PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 CIBODAS KABUPATEN BANDUNG BARAT.

(1)

PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN

NARASI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2

CIBODAS KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Desi Sukmawati

0902819

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN

NARASI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2

CIBODAS KABUPATEN BANDUNG BARAT

Oleh Desi Sukmawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Desi Sukmawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

(4)

PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 CIBODAS

KABUPATEN BANDUNG BARAT Oleh

Desi Sukmawati 0902819 ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi karena beberapa permasalahan siswa dalam menulis karangan. Hal ini didasarkan pada hasil observasi awal yang menunjukkan bahwa siswa kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran menulis, siswa memiliki kesulitan dalam mengungkapkan ide/gagasan serta belum dapat menggunakan ejaan dengan tepat. Untuk menjawab hal tersebut, dilakukan penelitian tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang sejalan dengan tujuan pembelajaran. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi dengan menerapkan model concept sentence. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) mengungkapkan perencanaan pembelajaran concept sentence pada materi menulis karangan narasi, (2) mengungkapkan pelaksanaan penerapan model concept sentence pada materi menulis karangan narasi, dan (3) mengungkapkan peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan model concept sentence pada materi menulis karangan narasi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan Mc. Taggart. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Setiap tahapan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu, nilai rata-rata kelas pada tahap siklus I sebesar 61,38. Pada siklus II meningkat menjadi 67,13 dan siklus III kembali meningkat menjadi 73,63. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi meningkat setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model concept sentence. Selain itu, dengan menerapkan model concept sentence dalam pembelajaran menulis karangan narasi terjadi perubahan perilaku ke arah positif. Simpulan dari penelitian ini yaitu perencanaan pembelajaran menulis karangan narasi dilaksanakan selama tiga siklus. Perencanaan pembelajaran diawali dengan membuat RPP serta instrumen penilaian. Pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan kondusif. Aktivitas siswa saat pembelajaran terlihat aktif dan dinamis. Hasil menulis karangan narasi mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model concept sentence. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Berdasarkan temuan tersebut, disarankan kepada para guru khususnya guru Bahasa Indonesia untuk menerapkan model concept sentence sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan minat serta kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi.


(5)

ABSTRACT

This research is motivated because of some students’ problems in writing essays. It is based on the earlier observations which showed that students were less interested in participating in learning writing, students have difficulty in expressing idea and were not be able to use the exact spelling. To answer that, this action research is done to improve the quality of learning which is in line with the purpose of learning. One of the efforts to improve narrative essay writing skills is by applying the concept sentence model. The goals to be achieved in this study are: (1) to find out the learning plan of concept sentence on narrative essay writing materials, (2) to find out the implementation of concept sentence model on narrative essay writing materials, and (3) to find out the improvement of students’ learning result after applying concept sentence model on narrative essay writing materials. This research is a class action research, adapted from Kemmis and Mc models model. Taggart. Therefore, this study conducted with several stages. Each stage consists of planning, implementation, observation, and reflection. The research was conducted in three cycles. The results obtained, namely, the average grade on the stage of the first cycle is 61.38. In the second cycle increased to 67.13 and in the third cycle increased again to 73.63. From these data indicates that the ability of students to write a narrative essay after learning improved by applying the concept sentence model. In addition, by applying the concept sentence model in teaching writing narrative essays, students’ behavior changes positively. The conclusions of this study is that narrative essay writing lesson plans implemented in three cycles. Learning plan begins with making lesson plans and assessment instruments. Learning implementation runs smoothly and conducive. The students’ activities in learning were active and dynamic. Students’ narrative essay writing results increased after learning which implemented the concept sentence model. It can be seen from students’ grades which increased in each cycle. Based on these findings, it is suggested to teachers, especially Indonesian teachers, to implement concept sentence model as a model of learning that can improve students' interest and ability in writing narrative essays.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR BAGAN ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Hipotesis Tindakan ... F. Penjelasan Istilah ...

BAB II PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR ...

A. Kajian Teori ... 1. Hasil Belajar ... 2. Hakikat menulis ...

a. Pengertian menulis ... b. Tujuan menulis ... c. Peranan menulis ... d. Keterampilan Menulis di Kelas Tinggi ... e. Tahapan dalam menulis ...

i ii iii v ix xi xii xiii 1 1 6 6 7 8 8 10 10 10 10 12 12 14 14 16


(7)

f. Hubungan Menulis dengan Membaca ... g. Jenis-jenis tulisan ... 3. Karangan Narasi ...

a. Pengertian karangan narasi ... b. Tujuan menulis karangan narasi ... c. Ciri-ciri karangan narasi ... d. Struktur karangan narasi ... e. Langkah-langkah menulis narasi ... 4. Hakikat Model Concept Sentence ... a. Pengertian model concept sentence ... b. Langkah-langkah model concept sentence ... c. Kelebihan concept sentence ... d. Kelemahan concept sentence ... B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ... C. Kerangka Berpikir ...

BAB III METODE PENELITIAN ...

A. Metode Penelitian ... B. Model Penelitian ... C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... D. Subjek Penelitian ... E. Prosedur Penelitian ... F. Instrumen Penelitian ... G. Analisis dan Interpretasi Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Deskripsi Data Awal Penelitian ... B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus ... 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... a. Perencanaan Pembelajaran Siklus I ...

18 18 20 20 21 21 21 24 24 26 26 27 27 28 29 32 32 33 37 37 37 42 52 57 57 59 60 60


(8)

b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I ... c. Observasi Siklus I ... 1) Perencanaan Pembelajaran ... 2) Pelaksanaan Pembelajaran ... 3) Hasil Pembelajaran ... d. Refleksi Siklus I ... 1) Perencanaan Pembelajaran ... 2) Proses Pembelajaran ... 3) Hasil Pembelajaran ... 2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... a. Perencanaan Pembelajaran Siklus II ... b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II ... c. Observasi Siklus II ... 1) Perencanaan Pembelajaran ... 2) Pelaksanaan Pembelajaran ... 3) Hasil Pembelajaran ... d. Refleksi Siklus II ... 1) Perencanaan Pembelajaran ... 2) Proses Pembelajaran ... 3) Hasil Pembelajaran ... 3. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus III ... a. Perencanaan Pembelajaran Siklus III ... b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus III ... c. Observasi Siklus III ... 1) Perencanaan Pembelajaran ... 2) Pelaksanaan Pembelajaran ... 3) Hasil Pembelajaran ... d. Refleksi Siklus III ... C. Rekap Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran Setiap Siklus ... D. Pembahasan Hasil Penelitian ...

60 62 62 65 70 84 84 85 85 87 87 88 89 90 92 97 112 112 113 113 115 115 115 117 118 119 124 139 141 145


(9)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...

A. Simpulan ... B. Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

153 153 155


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi untuk melakukan sosialisasi satu sama lain. Melalui bahasalah manusia dapat menyampaikan ide/gagasan, informasi serta perasaannya kepada orang lain. Tidak hanya itu saja, dengan menggunakan bahasa, ilmu dan teknologi dapat dikembangkan sehingga dapat membentuk serta mengembangkan nilai-nilai moral dan kehidupan.

Bahasa merupakan salah satu budaya bagi manusia. Karena bahasa diciptakan dan dikembangkan oleh manusia untuk memudahkan berkomunikasi dan bersosialisasi. Oleh karena itu, melalui bahasa manusia dapat mengenal suatu budaya. Sehingga bahasa dapat dikatakan sebagai alat penerus dan pengembang kebudayaan.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Bahasa merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari bidang studi. Dengan pembelajaran bahasa, diharapkan dapat membantu peserta didik untuk mengenal dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Selain itu juga, bahasa digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. (Depdiknas, 2009: 100)

Sejak kecil, manusia sudah menggunakan bahasa. Bahasa diperoleh seorang anak secara alami dari lingkungannya. Hal itu diperolehnya dari pengalaman langsung di dalam lingkungannya berupa interaksi dengan keluarga, teman sebayanya maupun lingkungan lain yang lebih luas dalam konteks yang alami dan tidak dibuat-buat.

