PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK - PAIR - SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DI KELAS VII SMP PAB 10 MEDAN ESTATE.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA
DI KELAS VII SMP PAB 10 MEDAN ESTATE
TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh :
Mudriqah Fadhilah Siregar
NIM 4113311034
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015


iv

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,
rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul ”Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think- Pair-Share (TPS) untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Materi Bangun Datar Segiempat di
SMP PAB 10 Medan Estate Tahun Ajaran 2014/2015” ini dapat terselesaikan
dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar

Sarjana

Pendidikan

Matematika,

Fakultas

Matematika


dan

Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Ida
Karnasih, M.Sc.,Ed.,Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan pada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd, Bapak
Drs. W.L Sihombing, M.Pd dan Ibu Dra. Nerli Khairani, M.Si selaku dosen
penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan
penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd, selaku dosen
pembimbing akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan dan saransaran dalam perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sawal
Gultom, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai
di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA, Bapak
Drs. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si

selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sabarto, SH selaku Kepala SMP PAB
10 Medan Estate dan bapak Pangondian, S.Pd selaku guru bidang studi

v

matematika di SMP PAB 10 Medan Estate yang telah banyak membantu penulis
selama penelitian.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Drs.
Sakti Siregar, M.Pd

Ibunda Rahimah Ainun Harahap, S.Pd dan adik-adikku

M.Ridwan Siregar, Miftahur Rahman Siregar, Khafifah Siregar, Hudhwanah
Siregar, Hafnita Siregar serta seluruh keluarga yang terus memberikan doa, kasih
sayang, motivasi dan dukungan demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik
penulis, Halimah Tussa’diah, Lavenia Ulandari, Yuni Hartati Harahap dan temanteman seperjuangan di Jurusan Matematika khususnya kelas Ekstensi Matematika

2011 yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai
menyelesaikan skripsi ini, teman-teman PPLT Tanjung Pura, adik-adik kelas
Ekstensi Matematika 2012, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi
maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan,

Juni 2015

Penulis,

Mudriqah Fadhilah Siregar
NIM. 4113311034

vi

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Diagram
Daftar Lampiran

i
ii
iii
iv
vi
ix
x
xi
xii


BAB I

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

1

1.2. Identifikasi Masalah

8

1.3. Batasan Masalah

8

1.4. Rumusan Masalah


8

1.5. Tujuan Penelitian

9

1.6. Manfaat Penelitian

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

10

2.1. Kerangka Teoritis

10

2.1.1. Pengertian Belajar


10

2.1.2. Pengertian Hasil Belajar

12

2.1.3. Masalah dalam Matematika

13

2.1.4. Pemecahan Masalah Matematika

14

2.1.4.1 Pengertian Pemecahan Masalah

14

2.1.4.2 Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika


15

2.1.4.3 Langkah – langkah Pemecahan Masalah

18

2.1.4.3.1 Cara Memahami Masalah

18

2.1.4.3.2 Membuat Rencana untuk Menyelesaikan Masalah

18

2.1.4.3.3 Melaksanakan Penyelesaian Soal

19

2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

2.1.5.1. Alat Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
2.1.6. Pembelajaran Kooperatif

19
21
22

2.1.6.1. Unsur - unsur Pembelajaran Kooperatif

23

2.1.6.2. Langkah - langkah Pembelajaran Kooperatif

24

vii
2.1.6.3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
2.1.7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)
2.2 Menyelesaikan pemecahan masalah


