MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA KONSEP GAYA DI KELAS IV SD NEGERI SERANG 12.

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

METODE MAKE A MATCH PADA KONSEP GAYA

DI KELAS IV SD NEGERI SERANG 12

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

HUSNUL KHOTIMAH 0903747

JURUSAN S1 REGULER PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KONSENTRASI ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS SERANG


(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Make a Match Pada Konsep Gaya di Kelas IV SD Negeri Serang 12”. Ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Serang, Juni 2013

Yang membuat pernyataan,

Husnul Khotimah NIM. 0903747


(3)

(4)

Cahaya Dihati

Ketika awan gelap menyelimuti diri

Hidup ini terasa tak berarti

Tak ada jalan yang dapat ku jajaki

Hanya keluh kesah dihati

Tanpa kusadari

Ada seberkas sinar dihati

Yang selalu menemani hidup ini

Yang selalu memberi dan meyakini

Empat tahun sudah terlewati

Mimpi-mimpi itu kini menjadi pasti

Hilanglah sudah beban dihati


(5)

ABSTRAKSI

Husnul Khotimah (0903747). “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Make a Match pada Konsep Gaya di Kelas IV SD Negeri Serang 12”. (2013).

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran

yang dilakukan selalu menggunakan metode ceramah dan terpaku pada guru artinya guru sebagai pemeran aktif yang memberi informasi, guru juga jarang menggunakan metode dalam pembelajaran. Sehingga siswa hanya sebagai pemeran pasif dan tidak berperan akitif. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk mencari cara agar siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswanyapun dapat meningkat serta mengembangkan kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan sebuah metode.

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalahnya

yaitu “apakah metode make a match dapat meningkatkan aktifitas dan hasil

belajar siswa di kelas IV SD Negeri Serang 12?”.

Sesuai dengan rumusan permasalahannya, maka tujuan penelitian ini adalah ingin mengaktifkan aktifitas belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya dengan menggunakan metode make a match.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK)

collaborative learning, artinya peneliti dan guru berkolaborasi melakukan

penelitian dalam menyusun RPP dan tahapan-tahapan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Aktifitas dan hasil belajar siswa pada konsep gaya dengan menggunakan metode make a match ternyata dapat lebih meningkat. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil tes siswa adalah pra siklus 47%, siklus I 80,13% dan siklus II adalah 91,57%. Aktivitas belajar siswa pra siklus 45%, siklus I 60% dan siklus II 96,65%.

Kesimpulan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini tentang aktifitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode make a match mengalami peningkatan yang signifikan, itu bisa dilihat dari nilai rata-rata yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Jadi penelitian yang dilakukan telah berhasil dan sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka peneliti merekomendasikan kepada pihak peneliti selanjutnya untuk dapat mempergunakan metode make a


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR BAGAN ... DAFTAR GAMBAR ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Definisi Oprasional ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ………...

B. Kajian Hasil Penelitian………...

C. Kerangka Berpikir ………...

D. Hipotesis Tindakan ………...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian .……….……... B.Subyek Penelitian ………... C.Metode Penelitian ………... D.Prosedur Penelitian ………... E.Instrumen Penelitian ... F. Analisis Data ...

i ii iv vi vii viii 1 3 3 4 6 8 27 27 30 31 31 32 38 41 44


(7)

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian ……….. B. Analisis Hasil Penelitian ………..…... C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. D. Jawaban Hipotesis ………...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………...

B. Rekomendasi ………...

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

46 59 61 62

63 63


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang sederajat, hal ini terdapat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2009 tentang pendidikan dasar. Sekolah Dasar atau yang sederajat merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak-anak yang pada umumnya berusia 6-12 tahun. Pendidikan di SD dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri sesuai dengan tingkat perkembangannya. (Fauzan, 2012: 1).