Di dalam bahasa ada beberapa keterampilan yang harus dikuasai. Keterampilan tersebut diantaranya yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2009: 2) yang menyatakan bahwa:


(11)

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Setiap guru pada umumnya atau guru bahasa pada khususnya harus benar-benar memahami bahwa tujuan akhir pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa: terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis.

Untuk menguasai keterampilan membaca dan menulis, tidak dapat diperoleh secara alamiah dan dapat dikuasai dengan sendirinya, melainkan harus dipelajari. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. (Depdiknas, 2009: 100)

Melalui pembelajaran bahasa Indonesia sejak dini, seorang anak dibekali kemampuan dasar berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini dapat memudahkan anak untuk bersosialisasi di masyarakat. Dengan pembelajaran bahasa Indonesia, seorang anak dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

Bahasa yang harus dikembangkan tidak hanya dalam bentuk bahasa lisan, tetapi juga bahasa tulis. Karena bahasa tulis pun memiliki peranan yang sangat penting. Melalui tulisan, manusia dapat menuangkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaannya.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai, apalagi di zaman teknologi dan informasi saat ini. Karena menulis merupakan salah satu keterampilan yang dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Oleh karena itu, agar maksud dan tujuan ingin tercapai


(12)

dengan baik, seseorang harus memiliki kemampuan menulis dengan baik. Menurut Tarigan (2008:4). “Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang

terpelajar”.

Sehubungan dengan ini, Morsey (Tarigan, 2008: 20) memandang bahwa menulis merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi orang lain mengenai suatu hal. Sebagaimana dikemukakannya yaitu:

Tulisan digunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain. Maksud dan tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh penulis yang dapat menyusun pikirannya serta mengutarakannya dengan jelas (mudah dipahami). Kejelasan tersebut bergantung pada pikiran, susunan/organisasi, penggunaan kata-kata, dan struktur kalimat yang tepat.

Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa menulis bukanlah hal yang mudah. Tidak semua orang memiliki kemampuan menuangkan buah pikirannya dalam bentuk tulisan yang teratur dan terorganisasi dengan baik. Banyak orang yang pandai berbicara, namun memiliki kesulitan dalam menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan. Hal ini disebabkan karena kemampuan menulis yang masih rendah.

Tarigan (2008: 20), berpendapat bahwa “Kemajuan suatu bangsa dan negara dapat diukur dari maju atau tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut”. Maju atau tidaknya komunikasi tulis dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas jumlah hasil tulisan yang terdapat di negara tersebut baik bersifat regional, nasional, maupun internasional. Tulisan tersebut dapat berupa artikel, jurnal, surat kabar, buku ataupun majalah.

Kemampuan menulis bangsa Indonesia sangat rendah. Hal ini ditandai dengan jumlah artikel jurnal internasional yang ditulis oleh peneliti Indonesia yang masih terbatas.

Sampai Desember 2010, jumlah artikel yang ditulis oleh peneliti Indonesia yang terdaftar di Scopus (www.scopus.com) sebanyak 14.356. Pada waktu


(13)

yang sama, peneliti Malaysia telah menerbitkan 56.054. Sedangkan jumlah publikasi peneliti Singapura sampai dua kali Malaysia, yaitu mencapai 119.006. (http://menjadidosen.wordpress.com/8-indahnya-menulis/8-1-budaya-menulis/) [16 April 2013].

Fakta di lapangan mengenai rendahnya kemampuan menulis khususnya siswa SD yaitu dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nila Safitri di SDN 005 Kampung Satu Tarakan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa:

Hasil karangan siswa pada umumnya masih banyak kelemahannya. Diantaranya yaitu siswa belum menerapkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), siswa belum mampu menggunakan huruf kapital, tanda titik dan tanda koma dengan baik dan benar, siswa masih mengulang kata dalam mengungkapkan idenya, serta nilai hasil belajar siswa dalam menulis karangan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). (http://massofa.wordpress.com/2009/05/07/bab-1-peningkatan-kemam- puan-menulis-karangan-siswa-kelas-iv-son-005-kampung-satu-tarakan-melalui-pendekatan-kontekstual/) [15 April 2013].

Hal ini tidak tampak jauh dengan fakta di lapangan, yaitu di SD Negeri 2 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Fakta selama ini menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan dalam proses pembelajaran menulis. Dari hasil wawancara, pengamatan di kelas serta diskusi dengan guru, siswa kurang tertarik untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis. Rata-rata hasil karangan siswa yaitu 60. Nilai tersebut masih di bawah KKM yaitu 65. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil karangan siswa. Berdasarkan hasil diagnosis, maka ditemukan beberapa kelemahan diantaranya:

1. Motivasi siswa untuk menulis masih kurang. Siswa yang senang dalam menulis hanya 23,53%.

2. Siswa kesulitan memunculkan ide/gagasan dalam menulis.

3. Siswa belum terampil menyusun kerangka karangan secara padu dan runtut. 4. Siswa belum terampil dalam menggunakan pilihan kata yang tepat.

5. Siswa belum terampil dalam penggunaan tanda baca.

6. Guru kurang menciptakan situasi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.


(14)

Dengan fenomena rendahnya kemampuan menulis bangsa Indonesia saat ini, diharapkan tradisi menulis dapat ditumbuhkembangkan dan ditingkatkan sejak dini. Dengan menumbuhkan tradisi menulis sejak dini, merupakan salah satu kunci untuk membantu anak memiliki kebiasaan menulis. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai model pembelajaran yang cocok untuk menumbuhkan minat dan keterampilan menulis pada siswa kelas IV SD.

Dalam KTSP tersirat bahwa kemampuan menulis yang harus dimiliki siswa kelas IV SD yaitu dapat menulis karangan tentang berbagai topik dengan memperhatikan penggunaan ejaan dan tanda baca yang baik dan benar. Agar siswa memiliki pemahaman dan keterampilan menulis sesuai dengan KTSP, maka diperlukan suatu perencanaan pembelajaran menulis yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Menurut Richards

(Tarigan, 2009: 4), “Strategi mengandung makna prosedur yang dipakai dalam belajar, berpikir, dan lain-lain, yang bertindak sebagai cara untuk mencapai suatu

tujuan”. Salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran menulis karangan narasi agar menjadi lebih baik yaitu dengan menerapkan model concept sentence.

Model concept sentence termasuk pembelajaran kooperatif yang pelaksanaan pembelajarannya menuntut kerjasama siswa. Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pendidikan maupun oleh para guru di sekolah. Hasil riset tersebut yaitu:

Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. (http://mahmuddin.-wordpress.com/strategi-pembelajaran-koope-ratif-tipe-teams-games-tournament-tgt/ [Nopember 2011].

Model concept sentence merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menarik motivasi siswa dalam membuat karangan narasi. Melalui kegiatan ini siswa diberi beberapa kata kunci dan dirangsang untuk menuliskan kalimat serta kerangka karangan yang pada akhirnya terbentuk suatu


(15)

karangan sesuai kata kunci yang diberikan. Di samping itu, siswa dilatih untuk menulis karangan dengan menggunakan ejaan dan tanda baca yang tepat.

Berpijak pada uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih luas permasalahan ini, yaitu dengan penelitian yang berjudul

“Penerapan Model Concept Sentence untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Cibodas Kabupaten

Bandung Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,

secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah, “Bagaimanakah

meningkatkan hasil belajar menulis karangan narasi melalui penerapan model concept sentence di kelas IV SD Negeri 2 Cibodas?”

Untuk menjawab masalah itu, disusun beberapa pertanyaan penelitian yang mengarahkan pada jawaban terhadap permasalahan utama penelitian itu.

