PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNIG (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNIG
(PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN
TAHUN AJARAN 2012/2013
Dewi Rotua Sidabutar (408111040)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas VII SMP
Negeri 3 Medan tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tidakan kelas (classroom action research) yang dilakukan dengan dua siklus,
dimana siklus I terdapat 2 kali pertemuan dan siklus II terdapat 2 kali pertemuan.
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Negeri Medan dengan
jumlah siswa dikelas adalah 30 orang siswa. Pengumpulan data yang dilakukan
adalah melalui tes dan observasi
Hasil penelitian pada siklus I setelah dilakukan tindakan dengan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), nilai rata-rata observasi kegiatan
peneliti adalah 2,9 dengan kategori baik, dan persentase aktivitas belajar siswa
adalah 57% dengan kategori kurang aktif. Banyaknya siswa yang termasuk pada
paling sedikit kategori aktif adalah 6 orang siswa (20%) dari 30 orang siswa.
Rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah adalah 4,87 dengan kategori
sangat rendah. Banyaknya siswa yang termasuk paling sedikit kategori sedang
adalah 10 orang siswa (33%) dari 30 orang siswa Dengan melihat persentase
klasikal aktivitas belajar dan persentase kalsikal kemampuan pemecahan masalah
belum mencapai target penelitian, sehingga perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Hasil penelitian pada siklus II dengan model pembelajaran yang sama, nilai ratarata observasi 3,65 dengan kategori sangat baik. persentase aktivitas belajar siswa
adalah 79% dengan kategori aktif dan banyak siswa yang termasuk paling sedikit
kategori aktif adalah 28 orang siswa (93%) dari 30 orang siswa. Rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah 8,38 dengan kategori
kemampuan tinggi, banyak siswa yang termasuk paling sedikit kategori sedang
adalah 28 orang siswa (93%) dari 30 orang siswa.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan
aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas
VII SMP Negeri 3 Medan tahun ajaran 2012/2013.
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Observasi Aktivitas Siswa
10
Tabel 2.2. Kriteria Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
14
Tabel 2.3. Tahapan-Tahapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning
18
Tabel 3.1. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
30
Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Observasi Aktivitas Guru
31
Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
32
Tabel 4.1. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada
Tes Awal
34
Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Guru (Peneliti)
38
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
40
Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa I
42
Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Berdasarkan Aspek Kemampuan
Pemecahan Masalah II
43
Tabel 4.6. Perbedaan Tindakan pada Siklus I dan Siklus II
48
Tabel 4.7. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Guru (Peneliti)
50
Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Siklus II
52
Tabel 4.9. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa II
53
Tabel 4.10. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Berdasarkan Aspek kemampuan Pemecahan Masalah II
54
Tabel 4.11. Deskripsi Tingkat Aktivitas Belajar Siswa pada Setiap Siklus
58
Tabel 4.12. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
pada Siklus I dan II Berdasarkan Aspek Kemampuan
Pemecahan Masalah
60
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
28
Gambar 4.1 Kemampuan pemecahan masalah siswa pada tes awal
35
Gambar 4.2 Aktivitas belajar siswa pada siklus I `
Gambar 4.3 Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada siklus I
Gambar 4.4 Persentase klasikal aspek kemampuan pemecahan
masalah siklus I
41
42
43
Gambar 4.5 Aktivitas belajar siswa siklus II
52
Gambar 4.6 Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada siklus II
54
Gambar 4.7 Persentase klasikal siswa dalam aspek kemampuan
pemecahan masalah
Gambar 4.8 Persentase aktivitas siswa secara klasikal pada tiap siklus
Gambar 4.9 Kemampuan pemecahan masalah tiap siklus
Gambar 4.10 Persentase klasikal kemampuan pemecahan masalah
Berdasarkan aspek pemecahan masalah
pada setiap siklus
55
59
60
62
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
68
70
75
81
87
93
99
104
110
115
Lampiran 1. Tes Kemampuan Awal
Lampiran 2. Alternatif Penyelesaian tes kemampuan awal
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV
Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa I
Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II
Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa III
Lampiran 10. Lembar aktivitas Siswa IV
Lampiran 11. Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa I
Lampiran 12. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa I
Lampiran 13. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa I
Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa I
Lampiran 15. Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa II
Lampiran 16. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa II