Pembelajaran ilmu pengetahuan alam di SD merupakan salah satu kajian yang menarik untuk dikemukakan karena adanya persamaan karakteristik, khususnya antara hakikat anak dan hakikat IPA. Hakikat anak usia SD sedang mengalami perkembangan pada tingkat berpikirnya. Tahap berpikir anak usia SD masih belum formal dan relative masih konkrit, sedangkan hakikat IPA adalah ilmu induktif, penuh dengan contoh konkrit dan mempelajari tentang sesuatu disekitar siswa. Dengan adanya persamaan karakteristik tersebut diperlukan kemampuan khusus guru SD untuk mengkorelasikan antara siswa dan kehidupan alam disekitar siswa dalam empat kemasan pembelajaran . Pembelajaran yang


(9)

baik terjadi melalui suatu proses. Proses pembelajaran yang baik hanya bisa diciptakan melalui perencanaan yang baik dan tepat. Perencanaan pembelajaranlah yang menjadi unsur utama dalam pembelajaran dan salah satu alat yang paling penting bagi guru. Upaya untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran, merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam profesi keguruan dan kependidikan. Dalam perbaikan proses pembelajaran ini, guru harus mampu menetapkan metode pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Metode pembelajaran yang dilakukan dewasa ini pada umumnya menggunakan pendekatan kontekstual.

Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran kontekstual harus disusun untuk mendorong lima bentuk pembelajaran penting, yaitu mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama, dan mentransfer. (Raditiyo, 2012:1).

Berdasarkan pengamatan, pembelajaran IPA di SD yang masih cenderung menggunakan metode ceramah dan penugasan atau latihan-latihan dari guru. Materi pelajaran disampaikan langsung kepada siswa dan siswa hanya mendengarkan serta mencatat penjelasan dari guru. Praktikum IPA juga jarang sekali dilakukan. Guru hanya menginformasikan fakta dan konsep melalui metode ceramah dan meminimalkan keterlibatan siswa. Siswa diberi pertanyaan yang lebih cenderung berupa hafalan. Pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan berpikir yang lebih tinggi seperti melakukan suatu percobaan kemudian menyimpulkan sendiri hasil percobaan jarang dilakukan oleh guru.


(10)

Hal ini pun terjadi pada siswa SD Negeri Serang 12. Dari hasil wawancara dengan wali kelas dan pengamatan langsung di kelas IV SD Negeri 12 Serang, ternyata benar metode ceramah itu kurang efektif diterapkan pada siswa SD. Ini terbukti dari rendahnya hasil belajar siswa pada mata pembelajaran IPA pada konsep gaya.

Maka penulis melakukan identifikasi, dengan perolehan sebagai berikut: a. Sebagian besar (75%) siswa:

- Belum dapat mendiskripsikan konsep gaya di lingkungan sekitar dengan benar.

- Aktifitas belajar siswa kelas IV semester 2 rendah dikarenakan banyak siswa ramai, malas mengerjakan latihan, gaduh di kelas. - Kurang memperhatikan guru saat menerangkan konsep gaya.

b. Hasil evaluasi sebagian besar (75%) siswa nilainya di bawah KKM sekolah yaitu 75.

Agar pembelajaran IPA menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu cara yang cukup efektif adalah melalui metode make a match. Metode

make a match adalah suatu metode berkelompok, dimana dalam metode ini yang

perlu disiapkan adalah kartu-kartu yang berisi tentang materi yang akan diajarkan. Oleh Karena itu, perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam konsep gaya di kelas IV SD Negeri Serang 12.


(11)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah metode make a match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam konsep gaya di kelas IV SD Negeri Serang 12?

2. Apakah metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam konsep gaya dikelas IV SD Negeri Serang 12?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

a) Tujuan umum

Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa dikelas IV SD Negeri Serang 12.

b) Tujuan khusus

1. Ingin membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas belajarnya dengan menggunakan make a match dalam konsep gaya di kelas IV SD Negeri Serang 12.

2. Ingin membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan menggunakan make a match dalam konsep gaya di kelas IV SD Negeri Serang 12.


(12)

D. Manfaat Hasil Penelitian

Dilaksanakannya kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi sebagai berikut:

a. Untuk Peneliti

1) Dapat memberikan pembelajaran dalam melaksanakan pengajaran di sekolah.

2) Dapat meningkatkan kemampuan mengajar melalui metode make a

match.

3) Dapat memberikan pengalaman yang menarik dalam mengajar anak sekolah dasar.

b. Untuk Siswa

1) Dapat meningkatkan kemampuan dan keaktifan siswa dalam konsep gaya melalui metode make a match.

2) Dapat meningkatkan kemampuan belajar peserta didik khususnya pada konsep gaya.

3) Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. c. Untuk Guru

1) Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki dan mengatasi keterbatasan kemampuan guru dalam proses pembelajaran.

2) Dapat memperluas dan menambah wawasan guru mengenai model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA. Aturan dan model tersebut dapat dijadikan perbandingan dan


(13)

pertimbangan bagi guru-guru lainnya yang akan memperbaiki pembelajaran pada kelas dan mata pelajaran yang berbeda.

3) Dapat memudahkan guru dalam pembelajaran khususnya konsep gaya.

d. Untuk Sekolah

1) Secara kelembagaan bermanfaat untuk mengembangkan fungsi lembaga pendidikan dalam mewujudkan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Antara lain merintis pelaksanaan pembelajaran yang benar-benar merujuk kepada kondisi dan kompetensi realistik sekolah yang bersangkutan.

2) Diharapkan Model Pembelajaran metode make a match dapat memberikan konstribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar.

3) Membantu meningkatkan kompetensi lulusan sehingga dapat mewujudkan tercapainya tujuan Pendidikan Nasional.

E. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Kata hasil belajar sering disebut prestasi balajar. Kata prestasi belajar berasal dari Belanda yaitu “prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia disebut prestasi yang artinya hasil uasaha. Kata prestasi juga berarti kemampuan, ketrampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikkan sesuatu (Arifin, 1999 : 78).


(14)

2. Make a Match

Make a match atau mencari pasangan adalah model pembelajaran

kooperatif dengan cara mencari pasangan soal/jawaban yang tepat, siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu akan mendapat poin. (Suprijono, 2009: 94).

3. Gaya


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Serang 12, Kecamatan Serang, Kota Serang. Jln. Lontar Baru Serang 42115 Telp. 0254 205887 Email: sdn.serang12@gmail.com. Untuk mata pelajaran IPA pada konsep gaya di kelas IV tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

Alasan memilih sekolah ini, setelah melakukan observasi ternyata siswanya dalam pembelajaran kurang merespon apa yang guru ajarkan. Dan terlihat tidak aktif saat proses pembelajran berlangsung. Selain itu juga, sekolah ini tempatnya tidak terlalu jauh dengan tempat peneliti kuliah sehingga dapat memudahkan peneliti dalam melakukan praktek dan dapat berkomunikasi dengan baik terhadap pihak sekolah maupun pihak kampus.

B. Subyek Penelitian

Dalam Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa Kelas IV SD Negeri Serang 12. Dengan jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian sebanyak 38 orang terdiri dari 22 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan.


(16)

C. Metode Penelitian

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian ini dilakukan dengan cara tindakan kelas. Dimana seorang peneliti berkolaborasi dengan seorang guru kelas dan melakukan kerjasama dengan sekolah yang telah ditentukan.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan (Wibawa, 2004:3).

Sedangkan dalam Arikunto (2007:3) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas bersama. Menurut Wiriaatmadja (2000:6), penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Ada juga yang mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara lebih professional (Sukidin, Basrowi dan Suranto, 2002:16).

Rapoport dalam Hopkins (1993:44) menyatakan bahwa action research:

… aims to contribute both to the pratical concerns of people in an

immediate problematic situation and to the goals of social science by joint collaboratiob within a mutually acceptable ethical framework.


(17)

Kemmis dalam Hopkins (1993:44) juga menyatakan:

Aktion research is a form of self-reflective engquiry undertaken by participants in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practicd of (b) their understanding of these practices, and (c) the situation in which the practices are carried out.

Menurut Sanford dalam Taniredja (2010: 16) PTK merupakan kegiatan skills yang bersifat menyeluruh yang terdiri atas analisis, penemuan fakta, konseptualisasi, perencanaan, pelaksanaan, penemuan fakta tambahan, dan evaluasi.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang selanjutnya disebut PTK adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional.

Sedangkan tujuan dari PTK sendiri adalah untuk memecahkan permasalahan yang nyata terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang melakukan proses pembelajaran.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PTK mempunyai karakteristik yang berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya. PTK memiliki beberapa karakteristik, (Kunandar, 2011: 58) sebagai berikut:


(18)

a. On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil

atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada kewenangan atau tanggung jawab peneliti).

b. Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah).

c. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu).

d. Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan

melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan analisis atau refleksi.

e. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.

f. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (refection) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.

