, dan digunakan untuk reboisasi.
Jamu-jamuan yang direbus dari ranting-ranting dan daun digunakan untuk
menghilangkan sakit disentry (Soerianegara & Lemmens, 1994). Namun kulit
kayu tembesu dapat menyebabkan dermatitis/infeksi kulit (Schmidt, 1979).

Daerah Penyebaran dan Tempat Tumbuh Tembesu
Menurut Soerianegara & Lemmens (1994), jenis tembesu berasal dari
Srilanka, India (Bengal), Burma (Myanmar), Andaman Islands, Indo-China,
Thailand, Peninsular Malaysia, Singapura, Borneo, Philippina. Di Indonesia
daerah penyebaran F. fragrans yaitu di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa
Barat, Maluku, Palembang dan Irian Jaya.
Tembesu tumbuh menyebar secara alami sebagai pioner pada areal bekas
kebakaran dan padang rumput ilalang (Imperata cylindrica), umumnya di
sepanjang tepi-tepi sungai dan berasosiasi dengan Melaleuca spp. Jenis ini
menghendaki iklim basah sampai agak kering dengan tipe curah hujan A sampai
B, pada ketinggian 0-500 m dpl. Tembesu merupakan jenis intoleran (tidak perlu
naungan), karena untuk pertumbuhan optimal tembesu hanya perlu cahaya 1030%. Tembesu tumbuh dalam variasi yang luas di hutan rawa pada tanah datar
dan sarang atau di tempat yang tidak terlalu lama digenangi air, pada tanah
berpasir dangkal. Tembesu di hutan rawa mampu beradaptasi terhadap daerahdaerah anaerob dan tergenang air (Giesen, 2002).
Menurut Coster (1937) transpirasi tembesu penguapannya rendah (dibawah
1000 mm/tahun). Besarnya transpirasi tergantung pada keadaan tempat tumbuh,
terutama iklim, kesuburan tegakan, dan kedudukan tembesu dalam komunitasnya.

Potensi Tembesu

Setelah reformasi (1997-1998), penebangan kayu menjadi salah satu sumber
pendapatan tunai, baik bagi suku Melayu dan Iban. Sejak tahun 2000 hampir
seluruh kampung di dalam TNDS terlibat penebangan kayu sehingga kerusakan
lingkungan cukup terasa (Anshari, 2006). Illegal logging yang melibatkan
investor utama dari Malaysia telah menyebabkan laju deforestasi hutan yang

11

sangat tinggi di TNDS. Di akhir 2004, kayu hasil illegal logging (termasuk kayu
tembesu) yang dibawa ke Malaysia mencapai 300 truk per hari (Indriatmoko,
Yuliani & Heri, 2006).
Dari tiga jenis kayu yang biasanya dimanfaatkan (kawi, kelansau, tembesu)
dari hutan terutama di TNDS, tembesu merupakan jenis yang sering di ambil.
Pemanfaatan dan penebangan tembesu terus menerus akan menurunkan potensi
tembesu dan habitatnya.

Hutan Rawa Air Tawar

Hutan rawa air tawar adalah kawasan hutan dengan tanah mineral aluvial
yang tergenang secara musiman. Hutan rawa air tawar biasanya terdapat di daerah
peralihan antara hutan rawa gambut dengan hutan dataran rendah.
Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Gerakan air
biasanya terbatas dan bersifat musiman. Memiliki permukaan tanah yang kaya
akan mineral. Biasanya ditumbuhi hutan lebat. Akar-akar pohon di hutan rawa
selalu atau secara periodik di dalam air.
Hutan rawa secara umum mempunyai peran dan manfaat yaitu sebagai
sumber cadangan air, dapat menyerap dan menyimpan kelebihan air dari daerah
sekitarnya dan akan mengeluarkan cadangan air tersebut pada saat daerah
sekitarnya kering, mencegah terjadinya banjir, mencegah intrusi air laut ke dalam
air tanah dan sungai, sumber energi, sumber makanan nabati maupun hewani.
Vegetasi hutan rawa pada umumnya merupakan vegetasi campuran dengan
bentuk tajuk yang berlapis dan memiliki juga jenis-jenis merambat dan sistem
perakarannya mendatar, berbentuk akar papan (banir) yang besar, bahkan dapat
mencapai tinggi lebih dari 1 m (Samingan, 1971; Whitmore, 1975).
Tipe ekosistem hutan rawa terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia,
misalnya di Sumatra bagian Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan
Irian Jaya bagian Selatan. Ekosistem rawa TNDS memiliki formasi vegetasi
rawa yang khas. Berdasarkan karakteristik vegetasi dan kondisi habitatnya,
dapat dilihat pada Tabel 1.

