TARI LENGGANG CISADANE DALAM PEMAHAMAN MULTIKULTUR MELALUI PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER PADA SISWA SMAN 4 KOTA TANGERANG.

(1)

TARI LENGGANG CISADANE DALAM PEMAHAMAN

MULTIKULTUR MELALUI PEMBELAJARAN

EKSTRAKURIKULER PADA SISWA SMAN 4 KOTA

TANGERANG

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Magister Pendidikan Seni

Diajukan oleh :

UNUS

NIM : 1102598

PROGRAM PENDIDIKAN SENI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER TARI LENGGANG

CISADANE UNTUK PEMAHAMAN MULTIKULTUR PADA

SISWA SMAN 4 KOTA TANGERANG

Oleh Unus STIP Banten, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Unus 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus, 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER TARI LENGGANG

CISADANE UNTUK PEMAHAMAN MULTIKULTUR PADA

SISWA SMAN 4 KOTA TANGERANG

Oleh :

U N U S

NIM : 1102598

Mengetahui : PembmbingAkademik I

Dr.Trianti Nugraheni, , M.SI. Nip: 197303161997022001

Pembimbing Akademik II

Dr.Sukanta, S.Kar,M.Si NIp: 196207191989031001

Mengetahui :

Ketua Program Magister Pendidikan Seni

Dr. Sukanta, S.Kar, M.Si NIP : 196207191989031001


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamiin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan curahan nikmat, nikmat iman, nikmat islam, nikmat lahir dan nikmat batin, juga memberikan ketenangan dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dalam bentuk tesis.

Shalawat dan salam kita limpahkan terhadap junjungan alam Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan dan menyampaikan kepada kita semua ajaran yang benar dan sudah terbukti kebenarannya sampai akhir zaman.

Tesis dengan judul : “Tari Lenggang Cisadane Dalam Pemahaman Multikultur Melalui Pembelajaran Ekstrakurikuler Pada Siswa SMAN 4 Kota Tangerang”. Adalah hasil pemahaman dan inspirasi selama mengikuti

perkuliahan di Program Pascasarjana UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Bandung. Tesis ini memang terlihat sederhana walaupun banyak yang ikut terlibat di dalam penulisan tesis ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagi penulis, mulai dari matrikulasi, perkuliahan sampai penulisan tesis ini merupakan pengalaman yang sangat berharga dan menyenangkan sehingga betul-betul memberikan wawasan serta pemikiran baru dalam berbuat dan bertindak, terutama yang berkaitan langsung dengan tugas peneliti sebagai guru.

Penghargaan dan ungkapan rasa terima kasih yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam, peneliti sampaikan kepada Dr. Trianti Nugraheni, M.Si, Dr. Sukanta, S. Kar, M.Si, selaku pembimbing pada penulisan tesis ini yang selalu bersedia memberikan bimbingan, saran-saran dan serta motivasi. Terima kasih juga untuk kesabaran dan pengertiannya pada saat peneliti merasa lelah dan menemukan kesulitan dalam penulisan. Jika masih ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan tesis ini, tiada lain karena kekurang pahaman peneliti dalam mencerna dan menyerap segala sesuatu yang disampaikan oleh kedua pembimbing tersebut.

Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya peneliti sampaikan kepada Prof. Dr. Hj. Tati Narawati, S.Sen, M.Hum, Dr. Uus Karwati, M.Sen., sebagai Dosen Penguji. Kepada Dr. Sukanta, S. Kar, M.Si. selaku Ketua Program


(5)

Studi Pendidikan Seni, serta para dosen di Pascasarjana UPI Bandung yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga. Tidak lupa pula kepada seluruh staf dan karyawan dilingkungan Pascasarjana, dan umumnya dilingkungan Kampus UPI Bandung.

Penghargaan dan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada Dra. Juana Sadeli, M.Kom, Selaku Kepala Sekolah, Guru dan Siswa SMAN 4 Kota Tangerang, juga kepada Staf Tata Usaha yang telah memberikan penjelasan dengan ikhlas memberikan waktu, tenaga, pikiran dan tempatnya.

