Dampak Pembangunan Objek Wisata Ancol Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

(1)

DAMPAK PEMBANGUNAN OBJEK WISATA ANCOL THEME

PARK TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

(Studi Kasus di Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

D I S U S U N OLEH:

VIVIAN JUNITA SIHOMBING 050905041

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Vivian Junita Sihombing

Nim : 050905041

Departeman : Antropologi

Judul : DAMPAK PEMBANGUNAN OBJEK WISATA ANCOL

TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai).

a.n

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Dra. Sabariah Bangun, M. Soc, Sc) (Drs. Irfan Simatupang, M. Si) Nip. 195701051987032001 Nip.196411041991031002

a.n Dekan Pembantu Dekan I

(Drs. Humaizi, M.A) Nip. 195808091986011002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan oleh:

Nama : Vivian Junita Sihombing

Nim : 050905041

Departeman : Antropologi

Judul : DAMPAK PEMBANGUNAN OBJEK WISATA ANCOL

TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai).

Pada Ujian Komfrehensif yang dilaksanakan pada:

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tim Penguji terdiri dari:

1. Ketua : Drs. Irfan Simatupang, M. Si Nip.196411041991031002

2. Anggota I : Nurman Achmad, M. Soc

Nip.196711181995121002 3. Anggota II : Dra. Sabariah Bangun, M. Soc.


(4)

Kata Pengantar

Salam sejahtera….!

Puji dan syukur penulis panjatkjan kapada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan serta nafas kehidupan hingga saat ini, kepada Yesus Kristus yang telah menjadi sahabat serta kekasih jiwa penulis yang senantiasa mengerti akan semua apa yang penulis butuhkan yang senantiasa memberikan yang terbaik dalam hidup ini.

Penulis tidak dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tanpa bantuan dari semua pihak yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi mulai dari awal sampai pada akhir skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penghargaan yang sebebsar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orangtua M. Sihombing dan ibunda T. Br Saragi, S.pd yang sangat penulis sayangi, terimakasih atas cinta kasih sayang yang tidak terukur, ketulusan, dukungan, doa dan materi sejak lahir sehingga penulis bisa seperti sekarang ini dan tidak akan pernah tergantikan dengan apapun juga dan oleh siapapun juga. Semoga kasih Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan umur yang panjang. Terima kasih juga karena sudah menjadi orang tua yang terbaik buat penulis selama ini.

Skripsi ini yang berjudul Dampak Pembangunan Objek Wisata Ancol Theme Park Terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus di Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai). Penulis juga tidak lupa menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam kelancaran serta penyelesaian skripsi ini yakni:


(5)

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A. selaku Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poitik di Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA. selaku Ketua Departemen Antropologi yang selama masa perkuliahan banyak memberi ilmu dan motivasi kapada penulis untuk berkarya.

3. Ibu Dra. Sabariah Bangun, M. Soc, Sc selaku dosen wali sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan ide-ide serta pengarahan kepada penulis dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Irfan Simatupang, M. Si. selaku ketua penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Nurman Achmad, M. Soc. sebagai dosen penguji yang telah memberikan memberikan masukan kepada penulis.

6. Ibu Dra. Sri Alem Sembiring, M. Si. selaku pengajar pada Departemen Anntropologi, serta seluruh staf pengajar pada Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang membimbing penulis dalam masa perkuliahan.

7. Kepada Kak Nur, serta seluruh staf Adaministrasi yang bertugas di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah membantu penulis dalam kelancaran urusan pada bagian administrasi dalam masa perkuliahan.

8. Pak Pribadi Perangin-angin, S. Sos sebagai Camat dan Skretarisnya yang telah membantu penulis dengan memberikan kemudahan dalam menjatuhkan surat izin penelitian .


(6)

9. Pak Basaruddin sebagai Kepala Desa di Desa Pantai Cermin Kanan dan Skretarisnya yang telah mebantu penulis memberikan izin melakukan penelitian serta surat jalan kepada penulis selama penelitian berlangsung.

10.Bapak M. Sihombing dan Mama T. Saragi, S.pd orang tua yang terkasih yang telah melahirkan, merawat, membesarkan dan memberikan kasih sayang serta memberikan semangat, dukungan doa dan semua yang telah diberikan kepada penulis sejak kecil sampai sekarang.

11.Abang kandung ku Juriver Sihombing, A.md. yang telah memberikan dorongan moral dan materi semasa penulisan skripsi ini.

12.Meyni F. Saragih, S. Sos teman yang berbaik hati menemani penulis selama mengumpulkan data lapangan, dari masyarakat di sekitar lokasi objek wisata Pantai Cermin. Semoga berkat serta perlindungan Tuhan menyertai kita.

13.Spesial kepada sahabat Tuti Rahmawati Naibaho yang telah memberikan banyak dorongan dan doa, sahabat yang lain yang selalu ada ketika berada dalam suka dan duka yang membatu penyelesaian skripsi ini yakni Sukmawati Simatupang dan Ria Angelina Manalu. Terimakasih atas persahabatannya dan penulis berharap kita dapat mempertahankan persahabatan ini. jangan lupa untuk memohon kepadaNYA agar tetap semangat untuk wisuda.

14.Kepada teman-teman satu kost Acc ladies camp yang senantiasa telah memberikan doa, dorongan, serta semangat kepada penulis disaat-saat jatuh yakni Kak Ertanesia Br Sinaga S.sos, Selvi dan Irma Wahni Br Sinaga Amd, Lusiana Br Siahaan, Rouli Br Hutabarat, Sondang Br Siahaan, Romasta Br Hutapea, Tina dan Feni Br Samosir, Marta Br Marpaung, Tri Br Siregar, Lena


(7)

Silaban, Novalina br Siringo-ringo, Ika br Pardosi, SE, dan sikembar Wina, Wita Ani Br Sibarani.

15.Kepada Widia Vivi Handayani Br Malau yang saat ini kuliah kebidanan di Sarimutiara terima kasih buat semangat yang selalu disampaikan kepada penulis. Semoga kamu juga tetap semangat dalam menjalani hidup dalam kasih Yesus. 16.Teman-teman satu angkatan Dominiria Hulu, Minarwaty Sinaga, Sulia Rimbi,

Mia Barus, Roseva, Eldevia, Salsalina, Eva Manurung, Dani Syahpani, Seri Wedari, Christon Sihombing, Herry Sianturi, Toni, Darwin Tambunan, Mufida Angraini, S. Sos, Yeni, Risa Andre, dan semua anak Antropologi 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan, terimakasih buat pertemanan kita semasa kuliah dalam suka dan semua itu akan menjadi kenangan indah bagi penulis

17.Serta kepada kerabat Antropologi stambuk 2003 yang telah menginisiasi penulis pada tahun 2005 lalu, 2004, 2006, 2007, 2008, dan 2009 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan samangat dan dukungan pada penulis.

Penulis juga mohon maaf atas kekurangan ini baik dari penulisan maupun isi, karena penulis adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kehilafan. Penulis juga berharap adanya masukan dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Juni 2010


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ABSTRAKSI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang………....1

1.2.Perumusan Masalah………...8

1.3.Lokasi Penelitian………...8

1.4.Tujuan dan Manfaat………...9

1.5.Tinjauan Pustaka………...10

1.6.Metode Penelitian……….16

1.7.Analisa Data………..19

1.8.Rangkaian Pengalaman di Lapangan………....19

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Desa Panti Cermin Kanan………..22

2.2. Ko ndisi Geografis Desa………24

2.3. Sarana dan Prasarana Desa………...25

2.3.1. Pendidikan……….26

2.3.2. Kesehatan………...28

2.3.3. Tempat Ibadah………...29

2.3.4. Transportasi………...29


(9)

2.4. Jumlah Penduduk………..34

2.4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………..34

2.4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencariaan………..35

2.4.3. Jumlah Penduduk Bedasarkan Suku Bangasa………...36

2.4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama……….37

2.5. Sistem Mata Pencariaan Masyarakat Desa………...38

2.6. Pola Permukiman Masyarakat Desa……….40

BAB III. OBJEK WISATA PANTAI CERMIN DAN THEME PARK 3.1. Objek Wisata Pantai Cermin………42

3.1.1. Sejarah Singkat Objek Wisata Pantai Cermin………...47

3.1.2. Proses Masuk Wisatawan ke Lokasi Objek Wisata Pantai Cermin……...48

3.1.3. Keadaan lingkungan Objek Wisata Pantai Cermin………...49

3.1.4. Prasarana dan Sarana……….51

3.2. Objek Wisata Theme Park………56

3.2.1. Sejarah Singkat Objek Wisata Ancol Theme Park………57

3.2.2. Proses Masuk Wisatawan ke Lokasi Ancol Theme Park………..58

3.2.3. Keadaan Lingkungan Objek Wisata Theme Park………..59

3.2.4. Prasarana dan Sarana ………60

BAB IV. DAMPAK PEMBANGUNAN OBJEK WISATA THEME PARK TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT 4.1. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sebelum Kehadiran Theme Park……….65

4.1.1. Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang ………...66

4.1.2. Hubungan Sosial Antar Sesama Pedagang ………...67

4.1.3. Hubungan Sosial Antara Pedagang Dengan Wisatawan………...68

4.2. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Setelah Kehadiran Theme Park………. ...69


(10)

4.2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang………73 4.2.2. Hubungan Sosial Antar Sesama Pedagang………75 4.2.3. Hubungan Sosial Antara Pedagang Dengan Wisatawan………...78 4.2.4. Hubungan Sosial Antara Pedagang Dengan Pihak Theme Park………...79

4.3. Dampak Sosial dan Ekonomi Terhadap Masyarakat Setempat………80 4.3.1. Dampak Positif Terhadap Sosial, Ekonomi Masyarakat Setempat…….. 82 4.3.2. Dampak Negatif Terhadap Sosial, Ekonomi Masyarakat

Setempat……….83 4.4. Dampak Sosial dan Ekonomi Terhadap Pedagang………...84 4.4.1. Dampak Positif Terhadap Sosial, Eknomi Pedagang di Objek Wisata

Pantai Cermin……….84 4.4.2. Dampak Negatif Terhadap Sosial, Ekonomi Pedagang di Objek Wisata

Pantai Cermin……….86 4.5. Dampak Sosial dan Ekonomi Yang Ditimbulkan Terhadap Wisatawan…………..88 4.5.1. Dampak Positif Terhadap Sosial, Ekonomi Wisatawan……...………….88 4.5.2. Dampak Negatif TerhadapSosial, Ekonomi Wisatawan……..………….89 4.6. Dampak Sosial dan Eonomi Terhadap Pemerintah Daerah………..89

BAB V. KASUS-KASUS YANG DITIMBULKAN OLEH KEHADIRAN THEME PARK

5.1. Kasus Kutipan Kepada Pedagang di Objek Wisata Pantai Cermin………..94 5.2. Kasus Lowongan Pekerjaan………..99 5.3. Kasus Presespsi Masyarakat Terhadap Sarana Hotel atau Penginapan…………..104 5.4. Kasus Protes Pendirian Mesjid oleh Pengelola Objek Wisata Theme Park……...108 5.5. Kasus Protes ke Petugas Pemungut kutipan dan Kantor Camat……….110


(11)

BAB VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan……….113 6.2. Saran………...…115

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Informan Peta Wilayah Lampiran Surat Penelitian


(12)

Daftar Tabel

Tabel 1: Jumlah desa yang terdapat di Kecamatan Pantai Cermin………..23

Tabel 2: Sarana dan prasarana pendidikan di Kecamatan Pantai Cermin………...26

Tabel 3: Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin………..34

Tabel 4: Komposisi penduduk menurut mata pencaharian………..35

Tabel 5: Jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa………..36


(13)

ABSTRAKSI

Vivian Junita Sihombing 2010, judul: Dampak Pembangunan Objek Wisata Ancol Theme Park Terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Mayarakat (Studi Kasus di Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai). Skripsi ini terdiri dari 6 bab, sebanyak 116 halaman +daftar pustaka+daftar informan+lampiran.