12

Tabel 1. Karakteristik Hutan-hutan Rawa di dalam TNDS
Formasi
Vegetasi

Hutan Rawa
Gambut
Tinggi

Periode
Kedalaman
Tergenang
Rata-rata
(bulan) Muka Air (m)
2-3

0,5-4

5-7

1,5-4

Hutan Rawa
Kerdil

9-11

5-6

Hutan
Tepian

5-6

2-6

Hutan Rawa
Pendek

Jenis
Tanah

Histosols
(gambut)

Entisols
(liat
berpasir)
Entisols
(liat
berpasir)
Entisols
(liat
berpasir)

Tinggi
Rata-rata
Kanopi (m)
15-30

8-22

5-8

15-20

Beberapa Genus
yang Umum Dijumpai
Dryobalanops,Hopea,Crudia
Tristaniopsis, Gonystylus,
Shorea, Calophyllum
Diospyros,Vatica, Mesua,
Garcinia,Homalium,Mallotus,
Tristania, Shorea
Barringtonia, dan Timonius

F. fragrans, Gluta, Mesua,
Diospyros, Vatica,Eugenia,
Dillenia, Baccaurea

Sumber Giesen (1987; 1996) dalam Anshari, 2006.

Di TNDS hutan rawa air tawar berasosiasi dengan rawa danau-danau di
pedalaman, dan di daerah aliran sungai yang sangat luas dan rendah letaknya,
misalnya daerah aliran sungai kapuas, dengan pH 6 atau lebih yang permukaan
airnya berfluktuasi sehingga permukaan tanah mengalami periode kering secara
berkala (Whitten, et al, 1978 a & 1987 b).
Hutan rawa air tawar primer ditumbuhi pohon-pohon dengan tinggi
rata-rata 35 m, sejumlah liana dan banyak epifit. Komposisi jenisnya merupakan
campuran. Di habitat yang tergenang air ini respirasi sukar, sehingga sistem
perakaran terletak dekat permukaan dan beberapa tumbuhan.
Hasil penelitian tahun 1993 di Sungai Leboyan menurut Giesen (2002)
bahwa data di hutan rawa primer kerapatan tembesu cukup tinggi, sekitar 35
pohon/ha (diameter

40 cm dbh) pada transek 10 x 200 m. Hampir tanpa

regenerasi tembesu di bawah kondisi hutan rapat dalam transek tersebut. Ini
menunjukkan bahwa pada kondisi-kondisi yang sesuai, tembesu dapat membentuk
kepadatan yang sangat tinggi.

13

Komposisi dan Struktur Vegetasi TNDS

Menurut Haeruman (1980), hutan di Kalimantan mempunyai lebih dari
40.000 spesies tumbuhan, dan merupakan hutan yang paling kaya spesiesnya di
dunia. Di antara 40.000 spesies tumbuhan tersebut, terdapat lebih dari 4.000
spesies tumbuhan yang termasuk golongan pepohonan besar dan penting.
TNDS memiliki tumbuhan khas dan asli seperti tembesu (Fragraea
fragrans Roxb.) dan tengkawang (Shorea beccariana). Selain itu juga terdapat
tumbuhan hutan dataran rendah seperti jelutung (Dyera costulata), ramin
(Gonystylus bancanus), meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), dan
kayu ulin (Eusideroxylon zwageri).