Jadi karakteristik PTK menurut Kunandar (2011: 58) yaitu memecahkan masalah yang nyata dalam sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan yang dilakukan dalam beberapa siklus oleh seorang peneliti.

3. Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas memiliki beberapa model yang disesesuaikan dengan penemunya. Dalam Taniredja (2010:23), ada beberapa model PTK yang sering digunakan dalam dunia pendidikan antara lain: (1) model Kurt Lewin; (2) Kemmis dan Mc Taggart; (3) model Johan Elliot;


(19)

a. Model Kurt Lewin

Model Kurt Lewin merupakan model pertama dalam PTK yang di perkenalkan pada tahun 1946, dan merupakan acuan pokok atau dasar dari berbagai model PTK yang lain. Konsep inti PTK Lewin, dalam satu siklus PTK terdiri dari empat langkah, yaitu (1) perencanaan (planning); (2) aksi atau tindakan (acting); (3) observasi (observing); dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin 1990).

b. Model Kemmis dan Mc. Taggart

Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin, sehingga kelihatan masih sangat dekat dengan model Lewin. Kemmis dan Mc Taggart menjadikan satu kesatuan komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan).

c. Model John Elliott

Model John Elliott juga dikembangkan berdasarkan model Kurt Lewin, tetapi nampak lebih detail dan rinci. Pada model John Elliott dalam satu tindakan (acting) terdiri dari beberapa step atau langkah tindakan, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2 dan langkah tindakan 3 (Depdiknas, 1999:22).

Adapun kelebihan guru melakukan penelitian tindakan menurut Shumky (1982) dalam Kunandar (2011: 68) adalah sebagai berikut:


(20)

2. Kerjasama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikian kritis dalam hal ini guru yang sekaligus sebagai peneliti.

3. Melalui kerjasama, kemungkinan untuk berubah meningkat.

4. Kerjasama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Dari pemaparan model penelitian diatas, peneliti mengambil salah satu model penelitian yang dianggap mudah untuk dipahmi dan dilaksanakannya yaitu model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2010:16).

Gambar 3.1 Bagan model PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart.

Observasi

Pra Siklus Refleksi

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan Refleksi

SIKLUS II

Pengamatan

?

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi


(21)

Langkah-langkah pelaksanaan Penelitian tindakan kelas: 1. Refleksi Awal

Refleksi awal merupakan kegiatan penjajagan yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian. Peneliti bersama timnya melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui situasi yang sebenarnya.

2. Penyusunan Perencanaan (Planning)

Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan.

3. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan.

4. Pengamatan (Observing)

Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.


(22)

5. Refleksi (reflecting)

Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan.

Pada hakekatnya langkah-langkah PTK model Kemmis dan Taggart berupa siklus dengan setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan (tindakan), pengamatan (observasi), dan refleksi yang dipandang sebagai satu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan. Pada umumnya terjadi lebih dari satu siklus. PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah saat ini pada umumnya berdasarkan model PTK Kemmis dan Mc. Taggart ini.

D. Prosedur Penelitian

Secara oprasional tahapan-tahapan kegiatan penelitian dalam setiap siklus dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pra Siklus 1. Observasi

Kegiatan obervasi yang dilakukan sebagai kegiatan pendahuluan yang dilakukan dalam penelitian. Hal yang diobservasi adalah praktek pembelajaran yang sedang dilakukan oleh guru gelas, mewawancarai guru dan siswa serta melihat aktivitas dan hasil belajar siswa. Kegiatan ini dilakukan dalam menentukan permasalahan yang dialami dan dirasakan oleh


(23)

siswa dalam proses pembelajaran dan mengumpulkan data awal tentang hasil dan aktivitas belajar siswa guna yang ajeg atau kongkrit pada pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Serang 12 sebagai studi awal refleksi.

2. Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi, pada kegiatan ini guru dan peneliti melakukan diskusi untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi siswa dan guru dalam pembelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri Serang 12. Pada tahap inilah peneliti menawarkan untuk pemecahan masalah dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan Pendekatan pada siklus I.

b. Siklus I

1. Perencanaan

a). Menyusun RPP dengan konsep gaya.

b). Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa gambar dan benda.

c). Menyiapkan lembar kerja siswa.

d). Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian. e). Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

 guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban juga menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi.