Terima kasih juga untuk seluruh rekan-rekan satu angkatan 2011, tak lupa pula kepada semua dan murid-murid di sanggar seni Puspa Kencana Kota Tangerang, kepada sahabatku Burhan Ashari, S.E, Ahmad Hidayat, S.Pd, yang tidak lepas-lepasnya memberikan dukungan kepada peneliti, teman dalam suka maupun duka.

Spesial untuk Ibu Sukiyah orang tua tercinta, yang tiada henti-hentinya mendo’akan penulis mulai dari lahir sampai sekarang. Mudah-mudahan Allah SWT selalu melindunginya .Kepada kakak, adek dan anak-anakku tersayang Wahyu Firmansyah, Wahyu Ratnalia, Wahyu Prona Santi, M.Rakha Bellva yang telah memberikan do’a dan dorongan semangat yang luar biasa serta selalu membantu peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya, dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan yang peneliti miliki, karena peneliti sadar bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT, peneliti memohon kritik dan sarannya, sehingga kajian yang ditampilkan dapat disempurnakan lagi demi hasil yang lebih baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Tangerang, Juni 2013


(6)

ABSTRAK

Penyelenggaraan pembelajaran ekstrakurikuler tari daerah dalam rangka menumbuhkan pemahaman multikultur bagi siswa SMAN4 Kota Tangerang. Pertanyaannya “Bagaimana Tari Lenggang Cisadane dalam Pemahaman Multikultural Melalui Pembelajaran Ekstrakurikuler Pada Siswa SMAN 4 Kota Tangerang?

Metoda penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Sedangkan fokus penelitian yang digunakan dalam kajian ini yaitu pendekatan budaya. Teknik pengumpulan datanya, yakni teknik observasi, wawancara dan studi dokumen. Analisis data dilakukan dengan Checking data, organizing dan coding

data.

Tangerang yang memiliki warisan Seni budaya diantaranya: Topeng (Ubrug), Seni Cokek dan seni Marawis sebagai pijakan awal tari Lenggang Cisadane. Pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler ditekankan pada penguasaan tari dan pemahaman kehidupan multikultur. Sedangkan faktor-faktor yang mendukung pembelajaran tari Lenggang Cisadane adalah faktor internal dan eksternal. Sementara hasil pembelajaran ektrakurikuler berdampak pada peningkatan pengetahuan; ekspresi diri dan sikap siswa dalam membedakan gerakan dan iringan musik; keharmonisan dan kesatuan alur penyajian tarinya.

Rekomendasi atau saran hasil penelitian yaitu untuk mendukung pengembangan seni tari daerah khususnya tari Lenggang Cisadane dilingkungaan masyarakat dalam menumbuhkan pemahaman kehidupan multikultur di Kota Tangerang.


(7)

ABSTRACT

Organizing extracurricular learning dance area in order to create awareness in multicultural for SMAN4 students in city of Tangerang. The question is "How to Grow Your Multicultural Understanding Life Through Dance Lenggang Cisadane Extracurricular Learning On Students of SMAN 4 Tangerang City?

Research method which used is descriptive research. While the focus of research used in this study is a cultural approach. Data collection techniques, namely observation, interviews and document research. Data analysis was carried out by checking the data, organizing and coding data.

Tangerang which have cultural heritage such as Art: Mask (Ubrug), Marawis art and Cokek art as a starting point of Lenggang Cisadane dance. Implementation of extracurricular emphasis on mastery learning dance and multicultural understanding life. While the factors that support learning dance Lenggang Cisadane are internal and external factors. While extracurricular learning outcomes result in increased knowledge, self-expression and attitude of students in distinguishing movements and musical accompaniment; harmony and unity of the presentation of dance grooves.

Recommendations or suggestions as a results of the research to support the development of dance in particular areas especially the Cisadane Lenggang dance in community to fostering on multicultural understanding of life in the city of Tangerang.


(8)

DAFTAR ISI

Hal ABSTRAK ...

ABSTRACT ...