Stratifikasi

Stratifikasi merupakan salah satu metode deskripsi dan analisis yang
digunakan untuk ekosistem hutan di daerah tropis (Michon, 1993). Soerianegara
& Indrawan (1998) menyatakan bahwa stratifikasi terjadi akibat persaingan dalam
waktu yang relatif lama setelah melalui proses adaptasi dan stabilisasi. Jenis-jenis
tertentu akan lebih dominan daripada jenis-jenis yang lain. Pohon-pohon yang
tinggi dari stratum teratas mengalahkan pohon-pohon yang lebih rendah .
Menurut Soerianegara & Indrawan (1998) dalam hutan hujan tropika
terdapat lima lapisan tajuk, yaitu lapisan A, B, C, D dan E, dengan ciri-ciri :
a. Lapisan A
Pohon tingginya > 30 m, tajuknya diskontinue, batang pohon tinggi dan lurus,
batang bebas cabang tinggi.
b. Lapisan B
Pohon setinggi 20-30 m, tajuk umumnya kontinue, batang biasanya banyak
bercabang, batang bebas cabang tidak begitu tinggi.
c. Lapisan C
Pohon setinggi 4-20 m, tajuk kontinue, rendah, kecil dan bercabang banyak.
d. Lapisan D
Terdiri dari perdu dan semak, tingginya 1 - 4 m.

14

e. Lapisan E
Terdiri dari tumbuhan penutup tanah, tingginya 0 - 1 m.

Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Penyebaran permudaan baik pada tingkat semai, pancang, maupun tingkat
tiang dan pohon dari berbagai jenis pohon tergantung pada jenis individu pada
fase pohon tersebut beradaptasi dengan lingkungannya.
Penyebaran jenis individu dalam suatu populasi akan menyebar menurut
tiga pola, yaitu : acak (random), teratur (uniform), dan mengelompok (clumped).
Penyebaran mengelompok paling umum terjadi di alam (Kershaw, 1973).
Penyebaran dalam komposisi jenis berhubungan dengan derajat kestabilan
komunitas. Komposisi vegetasi dengan penyebaran jenis yang lebih besar
memiliki jaringan kerja yang lebih kompleks dari pada komunitas dengan
penyebaran jenis yang rendah (Cox,1972).

Hubungan Antara Vegetasi dengan Keadaan Tanah

Tanah dan vegetasi merupakan faktor yang saling berinteraksi satu sama
lainnya. Perkembangan vegetasi berhubungan erat dengan proses pembentukan
tanah. Dalam kondisi iklim yang sama, kehadiran komunitas tumbuhan ditentukan
oleh keadaan topografi dan kesuburan tanah. Tanah penting bagi tanaman karena
merupakan tempat tumbuh, sumber air dan unsur-unsur hara.
Perbedaan jenis tanah, sifat-sifat serta keadaannya seringkali mempengaruhi
penyebaran tumbuh-tumbuhan, menyebabkan terbentuknya tipe-tipe vegetasi
berlainan, serta mempengaruhi kesuburan dan produktivitas lahan (Soerianegara
& Indrawan, 1978).
Menurut Suhartati (2007) salah satu faktor lingkungan yang sangat berperan
dalam proses pertumbuhan tanaman adalah karakteristik tanah terutama status
haranya. Faktor karakteristik tanah akan memberikan kontribusi dalam
pertimbangan penetapan umur optimal daur suatu jenis tanaman, besarnya input
yang diperlukan, teknik regenerasi, dan teknik pemeliharaan.

15

Sifat fisik tanah diyakini oleh para ahli lebih penting pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan produktivitas tegakan hutan dibanding sifat kimia dan
biologisnya (Soedomo, 1984).
Namun demikian, sifat kimia tanah bukan faktor yang dapat diabaikan
dalam menduga korelasi antara tempat tumbuh dengan pertumbuhan dan produksi
pohon. Beberapa sifat-sifat kimia tanah yang telah dikaji dan menunjukkan
korelasi yang tinggi terhadap pertumbuhan pohon antara lain kandungan Corganik, kandungan N total, Kapasitas Tukar Kation, kandungan kalsium,
kandungan Ca tersedia, kandungan magnesium, kandungan liat pada horizon A
dan subsoil, kandungan pasir dan debu pada horizon A dan subsoil, serta reaksi
tanah atau pH (Suhendang, 1990).