(24)

 mengelompok siswa dalam tiga kelompok yaitu yang memegang kartu permasalahan atau materi, memegang kartu jawaban dan penilai. Setiap kelompok ini dikelompokan lagi menjadi sesuai dengan kemampuan dan tingkat kesulitan masalah yang dihadapi.

 membagikan kartu kepada siswa, sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

 siswa yang menjadi tim pertanyaan mempraktekan soal-soal yang guru berikan secara bergiliran.

 guru memberikan waktu selama 5 menit kepada peserta didik untuk memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

 setelah tim penyjawab menjawab soal yang dipraktekan tim pertanyaan, tim penilai melakukan penilaian untuk jawaban yang dianggap benar.

 kegiatan ini berulang-ulang sampai soal yang guru berikan habis.

 guru mengubah kelompok siswa menjadi kelompok kecil.

 guru memberikan LKS untuk siswa kerjakan.

 siswa mewakili kelompoknya maju kedepan untuk membacakan hasil diskusinya.

 Setelah selesai, guru mengulas materi, meluruskan kesalah pemahaman, dan memberikan penguatan tentang materi gaya.

3. Observasi

a). Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA (dilakukan oleh observer).


(25)

b). Melakukan pengamatan keterampilan siswa dalam mendemonstrasikan dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

4. Refleksi

a). Mengkaji pelaksanaan pembelajaran siklus 1.

b). Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1. c). Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1. d). Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 2.

E. Instrumen Penelitian

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat menentukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu. Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Sedangkan Marshall (1995)

menyatakan bahwa;“ Through observation the reasercher learn about behavior and the meaning attached to those behavior” melalui observasi,

peneliti belajar tentang prilaku, dan makna dari prilaku tersebut. (Sugiyono, 2008:64).

Pedoman observasi berupa lembar observasi, ini dimaksudkan untuk memperoleh data dengan jalan mengamati interaksi antara siswa dan keantusiasan siswa didalam proses pembelajaran. Adapun yang akan di observasi adalah observasi keaktifan belajar siswa, antara lain sebagai berikut:


(26)

Tabel 3.1 Pedoman Observasi Keaktifan siswa dalam Mengikuti Pembelajaran.

No Apek yang diamati Indikator

Jumlah siswa % 1 Semangat mengikuti Pembelajaran

 Siswa aktif untuk bertanya

 Siswa aktif mengemukakan pendapatnya

 Siswa aktif untuk maju kedepan mengungkapkan pendapatnya 2 Kemampuan mengolah data

 Siswa menggunakan informasi dari hasil pengamatan untuk menjawab pertanyaan  Siswa membuat

kesimpulan dari hasil pengamatan

3

Kemampuan menyampaikan

informasi

 Siswa mengungkapkan gagasan secara lisan


(27)

Untuk mengetahui tingkat tersebut digunakan penafsiran berdasarkan kriteria Hendra (dalam Linda, 2010: 41) yaitu:

0 % : tak seorangpun 1% - 24 % : sebagian kecil 25% - 49 % : hampir setengahnya 50% : setengahnya

51% - 74 % : sebagian besar

 Siswa menunjukan hasil kegiatannya secara lisan

4

Kemampuan menyelesaikan

masalah

 Siswa menyelesaikan masalah dengan mencari jawaban sesuai yang ada di alam ini.

 Siswa mampu

menyelesaikan masalah dengan cara berdiskusi

5

Kemampuan bekerjasama secara

terbuka

 Siswa bekerja sama dalam kelompok  Siswa aktif member

tanggapan secara santun

Jumlah ……..


(28)

75% : hapir seluruhnya 100% : seluruhnya

Berdasarkan kriteria yang dikemukakan Hendra di atas, maka penelitian ini dikatakan berhasil apabila jumlah siswa yang dapat menumbuhkan keaktifan dan hasil belajarnya mencapai antara 75% - 99%.

