Studi Deskriptif Mengenai Psychological Well-Being pada Mantan Pecandu Narkoba di Rumah Cemara Bandung.

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai dimensi-dimensi Psychological Well-Being pada mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik survey. Penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dengan jumlah sampel 30 orang.

Alat ukur yang digunakan merupakan terjemahan dari Scale of Psychological Well-Being (SPWB) dari Carol Ryff (1989) dan terdiri atas 84 item. Berdasarkan hasil uji validitas item dengan SPSS Statistic 20.0 melalui uji Rank Spearman, maka diperoleh 60 item yang valid dengan validitas item berkisar 0,330-0,762. Reliabitas alat ukur diukur dengan Alpha Cronbach menggunakan SPSS Statistic 20.0 dan diperoleh reliabilitas sebesar 0,946 yang artinya alat ukur ini memiliki reliabilitas yang tergolong tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung, 50% menunjukkan derajat PWB yang tinggi dan 50% menunjukkan derajat PWB yang rendah. Derajat dimensi yang tinggi akan diikuti peningkatan pada derajat PWB. Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara dukungan sosial, ciri khas budaya terhadap derajat dimensi PWB.

Peneliti menyarankan agar pihak Rumah Cemara mengajak mantan pecandu secara aktif mengikuti konseling guna meningkatkan kepercayaan diri, relasi sosial, pengembangan diri, dan menambah pengalaman baru. Bagi mantan pecandu diharapkan secara aktif mengikuti konseling yang diselenggarakan oleh Rumah Cemara atau diluar pihak Rumah Cemara.


(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha Abstract

This Reasearch is conducted to gather insights about Psychological Well-Being in A Past Drug Addict at Rumah Cemara Bandung City. The method that used in this research is “Descriptive” with survey method. While sampling, using “Accidental Sampling” Method, with 30 persons as samples.

The Measuring instruments that being use is a translation from “Scale of Psychological Well-Being (SPWB) from Carol Ryff (1989) which consists of 84 items. Based on validity tes with SPSS Statistic 20.0 using Rank Spearman test, then obtained 60 items which valid with the validity items up to 0,330-0,762. The reliability of the measurement tools is measured with “Alpha Cronbach” using SPSS Statistic 20.0 and the result is 0,946 which means this measurement tools had a reliability that classified high.

Based on the research result, it is known that in A Past Drug Addict at Rumah Cemara Bandung, 50% shows high PWB degree and 50% shows low PWB degree. Researchers advise there should be another step research about relation between social support and culture about PWB degree.

Researcher also advise that Rumah Cemara create counseling, to increase self-confidence, social relation, personal growth, and has a new experience. Researcher also advise that a past drug addict participate in counseling which organized Rumah Cemara or the others.


(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDALUHUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9

1.5 Kerangka Pemikiran ... 9


(4)

Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Psychological Well-Being ... 17

2.1.1 Definisi Psychological Well-Being ... 17

2.1.2 Dimensi Psychological Well-Being ... 17

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well Being ... 21

2.1.3.1 Faktor Sosiodemografi ... 21

2.1.3.2 Faktor Dukungan Sosial ... 22

2.2 Usia Dewas Awal ... 23

2.2.1 Definisi dan Batasan Usia Dewasa Awal ... 23

2.2.2 Ciri-ciri Masa Dewasa Awal ... 23

2.3 Penyalahgunaan Narkoba ... 24

2.3.1 Jenis-jenis Narkoba ... 24

2.3.2 Penyebab dan Dampak Penyalahgunaan Narkoba ... 27

2.3.3 Ketergantungan Narkoba ... 27

2.3.4 Relapse ... 28

2.3.5 Tahap-tahap Rehabilitasi bagi Pecandu Narkoba ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 32

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 32

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 33

3.3.1 Variabel Penelitian ... 33

3.3.2 Definisi Operasional ... 33


(5)

Universitas Kristen Maranatha

3.4.1 Alat Ukur Dimensi PWB ... 34

3.4.1.1 Prosedur Pengisian ... 36

3.4.1.2 Sistem Penilaian ... 37

3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 38

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 38

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ... 38

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 39

3.5 Karakteristik Responden dan Teknik Penarikan Sampel ... 40

3.5.1 Karakteristik Responden ... 40

3.5.2 Teknik Penarikan Sampel ... 40

3.6 Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sampel Penelitian ... 42

4.1.1 Berdasarkan Usia ... 42

4.1.2 Berdasarkan Ciri Khas Budaya ... 43

4.2 Hasil Penelitian ... 43

4.2.1 Gambaran PWB Subyek Penelitian ... 43

4.2.2 Gambaran Tabulasi Silang dimensi PWB terhadap PWB Subjek Penelitian ... 44

4.3 Pembahasan ... 47

4.4 Diskusi ... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 53


(6)

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran ... 54

5.2.1 Saran Teoritis ... 54

5.2.2 Saran Praktis ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

DAFTAR RUJUKAN ... 56


(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tabel Kisi-kisi Alat Ukur Dimensi PWB ... 34

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kuesioner Dimensi PWB ... 37

Tabel 3.3 Nilai Median Dimensi-Dimensi PWB ... 38

Tabel 3.4 Kriteria Validitas ... 38

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Guilford ... 39

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 42

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Ciri Khas Budaya 43 Tabel 4.3 Gambaran PWB Subjek Penelitian ... 43

Tabel 4.4 Tabulasi silang Self Acceptance terhadap derajat PWB ... 44

Tabel 4.5 Tabulasi silang Positive Relation with Others terhadap Derajat PWB ... 44

Tabel 4.6 Tabulasi silang Autonomy terhadap derajat PWB ... 45

Tabel 4.7 Tabulasi silang Enviromental Mastery terhadap derajat PWB ... 45

Tabel 4.8 Tabulasi silang Purpose in Life terhadap derajat PWB ... 46


(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir ... 15 Gambar 3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 32


(9)

xv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Kuesioner PWB ... L-1 Lampiran 2 Hasil Validitas dan Reliabilitas ... L-11 Lampiran 3 Kuesioner setelah Validitas ... L-13 Lampiran 4 Identitas Subjek Penelitian ... L-19 Lampiran 5 Skor Total PWB dan Dimensi ... L-20 Lampiran 6 Derajat PWB dan Dimensi ... L-21 Lampiran 7 Gambaran Tambahan Subjek Penelitian ... L-22 Lampiran 8 Hasil Tabulasi Silang ... L-26 Lampiran 9 Profil Rumah Cemara ... L-29 Lampiran 10 Biodata Peneliti ... L-33


(10)

(11)

LAMPIRAN 1 : KUESIONER PWB

KATA PENGANTAR

Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha pada kesempatan kali ini meminta kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner ini. Maksud dari pengisian kuesioner ini adalah melakukan pengambilan data yang berguna dalam penyusunan Skripsi saya yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai

Psychological Well-Being pada Mantan Pencandu Narkoba di Rumah Cemara

Bandung”. Hasil pengambilan data ini bersifat rahasia, maka diharapkan kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya. Atas kesediaan Saudara saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,


(12)

INFORM CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dengan topik Psychological Well-being. Saya juga menyadari bahwa:

1. Identitas saya sebagai responden akan dirahasiakan

2. Saya harus mengisi kuesioner yang diberikan secara lengkap dan jujur 3. Saya dapat bertanya kepada peneliti, jika ada hal yang kurang jelas,

4. Saya dapat menghentikan proses pengisian kuesioner, jika mendapatkan pernyataan atau pertanyaan yang kurang menyenangkan

Bandung, Maret 2016


(13)

Data Pribadi

Nama (inisial) :

Usia :

Data Penunjang

Lingkarilah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Saudara

- Ciri Khas Budaya

a. Kolektif / kebersamaan ( kerja sama, saling ketergantungan, memililki rasa empati terhadap sesama, mementingkan tujuan bersama).

b. Individualis (kemandirian, kurang memerhatikan kepentingan bersama, fokus pada diri sendiri)

- Menurut Saudara, apakah Saudara mendapatkan dukungan sosial yang baik? a. Ya, berasal dari …(masyarakat/keluarga/komunitas)*

b. Tidak


(14)

Kuesioner

Instruksi Pengerjaan :

Dibawah ini terdapat sejumlah pernyataan dan Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberikan tanda checklist ( ) pada salah satu kolom STS (Sangat Tidak Sesuai), TS (Tidak Sesuai), KS (Kurang Sesuai), CS (Cukup Sesuai), S (Sesuai), SS (Sangat Sesuai) yang paling sesuai dengan diri Saudara.