Lampiran 17. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa II
Lampiran 18. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa II
Lampiran 19. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa
Lampiran 20. Pedoman Penilaian Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Lampiran 21 Tabulasi Nilai Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Lampiran 22. Lembar Observasi Aktivitas Guru
Lampiran 23. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII MPN 3
Medan Pertemuan I
Lampiran 24. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa kelas VII SMPN 3
Medan Pertemuan II
Lampiran 25.Rekapitulasi Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII
SMPN 3 Medan Siklus I
Lampiran 26. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa kelas VII SMPN 3
Medan Pertemuan III
Lampiran 27. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII SMPN 3
119
120
126
129
135
136
142
144
150
152
154
158
170
172
174
176
xi
Medan Pertemuan IV
Lampiran 28. Rekapitulasi Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII
SMPN 3 Medan Siklus II
Lampiran 29. Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa
Lampiran 30. Deskripsi Tes Kemampuan Awal Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas VII SMPN 3 Medan
Lampiran 31. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika I
Siswa
Lampiran 32. Deskripsi Tes kemampuan pemecahan Maslah Matematika I
Siswa kelas VII SMPN 3 Medan
Lampiran 33. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika II
Siswa
Lampiran 34. Deskripsi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika II Siswa Kelas VII SMPN 3 Medan
Lampiran 35. Daftar Kode dan Nama Siswa
178
180
182
184
186
188
190
192
194
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, salah
satu aspek yang dilihat dari suatu negara maju adalah pendidikan, dan pendidikan
tidaklah terlepas dari ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan
menuntut pendidikan untuk semakin tanggap dalam mengemas ilmu pengetahuan
menjadi menjadi suatu hal yang bisa digapai masyarakat. Namun satu hal yang
perlu diingat bahwa beda zaman berbeda pula tantangan dimana saat ini
merupakan
era
pengetahuan,
masyarakat
dengan
mudahnya
mengakses
pengetahuan dari teknologi yang ada. Amir (2010 : 3) menyatakan bahwa
“berbagai perubahan yang terjadi di berbagai lini kehidupan di era pengetahuan
ini, terutama perkembangan teknologi dan komunikasi haruslah dianggap penting
oleh dunia pendidikan” Sehingga dengan semakin berkembangnya teknologi dan
komunikasi hendaknya semakin bertambah pula rasa ingin tahu dan kemauan
untuk belajar yang membuat masyarakat khususnya siswa memiliki kemandirian
untuk memuaskan rasa ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.
Berbicara mengenai ilmu pengetahuan, matematika merupakan cabang
ilmu pengetahuan. Dalam artian, penguasaan akan matematika merupakan hal
penting yang menggunakan, pemahaman, kemampuan pemecahan masalah
bahkan analisis berpikir dimana ketika belajar matematika orang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, logis, kreatif dan kritis yang
sesungguhnya sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
matematika sangat penting dan menjadi ilmu dasar yang diajarkan di sekolah
dalam berbagai jenjang pendidikan. Namun dunia pendidikan matematika
dihadapkan dengan rendahnya akan hasil belajar siswa pada setiap jenjang
pendidikan di Indonesia. Seperti yang dipaparkan oleh Data UNESCO yang
menunjukkan, peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38
negara. Bahkan harian Kompas (3/3/2011) menyatakan bahwa: ” menurunnya
peringkat pendidikan Indonesia dari peringkat 65 pada tahun lalu menjadi 69 pada
tahun ini cukup menyesakkan dada.”
2
Hal di atas banyak faktor yang mempengaruhi, bukan semata-mata
kesalahan siswa atau inteligensi siswa yang rendah. Adiyanti,
(dalam, http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467) mengatakan:
“ anak yang berkesulitan belajar belum tentu mempunyai kecerdasan
yang kurang memadai, tetapi karena kondisi anak tersebut harus
berjuang untuk dapat mencapai prestasi seperti anak di usia mereka
terutama untuk memenuhi tuntutan sekolah.Oleh karena kesulitan yang
dialami tersebut, anak yang berkesulitan belajar seringkali mengalami
hasil belajar rendah dibanding dengan kemampuan intelektual yang
dimilikinya,”
Berdasarkan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 3
Pematangsiantar yang diikuti peneliti serta observasi yang dilakukan peneliti di
SMP Negeri 3 Medan, melalui pemberian soal cerita mengenai aritmatika sosial
penulis mengamati bahwa banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran
matematika dengan alasan pelajaran matematika yang terlalu sulit, guru yang
terlalu monoton dalam menyampaikan materi, sehingga mereka kurang respon
terhadap pelajaran matematika, lebih lagi kepada matematika yang bersifat
pemecahan masalah. Dalam kondisi sehari-hari kenyataan yang sering ditemukan
adalah siswa kewalahan dalam mengerjakan soal yang bersifat pemecahan
masalah, yaitu soal-soal yang berbentuk soal cerita yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Dimana kesulitan ditemukan ketika siswa menterjemahkan
soal ke dalam kalimat matematika, sehingga siswa pun kesulitan dalam
merencanakan penyelesaian masalah tersebut.
