PENINGGALAN KEBUDAYAAN MEGALITHIKUM DI DESA SIALLAGAN SEBAGAI OBJEK WISATA.

(1)

Peninggalan Kebudayaan Megalithikum di Desa Siallagan Sebagai

Objek Wisata

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi

Sebagian Pesyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Srikandi Rama Ihut

NIM : 308321072

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Srikandi Rama Ihut. Nim. 308321072. Peninggalan Kebudayaan Megalithikum di Desa Siallagan Sebagai Objek Wisata. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan. 2. Untuk mengidentifikasi peninggalan-peninggalan megalitikum di Desa Siallagan. 3. Untuk mengetahui fungsi dan makna simbolik peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan pada zaman megalitik. 4. Untuk mengetahui peranan peninggalan kebudayaan megalitikum sebagai objek wisata di Desa Siallagan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yakni metode Heuristik dengan pendekatan studi pustaka (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research) yang dilakukan di Desa Siallagan Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Data penelitian ini dikumpulkan dan diperoleh dengan menggunakan teknik studi pustaka, observasi langsung di Desa Siallagan Kecamatan Simanindo, wawancara dengan masyarakat marga Siallagan, serta menggunakan angket kepada setiap pengunjung (wisman dan wisnus) yang datang ke objek wisata ini.

Hasil penelitian menunjukkan: 1. Tradisi megalitik adalah tradisi yang didasari konsep kepercayaan akan adanya roh, adanya kehidupan setelah mati adanya hubungan timbale balik antara orang yang mati dan yang hidup, dan adanya tempat tinggal roh yaitu di tempat-tempat yang tinggi/ gunung/ bukit, serta penghormatan terhadap leluhur. Masyarakat Samosir mengenal tradisi megalitik terbukti dengan adanya berbagai kepercayaan animisme dan dinamisme pada budaya masyarakat Samosir khususnya di Desa Siallagan, salah satunya adalah peninggalan dari batu kursi/persidangan dari raja Siallagan. 2. Adapun tinggalan megalitikum yang terdapat di Desa Siallagan yaitu seperti batu kursi/ persidangan yang dilakukan dari raja Siallagan, Rumah bolon, Kuburan batu dan kubur pahat batu,hau habonaran, tambak kuburan dari keturunan raja Siallagan, tambak tugu dari pendiri Desa Siallagan, patung batu dari pangulubalang. 3. Peninggalan kebudayaan di Desa Siallagan mempunyai fungsi masing-masing. Peninggalan megalitikum di desa ini mempunyai fungsi social dan religi. Fungsi sosial yaitu sebagai hak kepemilikan dan kekuasaan dari Raja Siallagan, dan fungsi religi yaitu sebagai benda yang dikeramatkan. 4. Adapun peranan dari peninggalan kebudayaan megalitik ini sebagai objek wisata yaitu untuk menambah wawasan dari para pengunjung tentang sejarah dari batu kursi/persidangan dari raja Siallagan dan kekuasaan dari Raja Siallagan. Sedangkan bagi penduduk sekitar, dengan adanya objek wisata ini kehidupan ekonomi masyarakat sekitar mulai berubah. Dengan adanya sektor pariwisata di Desa Siallagan memberikan prospek yang cerah bagi terhadap perokonomian keluarga disamping pertanian.


(5)

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... .5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...7

A. Kajian Pustaka ... 7

1. Konsep Peninggalan Sejarah ... 7

2. Konsep Megalitik ... 8

3. Konsep Kebudayaan ... 10

4. Konsep Wisata ... 11

B. Kerangka Teori ... 16

1. Teori yang Berorientasi Kepada Religi...16

2. Teori Fungsi...18

C. Kerangka Berfikir...19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...22

A. Metode Penelitian ... 22

B. Sumber Data...22

C. Teknik Pengumpulan Data ... ...23

D. Teknik Analisis Data ... ...24

BAB IV PEMBAHASAN...25

A. Identitas Wilayah Penelitian………...25


(6)