Penelitian ini mengkaji tentang: Dampak Pembangunan Objek Wisata Ancol

Theme Park Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Mayarakat (Studi Kasus di Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai).

Penelitian ini bertempat di Desa Pantai Cermin Kanan tepatnya di dusun I. Penelitian ini membahas permasalahan apa saja dampak yang dirasakan oleh masyarakat yang merupakan pedagang di objek wisata Pantai Cermin yang telah lebih dahulu membuka usaha disana setelah kehadiran objek wisata Ancol Theme Park dalam hal ini difokuskan terhadap kondisi sosial dan ekonomi mereka terutama yang secara langsung dirasakan para pedagang di objek wisata Pantai Cermin tersebut.

Penulis melakukan penelitian Antropologis yang dengan melihat perkembangan objek wisata di suatu daerah sedikit banyaknya pasti akan membawa dampak terhadap masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pengumpulan data menggunakan sumber data kepustakaan dan wawancara. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan kunci sebanyak 15 orang yaitu yang terdiri dari pedagang, wisatawan, serta masyarakat sekitar objek wisata Pantai Cermin. Sementara metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif bersifat deskriptif yaitu dengan menggambarkan apa-apa saja bentuk dari dampak yang dirasakan oleh masyarakat terutama kepad pedagang yang merasakan langsung dampak tersebut.

Hasil penelitian bahwa pedagang yang saat ini merasakan dampak dari kehadiran objek wisata Ancol Theme Park menyangkut pada kondisi sosial dan ekonomi terkait pada pendapatan mereka yang saat ini menurun. Selain itu terlihat pula adanya perubahan pada pola hubungan antara sesama pedagang, pedagang dengan pengunjung wisata, maupun pedagang dengan masyarakat setempat, dan lain sebagainya dilihat dari segi positif dan negatifnya. Ada juga dampak yang muncul yaitu pada bentuk kekuasaan pada pihak Theme Park dalam menetapkan peraturan-peraturan yang harus dijalankan oleh para pedagang misalnya saja pada saat hari raya besar Capgomeh yang umumnya dirayakan pada malam hari, saat-saat seperti inilah yang dinantikan oleh para pedagang dalam memperoleh penghasilan yang besar, sementara itu pihak Theme Park menetapkan untuk melaksanakan penutupan pintu gerbang masuk utama menuju lokasi objek wisata yang akhirnya mematahkan harapan para pedagang yang akan memperoleh income besar pada malam perayaan hari besar tersebut. Kehadiran Theme Park. Tidak hanya itu, dampak yang dirasakan oleh masyarakat mendatangkan berbagai konflik yang berbentuk protes dari masyarakat terhadap pihak-pihak yang terkait.


(14)

ABSTRAKSI

Vivian Junita Sihombing 2010, judul: Dampak Pembangunan Objek Wisata Ancol Theme Park Terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Mayarakat (Studi Kasus di Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai). Skripsi ini terdiri dari 6 bab, sebanyak 116 halaman +daftar pustaka+daftar informan+lampiran.

Penelitian ini mengkaji tentang: Dampak Pembangunan Objek Wisata Ancol

Theme Park Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Mayarakat (Studi Kasus di Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai).

Penelitian ini bertempat di Desa Pantai Cermin Kanan tepatnya di dusun I. Penelitian ini membahas permasalahan apa saja dampak yang dirasakan oleh masyarakat yang merupakan pedagang di objek wisata Pantai Cermin yang telah lebih dahulu membuka usaha disana setelah kehadiran objek wisata Ancol Theme Park dalam hal ini difokuskan terhadap kondisi sosial dan ekonomi mereka terutama yang secara langsung dirasakan para pedagang di objek wisata Pantai Cermin tersebut.

Penulis melakukan penelitian Antropologis yang dengan melihat perkembangan objek wisata di suatu daerah sedikit banyaknya pasti akan membawa dampak terhadap masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pengumpulan data menggunakan sumber data kepustakaan dan wawancara. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan kunci sebanyak 15 orang yaitu yang terdiri dari pedagang, wisatawan, serta masyarakat sekitar objek wisata Pantai Cermin. Sementara metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif bersifat deskriptif yaitu dengan menggambarkan apa-apa saja bentuk dari dampak yang dirasakan oleh masyarakat terutama kepad pedagang yang merasakan langsung dampak tersebut.

Hasil penelitian bahwa pedagang yang saat ini merasakan dampak dari kehadiran objek wisata Ancol Theme Park menyangkut pada kondisi sosial dan ekonomi terkait pada pendapatan mereka yang saat ini menurun. Selain itu terlihat pula adanya perubahan pada pola hubungan antara sesama pedagang, pedagang dengan pengunjung wisata, maupun pedagang dengan masyarakat setempat, dan lain sebagainya dilihat dari segi positif dan negatifnya. Ada juga dampak yang muncul yaitu pada bentuk kekuasaan pada pihak Theme Park dalam menetapkan peraturan-peraturan yang harus dijalankan oleh para pedagang misalnya saja pada saat hari raya besar Capgomeh yang umumnya dirayakan pada malam hari, saat-saat seperti inilah yang dinantikan oleh para pedagang dalam memperoleh penghasilan yang besar, sementara itu pihak Theme Park menetapkan untuk melaksanakan penutupan pintu gerbang masuk utama menuju lokasi objek wisata yang akhirnya mematahkan harapan para pedagang yang akan memperoleh income besar pada malam perayaan hari besar tersebut. Kehadiran Theme Park. Tidak hanya itu, dampak yang dirasakan oleh masyarakat mendatangkan berbagai konflik yang berbentuk protes dari masyarakat terhadap pihak-pihak yang terkait.


(15)

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki ± 17.000 pulau dengan panjang pantai ± 81.000 km yang potensial dikembangkan untuk kawasan wisata bahari. Industri pariwisata adalah salah satu sumber penting penghasil devisa yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi khususnya di bidang pengadaan lapangan kerja. Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia setiap tahun dari tahun 1987 s/d 1993 (sebelum masa krisis ekonomi) menunjukkan peningkatan sebesar 21,6 %. Pada tahun 1993, empat tahun sebelum Indonesia mengalami masa krisis ekonomi, jumlah wisatawan mancanegara di Indonesia sebanyak 3.427.194 orang. Dari jumlah tersebut terdapat 1.107.956 orang atau sekitar 33 % datang ke Indonesia melalui Jakarta (Dirjen Pariwisata, 1995).

Istilah pariwisata populer tahun 1958 setelah diselenggarakannya musyawarah Nasional Tourism II. Namun secara resmi istilah pariwisata dikenal secara luas setelah pengertian kata “Tourism” menjadi kata pariwisata yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960. Perubahan tersebut ditandai dengan perubahan istilah Dewan Tourism Indonesia menjadi Dewan Pariwisata Indonesia (DEPARI) (Yoeti; 1985:1).

Mulai tahun-tahun terakhir inilah proyek-proyek pembangunan hotel-hotel pariwisata bertaraf internasional dibangun seperti Bali Beach Hotel. Adanya kemajuan fisik ini adalah merupakan merupakan salah satu indikasi keberhasilan pembangunan. Tetapi bila pembangunan tersebut tidak dibarengi dengan kemajuan kemajuan mental spiritual akan mengakibatkan kesengsaraan.


(16)

Pengembangan suatu pembangunan pariwisata telah terbukti mampu memberi dampak positif dengan adanya perubahan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Secara ekonomi pariwisata memang memberi dampak dalam perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja, peningkatan income per kapita dan peningkatan devisa negara. Dalam bidang kehidupan sosial terjadi interaksi sosial budaya antara pendatang dan penduduk setempat sehingga dapat menyebabkan perubahan dalam way of life masyarakat serta terjadinya integrasi sosial.

Rodernberg (1980) mengatakan bahwa pemerintah melalui para perencanaannya hendaknya mulai mengkoordinasikan investasi dalam bidang infrastruktur dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini akan menyebabkan usaha-usaha pariwisata berskala kecil dapat berkembang dengan menekankan bahwa untuk dapat berkembang dengan baik secara spesifik. Tafari (1989) menekankan bahwa untuk dapat meminimasi dampak negatif sosial budaya kegiatan pariwisata domestik harus diperkuat agar masyarakat lebih mengenal pariwisata dan berperan secara aktif di dalamnya.

Menurut TAP MPR No. II/ 1993 Tentang GBHN, antara lain yang mengamanatkan bahwa pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan sektor lain yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, dan pendapatan Negara serta penerimaan devisa meningkat melalui pembangunan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan nasional.


(17)

Tetapi saat ini yang menjadi fenomena ditengah maraknya pembangunan objek wisata di setiap daerah yang membawa pengaruh positif terhadap penghasilan masyarakat setempat. Akan tetapi yang terjadi pada masyarakat yang merupakan pedagang di objek wisata Pantai Cermin adalah sebaliknya yaitu dengan kehadiran objek wisata Ancol Theme Park di objek wisata Pantai Cermin instansi yang diuntungkan hanyalah Pemerintah, karena pada dasarnya yang dirasakan pedagang di objek wisata Pantai Cermin yang lebih dahulu berusaha disana terjadinya pengurangan pendapatan mereka setelah hadirnya Theme Park di sana terlebih lagi saat Pemda memberlakukan berbagai jenis kutipan setiap harinnya kepada pengelola yang membuat beban mereka semakin bertambah.

Tantangan menuntut penanganan oleh pemda agar pembangunan sarana dan prasarana pariwisata tidak mengakibatkan tergusurnya kepentingan masyarakat setempat, serta mengakibatkan pendapatan pariwisata lebih banyak dinikmati oleh investor asing daripada oleh masyarakat. Untuk itu perlu dicegah kemungkinan tentang lebih banyaknya penghasilan (nilai-tambah) yang kembali ke pemilik modal asing daripada kepada masyarakat, dimana bagi masyarakat hanya sedikit tertinggal kerja rendahan, bukan pada tingkat manajerial. Manajemen yang masih dominan dipegang oleh ahli asing akan menyebabkan bangsa kita masih tetap dalam posisi sebagai “pekerja”, bukan sebagai pengambil keputusan, sehingga hanya akan menjadi partisipan pasif saja terhadap berbagai kebijakan pengembangan yang diambil1

.


(18)

Latar belakang ini sedikit menyinggung rona awal kondisi lingkungan sosial ekonomi/keadaan sebelum hadirnya objek wisata Ancol Theme Park di Pantai Cermin. Sebelumnya masyarakat pengelola objek wisata Pantai Cermin hidup dengan tentram dan tanpa merasa ada gangguan dalam usaha yang sedang mereka lakukan, tetapi setelah hadirnya objek wisata Ancol Theme Park yang terletak di satu lokasi dengan objek wisata Pantai Cermin dalam kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi lebih mengarah ke dampak negatif. Di mana sebelumnya penghasilan masyarakat Pantai Cermin melebihi dari sekedar untung, tetapi saat ini yang dirasakan masyarakat adalah sebaliknya. Sedangkan pengaruh dari sudut sosial yang saya lihat dan dirasakan masyarakat adalah berkurangnya nilai-nilai sosial pada masyarakat maupun pengunjung serta gaya hidup masyarakat yang terlihat kebarat-baratan.

