Perancangan Interior Klinik Kejiawaan dan Panti Regabilitasi.
ABSTRAK
Berbicara kesehatan, tidaklah hanya kesehatan fisik saja melainkan kesehatan jiwa juga harus diperhatikan. Pada umumnya masyarakat tidak begitu memperhatikan keadaan kejiwaan dari masih normal hingga bisa dikatakan sakit/ depresi oleh dokter. Hal ini di karenakan sakit jiwa tidak mempunyai wujud atau bentuk yang bisa diketahui dengan mudah. Wadah untuk para penderita sakit jiwa cukup terbilang sedikit. Di tiap daerah besar biasanya hanya ada 1 atau 2 klinik saja. Klinik yang sudah tersedia tidaklah terlalu besar, namun pendekatan ke desainnya masih kurang.
Desain dari sebuah klinik kejiwaan sangat dibutuhkan, karena klinik spesialisasi kejiwaan tidaklah seperti klinik umum biasanya. Klinik kejiwaan memiliki syarat dan standart desain, dan tidak bisa menggunakan sembarang warna dan bentuk. Hal ini dilakukan karna, warna dapat meransang psikologis pasien dan keaktifan pasien. Bentukkanpun juga bisa meransang psikologis pasien, dimana tidak semua bentukan bisa di terapkan dalam klinik kejiwaan. Dalam mendesain klinik, semua elemen-elemen interior harus di perhatikan guna membantu proses penyembuhan dan menstabilkan kondisi kejiwaannya.
Ruang yang perancang buat dalam proyek ini sudah cukup mengikuti standart klinik kejiwaan, karna tiap pengaplikasian warna, bentuk dan materialsesuai dengan kebutuhan pasien dan harapan untuk dapat sembuh. Warna yang diaplikasikan ialah warna lembut dan netral dan bentuk yang di gunakan ialah bentukan gelombang. Tujuan desain ini agar memberikan kenyamanan tinggi bagi pasien dan keluarga.
Kata kunci: Home, Hijau pastel, bentuk
ABSTRAK
Speaking of health, not only physical health but also mental health must be considered. In general, people paid little attention to the psychological state of a normal still be spoken of illness / depression by a physician. This is because the mental illness does not have the form or forms that can be known easily.
(2)
I
Containers for the mentally ill is fairly little. In each region there are usually only one or two clinic only. Clinic already provided it is not too big, but the approach to design is still lacking.
Design of a psychiatric clinic is needed, because the psychiatric clinic specialization is not like a general clinic normally. Psychiatric clinic have requirements and design standards, and can not use just any color and shape. This is done because, color can stimulate the patient's psychological and activity of the patient. Forms can also stimulate the patient's psychological, not all formations which could be applied in a psychiatric clinic. In designing the clinic, all interior elements have to look in order to help the healing process and stabilize the mental condition.
Space designer for this project is enough to follow the standard psychiatric clinic, because each application of color, shape and materialsesuai to patients' needs and expectations to be cured. The colors are applied is soft and neutral colors and forms in use was the formation of waves. The design goal is to provide high comfort for patients and families.