26
28
30

2.2.1 persegi panjang

30

2.2.2 persegi

33

2.2.3 belah ketupat

34

2.2.4 layang – layang

35

2.3 Tinjauan kurikulum

36

2.4 Materi Segi Empat

36

2.5 Kerangka Konseptual

46

2.6 Penelitian yang Relevan

47

2.7 Hipotesis Penelitian

48

BAB III METODE PENELITIAN

49

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

49

3.1.1. Lokasi Penelitian

49

3.1.2. Waktu penelitian

49

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

49

3.2.1. Subjek Penelitian

49

3.2.2. Objek Penelitian

49

3.3. Jenis Penelitian
3.3.1. Siklus I

49
50

3.3.1.1 Permasalahan I

50

3.3.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I

51

3.3.1.3 Pelaksanaan Tindakan I

51

3.3.1.4 Observasi I

52

3.3.1.5 Tahap Analisis Data Siklus I

52

3.3.1.5 Tahap Refleksi Siklus I

53

3.3.2 Siklus II

53

3.3.2.1 Permasalahan II

53

3.3.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan II

54

3.3.2.3 Pelaksanaan Tindakan II

54

3.3.2.4 Observasi II

54

3.3.2.5 Tahap Analisis Data Siklus II

55

viii
3.3.1.5 Tahap Refleksi Siklus II
3.4. Instrumen Pengumpul Data

55
56

3.4.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

56

3.4.2. Observasi

58

3.4.3. Dokumentasi

58

3.5. Teknik analalisis Data

58

3.5.1. Reduksi Data

59

3.5.2. Paparan Data

59

3.5.3. Penarikan Kesimpulan

62

BAB IV HASIl PENELITIAN
4.1.
4.1.1

Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi Kemampuan Awal Siswa
4.1.1.1 Permasalahan I
4.1.1.2 Alternatif Pemecahan Masalah I
4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I
4.1.1.4 Tahap Observasi I
4.1.1.5 Observasi I
4.1.1.5.1 Deskripsi Hasil Observasi I
4.1.1.6 Analisis Data I
4.1.1.6.1 Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah I
4.1.1.7. Refleksi I
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
4.1.2.1 Kondisi Awal Siswa
4.1.2.2 Alternatif Pemecahan Masalah II
4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II
4.1.2.4 Tahap Observasi II
4.1.2.4.1 Deskripsi Hasil Observasi II
4.1.2.5 Analisis Data II
4.1.2.5.1 Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah II
4.1.2.6. Refleksi II
4.2
Diskusi Hasil Penelitian
4.3
Temuan Penelitian

63
63
63
64
65
66
66
66
70
71
76
80
80
80
81
82
82
86
86
90
94
96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
5.2

Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA

97
98
99

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Langkah – langkah Pembelajaran Kooperatif

25

Tabel 3.1 Alternatif Pemberian Skor Pemecahan Masalah

57

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

61

Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Diagnostik

63

Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Observasi Guru melakukan Pembelajaran pada Siklus I

69

Tabel 4.3 Siklus I (Memahami Masalah)
Tabel 4.4 Siklus I (Merencanakan Pemecahan Masalah)

72
73

Tabel 4.5 Siklus I (Melaksanakan Pemecahan Masalah)
Tabel 4.6 Siklus I (Memeriksa Kembali)
Tabel 4.7 Kemampuan Siswa pada TKPM Siklus I
Tabel 4.8 Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran pada Siklus II

73
74
75
85

Tabel 4.9 Siklus II (Memahami Masalah)
Tabel 4.10 Siklus II (Merencanakan Pemecahan Masalah)
Tabel 4.11 Siklus II (Melaksanakan Pemecahan Masalah)
Tabel 4.12 Siklus II (Memeriksa Kembali)
Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Siswa pada TKPM Siklus II
Tabel 4.14 Hasil Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap Tes

86
87
88
88
89
90

Tabel 4.15 Jumlah Siswa yang mampu memecahkan Masalah pada siklus I dan II

92

Tabel 4.16 Perbandingan Hasil Penelitian

93

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Hasil Kerja Siswa

5

Gambar 3.1 Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas

55

Gambar 4.1 Kesulitan Siswa Pada Langkah Memahami Masalah

77

Gambar 4.2 Kesulitan Siswa Pada Langkah Merencanakan Masalah

78

Gambar 4.3 Kesulitan Siswa Pada Langkah Melaksanakan Pemecahan Masalah

79

Gambar 4.4 Kesulitan Siswa Pada Langkah Memeriksa Kembali

79

xi
DAFTAR DIAGRAM

Grafik 4.1 Kemampuan Siswa per indikator pada TKPM 1
Grafik4.2 Kemampuan siswa Kemampuan Pemecahan Masalah I
Grafik4.3 Kemampuan Siswa per indikator pada TKPM II
Grafik4.4 Kemampuan siswa Kemampuan Pemecahan Masalah II
Grafik 4.5 Hasil Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah
Grafik.4.6 Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa siklus I dan II

74
75
89
90
91
93

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Mata Pelajaran

101

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (siklus I)

111

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (siklus I)

121

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (siklus II)

131

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (siklus II)