2. Sejarah Desa………27

3. Demografi………28

4. Keadaan Sosial……….29

5. Keadaan Ekonomi………....34

6. Keadaan Pemerintahan………36

B. Pembahasan Hasil Penelitian………37

1. Karakteristik Megalitik………37

1.1Megalitik di Indonesia………...37

1.2Megalitik di Pulau Samosir………46

2. Latar Belakang Lahirnya Megalitik di Desa Siallagan………48

2.1Religi………..48

2.2Adat Istiadat………...50

2.3Sejarah Lahirnya Batu Kursi………..54

3. Peninggalan Megalitik di Desa Siallagan………60

4. Fungsi dan Makna Simbolik Peninggalan Megalitik di Desa Siallagan.64 4.1Legenda Huta (Desa) Siallagan……….64

4.2Fungsi dan Makna Simbolik Kebudayaan Megalitik………66

5. Peranan Peninggalan Megalitikum Sebagai Objek Wisata………77

5.1Sejarah dimulainya Industri Pariwisata di Kec. Simanindo……….77

5.2Peranan Peninggalan Kebudayaan Megalithikum Sebagai Objek Wisata Di Desa Siallagan...………..81

5.3Pembangunan Pariwisata di Kec. Simanindo Kab. Samosir……….85

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...88

A. Kesimpulan………..88

B. Saran………....89

DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Wilayah Desa Siallagan Pindaraya Per Dusun………...26 Tabel 2. Sarana dan Prasarana Desa………....26 Tabel 3. Luas Wilayah, RT, Jumlah & Kepadatan Pnddk

Menurut Dusun………28 Tabel 4. Sex Ratio Penduduk DS Siallagan Pindaraya

Kec.Simanindo Kab. Samosir………...28 Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Dusun DS. Siallagan

Kec. Simanindo………....29 Tabel 6. Data Penduduk DS. Siallagan Pindaraya

Berdasarkan Agama……….30 Tabel 7. Data Penduduk Desa Siallagan Pindaraya

Berdasarkan Pekerjaan……….32 Tabel 8. Penamaan Kampung di Desa Siallagan Pindaraya………....37


(8)

DAFTAR GAMBAR

Batu Kursi/Persidangan Raja Siallagan...55

Penjara Untuk Tahanan Sebelum Eksekusi...56

Penjahat yang dimasukkan ke dalam tempat pemasungan sebelum dieksekusi...57

Meja Eksekusi...58

Tempat Badan Terdakwa Dibelah...58

Tempat Pemenggalan Kepala...59

Praktek Pemenggalan Kepala di Tempat Eksekusi...60

Salah Satu Rumah Bolon yang ada di Desa Siallagan...68

Tempat Sesajen...69

Alat Tenun Ulos Orang Batak Yang Terdapat Di Rumah Bolon...69

Pohon Hariara (Hau Habonaran)...71

Kubur batu dari Keturunan Raja Siallagan...73

Tambak Makam dari Keturunan Raja Siallagan...74

Sulur-suluran Pada Rumah Bolon...75

Pangulubalang Setelah Gerbang Masuk...76


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik dapat berupa artefak, ekofak, dan fitur, sedangkan tinggalan non-fisik dapat berupa falsafah, nilai, norma yang menjadi sumber aktivitas kelakuan yang berpola dan tinggalan fisik kebudayaan masa lalu (Ardika, 1998 dalam Setiawan, 2009: 94). Tinggalan budaya masa lalu tersebut mengandung nilai-nilai penting yang diwariskan oleh generasi terdahulu, sebagai sebuah hasil pemikiran kreatif, yang menjadi sumber daya unik bagi generasi penerusnya.

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia mulai dari masa paleolitikum serta berbagai proses yang melingkupinya kepercayaan manusia juga mengalami perkembangan. Perkembangan kepercayaan yang cukup kompleks kemudian dikenal dalam tradisi Megalitik (Susilowati, 2005:80). Kebudayaan megalitik didasari oleh konsep kepercayaan akan adanya roh, adanya kehidupan setelah kematian, adanya hubungan timbal balik antara orang yang mati dan orang yang hidup, dan adanya tempat tinggal roh yaitu tempat-tempat yang tinggi/ gunung/ bukit, serta penghormatan kepada leluhur (Wiradnyana, 2005:24).