(3)
Daftar Isi
HALAMAN PENGESAHAN……….i
KATA PENGANTRA……….ii
DAFTAR ISI………iii
BAB1 PENDAHULIAN………...1
Latar Belakang Masalah………...1-3 Rumusan masalah………3
Ide perancangan………...4
Tujuan perancangan……….4
Manfaat untuk di desain………...4
Batasan penelitian……….4-5 Sistematika penulisan………5-6 BAB TEORI TENTANG RUMAH SAKIT JIWA………6
2.1 Pengertian klinik …..……….6
2.1.1 Definisi klinik …..……….…..6-7 2.1.2 Tipe klinik ………..7-8 2.1.3 Jenis-jenis rumah sakit………..…..7-9 2.1.4 Persyaratan klinik ………...9-12 2.2 klinik kejiwaan ………..…12
2.2.1 Definis klinik ……….12 2.2.2 Penjelasan klinik ……….…12-13 2.2.3 Persyaratan klinik ………12-15 2.2.4 Fasilitas klinik ………..15-17
(4)
2.2.5 Standart klinik sakit jiwa ………..17-20 2.3 Gangguan Jiwa………21
2.3.1 Definisi gangguan jiwa……….21-24
2.3.2 Jenis/ macam gangguan jiwa………24-27
2.3.3 Cara penanganan pasien………...27-29
2.4 Bentukan yang Berpengaruh Terhadap Gangguan Jiwa………...29
2.4.1 Definisi bentuk……….29-30
2.4.2 Psikologis warna, arti warna dan dampaknya……….30-35 2.5 Studi Banding………..35 2.5.1 Studi banding rumah sakit luar negri………35-37 BAB III DESKRIPSI DAN PROGRAMING PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA….38
Perancangan interior………...38
Analisa site………39-40
Analisa user………..….40-41
Ruang-ruang dalam perancangan rumah sakit jiwa……….………….41-45 BAB IV APLIKASI KONSEP HOMEY AND NATURE PADA PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT JIWA………..46
4.1.1 Latar belakang konsep………...………...46-47
4.1.2 Konsep desain……….……….47-48
4.1.3 Kesetaraan konsep………..………48-49
4.1.4 Pencahayaan dan ambience……….………...49-50
(5)
4.2.1 Lobby……… 69
4.2.2 Kasir dan area tunggu………70
4.2.3 Kamar VIP……….71
5.1 Kesimpulan……….. 75
(6)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gangguan kejiwaan atau sakit jiwa bisa dialami semua kalangan masyarakat, baik kaya maupun miskin, pria maupun wanita, tua maupun muda. Hal ini dikarenakan kondisi kejiwaan tiap orang berbeda-beda. Seorang yang mempunyai karakter lebih tegar, sabar dan mampu menerima keadaan apapun biasanya memiliki kondisi kejiwaan yang lebih stabil dibandingkan dengan seorang yang memilik karakter cepat panik, tempramen, tidak bisa beradaptasi, dan tidak mampu menerima keadaannya saat sedang jatuh. Maka dari itu gangguan jiwa merupakan suatu masalah kejiwaan yang bisa diakibatkan dari berbagai macam faktor. Adapun beberapa faktor penyebab seorang dapat mengalami gangguan jiwa antara lain:
1. Tingginya jumlah penduduk
Masalah ini mungkin tidak berdampak ke seluruh masyarakat di Indonesia,tetapi ada beberapa orang yang mengalami dampak buruk dari tingginya jumlah penduduk. Yang menjadi gangguan dari hal ini ialah di mana seseorang susah mencari lahan pekerjaan terutama di kota besar seperti Jakarta. Persaingan yang sangat ketat dari tiap kantor/perusahaan membuat mental tiap individu harus kuat dan siap menghadapi masalah apapun dalam pekerjaan. Daya saing yang semakin ketat dan pemecatan pegawai yang semakin meningkat membuat individu tertekan dengan cobaan yang ia alami. Untuk mencoba bekerja di perusahaan lain mungkin tidak ada yang menerima karena kendala usia yang sudah lanjut ataupun tingkat pendidikan akhir yang kurang tinggi. Hal ini membuat individu semakin tertekan dan berakibat ke gangguan jiwa.
2. Problematika baik sosial maupun ekonomi
Dilihat dari faktor di atas, seseorang dapat menemukan masalah baru yaitu ketika seorang tidak bekerja (pengagguran) mengalami rasa malu terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini membuat tekanan baru kepada seorang yang mayoritas berjenis kelamin pria. Ketika seorang tidak
(7)
2
bekerja, ia menghadapi kesulitan yang lebih rumit lagi. Untuk menyambung hidup, ia memerlukan uang untuk memenuhi segala kebutuhan. Karna pengangguran, seorang tidak mampu membayar ataupun memenuhi segala kebutuhan baik pangan,sandang dan papan. Hal ini memacu tingkat stress yang tinggi yang berujung gangguan jiwa.