No. Pernyataan STS TS KS CS S SS

1. Saya tidak mampu berpikir positif terhadap kehidupan yang saya jalani 2. Keputusan saya untuk berhenti

mengkonsumsi narkoba berasal dari diri sendiri

3. Saya merasa bertanggung jawab atas pekerjaan saya

4. Saya merasa senang ketika saya sudah tidak mengkonsumsi narkoba

5. Saya memiliki tujuan untuk bekerja walaupun latar belakang saya sebagai mantan pecandu narkoba

6. Terkadang saya mengubah cara berpikir saya sesuai dengan cara berpikir orang-orang di sekitar saya 7. Saya sering merasa kewalahan dengan

tanggung jawab saya

8. Saya sulit untuk peduli dengan teman saya


(15)

No. Pernyataan STS TS KS CS S SS

memiliki potensi di bidang tertentu 10. Saya menilai kelemahan saya lebih

banyak dibandingkan kelemahan orang lain

11. Saya mampu menyuarakan pendapat saya meskipun berbeda dengan orang lain

12. Saya tidak tertarik pada kegiatan yang memperluas pengetahuan saya

13. Apabila saya diminta untuk menjadi pembicara di seminar, saya akan mempersiapkannya dengan baik

14. Menjalin hubungan dekat dengan orang lain membuat saya frustrasi 15. Saya tidak pernah merencanakan

kegiatan saya

16. Saya menerima diri saya baik dari kelebihan dan kekurangan

17. Bagi saya lebih baik mengikuti saran orang lain dibandingkan diri sendiri 18. Saya memiliki cinta dan kasih sayang

untuk orang lain 19. Saya ingin berkeluarga

20. Saya merasa apabila saya membantu teman saya, maka saya juga akan dibantu oleh orang lain

21. Saya dapat menerima pengalaman masa lalu saya dan mengambil makna dari hal tersebut

22. Saya telah mencapai tujuan saya dengan tepat waktu


(16)

No. Pernyataan STS TS KS CS S SS

yang orang lain pikirkan tentang saya sebagai mantan pecandu narkoba 24. Saya dapat bekerja dan mau gotong

royong dengan tetangga saya

25. Saya mengalami kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang hangat

26. Saya harus lebih menjiwai diri saya untuk mengetahui potensi yang saya miliki

27. Saya tidak tahu bagaimana cara mencapai tujuan

28. Saya melakukan kesalahan di masa lalu, tetapi saya anggap hal tersebut sebagai suatu pembelajaran dalam hidup

29. Saya menilai diri saya dengan apa yang saya anggap penting, bukan oleh nilai-nilai apa yang orang lain anggap penting

30. Saya mengabaikan kesempatan yang datang kepada saya

31. Saya merasa nyaman berbicara dengan orang lain di komunitas

32. Bagi saya, hidup merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat terus bertumbuh dan berkembang

33. Saya merasa terasingkan saat saya kembali ke lingkungan sosial saya 34. Saya merasa tertekan ketika saya tidak

dapat mengelola urusan sehari-hari 35. Saya mengikuti ajakan teman-teman


(17)

No. Pernyataan STS TS KS CS S SS

untuk bergabung di organisasi ini 36. Saya memiliki kepercayaan diri

37. Saya adalah orang yang menyukai kegiatan-kegiatan baru

38. Saya mampu untuk menjadwalkan waktu saya sehingga saya dapat menyesuaikan segala sesuatu yang perlu diselesaikan

39. Saya sulit percaya dengan teman saya 40. Saya mampu mengenal diri saya baik

kelebihan dan kelemahan

41. Saya berubah pikiran tentang suatu keputusan jika teman atau keluarga saya tidak setuju

42. Saya hanya berfokus pada masa sekarang saja

43. Saya ingin masuk ke komunitas lain untuk mendapatkan pengalaman yang baru

44. Saya mengalami kesulitan dalam memilih lingkungan sosial yang saya inginkan

45. Menurut saya penting untuk mendengarkan keluh kesah teman-teman saya mengenai permasalahan mereka

46. Saya membiarkan diri saya seperti ini saja

47. Saya tidak ingin mencoba hal-hal baru dalam melakukan sesuatu- hidup saya baik-baik saja seperti ini


(18)

No. Pernyataan STS TS KS CS S SS

kehidupan saya yang sekarang dengan tidak mengkonsumsi narkoba

49. Saya khawatir mengenai bagaimana orang lain menilai pilihan yang telah saya buat

50. Saya mampu berempati terhadap permasalahan yang dialami oleh teman saya

51. Saya merasa bahwa saya telah banyak berkembang sebagai individu dari waktu ke waktu

52. Saya akan membaca kembali buku-buku saya agar saya bisa studi kembali 53. Saya tidak memiliki banyak teman

yang mau mendengarkan cerita saya 54. Saya mengikuti seminar yang diadakan

oleh organisasi ini dan saya menyukainya

55. Saya merasa putus asa dengan kehidupan saya selanjutnya

56. Keputusan yang saya ambil tidak berdasarkan pengaruh dari keluarga dan kerabat

57. Saya mengikuti seminar yang berasal dari luar organisasi

58. Saya menjalani hidup dengan santai 59. Saya merasa kesepian karena saya

memiliki sedikit teman

60. Saya akan mencari lowongan pekerjaan baik di internet ataupun sumber-sumber lainnya


(19)

No. Pernyataan STS TS KS CS S SS

melakukan perubahan besar dalam hidup saya

62. Saya merasa kehidupan teman saya lebih baik dibandingkan kehidupan saya

63. Saya mengubah dirinya menjadi lebih baik sesuai dengan harapan dan keinginan saya

64. Saya tidak terlalu cocok dengan tetangga saya ataupun masyarakat disekitar saya

65. Saya belum memikirkan masa depan saya selanjutnya

66. Saya dapat meluangkan waktu untuk teman-teman saya

67. Saya tidak senang berada dalam situasi baru yang mengharuskan saya mengubah cara lama saya dalam melakukan berbagai hal

68. Kehidupan sehari-hari saya sibuk, tetapi saya memperoleh kepuasan dalam menjalaninya

69. Saya iri dengan kehidupan orang lain 70. Saya ingin melanjutkan studi saya

kembali

71. Saya senang dapat bertindak sesuai dengan keyakinan saya

72. Saya mau menjadi pembicara seminar di organisasi saya atau komunitas lain 73. Saya akan aktif bertanya kepada teman

mengenai jadwal seminar sepekan mendatang


(20)

No. Pernyataan STS TS KS CS S SS

74. Dengan pengalaman saya di masa lalu, saya telah mendapatkan banyak pelajaran tentang kehidupan yang membuat saya menjadi orang yang kuat

75. Saya merasa tertekan saat menjalani kegiatan sehari-hari saya

76. Saya memiliki target dan berusaha untuk membuatnya menjadi nyata 77. Secara keseluruhan saya merasa

kecewa dengan hidup yang saya jalani 78. Saya tidak takut menyuarakan

pendapat saya bahkan ketika bertentangan pendapat dengan kebanyakan orang

79. Saya aktif dalam membantu kegiatan yang ada di organisasi ini

80. Saya merasa saya belum meningkatkan kapasitas saya seperti orang lain selama bertahun-tahun

81. Saya telah menetapkan tujuan saya, tetapi tampaknya seperti sia-sia

82. Saya mendapat manfaat yang banyak dari persahabatan saya di organisasi ini

83. Apabila waktu dapat terulang, akan ada banyak hal yang akan saya ubah

84. Saya bertanggung jawab terhadap kehidupan sehari-hari dengan cukup baik


(21)

LAMPIRAN 2 : HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Self Acceptance Positive Relation with Others

Item Validitas Keterangan Item Validitas Keterangan

1 0,400 Valid 8 0,700 Valid

4 0,342 Valid 14 0,698 Valid

10 -0,243 Tidak Valid 18 0,671 Valid

16 0,698 Valid 20 -0,233 Tidak Valid

21 0,595 Valid 25 0,407 Valid

28 0,333 Valid 31 0,390 Valid

36 0,719 Valid 33 0,690 Valid

40 0,619 Valid 39 0,434 Valid

48 0,608 Valid 45 0,269 Tidak Valid

55 0,725 Valid 50 0,260 Tidak Valid

62 0,414 Valid 53 0,605 Valid

69 0,711 Valid 59 0,680 Valid

77 0,593 Valid 66 0,468 Valid

83 0,381 Valid 82 0,525 Valid

Autonomy Enviromental Mastery

Item Validitas Keterangan Item Validitas Keterangan

2 0,381 Valid 3 0,381 Valid

6 0,401 Valid 7 0,164 Tidak Valid

11 0,698 Valid 13 0,690 Valid

17 0,288 Tidak Valid 24 0,260 Tidak Valid

23 0,407 Valid 30 0,548 Valid

29 0,333 Valid 34 0,190 Tidak Valid

35 0,252 Tidak Valid 38 0,387 Valid

41 0,457 Valid 44 0,656 Valid

46 0,414 Valid 54 0,438 Valid

49 0,235 Tidak Valid 64 0,247 Tidak Valid

56 0,145 Tidak Valid 68 0,330 Valid

63 0,404 Valid 75 0,594 Valid

71 0,366 Valid 79 0,419 Valid


(22)

Purpose in Life Personal Growth

Item Validitas Keterangan Item Validitas Keterangan

5 0,401 Valid 9 0,167 Tidak Valid

15 0,212 Tidak Valid 12 0,700 Valid

19 0,595 Valid 26 0,136 Tidak Valid

22 0,169 Tidak Valid 32 0,758 Valid

27 0,752 Valid 37 0,535 Valid

42 0,172 Tidak Valid 43 0,394 Valid

52 0,368 Valid 47 0,394 Valid

58 0,476 Tidak Valid 51 0,776 Valid

60 0,228 Tidak Valid 57 0,476 Valid

65 0,762 Valid 61 0,505 Valid

70 0,128 Tidak Valid 67 0,384 Valid

73 0,441 Tidak Valid 72 0,172 Tidak Valid

76 0,527 Valid 74 0,695 Valid

81 0,671 Valid 80 0,097 Tidak Valid

Reliabilitas Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(23)

LAMPIRAN 3 : KUESIONER SETELAH VALIDITAS

Kuesioner

Instruksi Pengerjaan :

Dibawah ini terdapat sejumlah pernyataan dan Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberikan tanda checklist ( ) pada salah satu kolom STS (Sangat Tidak Sesuai), TS (Tidak Sesuai), KS (Kurang Sesuai), CS (Cukup Sesuai), S (Sesuai), SS (Sangat Sesuai) yang paling sesuai dengan diri Saudara.