Tradisi megalitik dalam kenyataanya masih berkembang pada saat ini. Di beberapa daerah di Indonesia, sekalipun tradisi tersebut tidak tampak secara utuh tetapi tetap menyisakan unsur-unsurnya. Wadah kubur tradisi megalithik


(10)

diantaranya adalah sarkofagus, kubur peti batu, batu tong dan/ tempayan batu, kubur dolmen dan lain-lain. Bentuk wadah kubur tersebut tidak selalu terdapat pada daerah yang memiliki tinggalan megalithik. Seperti halnya sarkofagus yang banyak ditemukan di daerah Bali, Nias, Nusa Tenggara Timur, Toraja dan Pulau Samosir di Sumatra Utara, sedangkan di daerah lainnya ditemukan sedikit.

Adapun bangunan yang berupa peninggalan megalitikum juga dijumpai di Samosir, sebuah wilayah kabupaten yang terdapat di Sumatera Utara yang didiami masyarakat Batak Toba. Monument dimaksud, disamping memiliki bentuk yang unik sekaligus memiliki persamaan dengan daerah lainnya mengindikasikan keterkaitannya dengan tradisi megalitik yang berkembang di Indonesia pada umumnya, di Sumatera pada khususnya. (Wiradnyana, 2005:21).

Samosir sebagai satu kesatuan geografis yang dikelilingi oleh Danau Toba memiliki kekhasan tersendiri dalam tinggalan arkeologis. Berbagai tinggalan bercorak prasejarah, khususnya megalitik. Unsur-unsur yang paling menonjol adalah kubur batu berupa sarkofagus dan tempayan batu, disamping kursi-kursi dan meja batu. Kehadiran tinggalan-tinggalan ini diduga erat kaitannya dengan sejarah hunian masyarakat Batak Samosir yang percaya berasal dari Pusik Buhit yang secara mendasar berkaitan dengan konsepsi kepercayaan pemujaan terhadap arwah nenek monyang.

Samosir sudah lama dikenal sebagai ranah tinggalan bercorak prasejarah, khususnya megalitik, yang kaya. Sejak zaman kolonial para peneliti asing telah tertarik pada unsur-unsur megalitik, khususnya di daerah Tomok dan Ambarita, yang hasil penelitiannya dituliskan dalam berbagai publikasi (Van


(11)

Heekeren, 1958; Schnitger, 1939). Suatu studi kelayakan yang dilakukan oleh tim Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Sumatera Utara yang bertujuan menilai kelayakan situs di Samosir khususnya di daerah Tomok dan Ambarita untuk dipugar.

Pendirian kubur megalitik di Desa Siallagan dilatarbelakangi konsepsi kepercayaan terhadap nenek moyang yang dimaksudkan sebagai wujud adanya hubungan antara si mati dengan keluarganya yang masih hidup. Unsur-unsur megalitik sangat menonjol seperti ditunjukkan pada kubur-kubur megalitik, yang pendiriannya dimaksud antara lain untuk membekali si mati dalam perjalanannya ke dunia arwah dan sebagai lambang hubungan yang harmonis antara si mati dan keluarganya.

Disamping tinggalan megalitik yang bersifat sarana ritus seperti kursi, meja batu, arca batu, dan pahatan relief, tinggalan megalitik lain yang sangat menarik dari Pulau Samosir adalah yang berkaitan dengan penguburan, khususnya wadah kubur. Penelitian yang dilakukan oleh Tim peneliti Balai Arkeologi Medan pada tahun 1994 dan 1995 serta tim penelitian Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun 1996, banyak memberikan data yang diperoleh, karena penelitian belum mencakup semua wilayah Samosir, khususnya pemukiman di daerah-daerah perbukitan yang terpencil dan terisolir. Adapun jenis-jenis kubur megalitik yang di temukan di Samosir yaitu sarkofagus, tempayan batu, batu kubus, dan kubur palung batu. Oleh karena itu peneliti memilih objek penelitian peninggalan megalitikum yang terdapat di Desa Siallagan, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir untuk melihat bentuk dan


(12)

perkembangan, fungsi, dan peranan masyarakat di daerah tersebut mengenai peninggalan megalitikum dengan acuan tulisan-tulisan para arkeolog dan sejarawan di atas.