1. Tes

Tes adalah alat atau prosedur untuk mengukur sesuatu sesuai dengan cara atau aturan yang sudah ditentukan. Jenis tes yang digunakan disini adalah tes tertulis berbentuk PG 10, dan Essay 5 butir soal yang di tunjukan kepada siswa per individu maupun kelompok untuk mengetahui/mengukur hasil belajar siswa. Rumus Nilai = � ℎ 100 Nilai

Kriteria Penilaian :

81 - 100 = baik sekali 71 - 80 = baik 61 - 70 = sedang 51 - 60 = kurang 0 - 50 = kurang sekali

F. Analisis Data

Sesuai dengan PTK yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dilakukan melalui siklus. Secara oprasional menurut Arikunto (2006:235), tahapan-tahapan kegiatan penelitian dalam setiap siklus dapat dijelaskan sebagai berikut :


(29)

1. Menyeleksi Data

Setelah data terkumpul, dilakukan penelitian data yang represintatif yang

dapat menjawab fokus penelitian dan memberikan gambaran tentang hasil penelitian.

2. Mengklasifikasikan Data

Data yang telah diseleksi kemudian diklasifikasi berdasarkan tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengolahan data dan pengambilan keputusan berdasarkan persentasi keberhasilan.

3. Menstabulasikan Data

Setelah data diklasifikasikan berdasarkan tujuan penelitian, kemudian ditabulasikan dalam bentuk tabel. Tujuannya adalah untuk mengetahui frekuensi masing-masing alternative jawaban serta mempermudah dalam membaca data.

4. Mengambil Keputusan

Perkembangan setiap siklus dapat diamati pada tabel-tabel hasil tabulasi data. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila nilai yang diperoleh berdasarkan hasil observasi mencapai antara 75% - 99%.

Bila tujuan dalam penelitian ini sudah tercapai, maka pendekatan yang diajukan dalam penelitian ini dapat direkomendasikan.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dilapangan saat pra siklus, siswa SD sebaiknya tidak diberikan metode yang itu-itu saja sehingga anak merasa malas dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Sebagai seorang guru SD kita harus bersikap professional dan berpikir kreatif untuk mengaktifkan siswa saat proses pembelajaran dilakukan.

Dengan mencoba metode pembelajaran lain kita akan mampu mengaktifkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Serang 12, dengan menggunakan metode make a match pada konsep gaya ternyata anak antusias sekali untuk belajar. Ini terlihat dari peningakatan hasil aktivitas anak yang tadinya pada saat pra siklus hanya 45%, siklus I 60% dan siklus II menjadi 97%. Dan hasil belajarnyapun meningkat dari pra siklus 46%, siklus I 80% dan siklus II 92%.

Keberhasilan yang di peroleh peneliti, tidak terlepas dari kerjasama dengan guru kelas pada saat mempersiapkan pembelajaran dan penyediaan alat peraga yang menunjang aktifitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.


(31)

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka rekomendasi yang perlu disampaikan sebagai berikut:

1. Untuk Kepala Sekolah

Selaku pemegang kebijakan tertinggi di sekolah sebaiknya memberikan dukungan dan pasilitas yang lengkap untuk pembelajaran sain dan memotivasi guru agar terpacu untuk memberikan pengajaran yang maksimal kepada siswa.

2. Untuk Guru

Dalam mengaktifkan dan meningkatkan hasil belajar siswa, guru jangan malas untuk menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran dan gunakan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan agar siswa berperan aktif.

3. Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, agar lebih menguasai keadaan kelas lagi dan media yang digunakannya pun lebih bermacam-macam juga waktu pelaksanaannya semaksimal mungkin agar hasil penelitian yang diperoleh lebih berhasil.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Achhadiyati, Linda. (2010). “Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri dalam Menumbuhkan Kemampuan Kerja Ilmiah pada Pokok Bahasan Benda dan Sifatnya”. Skripsi. Hal 83-85. Tidak Diterbitkan.

Ali, Mohammad. (2009). Ilmu dan Aplikasi PENDIDIKAN. Bandung: IMTIMA. Arifin, Zaenal. (2001). Evaluasi Intruksional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi,. Suhardjono dan Supardi. (2010). Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Asrori, Mohammmad. (2009). Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: CV. Wacana Prima.

Barlia, Lily. (2010). Mengajar Dengan Pendekatan Alam Sekitar. Subang: Royyan Press.

Eggen, Paul dan Don Kauchak. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks.

Fauzan, Ali. (2012). Contoh Proposal PTK IPA SD. ”. [Blogspot], Vol 5 (3), 10 halaman. Tersedia: http://alifauzan.web.id.