3. Tidak mampu menghadapi mobilitas lingkungan hidup
Suatu kota yang maju dengan pesat terutama kota Jakarta, banyak di temukan orang gangguan jiwa. Hal ini di karenakan seorang tidak mempu mengikuti dan menghadapi kemajuan itu sendiri. Segala harga barang maupun makanan kini semakin melambung tinggi, begitu juga dengan teknologi yang semakin terdepan. Hal ini membuat seorang tidak mempu mengikuti perkembangan jaman.
4. Kegagalan dalam pemilihan calon legislatif (caleg)
Dalam pemilihan umum calon legislative, banyak sekali individu yang mengalami kegagalan. Sudah mengeluarkan uang yang begitu banyak untuk mempromosikan diri ke masyarakan, tetapi ia tidak terpilih untuk masuk menjadi salah satu anggota DPR/DPRD. Hal ini membuat seorang merasa setres dan tidak bisa menerima keputusan yang sudah di tetapkan. Dalam konteks ini, pemerintah sudah membuat ruangan khusus untuk caleg di beberapa rumah sakit jiwa di Indonesia. Guna untuk menyembuhkan kejiwaan agar caleg tersebut dapat terus beraktifitas dengan normal.
Lingkungan yang semakin maju dan berkembang menuntut masyarakat mampu menyesuaikan diri. Tetapi menurut M. Reza Sjahhasan ada sekitar 1.680 orang mengidap gangguan jiwa di karnakan hal-hal di atas. Tiap tahunnya pengidap gangguan jiwa terus mengalami kenaikan. Menurut Koran Sindo, pada tahun 2014 lalu jumlah orang yang mengalami gangguan jiwa sudah mencapai sekitar 40%. Lonjakan ini di akibatkan karna caleg yang gagal dan mobilitas lingkungan yang cepat.
Terdapat kamar khusus untuk caleg, artis dan masyarakat menengah keatas yang di sediakan di beberapa rumah sakit jiwa di Indonesia,salah satunya di RSJ Soeharto Heerdjan, Grogol Jakarta Barat sebagai studi banding perancangan rumah sakit jiwa. Rumah sakit jiwa Grogol ini merupakan rumah sakit jiwa kelas A dimana rumah sakit terbaik di Indonesia yang memiliki 300 kamar untuk pasien rawat inap, ruang UGD, ruang ICU, medical check up, lapangan
(8)
3
olah raga dan ruang administrasi. Dalam 300 kamar tersebut, terbagi menjadi 4 kelas. Yaitu kelas VIP (14 kamar) yang di peruntukan untuk caleg maupun umum, kelas 1 yang terbagi antara pria dan wanita baik berAC maupun tidak, , begitu juga dengan kelas 2 dan kelas 3. Rumah sakit jiwa Grogol ini pada tahun 2014-2015 telah menampung 280 pasien. 60%-70% pasien yang datang untuk di rawat berasal dari luar Jakarta.
Dalam rumah sakit kelas A ini, tersedianya kamar VIP yang nyaman, namun tidak memiliki sentuhan desain khusus yang membedakan kamar VIP dengan kamar kelas lainnya membuat penulis ingin mengubah desain ruangan yang sudah ada. Begitu juga dengan kamar kelas 1, 2 dan 3 yang tidak memperhatikan standart ergonomi bagi orang yang mempunyai penyakit kejiwaan. Disini perancang ingin membahas rancangan desain interior terhadap proses penyembuhan kejiwaan dan standart design dalam rumah sakit jiwa. Dimana hal ini menurut perancang banyak rumah sakit jiwa di Indonesia yang tidak memperhatikan desain ruangan pasien dan sentuhan elemen estetis lainnya. Sejauh ini rumah sakit jiwa belum memperhatikan warna apa yang sesuai untuk penanganan tiap jenis sakit jiwa, pengaplikasian bentuk yang sesuai untuk sajit jiwa belum di perhatikan dengan matang, ambience atau suasana tiap ruang rawat inap intensif belum diolah sesuai dengan kebutuhan kejiwaan dimana pasien harus mendapatkan suasana yang tenang, alam, dan hangat dan yang terakhir pada rumah sakit jiwa pada umumnya penggunaan pola atau motif yang terkesan memenjarai ( horizontal) seperti penggunaan besi pagar pembatas yang tersusun vertikal. Desain tersebut menurut perancang kurang tepat untuk diaplikasikan ke dalam rumah sakit jiwa yang dimana kejiwaan seoranglah yang harus di sembuhkan. Karna kejiwaan bisa stabil atau tenang selain menggunakan obat juga dengan suasana yang ia lihat.