Objek kajian matematika yang abstrak membuat pelajaran ini sulit dicerna
oleh siswa. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk pemecahan
masalah dan rendahnya kemampuan pemecahan masalah berkaitan dengan proses
pembelajaran yang ada di kelas, dimana guru masih terpola pada paradigma lama
yang hanya teacher oriented, yang berpikir bahwa guru lebih aktif dibandingkan
siswa, sehingga siswa hanya duduk diam mendengarkan apa yang disajikan guru.
Padahal mengingat apa yang telah disinggung sebelumnya bahwa ilmu
pengetahuan semakin berkembang, demikian juga pelajaran matematika selalu
berkembang dan mempunyai masalah yang berbeda dan kompleks. Jika dipikirkan
antara waktu yang dimiliki untuk menyampaikan materi dikelas tidaklah cukup
3
memberikan banyak hal tentang materi yang sedang diajarkan. Sehingga peran
guru sebenarnya adalah, merangsang, memotivasi dan mendampingi serta
membimbing siswa di dalam memperoleh pengetahuan khususnya di dalam
pembelajaran matematika. Dari sini kita dapat melihat bahwa siswalah yang
seharusnya aktif. Sementara di dalam pembelajaran matematika, yang menjadi
tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa seperti yang
dikemukakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen,
Depdiknas
(dalam,
http://www.sarjanaku.com/2011/06/pengertian-
matematika.html) :
“1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan
dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah
yang berkaitan dengan kehidupan nyata.
2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.
3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat
dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis,
berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam
memandang dan menyelesaikan suatu masalah.”
Sehingga di dalam memecahkan masalah, guru juga perlu memperhatikan
bagaimana aktivitas siswa ketika mengikuti pembelajaran. Untuk itu di dalam
proses pembelajaran guru perlu memperhatikan dan menggunakan model
pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang bisa meningkatkan aktivitas
dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Model Pembelajaran Problem-Based
Learning sangat sesuai di dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa, dimana model pembelajaran ini berawal dari suatu masalah yang menuntut
siswa menggunakan pengetahuan awal untuk menyelesaikan masalah serta
menemukan pengetahuan baru didalam menyelesaikannya, sehingga model
pembelajaran ini menuntut siswa untuk berpikir optimal dalam menemukan
pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah matematika seperti yang
dikatakan Tan (dalam Rusman 2011: 229)
“Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran
karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan”
4
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DI KELAS VII SMP
NEGERI 3 TAHUN AJARAN 2012/2013.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat didentifikasi
bahwa ada beberapa masalah yaitu :
1. Kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika.
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
3. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa.
4. Kurangnya keaktifan siswa di dalam mengikuti pembelajaran
5. Kurang
sesuainya
model
pembelajaran
yang
pilih
di
dalam
menyampaikan materi pembelajaran.
1.3. Batasan Masalah
Dalam melaksanakan penelitian perlu dibuat suatu batasan masalah supaya
masalah yang diteliti jelas dan terarah. Oleh karena itu penulis hanya membatasi
masalah mengenai penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk
meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas VII
SMP Negeri 3 Medan tahun ajaran 2012/2013.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah yang telah
diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dari peneitian ini adalah :
1.
Apakah penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan Aktivitas belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 3 Medan
Tahun Ajaran 2012/2013?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan pemacahan masalah siswa di kelas VII SMP
Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2012/2013?
5
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan Aktivitas belajar siswa di kelas VII SMP Negeri
3 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan pemacahan masalah siswa di kelas
VII SMP Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
1.6. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai masukan bagi guru SMP Negeri 3 Medan dalam meningkatkan
aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa.
2. Sebagai masukan bagi peneiti untuk menjadi bekal dalam mengajar
matematika pada masa yang akan datang.