No. Pernyataan STS TS KS CS S SS

1. Saya tidak mampu berpikir positif terhadap kehidupan yang saya jalani 2. Keputusan saya untuk berhenti

mengkonsumsi narkoba berasal dari diri sendiri

3. Saya merasa bertanggung jawab atas pekerjaan saya

4. Saya merasa senang ketika saya sudah tidak mengkonsumsi narkoba

5. Saya memiliki tujuan untuk bekerja walaupun latar belakang saya sebagai mantan pecandu narkoba

6. Terkadang saya mengubah cara berpikir saya sesuai dengan cara berpikir orang-orang di sekitar saya 7. Saya sulit untuk peduli dengan teman

saya


(24)

No. Pernyataan STS TS KS CS S SS

saya meskipun berbeda dengan orang lain

9. Saya tidak tertarik pada kegiatan yang memperluas pengetahuan saya

10. Apabila saya diminta untuk menjadi pembicara di seminar, saya akan mempersiapkannya dengan baik

11. Menjalin hubungan dekat dengan orang lain membuat saya frustrasi 12. Saya menerima diri saya baik dari

kelebihan dan kekurangan

13. Saya memiliki cinta dan kasih sayang untuk orang lain

14. Saya ingin berkeluarga

15. Saya dapat menerima pengalaman masa lalu saya dan mengambil makna dari hal tersebut

16. Saya cenderung kuatir dengan apa yang orang lain pikirkan tentang saya sebagai mantan pecandu narkoba

17. Saya mengalami kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang hangat

18. Saya tidak tahu bagaimana cara mencapai tujuan

19. Saya melakukan kesalahan di masa lalu, tetapi saya anggap hal tersebut sebagai suatu pembelajaran dalam hidup

20. Saya menilai diri saya dengan apa yang saya anggap penting, bukan oleh nilai-nilai apa yang orang lain anggap


(25)

No. Pernyataan STS TS KS CS S SS

penting

21. Saya mengabaikan kesempatan yang datang kepada saya

22. Saya merasa nyaman berbicara dengan orang lain di komunitas

23. Bagi saya, hidup merupakan suatu proses pembelajaran untuk dapat terus bertumbuh dan berkembang

24. Saya merasa terasingkan saat saya kembali ke lingkungan sosial saya 25. Saya memiliki kepercayaan diri

26. Saya adalah orang yang menyukai kegiatan-kegiatan baru

27. Saya mampu untuk menjadwalkan waktu saya sehingga saya dapat menyesuaikan segala sesuatu yang perlu diselesaikan

28. Saya sulit percaya dengan teman saya 29. Saya mampu mengenal diri saya baik

kelebihan dan kelemahan

30. Saya berubah pikiran tentang suatu keputusan jika teman atau keluarga saya tidak setuju

31. Saya ingin masuk ke komunitas lain untuk mendapatkan pengalaman yang baru

32. Saya mengalami kesulitan dalam memilih lingkungan sosial yang saya inginkan

33. Saya membiarkan diri saya seperti ini saja


(26)

No. Pernyataan STS TS KS CS S SS

dalam melakukan sesuatu- hidup saya baik-baik saja seperti ini

35. Saya bangga akan diri saya dengan kehidupan saya yang sekarang dengan tidak mengkonsumsi narkoba

36. Saya merasa bahwa saya telah banyak berkembang sebagai individu dari waktu ke waktu

37. Saya akan membaca kembali buku-buku saya agar saya bisa studi kembali 38. Saya tidak memiliki banyak teman

yang mau mendengarkan cerita saya 39. Saya mengikuti seminar yang diadakan

oleh organisasi ini dan saya menyukainya

40. Saya merasa putus asa dengan kehidupan saya selanjutnya

41. Saya mengikuti seminar yang berasal dari luar organisasi

42. Saya merasa kesepian karena saya memiliki sedikit teman

43. Saya menyerah untuk mencoba melakukan perubahan besar dalam hidup saya

44. Saya merasa kehidupan teman saya lebih baik dibandingkan kehidupan saya

45. Saya mengubah dirinya menjadi lebih baik sesuai dengan harapan dan keinginan saya

46. Saya belum memikirkan masa depan saya selanjutnya


(27)

No. Pernyataan STS TS KS CS S SS

47. Saya dapat meluangkan waktu untuk teman-teman saya

48. Saya tidak senang berada dalam situasi baru yang mengharuskan saya mengubah cara lama saya dalam melakukan berbagai hal

49. Kehidupan sehari-hari saya sibuk, tetapi saya memperoleh kepuasan dalam menjalaninya

50. Saya iri dengan kehidupan orang lain 51. Saya senang dapat bertindak sesuai

dengan keyakinan saya

52. Dengan pengalaman saya di masa lalu, saya telah mendapatkan banyak pelajaran tentang kehidupan yang membuat saya menjadi orang yang kuat

53. Saya merasa tertekan saat menjalani kegiatan sehari-hari saya

54. Saya memiliki target dan berusaha untuk membuatnya menjadi nyata 55. Secara keseluruhan saya merasa

kecewa dengan hidup yang saya jalani 56. Saya aktif dalam membantu kegiatan

yang ada di organisasi ini

57. Saya telah menetapkan tujuan saya, tetapi tampaknya seperti sia-sia

58. Saya mendapat manfaat yang banyak dari persahabatan saya di organisasi ini

59. Apabila waktu dapat terulang, akan ada banyak hal yang akan saya ubah


(28)

No. Pernyataan STS TS KS CS S SS

60. Saya bertanggung jawab terhadap kehidupan sehari-hari dengan cukup baik


(29)

LAMPIRAN 4 : IDENTITAS SUBJEK PENELITIAN

No Responden Usia Ciri Khas Budaya

1 RN 26 kolektif

2 E 26 kolektif

3 JP 25 kolektif

4 K 30 kolektif

5 IND 25 kolektif

6 KAH 25 kolektif

7 R 25 kolektif

8 J 33 kolektif

9 GA 28 kolektif

10 A 26 kolektif

11 YOZ 30 kolektif

12 FDY 26 kolektif

13 KR 25 kolektif

14 K 30 kolektif

15 K 33 kolektif

16 RH 33 kolektif

17 L 28 kolektif

18 JL 28 kolektif

19 DY 30 kolektif

20 DN 28 kolektif

21 RAT 30 kolektif

22 E 25 kolektif

23 EF 25 kolektif

24 CS 25 kolektif

25 TC 33 kolektif

26 NSS 28 kolektif

27 DH 26 kolektif

28 RT 30 kolektif

29 SK 26 kolektif


(30)

LAMPIRAN 5 : SKOR TOTAL PWB DAN DIMENSI

No. Self

Acceptance

Positive Relation with Others

Autonomy Enviromental Mastery Purpose in Life Personal Growth Total PWB

1 62 55 45 49 34 48 293

2 60 55 45 44 29 34 267

3 60 49 41 48 32 48 278

4 72 55 47 50 31 53 308

5 64 52 45 47 39 47 294

6 42 36 36 38 26 40 218

7 55 57 45 47 33 46 283

8 67 55 41 45 35 51 294

9 72 54 49 56 40 51 322

10 56 51 39 43 33 48 270

11 67 59 45 58 41 56 326

12 53 43 33 44 32 47 252

13 52 45 35 48 35 47 262

14 59 46 36 45 30 38 254

15 61 54 44 47 37 51 294

16 66 56 45 48 37 52 304

17 67 56 46 56 34 53 312

18 55 40 43 39 25 33 235

19 69 62 47 55 41 56 330

20 78 63 48 53 37 48 327

21 59 47 41 44 32 52 275

22 52 45 35 48 35 47 262

23 60 46 36 45 30 38 255

24 62 54 44 47 37 51 295

25 67 56 45 48 37 52 305

26 66 56 46 57 34 53 312

27 56 40 43 39 25 33 236

28 71 62 47 55 41 56 332

29 77 62 48 54 37 48 326


(31)

LAMPIRAN 6 : DERAJAT PWB DAN DIMENSI-DIMENSINYA

No. Self

Acceptance

Positive Relation with Others

Autonomy Enviromental Mastery Purpose in Life Personal Growth Total PWB

1 rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi rendah

2 rendah tinggi tinggi rendah rendah rendah rendah

3 rendah rendah rendah tinggi rendah tinggi rendah

4 tinggi tinggi tinggi tinggi rendah tinggi tinggi

5 tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi

6 rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah

7 rendah tinggi tinggi rendah rendah rendah rendah

8 tinggi tinggi rendah rendah tinggi tinggi tinggi

9 tinggi rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi

10 rendah rendah rendah rendah rendah tinggi rendah

11 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi

12 rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah

13 rendah rendah rendah tinggi tinggi rendah rendah

14 rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah

15 rendah rendah rendah rendah tinggi tinggi tinggi

16 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi

17 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi

18 rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah

19 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi

20 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi

21 rendah rendah rendah rendah rendah tinggi rendah

22 rendah rendah rendah tinggi tinggi rendah rendah

23 rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah

24 rendah rendah rendah rendah tinggi tinggi tinggi

25 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi

26 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi

27 rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah

28 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi

29 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi


(32)

LAMPIRAN 7 : GAMBARAN TAMBAHAN SUBJEK PENELITIAN

7A. Gambaran Mantan Pecandu Berdasarkan Ciri Khas Budaya

Tabel 7.A Gambaran Mantan Pecandu Berdasarkan Ciri Khas Budaya

Ciri Khas Budaya Jumlah Persentase

Kolektif 30 100%

Individualis 0 0%

Total 30 100%

Sebanyak 30 mantan pecandu (100%) memiliki ciri khas budaya yang kolektif dan tidak mantan pecandu (0%) memiliki ciri khas budaya individualis.

7B. Gambaran Mantan Pecandu Berdasarkan Sumber Dukungan Sosial yang didapatkan

Tabel 7.B.1 Gambaran Mantan Pecandu Berdasarkan Dukungan Sosial yang di dapat

Dukunga Sosial Jumlah Persentase

Ya 30 30%

Tidak 0 0%

Total 30 100%

Sebanyak 30 mantan pecandu (100%) mendapatkan dukungan sosial dan 0 (0%) mantan pecandu yang tidak mendapatkan dukungan sosial.


(33)

Tabel 7.B.2 Gambaran Mantan Pecandu Berdasarkan Sumber Dukungan Sosial yang Didapatkan

Sumber Jumlah Persentase

Masyarakat 6 20%

Keluarga 7 23%

Komunitas 17 57%

Tidak ada 0 0%

Total 30 100%

Sebanyak 6 mantan pecandu (20%) mendapatkan dukungan yang berasal dari masyarakat, 7 mantan pecandu (23%) mendapatkan dukungan yang berasal dari keluarga, 17 mantan pecandu (57%) mendapatkan dukungan yang berasal dari komunitas.