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan model concept sentence untuk meningkatkan hasil belajar menulis karangan narasi di kelas IV SDN 2 Cibodas?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan penerapan model concept sentence untuk meningkatkan hasil belajar menulis karangan narasi di kelas IV SDN 2 Cibodas?

3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Cibodas mengenai keterampilan menulis karangan narasi setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model concept sentence?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SD Negeri 2 Cibodas. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal berikut.


(16)

1. Mengetahui perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan model concept sentence untuk meningkatkan hasil belajar menulis karangan narasi di kelas IV SDN 2 Cibodas.

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan penerapan model concept sentence untuk meningkatkan hasil belajar menulis karangan narasi di kelas IV SDN 2 Cibodas.

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Cibodas mengenai keterampilan menulis karangan narasi setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model concept sentence.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat dalam dua kerangka berikut.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan mendapatkan penjelasan tentang model pembelajaran concept sentence yang dapat meningkatkan hasil belajar menulis karangan narasi pada siswa kelas IV. Sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan penelitian tindakan kelas dan dapat dijadikan upaya bersama antara sekolah, guru dan peneliti yang lain untuk memperbaiki proses pembelajaran secara menyeluruh khususnya yang diarahkan untuk meningkatkan keterampilan anak dalam menulis, serta sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dasarnya memiliki dua produk, yaitu: (1) model concept sentence yang dapat digunakan dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa; dan (2) data deskriptif tentang kemampuan menulis siswa pada sekolah yang menjadi tempat penelitian. Diharapkan kedua hal ini dapat bermanfaat pada beberapa konteks kepentingan berikut.

a. Bagi siswa, diharapkan hasil penelitian dapat menumbuhkan keaktifan & interaksi saat pembelajaran serta dapat memberikan motivasi belajar dan


(17)

minat tulis siswa sehingga berdampak pada meningkatnya keterampilan siswa dalam menulis.

b. Bagi guru, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan mengenai penerapan model concept sentence yang dapat menjadi wahana baru untuk meningkatkan motivasi dan minat menulis pada siswa dalam proses pembelajaran.

c. Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan gambaran dalam menerapkan kebijakan mengenai model concept sentence sehingga dapat diterapkan oleh guru yang lain.

d. Bagi peneliti, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan ilmu pengetahuan dan gambaran mengenai model concept sentence untuk penelitian selanjutnya yang digunakan sebagai bahan referensi.

e. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan wawasan baru mengenai model concept sentence dan implementasinya dalam pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan minat tulis pada siswa.

E. Hipotesis Tindakan

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan menulis pada siswa yaitu dengan menerapkan model concept sentence. Hal ini dikarenakan partisipasi siswa dalam model concept sentence terlihat dalam kegiatan melakukan kerja sama untuk memecahkan masalah dalam kelompok. Selain itu, motivasi siswa pun akan meningkat.

Di dalam kelompok, siswa dapat menuangkan ide (gagasannya) mengenai tugas yang diberikan oleh guru. Sehingga siswa dapat termotivasi dan terangsang pikirannya untuk menuangkan ide (gagasannya) dalam bentuk tulisannya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan,

“Apabila guru menerapkan model concept sentence dalam pembelajaran menulis karangan narasi, maka kemampuan menulis karangan narasi pada siswa kelas IV SD akan meningkat dan kesulitan dalam mengungkapkan ide (gagasan),


(18)

penggunaan ejaan serta keruntutan dalam pembuatan kalimat secara sistematis pun akan teratasi”.

F. Penjelasan Istilah

Variabel utama penelitian ini adalah penerapan model concept sentence untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SD. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami masalah penelitian, maka istilah-istilah dalam judul penelitian ini dijelaskan masing-masing batasannya secara operasional dalam uraian berikut.

1. Model Concept Sentence

Model concept sentence adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan kartu-kartu yang berisi beberapa kata kunci kepada siswa. Dari kata kunci tersebut, siswa membuat beberapa kalimat, kemudian dikembangkan menjadi beberapa buah kalimat yang selanjutnya disusun menjadi beberapa paragraf, sehingga menjadi karangan yang utuh.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar yaitu perubahan perilaku secara keseluruhan yang dilihat dari beberapa aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

3. Karangan Narasi

Karangan narasi yaitu salah satu jenis karangan yang isinya berupa runtutan peristiwa atau pengalaman manusia yang terjadi dalam satu rangkaian waktu peristiwa, baik peristiwa nyata maupun peritiwa rekaan. Karangan ini bertujuan untuk menceritakan dan menggambarkan sejelas-jelasnya peristiwa yang terjadi.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan sebagai kajian, refleksi diri, dan tindakan terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas IV SD Negeri 2 Cibodas. Oleh karena itu, pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode Pendekatan Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

Menurut Kemmis (Sanjaya, 2010: 24), penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran sosial mereka.

Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian yang bersifat “praktis”. Dikatakan praktis karena penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti serta menyangkut kegiatan-kegiatan yang dipraktikkan oleh guru sehari-hari dalam mengelola program pembelajaran di dalam kelas.

Menurut Burns (Sanjaya, 2010: 25), “Penelitian tindakan adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan praktisi”.

Menurut Elliot (Sanjaya, 2010: 24), “Peneitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya”.

Mengacu dari beberapa pengertian di atas, maka dapat dirumuskan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah salah satu penelitian yang mendapatkan intervensi atau perlakuan tertentu untuk perbaikan dan peningkatan kualitas tindakan. Dalam hal ini, PTK dapat dilakukan oleh pendidik untuk meningkatkan


(20)

kualitas peran dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengelola pembelajaran dalam kelas.

Proses yang dilakukan dalam pelaksanaan PTK yaitu diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dengan melakukan proses tersebut, masalah dalam pembelajaran dapat diselesaikan secara sistematis dan terkontrol serta para pendidik/guru pun dapat meningkatkan kinerjanya secara terus menerus dengan cara melakukan refleksi diri.

B. Model Penelitian

Di dalam penelitian tindakan kelas ada beberapa model yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan penelitian tindakan. Pemilihan model yang digunakan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Model penelitian tindakan kelas diantaranya model Kemmis dan Mc. Taggart, model Kurt Lewin, model Ebbut, model Elliot, dan model Hopkins.

Dari beberapa model di atas, model yang akan dikembangkan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu model Kemmis dan Mc. Taggart. Hal ini dikarenakan model Kemmis dan Mc. Taggart berorientasi pada siklus spiral refleksi, dimana di dalamnya terdapat beberapa komponen. Diantaranya perencanaan, tindakan, pengamatan refleksi serta perencanaan kembali untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis dan Mc. Taggart merupakan model yang sederhana dan mudah untuk dilakukan.

Hal ini sejalan dengan pengertian penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Tanggart (Ningrum, 2009: 2), yang menjelaskan bahwa:

Penelitian tindakan kelas adalah suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis terselesaikan dengan sendirinya, melainkan merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.


(21)

Langkah-langkah penelitian yang ditempuh pada setiap siklus menurut model Kemmis dan Mc. Taggart adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Dalam pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan pertama kali yaitu membuat perencanaan tindakan. Rencana tindakan dilaksanakan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan. Hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait analisis materi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media pembelajaran, bahan ajar, dan penilaian proses serta hasil pembelajaran. Perencanaan dalam hal ini hampir sama dengan perencanaan operasional dalam pembelajaran yang dikenal dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Pelaksanaan (Acting)

Dalam tahap ini, rencana yang telah disusun diujicobakan sesuai dengan langkah yang telah dibuat, yaitu langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan model concept sentence sebagai model dan strategi dalam pembelajarannya.