140

Lampiran 6 Lembar Kegiatan Siswa I

148

Lampiran 7 Alternatif lembar Kegiatan Siswa I

151

Lampiran 8 Lembar Kegiatan Siswa II

154

Lampiran 9 Alternatif lembar Kegiatan Siswa II

157

Lampiran 10 Lembar Kegiatan Siswa III

159

Lampiran 11 Alternatif Lembar Kegiatan Siswa III

162

Lampiran 12 Lembar Kegiatan Siswa IV

164

Lampiran 13 Alternatif Lembar Kegiatan Siswa IV

167

Lampiran 14 Tes Awal

169

Lampiran 15 Kisi - Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah I

170

Lampiran 16 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

171

Lampiran 17 Alternatif Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

175

Lampiran 18 Kisi - Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah II

179

Lampiran 19 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II

180

Lampiran 20 Alternatif Kemampuan Pemecahan Masalah II

183

Lampiran 21 Alternatif Tes Awal

187

Lampiran 22 Pedoman Pensekoran

190

Lampiran 23 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

191

Lampiran 24 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II

197

Lampiran 25 Hasil Tes Awal

203

Lampiran 26 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

205

Lampiran 27 Hasil Tes Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II

208

Lampiran 28 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan I (Siklus I)

211

Lampiran 29 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan II (Siklus I)

213

xiii
Lampiran 30 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan III (Siklus I)

215

Lampiran 31 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Pertemuan IV (Siklus II)

217

Lampiran 32 Daftar Nama Siswa

219

Lampiran 33 Dokumentasi

220

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas
dari peranan matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari
oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga di Perguruan Tinggi. Ada
banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius
(dalam Abdurrahman 2010 : 253) mengemukakan :
”Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.”
Sedangkan Paling (dalam Abdurrahman 2010 : 252) mengemukakan
bahwa :
”Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, mennggunakan
pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah
memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam dalam melihat dan
mengunakan hubungan-hubungan.”
Matematika disadari sangat penting peranannya. Namun tingginya
tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar
matematika siswa. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada
bidang studi matematika kurang menggembirakan. Pemerintah, khususnya
Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan salah satunya pendidikan matematika, baik melalui peningkatan
kualitas guru matematika melalui penataran-penataran, maupun peningkatan
prestasi belajar siswa melalui peningkatan standar minimal nilai Ujian Nasional
untuk kelulusan pada mata pelajaran matematika. Namun ternyata prestasi belajar
matematika siswa masih jauh dari harapan. Dari hasil TIMMS 2007

1

2

http://litbang.kemdikbud.go.id/), skor siswa-siswa SMP kelas VIII di bidang
matematika berada di bawah rata-rata internasional (urutan ke-36 dari 49 negara
peserta). Posisi itu jauh di bawah Malaysia yang berada di urutan ke- 20 atau
bahkan Singapura yang berjaya di urutan ke-3. Selain itu menurut catatan UNDP
(http://hdr.undp.org/en/statistics/), pada tahun 2011 HDI (Human Development
Index) Indonesia menempati peringkat 124, bandingkan dengan Singapura ke-26,
Brunei ke-33, Malaysia ke-61, Srilangka ke-97, Thailand ke-103.
Kenyataan yang kurang memuaskan di atas, salah satunya disebabkan
karena kemampuan pemecahan matematika siswa masih rendah. Kemampuan
memecahkan masalah perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran
matematika, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara
mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret sehingga dengan
pengalaman tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
serupa. Dalam hal kemampuan pemecahan masalah Bruner (dalam Trianto, 2010 :
91) mengatakan bahwa berusaha :
“Sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna”.
Selanjutnya Arends (dalam Trianto, 2011 : 90) mengatakan bahwa :
“Dalam mengajar guru menuntut siswa untuk belajar dan jarang
memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga
menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan
bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah”.
Pembelajaran dilakukan secara mekanistik dengan penekanan pada latihan
mengerjakan soal atau drill dengan mengulang prosedur, menggunakan rumus
atau algoritma tertentu. Bila siswa diberikan soal yang berbeda dengan soal
latihan, mereka kebingungan karena tidak tahu harus mulai dari mana mereka
bekerja.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran
matematika dalam aspek pemecahan masalah matematika masih rendah. Trianto
(2011 : 5) mengemukakan bahwa