KEADAAN UMUM LOKASI

Letak dan luas

Di Hulu Sungai Kapuas, terdapat kawasan dataran banjir (flood plain) yang
dikenal sebagai Danau Sentarum. Sebelumnya kawasan ini berstatus Suaka
Margasatwa yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 757/Kpts-II/Um/10/1982 tanggal 12 Oktober 1982 dengan luas 80.000 Ha.
Sejalan dengan perkembangannya, pada tanggal 4 februari 1999 dengan SK
No.34/Kpts-II/1999 berubah menjadi Taman Nasional. Luas seluruh kawasan
TNDS adalah 132.000 ha, ditambah dengan 65.000 ha yang diusulkan sebagai
daerah penyangga.
Danau ini merupakan danau musiman satu-satunya hutan rawa air primer di
Kalimantan Barat dan mempunyai tingkat keunikan yang tinggi, berada di sebelah
cekungan sungai Kapuas, sekitar 700 km dari muara yang menuju laut Cina
Selatan. Danau Sentarum yang menurut posisi geografisnya terletak pada 0o40' 0o55' LU dan 112o00' - 112 o25' BT. Secara administratif, Danau Sentarum berada
dalam wilayah administrasi Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat.
10 8

10 9

110

111

112

113

114

2

2

PET A K AW ASAN T N DS
K APU AS H U LU K AL BAR
Skala 1 : 4.500.000
N

1

1

Legenda :
0

0

Kaw asan TNDS
Kab. KAP UAS HU LU
KODYA PO NTIAN AK
-1

-1

Ba t an g L up a r
Ba da u

D a na u S e n t ar u m

#

Se lim b au

-2

-2

Se m it a u

Em ba u

TN DS
-3

-3

10 8

10 9

110

111

112

113

90

0

90 km

114

Sumber Peta : PIKA Bogor, 2002

Gambar 4. Peta kawasan TNDS di Kabupaten Kapuas Hulu Kalbar.

17

Daerah Tingkat II Putussibau, terletak pada 5 kecamatan, yaitu kecamatan
Semitau (disebelah Barat), Batang Lupar dan Badau (disebelah Utara), Selimbau
(disebelah Selatan), dan Embau (disebelah Timur) kabupaten kapuas hulu
Kalimantan Barat (Data administratif Kecamatan Selimbau, 2006). Peta batas
kecamatan TNDS di Kapuas Hulu dapat dilihat pada Gambar 5 .
62 0 0 00

64 0 0 0 0

P E T A B A T A S K E C A M A T AN T N DS
DI K A PU A S H U L U

66 0 0 0 0

N
W

E
S

S ka la 1 : 35 0 .000

Ba ta ng L upa r

Lege n da :

B a da u

Dana u S enta ru m
B atas K awas an TN D S
B atas K e ca m ata n :
#

10 0 0 0 0

10 0 0 0 0

D a n a u S e n t a ru m
#

Se lim b a u

Se m it a u

B ada u
B atang L upa r
E m bau
S elim bau
S em itau

E m ba u

80 0 0 0

80 0 0 0

0

0

10
62 0 0 00

64 0 0 0 0

0

10 km

66 0 0 0 0

Sumber Peta : PIKA Bogor, 2002

Gambar 5. Peta batas Kecamatan TNDS di Kabupaten Kapuas Hulu Kalbar.
Iklim

Data iklim meliputi data curah hujan, suhu udara, dan kelembaban nisbi di
lokasi penelitian berdasarkan data dari Stasiun Pangsuma Putussibau. Secara
umum, kawasan TNDS termasuk dalam iklim tropis basah dengan curah hujan
tinggi hampir sepanjang tahun, dengan curah hujan tahunan berkisar antara
4000 mm/tahun. Musim kemarau terjadi antara bulan Juli sampai September
dengan tingkat curah hujan terendah 115 mm pada bulan Juli. Sedangkan musim
penghujan terjadi antara Oktober sampai Juni dengan curah hujan bulanan berkisar
antara 394 mm atau bahkan lebih, dengan tingkat curah hujan tertinggi 653 pada
bulan Desember.

18

700
600

CH (mm)

500
400
300
200
100
0
Jan

Febr

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sept

Okt

Nov

Des

Sumber data : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Pangsuma Putussibau

Gambar 6. Histogram curah hujan rata-rata bulanan Stasiun Pangsuma
Putussibau (2006-2007)
Suhu udara rata-rata bulanan pada kawasan Danau Sentarum relatif sama
di semua wilayah yaitu 27,2°C. Fluktuasi suhu uda