3. Sebagai bahan informasi yang bagi peneliti dikemudian hari
4. Sebagai bahan informasi yang relevan bagi penelitian selanjutnya
5. Melalui model pembelajaran Problem Based Learning ini diharapkan
siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar
6. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan
prestasi belajar siswa
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan dan hasil penelitian yang telah dibahas
sebelumnya diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 22% pada siklus pertama
57% (kategori kurang aktif) menjadi 79% (kategori aktif) pada siklus
kedua. dan persentase siswa yang memiliki ativitas belajar kategori paling
sedikit aktif meningkat dari 6 orang siswa (20%) menjadi 28 orang siswa
93%.
b. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) meningkat. Pada tes
awal, 100% siswa memperoleh tingkat kemampuan pemecahan masalah
matematika dengan nilai antara 0-54 dengan rata-rata skor kemampuan
pemecahan masalah klasikal 1 kemudian setelah pemberian tindakan I,
diperoleh tingkat kemampuan pemecahan masalah dimulai dari kategori
tinggi hanya ada 10 orang siswa (33%) dengan rata-rata skor kemampuan
pemecahan masalah klasikal 4,87. Terjadi peningkatan, namun masih
belum mencapai target penelitian (ketercapaian tingkat kemampuan
pemecahan masalah klasikal 80%). Sehingga dilanjut ke siklus II. Setelah
pemberian tindakan II, diperoleh tingkat kemampuan pemecahan masalah
klasikal siswa 8,38 dengan jumlah siswa 28 orang (93%). Terjadi
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika secara klasikal
sebesar 60%. Maka ketercapaian tingkat kemampuan pemecahan masalah
terlampaui (80%).
65
5.2 Saran
Adapun yang menjadi saran adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru matematika, model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk melaksanakan
proses pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan
pemecahan masalah, baik dalam materi yang sama maupun dalam materi
yang berbeda.
2. Guru perlu mengalokasikan waktu dengan baik karena mempertimbangkan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memerlukan alokasi
waktu yang banyak.
3. Penggunaan LAS sebagai media pembelajaran perlu dipertimbangkan,
karena dengan menggunakan LAS dapat mengefektifkan pembelajaran.
66
DAFTAR PUSTAKA
Adiyanti M. G, M. S, (2012), Mutu Pendidikan Matematika di Indonesia Masih
Rendah http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467
Ahmadi, H. A., (2004), Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta
Amir, M.T., (2010), Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Arends, I. R., (2008), Learning to Teach, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Arikunto, S., Suhordjono, dan Supardi, (2006), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi
Aksara, Jakarta
Depdiknas,
(2011),
http://www.sarjanaku.com/2011/06/pengertian-
matematika.html, (diakses Juni 2012)
Djamarah, S. B., (2011), Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta
Hamalik, O, (2001), Proses Belajar Mengajar, Bumi Akasara, Jakarta
......., (1994), Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta
Hudojo, H., (1988), Mengajar Belajar Matematika, Dikti, Jakarta
Ismail, wahyuni, (2007), Belajar Sebagai Proses Aktivitas Kognitif, Lentera
Pendidikan, Edisi X, NO.1 (83-94)
Istarani, (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan
Nasution, S., (1982), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar,
Bumi Aksara, Jakarta
Nasution, S., (1989), Kurikulum dan Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta
Purwanto, N., (2009), Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Penerbit
Rosda, Bandung.
Rohani, A., (2004), Pengelolaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta
Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Rajawali Pers, Jakarta
Sardiman, A. M., (2009), Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Rajawali,
Jakarta
Slameto, (2011), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta,
Jakarta
67
Suherman, E., dkk, (2003), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, UPI,
Bandung.
Suryosubroto, B., (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Tampomas, H., (2006), Matematika Plus SMP Kelas VII, Yudhistira, Jakarta
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta
ii
RIWAYAT HIDUP
Dewi Rotua Sidabutar dilahirkan di Bandung pada tanggal 22 Juni 1990.
Ibu bernama Surnita Sinaga dan ayah bernama Apul Sidabutar (alm), dan
merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Pada tahun 1996, penulis masuk
SD Oikumene Jakarta Timur dan lulus dari sekolah SD Negeri No. 091470
Sibaganding pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan sekolah
SMP RK Cinta Rakyat I Pematangsiantar, dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun
2005, penulis melanjutkan sekolah di SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar, dan
lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima di Program Studi
Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, dan lulus ujian pada tanggal 27
Februari 2013. Kegiatan intrakurikuler di Universitas Negeri Medan yang pernah
diikuti adalah sebagai pengurus UKMKP UP FMIPA Departemen Kepemimpinan
dan Intelektual divivsi kepemimpinan pada tahun 2010-2011, dan sebagai
Koordinator UKMKP UP FMIPA pada tahun 2012.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNIG
(PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN
TAHUN AJARAN 2012/2013
Dewi Rotua Sidabutar (408111040)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas VII SMP
Negeri 3 Medan tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tidakan kelas (classroom action research) yang dilakukan dengan dua siklus,
dimana siklus I terdapat 2 kali pertemuan dan siklus II terdapat 2 kali pertemuan.