Adapun klinik kejiwaan di Bandung kelas C yang diperuntukkan untuk masyarakat rawat jalan maupun rawat inap ( rehabilitasi) yang bernama Abdi Waluya sudah cukup menolong kebutuhan kesehatan kejiwaan bagi masyarakan Bandung dan sekitarnya. Klinik kejiwaan ini milik swasta dan di kelola oleh yayasan dan dokter-dokter yang bekerja. Menurut dokter yang bertugas, klinik ini sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan pasien. Dilihat dari segi fasilitas, klinik tersebut tidak memiliki cukup ruang untuk melakukan rangkaian perawatan seperti ruang konseling. Ruang konseling ini dibutuhkan agar pasien bisa leluarsa brbicara mengenai masalah yang pasien alami dengan terbuka dan tenang. Fasiltas lainnya yang tidak memadai ialah seperti pegangan di dinding toilet, kursi dorong, ruang tunggu yang sempit, dll. Maka dari itu, klinik sakit
(9)
4
jiwa yang tersedia di kota Bandung dikategorikan sebagai klinik kejiwaan kelas C, dikarenakan fasilitas-fasilitas yang kurang lengkap dan kurang mendukung dalam kegiatan pasien.
Klinik kejiwaan dan panti rehabilitasi di Bandung tidak banyak di temukan, dengan ini msyarakat yang ingin berobat sedikit sulit dalam upaya mendapatkan perawatan dan penanganan. Maka dari itu, perancang ingin mendesain klinik kejiwaan dan panti rehabilitasi golongan A yang menjawab semua kekurangan dari fasilitas diatas tadi. Klinik kejiwaan dan panti rehabilitasi golongan A ini, akan perancang desain lebih mengarah ke suasana ruang yang hangat, alam (nature), menggunakan fasilitas pegangan pada dinding agar mempermudah gerak pasien, dan suasana klinik yang hangat dan nyaman.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah – masalah perancangan sebagai berikut:
1. Olahan desain interior rumah sakit jiwa yang telah ada belum memperlihatkan elemen-elemen interior yang mampu mendukung atau mempercepat proses pemulihan pasien 2. Standart ergonomi bagi penderita sakit jiwa
1.3 Rumusan Masalah
1. Hal apa saja yang harus di perhatikan perancang dalam memenuhi kebutuhan user? 2. Elemen interior apa saja yang dapat diterapkan maupun dihindari dalam merancang
klinik kejiwaan?
3. Suasana apa yang tepat bagi pengidap gangguan kejiwaan? 1.4 Ide Perancangan
Dalam proyek ini, penulis ingin mendesain klinik sakit jiwa yang jauh dari kesan mengisolasi pasien. Dimana banyak klinik sakit jiwa di Indonesia terkesan memenjarai pasien yang mengalami gangguan jiwa. Hal ini justru membuat pasien semakin tertekan dan sulit untuk di jangkau dokter dan suster. Perancang juga ingin memberikan desain yang membuat pasien dan pengunjung merasa nyaman. Tidak hanya itu saja, klinik sakit jiwa dan panti rehabilitasi akan
(10)
5
diberi sentuhan beberapa elemen interior yang mendukung proses penyembuhan pasien seperti warna, bentuk, dll.
1.5 Tujuan Perancangan
Adapun tujuan perancangan dari klinik sakit jiwa dan panti rehabilitasi tersebut ialah: 1. Agar masyarakan peduli terhadap orang yang mengalami gangguan jiwa dan memiliki
kesadaran untuk membawa pasien tersebut ke klinik kejiwaan untuk di tangani oleh pada ahli kejiwaan.
2. Agar pemerintah maupun pengelola klinik kejiwaan mau memperhatikan standart ergonomi yang di gunakan dalam klinik sakit jiwa tersebut.