di lain pihak secara empiris berdasarkan

analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan

3

dominannya proses pembelajaran konvensional. Pola pengajaran terlalu banyak
didominasi oleh guru, khususnya dalam transformasi pengetahuan kepada anak
didik. Siswa diposisikan sebagai obyek, siswa dianggap tidak tahu atau belum
tahu apa-apa.
Selain itu hambatan maupun kekurangan yang sering didapatkan
diantaranya kurang tepatnya guru dalam memilih model pembelajaran dalam
menyampaikan materi, dimana dalam proses pembelajaran masih sering ditemui
adanya kecendrungan meminimalkan keterlibatan siswa dan guru sering
menggunakan model pembelajaran yang sama dan tidak bervariasi. Dominasi
guru dalam dalam proses pembelajaran menyebabkan kecendrungan siswa lebih
bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada
mencari dan menemukan pengetahuannya baik melalui lisan atau tulisan serta
keinginannya untuk lebih mendalami matematika terbuang jauh sehingga nantinya
hasil belajar matematika siswa rendah. Disamping itu penggunaan buku ajar
matematika belum tertata dengan baik, cenderung hanya memperhatikan struktur
perkembangan kognitif anak. Masih banyak ditemukan buku matematika yang
belum didesain semenarik mungkin dengan menggunakan fitur – fitur yang
menarik dan berwarna serta belum ditemukan berbagai contoh melalui gambar,
poster atau karikatur yang beraneka ragam. Untuk itu guru harus dapat
menjelaskan dan memberikan contoh konkrit bukan abstrak kepada siswa.
Berdasarkan hasil observasi awal ( 7 Februari 2015 ) kepada siswa SMP
swasta PAB 10 Medan Estate dikelas VII, peneliti melihat bahwa metode
pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat satu arah, dimana keterlibatan
siswa masih kurang dalam pembelajaran. Guru lebih mendominasi daripada
siswa dalam proses pembelajaran dan mengakibatkan siswa hanya bersifat pasif
atau dengan kata lain proses belajar mengajar disekolah masih bersifat teacher
centered. Melalui tes ketika observasi tentang bangun ruang sisi datar. Dari 22
siswa yang mengikuti tes, diperoleh diperoleh 0 orang siswa (0%) dengan tingkat
kemampuan sangat tinggi, 0 orang siswa (0%) dengan tingkat kemampuan tinggi,
6 orang siswa (27,27%) dengan tingkat kemampuan sedang, 4 orang siswa
(18,18%) dengan tingkat kemampuan rendah, dan 12 orang siswa (54,54%)

4

dengan tingkat kemampuan sangat rendah. Rata-rata skor kemampuan siswa
merencanakan pemecahan masalah pada tes awal adalah 23,90 dengan persentase
49,81%. Dalam setiap langkah kegiatan pemecahan masalah siswa dikategorikan
dalam kemampuan yang sangat rendah. Rendahnya hasil blajar siswa dalam
mempelajari matematika disebabkan selama ini pembelajaran matematika
terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah. Kebanyakan
siswa cenderung menghapal konsep – konsep matematika yang diajarkan oleh
guru atau tertulis dalam buku. Siswa menjadi malas dan tidak mau memikirkan
cara untuk memecahkan masalah.
Seperti yang diungkapkan Lilis Widianti (http://newspaper.pikiranrakyat.com) bahwa :
“selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh
kepada substansi pemecahan masalah. Kebanyakan guru mengajarkan prosedur
atau langkah – langkah pengerjaan soal. Bahkan siswa cenderung menghapal
konsep – konsep matematika dan sering dengan mengulang – ngulang menyebut
definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari tanpa
memahami maksudnya. Kecendrungan ini tentu saja dapat mengabaikan
kebermaknaan dari konsep matematika yang dipelajari siswa sehingga
kemampuan dalam memecahkan masalah sangat kurang.”
Dari data tersebut terlihat jelas bahwa masih banyak siswa yang memiliki
kesulitan dalam memecahkan masalah matematika.Sebagai contoh, Atap sebuah
rumah akan dipasang genteng dengan berbentuk jajargenjang berukuran alas 20cm
dan tingginya 30 cm. jika luas atap 6m2 . berapa banyak genteng yang dibutuhkan
untuk menutupi seluruh atap rumah tersebut?