KATA PENGANTAR .………....

i ii iii

DAFTAR ISI ……….... vi

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR GAMBAR ... Viii DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...……….……... 1

B. Fokus Penelitian ...………... 4

C. D. Tujuan Penelitian………..…... Manfaat Penelitian... 5 5 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Konsep Kultur dan Multikultural ... 6

1. Konsep Budaya Kultur ... 6

2. Konsep Multikultural ... 10

3. Pendidikan Multikultural ... 16

B. Konsep Pendidikan Seni Tari ... 18

1. Konsep Pendidikan seni ... 18

2.Konsep Pembelajaran Seni Tari ... 23

C. Model Berpikir ... 29

BAB III METODA PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 30

B. Teknik Pengumpulan Data ... 32

C. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data ... 37

D. Uji Keabsahan Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. A.Lingkungan Kota Tangerang ... 40

1.Seni Topeng (Ubrug) ... 42

2.Cokek ... 43

3.Kesenian Marawis dan Gambang Kromong ... 44

B.Tari Lenggang Cisadane ... 46

1.Deskripsi Tari Lenggang Cisadane ... 48

2.Gerak Tari Lenggang Cisadane ... 54

C.Lingkungan SMAN 4 Kota Tangerang dan Para Siswa ... 61

1. Lingkungan Sekolah SMAN 4 Tangerang ... 66

B. Pelaksanaan Pembelajaran Ekstra Kurikuler Tari Daerah ... 72

1.Pengembangan Pembelajaran Ekstrakurikuler tari Lenggang Cisadane di SMAN 4 Tangerang... 72


(9)

2.Konsep Pembelajaran ... 74 3.Proses Belajar Mengajar ... 76

C. Faktor-faktor Pendukung Pembelajaran Ekstrakurikuler Tari Lenggang Cisadane ... 92 1.Faktor Eksternal ... 92 2.Faktor Pendukung Internal SMAN 4 Kota Tangerang ... 97

D. Kemampuan Hasil Pembelajaran dalam Mencapai Pemahaman Siswa tentang Kehidupan Multikultur melalui Pembelajaran Tari

Lenggang Cisadane... 103 1. Kemampuan Pengetahuan Siswa tentang Multikultur Kota

Tangerang... 105 2. Kemampuan Siswa Mengekspresikan diri dalam Tari

Multikultur Lenggang Cisadane... 111 3. Kemampuan Siswa Mengapresiasi tentang Tari Multikultur

Lenggang Cisadane... 115

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 121

B. Rekomendasi ... 122


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1 Sumber Data/Informan Kunci ... 33 4.1 Deskripsi Tari Lenggang Cisadane ... 48 4.2 keadaan Peralatan Kesenian SMAN 4 Kota Tangerang

Tahun 2013 ... 65 4.3 Prestasi Seni Tari Tradisional SMAN 4 Kota Tangerang

Tahun 2005-2013

4.4 Perencanaan Kegiatan Belajar mengajar ... 80 4.5 Aspek Penilaian Pembelajaran Tari Lenggang Cisadane

(Sebagai Tari Multikultur) ... 90 4.6 Tingkat pengetahuan Siswa Tentang Aspek-aspek Tarian

multikultur Lenggang Cisadane ... 110 4.7 Tingkat Ekspresi Diri Siswa Tentang Aspek-aspek

Tarian Multikultur Lenggang Cisadane ... 114 4.8 Tingkat Apresiasi Siswa Tentang Aspek-aspek Tarian