3. Agar proses penyembuhan kejiwaan pasien lebih cepat pulih karna desain ruangan yang baru.
4. Agar keluarga yang datang berkunjung semakin nyaman saat menjenguk pasien
5. Agar kesan menyeramkan dan kumuh yang terdapat pada klinik sakit jiwa tersebut berubah menjadi kesan yang lebih baik.
1.6 Manfaat Perancangan
Banyak sekali manfaat yang perancang temukan dalam mendesain klinik sakit jiwa, antara lain:
1. Pasien akan lebih merasa nyaman dengan adanya sentuhan desain interior. Karna perancang ingin menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif bagi pasien, pengunju dan pegawai.
2. Tiap ruangan akan di desain menggunakan beberapa elemen interior (warna, pola, tekstur,dll) yang bertujuan agar proses penyembuhan pasien berangsur cepat membaik. 3. Klinik sakit jiwa akan jauh dari kesan menyeramkan, kotor, kumuh,dan tidak memberi
kenyamanan. Sehingga kerabat yang datang berkunjung juga ikut merasa nyaman dan mau untuk meluangkan waktu bertemu pasien.
(11)
6
Pada proyek ini, akan perancang jelaskan bagian atau area mana saja yang akan diberi desain khusus. Untuk proyek klinik sakit jiwa dan panti rehabilitasi, terdapat banyak ruang-ruang yang harus di perhatikan lebih, seperti:
1. Entrance akan di desain semenarik mungkin sesuai dengan standart desain rumah sakit yang bertujuan agar pengunjung tidak merasakan kesan seram atau kumuh melainkan merasakan rasa nyaman.
2. Ruang pemeriksaan di mana ruang ini akan di desain secara khusus agar pasien yang datang untuk berobat tidak merasa tegang melainkan merasa nyaman dan tenang.
3. Ruang rawat inap VIP dimana di desain khusus guna memberi kenyamanan baik indra penglihatan maupun indra peraba.
4. Ruang rawat inap kelas 1 dimana pasien beristirahat di kamar selayaknya hotel bintang 3 dengan menggunakan konsep desain.
5. Ruang karaoke di peruntukkan bagi pasien dan keluarga terdekat guna agar pasien tidak merasa stress dan tetap menjaga relasi dengan kerabat.
6. Kamar tidur bagi dokter dan perawar yang berjaga di sift malam
7. Ruang tunggu lobby, dimana pengunjung merasakan suasana hangat, alam dan mewah dimana klinik sakit jiwa ini di golongkan dalam kelas A.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang yang diangkat dalam laporan tersebut dan menjadi judul. Selain itu penulis menentukan rumusan masalah dan manfaat penelitian ini. BAB II TEORI TENTANG RUMAH SAKIT JIWA
Bab ini berisi kajian pustaka dengan uraian penelitian yang relevan dalam permasalahan yang di angkat dalam laoran ini, dan di lakukan sebagai acuan dalam penulisan maupun penyusunan laporan perancangan tugas akhir. Teori tersebut mengenai standart ergonomi, dan elemen-elemen interior yang mendukung proses penyembuhan kejiwaan.
(12)
7
BAB III DESKRIPSI DAN PROGRAMING PERANCANGAN KLINIK KEJIWAAN DAN PANTI REHABILITASI
Pada bab ini dikemukaan hasil dari setiap permasalaham yang ada yang di dapat dari analisa data maupun pengumpulan data. Laporan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan perancangan proyek yang tercantum di BAB I.
BAB IV APLIKASI KONSEP HOME PADA PERANCANGAN INTERIOR KLINIK KEJIWAAN DAN PANTI REHABILITASI
Bab ini berisi ide-ide yang akan di tuangkan ke dalam perancangan nanti. Perancang menjelaskan konsep untuk klinik kejiwaan dan panti rehabilitasi tersebut dan beberapa warna serta pola yang akan di gunakan dalam perancangan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari rancangan dan gagasan dari penulis. Saran juga dimasukan perancang dengan tujuan memberikan masukan terhadap desain klinik kejiwaan bagi perancang-perancang lainnya.