Hakim, Lukman. (2009). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Huda, Miftahul. (2011). Cooprative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jayadinata, Asep Kurnia. (2010). “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Peristiwa Benda Padat dalam Air Melalui Kegiatan Praktikum”. Jurnal Pendidikan Dasar. (13). 38-40.

Kartadinata, Sunaryo.(2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI. Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika

Aditama.


(33)

Kurniati, Maoidatul Dwi. (2011). Penerapan Pendekatan PAIKEM dalam

Pembelajaran IPA Materi Bunga. [Blogspot]. Vol 1 (3), 14 halaman.

Tersedia: http://momoydandelion.blogspot.com/2011/07/paikem-dalam-pembelajaran-ipa.html

Makmun, Abin Syamsudin. (2004). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muktamar dan Iskandar. (2009). Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Nur’aeni. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Di SD. Serang: Ikhwan Mandiri

Press.

Pujiastuti, Martina. (2007). Mengenal Gaya dan Energi. Jakarta: Lazuardi.

Putri, Suci Utami dan Cicah Sunarsih. (2012). “Penerapan Pendekatan

Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan Dasar. (17), 50-54.

Radityo, Muhammad. (2012). “Pendekatan Kontekstual (CTL)” Sebagai Salah Satu Pendekatan Pembelajaran Kimia Inovatif di SMA”. [Blogspot], Vol 7

(5), 12 halaman. Tersedia:

http://tempebachemistry.blogspot.com/2012/11/pendekatan-kontekstual-ctl-sebagai.html.

Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.

Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning. Bandung: Nusamedia.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian kuantitatife, Kualitatife, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumiati dan Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima. Suprijono, Agus. (2009). Cooprative Learning Teori. Surabaya: Pustaka Pelajar. Taniredja, Tukiran; Irma Pujiati; dan Nyata. (2010). Penelitian Tindakan Kelas.


(34)

Usman, M.Uzer dan Setiawati, Lilis. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan

Belajar Mengajar. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.

Usman, Moh.Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmandani. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam

Untuk SD. Jakarta: PT Bengawan Ilmu.


(1)

1. Menyeleksi Data

Setelah data terkumpul, dilakukan penelitian data yang represintatif yang dapat menjawab fokus penelitian dan memberikan gambaran tentang hasil penelitian.

2. Mengklasifikasikan Data

Data yang telah diseleksi kemudian diklasifikasi berdasarkan tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengolahan data dan pengambilan keputusan berdasarkan persentasi keberhasilan.

3. Menstabulasikan Data

Setelah data diklasifikasikan berdasarkan tujuan penelitian, kemudian ditabulasikan dalam bentuk tabel. Tujuannya adalah untuk mengetahui frekuensi masing-masing alternative jawaban serta mempermudah dalam membaca data.

4. Mengambil Keputusan

Perkembangan setiap siklus dapat diamati pada tabel-tabel hasil tabulasi data. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila nilai yang diperoleh berdasarkan hasil observasi mencapai antara 75% - 99%.

Bila tujuan dalam penelitian ini sudah tercapai, maka pendekatan yang diajukan dalam penelitian ini dapat direkomendasikan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dilapangan saat pra siklus, siswa SD sebaiknya tidak diberikan metode yang itu-itu saja sehingga anak merasa malas dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Sebagai seorang guru SD kita harus bersikap professional dan berpikir kreatif untuk mengaktifkan siswa saat proses pembelajaran dilakukan.

Dengan mencoba metode pembelajaran lain kita akan mampu mengaktifkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Serang 12, dengan menggunakan metode make a match pada konsep gaya ternyata anak antusias sekali untuk belajar. Ini terlihat dari peningakatan hasil aktivitas anak yang tadinya pada saat pra siklus hanya 45%, siklus I 60% dan siklus II menjadi 97%. Dan hasil belajarnyapun meningkat dari pra siklus 46%, siklus I 80% dan siklus II 92%.

Keberhasilan yang di peroleh peneliti, tidak terlepas dari kerjasama dengan guru kelas pada saat mempersiapkan pembelajaran dan penyediaan alat peraga yang menunjang aktifitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.