5

Hasil kerja siswa dapat dilihat dari contoh siswa dalam menjawab soal cerita
berikut:

Gambar 1.1 Hasil Kerja Siswa
Dari soal di atas siswa diharapkan menuliskan terlebih dahulu langkahlangkahnya sebelum menyelesaikan permasalahan. Oleh sebab itu diperlukan
upaya untuk pemecahan masalah tersebut. Selain itu dari hasil angket yang
diberikan kepada siswa, banyak siswa yang mengatakan bahwa penting untuk
belajar matematika namun tidak banyak yang menyukai matematika karena
berbagai alasan. Diantaranya adalah matematika merupakan pelajaran yang sulit,
membosankan, dan hanya menghafal rumus dan guru jarang menerapkan model –
model pembelajaran yang mampu meningkatkan semangat siswa untuk belajar.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hamalik ( 2010 : 170) :
“Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah
orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting
bagi siswa. Sistem penuangan lebih mudah pelaksanaanya bagi guru dan
tidak ada masalah atau kesulitan, guru cukup mempelajari materi dari
buku. Lalu disampaikan pada siswa. Di sisi lain, siswa hanya bertugas
menerima dan menelan, mereka diam dan bersikap pasif atau tidak aktif.”
Sedangkan Sanjaya ( 2010 : 130) mengatakan bahwa :
“Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah
berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang

6

diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong
aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktifitas fisik,
akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas
mental.”
Dalam hal ini, sebaiknya guru harus membuat sesuatu trik dimana
matematika itu dapat dikemas menjadi pelajaran yang menarik dan mudah
dimengerti. Yang dengan sendirinya membangkitkan semangat para siswa untuk
belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk
melibatkan keaktifan siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut
johsnon dan johnson (dalam Abdurrahman, 2010 : 124) menyatakan bahwa:
“Hasil- hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki
berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Berbagai
pengaruh positif tersebut antara lain:
1. Meningkatkan prestasi belajar
2. Meningkatkan retensi
3. Lebih dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi
4. Lebih dapat mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik
5. Lebih sesuai untuk meningkatkan hubungan manusia yang heterogen
6. Meningkatkan sifat anak yang positif terhadap sekolah
7. Meningkatkan sifat anak yang positif terhadap guru
8. Meningkatkan harga diri anak
9. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif
10. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong – royong
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Zakaria (dalam Isjoni, 2010 : 21) bahwa, “pembelajaran
kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam
pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan – rekan dalam kelompok
kecil.”
Selanjutnya, Isjoni (2010 : 23) mengatakan bahwa:
“Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang saat ini
banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang
berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa.”
Dari masalah yang telah dikemukakan di atas, guru hendaknya perlu
melakukan perbaikan proses pengajaran untuk meningkatkan kemampuan

7

pemecahan masalah siswa. Proses belajar mengajar matematika yang baik adalah
guru harus mampu menciptakan suasana yang membuat murid antusias terhadap
materi pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga mereka mampu
mengikuti dan memahaminya. Salah satunya dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-share (TPS).
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif
dan yang dapat mendorong siswa belajar melakukan pemecahan masalah
matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-share (TPS).
Dengan model pembelajaran Think-Pair-share (TPS), maka diharapkan dapat
mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa dapat
menemukan sendiri penyelesaian masalah dari soal – soal penyelesaian masalah di
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa termotivasi untuk belajar
matematika dan mampu mengembangkan ide atau gagasan mereka dalam
menyelesaikan permasalahan matematika.
Menurut Arends (dalam Trianto 2011 : 81) “Think-Pair-share merupakan
suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.”
Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan
untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan
dalam Think-Pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk
merespons dan saling membantu.
Model ini merupakan bentuk kerjasama baik antara sesama siswa maupun
antara siswa dengan guru. Sehingga sering dilakukan pengelompokan baik dalam
kelompok kecil yang berpasangan. Dengan kerjasama tersebut siswa akan
termotivasi terlihat dalam menyelesaikan tugas- tugas dan dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berfikir siswa.
Dengan

terbentuknya

diskusi

dalam

kelompok

belajar

dapat

mempermudah siswa dalam mempelajarai konsep – konsep matematika, siswa
dapat memecahkan masalah yang sulit lewat serangkaian diskusi dalam
kelompok. Siswa akan untuk bisa bekerja, mengembangkan diri dan bertanggung
jawab secara individu maupun kelompok. Persaingan yang positif akan terjadi di
kelas dalam rangka pencapaian prestasi belajar yang optimal.