(34)

(35)

LAMPIRAN 8 : HASIL TABULASI SILANG

Tabel 8.A Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan Dimensi PWB Tabel 8.A.1 Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan

Dimensi Self Acceptance

Usia Self Acceptance Total

Rendah Tinggi 25

tahun

7 1 8

23% 3% 27%

26 tahun

5 1 6

17% 3% 20%

28 tahun

2 4 6

7% 13% 20%

30 tahun

2 4 6

7% 13% 20%

33 tahun

1 3 4

3% 10% 13%

Total 14 16 30

47% 53% 100%

Tabel 8.A.2 Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan Dimensi Positive Relation with Others

Usia

Positive Relation

with Others Total

Rendah Tinggi 25

tahun

7 1 8

23% 3% 27%

26 tahun

3 3 6

10% 10% 20%

28 tahun

2 4 6

7% 13% 20%

30 tahun

2 4 6

7% 13% 20%

33 tahun

1 3 4

3% 10% 13%

Total 14 16 30


(36)

Tabel 8.A.3 Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan Dimensi Autonomy

Usia Autonomy Total

Rendah Tinggi 25

tahun

6 2 8

20% 7% 27%

26 tahun

3 3 6

10% 10% 20%

28 tahun

1 5 6

3% 17% 20%

30 tahun

2 4 6

7% 13% 20%

33 tahun

2 2 4

7% 7% 13%

Total 14 16 30

47% 53% 100%

Tabel 8.A.4 Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan Dimensi Enviromental Mastery

Usia Enviromental Mastery Total

Rendah Tinggi

25 tahun 5 3 8

17% 10% 27%

26 tahun 4 2 6

13% 7% 20%

28 tahun 2 4 6

7% 13% 20%

30 tahun 2 4 6

7% 13% 20%

33 tahun 2 2 4

7% 7% 13%

Total 15 15 30


(37)

Tabel 8.A.5 Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan Dimensi Purpose in Life

Usia Purpose in Life Total

Rendah Tinggi 25

tahun

4 4 8

13% 13% 27%

26 tahun

4 2 6

13% 7% 20%

28 tahun

2 4 6

7% 13% 20%

30 tahun

3 3 6

10% 10% 20%

33 tahun

0 4 4

0% 13% 13%

Total 14 16 30

47% 53% 100%

Tabel 8.A.6 Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan Dimensi Personal Growth

Usia Personal Growth Total

Rendah Tinggi 25

tahun

6 2 8

20% 7% 27%

26 tahun

3 3 6

10% 10% 20%

28 tahun

2 4 6

7% 13% 20%

30 tahun

1 5 6

3% 17% 20%

33 tahun

0 4 4

0% 13% 13%

Total 14 16 30


(38)

Tabel 8.B Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan Dimensi PWB Tabel 8.B.1 Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan

Dimensi Self Acceptance

Dukungan Sosial

Self Acceptance

Total

Rendah Tinggi

Rendah 12 2 14

85,71% 14,29% 100%

Tinggi 5 11 16

31,25% 68,75% 100% Tabel 8.B.2 Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan

Dimensi Positive Relations with Other

Dukungan Sosial

Positive relation with

Others Total

Rendah Tinggi

Rendah 13 2 15

86,67% 13,33% 100%

Tinggi 2 13 15

13,33% 86,67% 100% Tabel 8.B.3 Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan

Dimensi Autonomy

Dukungan Sosial

Autonomy

Total

Rendah Tinggi

Rendah 10 3 13

76,92% 23,08% 100%

Tinggi 4 13 17

23,53% 76,47% 100% Tabel 8.B.4 Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan

Dimensi Enviromental Mastery

Dukungan Sosial

Enviromental Mastery

Total

Rendah Tinggi

Rendah 11 3 14

78,57% 21,43% 100%

Tinggi 4 12 16


(39)

Tabel 8.B.5 Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan Dimensi Purpose in Life

Dukunga Sosial

Purpose in Life

Total

Rendah Tinggi

Rendah 11 4 15

73,33% 26,67% 100%

Tinggi 2 13 15

13,33% 86,67% 100% Tabel 8.B.6 Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan

Dimensi Personal Growth

Dukungan Sosial

Personal Growth

Total

Rendah Tinggi

Rendah 10 2 12

83,33% 16,67% 100%

Tinggi 2 16 18


(40)

LAMPIRAN 9 : PROFIL RUMAH CEMARA

 Visi: Indonesia tanpa diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS dan orang yang menggunakan narkoba

 Misi: terciptanya kualitas hidup yang lebih baik bagi orang dengan HIV/AIDS dan pengguna narkoba di Indonesia

 Tujuan: Dengan kedua semangat dukungan sebaya dan profesionalisme, Rumah Cemara bekerja untuk:

• Mengurangi bahaya dari kecanduan narkoba

• Memberikan Perawatan, Dukungan Psycho - sosial, dan Pengobatan untuk orang dengan HIV/AIDS

• Mencegah infeksi HIV di antara yang paling populasi yang berisiko

• Melibatkan masyarakat umum dalam kegiatan yang mengurangi diskriminasi mereka terhadap orang dengan HIV dan kecanduan narkoba

 Cakupan: keanggotaan Rumah Cemara ini merupakan jaringan terbesar orang yang hidup dengan HIV dan orang yang menggunakan narkoba di Jawa Barat, Indonesia. Pada Desember 2009, Rumah Cemara telah dirawat 200 pengguna narkoba di Pusat Pengobatan kami. keanggotaan kami meliputi 4.317 orang dengan HIV/AIDS dan pengguna narkoba, dan 1.276 orang yang terkena HIV/AIDS dalam 61 kelompok dukungan sebaya, termasuk 3 lokasi kantor di Bandung, Sukabumi, dan Cianjur

 Nilai inti:

• Menghormati hak-hak individu

• Menghormati perbedaan jenis kelamin, ras, dan orientasi seksual

• Komitmen untuk mencapai kesepakatan dengan para pemangku kepentingan masyarakat


(41)

• Tingginya kadar transparansi

• Independensi dalam sikap dan pengambilan keputusan

• Tidak berafiliasi dengan partai politik

• Keterbukaan terhadap hubungan kerja yang konstruktif dengan beragam pemangku kepentingan


(42)

SEJARAH

2003 Rumah Cemara didirikan pada tanggal 1 Januari 2003 oleh lima pecandu narkoba pulih yang percaya bahwa jika perubahan itu terjadi dalam masyarakat , perubahan itu harus dimulai dari dalam komunitas pengguna narkoba .

Rumah Cemara secara hukum dilembagakan sebagai organisasi berbasis masyarakat di Jawa Barat , dan sebagai unit kerja dari Insan Hamdani Foundation

Setelah mendirikan Pusat Perawatan untuk pengguna narkoba , lima pendiri RC menyadari bahwa masalah HIV / AIDS itu mempengaruhi sebagian besar penduduk , khususnya pengguna narkoba suntik . Mereka memutuskan untuk kembali fokus pada dua kelompok sasaran , yaitu orang-orang yang menggunakan obat-obatan dan orang yang hidup dengan HIV / AIDS , sebagai penerima manfaat dari layanan mereka .

Pada 12 Maret 2003 Rumah Cemara membentuk divisi khusus bernama Bandung Plus Support , untuk menyediakan layanan peer- menyebabkan orang dengan HIV / AIDS dari berbagai latar belakang baik melalui individu dan kelompok pendekatan .

2004 Rumah Cemara menciptakan divisi Outreach untuk populasi paling berisiko tertular HIV , seperti pengguna narkoba , pekerja seks laki-laki dan perempuan , dan tahanan .

2005 Rumah Cemara membuka kantor cabang di kota-kota Sukabumi dan Cianjur , karena layanan bagi pengguna narkoba dan orang dengan HIV / AIDS adalah insuffcient di kedua kota , meskipun tingginya jumlah orang yang membutuhkan


(43)

layanan ini .

2006 The Rumah Cemara Interminal Football Club didirikan , melibatkan staf dan anggota sebagai pemain dalam pertandingan sepak bola mingguan , termasuk pertandingan di penjara , untuk mengurangi diskriminasi tentang HIV / AIDS dan membuktikan bahwa kecanduan dan HIV dapat diatasi dengan gaya hidup sehat .

2007 Bandung Plus Support secara resmi digagas Grup Jawa Barat oleh Spiritia , Jaringan Nasional kelompok dukungan HIV / AIDS

2008 Rumah Cemara memulai program klinik untuk memberikan layanan kesehatan dasar kepada orang-orang di daerah pedesaan di Bandung yang tak punya akses , sekaligus mengurangi stigma sekitar HIV / AIDS

2009 Rumah Cemara adalah menghubungkan Organisasi HIV / AIDS Alliance International.

2010 Rumah Cemara meluncurkan kampanye penggalangan dana yang disebut " For Life " untuk melibatkan masyarakat umum lokal sebagai pendukung Rumah Cemara.

Rumah Cemara Interminal Football Club diundang untuk mewakili Indonesia di turnamen internasional Piala Dunia Tunawisma


(44)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Permasalahan narkoba merupakan hal yang tidak asing terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. (http://www.bnn.go.id/).

Menurut perkiraan BNN, saat ini ada sekitar 5,6 juta pengguna narkoba. Dampak dari kecanduan narkoba (drugs addiction) meliputi aspek fisik, mental, psikis dan sosial. Dampak fisik yang diakibatkan dari kecanduan narkoba adalah fisik lemah sehingga rentan terhadap berbagai macam penyakit, gangguan dan kerusakan fungsi organ vital (seperti otak, jantung dan paru-paru). Fisik yang lemah menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit, yang terparah adalah terserang virus HIV/AIDS. Penggunaan narkoba akan merusak organ tubuh lainnya, seperti sistem saraf pusat bahkan bisa menyebabkan kematian jika mengalami over

dosis (OD).