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Negeri Medan dengan
jumlah siswa dikelas adalah 30 orang siswa. Pengumpulan data yang dilakukan
adalah melalui tes dan observasi
Hasil penelitian pada siklus I setelah dilakukan tindakan dengan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), nilai rata-rata observasi kegiatan
peneliti adalah 2,9 dengan kategori baik, dan persentase aktivitas belajar siswa
adalah 57% dengan kategori kurang aktif. Banyaknya siswa yang termasuk pada
paling sedikit kategori aktif adalah 6 orang siswa (20%) dari 30 orang siswa.
Rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah adalah 4,87 dengan kategori
sangat rendah. Banyaknya siswa yang termasuk paling sedikit kategori sedang
adalah 10 orang siswa (33%) dari 30 orang siswa Dengan melihat persentase
klasikal aktivitas belajar dan persentase kalsikal kemampuan pemecahan masalah
belum mencapai target penelitian, sehingga perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Hasil penelitian pada siklus II dengan model pembelajaran yang sama, nilai ratarata observasi 3,65 dengan kategori sangat baik. persentase aktivitas belajar siswa
adalah 79% dengan kategori aktif dan banyak siswa yang termasuk paling sedikit
kategori aktif adalah 28 orang siswa (93%) dari 30 orang siswa. Rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah 8,38 dengan kategori
kemampuan tinggi, banyak siswa yang termasuk paling sedikit kategori sedang
adalah 28 orang siswa (93%) dari 30 orang siswa.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan
aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas
VII SMP Negeri 3 Medan tahun ajaran 2012/2013.
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Observasi Aktivitas Siswa
10
Tabel 2.2. Kriteria Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
14
Tabel 2.3. Tahapan-Tahapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning
18
Tabel 3.1. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
30
Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Observasi Aktivitas Guru
31
Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
32
Tabel 4.1. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada
Tes Awal
34
Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Guru (Peneliti)
38
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
40
Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa I
42
Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Berdasarkan Aspek Kemampuan
Pemecahan Masalah II
43
Tabel 4.6. Perbedaan Tindakan pada Siklus I dan Siklus II
48
Tabel 4.7. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Guru (Peneliti)
50
Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Siklus II
52
Tabel 4.9. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa II
53
Tabel 4.10. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Berdasarkan Aspek kemampuan Pemecahan Masalah II
54
Tabel 4.11. Deskripsi Tingkat Aktivitas Belajar Siswa pada Setiap Siklus
58
Tabel 4.12. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
pada Siklus I dan II Berdasarkan Aspek Kemampuan
Pemecahan Masalah
60
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
28
Gambar 4.1 Kemampuan pemecahan masalah siswa pada tes awal
35
Gambar 4.2 Aktivitas belajar siswa pada siklus I `
Gambar 4.3 Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada siklus I
Gambar 4.4 Persentase klasikal aspek kemampuan pemecahan
masalah siklus I
41
42
43
Gambar 4.5 Aktivitas belajar siswa siklus II
52
Gambar 4.6 Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada siklus II
54
Gambar 4.7 Persentase klasikal siswa dalam aspek kemampuan
pemecahan masalah
Gambar 4.8 Persentase aktivitas siswa secara klasikal pada tiap siklus
Gambar 4.9 Kemampuan pemecahan masalah tiap siklus
Gambar 4.10 Persentase klasikal kemampuan pemecahan masalah
Berdasarkan aspek pemecahan masalah
pada setiap siklus
55
59
60
62
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
68
70
75
81
87
93
99
104
110
115
Lampiran 1. Tes Kemampuan Awal
Lampiran 2. Alternatif Penyelesaian tes kemampuan awal
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV
Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa I
Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II
Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa III
Lampiran 10. Lembar aktivitas Siswa IV
Lampiran 11. Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa I
Lampiran 12. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa I
Lampiran 13. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa I
Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa I
Lampiran 15. Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa II
Lampiran 16. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa II
Lampiran 17. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa II
Lampiran 18. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa II
Lampiran 19. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa
Lampiran 20. Pedoman Penilaian Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Lampiran 21 Tabulasi Nilai Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Lampiran 22. Lembar Observasi Aktivitas Guru
Lampiran 23. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII MPN 3
Medan Pertemuan I
Lampiran 24. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa kelas VII SMPN 3
Medan Pertemuan II
Lampiran 25.Rekapitulasi Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII
SMPN 3 Medan Siklus I
Lampiran 26. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa kelas VII SMPN 3
Medan Pertemuan III
Lampiran 27. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII SMPN 3
119
120
126
129
135
136
142
144
150
152
154
158
170
172
174
176
xi
Medan Pertemuan IV
Lampiran 28. Rekapitulasi Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII
SMPN 3 Medan Siklus II
Lampiran 29. Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa
Lampiran 30. Deskripsi Tes Kemampuan Awal Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas VII SMPN 3 Medan
Lampiran 31. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika I
Siswa
Lampiran 32. Deskripsi Tes kemampuan pemecahan Maslah Matematika I
Siswa kelas VII SMPN 3 Medan
Lampiran 33. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika II
Siswa
Lampiran 34. Deskripsi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika II Siswa Kelas VII SMPN 3 Medan
Lampiran 35. Daftar Kode dan Nama Siswa
178
180
182
184
186
188
190
192
194
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, salah
satu aspek yang dilihat dari suatu negara maju adalah pendidikan, dan pendidikan
tidaklah terlepas dari ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan
menuntut pendidikan untuk semakin tanggap dalam mengemas ilmu pengetahuan
menjadi menjadi suatu hal yang bisa digapai masyarakat. Namun satu hal yang
perlu diingat bahwa beda zaman berbeda pula tantangan dimana saat ini
merupakan
era
pengetahuan,
masyarakat
dengan
mudahnya
mengakses
pengetahuan dari teknologi yang ada. Amir (2010 : 3) menyatakan bahwa
“berbagai perubahan yang terjadi di berbagai lini kehidupan di era pengetahuan
ini, terutama perkembangan teknologi dan komunikasi haruslah dianggap penting
oleh dunia pendidikan” Sehingga dengan semakin berkembangnya teknologi dan
komunikasi hendaknya semakin bertambah pula rasa ingin tahu dan kemauan
untuk belajar yang membuat masyarakat khususnya siswa memiliki kemandirian
untuk memuaskan rasa ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.
Berbicara mengenai ilmu pengetahuan, matematika merupakan cabang
ilmu pengetahuan. Dalam artian, penguasaan akan matematika merupakan hal
penting yang menggunakan, pemahaman, kemampuan pemecahan masalah
bahkan analisis berpikir dimana ketika belajar matematika orang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, logis, kreatif dan kritis yang
sesungguhnya sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
matematika sangat penting dan menjadi ilmu dasar yang diajarkan di sekolah
dalam berbagai jenjang pendidikan. Namun dunia pendidikan matematika
dihadapkan dengan rendahnya akan hasil belajar siswa pada setiap jenjang
pendidikan di Indonesia. Seperti yang dipaparkan oleh Data UNESCO yang
menunjukkan, peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38
negara. Bahkan harian Kompas (3/3/2011) menyatakan bahwa: ” menurunnya
peringkat pendidikan Indonesia dari peringkat 65 pada tahun lalu menjadi 69 pada
tahun ini cukup menyesakkan dada.”
2
Hal di atas banyak faktor yang mempengaruhi, bukan semata-mata
kesalahan siswa atau inteligensi siswa yang rendah. Adiyanti,
(dalam, http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467) mengatakan:
“ anak yang berkesulitan belajar belum tentu mempunyai kecerdasan
yang kurang memadai, tetapi karena kondisi anak tersebut harus
berjuang untuk dapat mencapai prestasi seperti anak di usia mereka
terutama untuk memenuhi tuntutan sekolah.Oleh karena kesulitan yang
dialami tersebut, anak yang berkesulitan belajar seringkali mengalami
hasil belajar rendah dibanding dengan kemampuan intelektual yang
dimilikinya,”
Berdasarkan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 3
Pematangsiantar yang diikuti peneliti serta observasi yang dilakukan peneliti di
SMP Negeri 3 Medan, melalui pemberian soal cerita mengenai aritmatika sosial
penulis mengamati bahwa banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran
matematika dengan alasan pelajaran matematika yang terlalu sulit, guru yang
terlalu monoton dalam menyampaikan materi, sehingga mereka kurang respon
terhadap pelajaran matematika, lebih lagi kepada matematika yang bersifat
pemecahan masalah. Dalam kondisi sehari-hari kenyataan yang sering ditemukan
adalah siswa kewalahan dalam mengerjakan soal yang bersifat pemecahan
masalah, yaitu soal-soal yang berbentuk soal cerita yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Dimana kesulitan ditemukan ketika siswa menterjemahkan
soal ke dalam kalimat matematika, sehingga siswa pun kesulitan dalam
merencanakan penyelesaian masalah tersebut.