Dari wacana yang telah tercantum di atas maka penulis tertarik untuk membahas masalah dampak yang terjadi terhadap masyarakat yang merupakan pedagang di objek wisata alam Pantai Cermin yang diakibatkan oleh kehadiran objek wisata Ancol Theme Park. Karena penulis melihat disatu lokasi yang sama sekarang terdapat dua objek wisata yaitu, Pantai Cermin yang dari dahulu telah menjadi tempat wisata alam bagi wisatawan dan objek wisata Ancol Theme Park. Dari situlah penulis mencoba untuk menyimpulkan serta ingin mengkaji lebih dalam bahwa benarkah anggapan bahwa berkembangnya pembangunan objek wisata disuatu daerah otomatis akan membawa pengaruh baik itu pengaruh positif maupun negatif terhadap masyarakat.

Setelah melakukan observasi (pengamatan) secara berulang-ulang untuk dapat mengetahui apakah ada bentuk nyata dari dampak yang dirasakan masyarakat setelah hadirnya objek wisata Ancol Theme Park di Pantai Cermin. Sebagaimana sering kita


(19)

ketahui bahwasannya hadirnya objek wisata di suatu daerah akan membawa dampak keuntungan tersendiri bagi semua pihak (pemerintah maupun masyarakat) yang tinggal di sekitar objek wisata yang sedang berkembang tersebut, tetapi dalam hal ini kenyataannya berbedalah yang terjadi. Menurut data yang diperoleh oleh penulis pada saat melakukan observasi dan wawancara awal kepada pengelola Pantai Cermin yang nantinya dapat menjadi pegangan yang kuat bagi penulis dalam proses pembuatan skripsi, dimana pemilik objek wisata Ancol Theme Park yang baru beberapa tahun hadir di sana telah membawa pengaruh yang buruk terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya objek wisata Pantai Cermin, yakni dimana pemilik objek wisata ancol Theme Park tersebut menjadi penentu peraturan yang diberlakukan dalam berlangsugnya kegiatan pariwisata. Oleh sebab itulah penulis lebih tertarik lagi untuk mencoba mengkaji lebih dalam masalah-masalah apa saja yang mengarah ke kondisi sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh hadirnya objek wisata Ancol Theme Park di Pantai Cermin.

Sejalan dengan pernyataan diatas Selo Soemardjan (1988;9) mengatakan bahwa setiap orang bisa saja memiliki kekuasaan. Dengan pengertian itu sekaligus kita dihadapkan dengan pada salah satu kemungkinan salah paham yang paling berbahaya. Apabila kekuasaan itu disalahgunakan pada tempatnya menurut kitab Undang-undang Hukum Perdata, milik adalah hak atas pemilikan dan pemilikan berarti wewenang untuk menggunakannya. Setiap orang boleh mendirikan sebuah bangunan dimanapun. Seperti yang terjadi di Kecamatan Pantai Cermin terdapat bangunan objek wisata ancol yang diberi nama Theme Park dimana bangunan tersebut adalah milik investor dari Malaysia yang mendapatkan izin dari bapak HT. Erry Nuradi yang tak lain merupakan Bupati di


(20)

Kabupaten Serdang Bedagai untuk membuka usaha mendirikan bangunan objek wisata bertaraf internasional di Pantai Cermin yang diberi nama Theme Park.

Demikian pula dengan kekuasaan dalam tingkat yang masih jauh lebih kuat. Kita tidak boleh berbuat dengan kekuasaan sebagaimana kita kehendaki. Semua kekuasaan menciptakan tanggung jawab terhadap pihak lain. Karena itu kekuasaan manusia tidak pernah lebih dari pada mandat. Yang memiliki kekuasaan hanyalah kelompok. Setiap kekuasaan memiliki kekuasaan, tetapi tidak setiap kelompok mempunyai kekuasaan yang sama besarnya. Besarnya kekuasaan itu ditentukan oleh besarnya kelompok, kemampuan teknis dan organisasi, dan pemilikannya atas sarana untuk membuat kekuasaan itu efektif. Suatu kelompok bisa merupakan bagian dari suatu kelompok yang lebih besar, yang menyebabkan kekuasaannya menjadi terbatas, dan tidak lebih daripada suatu fungsi dari kekuasaan kelompok yang lebih besar itu.

Di sisi lain untuk menyokong investasi diperlukan peranan lembaga perizinan. digunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mengendalikan dengan selektif, lebih tertib terhadap semua tingkah laku atau aktifitas yang berhubungan dengan masyarakat. Di dalam suatu izin tertentu secara spesifik membuat ketentuan-ketentuan, larangan, pembatasan atau kewajiban lain di dalam sistem perizinan.

Sering kita membayangkan hadirnya objek wisata di suatu daerah nantinya menjadi salah satu sumber pendapatan. Ternyata kenyataan berkata lain dengan dikembangkannya pembangunan objek wisata Pantai Cermin hasilnya lebih besar dinikmati oleh investor dari Negara tetangga, yaitu dengan memiliki modal yang cukup besar serta desains melaksanakan pembangunan objek wisata bertaraf internasional. Theme Park objek wisata ancol yang menarik, yang membuat bangunan modern mereka


(21)

lebih dikenal di Kabupaten Serdang Bedagai.

Akan tetapi dengan lambat laun masyarakat menyadari dan merasakan bahwa mereka telah berada dibawah kekuasaan orang luar yang telah mengeksploitasi kekayaan alam kita yang seharusnya menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar. Seperti yang terjadi di daerah lain, terjadi peningkatan perekonomian dengan hadirnya objek wisata di suatu tempat dengan dibutuhkannya masyarakat sebagai tenaga kerja di daerah wisata, serta devisa Negara terbesar.

Tetapi pada kenyataannya yang terjadi bukanlah seperti yang diharapkan oleh kebanyakan masyarakat yang tinggal di daerah objek wisata. Terbukti dengan adanya objek wisata Ancol Theme Park membuat penghasilan pedagang objek wisata panti cermin yang sebelumnya terlebih dahulu membuka usaha masing-masing di pantai cermin tersebut menjadi sangat jauh berkurang dibandingkan sebelum hadirnya proyek pembangunan objek wisata Ancol Theme Park di sana.

Bukti kecil dari kekuasaan yang tengah dirasakan masyarakat terlebih pedagang di lokasi objek wisata Pantai Cermin yaitu pada saat-saat tertentu misalnya hari besar Cina disebut Capgomeh yang pada umumnya dirayakan pada malam hari. Masyarakat harus mengikuti peraturan yang ditentukan oleh pihak Theme Park milik investor Malaysia tersebut, yaitu dengan menutup pintu gerbang utama masuk. Apabila terdapat pengunjung yang hendak masuk petugas dari pihak Theme Park akan melakukan penyeleksian terhadap pengunjung dengan cara menghentikan pengunjung lalu bertanya “apakah pengunjung hanya ingin sekedar menikmati keindahan pantai saja atau berkunjung serta menginap di hotel milik pengusaha Theme Park”. Apabila pengunjung tersebut hanya ingin sekedar menikmati keindahan pinggir Pantai Cermin saja mereka


(22)

tidak akan memberikan izin masuk pengunjung wisata tersebut, tetapi apabila pengunjung ingin berkunjung bahkan menginap di hotel milik pengusaha Theme Park penjaga pintu masuk tersebut akan dengan senang hati memberikan izin masuk kepada pengunjung wisata tersebut.

Dari hal-hal kecil di atas yang telah dirasakan oleh masyarakat terkhusus masyarakat yang membuka usaha/ berdagang di objek wisata Pantai Cermin yang merasakan secara langsung bagaimana dampak dari kehadiran objek wisata Ancol Theme Park di sana. Penulis tertarik untuk menggali informasi tentang hal-hal serta mencoba menuangkannya ke dalam bentuk karya tulis yang nantinya akan disebut dengan Skripsi.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini lebih difokuskan ke dalam satu bentuk pertanyaan saja adalah sebagai berikut:

1. Apa dampak yang dirasakan oleh masyarakat yang merupakan pedagang di objek wisata Pantai Cermin yang telah lebih dahulu membuka usaha disana setelah kehadiran objek wisata Ancol Theme Park dalam hal ini difokuskan terhadap kondisi sosial dan ekonomi mereka?

1.3. Lokasi Penelitian

Sejalan dengan dengan kebutuhan data dari lapangan, penulis memilih lokasi untuk penelitian adalah daerah objek wisata Pantai Cermin yang terdapat di Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi


(23)

Sumatera Utara. Alasan untuk memilih daerah ini sebagai lokasi penelitian, karena daerah ini merupakan salah satu daerah tujuan wisata dan merupakan salah satu daerah kebanggaan Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki potensi merupakan kawasan objek wisata. Di daerah inilah objek wisata Ancol Theme Park milik investor asing yang menurut masyarakat yang merupakan pedagang berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi mereka yang mengalami penurunan pendapatan, padahal baru beberapa tahun saja hadir di sana. Selain itu sarana jalan yang juga sangat mendukung. Letak objek wisata ini sangat strategis dan mudah dijangkau tanpa banyak mengeluarkan biaya bagi peneliti menuju tempat daerah tersebut, yang bertujuan untuk mencari data melalui informasi yang diberikan oleh informan.

1.4. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini pada hakekatnya adalah untuk mengetahui perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas sebelumnya. Yakni bertujuan untuk mengetahui masalah dampak yang ditimbulkan oleh hadirnya objek wisata Ancol Theme Park di lokasi objek wisata Pantai Cermin yang ternyata membawa dampak terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pengelola Pantai Cermin yang lebih dahulu membuka usahanya di sana yang ternyata penghasilan mereka yang semakin berkurang.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memperkaya literatur atau menambah sumber pengetahuan pada mahasiswa Antropologi mengenai masalah-masalah yang ditimbulkan oleh hadirnya objek pariwisata di suatu daerah. Masalah ini perlu disosialisasikan secara luas, hasil penelitian ini sesungguhnya mencoba memberikan kontribusi dan masukan kepada masyarakat dan instansi-instansi


(24)

yang terkait agar pengelolaannya dapat berkelanjutan secara optimal dan membuahkan hasil yang memuaskan tanpa ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Khususnya dalam rangka menekan dampak negatif dan meningkatkan dampak positif kegiatan operasional fasilitas rekreasi di objek wisata Pantai Cermin.

1.5. Tinjauan Pustaka

Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kepada kita alam yang indah serta isi yang dikandung di dalamnya yang diupayakan untuk dimanfaatkan untuk kemajuan dan kemakmuran umat manusia. Dalam mengusahakan dan mengelola alam ini manusia saling ketergantungan antara satu dengan yang lain, baik, tumbuhan, air, dan lainnya kesemuanya saling memiliki (Koentjaraningrat 1987;74).

Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pelajaran pariwisata adalah suatu pelajaran untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi dari keberadaan ekonomi, fisik dan kesejahteraan sosial wisatawan yang akan melakukan kegiatan wisata (Happy Marpaung 2002:13).