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

3.1 Proses Analisis Data ... 37

4.1 Peta Kota Tangerang ... 40

4.2 Pementasan Kesenian Ubrug ... 43

4.3 Pementasan Tari Cokek ... 44

4.4 Pementasan Musik Marawis ... 45

4.5 Penampilan Musik Gambang Kromong ... 46

4.6 Gerak Sibat ... 54

4.7 Gerak Landangan ... 55

4.8 Gerak Keupat ... 55

4.9 Gerak Selut ... 56

4.10 Gerak Lungsar ... 56

4.11 Gerak Capang ... 57

4.12 Gerak Cocor Bebek ... 57

4.13 Gerak Melayu ... 58

4.14 Gerak Linggek ... 58

4.15 Gerak Lontang Canting ... 59

4.16 Gerak kewer ... 59

4.17 Sontang Lageday ... 60


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 ... 129

LAMPIRAN 2 ... 130

LAMPIRAN 3 ... 133

LAMPIRAN 4 ... 137


(13)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia dikenal didunia sebagai bangsa yang multietnik dan sekaligus sebagai bangsa yang multikultur. Bangsa Indonesia dapat dikatakan sebagai bangsa yang unik secara budaya. Salah satu keunikan budaya tampak dalam seni tari daerah. Hampir bisa dipastikan setiap suku bangsa di Indonesia memiliki beberapa jenis tari yang dijadikan ciri dari kelompok masyarakat tersebut. Secara kuantitas jumlah tarian daerah di Indonesia amatlah banyak, selain itu memiliki variasi dalam maknannya, jenisnya, pengelolaannya, gaya berekspresi dan yang lainnya.

Wilayah perkotaan seperti Tangerang menjanjikan berbagai sumber daya yang akan bisa memperbaiki nasib yang selama ini dideritanya di daerah. Mereka bermigrasi dan berurbanisasi untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan kemudian tinggal serta bermukim di perkotaan. Dengan mencermati keadaan di perkotaan, khususnya kota Tangerang, maka keragaman sosial budaya penduduknya mencerminkan multikultur. Semakin kota tersebut maju dan menjanjikan kehidupan yang lebih baik, akan berdampak semakin banyaknya penduduk yang bermigrasi yang sekaligus membawa budayanya masing-masing. Kemajuan Kota Tangerang senantiasa akan diiringi dengan kompleksitas sosial dan permasalahannya, termasuk pemahaman multikultur.

Multikultur penduduk Kota Tangerang akan tercermin dari budaya tari daerah. Bermacam-macam jenis tari tumbuh dan berkembang di setiap kelompok masyarakat. Di Kota Tangerang, setiap kelompok masyarakat diikat oleh kesamaan asal budayanya, seperti kelompok sosial Betawi, Jawa, Sunda, Sumatera, dan lain-lain. Mereka mengembangkan budaya keseniannya untuk menunjukkan kebersamaan dan eksistensi kelompoknya. Pengelompokkan sosial budaya ini pada satu sisi menjadi kekayaan budaya


(14)

2

penduduk perkotaan, namun pada sisi lain secara langsung menjadi penghambat untuk memasarakatkan kesadaran dan pemahaman mengenai multikultur di Kota Tangerang.

Kenyataan multikultur di Kota Tangerang harus mendapat perhatian serius di berbagai pihak. Di bidang pendidikan, khususnya pada siswa SMA di Kota Tangerang diperlukan pembelajaran di sekolah yang mengarah pada sikap dan kesadaran kondisi multikultur yang ada di lingkungannya melalui berbagai mata pelajaran sosial budaya dan seni budaya. Selain dengan pembelajaran intrakurikuler, pembelajaran tentang sikap kesadaran multikultur di Tangerang juga dapat dilakukan dengan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, khususnya pembelajaran ekstrakurikuler seni tari daerah Kota Tangerang.

Kenyataan di lapangan menunjukkan pembelajaran tari pada siswa SMAN 4 di Kota Tangerang masih dihadapkan dengan permasalahan dalam pembelajaran kesadaran dan pemahaman multikultur. Berdasarkan observasi penulis hal itu ditunjukkan dengan fenomena, sebagai berikut:

1. Masih ada persepsi pembedaan yang tegas antara pembelajaran seni tari yang mengarah pada kesadaran multikultural di SMAN 4 Tangerang. Pembelajaran tari daerah yang multikultur dipersepsikan sebagai pembelajaran di luar sekolah. Padahal karakteristik materi dan proses pembelajaran relatif sama. Hanya saja dalam pembelajaran ekstrakurikuler guru menentukan kompetensinya, sedangkan pmbelajaran tari di intrakurikuler guru dipandu langsung dengan kurikulum secara ketat.