3. Observasi (Observing)

Dalam tahap ini, penelitian melakukan observasi terhadap tindakan yang sedang dan telah dilakukan. Observasi dapat dilakukan oleh peneliti sendiri atau pihak lain yang telah diberi tugas untuk hal itu. Observasi ini dilakukan untk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan yang telah disusun sebelumnya dengan pelaksanaan tindakan yang dilakukan sebenarnya. Selain itu, untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung terhadap proses dan hasil pembelajaran. Hal ini bertujuan agar dapat menghasilkan perubahan ke arah yang diinginkan.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi mencakup kegiatan analisis, interpretasi, dan evaluasi yang diperoleh saat melakukan kegiatan observasi. Data yang terkumpul saat observasi


(22)

dianalisis dan diinterpretasi untuk mencari penyelesaian yang efektif. Hasil dari refleksi kemudian dibuat perencanaan tindakan selanjutnya.

Langkah-langkah penelitian tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1

Gambar 3.1

Alur Penelitian Tindakan Kelas Adaptasi Model Kemmis dan Taggart (2009)

Perencanaan

Observasi Pelaksanaan

Refleksi I

Perencanaan

Observasi Pelaksanaan

Refleksi II

Perencanaan

Pelaksanaan Observasi

Refleksi


(23)

(24)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Cibodas, yang terletak di Jalan Maribaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian tindakan kelas mengenai penerapan model concept sentence untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi, dilaksakana pada bulan Mei 2013.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas IV semester genap Sekolah Dasar Negeri 2 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat tahun ajaran 2012-2013. Subjek yang ditetapkan hanya siswa kelas IV B sebanyak 32 orang. Dengan jumlah laki-laki 17 orang dan perempuan 15 orang. Siswa kelas IV SD Negeri 2 Cibodas memiliki latar belakang yang heterogen, ada yang berasal dari keluarga bermata pencaharian petani, PNS, dan wiraswasta.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dalam bentuk pengkajian siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Rencana pelaksanaannya terdiri dari tiga siklus dan akan dilakukan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. Penelitian akan dihentikan jika sudah sesuai dengan harapan peneliti. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pembalajaran dalam menulis karangan narasi. Langkah-langkah yang peneliti laksanakan sebagai berikut.

1. Refleksi awal

Sebelum dilakukannya tidakan, peneliti mengamati proses pembelajaran dalam kelas. Hasil dari pengamatan, peneliti mendiagnosa bahwa siswa kelas IV SD Negeri 2 Cibodas memiliki kesulitan dalam menulis karangan. Hal ini dilihat dari ide yang dikembangkan oleh siswa masih rendah, serta banyaknya tanda baca dan ejaan yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan EYD.


(25)

Dari hasil karangan siswa, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis siswa masih rendah. Penyebab utamanya adalah kurangnya ide/gagasan yang dikeluarkan oleh siswa serta kemampuan berpikir abstrak siswa yang masih terbatas. Tidak hanya itu saja, yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan menulis siswa yaitu proses pembelajaran yang kurang membangkitkan motivasi siswa untuk menulis serta pembelajran yang kurang menyenangkan. 3. Perencanaan tindakan

Atas dasar masalah dan penyebabnya, dalam pelaksanaan tindakannya akan menerapkan model concept sentence. Sebelum melakukan tidakan dengan menerapkan model concept sentence, peneliti menyususn rancangan program tindakan pembelajaran menulis narasi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam perencanaan tindakan adalah:

a. Mendiskusikan dengan guru kelas mengenai langkah-langkah, strategi dalam pembelajaran, serta media yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan yang akan disampaikan.

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pemebelajaran (RPP).

d. Mempersiapkam media dan kata-kata kunci yang akan digunakan untuk mengaplikasikan model concept sentence.

e. Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan, yaitu lembaran evaluasi dan instrumen lain berikut kriteria penilaian mengenai kemampuan menulis karangan siswa.

f. Menyusun alat observasi yang digunakan untuk mengamati guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

g. Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran. h. Melaksanakan diskusi dengan mitra peneliti.

4. Pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini, pelaksanaan tindakan dilakukan langsung oleh penulis sendiri sebagai peneliti sekaligus yang mempraktikkan tindakan dalam


(26)

pembelajaran di kelas. Dalam tahap ini, peneliti berkalaborasi dengan guru wali kelas IV B Sekolah Dasar Negeri 2 Cibodas yang berperan sebagai observer. Oleh karena itu, peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan model concept sentence dalam pembelajan menulis karangan narasi. Sedangkan observer mengamati proses pembelajaran menulis karangan narasi dengan penerapan model concept sentence.

Pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan model concept sentence dilakukan tiga siklus. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu melaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncakan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:

 Siklus I

1) Memperbaiki data awal.

2) Berdiskusi dengan observer/guru kelas IV mengenai tindakan yang akan dilakukan serta menanyakan permasalahan yang mungkin timbul di dalam kelas yang biasa terjadi.

3) Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan model concept sentence.

4) Melakukan observasi dan pengolahan data. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh tim peneliti (observer) dan waktu pelaksananaannya bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dalam rangka pengumpulan data. Hal yang diobservasi yaitu kesesuaian rencana pembelajaran dengan aplikasinya pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar dalam kelas. Selain itu, mengobservasi ketercapaian indikator kognitif, afektif, dan psikomotorik pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

5) Melakukan tes pada akhir siklus.

6) Bersama-sama dengan observer menganalis dan merefleksi pelaksanaan hasil tindakan siklus I. Pelaksanaan analisis terhadap siklus I dilakukan untuk memperoleh gambaran secara kualitatif dari proses pelaksanaan tindakan. Hal ini dilakukan pula untuk


(27)

mengevaluasi kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran pada siklus I. Sehingga hasil yang di dapat akan dijadikan acuan untuk membuat perencanaan dalam siklus selanjutnya.

 Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dilakukan sesuai dengan perencanaan perbaikan dari hasil analisis siklus I. Oleh karena itu, untuk pelaksaan tindakan siklus II, peneliti harus benar-benar merumuskan serta merencanakan langkah-langkah yang tepat dan efektif agar kekurangan pada siklus I dapat diperbaiki. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II, diantaranya:

1) Merancang rencana tindakan yang dilakukan dengan menekankan kepada hal yang harus diperbaiki berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

2) Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan model concept sentence. Dengan kegiatan sebagai berikut:

a) Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai. b) Guru menyajikan materi secukupnya.

c) Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen.

d) Guru Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.

e) Tiap kelompok diminta membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat. Kalimat tersebut digunakan sebagai kerangka karangan.

f) Siswa membuat karangan narasi secara individu sesuai kalimat/kerangka karangan yang telah dibuat bersama kelompoknya.


(28)

3) Melakukan observasi serta pengolahan data. Observasi dilakukan oleh observer dan pelaksanaannya bersama dengan pelaksanaan tindakan. 4) Bersama-sama dengan observer menganalis dan merefleksi

pelaksanaan hasil tindakan siklus II. Pelaksanaan analisis terhadap siklus II dilakukan untuk memperoleh gambaran secara kualitatif dan kuantitatif dari proses pelaksanaan tindakan. Hasil analisis dijadikan acuan untuk membuat perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya.  Siklus III

Pelaksanaan tindakan pada siklus III ini dilakukan sesuai dengan perencanaan perbaikan dari hasil analisis siklus II. Oleh karena itu, untuk pelaksaan tindakan siklus III, peneliti harus benar-benar merumuskan serta merencanakan langkah-langkah yang tepat dan efektif agar kekurangan pada siklus II dapat diperbaiki. Kegiatan yang dilakukan pada siklus III, diantaranya:

1) Merancang rencana tindakan yang dilakukan dengan menekankan kepada hal yang harus diperbaiki berdasarkan hasil refleksi pada siklus II.

2) Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan model concept sentence.