8

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

penulis

termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-share untuk meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di Kelas VII SMP Swasta
PAB 10 Medan Estate .”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di atas
diperoleh beberapa identifikasi masalah maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP
SWASTA PAB 10 Medan Estate masih rendah.
2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif dan kurang
bervariasi.
3. Siswa kurang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
matematika secara lisan atau tulisan.
4. Pola pengajaran terlalu banyak di dominasi oleh guru

1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan identifikasi
masalah, agar penelitian ini lebih terarah maka perlu dibuat batasan terhadap
masalah yang ingin dicari penyelesaiannya. Adapun batasan masalah yang dikaji
dalam rencana penelitian ini dibatasi pada rendahnya kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa pada materi bidang datar segi empat dapat ditingkatkan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS).
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah
yang dikemukakan maka rumusan maslahnya adalah : ”Apakah model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan

9

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi bidang datar segi
empat?”
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian
adalah : ”Untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) pada materi bidang datar segi empat dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa”

1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut:
1. Bagi siswa diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan
pemecahan

masalah dan memberikan kesempatan untuk belajar secara

mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.
2. Bagi guru dapat menjadi gambaran tentang bagaimana menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam kaitannya
dengan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika. Dan
guru dapat mengelola bagaimana cara mengajar matematika serta sebagai
bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
menyetujui pembelajaran dengan menggunakan menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS).
4. Bagi peneliti sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan
pembelajaran dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran
Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam menjalankan tugas sebagai
pengajar kelak dan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya
yang lebih baik.

99
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono., (2010), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi., (2014), Penelitian Tindakan Kelas, Rineka Cipta, Jakarta.
_________________, (2013), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,Ed. Revisi,
Bumi Aksara, Jakarta.
Djamarah, S.B., dan Aswin Zain, (2013), Strategi Belajar Mengajar, Rineka
Cipta, Jakarta.
Hudojo,

H., (2010), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika,Universitas Negeri Malang (UM PRESS), Malang.

Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian
Kependidikan, FMIPA Unimed
Hamalik, Oemar., (2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Isjoni, H., (2010). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi Antar Peserta Didik, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2011), Survei Internasional TIMSS,
http://litbang.kemdikbud.go.id/. (Accessed 5 februari 2015)
Lie, Anita, (2010), Cooperative Learning, PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
Pasaribu, Feri Tiona., (2008), Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa dengan Penerapan Teori Vygotsky pada
Materi Geometri di Kelas IX SMP Negeri 3 Padang Sisimpuan Tahun
Ajaran 2008/2009, Skripsi FMIPA UNIMED, Medan.
Purwanto, (2011), EVALUASI HASIL BELAJAR, Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Siregar, Sakinah Ubudiyah., (2012), Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berbasis Masalah untuk
Membelajarkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Kelas V MIN Pada Pokok Bahasan Pecahan, Tesis, Pasca
Sarjana, Unimed, Medan.

100
Slameto., (2013), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit
RinekaCipta, Jakarta.
Sudjana, (2010), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.
Sudjana, Nana., (2010), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Rosdakarya,
Bandung.
Sugiman., Kusumah, Yaya S., dan Sabandar, Jozua., (2009), Mathematis Problem
Solving in Realistic Mathematics, Jurnal Pendidikan Matematika
PARADIKMA 2 : 179 – 180
Suherman, dkk. (2010). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Penerbit
Universitas Terbuka: Jakarta.
Sumarno, (2010). Model Pembelajaran Generatif. Jakarta : Rineka Cipta
Suprijono, Agus., (2010), Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem,
Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembeajaran Inovatif Progresif, Penerbit
Kencana, Jakarta.
UNDP, (2011), Human Development Index, http://hdr.undp.org/en/statistics/.
(Accessed 5 februari 2015)

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK - PAIR - SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKASISWA DI KELAS VII SMPN 1 PERCUT SEI TUAN T.A. 2016 / 2017.

0 2 29

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII SMP SWASTA ANGKASA MEDAN.

0 5 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SPLDV DI KELAS VIII SMP SWASTA AL HIDAYAH MEDAN.

0 16 25

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMP SWASTA KATOLIK BUDI MURNI-2 MEDAN.

0 3 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SPLDV DI KELAS VIII SMP SWASTA BANDUNG TEMBUNG.

0 10 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURA

0 4 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK.

0 0 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

0 0 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SERTA PENGEMBANGAN DISPOSISI SISWA SMP - repo unpas

1 0 22