Peninggalan megalitikum masih merupakan indikasi bagian budaya megalitik di daerah Siallagan karena secara khusus objek arkeologis dimaksud telah pernah diteliti secara khusus dan mendalam. Fungsi dari peninggalan megalitikum yang terdapat di Desa Siallagan pada zaman megalitik sebenarnya adalah untuk melakukan musyawarah atau perundingan yang dipimpin oleh seorang raja dan dihadiri oleh ketua-ketua adat untuk membicaraka suatu keputusan yang akan diberikan kepada si penjahat yang melanggar aturan yang terdapat di daerah tersebut. Dan juga untuk melakukan eksekusi kepada si penjahat sebelum di jatuhkan hukuman mati.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang peninggalan megalitikum yang terdapat di Desa Siallagan, maka peneliti mengangkat permasalahan di atas menjadi sebuah tulisan dalam bentuk penelitian tentang “Peninggalan Kebudayaan Megalitikum di Desa Siallagan sebagai objek wisata”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah ini adalah:

1. Latar belakang lahirnya kebudayaan megalitikum di Siallagan

2. Mengidentifikasi benda-benda peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan.


(13)

3. Fungsi dan makna simbolik peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan pada zaman megalitik.

4. Peranan peninggalan megalitikum sebagai objek wisata di Desa Siallagan.

C. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana latar belakang lahirnya kebudayan megalitikum di Desa Siallagan ?

2. Benda-benda megalitik apa saja yang terdapat di Desa Siallagan?

3. Apakah fungsi dan makna simbolik dari peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan pada zaman megalitik?

4. Bagaimana peranan peninggalan megalitikum sebagai objek wisata di Desa Siallagan?

D. Tujuan Penelitian

Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan tertentu. Dengan berpedoman kepada tujuannya, maka akan lebih mudah mencapai sasaran yang diharapkan. Dengan demikian yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan.

2. Untuk mengidentifikasi peninggalan-peninggalan megalitik di Desa Siallagan.


(14)

3. Untuk mengetahui fungsi dan makna simbolik dari peninggalan kebudayaan peninggalan megalitikum di Desa Siallagan pada zaman megalitikum. 4. Untuk mengetahui peranan peninggalan megalitikum sebagai objek wisata

di Desa Siallagan.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh setelah melaksanakan penelitian ini adalah:

1. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dan pembaca mengenai peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan sebagai objek wisata.

2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan penelitian dalam masalah yang sama.

3. Menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan,

khususnya Universitas Negeri Medan.

4. Sebagai landasan bagi masyarakat dan pemerintah baik Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat dalam usaha pengembangan objek wisata.


(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas dapat penulis menyimpulkan bahwa:

1. Latar belakang lahirnya peninggalan megalitik karena didasari adanya religi dan adat istiadat. Masyarakat Batak Toba pada saat menganut kepercayaan animisme dan dinamisme mempercayai adanya kekuatan di luar kekuatan yang ada di dalam tubuh manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan orang yang masih hidup. Selain itu juga mereka mereka mempercayai bahwa kekuatan tersebut bertempat tinggal pada batu-batu yang besar, pohon yang besar. Menurut kepercayaan ini, kalau orang yang meninggal maka rohnya akan pergi ke alam baqa.

2. Peninggalan megalitik yang terdapat di Desa Siallagan berupa rumah adat, hau habonaran, batu kursi/persidangan, kubur batu dan juga tambak sebagai wadah kubur batu.