3) Melakukan observasi serta pengolahan data. Observasi dilakukan oleh observer dan pelaksanaannya bersama dengan pelaksanaan tindakan. 4) Hasil observasi data dianalisis, sehingga dapat diketahui secara

optimal penerapan model concept sentence yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengungkapkan ide/gagasannya serta meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa dengan menggunakan ejaan yang tepat sesuai EYD.

5. Observasi

Observasi adalah suatu teknik mengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan


(29)

alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. (Sanjaya, 2010: 86)

Mengacu dari pengertian di atas, observasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian rencana dengan aplikasinya pada saat berlangsungnya proses belajar serta mengetahui seberapa jauh proses yang telah dilakukan menuju sasaran yang diharapkan.

6. Refleksi

Menurut Sanjaya (2010: 80), refleksi adalah melihat berbagai kekurangan yang dilakukan guru selama tindakan.

Dari pengertian di atas, maka refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dalam proses belajar dan mengajar pada setiap siklus. Sehingga kekurangan pada siklus sebelumnya dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya.

F. Instrumen Penelitian

Untuk dapat memperoleh kebenaran objektif dalam pengumpulan data, maka diperlukan adanya instrumen yang tepat agar masalah yang diteliti dapat terefleksikan dengan baik. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai hasil karangan siswa dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS), sedangkan data kualitatif berupa informasi tentang penerapan model concept sentence dalam pembelajaran serta sikap dan respon siswa dalam kegiatan belajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta instrumen tes dan instrumen nontes. Adapun instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan hal pokok yang menjadi acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran sangat penting untuk


(30)

dirumuskan dengan tepat. Instrumen penilaian untuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat pada tabel 3.1.


(31)

Tabel 3.1

Lembar Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Nama Peneliti : ... Siklus : ...

No RPP

NILAI PROFIL 1 Rumusan Tujuan Pembelajaran (Umum)

a. Rumusan tujuan menggambarkan pencapaian standar kompetensi/kompetensi dasar

b.Rumusan tujuan menggambarkan pencapaian aspek kognitif c. Rumusan tujuan menggambarkan pencapaian aspek afektif d.Rumusan tujuan menggambarkan pencapaian aspek psikomotor

2 Penjabaran Indikator (Kriteria Kinerja)

a. Indikator dirumuskan berdasarkan aspek kompetensi (kognitif, psikomotor, afektif)

b.Indikator dirumuskan menggunakan kata operasional (dapat diukur berupa hasil)

c. Indikator dirumuskan menggambarkan pencapaian sasaran aspek kompetensi

d.Indikator dirumuskan relevan dengan sasaran standar kompetensi

3 Materi Pembelajaran

a. Materi ajar disusun mengacu kepada indikator b.Materi ajar disusun secara sistematis

c. Materi ajar disusun sesuai dengan pencapaian kompetensi

d.Materi ajar dirancang proporsional untuk satu standar kompetensi/kompetensi dasar

4 Langkah-langkah Pembelajaran (Skenario)

a. Skenario disusun untuk setiap indikator


(32)

berorientasi berpusat pada siswa

c. Skenario disusun menyiratkan dan/atau menyuratkan penerapan metode dan media pembelajaran

d.Skenario disusun berdasarkan alokasi waktu yang proporsional

5 Media Pembelajaran

a. Media disesuaikan dengan tuntutan standar kompetensi b.Media disesuaikan relevan dengan sasaran indikator c. Media disesuaikan dengan kondisi kelas

d.Media disiapkan untuk mendukung perkembangan potensi siswa

6 Evaluasi

a. Mencantumkan bentuk dan jenis evaluasi b.Butir soal relevan dengan indikator

c. Butir soal menggambarkan tuntutan standar kompetensi d.Butir soal sesuai dengan tuntutan waktu secara proporsional

Jumlah Nilai Aspek Nilai RPP (R)

2. Instrumen Tes

Pengertian tes menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang.

Sedangkan menurut Arikunto (2008: 53), tes merupakan “Alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”.

Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tes merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui pengertahuan, kemampuan, bakat dan kepribadian seseorang dengan memperhatikan aturan-aturan yang telah ditentukan.

Instrumen tes dalam penelitian ini berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. LKS untuk siswa di bagi dua, yaitu LKS kelompok dan LKS individu. LKS kelompok bertujuan agar siswa dapat bekerjasama, bertukar informasi/pengetahuan serta


(33)

bersosialisasi dengan teman-temannya. Tidak hanya itu saja, LKS kelompok dibuat karena pada dasarnya model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model concept sentence yang menekankan pada aktivitas siswa dalam kelompok. Sedangkan LKS individu bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kemampuan setiap siswa dalam menulis karangan narasi.

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pun digunakan sebagai alat evaluasi untuk menilai hasil kemampuan menulis karangan siswa yang dilakukan pada setiap siklus. Oleh karena itu, LKS berguna untuk memperoleh data mengenai pemahaman dan keterampilan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

3. Instrumen Nontes

Selain menggunakan teknik tes, penelitian ini pun menggunakan teknik nontes. Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah suatu teknik mengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat obseervasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. (Sanjaya, 2010: 86)

Mengacu dari pengertian di atas, maka observasi digunakan untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran menulis karanagan narasi.

1) Aktivitas Guru

Tabel 3.2

Observasi Aktivitas Guru terhadap Penerapan Model Concept Sentence dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi

Nama Guru : ... Waktu Observasi : ... Siklus : ...

No. Aktivitas Guru Keterlaksanaan Ya Tidak

1. Kegiatan Pendahuluan  Memberikan apersepsi.


(34)

 Menyampaikan tujuan pembelajaran.  Menyiapkan media dan alat peraga. 2. Kegiatan Inti

 Mengembangkan materi sesuai dengan apa yang dipelajari.

 Mengelompokkan siswa.

 Menyajikan beberapa kata kunci kepada setiap kelompok.

 Membimbing siswa pada saat membuat karangan narasi.

3. Kegiatan Akhir

 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kesan/komentarnya mengenai pengalaman menulis yang baru dilaksanakannya.  Memberikan apresiasi kepada siswa atas hasil

karangan yang telah dibuat.

2) Respon Siswa

Tabel 3.3

Observasi Respon Siswa terhadap Penerapan Model Concept

Sentence dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi

Kelas : ... Waktu Observasi : ... Siklus : ...

No. Penampilan Siswa Respon Siswa

Ya Tidak

1 Siswa menunjukkan rasa senang 2 Siswa menyimak dengan baik pada

saat guru menyampaikan penjelasan 3 Siswa aktif mengemukakan pendapat 4 Siswa memperhatikan kata kunci


(35)

5 Siswa dan guru melakukan tanya jawab dengan baik

3) Aktivitas Siswa dalam Kelompok

Tabel 3.4

Aktivitas Siswa dalam Kelompok

No Nama Siswa

Aspek yang dinilai

Jumlah Skor

Kategori Perhatian Keaktifan Kedisiplinan

1 2 3 1 2 3 1 2 3 B C K

Keterangan:

Skor 0 : apabila tidak ditampilkan siswa Skor 1 : apabila ditampilkan siswa Skor minimal : 0

Skor maksimal : 9

B= baik, jika jumlah skor ≥7 C= cukup, jika jumlah skor 4-6 K= kurang, jika jumlah skor <4

Rambu-rambu Penilaian

a. Perhatian

1. Tidak mengobrol saat ketua kelompok menjelaskan petunjuk pengerjaan LKS.

2. Mencatat hal-hal yang dianggap penting.

3. Mengerjakan latihan dengan baik sesuai petunjuk dan penjelasan dari guru. b. Keaktifan

1. Mengajukan pertanyaan 2. Menyatakan pendapat


(36)

3. Membimbing teman yang lemah c. Disiplin

1. Mengisi LKS sesuai petunjuk 2. Tidak mengganggu kelompok lain 3. Bekerjasama dengan tertib

b. Wawancara

Menurut Sanjaya (2010: 96), wawancara dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka langsung maupun dengan menggunakan media tertentu.