2. Pembelajaran ekstrakurikuler seni tari di SMAN 4 Tangerang masih menyamakan mengenai materinya, padahal penduduk Kota Tanggerang memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda. Dalam hal ini setiap individu siswa SMA akan dipengaruhi pada latar belakang budaya masing-masing keluarga. Dalam konteks ini, pembelajaran seni tari harus bisa mengakomodir keseluruhan masing-masing kekayaan tari tanpa menghilangkan identitas budaya yang


(15)

3

dimiliki masing-masing keluarga. Sebaliknya dengan keragaman harus dapat meningkatkan eksplorasi pemahaman yang lebih luas mengenai adanya kesamaan berikut dengan perbedaan-perbedaan budaya pada siswa SMA di Kota Tangerang.

3. Pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler seni tari di SMAN 4 Tangerang akan meningkatkan kompetensi dalam mengadopsi keragaman buaya yang ada. Saat ini belum ada jenis tari yang dapat mengakomodir keseluruhan identitas tari daerah yang dimiliki dan diakui bersama sebagai identitas tari masyarakat Kota Tangerang. 4. Kenyataan lain menunjukkan umumnya siswa SMAN 4 Tangerang

menunjukkan belum optimal dalam memahami kesadaran mengenai hidup dalam keragaman budaya yang bersifat dwi-budaya (bicultural), seringkali juga membedakan antara budaya tari pribumi dan non-pribumi. Dengan pembedaan semacam ini akan menjadi penghambat bagi para guru dan siswa untuk bebas mengekspresikan seni tarinya, termasuk tarian yang mengugah kesadaran multikultur.

Berkaitan latar belakang dan fenomena di atas, maka penulis sangat tertarik untuk menjadikan permasalahan kesadaran multikultur dan pembelajaran ekstrakurikuler tari menjadi fokus dalam penelitian karya ilmiah atau tesis. Fokus dan masalah penelitian tersebut memang berhubungan dengan studi yang selama ini penulis ikuti, yakni dalam disiplin Pendidikan seni, khususnya seni tari. Selain itu juga bidang pembelajaran tari juga menjadi profesi penulis. Dengan demikian judul penelitiannya adalah : “TARI LENGGANG CISADANE DALAM PEMAHAMAN MULTIKULTURAL MELALUI PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER PADA SISWA SMAN 4 KOTA TANGERANG”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan analisis latar belakang dan fenomena yang telah diuraikan mengenai pembelajaran ekstrakurikuler seni tari di SMAN 4 Kota Tangerang, maka terdapat beberapa masalah yang dapat diangkat adalah mengenai 1)


(16)

4

kompetensi guru seni tari dalam mengajarkan tari bernuansa multikultur; 2) Kebijakan pimpinan sekolah dan tuntutan masyarakat Kota Tangerang mengenai kehidupan multikultur; 3) sarana dan prasarana pendukung pembelajaran seni tari Lenggang Cisadane dalam pembelajaran seni multikultur. Akan tetapi, dengan berbagai keterbatasan waktu dan dana, maka fokus penelitian akan diarahkan pada fungsi Tari Lenggang Cisadane menjadi stimulus pembelajaran kehidupan multikultur masyarakat Kota Tangerang. Dengan demikian fokus penelitian yang penulis tetapkan adalah:

“Bagaimana Tari Lenggang Cisadane Dalam Pemahaman Multikultural Melalui Pembelajaran Ekstrakurikuler pada Siswa SMAN 4 Kota Tangerang?”.

Agar mengarah dan terfokrus, maka penelitian yang ditetapkan dalam tiga pertanyaan penelitian, yakni:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler Tari Lenggang Cisadane di SMAN 4 Kota Tangerang?

2. Faktor-faktor yang mendukung pembelajaran ekstrakurikuler Tari Lenggang Cisadane dalam menumbuhkan pemahaman kehidupan multikultur bagi siswa SMAN Kota Tangerang?

3. Kemampuan apa saja dari hasil pembelajaran ekstrakurikuler Tari Lenggang Cisadane dalam mencapai pemahaman kehidupan multikultur pada siswa SMAN 4 Kota Tangerang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler Tari Lenggang Cisadane di SMAN 4 Kota Tangerang.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mendukung pembelajaran ekstrakurikuler Tari Lenggang Cisadane dalam menumbuhkan pemahaman kehidupan multikultur bagi siswa SMAN Kota Tangerang.