(3)

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka rekomendasi yang perlu disampaikan sebagai berikut:

1. Untuk Kepala Sekolah

Selaku pemegang kebijakan tertinggi di sekolah sebaiknya memberikan dukungan dan pasilitas yang lengkap untuk pembelajaran sain dan memotivasi guru agar terpacu untuk memberikan pengajaran yang maksimal kepada siswa.

2. Untuk Guru

Dalam mengaktifkan dan meningkatkan hasil belajar siswa, guru jangan malas untuk menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran dan gunakan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan agar siswa berperan aktif.

3. Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, agar lebih menguasai keadaan kelas lagi dan media yang digunakannya pun lebih bermacam-macam juga waktu pelaksanaannya semaksimal mungkin agar hasil penelitian yang diperoleh lebih berhasil.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Achhadiyati, Linda. (2010). “Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri dalam Menumbuhkan Kemampuan Kerja Ilmiah pada Pokok Bahasan Benda dan Sifatnya”. Skripsi. Hal 83-85. Tidak Diterbitkan.

Ali, Mohammad. (2009). Ilmu dan Aplikasi PENDIDIKAN. Bandung: IMTIMA. Arifin, Zaenal. (2001). Evaluasi Intruksional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi,. Suhardjono dan Supardi. (2010). Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Asrori, Mohammmad. (2009). Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: CV. Wacana Prima.

Barlia, Lily. (2010). Mengajar Dengan Pendekatan Alam Sekitar. Subang: Royyan Press.

Eggen, Paul dan Don Kauchak. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks.

Fauzan, Ali. (2012). Contoh Proposal PTK IPA SD. ”. [Blogspot], Vol 5 (3), 10 halaman. Tersedia: http://alifauzan.web.id.

Hakim, Lukman. (2009). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Huda, Miftahul. (2011). Cooprative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jayadinata, Asep Kurnia. (2010). “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Peristiwa Benda Padat dalam Air Melalui Kegiatan Praktikum”. Jurnal Pendidikan Dasar. (13). 38-40. Kartadinata, Sunaryo.(2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI. Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika

Aditama.


(5)

Kurniati, Maoidatul Dwi. (2011). Penerapan Pendekatan PAIKEM dalam Pembelajaran IPA Materi Bunga. [Blogspot]. Vol 1 (3), 14 halaman.

Tersedia:

http://momoydandelion.blogspot.com/2011/07/paikem-dalam-pembelajaran-ipa.html

Makmun, Abin Syamsudin. (2004). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muktamar dan Iskandar. (2009). Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Nur’aeni. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Di SD. Serang: Ikhwan Mandiri Press.

Pujiastuti, Martina. (2007). Mengenal Gaya dan Energi. Jakarta: Lazuardi.

Putri, Suci Utami dan Cicah Sunarsih. (2012). “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan Dasar. (17), 50-54.

Radityo, Muhammad. (2012). “Pendekatan Kontekstual (CTL)” Sebagai Salah Satu Pendekatan Pembelajaran Kimia Inovatif di SMA”. [Blogspot], Vol 7 (5), 12 halaman. Tersedia:

http://tempebachemistry.blogspot.com/2012/11/pendekatan-kontekstual-ctl-sebagai.html.

Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.

Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning. Bandung: Nusamedia.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian kuantitatife, Kualitatife, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumiati dan Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima. Suprijono, Agus. (2009). Cooprative Learning Teori. Surabaya: Pustaka Pelajar. Taniredja, Tukiran; Irma Pujiati; dan Nyata. (2010). Penelitian Tindakan Kelas.


(6)

Usman, M.Uzer dan Setiawati, Lilis. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.

Usman, Moh.Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmandani. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD. Jakarta: PT Bengawan Ilmu.


Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Pembelajaran make a Match Card dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran Fiqh di MTs. Nasyatulkhair Depok

0 6 150

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Penggunaan Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pkn Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Jetiskarangpung 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 15

PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Penggunaan Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pkn Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Jetiskarangpung 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 14

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas Iv SD Negeri 3 Keden Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 14

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas Iv SD Negeri 3 Keden Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 17

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PLANGGU DENGAN METODE MAKE A MATCH UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PLANGGU DENGAN METODE MAKE A MATCH TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 2 18

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Pembelajaran Make a- Match Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Papahan Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 14

PENERAPAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 JIWAN Penerapan Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Jiwan Karangnongko Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 15

PENERAPAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 JIWAN Penerapan Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Jiwan Karangnongko Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 3 12