3. Peninggalan megalitikum di Desa Siallagan mempunyai fungsi masing-masinng. Peninggalan megalitikum di daerah ini mempunyai fungsi religi, sosial, dan berfungsi sebagai objek wisata. Adapun peninggalan megalitik yang berfungsi sosial seperti batu kursi/ persidangan dari raja Siallagan. Dimana pada masa pemerintahan raja


(16)

Siallagan batu kursi ini berfungsi sebagai tempat mengadili untuk orang-orang yang melakukan kesalahan dan juga untuk menjatuhkan hukuman mati (pemenggalan kepala) kepada pelaku tindak criminal. Sedangkan peninggalan megalitik yang berfungsi sebagai religi yaitu seperti hau habonaran yang sampai sekarang masih dikeramatkan. Dimana pada zaman dulu hau habonaran ini dipercayai akan membawa berkah kepada siapapun yang meminta permohonan. Masyarakat setempat banyak memberikan sesajen kepada hau habonaran untuk meminta permohonan.

4. Perkembangan peninggalan kebudayaan megalithikum sebagai objek wisata di Desa Siallagan sudah dimulai sejak tahun 1968 dan mengalami perkembangan yang lebih maju di bidang pariwisata dimulai sejak tahun 1977, sehingga desa ini menjadi lebih dikenal oleh masyarakat dalam negeri maupun luar negeri, dan akibat dari perkembangan tersebut kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi maupun sosial juga mengalami perubahan.

B. Saran

1. Peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan seperti rumah adat, hau habonaran, meja eksekusi dan batu persidangan dari Raja Siallagan merupakan asset sejarah dan budaya batak yang perlu dijaga dan dilestarikan dengan baik karena asset budaya itu memiliki budaya yang tinggi.


(17)

2. Potensi wisata alam dan potensi budaya merupakan potensi pokok di Desa Siallagan yang perlu digali dan dikembangkan sehingga bisa menjadi alat dan sarana bagi masyarakat Siallagan untuk maju dan berkembang.

3. Dalam hal mengembangkan potensi alam, budaya dan seni perlu dikembangkan dengan baik dan perlu campur tangan seluruh masyarakat Desa Siallagan.

4. Diharapkan dengan adanya campur tangan Pemerintah Daerah dalam pengembangan objek wisata peninggalan megalithikum di Desa Siallagan agar tetap dijaga dan dilestarikan keberadaannya karena peninggalan ini merupakan aset budaya dan nilai sejarah yang masih ada di tanah Batak.


(1)

perkembangan, fungsi, dan peranan masyarakat di daerah tersebut mengenai peninggalan megalitikum dengan acuan tulisan-tulisan para arkeolog dan sejarawan di atas.

Peninggalan megalitikum masih merupakan indikasi bagian budaya megalitik di daerah Siallagan karena secara khusus objek arkeologis dimaksud telah pernah diteliti secara khusus dan mendalam. Fungsi dari peninggalan megalitikum yang terdapat di Desa Siallagan pada zaman megalitik sebenarnya adalah untuk melakukan musyawarah atau perundingan yang dipimpin oleh seorang raja dan dihadiri oleh ketua-ketua adat untuk membicaraka suatu keputusan yang akan diberikan kepada si penjahat yang melanggar aturan yang terdapat di daerah tersebut. Dan juga untuk melakukan eksekusi kepada si penjahat sebelum di jatuhkan hukuman mati.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang peninggalan megalitikum yang terdapat di Desa Siallagan, maka peneliti mengangkat permasalahan di atas menjadi sebuah tulisan dalam bentuk penelitian tentang “Peninggalan Kebudayaan Megalitikum di Desa Siallagan sebagai objek wisata”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah ini adalah:

1. Latar belakang lahirnya kebudayaan megalitikum di Siallagan

2. Mengidentifikasi benda-benda peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan.


(2)

3. Fungsi dan makna simbolik peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan pada zaman megalitik.

4. Peranan peninggalan megalitikum sebagai objek wisata di Desa Siallagan.

C. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana latar belakang lahirnya kebudayan megalitikum di Desa Siallagan ?

2. Benda-benda megalitik apa saja yang terdapat di Desa Siallagan?

3. Apakah fungsi dan makna simbolik dari peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan pada zaman megalitik?

4. Bagaimana peranan peninggalan megalitikum sebagai objek wisata di Desa Siallagan?

D. Tujuan Penelitian

Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan tertentu. Dengan berpedoman kepada tujuannya, maka akan lebih mudah mencapai sasaran yang diharapkan. Dengan demikian yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan.