Dalam penelitian ini, wawancara terdiri dari dua tahap. Pada tahap awal penelitian, wawancara digunakan untuk memperoleh data awal mengenai hal-hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian. Sedangkan dalam tahap selanjutnya, wawancara digunakan untuk melengkapi dara observasi.

Wawancara yang dilakukan berisi pertanyaan yang diajukan kepada orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang dipelukan. Dalam hal ini, peneliti mewawancarai langsung guru kelas IV SD Negeri 2 Cibodas, serta mengadakan wawancara dengan siswa setelah dilakukan pembelajaran. Wawancara dibagi ke dalam dua bagian, yaitu wawancara sebelum siklus dan wawancara setelah siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan model concept sentence dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi, serta dapan melihat bagaimana aktivitas guru dan respon siswa terhadap pembelajaran menulis, sebelum dan sesudah menggunakan model concept sentence.

a. Sebelum pelaksaan siklus

Tabel 3.5

Lembar Wawancara untuk Guru

Nama Guru : ... Waktu Wawancara : ...


(37)

Tempat Wawancara : ...

No. Pertanyaan Jawaban

1. Menurut Ibu, sejauhmana kemampuan siswa kelas IV dalam menulis karangan narasi? 2. Dilihat dari hasil karangan siswa, apa saja

yang menjadi kesalahan atau hal yang kurang tepat dalam karangan siswa?

3. Kendala apa saja yang ibu temui ketika pembelajaran mengarang?

4. Model atau metode pembelajaran seperti apa yang digunakan dalam pembelajaran mengarang?

5. Apa yang ibu ketahui tentang model pembelajaran concept sentence?

Tabel 3.6

Lembar Wawancara untuk Siswa

Nama Siswa : ... Waktu Wawancara : ... Tempat Wawancara : ...

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah kamu senang menulis karangan?

2. Apakah kamu mengalami kesulitan dalam membuat karangan?

3. Jika ada kesulitan dalam mengarang, kesulitan apa yang kamu hadapi?

4. Bila kamu mengalami kesulitan, apa yang akan kamu lakukan?


(38)

5. Karangan yang bagaimana yang kamu sukai?

b. Setelah pelaksanaan siklus

Tabel 3.7

Lembar Wawancara untuk Guru

Nama Guru : ... Waktu Wawancara : ... Tempat Wawancara : ...

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah sebelumnya Ibu pernah menerapkan model concept sentence untuk pembelajaran menulis karangan narasi?

2. Apa yang menjadi hambatan ketika pembelajaran menulis karangan narasi? 3. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa

sebelum menggunakan model concept sentence dibandingkan dengan setelah menggunakan model concept sentence? 4. Sesuaikah pembelajaran menulis

karangan narasi dengan menggunakan model concept sentence di kelas IV B SDN 2 Cibodas? Jelaskan alasannya! 5. Kelebihan apa yang Ibu dapatkan setelah


(39)

karangan narasi dengan menggunakan model concept sentence?

Tabel 3.8

Lembar Wawancara untuk Siswa

Nama Siswa : ... Waktu Wawancara : ... Tempat Wawancara : ...

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah kamu senang menulis karangan? 2. Karangan yang bagaimana yang kamu sukai? 3. Apakah kalian tertarik jika belajar menulis

karangan narasi dengan menggunakan kata kunci?

4. Ketika menulis karangan dengan menggunakan kata kunci, apakah memudahkan kamu untuk mengungkapkan ide/gagasan?

5. Manakah yang akan kamu pilih, menulis karangan narasi dengan menggunakan kata kunci atau menulis tanpa menggunakan kata kunci?

4. Catatan lapangan

Catatan lapangan pada dasarnya berisi deskripsi atau paparan tentang latar kelas dan aktivitas pembelajaran. Catatan lapangan merupakan catatan temuan penelitian selama proses belajar mengajar.


(40)

Tabel 3.9

Lembar Catatan Lapangan

Catatan Lapangan Kendala/Kesulitan Saran

G. Analisis dan Interpretasi Data

Data yang telah diperoleh dalam penelitian, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi participant, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan gabungan ketiganya atau triangulasi. (Sugiyono, 2010: 293).

Sesuai dengan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yang digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan proses interaksi yang terjadi selama pembelajaran yaitu respon siswa terhadap penerapan model concept sentence dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Data untuk dianalisis berasal dari hasil wawancara, observasi, serta catatan lapangan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam pembelajaran. Data ini berasal dari hasil karangan siswa.

Untuk data kualitatif, setelah data dianalisis dilanjutkan dengan proses pengolahan data yang selanjutnya dideskripsikan. Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil karangan siswa, dianalisis kemudian data tersebut diolah dan dihitung persentase serta nilai rata-ratanya. Hasil tes siswa dituliskan dalam bentuk tabel, sehingga skor yang diperoleh siswa terlihat dengan jelas.

Dalam pelaksanaan analisis data disusun rambu-rambu analisis proses pembentukan keterampilan menulis narasi dengan penerapan model concept sentence. Rambu-rambu analisis tersebut berguna untuk mengarahkan kegiatan


(41)

analisis yang dilakukan berkaitan dengan pembelajaran menulis dengan memperhatikan faktor-faktor kebahasaan siswa.

Untuk lebih jelasnya rambu-rambu tersebut dapat dilihat pada tebel 3.10 berikut ini.


(42)

Tabel 3.10

Format Penilaian Hasil Karangan Siswa

No. Aspek yang Dinilai Skala Bobot Skor

1 2 3 4 5

1. Kesesuaian Gagasan 4

2. Tokoh 4

3. Latar 4

4. Penggunaan Diksi dan

Kerapian Tulisan 4

5. Ejaan dan tanda baca 4

Setiap penilaian aspek dikalikan dengan bobot yang telah ditentukan kemudian dijumlahkan keseluruhannya, maka didapatkan nilai untuk hasil karangan siswa.

Tabel 3.11 Arti Skala

1 SK Sangat Kurang

2 K Kurang

3 C Cukup

4 B Baik

5 SB Sangat Baik

Tabel 3.12 Deskripsi Skala Nilai

1. Kesesuaian Gagasan

5 Menerangkan suatu perisitwa, ditulis sesuai tema, dan disusun secara sistematis.

4 Menerangkan suatu perisitwa, ditulis sesuai tema, tetapi tidak disusun secara sistematis. 3 Menerangkan suatu perisitwa, tidak ditulis


(43)

2 Menerangkan suatu perisitwa, tidak ditulis sesuai tema, dan tidak disusun secara sistematis.

1 Tidak menerangkan suatu perisitwa, ditulis sesuai tema, dan tidak disusun secara sistematis.

2. Tokoh 5 Tokoh digambarkan secara jelas, lengkap dengan watak/karakter tokoh dan disajikan secara sistematis.

4 Tokoh digambarkan secara jelas, lengkap dengan watak/karakter tokoh, tetapi tidak disajikan secara sistematis.

3 Tokoh digambarkan secara jelas, tetapi tidak lengkap dengan watak/karakter tokoh, disajikan secara sistematis

2 Tokoh digambarkan secara jelas, tetapi tidak lengkap dengan watak/karakter tokoh, dan tidak disajikan secara sistematis.

1 Tidak terdapat tokoh.

3. Latar 5 Terdapat latar waktu dan latar tempat yang digambarkan secara jelas.

4 Terdapat latar waktu dan latar tempat, tetapi tidak digambarkan secara jelas.

3 Hanya terdapat salah satu latar (latar waktu/latar tempat) yang digambarkan secara jelas.

2 Hanya terdapat salah satu latar (latar waktu/latar) dan tidak digambarkan secara jelas.


(44)

4. Penggunaan Diksi dan Kerapian Tulisan

5 Penggunaan diksi tepat dan ditulis dengan rapi. 4 Penggunaan diksi tepat, tetapi tidak ditulis

dengan rapi.