Dampak psikis yang diakibatkan kecanduan narkoba adalah emosi yang terganggu (mudah tersinggung), paranoid, depresi, agresi, cemas, dan gangguan psikosis. Dampak lain yang timbul adalah kebiasaan-kebiasaan negatif, seperti melamun, berbohong dan mencuri. Dampak sosial dari penggunaan narkoba bisa membawa orang yang bersangkutan terjebak ke dalam pergaulan bebas (free sex) demi mendapatkan uang atau narkoba. Selain itu dampak jangka panjang yang


(45)

Universitas Kristen Maranatha muncul adalah menurunnya kualitas sumber daya manusia, gangguan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial, dan ancaman bahaya hancurnya kehidupan keluarga. Menurunnya kualitas sumber daya ini disebabkan karena rata-rata pengguna narkoba adalah remaja atau individu dengan masa-masa produktif (19-30 tahun). (http://www.depkes.go.id).

Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 menyatakan bahwa pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Di Indonesia, terdapat 105 unit panti rehabilitasi (www.nasional.tempo.co) yang sebenarnya masih dinilai kurang memadai mengingat jumlah pecandu yang terus meningkat. Rehabilitasi sangat diperlukan agar pecandu narkoba tidak lagi terlibat dalam mengonsumsi narkoba yang terus menerus dapat merusak kehidupan mereka. Setelah menjalani berbagai macam terapi dari rehabilitasi, pada akhirnya pecandu narkoba akan menjadi mantan pecandu narkoba dan siap terjun untuk kembali pada kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 Pasal 1 angka 13, menyebutkan Pecandu adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Sehingga mantan pecandu narkoba memiliki arti seseorang yang sudah tidak menggunakan narkoba atau tidak bergantung pada Narkotika, baik secara fisik dan psikisnya.

Bukan hanya pemerintah saja yang mendirikan panti rehabilitasi, tetapi dari berbagai elemen masyarakat juga menciptakan dan membangun komunitas mantan pecandu narkoba sebagai upaya rehabilitasi. Salah satu komunitas yang ada di kota Bandung adalah Rumah Cemara.

Rumah Cemara merupakan salah satu komunitas yang menangani orang dengan HIV dan pecandu narkoba di Kota Bandung. Pengurus Rumah Cemara


(46)

Universitas Kristen Maranatha bekerja setiap harinya untuk memberikan pelayanan pencegahan dan perawatan kepada komunitas pecandu narkoba dan HIV. Rumah Cemara ini memiliki tempat rehabilitasi dan juga organisasinya tersendiri. Mantan pecandu dari Rumah Cemara ini dapat berasal dari mantan pecandu yang mendapatkan rehabilitasi di Rumah Cemara dan juga orang-orang luar yang tidak direhabilitasi di Rumah Cemara.

Rumah Cemara didirikan pada tahun 2003 oleh lima orang mantan pecandu yang dilatarbelakangi oleh kondisi sosial para pengidap HIV/AIDS dan pengguna NAPZA yang dianggap sebagai kaum marginal dalam masyarakat. Rumah Cemara didirikan dengan tujuan dapat menjadi wadah atau tempat yang aman bagi orang-orang pengguna narkoba dan pengidap HIV untuk menerima perawatan. Rumah Cemara merupakan jejaring orang dengan HIV/AIDS dan pecandu NAPZA terbesar di Jawa Barat. Komunitas ini memiliki ±45 karyawan (staff), 70% pria dan 30% wanita dengan rentang usia 20-35 tahun. Hampir seluruh karyawan adalah mantan pecandu dan 85% adalah HIV positif. Rumah Cemara sudah memiliki 4.317 klien dengan HIV/AIDS dan pecandu narkoba. (http://rumahcemara.org/en/).

Menurut salah satu karyawan di Rumah Cemara, seseorang yang sudah “sembuh” dalam arti tidak aktif menggunakan narkoba lagi bisa disebut sebagai mantan pengguna narkoba karena telah bersih. Istilah “bersih” yang dimaksud adalah sudah berhenti memakai zat adiktif. Pada kenyataannya, tidak ada istilah “mantan pecandu narkoba” karena apabila seseorang pernah menjadi pecandu maka akan selamanya menjadi pecandu narkoba, karena kecanduan adalah penyakit kronis yang bisa timbul lagi suatu saat walaupun sudah lama berhenti. Menurut salah satu pendiri, pada dasarnya Rumah Cemara didirikan dengan nilai kekeluargaan sehingga seluruh elemen masyarakat dapat bergabung tanpa memandang status sosial di masyarakat (baik pengidap HIV/AIDS dan pecandu narkoba atau tidak).


(47)

Universitas Kristen Maranatha Rumah Cemara merupakan wadah penting bagi para mantan pecandu narkoba. Berbagai mantan pecandu berkumpul untuk bertukar pikiran, mendengarkan setiap keluhan, dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya seperti belajar untuk bekerja sama (teamwork), dan melatih kepercayaan dirinya untuk dapat berbicara di depan umum. Terdapat beberapa metode yang digunakan Rumah Cemara mengenai perawatan dan pendampingan, yaitu Therapeutic Community dan Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat. Metode ini dilakukan dengan cara sharing antar karyawan dan mantan pecandu narkoba berkaitan dengan pengalaman akan kegagalan yang pernah dialami. Melalui sharing pengalaman ini, mantan pecandu narkoba diharapkan dapat menerima masa lalu dan mau berubah agar bermanfaat bagi orang lain.

Rumah Cemara memiliki 45 pengurus yang mau dan mampu membantu mantan pecandu untuk dapat menjalani kehidupan mereka lebih baik. Menurut salah satu dari pengurus Rumah Cemara mengatakan bahwa pada awalnya rata-rata klien memiliki sifat yang sulit untuk diubah. Mereka enggan untuk dapat terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Rumah Cemara. Misalkan, ada suatu acara yang akan diselenggarakan di kemudian harinya, tetapi para klien enggan untuk diajak mengikuti kegiatan tersebut. Klien di Rumah Cemara memilih untuk dapat mengobrol dengan para klien sesama mantan pecandu narkoba. Mereka menjadi acuh dengan kehidupan selanjutnya, yang terpenting adalah mereka sudah tidak menjadi pecandu narkoba. Keinginan untuk belajar seperti membaca buku dan mendengarkan seminar pun sulit untuk dilakukan oleh para klien. Tetapi terdapat beberapa klien yang mau terlibat dalam kepanitiaan kegiatan dan jumlahnya pun tidak terlalu sedikit.

Selain itu Rumah Cemara merupakan komunitas dimana para kliennya memiliki tempat tinggal sendiri, yang artinya Rumah Cemara merupakan sebuah


(48)

Universitas Kristen Maranatha bangunan utuh seperti kantor, yang dimana setiap klien atau pengurus tidak bertempat tinggal di Rumah Cemara tersebut. Disetiap hari sabtu dan minggu, Rumah Cemara ini tutup. Para klien memiliki tugas dan tanggungjawabnya di luar Rumah Cemara, seperti bekerja, menjaga atau mengasuh anak-anaknya yang berada dirumah, dan membersihkan rumahnya. Setelah itu mereka biasanya datang ke Rumah Cemara untuk bersilahturahmi atau mengobrol dengan sesama klien. Terkadang juga mereka membawa teman-temannya untuk mengobrol di Rumah Cemara. Selain itu mereka juga merokok baik perempuan dan laki-laki. Apabila ada tamu yang sedang berkunjung di Rumah Cemara, para klien biasanya tidak menyapa tamunya, sehingga membuat tamu merasa takut untuk datang ke tempat tersebut. Hal ini dirasakan juga oleh mantan pecandu, bahwa para tamu terlihat takut berbicara kepada mereka.

Komunitas ini sekarang memiliki 35 klien yang aktif, yang artinya 35 klien yang sering berkunjung ke Rumah Cemara. Rumah Cemara membuat setiap kliennya merasa nyaman saat sedang berkunjung di Rumah Cemara, sehingga rata-rata klien disana jarang berbaur dengan masyarakat atau tetangga yang berada disekitar Rumah Cemara. Kliennya lebih merasa nyaman apabila berkomunikasi dengan sesama klien atau pengurus yang sedang berada di Rumah Cemara dibandingkan masyarakat luar. Dengan budaya kolektif yang dimiliki oleh setiap klien, membuat kebersamaan adalah arti penting dari kehidupan.

Hal yang membuat para klien tidak berkomunikasi dengan masyarakat luar adalah kebencian mereka terhadap masyarakat yang memandang mereka dengan sebelah mata, yang artinya mereka dianggap rendah dan juga dikucilkan. Hal ini juga yang membuat mereka untuk tidak peduli dengan orang lain.

Setiap orang memiliki perbedaan, terutama fisik dan psikologisnya. Tidak ada orang yang memiliki kesamaan yang paling persis. Begitu juga dengan penilaian


(49)

Universitas Kristen Maranatha pengalaman hidupnya. Contohnya, perbedaan kemampuan berpikir orang yang mengonsumsi narkoba berbeda dengan orang yang tidak pernah menggunakan narkoba. Selain itu juga perbedaan dari berapa lama orang mengonsumsi narkoba, begitu juga dengan pengalaman hidupnya. Orang yang tidak mengonsumsi narkoba memiliki pengalaman hidup yang berbeda dengan orang yang mengonsumsi narkoba. Pengalaman hidup pada mantan pecandu narkoba biasanya lebih memiliki pengalaman yang buruk di bandingkan dengan orang yang tidak mengonsumsi narkoba. Pengalaman hidup mereka dirasakan sia-sia dan tidak memiliki nilai yang berharga. Karena itu setiap manusia berbeda. Mantan pecandu memiliki rasa kurang percaya diri yang lebih tinggi daripada orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya beban mental dan juga diskriminasi (diasingkan) oleh masyarakat sekitar.

Mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara memiliki pengalaman hidup berbeda dengan individu pada umumnya. Sebanyak 70% (7 orang) dari 10 orang mantan pecandu yang di survey awal menilai bahwa kehidupan merupakan hal yang mengerikan, karena di dalam kehidupannya mereka merasa tidak dipedulikan, dipandang rendah, dan dijauhi oleh orang-orang disekitarnya. Sebelum bergabung di Rumah Cemara, mereka dihadapkan pada situasi-situasi sulit seperti dikucilkan sehingga mereka tidak mau berbaur dengan masyarakat. Hal ini disebabkan karena banyaknya stigmatisasi dan diskriminasi masyarakat terhadap pengguna narkoba. Sedangkan 30% (3 orang) dari 10 orang mantan pecandu yang disurvey awal menilai bahwa kehidupan penuh dengan kebahagiaan. Mereka merasa bahwa keluarga dan orang-orang terdekatnya menjadi penyemangat, selalu memotivasi hidup mereka ke depannya bahwa mereka memiliki mimpi untuk menjadi orang hebat yang sesuai dengan cita-citanya, dan menerima dirinya sebagai mantan pecandu narkoba.


(50)

Universitas Kristen Maranatha Diskriminasi masyarakat terhadap mantan pecandu merupakan hal yang sering dijumpai. Menurut salah satu karyawan Rumah Cemara, diskriminasi dapat membuat mantan pecandu termotivasi untuk relapse yang artinya kembali mengonsumsi narkoba. Selain itu, mantan pecandu kemungkinan akan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Di sisi lain, ada anggota masyarakat yang tidak mendiskriminasi mantan pecandu narkoba dan bahkan terlibat dalam penyembuhan. Misalnya seperti keluarga, kerabat, tetangga yang mendukung mantan pecandu untuk dapat percaya diri dan termotivasi dalam menjalani hidup. Keadaan ini menyebabkan beberapa mantan pecandu untuk bangkit dari masa lalu dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-harinya dengan lebih baik. Para mantan pecandu ini menilai kehidupannya penuh dengan warna dan berbeda dengan orang lain pada umumnya. Salah satu contoh artis mantan pecandu yang bangkit dari keterpurukan adalah Alm. Ustad Jeffry Al Buchori yang menjadi Ustad terkenal di Indonesia dan menjadi panutan bagi jamaahnya.

Dari survey awal, enam mantan pecandu di Rumah Cemara merasa belum mengalami perubahan. Walaupun dirinya sudah berada di Rumah Cemara, tetapi kenangan masa lalu masih sulit dilupakan, seperti hancurnya hubungan keluarga karena narkoba. Keenamnya dijauhi oleh orang-orang terdekat termasuk keluarganya, sehingga menjadikan mantan pecandu merasa diasingkan. Proses perawatan dan pendampingan dirasakan sia-sia. Banyak orang-orang terdekat tidak percaya bahwa mereka akan menjadi lebih baik setelah bergabung di keluarga Rumah Cemara. Sedangkan, empat mantan pecandu di Rumah Cemara mengalami perubahan setelah menerima perawatan dan mengikuti beragam aktivitas di Rumah Cemara. Mantan pecandu mendapatkan banyak informasi dan pengalaman-pengalaman berkaitan


(51)

Universitas Kristen Maranatha dengan penanggulangan narkoba, merasa menemukan tempat yang nyaman dan aman bergabung di Rumah Cemara.

Berbagai kesulitan yang dialami mantan pecandu narkoba pada akhirnya akan memengaruhi kesejahteraan psikologisnya (Psychological Well-Being). Pengalaman menjadi mantan pecandu akan dinilai berbeda-beda pada masing-masing mantan pecandu. Penilaian seseorang terhadap pengalaman-pengalaman hidupnya dinamakan

Psychological Well-Being (Ryff & Singer, 2003). Psychological Well-Being terdiri

atas enam dimensi, yaitu Self-Acceptance, Positive Relation with Other, Autonomy,

Enviromental Mastery, Purpose in Life, dan Personal Growth. Keenam dimensi akan

membentuk Psychological Well-Being. Psychological Well-Being tidak berdiri sendiri melainkan dipengaruhi oleh faktor usia, ciri khas budaya serta faktor dukungan sosial.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 mantan pecandu di Rumah Cemara, didapatkan tujuh mantan pecandu menilai menyalahkan dirinya karena telah melakukan banyak kesalahan di masa lalu dengan mengonsumsi narkoba. Sedangkan tiga mantan pecandu menilai dirinya kuat melewati segala kesulitan di dalam hidup. Kegagalan dianggap suatu pengalaman yang sangat berharga bagi dirinya. Mereka dapat menerima dirinya baik dalam hal positif dan negatif. Hal ini memberikan gambaran mengenai penilaian mantan pecandu terhadap kemampuan dirinya dalam melakukan penerimaan diri.

Sebanyak tujuh mantan pecandu mengatakan walaupun memiliki kesibukan seperti bekerja dan mengurus anak-anak, namun mantan pecandu dapat berbaur dengan teman-teman lainnya, terutama teman-teman di Rumah Cemara. Mantan pecandu menilai bahwa mereka sering sharing tentang kehidupannya. Mereka mengakui bahwa teman di Rumah Cemara lebih memerhatikan dirinya dibandingkan orang lain seperti tetangga atau pun keluarganya. Sedangkan tiga mantan pecandu


(52)

Universitas Kristen Maranatha mengatakan enggan untuk membuka diri dan menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain. Mereka enggan menceritakan permasalahan yang ada. Hal ini memberikan gambaran mengenai penilaian mantan pecandu terhadap kemampuan dirinya dalam menjalin relasi dengan orang lain.

Sebanyak enam mantan pecandu mengatakan bahwa mereka sulit untuk mengambil suatu keputusan secara mandiri. Biasanya mereka menanyakan kepada teman di Rumah Cemara dalam mengambil keputusan. Bagi mereka, teman-teman di Rumah Cemara lebih mengetahui sisi baik dan buruknya dalam pengambilan keputusan. Sedangkan empat mantan pecandu lainnya mengatakan bahwa mereka sudah dapat mengambil keputusan secara pribadi. Biasanya mereka hanya meminta saran kepada teman-teman di Rumah Cemara, setelah itu mereka yang memutuskan sendiri. Hal ini memberikan gambaran mengenai penilaian mantan pecandu terhadap kemampuan dirinya dalam kemandirian.

Sebanyak tujuh orang mantan pecandu mengatakan bahwa sehari-hari mereka menghabiskan waktu dalam berorganisasi di Rumah Cemara. Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari ketujuh mantan pecandu mengalami kesulitan untuk mengatur situasi sehari-hari, seperti pembagian tugas pekerjaan, mengurus anak dan berorganisasi. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di Rumah Cemara dibandingkan tugas pekerjaan yang diembaninya. Sedangkan tiga mantan pecandu lainnya mengatakan dapat membagi waktu antara pekerjaan, keluarga, dan organisasi. Gambaran tersebut menunjukkan penilaian mantan pecandu narkoba terhadap kemampuan dirinya dalam mengelola kehidupan sehari-hari.

Diketahui juga sebanyak enam mantan pecandu memiliki tujuan hidup yang sama, yaitu bekerja dan berkeluarga. Tetapi keenam mantan pecandu tersebut merasa pesimis dengan harapannya tersebut. Hal ini dikarenakan enggannya orang lain untuk


(53)

Universitas Kristen Maranatha dapat menerima dirinya sebagai mantan pecandu. Sedangkan tiga mantan pecandu lainnya masih memiliki harapan dan tujuan hidup untuk dapat bersekolah kembali agar dapat bekerja di perusahaan yang mereka inginkan.

Selain itu, berdasarkan hasil survey awal di dapatkan bahwa empat responden aktif dalam mengikuti kegiatan diorganisasi tersebut seperti mengikuti seminar dan

public speaking untuk pengembangan dirinya. Melalui kegiatan-kegiatan di organisasi

Rumah Cemara mereka merasa semakin berkembang. Sedangkan enam mantan pecandu lainnya mengatakan enggan untuk mengembangkan dirinya seperti mengikuti seminar atau menjadi pembicara di kegiatan tertentu. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak nyaman dengan kegiatan-kegiatan tersebut, dan tidak berniat untuk terlalu aktif dalam mengembangkan dirinya. Hal ini menggambarkan penilaian mantan pecandu terhadap kemampuan dirinya dalam mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki.

Mantan pecandu yang menilai diri dari pengalaman yang dialaminya secara lebih positif memiliki psychological well-being yang tinggi sehingga dapat menjalani hidup dengan lebih baik, bisa beradaptasi dengan lingkungan, memiliki tujuan hidup dan bisa mengembangkan diri dengan mengambil kesempatan-kesempatan yang ada di lingkungan. Sedangkan mantan pecandu yang menilai diri dari pengalaman yang dialaminya secara lebih negatif maka memiliki psychological well-being yang rendah, sehingga memiliki kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan, tidak menjalani kehidupan dengan baik, belum memiliki tujuan hidup dan belum bisa mengembangkan diri dengan optimal.

Oleh karena itu, untuk mencapai derajat psychological well-being yang tinggi merupakan hal yang penting bagi mantan pecandu dewasa awal, agar mantan pecandu dapat menjalani hidup lebih baik, bisa beradaptasi dengan lingkungan, bisa


(54)

Universitas Kristen Maranatha mengembangkan diri secara optimal dan melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan tahap perkembangannya secara lebih positif.

Melihat pentingnya penilaian mantan pecandu terhadap kemampuan dirinya, maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran Psychological Well-Being pada mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui seperti apa gambaran

Psychological Well-Being pada individu mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara

Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mengetahui gambaran Psychological Well-Being pada mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat Psychological Well-Being pada mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

 Memberikan tambahan referensi untuk Ilmu Psikologi, khususnya pada Psikologi Sosial, Perkembangan, dan Psikologi Positif.


(55)

Universitas Kristen Maranatha

 Memberikan informasi kepada peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Psychology Well-Being.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi Kepala Rumah Cemara ataupun pihak-pihak yang terkait (konselor, psikolog) mengenai pentingya Psychological Well-Being bagi individu mantan pecandu dan memberikan gambaran mengenai dimensi PWB sehingga dapat mengetahui dimensi mana yang perlu ditingkatkan dengan cara konseling.