Daerah yang potensial menjadi daerah tujuan wisata dalam pengembangannya harus memperhatikan unsur-unsur pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata diantaranya adalah obyek wisata sebagai daya tarik wisata (seperti lansekap pantai), dan prasarana wisata (seperti hotel, rumah makan, dan fasilitas permainan laut). Pembangunan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarakat


(25)

tidak hanya terbatas pada sektor ekonomi saja tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk di dalamnya kebutuhan akan rekreasi. Salah satu kebutuhan akan rekreasi adalah melakukan kunjungan ke obyek wisata yang salah satunya adalah obyek wisata bahari. Pembangunan merupakan suatu usaha responsif manusia terhadap lingkungannya. Apakah itu lingkungan sosial, ekonomi, ataupun lingkungan alamnya. Pembangunan itu berarti juga sebagai usaha yang dilakukan secara sadar dan mendasar untuk menciptakan kondisi yang lebih baik. Esensi dari pembangunan itu adalah menciptakan (sesuatu yang berguna) yang belum ada menjadi ada meningkatkan yang telah ada. Dan tujuan akhir dari pembangunan itu adalah bagi manusia karena manusia ialah subjek dan objek pembangunan tersebut (Astrid, 1984).

Dari tujuan akhir pembangunan yang diperuntukkan bagi manusia tersebut sangat berkaitan dalam rangka meningkatkan status sosial. Status sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Koentjaraningrat 1977:35-36).

Sosial ekonomi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara luas. Untuk melihatnya dapat dijadikan indikator seperti: penghasilan, pendidikan, sandang, pangan dan sebagainya disesuaikan dengan keperluan suatu konsep penelitian yang dilakukan.

Adanya pembangunan pariwisata pada beberapa daerah berarti sumber-sumber yang biasanya digunakan oleh penduduk setempat sekarang harus dibagi dengan para wisatawan, hingga situasi demikian ini tidak dapat menimbulkan benih-benih sakit hati,


(26)

khususnya pada masyarakat setempat yang merasa tidak diuntungkan secara langsung oleh adanya kegiatan pariwisata itu. Meningkatnya benih-benih dendam tersebut dapat terjadi pada penduduk setempat pada saat sumber-sumber yang disebut sebagai sumber milik umum (common resources) harus dibagi atau sepenuhnya tidak bisa digunakan oleh penduduk setempat Butler R.W (dalam J. James Spilane)

Keselarasan antara alam dan lingkungan sangat dibutuhkan antara satu dengan yang lain, dimana di dalamnya terkandung sistem nilai yang disebut kebudayaan, yang mana budaya merupakan hasil pola pikir manusia yang dituangkan ke dalam tingkah lakunya sehari-hari yang menjadi pedoman bagi dirinya yang berasumsikan larangan dan peraturan yang memberikan sangsi bila dilanggar, yang kesemuanya diwujudkan dalam mengelola lingkungan mereka (Spreadly 1972: 38).

Interakasi perjalanan yang dikatagorikan sebagai pariwisata yang tidak lepas dari unsur-unsur manusia yang saling berhubungan ataua berinteraksi satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan adanya prasarana-prasarana yang memungkinkan manusia saling berinterkasi secara intensif sehingga menimbulkan kontak-kontak budaya. Oleh karena itu pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan seseorang atau sekelompok orang dari daerah asalnya yang akan menimbulkan adanya interaksi berlangsung ditempat tujuan.

Interkasi yang berlangsung di suatu tempat sudah tentu melibatkan para warga baik secara individu maupun kelompok yang merupakan interaksi yang langsung diwujudkan dalam berbagai cara yang merupakan seperangkat ciri-ciri yang dimiliki oleh para anggotanya yang diwujudkan dalam berbagai tindakan melalui kebudayaan. Menurut Suparlan (1986:78) kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan


(27)

pengetahuan manusia yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan.

Happy Manurung (2002:19) sesuai perkembangan, kepariwisataan seharusnya bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui kuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam tambahan, perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada.

Dari uraian di atas dapat dilihat dampak sosial budaya muncul ketika terdapat aktivitas proyek yang akan diterapkan pada suatu masyarkat. Bentuk interkasi ini mempengaruhi keseimbangan pada suatu sistem. Pengaruh itu bisa positif bisa pula negatif, hal ini dapat diuji dari kebiasaan masyarakat yang bersangkutan. Dapat disimpulkan bahwa dampak sosial merupakan perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat akibat aktivitas pembangunan atau menurut PP 27/1999 disebut sebagai rencana kegiatan atau usaha yang termasuk di dalamnya cara hidup (way of life). Kepercayaan dan unsur lain masyarakat (Hamdani, 1999).


(28)

Sebuah penelitian yang dilakukan pengembangan pariwisata di Yogyakarta itu tentunya akan membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat, terutama masyarakat di sekitar objek-objek wisata. Dampak yang mungkin muncul ini merupakan konsekuensi dari pengembangan atau pembangunan pariwisata yang membawa pengaruh pada perubahan-perubahan sosial ekonomi. Dampak yang muncul ini mungkin menguntungkan (positif) dan mungkin juga merugikan (negatif).

Selain itu juga sebuah penelitian yang dilakukan Erawan di Bali, yang mana pembangunan objek wisata di Bali dengan tujuan khusus agar menciptakan pemerataan kesejahteraan masyarakat Bali. Namun disisi lain pengembangan objek wisata di Bali juga mendatangkan keuntungan maupun kerugian tersendiri yang dapat dilihat dalam tiga kategori yaitu: pengaruh ekonomis, pengaruh sosial, pengaruh lingkungan.

I Nyoman Erawan (1994:30-31) keuntungan dan kerugian pariwisata dalam arti sempit hanya mengambil kenikmatan perjalanan dan kunjungan sebagai motivasinya, sedangkan dalam arti luas mencakup segala macam motivasi tersebut adalah sangat luas dan bervarisasi, karena pariwisata ini mempunyai pengaruh pada berbagai segi kehidupan orang dan masyarakat, baik pada bidang sosial-ekonomi yang besifat kuantitatif maupun kualitatif, pada bidang politik, kebudayaan maupun lingkungan hidup. Pada hakikatnya ada dua bidang pokok yang sangat dipengaruhi yaitu bidang-bidang ekonomi, dan sosial dimana masing-masing bidang-bidang ini dapat dirinci lebih lanjut dalam beberapa kategori.


(29)

Pengaruh Ekonomis

Pariwisata juga memiliki efek penyebaran (spread effect) pada sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian, sektor pengolahan bahan pangan, kerajinan tangan, sektor bangunan dan lain-lain. Namun masalah khusus dapat timbul dalam sektor terakhir ini yakni ketika pembangunan besar-besaran (construction booms) berakhir maka akan timbul penganggguran. Maksudnya ialah pada saat pembangunan hotel-hotel dan sebagainya maka tenaga kerja yang diperlukan meningkat dengan cepat, namun setelah pembangunan ini selesai timbul pengangguran yang besar pula bagi tenaga kerja tersebut Emmanuel de Kadt (dalam I Nyoman Erawan, 1994).

Pengaruh Sosial

Pengaruh pariwisata dalam bidang sosial yang terpenting ialah pada gaya hidup masyarakatnya atau penduduk di daerah penerima wisatawan tersebut sebagai akibat adanya kontak langsung secara terus-menerus antara penduduk setempat dengan para wisatawan tersebut. Keadaan seperti ini disebut sebagai efek demonstratif (Demonstration Effect) yang dalam hal ini bila diartikan dengan cara yang sedikit berbeda, yaitu perubahan sikap, gaya hidup, nilai-nilai atau tingkah laku yang diakibatkan hanya karena sering-seringnya masyarakat setempat bergaul dengan melihat pola hidup wisatawan tersebut di daerah yang dikunjungi. Sebagai contoh Emanuel de Kadt, 1979;65 (dalam I Nyoman Erawan,1994) pengaruhnya yang paling mudah dan sering-sering terlihat adalah pola konsumsi masyarakat lokal yang cenderung berubah dan meniru pola konsumsi para wisatawan tersebut.


(30)

Terkait dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh hadirnya objek wisata di suatu daerah Parsudi Suparlan (1985; 107) menyatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial saling berhubungan dalam menciptakan tindakan-tindakan terhadap lingkungannya. Brown (1965) dan Malinowski (1933) dalam Koentjaraningrat menjelaskan bahwa perkembangan kajian ekologi manusia keseluruhan berkaitan dengan hal material, dimana dijelaskan dan dilihat keberagaman yang ada saling terintegrasi yang saling menyesuaikan antara satu dengan yang lainnya sehingga terbentuk perubahan yang kompleks secara fungsional.

1.6. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode holistik. Cara menganalisa suatu

kebudayaan tidak hanya dilakukan dengan berbagai cara merincinya ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil yang dipelajari secara mendetail saja, tetapi juga dengan memahami kaitan antara setiap unsur kecil tersebut serta kaitan antara unsur-unsur kecil itu dengan keseluruhannya. Istilah “holistik” adalah untuk menggambarkan metode pendekatan yang dilakukan terhadap suatu kebudayaan sebagai suautu kesatuan yang integral. (Koentjaraningrat 1996: 85).

Bagi para peneliti ilmu-ilmu sosial, khususnnya ilmu Antropologi pada umumnya menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Dalam hal ini penelitian ini yang bersifat deskriptif yaitu bertujuan untuk mencoba mencari tahu dampak dari kehadiran Theme Park di objek wisata Pantai Cermin terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang saat ini tengah dirasakan oleh masyarakat. Dalam


(31)

penelitian kualitatif, data-data yang didapatkan dari lapangan bisa berupa kata-kata maupun dari tindakan yang terlihat dari pedagang di objek wisata Pantai Cermin yang kadang kala menunjukkan raut wajah penuh dengan kekecewaan. Data yang berupa kata-kata tersebut diperoleh melalui wawancara sedangkan data yang berupa tindakan diperoleh dari hasil observasi. Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam pencarian data-data di lapangan antara lain:

Metode Observasi

Teknik observasi ini dilakukan untuk melihat serta mengamati secara langsung fenomena-fenomena yang terjadi di daerah objek wisata Pantai Cermin yang bertujuan untuk memperoleh pengamatan apa saja yang dirasakan oleh masyarakat sekitar objek wisata Pantai Cermin yang juga merupakan pengelola di objek wisata tersebut setelah kehadiran wisata Ancol Theme Park disana.

Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap penelitian. Tanpa wawancara, penelitian tidak akan memperoleh informasi yang sesuai dengan diinginkan karena hanya dengan wawancara akan diperoleh data yang dibutuhkan yaitu dengan jalan bertanya langsung kepada informan. Dalam penelitian ini penulis memilih 15 orang informan dalam proses wawancara, alasan pemilihan karena dari para informan inilah penulis memperoleh informasi yang banyak dan ketika diuji kepastiannya dengan menanyakan kepada informan yang lain informasi merekalah yang paling mudah dipahami penulis. Di dukung juga para informan tersebut adalah orang-orang yang


(32)

terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata, misalnya para pedagang yang ada di sana. Wawancara akan terfokus kepada apa saja bentuk dampak yang dirasakan oleh masyarakat terkhusus pedagang setelah kehadiran Theme Park di objek wisata Pantai Cermin. Dalam wawancara digunakan pedoman wawancara yang disebut dengan interview guide yang telah disusun dalam bentuk daftar pertanyaan. Dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini penulis lebih mengklasifikasikan kepada informan kunci, yaitu kepada pedagang/ pengelola, dan pengunjung objek wisata Pantai Cermin dengan jumlah 15 orang informan. Wawancara ini dilakukan kapan saja bila informan memiliki kesempatan, dimana yang menjadi informan kunci peneliti adalah pedagang dan seperti yang kita ketahui bahwa pedagang di sebuah objek wisata sibuk dengan usahanya karena menyangkut dengan penghasilan mereka. Oleh sebab itu kadang kala peneliti berlaku seperti pengunjung yang datang dan membeli dagangan mereka agar informan dengan senang hati dapat menerima peneliti.

Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan untuk melengkapi data yang didapat dari lapangan yaitu dengan menggunakan data kepustakaan berupa buku-buku, skripsi, jurnal, Koran, internet, majalah dan artikel yang berkenaan masalah penelitian. Informasi dan data yang diperoleh dari sumber kepustakaan ini sifatnya sekunder yang berguna untuk melengkapi data primer yang diperoleh dari lapangan yang dilakukan melalui wawancara langsung kepada informan.


(33)

1.7. Analisa Data

Anlisis data merupakan proses mengurut-urutkan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton, 1980:268 dalam Moleong, 2002:103). Data yang terkumpul yang berasal dari hasil wawancara dengan informan serta dari hasil observasi akan diperiksa kembali kelengkapannya, apakah data yang diperoleh sudah lengkap. Data-data yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisis secara kualitatif. Langkah berikutnya adalah mengkategorikan data tersebut berdasarkan fokus pertanyaan penelitian, kemudian diurutkan hingga menjadi sebagai suatu susunan atau rangkaian yang saling berhubungan dan sistematis.

Kemudian dalam penulisan laporan disesuaikan dengan data yang diperoleh. Data-data yang akan ditulis akan diperkuat dengan data kepustakaan yang berupa teori-teori. Dalam menulis dan menganalisis, peneliti juga menambahkan data-data berupa hasil obsevasi yang peneliti dapatkan pada saat berada di lapangan sebagai penguat data hasil wawancara yang telah diklasifikasikan sebelumnya.

1.8. Rangkaian Pengalaman di Lapangan

Peneliti memulai pencarian data langsung ke lapangan mulai pada bulan Februari 2010. Sebagai langkah awal peneliti melapor kepada kantor Camat Pantai Cermin setelah itu baru ke kantor Kepala Desa setempat dan menyerahkan surat pengantar (Surat Izin Penelitian) yang dibawa dari Universitas Sumatera Utara. Setelah memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan keberadaan penulis untuk melakukan penelitian di kawasan Pantai Cermin Kanan lebih tepatnya merupakan letak beradanya objek wisata Ancol Theme Park yang baru beberapa tahun hadir di sana. Dalam hal ini


(34)

penulis diterima dengan baik oleh para pegawai, baik itu para pegawai di kantor Camat maupun pegawai yang berada di kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan.

Hari itu juga penulis diberi surat jalan selama penelitian dan juga diperuntukkan agar ditunjukkan ke Kepala Dusun I karena lokasi objek wisata Pantai Cermin berada di dusun I. Surat jalan yang diberikan oleh pegawai yang bertugas di kantor Kepala Desa tersebut berguna dengan isi surat yang menyatakan agar apabila penulis menghadapi kendala serta gangguan dari masyarakat setempat maupun pihak lain mendapatkan perlindungan, sebaliknya apabila penulis melakukan bentuk keributan maka akan diberikan sanksi.

Langkah berikutnya yang dilakukan oleh penulis, esok harinya yaitu langsung memulai kegiatan wawancara dengan masyarakat khususnya para pedagang di objek wisata Pantai Cermin juga kepada masyarakat setempat khususnya yang tinggal di dusun I Pantai Cermin Kanan. Secara keseluruhan, para informan yang diwawancarai sangat komunikatif dan ramah dalam melayani penulis selama proses wawancara berlangsung. Walaupun kadang kala terdapat informan yang memberikan informasi salah, dimana informasi yang ia berikan dengan yang informasi diberikan informan yang lain sama sekali tidak memiliki kesamaan. Ditambah lagi ketika penulis melakukan kegiatan wawancara dengan satpam yang bertugas di pintu masuk objek wisata Pantai Cermin, ada seorang satpam yang menghampiri informan dan penulis berkata “kami tidak berani memberikan informasi takutnya tidak akurat, sebaiknya kalian masuk saja dan bertemu langsung saja dengan Manager pengeloala Theme Park “hal tersebut sangat membuat penulis sangat kecewa padahal saat itu pertanyaan penulis sangat sederhana”.


(35)

Namun karena wawancara dilakukan dengan tidak terlalu formal dimana pembicaraan dilakukan seperti pembicaraan biasa dengan sama sekali tidak menggunakan alat bantu seperti alat perekam dan kuesioner yang nantinya membuat informan takut. Akhirnya mereka mau memberikan informasi mengenai dampak yang dirasakan masyarakat setelah kehadiran objek wisata Ancol Theme Park di objek wisata Pantai Cermin. Menurut penulis faktor yang mendukung kelancaran saat melakukan wawancara dipengaruhi oleh keadaan, dimana penulis merupakan salah seorang warga yang masih tinggal di Kecamatan Pantai Cermin yang membuat para informan bisa menerima penulis dengan baik karena penulis dianggap puteri daerah dan masih satu wilayah kecamatan dengan mereka.

Berikutnya kendala yang dihadapi oleh penulis yaitu saat memperoleh informasi mengenai sejarah Desa Pantai Cermin Kanan. Beberapa hari berturut-turut penulis mencoba bertanya kepada masyarakat tidak ada yang tahu. Kemudian penulis mencoba kembali mendatangi kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan, disana penulis bertemu dengan Sekretaris Desa dan menanyakan tentang sejarah desa serta siapa saja tokoh-tokoh yang berperan. Dengan jawaban yang menyatakan beliau tidak tahu dan toko-tokohnya pun sudah meninggal sehinggga membuat penulis kembali kecewa.


(36)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah Singkat Desa Pantai Cermin Kanan

Hubungan antara masyarakat Desa Pantai Cermin Kanan dengan dusun lainnya dihubungkan dengan jalan aspal dikarenakan daerah ini merupakan kawasan pariwisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Oleh sebab itu diupayakan jalan menuju objek wista tersebut memadai agar menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Dalam kehidupan sehari-hari hubungan antara masyarakat yang satu dengan yang lain terlihat aman dan tentram walaupun di daerah ini terdapat masyarakat yang terdiri dari beragam suku.

Sejarah nama Desa Pantai Cermin kanan pada dahulunya cerita orang tua yang telah lama menetap disana dan bisa dikatakan orang yang paling tua disana, menurut informasi yang penulis dapatkan bahwa nama Desa Pantai Cermin Kanan disebakan karena letaknya tepat disebelah kanan bila datang dari Medan menuju Kecamatan Pantai Cermin. Ditambah lagi di daerah tersebut terdapat kawasan pesisir pantai yang saat ini sudah menjadi kawasan pariwisata. Terebentuknya Pantai Cermin Kanan sejak tahun 1958 dipelopori oleh Adzla Hasan, Kaslani, dan Yak Denak. Pada saat itu ketiga pelopor di atas berusaha untuk merebut kawasan pantai cermin dari pemberontakan Simbolon dan Nainggolan pada saat pemerintahan Soekarno. Saat itu banyak pengungsi dari luar daerah yang tinggal disana menentang karena para pemberontak Simbolon dan Nainggolan berusaha untuk menguasai kawasan Pantai Cermin seutuhnya.


(37)

Padahal sebelumnya para pengungsi bebas untuk tinggal di daerah tersebut. Setelah berjuang keras pada akhirnya daerah kawasan Pantai Cermin tersebut bisa di rebut kembali oleh ketiga pejuang pelopor Pantai Cermin dari tangan para pemberontak tersebut. Saat itu pula para pengungsi bisa untuk kembali tinggal di sana. Dan pada saat itu pula ditetapkan nama daerah tersebut dengan sebutan Desa Pantai Cermin Kanan. Ketika itu kondisi kawasan Desa Pantai Cermin Kanan masih seperti hutan belantara. Kemudian satu-persatu orang-orang berdatangan dan memilih untuk tinggal disana apalagi pada saat itu masyarakat bebas dalam menggarap tanah untuk dijadikan hak milik, dan sesuka hati dalam memilih mana lahan yang mereka suka dan layak untuk dijadikan tempat tinggal mereka.

Setelah dikeluarkan pemerintah undang-undang darurat pada tahun 1942 mengenai wilayah pemukiman yang berbunyi: “segala sesuatu yang diambil dan yang telah dianggap milik masyarakat terhadap lahan permukiman menurut Undang-undang darurat ini dinyatakan “sah” maka mulai banyak orang-orang berdatangan untuk menempati lahan yang ada termasuk di pinggiran pantai. Sehingga pada saat ini Desa Pantai Cermin sudah terlihat ramai dipadati oleh masyarakat. Bentuk rumah ataupun pola pemukiman yang ada disana tidak beraturan, apalagi ketika kita mengunjungi kawasan pemukiman yang agak masuk ke dalam gang-gang terlihat sekelompok rumah masyarakat yang tidak beraturan bentuk penyusunannya karena pada waktu pertama kali pendatang tiba mereka belum memikirkan mengenai tata cara pemukiman perumahan, bangunan rumah, arah jalan, sirkulasi udara atau yang lainnya belum tertata rapi dan ada juga rumah yang terletak jauh dari antara masyarakat yang lain dan tidak mempunyai jalan yang layak.


(38)

2.2. Kondisi Geografis Desa

Pantai Cermin secara geografis dan administrasi terletak pada daerah pesisir pantai timur Sumatera beriklim tropis dengan kelembapan udara 84%. Curah hujan bekisar 30 sampai dengan 340 mm perbulan, dengan periodik tertinggi pada bulan September dan Oktober, ketinggian dari permukaan laut 0-3 m, rata-rata kecepatan uadara berkisar 1,10 m/s dengan tingkat penguapan 3,47 mm/hari, temperatur udara perbulan minimum 24 C dan maksimal 34 C. Kecamatan Pantai Cermin memiliki panjang garis pantai 21 km dengan kondisi tanah datar sangat berpotensi untuk pengembangan wisata laut.

Luas wilayah Kecamatan Pantai Cermin yaitu 77,266 km2 atau 7. 726,6 Ha yang terdiri dari 12 desa antara lain:

Desa Ujung Rambung Desa Sementara

Desa Celawan Desa Besar II Terjun

Desa Kota Pari Desa Pematang Kasih

Desa Pantai Cermin Kanan Desa Ara Payung

Desa Pantai Cermin Kiri Desa Lubuk Saban

Desa Kuala Lama Desa Naga Kisar

Batas-batas wilayahnya antara lain:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan


(39)

Pantai Cermin Kanan adalah merupakan salah satu desa yang merupakan bagian dari Kecamatan Pantai Cermin. Tidak lain merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Pantai Cermin merupakan daerah pesisir pantai timur Sumatera, daerah wisata bahari, serta merupakan kunjungan wisata baik mancanegara maupun domestik karena merupakan kawasan wisata yang terkenal. Kecamatan Pantai Cermin terletak di sebelah barat laut kota Sei Rampah yang merupakan ibukota Kabupaten Serdang Bedagai dan berbatasan langsung dengan Selat Malaka, Deli Serdang.