(13)
63 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dengan kita memahami karakter pengidap gangguan jiwa serta tingkatan sakitnya, maka desainer mengetahui treatmen desain seperi apa yang harus di pakai. Tiap karakter gangguan jiwa memiliki kebutuhan masing-masing dan elemen apa saja yang di hindari. Pada umumnya penyakit gangguan kejiwaan tidak disarankan untuk mengaplikasikna warna merah, hitam dan warna mencolok lainnya. Untuk bentukan tidak disarankan menggunakan bentukan abstrak, siku, pola berulang, dan zig-zag. Kesan pada klinik kejiwaan lebih baik hindari kesan mengisolasi karna akan membuat pasien tertekan, yang mengakibatkan pasien tidak merasa nyaman dan tenang.
Desain khusus seperti pada ruang VIP memiliki sirkulasi yang luas, hal ini diterapkan karena pengidap gangguan jiwa tidak bisa berada diruangan yang terkesan sempit karna pasien akan tidak merasa nyaman dan berakibat emosional meningkat. Furniture didesain senyaman mungkin dan dalam kamar ini perancang menggunakan tempat tidur standart rumah sakit guna mempermudah pemeriksaan dan kegiatan pasien. Desain yang dihadirkan pada proyek klinik kejiwaan ini lebih mengarah ke kesan alam. Alam disini lebih ditekankan pada penggunaan warna hijau pastel, coklat tua dan coklat muda yang berasal dari berbagai macam jenis kayu serta bukaan seperti jendela yang cukup besar sehingga membuat cahaya matahari masuk dengan maksimal. Kesan yang di hadirkan memang tidak berpengaruh besar terhadap kesembuhan pasien, namun dari adanya kesan alam ini diharapkan mampu menstabilkan kejiwaan pasien dan membuat tenang suasana hati.
5.2 Saran
Setelah perancang melakukan beberapa studi banding dan membaca buku mengenai kejiwaan, perancang menyarankan agar terus memantau perkembangan pasien dan
(14)
64
karakter pasien dari awal pasien masuk klinik hingga ia sembuh. Untuk mengolah elemen estetis tidak bisa sembarang desain, harus sesuai dengan kebutuhan treatment pasien dan hindari dari treatment yang membuat pasien tidak stabil kejiwaannya.
(15)
I Tugas Akhir
PERANCANGAN KLINIK KEJIWAAN DAN PANTI REHABILITASI DENGAN KONSEP HOME
Proposal Tugas Akhir
Diajukan dan disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Strata pada Program Studi Desain Iterior
Semester Ganjil Tahun ajaran 2016/2017 Lusia Christi Hutasoit
1263057
Program Studi Design Interior Fakultas Seni Rupa dan Design
Universitas Kristen Maranatha Bandung
(16)
II Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karna berkat penyertaannya dan kasih-Nya,saya dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Tinjauan Design Interior Yang Tepat Terhadap Orang gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa.
Penulis mengangkat topik rumah sakit jiwa karna dilihat tiap tahunnya orang yang mengidap sakit jiwa atau strees semakin meningkat. Rumah sakit jiwa yang sudah tersedia banyak tidak memperhatikan standart design dan tidak adanya desain khusus untuk memperepat pemulihan kejiwaan.
Laporan tugas akhir yang saya lakukan ini kurang sempurna dan masih banyak kesalahan yang saya lakukan. Dalam proses pembuatan laporanpun saya mendapati banyak hambatan baik internal maupun eksternal yang menghambat kemajuan dalam menyelesaikan laporan tersebut. Selesainya laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,baik berupa ilmu yang di berikan kepada penulis, moral serta materil,terutama terhadap yang saya hormati:
1. Tuhan Yang Maha Esa karna berkat kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan tepat waktu.
2. Dr. Krismanto Kusbianto, ST. MT. selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha.
3. Irena V.G. Kajarto, ST.,M.Com. selaku Ketua Jurusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha.
4. Yudita Royandi, ST., S.Ds., M.Ds selaku Dosen Mata Kuliah dan Pembimbing yang telah memberikan kritik dan saran bimbingan maupun arahan yang sangat berguna dalam penyusunan karya tulis ini.