3 Hanya ada satu sampai lima diksi yang tidak tepat, tetapi ditulis dengan rapi.

2 Penggunaan diksi tidak tepat dan ditulis dengan rapi.

1 Penggunaan diksi tidak tepat dan penulisannya pun tidak rapi.

5. Penggunaan Ejaan dan tanda baca

5 Menggunakan ejaan dengan benar serta menggunakan huruf kapital, tanda titik, dan tanda koma dengan tepat.

4 Menggunakan ejaan dengan benar serta menggunakan huruf kapital dan tanda titik dengan tepat, tetapi belum dapat menggunakan tanda koma dengan tepat.

3 Menggunakan ejaan dengan benar serta menggunakan huruf kapital dengan tepat, tetapi belum dapat menggunakan tanda titik, dan tanda koma dengan tepat.

2 Menggunakan ejaan dengan benar, tetapi belum dapat menggunakan huruf kapital, tanda titik, dan tanda koma dengan tepat.

1 Belum dapat menggunakan ejaan dengan benar serta belum dapat menggunakan huruf kapital, tanda titik, dan tanda koma dengan tepat.


(45)

Tabel 3.13

Kategori Nilai Karangan Narasi

NILAI KATEGORI

91≤ A ≤ 100 Sangat Baik

76 ≤ B ≤ 90 Baik

56 ≤ C ≤ 75 Cukup

41 ≤ D ≤ 55 Kurang

0 ≤ E ≤ 40 Sangat Kurang

Adapun rumus perhitungan persentase yang digunakan dari Santoso (2005: 57) dan penganalisaan dilakukan dengan menggunakan rambu-rambu analisis berikut:

P =

Keterangan: P = persentase,

F = jumlah siswa yang memenuhi kategori, N = jumlah keseluruhan siswa,

100 = bilangan konstanta

Tabel 3.14

Pedoman Tafsiran Data dalam % Kualitatif

Persentase Tafsiran

100 Seluruhnya

90-99 Hampir seluruhnya

70-89 Sebagian besar

51-69 Lebih dari setengahnya

50 Setengahnya

30-49 Hampir setengahnya


(46)

(47)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian, analisis, refleksi, dan pembahasan mengenai penerapan model concept sentence untuk meningkatkan hasil belajar menulis karangan narasi, maka dapat dikemukakan simpulan dan rekomendasi yang terkait dengan penelitian ini.

A. Simpulan

Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SD Negeri 2 Cibodas dapat meningkat dengan menerapkan model concept sentence. Berdasarkan hasi penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa simpulan yang diperoleh sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan model concept sentence dilaksanakan selama tiga siklus. Perencanaan pembelajaran diawali dengan membuat RPP serta instrumen penilaian. Sistematika yang tertulis pada RPP sama seperti RPP pada umumnya. RPP dalam penelitian ini meliputi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, tujuan, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, sumber belajar, serta penilaian/evaluasi. RPP dalam penelitian tindakan ini merupakan penerapan model concept sentence yang menekankan aktivitas siswa dalam kelompok untuk membuat kalimat dari kata kunci yang diberikan guru. Sehingga langkah-langkah dalam RPP sama seperti langkah-langkah pada model pembelajaran concept sentence. Perencanaan kegiatan siswa dalam kelompok akan memudahkan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Karena siswa dapat bertanya serta berdiskusi untuk menyelesaikan tugas bersama teman kelompoknya. Perencaaan untuk setiap siklus pada umumnya sama, tetapi ada beberapa perbedaan. Perbedaan pada setiap siklus tergantung dari hasil observasi serta refleksi dari siklus sebelumnya. Sehingga perencaan pembelajaran pada siklus selanjutnya dapat lebih laik lagi.


(48)

2. Secara umum pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model concept sentence berjalan dengan lancar. Langkah pembelajaran dengan menggunakan concept sentence yaitu (1) guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, (2) guru menyajikan materi secukupnya, (3) guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen, (4) guru menyajikan beberapa kata kunci, (5) Setiap kelompok berdiskusi untuk membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat, (6) siswa membuat karangan sesuai kata kunci dan kalimat yang telah dibuat, (7) perwakilan dari setiap kelompok membacakan karangan yang telah dibuat, dan (8) kesimpulan. Aktivitas siswa saat pembelajaran terlihat aktif dan dinamis. Pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa. Iklim pembelajaran di kelas pun meningkat menjadi lebih baik karena siswa mengalami suasana yang kondusif selama proses pembelajaran. Dengan menerapkan model concept sentence guru dapat lebih mudah dalam mengelola kelas, dan siswa pun lebih mudah memahami materi dan mengerjakan tugas dengan belajar secara kelompok.

3. Keterampilan menulis karangan narasi mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model concept sentence. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Hasil belajar dalam hal ini tidak hanya dilihat pada aspek kognitif, teteapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik. Hasil rata-rata keterampilan menulis karangan narasi pada siklus I sebesar 61,38 dengan tingkat ketuntasan 53%, nilai rata-rata pada siklus II sebesar 67,13 dengan tingkat ketuntasan 56%, dan nilai rata-rata pada siklus III sebesar 73,63 dengan tingkat ketuntasan 79%. Aspek yang dinilai pada hasil karangan siswa yaitu aspek pengungkapan gagasan, penggunaan tokoh, penggunaan latar, pemilihan diksi, serta penggunaan ejaan. Tidak hanya keterampilan menulis karangan narasi yang meningkat, aktivitas siswa dalam kelompok (aspek afektif) pun meningkat. Hasil rata-rata aktivitas siswa dalam kelompok pada siklus I sebesar 64%, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 67%,


(49)

dan mengalami peningkatan kembali pada siklus III menjadi 72%. Aspek yang penilaian dalam kegiatan kelompok ini yaitu perhatian, keaktifan, dan kedisiplinan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang diberikan sebagai berikut:

1. Bagi guru SD, penerapan model concept sentence perlu dijadikan model alternatif dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi. Dengan menerapkan model concept sentence, guru dapat meningkatkan aktivitas siswa secara optimal, menumbuhkan minat dan motivasi untuk menulis. Tidak hanya itu saja, guru pun dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik. Karena dengan menerapkan model concept sentence yang menekankan pada aktivitas kelompok, siswa dapat dengan mudah mengungkapkan gagasan dan mengembangkan karangan, serta dapat berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam mengarjakan tugas.

2. Bagi siswa, dapat menggunakan model concept sentence dengan membuat kata kunci terlebih dahulu, kemudian menyusun kalimat dari kata kunci yang telah dibuat. Hal ini dapat memudahkan siswa dalam menulis karangan narasi.

3. Bagi peneliti, dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterampilan menulis karangan narasi agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Peneliti pun dapat menggunakan gambaran model concept sentence, karangan narasi serta hasil penelitian untuk dijadikan bahan referensi dalam penelitian selanjutnya.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. dan Arsjad, M. (1991). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas. Cahyani, I. dan Hodijah. (2007). Kemampuan Bahasa Indonesia di Sekolah

Dasar. Bandung: UPI Press.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia.

Depatemen Pendidikan Nasional. (2009). Bahan 02 Pendidikan dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Gie, T. L. (1995). Pengantar Dunia Karang Mengarang. Yogyakarta: Liberty. Isjoni. (2011). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Jauhari, H. (2013). Terampil Mengarang.Bandung: Nuansa Cendekia Keraf, G. (2004). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. Keraf, G. (1989). Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Khuzaemah, E. (2011). “Pembelajaran Kooperatif Menulis Karangan Narasi Berbasis Kecerdasan Spiritual”. Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. 11, (2), 169-180.