Pantai Cermin Kanan terletak diantara posisi 2° 57” Lintang Utara, 30° 16” Lintang Selatan hingga 98° 33” Bujur Timur, 99° 27" Bujur Barat, ketinggian berkisar 0-3 m dari permukaan laut dengan luas daerah 362,6 Ha, secara administrative berbatasan dengan:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kota Pari dan Desa Celawan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Besar II Terjun

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pantai Cermin Kiri

2.3. Sarana dan Prasarana Desa

Desa Pantai Cermin Kanan ini bisa dikatakan sudah memadai dalam bidang sarana dan prasaran hanya saja mungkin pada suatu jenis sarana jumlah yang sedikit. Bisa terlihat dari fasilitas pendidikan, pemukiman dan kesehatan yang ada. Namun jika dilihat dari semua jenis sarana yang modern dan canggih masyarakat desa ini bisa dikatakan belum ketinggalan. Apalagi setelah keberadaan objek wisata Ancol Theme


(40)

Park yang berdesain internasional membuat masyarakat bisa menikmati fasilitas yang ada dan tidak perlu heran lagi ketika mereka melihat di televisi. Ditambah lagi dari para wisatawan yang datang berkunjung yang menggunakan teknologi canggih seperti HP yang memiliki banyak keistimewaan, ketika mereka dikenalkan oleh orang lain mereka tidak perlu terkejut lagi.

2.3.1. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dewasa ini, sektor pendidikan merupakan salah satu pilar yang mendukung program pembangunan. Pendidikan dapat membantu meningkatkan taraf hidup seseorang. Bahkan bagi sebagian masyarakat tingkat pendidikan menunjukkan status atau kelas seseorang dalam masyarakat. Dalam rangka memajukan pendidikan perlu adanya sarana maupun prasarana pendidikan. Di Desa Pantai Cermin Kanan memiliki 3 unit gedung Taman Kanak-kanak, 3 unit Sekolah Dasar, 3 unit Sekolah Menegah Pertama , 3 Unit Sekolah Menegah Atas. Sedangkan untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi yakni perguruan tinggi masyarakat Pantai Cermin Kanan akan melanjutkan pendidikan diluar dari Desa Pantai Cermin Kanan seperti di Lubuk Pakam dan Medan serta kota-kota lainnya. Untuk tingkat yang lebih tinggi lagi masyarakat yang melanjutkan pendidikannya terbatas hanya pada anak yang orang tuanya memiliki dana yang cukup. Apabila mereka melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi maka para orang tua merelakan anak-anaknya berpisah dari orang tua karena di daerah ini sama sekali tidak terdapat Universitas


(41)

Tabel 1

Sarana dan Parasarana Pendidikan

No Sekolah Unit

1 Taman Kanak-kanak 7

2 SD Negeri 24

3 SD Swasta 2

4 Madrasah Ibtidaiyah 10

5 SLTP Negeri 1

6 SLTP Swasta 1

7 Mts 2

8 SMK Negeri 1

9 SLTA Swasta 1

Jumlah 49

Sumber: Kantor Camat Pantai Cermin

Berdasarkan keterangan masyarakat Pantai Cermin Kanan sekarang ini banyak masyarkat usianya muda yang bermata pencaharian nelayan rata-rata memiliki pendidikan SLTA. Namun bagi masyarakat berusia 30 tahun diatas ada yang hanya tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ataupun hanya pada tingkat Sekolah Dasar saja. Menurut mereka hal tersebut dikarenakan para orang tua dahulu tidak begitu mengerti arti pentingnya pendidikan. Disamping itu para orang tua tersebut mengaku tidak memiliki biaya yang cukup untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Saat ini sangat sering terlihat anak-anak usia sekolah berhenti di tengah jalan/ putus sekolah.


(42)

Apalagi bagi anak yang orang tuanya bekerja hanya sebagai nelayan yang tidak memiliki penghasilan yang cukup.

Saat ini bisa dikatakan banyak anak yang bisa bersekolah sampai pada tingkat SLTP hal tersebut terjadi karena adanya program pemerintah memberlakukan sekolah gratis. Alasan para orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya adalah dikarenakan ketiadaan biaya untuk memberikan pendidikan yang layak untuk anaknya. Apalagi saat ini harga-harga kebutuhan pokok yang sudah sangat mahal. Tidak hanya itu ada pula anak yang pada dasarnya tidak ingin bersekolah karena pengaruh lingkungan yang melihat teman-temannya menikmati ketika mereka tidak bersekolah. Anak tersebut merasa bahwa bersekolah adalah kegiatan yang membosankan dan menjenuhkan, padahal jika dilihat Pantai Cermin Kanan adalah lokasi objek wisata oleh sebab jika ada niat sekolah dan menyekolahkan anak disana orang tua dan anaknya bisa berjualan untuk mendapatkan uang.

2.3.2. Kesehatan

Untuk sarana kesehatan di desa ini terbilang sedikit dan terbatas. Fasilitas yang mendukung sarana sarana tersebut masih sangat sederhana dan terbatas. Desa Pantai Cermin Kanan fasilitas sarana kesehatan antara lain puskesmas 1 unit, prakter dokter sebanyak 3 unit, serta terdapat apotik 3 unit dimana tempat masyarakat untuk membeli resep obat yang telah dianjurkan oleh dokter kepada mereka. Dengan keterbatasan sarana dan fasilitas kesehatan yang tersedia di desa ini cukup membuat masyarakat masyarakat kerepotan bila ada masyarakat yang menderita penyakit yang serius namun tidak membuat warga menanggapi dengan mengadukan protes berlebihan terhadap


(43)

pemerintah daerah mereka. Pemerintah kabupaten sering mengadakan program-program kesehatan ke desa mereka. Peranan medis telah mampu menyadarkan dan manambah wawasan masyarakat tentang gizi anak atau dewasa, perawatan balita, KB, kesehatan lingkungan dan pemberian immunisasi pada tahap dini. Tak jarang juga masyarakat menpersepsikan penyakit pada hal gaib ataupun guna-guna dan yang menjadi tujuan utama mereka untuk menyembuhkannya adalah pengobatan tradisional atau alternatif.

2.3.3. Tempat Ibadah

Berdasarkan agama yang terdapat di Desa Pantai Cermin Kanan diketahui bahwa sebahagian besar agama Islam dan sebahagian lagi beragama Budha dan Kristen. Agama merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena agama sangat hakiki yang mengatur hubungan manusia dengan penciptanya. Untuk mendukung kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut diperlukan saranan peribadatan sebagai tempat umat melaksanankan kepercayaannya. Di Desa Pantai Cermin Kanan tersedia 2 unit Mesjid, 3 unit Surau dan 2 unit Kelenteng. Sedangkan Gereja tidak terdapat di desa tersebut. Jadi masyarakat desa yang beragama Kristen harus melakukan ibadah ke desa tetangga yang terdapat seperti Desa Pantai Cermin kiri.

2.3.4. Transportasi

Di Desa Pantai Cermin Kanan termasuk daerah yang jauh dari kehidupan suasana kota. Namun untuk mencapai desa ini tidak begitu sulit karena bila dari Medan atau Amplas banyak angkutan umum yang dapat dinaiki tetapi tidak langsung menuju daerah ini. Angkutan yang digunakan hanya sampai menuju kota Perbaungan dengan


(44)

ongkos terlebih dahulu Rp 5000,-. Tiba di kota Perbaungan (simpang tiga menuju Pantai Cermin) maka turun lalu dari situ menuju objek wisata Pantai Cermin dapat menggunakan becak mesin yang sering mangkal di simpang tiga tersebut. Salah satu yang menjadi kelemahan dari berkembangnya objek wisata Pantai Cermin karena tidak didukung lagi dengan sarana tranportasi umum yang membuat orang yang ingin berkunjung ke objek wisata yang ada di Pantai Cermin merasa diberatkan oleh ongkos becak. Adapun sarana angkutan yang beroperasi menuju ke Pantai Cermin dengan jumlah yang sedikit itupun pada waktu tertentu saja, hanya pada pagi hari tersedia untuk anak sekolah dan juga ketika anak sekolah pulan. Adapun tersedia anguktan umum tersebut berpangkalan di Perbaungan kota yang sangat sederhana seperti jenis angkot Sudako dan Sintong jaya.

Oleh sebab itulah, saat ini Tetapi mengingat kemajuan teknologi saat ini serta persaingan ekonomi dengan banyaknya tawaran jenis sepeda motor yang menggiurkan serta sistem kredit yang menawarkan bunga yang murah membuat masyarakat sudah rata-rata memiliki kenderaan sendiri dan membuat angkutan umum tidak menjadi suatu kebutuhan mendasar. Untuk dapat berhubungan tidak dengan daerah lain masyarakat desa menggunakan sepeda motor pribadi sebagai sarana transportasi yang utama. Apalagi bagi para pedagang yang berjualan di objek wisata Pantai Cermin sangatlah membutuhkan sepeda motor sebagai alat transpotasi untuk mencari pengunjung agar singgah di pondok miliknya dan memesan menu makanan padanya pula, selain itu masyarakat juga masih menggunakan sepeda.


(45)

Saat ini becak mesin merupakan sarana transportasi yang setiap waktu ada, karena becak mesin hanya mau mengantarkan penumpang yang berasal dari berbagai daerah terutama penumpang dari Perbaungan, serta orang-orang yang ingin berwisata. Becak mesin hanya mau mengantar penumpang sampai batas waktu jam 18.00 wib atau sebelum gelap hal ini dikarenakan rawannya bahaya perampokan yang senantiasa sering terjadi ditengah-tengah perkebunan kelapa sawit, karena hal itu masyarakat di sana berusaha agar berhati-hati apalagi bagi mereka yang memiliki kendaraan sebagai alat transportasi sendiri misalnya sepeda motor dan mobil pribadi.

Saat ini jalan menuju Pantai Cermin Kanan telah diaspal dengan baik kira-kira 7-8 tahun yang lalu. Tetapi saat ini kondisi aspal tersebut wilayah tersebut masyarakat selalu mengeluh Karena aspal tersebut dijumpai sudah banyak lubang dan bila hujan turun maka jalan ini akan becek. Pengaspalan ini dilakukan adalah merupakan upaya untuk kemajuan di bidang pariwisata pantai yang ada di wilayah tersebut. Di sepanjang perjalanan menuju objek wisata yang berada di Pantai Cermin Kanan dapat kita jumpai perkebunan kelapa sawit milik para pengusaha cina yang menanamkan modal dan sebahagian besar lagi milik PT. Adolina dengan menikmati suhu udara yang sejuk dan segar. Dari tahu ketahun pemandangan tersebut tidak pernah berubah, karena di sisi sebelah kiri dan kanan jalan hamparan kebun kelapa sawit yang masih muda ataupun sudah menghasilkan.


(46)

KEPALA DESA

LMD SEKRETARIS

DESA

KAUR PEMERINTAH

KEPALA DUSUN II

KAUR KESRA

KEPALA DUSUN I

KEPALA DUSUN III

KEPALA DUSUN IV

KAUR PEMBANGUN

2.3.5. Bidang Pemerintahan

Wilayah Desa Pantai Cermin Kanan di kepelai oleh seorang Kepala Desa, yang merupakan penduduk asli desa. Pemilihan Kepala Desa ini dilakukan setiap satu priode lima tahun sekali, dengan cara pemungutan suara dari semua warga.

Susunan organisasi di Desa Pantai Cermin Kanan berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan desa yang berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri tersebut babhwa pemerintahan desa terdiri atas:

• Kepala Desa

• Lembaga Masyarakat Desa (LMD)

• Perangkat Desa lainnya: - Sekretaris Desa - Kepala Dusun

Lebih lanjut susunan organisasi pemerintahan desa dan perangkat Desa Pantai Cermin Kanan dapat dilihat dalam bagan seperti berikut:


(47)

Adapun tugas Kepala Desa sebagai berikut:

a. Sebagai pelaksanan kebijakan pemerintah di desa

b. Penerus suara warga ketingkat pemerintah yang lebih tinggi c. Pengambilan keputusan atas kebijakan di lingkungan desa d. Sebagai perantara antara hokum dan adapt

e. Sebagai pemimpin sekaligus pengannyom desa.