(17)

5

3. Menemukan perwujudan kemampuan siswa dari hasil pembelajaran ekstrakurikuler Tari Lenggang Cisadane dalam mencapai pemahaman kehidupan multikultur di SMAN 4 Kota Tangerang.

D. Manfaat Penelitian

1.Manfaat akademik, yakni penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang konsep pendidikan seni, khususnya dengan tari daerah setempat menjadi bahan pembelajaran dalam menumbuhkan pemahaman tari pada Siswa SMA tentang kehidupan multikultural.

2.Manfaat Praktis, yakni memberikan input bagi tiga pihak, yakni (a) praktisi pendidikan seni, khususnya para guru seni budaya SMAN di Kota Tangerang dan sekitarnya. Manfaat bagi praktisis yaitu untuk memberikan motifasi agar guru guru seni budaya lebih bias mengembangkan kesenian khususnya seni tari yang ada di Kota Tangerang; (b) bagi masyarakat dan

stake holder yakni diperolehnya penjelasan mengenai cara penyusun dan

melaksanakan pembelajaran Tari Lenggang Cisadane untuk menumbuhkan pemahaman dalam kehidupan multikultur; dan (c) bagi Pemerintah Daerah Kota Tangerang, khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan akan menjadi masukan (input) dalam pengambilan kebijakan berkenaan dengan pembelajaran seni tari lokal dan hasil budaya daerah masyarakat Kota Tangerang sebagai masyarakat multikultur.


(18)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara dalam mencari kebenaran secara ilmiah, didasarkan pada data yang diperlukan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:2) bahwa:

Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan.

Penelitian yang bersifat ilmiah tidak hanya ditentukan oleh aturan-aturan

yang berlaku saja, tetapi juga harus memperhatikan langkah-langkah dan metode yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian secara benar dan terarah, dengan demikian diharapkan bisa diperoleh data yang objektif, akurat, valid dalam mendukung penyelesaian masalah sebagai tujuan akhir dari penelitian itu sendiri.

Mencermati tujuan yang dilakukan dari penelitian ini sebagaimana telah diungkapkan pada Bab I, yaitu dalam menjelaskan penyelesaian masalah tentang bagaimana tari Lenggang Cisadane sebagai seni tari yang dijadikan bahan pembelajaran ekstrakurikuler di SMAN 4 Kota Tangerang. maka penggunaan metode penelitian deskriptif lebih sesuai. Menurut Tan, tujuan penelitian deskriptif adalah:

Menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gelaja dan gejala lain dari masyarakat (Koentjaraningrat dalam Silalahi, 1999:52).

Paradigma kualitatif yang berupaya mengembangkan ranah penelitian dengan terus menerus bahkan memunculkan pemikiran dan hipotesis baru. Alwasilah mengemukakan bahwa: penelitian kualitatif berfokus pada


(19)

31

fenomena tertentu yang tidak memiliki generalizality dan comparability, tetapi memiliki internal vability dan contextual under standing (1991:143).

Untuk itu penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk memahami dan menafsirkan makna suatu keadaan/peristiwa secara tepat dan obyektif. Dimana penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian kualitatif tersebut diterangkan oleh Satori dan Komariah (2009:22), sebagai berikut.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari suatu sifat suatu barang/jasa. Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu perkembangan konsep teori.

Sementara itu Bogdan & Taylor (dalam Moleong, 2004:3), mendefinisikan

„Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang orang dan prilaku yang dapat diamati‟. „pembatasan masalah merupakan tahap yang sangat menentukan dalam penelitian kualitatif walaupun sifatnya masih tentatif. Menurut Moeleong (2004:65), ada beberapa kesimpulan penting dalam pembatasan masalah kualitatif, yaitu:

1. Suatu penelitian tidak dimulai dari sesuatu yang vakum atau kosong Implikasinya, peneliti seyogyanya peneliti membatasi masalah studinya dengan fokus.

2. Fokus pada dasarnya adalah masalah yang bersumber dari pengalaman peneliti atau mealui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya. Implikasinya, apabila peneliti merasakan adanya masalah, seyogyanya ia mendalami kepustakaan yang relevan sebelum terjun ke lapangan.