Kosasih, E. (2012). Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Yrama Widya. Mahmuddin. (2009). Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Tournament. [Online]. Tersedia: http://mahmuddin.wordpress.com/strategi-pembelajaran-koope-ratif-tipe-teams-games-tournament-tgt/ [Nopember 2011].


(51)

Ngalimun. (2013). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Ningrum, E. (2009). Penelitian Tindakan Kelas: Panduan Praktis dan Contoh. Bandung: Buana Nusantara.

Nurgiantoro, B. (1995). Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPPE.

Rahman. (2009). Model Mengajar & Bahan Pembelajaran. Sumedang: Alqa Print.

Resmini, N., Djuanda, D. dan Indihadi, D. (2009). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Press.

Riyanawati, Nina. (2012). Efektivitas Metode Cooperative Learning Teknik Concept Sentence untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa. Skripsi. Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Safitri, Nila. (2009). Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas IV Melalui Pendekatan Kontekstual SDN 005 Kampung Satu Tarakan. [Online]. Tersedia: http://massofa.wordpress.com/2009/05/07/bab-1-

peningkatan-kemam-puan-menulis-karangan-siswa-kelas-iv-son-005-kampung-satu-tarakan-melalui-pendekatan-kontekstual/. html [15 April 2013].

Sanjaya, W. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Predana Media Group

Santoso, S. (2005). SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elek Media Komputindo.


(52)

Sari, I. P. (2012). Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence: PTK Pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Lembang Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Soclhan, et al. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. (2008). Hands-out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Matematika (Model Belajar dan Pembelajaran Matematika). Bandung: tidak diterbutkan.

Suprijino, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutarno. (2008). Menulis yang Efektif. Jakarta: Sagung Seto.

Taniredja, T., Faridli, M. dan Harmianto, S. (2012). Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, H. G. (2008). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (2009). Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. Tarigan, H. G. (2009). Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (2009). Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa.


(53)

Wahid, F. (2011). Budaya Menulis. [Online]. Tersedia. http://menjadidosen.-wordpress.com/8-indahnya-menulis/8-1-budaya-menu-lis/. [16 April 2013].


(1)

2. Secara umum pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model concept sentence berjalan dengan lancar. Langkah pembelajaran dengan menggunakan concept sentence yaitu (1) guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, (2) guru menyajikan materi secukupnya, (3) guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen, (4) guru menyajikan beberapa kata kunci, (5) Setiap kelompok berdiskusi untuk membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat, (6) siswa membuat karangan sesuai kata kunci dan kalimat yang telah dibuat, (7) perwakilan dari setiap kelompok membacakan karangan yang telah dibuat, dan (8) kesimpulan. Aktivitas siswa saat pembelajaran terlihat aktif dan dinamis. Pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa. Iklim pembelajaran di kelas pun meningkat menjadi lebih baik karena siswa mengalami suasana yang kondusif selama proses pembelajaran. Dengan menerapkan model concept sentence guru dapat lebih mudah dalam mengelola kelas, dan siswa pun lebih mudah memahami materi dan mengerjakan tugas dengan belajar secara kelompok.

3. Keterampilan menulis karangan narasi mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model concept sentence. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Hasil belajar dalam hal ini tidak hanya dilihat pada aspek kognitif, teteapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik. Hasil rata-rata keterampilan menulis karangan narasi pada siklus I sebesar 61,38 dengan tingkat ketuntasan 53%, nilai rata-rata pada siklus II sebesar 67,13 dengan tingkat ketuntasan 56%, dan nilai rata-rata pada siklus III sebesar 73,63 dengan tingkat ketuntasan 79%. Aspek yang dinilai pada hasil karangan siswa yaitu aspek pengungkapan gagasan, penggunaan tokoh, penggunaan latar, pemilihan diksi, serta penggunaan ejaan. Tidak hanya keterampilan menulis karangan narasi yang meningkat, aktivitas siswa dalam kelompok (aspek afektif) pun meningkat. Hasil rata-rata aktivitas siswa dalam kelompok pada


(2)

155

dan mengalami peningkatan kembali pada siklus III menjadi 72%. Aspek yang penilaian dalam kegiatan kelompok ini yaitu perhatian, keaktifan, dan kedisiplinan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang diberikan sebagai berikut:

1. Bagi guru SD, penerapan model concept sentence perlu dijadikan model alternatif dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi. Dengan menerapkan model concept sentence, guru dapat meningkatkan aktivitas siswa secara optimal, menumbuhkan minat dan motivasi untuk menulis. Tidak hanya itu saja, guru pun dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik. Karena dengan menerapkan model concept sentence yang menekankan pada aktivitas kelompok, siswa dapat dengan mudah mengungkapkan gagasan dan mengembangkan karangan, serta dapat berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam mengarjakan tugas.

2. Bagi siswa, dapat menggunakan model concept sentence dengan membuat kata kunci terlebih dahulu, kemudian menyusun kalimat dari kata kunci yang telah dibuat. Hal ini dapat memudahkan siswa dalam menulis karangan narasi.

3. Bagi peneliti, dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterampilan menulis karangan narasi agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Peneliti pun dapat menggunakan gambaran model concept sentence, karangan narasi serta hasil penelitian untuk dijadikan bahan referensi dalam penelitian selanjutnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. dan Arsjad, M. (1991). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas. Cahyani, I. dan Hodijah. (2007). Kemampuan Bahasa Indonesia di Sekolah

Dasar. Bandung: UPI Press.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia.

Depatemen Pendidikan Nasional. (2009). Bahan 02 Pendidikan dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Gie, T. L. (1995). Pengantar Dunia Karang Mengarang. Yogyakarta: Liberty. Isjoni. (2011). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Jauhari, H. (2013). Terampil Mengarang.Bandung: Nuansa Cendekia Keraf, G. (2004). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. Keraf, G. (1989). Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Khuzaemah, E. (2011). “Pembelajaran Kooperatif Menulis Karangan Narasi Berbasis Kecerdasan Spiritual”. Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. 11, (2), 169-180.

Kosasih, E. (2012). Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Yrama Widya. Mahmuddin. (2009). Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games


(4)

http://mahmuddin.wordpress.com/strategi-157

Ngalimun. (2013). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Ningrum, E. (2009). Penelitian Tindakan Kelas: Panduan Praktis dan Contoh. Bandung: Buana Nusantara.

Nurgiantoro, B. (1995). Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPPE.

Rahman. (2009). Model Mengajar & Bahan Pembelajaran. Sumedang: Alqa Print.

Resmini, N., Djuanda, D. dan Indihadi, D. (2009). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Press.

Riyanawati, Nina. (2012). Efektivitas Metode Cooperative Learning Teknik Concept Sentence untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa. Skripsi. Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Safitri, Nila. (2009). Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas IV Melalui Pendekatan Kontekstual SDN 005 Kampung Satu Tarakan. [Online]. Tersedia: http://massofa.wordpress.com/2009/05/07/bab-1-

peningkatan-kemam-puan-menulis-karangan-siswa-kelas-iv-son-005-kampung-satu-tarakan-melalui-pendekatan-kontekstual/. html [15 April 2013].

Sanjaya, W. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Predana Media Group

Santoso, S. (2005). SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elek Media Komputindo.


(5)

Sari, I. P. (2012). Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence: PTK Pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Lembang Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Soclhan, et al. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. (2008). Hands-out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Matematika (Model Belajar dan Pembelajaran Matematika). Bandung: tidak diterbutkan.

Suprijino, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutarno. (2008). Menulis yang Efektif. Jakarta: Sagung Seto.

Taniredja, T., Faridli, M. dan Harmianto, S. (2012). Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, H. G. (2008). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (2009). Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. Tarigan, H. G. (2009). Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (2009). Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa.


(6)

159

Wahid, F. (2011). Budaya Menulis. [Online]. Tersedia. http://menjadidosen.-wordpress.com/8-indahnya-menulis/8-1-budaya-menu-lis/. [16 April 2013].