Objek kajian matematika yang abstrak membuat pelajaran ini sulit dicerna
oleh siswa. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk pemecahan
masalah dan rendahnya kemampuan pemecahan masalah berkaitan dengan proses
pembelajaran yang ada di kelas, dimana guru masih terpola pada paradigma lama
yang hanya teacher oriented, yang berpikir bahwa guru lebih aktif dibandingkan
siswa, sehingga siswa hanya duduk diam mendengarkan apa yang disajikan guru.
Padahal mengingat apa yang telah disinggung sebelumnya bahwa ilmu
pengetahuan semakin berkembang, demikian juga pelajaran matematika selalu
berkembang dan mempunyai masalah yang berbeda dan kompleks. Jika dipikirkan
antara waktu yang dimiliki untuk menyampaikan materi dikelas tidaklah cukup
3
memberikan banyak hal tentang materi yang sedang diajarkan. Sehingga peran
guru sebenarnya adalah, merangsang, memotivasi dan mendampingi serta
membimbing siswa di dalam memperoleh pengetahuan khususnya di dalam
pembelajaran matematika. Dari sini kita dapat melihat bahwa siswalah yang
seharusnya aktif. Sementara di dalam pembelajaran matematika, yang menjadi
tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa seperti yang
dikemukakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen,
Depdiknas
(dalam,
http://www.sarjanaku.com/2011/06/pengertian-
matematika.html) :
“1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan
dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah
yang berkaitan dengan kehidupan nyata.
2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.
3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat
dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis,
berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam
memandang dan menyelesaikan suatu masalah.”
Sehingga di dalam memecahkan masalah, guru juga perlu memperhatikan
bagaimana aktivitas siswa ketika mengikuti pembelajaran. Untuk itu di dalam
proses pembelajaran guru perlu memperhatikan dan menggunakan model
pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang bisa meningkatkan aktivitas
dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Model Pembelajaran Problem-Based
Learning sangat sesuai di dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa, dimana model pembelajaran ini berawal dari suatu masalah yang menuntut
siswa menggunakan pengetahuan awal untuk menyelesaikan masalah serta
menemukan pengetahuan baru didalam menyelesaikannya, sehingga model
pembelajaran ini menuntut siswa untuk berpikir optimal dalam menemukan
pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah matematika seperti yang
dikatakan Tan (dalam Rusman 2011: 229)
“Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran
karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan”
4
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DI KELAS VII SMP
NEGERI 3 TAHUN AJARAN 2012/2013.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat didentifikasi
bahwa ada beberapa masalah yaitu :
1. Kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika.
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
3. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa.
4. Kurangnya keaktifan siswa di dalam mengikuti pembelajaran
5. Kurang
sesuainya
model
pembelajaran
yang
pilih
di
dalam
menyampaikan materi pembelajaran.
1.3. Batasan Masalah
Dalam melaksanakan penelitian perlu dibuat suatu batasan masalah supaya
masalah yang diteliti jelas dan terarah. Oleh karena itu penulis hanya membatasi
masalah mengenai penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk
meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas VII
SMP Negeri 3 Medan tahun ajaran 2012/2013.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah yang telah
diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dari peneitian ini adalah :
1.
Apakah penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan Aktivitas belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 3 Medan
Tahun Ajaran 2012/2013?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan pemacahan masalah siswa di kelas VII SMP
Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2012/2013?
5
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan Aktivitas belajar siswa di kelas VII SMP Negeri
3 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan pemacahan masalah siswa di kelas
VII SMP Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
1.6. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai masukan bagi guru SMP Negeri 3 Medan dalam meningkatkan
aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa.
2. Sebagai masukan bagi peneiti untuk menjadi bekal dalam mengajar
matematika pada masa yang akan datang.