Prasarana di Kantor Kepala Desa dapat dikatakan sudah memadai, diamana kantor tersebut memiliki computer, laptop, dan dilengkapi print tidak hanya itu sejak tahun 2009 Bupati Serdang Bedagai membuat kebijakan setiap Kepala Desa di sediakan fasilitas sebuah kendaraan bermotor dengan jenis yang sama guna mempelancar kegiatannya dalam memimpin desa.

2.3.6. Komunikasi

Sarana Komunikasi yang ada Didesa Pantai Cermin Kanan sudah sangat berkembang terlihat dari penggunaan Handphone sebagai alat komunikasi. Keberadaan Hp di desa ini bukan lagi menjadi barang yang langka bagi mereka hampir 80% orang tua dan remaja di desa ini memiliki Hp serta menggunakannya sebagai alat komunikasi. Meskipun layanan telepon rumah sudah masuk ke desa ini, namun warga mengaku lebih senang dengan menggunakan HP hal ini disebabkan kemudahan HP dapat dibawa kemana saja. Sebelum penggunaan HP di desa ini jarang wartel (warung telepon) merupakan satu-satunya alat komunikasi jarak jauh yang praktis bagi warga.

Selain telepon masyarakat di desa ini bisa menggunakan layanan surat kabar, pos, radio, televisi yang sudah tak asing lagi bagi masyarakat. Tidak hanya itu media


(48)

massa atau surat kabar yang beredar adalah Koran lokal yaitu SIB (Sinar Indonesia Baru), waspada, harian Analisa, dan lainnya. Pada umumnya yang berlangganan korang adalah pemilik warung kopi, toko grosir atau kedai nasi, dan pembaca lebih memilih warung kopo atau kedai nasi sebagai tempat membaca Koran. sedangkan fasilitas internet juga sudah ada namun jumlahnya belum memadai, terdapat hanya satu masyarakat yang membuka warung internet dalam satu wilayah kecamatan.

2.4. Jumlah Penduduk

Luas wilayah Kecamatan Pantai Cermin 77.266 km2 atau 7.726 Ha yang terdiri dari 12 desa diantaranya Desa Pantai Cermin Kanan. Penduduk Desa Pantai Cermin Kanan terdiri 3702 jiwa terdiri dari 781 kk berdasarkan data dari kantor Kepala Desa tahun 2006.

2.4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jumlah penduduk disetiap daerah, maka data tersebut terdiri dari jenis yaitu laki-laki dan perempuan oleh sebab itu akan terlihat pada tabel di bawah ini.


(49)

Tabel 2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah/ Jiwa %

1 Laki-laki 1751 45

2 Perempuan 1951 55

Jumlah 3702 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan 2006

Berdasarkan Data yang didapatkan dari kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan dapat diketahui bahwa dari jumlah penduduk sebanyak 3702 jiwa penduduk Desa Pantai Cermin Kanan, dimana komposisi perempuan lebih besar dibandingkan dengan jumlah laki-laki. Dari total jumlah penduduk tersebut di atas dijelaskan bahwa laki-laki sebanyak 1.751 jiwa atau sebesar 45% dan perempuan sebanyak 1.951 jiwa atau sebesar 55%. Bedasarkan obsevasi yang dilihat di lapangan, dapat diketahui juga bahwa masyarakat yang berperan dalam aktivitas pariwisata yang membuka usaha berjaulan makanan, pakaian, cendramata, fasilitas berenag seperti ban dan lain sebagainya di lokasi objek wisata Pantai Cermin mayoritas adalah kaum perempuan.

2.4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Masyarakat Pantai Cermin Kanan memiliki berbagai macam jenis mata pencaharian sebagai sumber penghasilan. Di bawah ini akan terlihat data masyarakat bermata pencaharian paling dominan.


(50)

Tabel 3

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sumber: Kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan 2006

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masyarakat pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Semua itu di dukung karena Pantai Cermin Kanan merupakan wilayah pesisir laut. Disamping itu juga wilayah ini alamnya sangat mendukung untuk dijadikan sebagai objek pariwisata yang dapat digunakan masyarakat sebagai wadah sumber mata pencaharian.

2.4.3. Jumlah Penduduk Bedasarkan Suku Bangasa

Di Desa Pantai Cermin Kanan terdapat beberapa suku, misalnya Melayu, Batak/ Karo, Mandailing, Banjar, Jawa, Tionghoa. Data penduduk berdasarkan suku bangsa dapat dilihat pada table di bawah ini:

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Petani 19

2 Buruh Tani 7

3 Buruh/Swasta 120

4 Pegawai Negeri Sipil 20

5 Pedagang 27

6 Peternak 8

7 Nelayan 209

8 Montir 4


(51)

Tabel 4

Jumlah Penduduk Desa Pantai Cermin Kanan berdasarkan Suku Bangsa No Suku Bangsa Jumlah

1 Melayu 1849

2 Batak 7

3 Mandailing 9

4 Bandar 128

5 Jawa 1305

6 Tionghoa 256

7 Karo 25

8 Banten 11

9 Nias 2

10 Minang 21

Sumber: Kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan 2006

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahawa mayoritas penduduk Pantai Cermin Kanan adalah bersuku melayu dan jawa. Namun dengan keragaman suku di desa ini tidak membuat mereka merasa saling berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari mereka selalu hidup rukun ramah antara satu dan dengan yang lain.

2.4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Dengan jumlah Penduduk sebanyak 3702 jiwa, masyarakat Desa Pantai Cermin Kanan memiliki beraneka ragam agama yang dianut oleh penduduknya antara lain dapat dilihat tabel di bawah ini.


(52)

Tabel 5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah

1 Islam 3295

2 Kristen 25

3 Katholik -

4 Hindu 7

5 Buhda 351

Sumber: Kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan 2006

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa agama Islam merupakan agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Pantai Cermin Kanan. Mereka yang memeluk agama Islam adalah orang yang bersuku Jawa, Banten, ditambah dengan suku-suku yang lainnya.

2.5. Sistem Mata Pencariaan Masyarakat Desa

Sektor ekonomi semakin berkembang di wilayah ini dimulai sejak pemekaran Kabupaten Serdang Bedagai terpisah dari kabupaten Deli Serdang dan membentuk kabupaten sendiri sejak tahun 2004. Dimana terlihat program-program pemerintah kabupaten mulai dicanangkang. Sistem mata pencaharian masyarakat Desa Pantai Cermin Kanan umumnya adalah nelayan, hal ini disebabkan dikarenakan wilayah Pantai Cermin Kanan merupakan daerah yang dekat pesisir pantai. Namun disamping itu sebagai nelayan penduduk Desa Pantai Cermin Kanan ada juga diantara mereka yang


(53)

bermata pencaharian sebagai pedagang di objek wisata Pantai Cermin, Pegawai Negeri Sipil, Wiraswasta, buruh, dan lain sebagainya.

Di Desa Pantai Cermin kanan ini terdapat pasar tradisional yang beroperasi satu kali dalam seminggu atau sering disebut dengan pekan rabu. Hal tersebut dikarenakan keberadaan objek wisata Pantai Cermin yang terletak di desa tersebut dan di khawatirkan akan mengganggu keberlangsungan kegiatan pariwisata. Karena kegiatan pasar tradisional tersebut berada di sekitar jalan menuju ke objek wisata tersebut, maka bila pasar tradisional tersebut beroperasi setiap hari akan menghambat perjalanan para wisatawan serta menimbulkan rasa tidak nyaman bagi wisatawan.

Di sepanjang jalan menuju desa ini yang ada hanya berupa toko-toko kelontong dan restoran-restoran yang berkualitas wisata. Untuk kebutuhan sehari-hari berupa sayur-sayuran, beras, serta berbagai jenis kebutuhan harian lainnya masyarakat Desa Pantai Cermin Kanan mendapatkannya dari kedai sampah yang menyediakan bahan-bahan tersebut, atau masyarakat dapat berbelanja ke kota perbaungan karena di sana terdapat pasar tradisional yang beroperasi setiap hari serta lebih lengkap dan besar.

Sementara untuk sarana perbankan tidak terdapat di daerah ini tetapi tidak merupakan permasalah bagi mereka karena Pantai Cermin Kanan dekat dengan Kecamatan Perbaungan. Sehingga menurut para warga walupan tidak ada fasilitas jasa Bank mereka tidak perlu khawatir karena sudah ada kendaraan pribadi yang kapan saja bisa diggunakan untuk menuju ke kota Perbaungan. Masyarakat Pantai Cermin Kanan lebih meilih kota Perbaungan ketimbang kota lain sebagai tempat untuk mamakai jasa Bank yang ada di sana. Hal tersebut dikarenakan kota Perbaungan adalah salah satu kota


(54)

besar yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai yang memiki fasilitas Bank yang lengkap.

2.6. Pola Permukiman Masyarakat Desa

Secara umum ada dua model rumah penduduk di Desa Pantai Cermin Kanan, yaitu semi permanen dan permanen. Mayoritas rumah penduduk di sepanjang jalan Pantai Cermin Kanan terlebih menuju ke objek wisata pantai cermin sudah rata-rata permanen. Tetapi jika kita melihat secara langsung memasuki ke gang-gang yang ada sepanjang jalan menuju objek wisata Pantai Cermin maka disana akan dapat dijumpai rumah yang bertipe semi permanen karena rata-rata dari mereka berpenghasilan hanya sebagai nelayan.

Model rumah yang dijumapai sudah permanen kebanyakan dari mereka yang ekonominya sudah mapan atau mereka yang memiliki pekerjaan Pegawai Negeri Sipil serta memiliki pekerjaan sampingan lagi yang menjamin keuangannya untuk dapat memperoleh rumah permanen. Umumnya rumah penduduk menghadap ke jalan bagi masyarakat yang bertempat tinggal di sepanjang jalan menuju objek wisata Pantai Cermin. Sedangkan rumah penduduk yang berada di dalam gang-gang tersebut kebanyakan berhadap-hadapan.

Dalam kegiatan kehidupan sehari-hari yang mereka gunakan untuk MCK adalah sungai yang sebahagian besar menggunakan sarana sumur bor yang telah dibangun oleh pemerintah sekitar lebih dari 20 tahun yang lalu. Sumur bor yang terdapat di desa ini merupakan alternatif lain bagi warga untuk mendapatkan air bersih selain menggunakan fasilitas PDAM. Sebagian kecil saja dari masyarakat yang menggunakan air yang


(55)

berasal dari PDAM untuk kebutuhan sehari-hari, dan biasanya masyarakat yang menggunakan fasilitas PDAM ini adalah warga yang mampu secara ekonomi. Bagi warga yang merasa kurang mampu secara ekonomi mereka lebih memilih menggunakan fasilitas sumur bor untuk keperluan air bersih. Pada umumnya masyarakat yang rumahanya dekat dengan lokasi sumur bor mereka lebih memilih mengangkat airnya ke rumah untuk mengisi bak yang ada di kamar mandi mereka. Namun bila masyarakat yang rumahnya jauh dari lokasi sumur bor maka mereka lebih memilih cara yang simpel yaitu dengan menggunakan sambungan pipa yang ditarik menggunakan mesin pompa untuk menyedot air dari sumur bor untuk mengisi bak mandi mereka.