 Memberikan informasi kepada individu mantan pecandu mengenai pentingnya meningkatkan Psychological Well-Being.

1.5 Kerangka Pemikiran

Mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung berada pada usia dewasa awal. Menurut Santrock (2002), dewasa awal berlangsung dari usia 20-35 tahun. Mantan pecandu yang berada pada masa dewasa awal mengalami perubahan dari pola pemikiran dualistik menjadi pola pemikiran beragam. Mantan pecandu mulai memahami bahwa setiap orang memiliki pandangan dan pendapat pribadi masing-masing. Mantan pecandu tidak lagi memandang dunia dalam dualisme mendasar, seperti benar/salah, kita/mereka, atau baik/buruk (William Perry, 1970 dalam Live Span Development: 92).

Mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung dihadapkan pada tuntutan yang lebih besar dibandingkan orang lain yang tidak pernah menggunakan narkoba baik dari lingkungan sekitar dan pekerjaan. Berbagai tantangan yang dihadapi oleh mantan pecandu narkoba akan memengaruhi penilaiannya terhadap kehidupan yang dijalani. Penilaian mantan pecandu narkoba bukan hanya sebatas penilaian terhadap tuntutan


(56)

Universitas Kristen Maranatha melainkan kesuksesan dan kebahagiaan dalam pengalaman hidupnya. Hal inilah yang disebut dengan Psychological Well-Being. Psychological Well-Being merupakan penilaian seseorang terhadap kehidupan yang dijalani (Ryff, 1995). Penilaian mantan pecandu narkoba akan memengaruhi keenam dimensi Psychological Well-Being, yaitu Self-Acceptance, Positive Relation with Others, Autonomy, Enviromental

Mastery, Purpose in Life, dan Personal Growth.

Self-Acceptance merupakan penilaian mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara Bandung terhadap kemampuan dirinya dan pengalaman masa lalunya (Ryff, 1989). Mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya mampu dalam dimensi ini, mampu menerima diri dan juga memiliki kepercayaan diri. Kegagalan dimasa lalu dianggap sebagai sebuah motivasi dalam hidup untuk dapat menjadi pribadi yang lebih menghargai dirinya. Kondisi sebaliknya terjadi pada mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya tidak mampu dalam dimensi ini, yang artinya kesalahan yang ada pada masa lalu dijadikan sebagai sebuah penyesalan, selain itu para mantan pecandu narkoba kurang puas terhadap dirinya dan berharap menjadi orang lain.

Positive Relations with Others adalah penilaian mantan pecandu narkoba di

Rumah Cemara Bandung terhadap kemampuan dirinya dalam menjalin hubungan yang berkualiltas dengan orang lain (Ryff, 1989). Mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya mampu menjalin relasi sosial dengan orang lain tidak hanya sekedar bercengkrama tetapi juga memiliki rasa empati, memahami konsep memberi dan menerima terhadap orang lain. Mantan pecandu tidak merasa sendiri di dunia ini dikarenakan memiliki permasalahan dalam hidupnya. Sebaliknya mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya tidak mampu menjalin relasi dengan orang lain akan memiliki sedikit relasi dalam hidupnya. Mereka juga sulit untuk percaya dengan


(57)

Universitas Kristen Maranatha orang lain dan tidak bersikap hangat dengan orang lain. Selain itu, mantan pecandu menuntut kasih sayang dari orang-orang disekitarnya.

Autonomy adalah penilaian mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara

Bandung terhadap kemandirian dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku (Ryff dan Singer, 1989). Mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya mampu melakukan

Autonomy berani untuk berpendapat sesuai dengan keinganannya, selain itu berani

untuk menolak paksaan orang lain yang tidak sejalan dengan pemikirannya. Mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya tidak mampu untuk melakukan Autonomy akan mengalami kesulitan dalam mengutarakan opininya dan cenderung bersikap konformis. Ia juga mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan karena bergantung pada penilaian dan pendapat orang lain.

Environmental Mastery mengacu pada penilaian mantan pecandu narkoba di

Rumah Cemara Bandung terhadap kemampuan dirinya dalam mengelola kehidupan dan lingkungan sekitar. Mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya mampu akan dapat mengatur waktunya secara efisien dan membuat langkah-langkah efektif dalam mengerjakan tugas sehari-hari. Dalam hal misalnya, mantan pecandu narkoba mampu membagi waktu antara pekerjaan, berorganisasi, dan urusan rumah tangga. Mantan pecandu narkoba juga dapat melihat kesempatan dengan efektif dan menciptakan kondisi lingkungan sekitar sesuai dengan kebutuhan dirinya. Sementara mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya tidak mampu akan mengalami kesulitan dalam mengatur situasi sehari-hari. Hal ini membuat mantan pecandu narkoba merasa tidak puas dengan kehidupan yang dijalaninya, baik dalam kehidupan keluarga dan relasi.

Purpose in Life adalah penilaian mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara

Bandung terhadap kemampuan dalam menentukan dan mencapai tujuan hidup (Ryff dan Singer, 1989). Mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya mampu pada


(58)

Universitas Kristen Maranatha dimensi ini bukan hanya sekedar memiliki tujuan hidup namun juga merasa optimis bahwa dirinya mampu untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya. Selain itu bukan hanya memiliki tujuan saja, tetapi memiliki tujuan hidup yang jelas. Masa lalu dianggap sebagai sebuah tantangan untuk kehidupan kedepannya dengan lebih baik. Sementara mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya tidak mampu pada dimensi ini akan merasa pesimis terhadap apa yang menjadi tujuannya. Mantan pecandu lebih banyak terpaku pada kehidupannya saat ini dan menganggap hidupnya tidak bermakna.

Dimensi terakhir yaitu Personal Growth adalah penilaian mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara Bandung terhadap kemampuan usahanya dalam mengembangkan potensi dan talenta yang dimilikinya (Ryff, 1989). Mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya mampu pada dimensi ini memiliki ketertarikan untuk mengembangkan potensi dan wawasannya. Keberadaan dirinya sebagai mantan pecandu narkoba membuat mereka sadar bahwa perlunya suatu informasi untuk mengembangkan wawasan mereka mengenai langkah-langkah efektif agar tidak mengkonsumsi narkoba kembali, seperti mengikuti seminar atau pelatihan tertentu. Mantan pecandu menyadari potensi diri dan bakatnya sehingga dapat berkembang sebgai seorang manusia dan berguna bagi dirinya dan orang lain disekitarnya. Melalui pengalaman hidupnya, mantan pecandu narkoba akan semakin mengenal dirinya. Disisi lain terdapat mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya tidak mampu untuk melakukan perubahan dalam kehidupannya. Ia juga tidak menyadari potensi dan bakatnya dan tidak mampu mengembangkan dirinya. Ia merasa tidak nyaman apabila dihadapkan pada situasi baru yang menuntutnya untuk mengubah kebiasaan lama dalam melakukan suatu hal sehingga ia cenderung bertahan dengan cara pikir dan tingkah laku tertentu.


(59)

Universitas Kristen Maranatha

Psychological Well-Being pada mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang diantaranya faktor sosiodemografis yang terdiri atas usia dan latar belakang budaya serta dukungan sosial (Ryff & Keyes, 1995,1994; Ryff &Essex, 1992; Sarafino, 1990). Menurut Ryff (1995) faktor usia mempengaruhi dimensi Autonomy, Enviromental Mastery. Bertambahnya usia pada mantan pecandu narkoba akan membuat dirinya lebih matang dan mandiri. Hal ini akan menyebabkan mantan pecandu narkoba merasa lebih yakin dengan keputusan yang dibuatnya. Selain itu, mantan pecandu narkoba belajar untuk mengembangkan kemampuan dirinya sehingga dapat lebih menguasai tuntutan kehidupan sehari-harinya (Enviromental Mastery).

Faktor latar belakang budaya pada mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara seperti individualistik dan kolektivistik. Budaya yang memiliki nilai individualistik berpengaruh pada dimensi seperti Autonomy dan Self-Acceptance, sedangkan kolektivistik akan berpengaruh pada dimensi Psychological Well-Being seperti

Positive Relations with Others namun memiliki nilai yang rendah pada dimensi Autonomy. Mantan pecandu narkoba yang memiliki budaya individualistik cenderung

lebih dapat mengambil keputusan dalam hidupnya (Autonomy) sehingga mantan pecandu narkoba lebih mudah dalam menerima dirinya sendiri (Self-Acceptance). Mantan pecandu narkoba yang memiliki budaya kolektivistik sangat senang berelasi dengan lingkungan sekitar (Positive Relations with Others). Hal ini mengakibatkan mantan pecandu narkoba sulit untuk mandiri dan melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan, perencanaan, maupun aktivitas yang dilakukan sehari-hari (Autonomy).

Faktor dukungan sosial juga turut berpengaruh terhadap dimensi


(60)

Universitas Kristen Maranatha mendapatkan dukungan dari keluarga, komunitas/organisasi yang diikuti, masyarakat dan lain-lain. Dukungan yang diberikan mantan pecandu narkoba akan membuat dirinya merasa dicintai, dipedulikan, dihargai, dan memiliki tempat bagi dirinya untuk bergantung ketika mengalami kesulitan. Tidak adanya dukungan dari orang-orang sekitarnya akan membuat mantan pecandu narkoba merasa sendiri di tengah permasalahan hidupnya karena merasa tidak ada yang dapat diandalkan untuk membantu dirinya.

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir Psychological Well-Being

Dimensi PWB:

1. Self-acceptance

2. Positive Relation With Others

3. Autonomy

4. Environmental Mastery

5. Purpose in life

6. Personal Growth

Rendah Mantan Pecandu

Narkoba di Rumah Cemara Bandung

Tinggi

Faktor-faktor yang mempengaruhi PWB:

1. Sosiodemografis (usia, latar belakang budaya)


(61)

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

 Dalam menghadapi tantangan hidup, setiap mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara Bandung menilai dirinya dengan cara yang berbeda-beda.