5. Shirly Nathania Suhanjoyo, S.Sn.,M.Ds. Selaku dosen pembimbing pertama saya yang sangat memberikan saya solusi dalam memecahkan masalah yang ada.
6. Yuma Chandrahera, S.Sn., M.Ds. Selaku dosen pembimbing kedua yang selalu mengarahkan saya kearah desain yang sesuai dengan target user.
(17)
III
7. Kepada orang tua saya yang sangat mendukung saya untuk menyelesaikan karya tulis ini dengan memberikan perhatian,dukungan dan motivasi yang besar.
6.Buat teman-teman saya yang selalu mengingatkan saya menyelesaikan tugas akhir, membangunkan saya ketika saya ketiduran dan mengingatkan saya untuk makan.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga laporan ini dapat menjadi masukan dalam bidang desain rumah sakit jiwa.
Bandung, 11 Januari 2016
(18)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pokok-Pokok Pedoman Rumah Sakit Kelas A, B, C, D. Jakarta; Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan. (diakses pada pukul 19.00 WIB, 15 agustus 2016)
Olygay, Victor (1980). Design with Climate; Architectural Regionalism. (diakses pada pukul 20.00 WIB, 15 agustus 2016)
(Http://www2.worksafebc.com/Topics/Ergonomics/RegulationAndGuidelines.asp), (diakses pada pukul 14.00 WIB, 21 agustus 2016)
Peraturan Menteri KEsehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik (diakses pada pukul 17.00 WIB, 06 september 2016)
Wicaksono dan Tisnawati (2014), elemen elemen dasar interior. Jakarta. Penerbit: Griya kreasi (diakses pada pukul 19.00 WIB, 02 oktober 2016)
Dameria, A (2007) colour basic panduan dasar warna. Indonesia (diakses pada pukul 21.00 WIB, 02 oktober 2016)
http://www.partnershipsbc.ca/files-4/project-vjhib-schedules/Schedule-1_Appendix-1E_Ergonomic-Design-Standards.pdf (diakses pada pukul 20.00 WIB, 12 oktober 2016)
(1)
63 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dengan kita memahami karakter pengidap gangguan jiwa serta tingkatan sakitnya, maka desainer mengetahui treatmen desain seperi apa yang harus di pakai. Tiap karakter gangguan jiwa memiliki kebutuhan masing-masing dan elemen apa saja yang di hindari. Pada umumnya penyakit gangguan kejiwaan tidak disarankan untuk mengaplikasikna warna merah, hitam dan warna mencolok lainnya. Untuk bentukan tidak disarankan menggunakan bentukan abstrak, siku, pola berulang, dan zig-zag. Kesan pada klinik kejiwaan lebih baik hindari kesan mengisolasi karna akan membuat pasien tertekan, yang mengakibatkan pasien tidak merasa nyaman dan tenang.
Desain khusus seperti pada ruang VIP memiliki sirkulasi yang luas, hal ini diterapkan karena pengidap gangguan jiwa tidak bisa berada diruangan yang terkesan sempit karna pasien akan tidak merasa nyaman dan berakibat emosional meningkat. Furniture didesain senyaman mungkin dan dalam kamar ini perancang menggunakan tempat tidur standart rumah sakit guna mempermudah pemeriksaan dan kegiatan pasien. Desain yang dihadirkan pada proyek klinik kejiwaan ini lebih mengarah ke kesan alam. Alam disini lebih ditekankan pada penggunaan warna hijau pastel, coklat tua dan coklat muda yang berasal dari berbagai macam jenis kayu serta bukaan seperti jendela yang cukup besar sehingga membuat cahaya matahari masuk dengan maksimal. Kesan yang di hadirkan memang tidak berpengaruh besar terhadap kesembuhan pasien, namun dari adanya kesan alam ini diharapkan mampu menstabilkan kejiwaan pasien dan membuat tenang suasana hati.
5.2 Saran
Setelah perancang melakukan beberapa studi banding dan membaca buku mengenai kejiwaan, perancang menyarankan agar terus memantau perkembangan pasien dan
(2)
64
karakter pasien dari awal pasien masuk klinik hingga ia sembuh. Untuk mengolah elemen estetis tidak bisa sembarang desain, harus sesuai dengan kebutuhan treatment pasien dan hindari dari treatment yang membuat pasien tidak stabil kejiwaannya.