Disekitar bangunan sumur bor ini sudah memiliki bangunan berupa kamar mandi tersendiri yang terbuat dari beton dan beratapkan seng yang bisa digunakan juga untuk masyarakat umum. Dulu sebelum adanya kamar-kamar tersebut tidak jarang terlihat segala aktifitas sehari-hari ibu-ibu rumah tangga disana. Dahulu sumur bor tersebut tidak seperti sekarang ini, kondisinya sangat sederhana.


(56)

BAB III

OBJEK WISATA PANTAI CERMIN DAN THEME PARK

3.1. Objek Wisata Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Serdang Bedagai mememang memiliki potensi wisata yang beragam. Pada hari liburan sekolah sejumlah lokasi wisata yang ada di lokasi wisata serdang bedagai diserbu masyarakat bukan hanya warga Serdang Bedagai tetapi juga warga dari sejumlah daerah di Sumatera Utara.

Berbagai jenis objek wisata yang terdapat di Kecamatan Pantai Cermin adalah merupakan objek wisata bahari. Pengertian wisata bahari dapat diartikan sebagai kunjungan ke obyek wisata, khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan. Kunjungan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin tahu. Kunjungan wisata bahari dapat juga berhubungan dengan kegiatan olah raga (seperti selam), konvensi dan keperluan usaha lainnya.

Pantai Cermin adalah objek wisata andalan Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas 43 ha. Pantai Cermin berada di pesisir timur pulau Sumatera berhadapan ke Selat Malaka. Letaknya 45 Km dari kota Medan menuju Pematang Siantar (9 Km dari Simpang Tiga Perbaungan) dari Sei Rampah (ibukota Kabupaten Serdang Bedagai) jaraknya 25 Km. Akses menuju Pantai Cermin ini sangat baik. Kondisi jalan yang cukup lebar dan beraspal mulus membuat perjalanan menuju kawasan wisata ini terasa


(57)

nyaman. Perjalanan dari kota Medan ke Pantai Cermin dapat ditempuh dengan mobil atau sepeda motor dengan waktu 45 menit. Mulai dari Simpang Tiga Perbaungan sampai sepajang perjalanan menuju pusat Pantai Cermin pengunjung akan menikmati kesejukan karena di kiri dan kanan jalan terdapat areal perkebunan dengan tanaman kelapa sawit dan cacao.

Pantai Cermin yang berlokasi khususnya di Desa Pantai Cermin Kanan Dusun I telah berkembang menjadi daerah tujuan wisata bahari, karena kemudahan akses dan kondisi geografis pesisir di Desa Pantai Cermin Kanan yang mendukung sebagai obyek wisata, seperti mempunyai pantai yang cukup landai dan ombak yang relatif tenang, dengan udara yang sejuk, dekat dengan lokasi pemukiman masyarakat.

Pantai Cermin khususnya Desa Pantai Cermin Kanan konsentrasi penduduknya berada pada jalan besar yang telah diaspal yang menghubungkan desa tersebut dengan desa lainnya, serta menghubungkan antara objek wisata yang satu dengan objek wisata yang lain yang terdapat di Kecamatan Pantai Cermin. Hal ini disebabkan karena adanya kawasan wisata yang di beri nama objek wisata Ancol Theme Park yang keberadaannya cukup terkenal dari sana yang membuat perhatian pemerintah lebih diarahkan pada perbaikan saran jalannya. Umumnya yang paling banyak diminati adalah wisata air yakni mengunjungi pantai atau sungai. Terlebih pada waktu liburan hari raya besar, sudah ribuan masyarakat mendatangi pantai-pantai di sepanjang pesisir timur Sumatera ini. Demikian juga sejumlah lokasi wisata sungai. Harus diakui kondisi geografis Serdang Bedagai memang memberikan keuntung bagi Serdang Bedagai seperti jarak yang tidak terlalu jauh dari kota Medan. Pemanfaatan potensi alam maupun budaya yang dimiliki Serdang Bedagai akan menjadi daya tarik wisata yang berbasis


(58)

lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan adalah prinsip dalam membangun kepariwisataan. Potensi wisata yang begitu banyak ini pelan-pelan mulai dibenahi Pemkab Serdang Bedagai dengan menjalin kerja sama dengan pihak-pihak swasta yang berminat menanamkan modalnya.

Kecamatan Pantai Cermin memiliki panjang garis pantai 21 km dengan kondisi tanah datar. Dikarenakan kondisi pantai di kecamatan ini banyak yang memiliki pasir yang putih dan bersih, maka pemerintah kabupaten lebih memfokuskan pengembangan wisata laut sebagai andalan Kabupaten Serdang Bedagai. Saat ini Kecamatan Pantai Cermin telah memiliki 5 lokasi pantai yang telah dikelola yang tediri dari:

• Pantai Mutiara 88, 43 Km dari ibukota Propinsi dan 23 Km dari ibukota Kabupaten. Pantai Mutiara 88 berada di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin sekitar 43 Km dari kota Medan. Objek wisata ini memiliki daya tarik tersendiri karena letaknya di areal hutan bakau (manggrove) di tepi pantai. Pengunjung objk wisata ini dapat melihat tempat berkembang biaknya ikan laut dan kepiting di dalam air diantara akar-akar pohon bakau.

• Pantai Gudang, 43 Km dari ibukota Propinsi dan 23 Km dari ibukota Kabupaten. Pantai Gudang Garam juga terdapat di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin di Pantai Gudang Garam tersedia fasilitas penginapan (hotel) dilengkapi Ac, Restoran Seafood, Karaoke/Musik dan Pondok-pondok santai serta beberapa kolam pancing yang cukup luas.

• Pantai Pondok Permai, 43 Km dari ibukota Propinsi Kabupaten. Terletak di pinggiran pantai Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin, objek wisata Pondok Permai sudah sangat dikenal oleh masyarakat kota-kota besar di Sumatera Utara


(59)

bahkan di Indonesia. Restorannnya yang berbeda sangat dekat dengan bibir pantai mengundang minat pengunjung unntuk sering dating ke objek wisata Pondok Permai ini. Di areal ± 10 Ha pada lokasi ini tersedia kolam pancing, sepeda air, ponndok-pondok santai dan kuda tunggangan. Makanan khas ikan laut, kepiting, musik karaoke. Di lokasi objek wisata ini sangat cocok untuk bermain layang-layang dan volly pantai. Di objek wisata yang satu ini pengunjung paling banyak pada hari-hari weekend, terutama pada sore hari. Mungkin sudah menjadi sebuah life style di kalangan pengusaha di Medan yang datang ke objek wiata ini bukan untuk bertamasya tapi sekedar jalan-jalam sore. Berhubung karena di objek ini kena sengatan matahari, jadi pengujung menunggu terik matahari reda. Tetapi itu semua tidak menjadi sebuah kekurangan daripada objek wisata tersebut, sebahagian dari mereka mengunjungi pantai ini hanya untuk bersantai sambil menikmati hidangan dan berkaraoke ria dengan koleksi lagu-lagu lawas sampai lagu-lagu yang sedang hit saat ini.

• Pantai Cermin Theme Park, 45 Km dari ibukota Propinsi dan 25 Km dari ibukota Kabupaten. Pantai Cermin Theme Park berada di Kecamatan Pantai Cermin (Pantai Cermin dahulu). Objek wisata ini merupakan tujuan wisata yang telah dikemas dengan baik dan profesional yang memiliki banyak fasilitas rekreasi seperti slide dan polls, olah raga air (jetski, kayak dan banana boat), mini zoo (kebun binatang mini), bird park (taman burung), water castle (istana air), pet shop (toko hewan) dan restoran. Semua daerah / lokasi objek wisata di atas tersebar sepanjang garis pantai di Kabupaten Serdang Bedagai.


(60)

• Pantai Kuala Putri, 48 Km dari ibukota propinsi dan 28 Km dari ibukota Kabupaten. Pantai Kula Putri terletak di Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin, sekitar 48 Km dari Medan. Di objak wisata ini pengunjung dapat berbaur dan melihat kehidupan masyarakat nelayan. Disini terdapat restoran, seafood, pondok-pondok santai dan panggung hiburan serta kolam pancing.

Untuk melestarikan dan mengembangkan objek-objek wisata tersebut, tentu harus menggunakan keahlian, kreatif yang betul-betul bisa menjadikan objek wisata yang terdapat di Kecamatan Pantai Cermin betul-betul sempurna. Untuk menjadikan objek wisata pantai cermin menjadi wisata yang bertanggung jawab dan dapat menjadi objek pariwisata pilihan.

Memang pada kenyataannya Kecamatan Pantai Cermin memang terdiri dari beberapa lokasi objek wisata yang juga merupakan sesuatu yang menjadi kebanggaan Kabupaten Serdang Bedagai. Namun kendati demikian yang menjadi fokus lokasi penelitian penulis adalah lokasi objek wisata Pantai Cermin. Dimana dilokasi objek wisata tersebut terdapat keunikan tersendiri yaitu terdapat objek wisata Ancol Theme Park, tersedia dengan berbagai fasilitas modern yang dapat dinikmati oleh semua orang tanpa harus pergi ke ibukota. Karena semua fasilitas yang hanya bisa kita temui di ibukota kini sudah dapat kita nikmati di objek wisata Theme Park yang terdapat di Pantai Cermin. Dari situ pula penulis menarik suatu kesimpulan untuk dijadikan penelitian berkembangnya suatu objek wisata di suatu daerah maka akan menimbulkan berbagai fenomena baik itu positif maupun negatif ataupun baik itu menguntungkan maupun merugikan bagi masayarakat secara langsung.


(1)

7. Nama : Buk Tati Umur : 50 Tahun Pekerjaan: Wiraswasta

8. Nama : Bapak Basaruddin Umur : Tahun

Pekerjaan: Kepala Desa

9. Nama : Bapak Mahmud. M Umur : 70 Tahun

Pekerjaan: Wiraswasta

10.Nama : Bapak Abas Pasaribu Umur : 66 Tahun

Pekerjaan: Wiraswasta

11.Nama : Bapak Abdul Hasani Purba Umur : 60 Tahun

Pekerjaan: Wiraswasta

12.Nama : Kak Butet Umur : 33 Tahun Pekerjaan: Pedagang


(2)

Pekerjaan: Pedagang

14.Nama : Bapak Armaining Umur : 45 Tahun

Pekerjaan: Nelayan

15.Nama : Sirda Umur : 32 Tahun


(3)

LAMPIRAN

Gambar1 : Jalan menuju objek wisata Pantai Cermin, disepanjang jalan terlihat toko-toko dan rumah makan yang berkualitas wisata

(Doc. Vivian)

Gambar 2: Kantor KWPC (Kawasan Wisata Pantai Cermin) (Doc. Vivian)


(4)

Gambar 3: Pintu Gerbang menuju objek wisata Ancol Theme Park

(Doc. Vivian)

Gambar 4: Terlihat Kios-Kios yang didirikan oleh pihak Theme Park sering tidak digunakan oleh pedagang (Doc.


(5)

Gambar 5: Bangunan Pondok-pondok yang didirikan oleh pihak Theme Park sering tidak ditemati pengunjung dengan alasan

karena letaknya tidak teduh (Doc. Vivian)


(6)

Gambar 7: Bangunan Kamar Mandi yang didirikan oleh pihak Theme Park, juga terlihat sampah yang berserakan

(Doc. Vivian)

Gambar 8: Terlihat baju yang bersablon wisata Pantai Cermin yang disedikan sebagai cendra mata bagi