3. Sebagai bahan informasi yang bagi peneliti dikemudian hari
4. Sebagai bahan informasi yang relevan bagi penelitian selanjutnya
5. Melalui model pembelajaran Problem Based Learning ini diharapkan
siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar
6. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan
prestasi belajar siswa
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan dan hasil penelitian yang telah dibahas
sebelumnya diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 22% pada siklus pertama
57% (kategori kurang aktif) menjadi 79% (kategori aktif) pada siklus
kedua. dan persentase siswa yang memiliki ativitas belajar kategori paling
sedikit aktif meningkat dari 6 orang siswa (20%) menjadi 28 orang siswa
93%.
b. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) meningkat. Pada tes
awal, 100% siswa memperoleh tingkat kemampuan pemecahan masalah
matematika dengan nilai antara 0-54 dengan rata-rata skor kemampuan
pemecahan masalah klasikal 1 kemudian setelah pemberian tindakan I,
diperoleh tingkat kemampuan pemecahan masalah dimulai dari kategori
tinggi hanya ada 10 orang siswa (33%) dengan rata-rata skor kemampuan
pemecahan masalah klasikal 4,87. Terjadi peningkatan, namun masih
belum mencapai target penelitian (ketercapaian tingkat kemampuan
pemecahan masalah klasikal 80%). Sehingga dilanjut ke siklus II. Setelah
pemberian tindakan II, diperoleh tingkat kemampuan pemecahan masalah
klasikal siswa 8,38 dengan jumlah siswa 28 orang (93%). Terjadi
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika secara klasikal
sebesar 60%. Maka ketercapaian tingkat kemampuan pemecahan masalah
terlampaui (80%).
65
5.2 Saran
Adapun yang menjadi saran adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru matematika, model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk melaksanakan
proses pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan
pemecahan masalah, baik dalam materi yang sama maupun dalam materi
yang berbeda.
2. Guru perlu mengalokasikan waktu dengan baik karena mempertimbangkan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memerlukan alokasi
waktu yang banyak.
3. Penggunaan LAS sebagai media pembelajaran perlu dipertimbangkan,
karena dengan menggunakan LAS dapat mengefektifkan pembelajaran.
66
DAFTAR PUSTAKA
Adiyanti M. G, M. S, (2012), Mutu Pendidikan Matematika di Indonesia Masih
Rendah http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467
Ahmadi, H. A., (2004), Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta
Amir, M.T., (2010), Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Arends, I. R., (2008), Learning to Teach, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Arikunto, S., Suhordjono, dan Supardi, (2006), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi
Aksara, Jakarta
Depdiknas,
(2011),
http://www.sarjanaku.com/2011/06/pengertian-
matematika.html, (diakses Juni 2012)
Djamarah, S. B., (2011), Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta
Hamalik, O, (2001), Proses Belajar Mengajar, Bumi Akasara, Jakarta
......., (1994), Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta
Hudojo, H., (1988), Mengajar Belajar Matematika, Dikti, Jakarta
Ismail, wahyuni, (2007), Belajar Sebagai Proses Aktivitas Kognitif, Lentera
Pendidikan, Edisi X, NO.1 (83-94)
Istarani, (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan
Nasution, S., (1982), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar,
Bumi Aksara, Jakarta
Nasution, S., (1989), Kurikulum dan Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta
Purwanto, N., (2009), Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Penerbit
Rosda, Bandung.
Rohani, A., (2004), Pengelolaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta
Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Rajawali Pers, Jakarta
Sardiman, A. M., (2009), Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Rajawali,
Jakarta
Slameto, (2011), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta,
Jakarta
67
Suherman, E., dkk, (2003), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, UPI,
Bandung.
Suryosubroto, B., (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Tampomas, H., (2006), Matematika Plus SMP Kelas VII, Yudhistira, Jakarta
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta
ii
RIWAYAT HIDUP
Dewi Rotua Sidabutar dilahirkan di Bandung pada tanggal 22 Juni 1990.
Ibu bernama Surnita Sinaga dan ayah bernama Apul Sidabutar (alm), dan
merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Pada tahun 1996, penulis masuk
SD Oikumene Jakarta Timur dan lulus dari sekolah SD Negeri No. 091470
Sibaganding pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan sekolah
SMP RK Cinta Rakyat I Pematangsiantar, dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun
2005, penulis melanjutkan sekolah di SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar, dan
lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima di Program Studi
Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, dan lulus ujian pada tanggal 27
Februari 2013. Kegiatan intrakurikuler di Universitas Negeri Medan yang pernah
diikuti adalah sebagai pengurus UKMKP UP FMIPA Departemen Kepemimpinan
dan Intelektual divivsi kepemimpinan pada tahun 2010-2011, dan sebagai
Koordinator UKMKP UP FMIPA pada tahun 2012.