(3)
I
Tugas Akhir
PERANCANGAN KLINIK KEJIWAAN DAN PANTI REHABILITASI DENGAN KONSEP HOME
Proposal Tugas Akhir
Diajukan dan disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Strata pada Program Studi Desain Iterior
Semester Ganjil Tahun ajaran 2016/2017 Lusia Christi Hutasoit
1263057
Program Studi Design Interior Fakultas Seni Rupa dan Design
Universitas Kristen Maranatha Bandung
(4)
II
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karna berkat penyertaannya dan kasih-Nya,saya dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Tinjauan Design Interior Yang Tepat Terhadap Orang gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa.
Penulis mengangkat topik rumah sakit jiwa karna dilihat tiap tahunnya orang yang mengidap sakit jiwa atau strees semakin meningkat. Rumah sakit jiwa yang sudah tersedia banyak tidak memperhatikan standart design dan tidak adanya desain khusus untuk memperepat pemulihan kejiwaan.
Laporan tugas akhir yang saya lakukan ini kurang sempurna dan masih banyak kesalahan yang saya lakukan. Dalam proses pembuatan laporanpun saya mendapati banyak hambatan baik internal maupun eksternal yang menghambat kemajuan dalam menyelesaikan laporan tersebut. Selesainya laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,baik berupa ilmu yang di berikan kepada penulis, moral serta materil,terutama terhadap yang saya hormati:
1. Tuhan Yang Maha Esa karna berkat kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan tepat waktu.
2. Dr. Krismanto Kusbianto, ST. MT. selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha.
3. Irena V.G. Kajarto, ST.,M.Com. selaku Ketua Jurusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha.
4. Yudita Royandi, ST., S.Ds., M.Ds selaku Dosen Mata Kuliah dan Pembimbing yang telah memberikan kritik dan saran bimbingan maupun arahan yang sangat berguna dalam penyusunan karya tulis ini.
5. Shirly Nathania Suhanjoyo, S.Sn.,M.Ds. Selaku dosen pembimbing pertama saya yang sangat memberikan saya solusi dalam memecahkan masalah yang ada.
6. Yuma Chandrahera, S.Sn., M.Ds. Selaku dosen pembimbing kedua yang selalu mengarahkan saya kearah desain yang sesuai dengan target user.
(5)
III
7. Kepada orang tua saya yang sangat mendukung saya untuk menyelesaikan karya tulis ini dengan memberikan perhatian,dukungan dan motivasi yang besar.
6.Buat teman-teman saya yang selalu mengingatkan saya menyelesaikan tugas akhir, membangunkan saya ketika saya ketiduran dan mengingatkan saya untuk makan.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga laporan ini dapat menjadi masukan dalam bidang desain rumah sakit jiwa.
Bandung, 11 Januari 2016
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pokok-Pokok Pedoman Rumah Sakit Kelas A, B, C, D. Jakarta; Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan. (diakses pada pukul 19.00 WIB, 15 agustus 2016)
Olygay, Victor (1980). Design with Climate; Architectural Regionalism. (diakses pada pukul 20.00 WIB, 15 agustus 2016)
(Http://www2.worksafebc.com/Topics/Ergonomics/RegulationAndGuidelines.asp), (diakses pada pukul 14.00 WIB, 21 agustus 2016)
Peraturan Menteri KEsehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik (diakses pada pukul 17.00 WIB, 06 september 2016)
Wicaksono dan Tisnawati (2014), elemen elemen dasar interior. Jakarta. Penerbit: Griya kreasi (diakses pada pukul 19.00 WIB, 02 oktober 2016)
Dameria, A (2007) colour basic panduan dasar warna. Indonesia (diakses pada pukul 21.00 WIB, 02 oktober 2016)
http://www.partnershipsbc.ca/files-4/project-vjhib-schedules/Schedule-1_Appendix-1E_Ergonomic-Design-Standards.pdf (diakses pada pukul 20.00 WIB, 12 oktober 2016)