2. Untuk mengidentifikasi peninggalan-peninggalan megalitik di Desa Siallagan.


(3)

3. Untuk mengetahui fungsi dan makna simbolik dari peninggalan kebudayaan peninggalan megalitikum di Desa Siallagan pada zaman megalitikum. 4. Untuk mengetahui peranan peninggalan megalitikum sebagai objek wisata

di Desa Siallagan. E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh setelah melaksanakan penelitian ini adalah:

1. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dan pembaca mengenai peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan sebagai objek wisata.

2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan penelitian dalam masalah yang sama.

3. Menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan, khususnya Universitas Negeri Medan.

4. Sebagai landasan bagi masyarakat dan pemerintah baik Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat dalam usaha pengembangan objek wisata.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas dapat penulis menyimpulkan bahwa:

1. Latar belakang lahirnya peninggalan megalitik karena didasari adanya religi dan adat istiadat. Masyarakat Batak Toba pada saat menganut kepercayaan animisme dan dinamisme mempercayai adanya kekuatan di luar kekuatan yang ada di dalam tubuh manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan orang yang masih hidup. Selain itu juga mereka mereka mempercayai bahwa kekuatan tersebut bertempat tinggal pada batu-batu yang besar, pohon yang besar. Menurut kepercayaan ini, kalau orang yang meninggal maka rohnya akan pergi ke alam baqa.

2. Peninggalan megalitik yang terdapat di Desa Siallagan berupa rumah adat, hau habonaran, batu kursi/persidangan, kubur batu dan juga tambak sebagai wadah kubur batu.

3. Peninggalan megalitikum di Desa Siallagan mempunyai fungsi masing-masinng. Peninggalan megalitikum di daerah ini mempunyai fungsi religi, sosial, dan berfungsi sebagai objek wisata. Adapun peninggalan megalitik yang berfungsi sosial seperti batu kursi/ persidangan dari raja Siallagan. Dimana pada masa pemerintahan raja


(5)

Siallagan batu kursi ini berfungsi sebagai tempat mengadili untuk orang-orang yang melakukan kesalahan dan juga untuk menjatuhkan hukuman mati (pemenggalan kepala) kepada pelaku tindak criminal. Sedangkan peninggalan megalitik yang berfungsi sebagai religi yaitu seperti hau habonaran yang sampai sekarang masih dikeramatkan. Dimana pada zaman dulu hau habonaran ini dipercayai akan membawa berkah kepada siapapun yang meminta permohonan. Masyarakat setempat banyak memberikan sesajen kepada hau habonaran untuk meminta permohonan.

4. Perkembangan peninggalan kebudayaan megalithikum sebagai objek wisata di Desa Siallagan sudah dimulai sejak tahun 1968 dan mengalami perkembangan yang lebih maju di bidang pariwisata dimulai sejak tahun 1977, sehingga desa ini menjadi lebih dikenal oleh masyarakat dalam negeri maupun luar negeri, dan akibat dari perkembangan tersebut kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi maupun sosial juga mengalami perubahan.

B. Saran

1. Peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan seperti rumah adat, hau habonaran, meja eksekusi dan batu persidangan dari Raja Siallagan merupakan asset sejarah dan budaya batak yang perlu dijaga dan dilestarikan dengan baik karena asset budaya itu memiliki budaya yang tinggi.


(6)

2. Potensi wisata alam dan potensi budaya merupakan potensi pokok di Desa Siallagan yang perlu digali dan dikembangkan sehingga bisa menjadi alat dan sarana bagi masyarakat Siallagan untuk maju dan berkembang.

3. Dalam hal mengembangkan potensi alam, budaya dan seni perlu dikembangkan dengan baik dan perlu campur tangan seluruh masyarakat Desa Siallagan.

4. Diharapkan dengan adanya campur tangan Pemerintah Daerah dalam pengembangan objek wisata peninggalan megalithikum di Desa Siallagan agar tetap dijaga dan dilestarikan keberadaannya karena peninggalan ini merupakan aset budaya dan nilai sejarah yang masih ada di tanah Batak.