 PWB pada mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara Bandung dapat dilihat dari enam dimensinya yaitu: Self Acceptance, Positive Relation with Others, Autonomy,

Environmental Mastery, Purpose in Life, Personal Growth.

Faktor-faktor yang memengaruhi Psychological Well-Being pada mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara Bandung berasal dari faktor sosiodemografik dan dukungan sosial.


(62)

51

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN HASIL

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan hasil interpretasi dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya beserta saran yang terarah sesuai dengan hasil penelitian.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat Psychological

Well-Being (PWB) pada mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung yang menilai PWB yang tinggi dan sebagian mantan pecandu yang menilai PWB yang rendah.

2. Mantan pecandu yang menilai PWB yang tinggi menunjukkan derajat yang tinggi pada dimensi, yaitu Self-Acceptance, Positive Relation With Others, Autonomy,

Enviromental Mastery, Purpose in Life, dan Personal Growth begitu juga

sebaliknya.

3. Seluruh mantan pecandu narkoba menilai Self Acceptance yang rendah menunjukkan PWB yang rendah.

4. Faktor usia tidak berkaitan dengan dimensi Autonomy dan Enviromental Mastery. 5. Dukungan sosial yang berasal dari komunitas menunjukkan derajat yang tinggi

pada empat dimensi PWB, yaitu dimensi Positive Relation with Others, Autonomy,


(63)

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Perlu dipertimbangkan melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh usia, dukungan sosial, dan ciri khas budaya

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi pihak Rumah Cemara (Kepala Organisasi, Konselor) disarankan untuk memberikan konseling bagi mantan pecandu yang lebih intens.

2. Bagi para mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung disarankan untuk mengikuti konseling yang telah ada di Rumah Cemara.


(64)

BEING PADA MANTAN PECANDU NARKOBA DI RUMAH

CEMARA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sidang Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Disusun oleh :

CAROLINA OCTAVIA SIRAIT NRP : 1130185

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG


(65)

(66)

(67)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif mengenai

Psychological Well-Being pada Mantan Pecandu Narkoba di Rumah Cemara

Bandung” dengan baik. Penelitian ini disusun untuk menempuh sidang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Dalam penyelesaian Skripsi ini, ada banyak pihak yang membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. Irene P Edwina, M.Si., Psikolog, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

2. Ibu Ira Adelina, M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan outline penelitian ini.

3. Ibu Djusmierly E., S.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan outline penelitian ini.

4. Seluruh staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranataha yang telah membantu peneliti.

5. Seluruh subyek penelitian yang bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk dapat membantu peneliti dalam pengambilan data.

6. Uday dan Indra, selaku Staff di Rumah Cemara yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di Rumah Cemara Bandung dalam rangka penyusunan outline ini.


(68)

7. Opung, Orangtua, David, dan Nathania terkasih yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun materil.

8. Theo Cosner Tambunan yang selalu menjadi penyemangat, memberi masukan dan dukungan.

9. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Psikologi UKM Angkatan 2011, Rara, Shinta, Jaini, Grecia, Eva, dan Steffani.

10. Terima kasih kepada teman-teman yang lain, Anita Erma, Elysa Surbakti, Debora, Adohari, Kak Christine, Kak Opta, Kak Echa, Kak Stevy, Gege.

11. Keluarga Gerakan Mahasiswa Kristen Bandung (GMKI) cabang Bandung dan Komisariat Maranatha

12. Terimakasih untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti dalam pembuatan penilitian ini.

Bandung, Mei 2016


(69)

53

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Kumar, Ranjit. (1999). Research Methodology: A Step-By-Step Guide for Beginner. New Delhi: SAGE Publications India Pvt Ltd.

Ryff, Carol. (1989). Scales Of Psychological Well-Being. University of Wisconsin: Institute on Aging.

Ryff, Carol. (1989). Happiness is Everything or Is it? Explorations on the Meaning of Pscyhological Well-Being. “Journal of Personality and Social Psychology”.

(Vol 57:1069-1081). University of Wisconsin: America Psychological Association.

Ryff, Carol & Keyes. (1995). The Structure of Psychological Well-Being Revisited “Journal of Personality and Social Psychology”. vol 69:719-727.

Ryff, Carol. Singer, Burton. (2002). From Social Structre to Biology : Integrative

Sciense in Pursuit of Human Health and Well-Being. Dalam Synder, Lopez.

(2002). Handbook of Positive Psychology. New York : Oxford University Press, Inc.

Ryff, C.D & Singer, Burton. (2003). Ironies of the Human Condition : well-being and

health on the way to mortality. Dalam L.G Aspinwall & U.M Staudiner (Eds), A Psychology of human strengths : fundamental questions and future directions for a positive psychology. Washington : American Psychology Association.

Santrock, John W. (2002). Life Span Development Fifth edition. Jakarta : Erlangga. Friedenberg, liza. (1995). Psychological Testing, Design, Analysis, And Use. Boston

Allyn and Bacon.

Hidalgo, Jesus L. T., Bravo., Beatriz N., Martinez, dkk (Ed). (2010). Psychological

Well-Being. Assesment Tools and Related Factors. Dalam Wells, Ingrid E. Psychology

of Emotion, Motivation and Actions hlm 77-113. New York : Nova Secience Publisher, Inc.


(70)

54

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Administrator. (2016). “UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika”. (http://www.bnn.go.id, diakses 23 Februari 2016).

Administrator. (2016). “NAPZA”. (http://www.depkes.go.id, diakses pada tanggal 25 Februari 2016).

Administrator. Tanpa tahun. “Rumah Cemara”. (http://rumahcemara.org/en/, diakses pada tanggal 3 Maret 2016 ).

Dedi. (2016). “Penyalahgunaan Narkoba”. (http://dedihumas.bnn.go.id, diakses pada tanggal 19 April 2016).

Mochtar, Soraya. (2015). Psychological Well-Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita di SLB-C Kota Bandung (Skripsi). 2015. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.


(1)

(2)

(3)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif mengenai

Psychological Well-Being pada Mantan Pecandu Narkoba di Rumah Cemara

Bandung” dengan baik. Penelitian ini disusun untuk menempuh sidang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Dalam penyelesaian Skripsi ini, ada banyak pihak yang membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. Irene P Edwina, M.Si., Psikolog, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

2. Ibu Ira Adelina, M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan outline penelitian ini.

3. Ibu Djusmierly E., S.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan outline penelitian ini.

4. Seluruh staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranataha yang telah membantu peneliti.

5. Seluruh subyek penelitian yang bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk dapat membantu peneliti dalam pengambilan data.

6. Uday dan Indra, selaku Staff di Rumah Cemara yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di Rumah Cemara Bandung dalam rangka penyusunan outline ini.


(4)

viii 7. Opung, Orangtua, David, dan Nathania terkasih yang selalu memberikan

dukungan baik secara moril maupun materil.

8. Theo Cosner Tambunan yang selalu menjadi penyemangat, memberi masukan dan dukungan.

9. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Psikologi UKM Angkatan 2011, Rara, Shinta, Jaini, Grecia, Eva, dan Steffani.

10. Terima kasih kepada teman-teman yang lain, Anita Erma, Elysa Surbakti, Debora, Adohari, Kak Christine, Kak Opta, Kak Echa, Kak Stevy, Gege.

11. Keluarga Gerakan Mahasiswa Kristen Bandung (GMKI) cabang Bandung dan Komisariat Maranatha

12. Terimakasih untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti dalam pembuatan penilitian ini.

Bandung, Mei 2016


(5)

53

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Kumar, Ranjit. (1999). Research Methodology: A Step-By-Step Guide for Beginner. New Delhi: SAGE Publications India Pvt Ltd.

Ryff, Carol. (1989). Scales Of Psychological Well-Being. University of Wisconsin: Institute on Aging.

Ryff, Carol. (1989). Happiness is Everything or Is it? Explorations on the Meaning of Pscyhological Well-Being. “Journal of Personality and Social Psychology”.

(Vol 57:1069-1081). University of Wisconsin: America Psychological Association.

Ryff, Carol & Keyes. (1995). The Structure of Psychological Well-Being Revisited

“Journal of Personality and Social Psychology”. vol 69:719-727.

Ryff, Carol. Singer, Burton. (2002). From Social Structre to Biology : Integrative

Sciense in Pursuit of Human Health and Well-Being. Dalam Synder, Lopez.

(2002). Handbook of Positive Psychology. New York : Oxford University Press, Inc.

Ryff, C.D & Singer, Burton. (2003). Ironies of the Human Condition : well-being and

health on the way to mortality. Dalam L.G Aspinwall & U.M Staudiner (Eds), A Psychology of human strengths : fundamental questions and future directions for a positive psychology. Washington : American Psychology Association.

Santrock, John W. (2002). Life Span Development Fifth edition. Jakarta : Erlangga. Friedenberg, liza. (1995). Psychological Testing, Design, Analysis, And Use. Boston

Allyn and Bacon.

Hidalgo, Jesus L. T., Bravo., Beatriz N., Martinez, dkk (Ed). (2010). Psychological

Well-Being. Assesment Tools and Related Factors. Dalam Wells, Ingrid E. Psychology

of Emotion, Motivation and Actions hlm 77-113. New York : Nova Secience Publisher, Inc.


(6)

54

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Administrator. (2016). “UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika”. (http://www.bnn.go.id, diakses 23 Februari 2016).

Administrator. (2016). “NAPZA”. (http://www.depkes.go.id, diakses pada tanggal 25 Februari 2016).

Administrator. Tanpa tahun. “Rumah Cemara”. (http://rumahcemara.org/en/, diakses pada tanggal 3 Maret 2016 ).

Dedi. (2016). “Penyalahgunaan Narkoba”. (http://dedihumas.bnn.go.id, diakses pada tanggal 19 April 2016).

Mochtar, Soraya. (2015). Psychological Well-Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita di SLB-C Kota Bandung (Skripsi). 2015. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.