3. Tujuan penelitian pada dasarnya adalah memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Implikasinya, masalah perlu dirumuskan terlebih dahulu, barulah tujuan penelitian ditetapkan, bukan sebaliknya.

4. Fokus atau masalah yang ditetapkan bersifat tentatif, dapat diubah sesuai dengan situasi latar penelitian. Implikasinya, peneliti tidak perlu kecewa jika masalah atau fokusnya berubah.

Dengan demikian berdasarkan beberapa pendapat di atas, dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitataif.


(20)

32

B. Teknik Pengumpulan Data

1. Situasi Sosial dan Informan Kunci

Sebelum membahas mengenai pengumpulan data, penulis akan menjelaskan mengenai populasi. Akan tetapi dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi. Spradley (dalam Sugiyono, 2007: 49)

menyebutnya sebagai “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sebenarnya obyek penelitian kualitatif bukan semata-mata pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan dan sejenisnya. Satori dan Komarih (2009: 48) memberi alasan tidak digunakannya istilah populasi dalam penelitian kualitatif disebabkan:

Berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang diteliti.

Adapun situasi sosial yang diamati dalam penelitian ini seluruh unsur/kelompok yang dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan Program Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) untuk menjadi bahan perencanaan pembangunan nasional di SMAN 4 Kota Tangerang.

Sementara itu, informan dalam penelitian ini diambil dari situasi sosial berdasarkan purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan). Teknik ini menurut Iskandar (2005:235) “merupakan teknik penarikan sampel yang berdasarkan penilaian atau tujuan-tujuan yang dilakukan oleh

peneliti”.Hal tersebut diperjelas oleh Silalahi (1999:214-215) bahwa

pemilihan sampel ini “merupakan pemilihan subjek siapa yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan”.

Dengan demikian penentuan sampel dalam penelitian ini lebih banyak ditentukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (Emergent sampling design). Namun dalam penelitian ini, peneliti perlu menyebutkan siapa-siapa yang kemungkinan


(21)

33

akan digunakan sebagai sumber data. Oleh karena itu, sumber data (sampel) atau informan kunci dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Sumber Data/Informan Kunci

No Sumber Data/Informan Kunci

1 Kepala Disbudpar Kota Tangerang

2 Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang 3 Para guru Seni Budaya SMA 4 Kota Tangerang

4 Pembina dan pelatih ekstrakurikuler tari daerah di SMAN 4 Kota Tangerang

5 Para siswa peserta ekstrakurikuler tari daerah di SMAN 4 Kota Tangerang

6 Tokoh budayawan dan Seniman Tari daerah Kota Tangerang

2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Instrumen utamanya adalah penulis sendiri yang bertindak sebagai human instrument, berfungsi menentukan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuan di lapangan. Hal tersebut didasari atas pendapat Nasution (dalam Sugiyono, 2007:60-61) yang menyatakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.


(22)

34

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini nantinya penulis akan menggunakan data yang bersumber dari pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

a. Pengamatan (Observasi)

Caldwell (2009:181) mengatakan observasi (dalam) kualitatif adalah Qualitative observations are those in which the researcher

takes field notes on the behavior and activities of individuals at the research site. (Observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun

ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian).

Sementara itu, Iskandar (2005:246) menjelaskan bahwa

“observasi adalah suatu metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana peristiwa yang mereka saksikan dalam suatu sistem penelitian”. Observasi digunakan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian yaitu dengan mengumpulkan beberapa informasi atau data yang berhubungan dengan ruang (tempat), pelaku, kegiatan, prilaku, kejadian atau peristiwa. Akan tetapi agar observasi terarah maka diperlukan fokus Tari Lenggang Cisadane dalam

Pemahaman Multikultur melalui Pembelajaran Ekstrakurikuler pada siswa SMAN 4 Kota Tangerang. Dalam penelitian ini, penulis

melakukan pengamatan dan wawancara terhadap pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler tari daerah berikut respon para siswa dalam bentuk hasil pembelajaran di SMAN 4 Tangerang.

Observasi ini dilakukan selama 3 bulan yang dimulai dari bulan April sampai dengan bulan Juni. Pengamatan ini dilakukan di wilayah Kota Tangerang, serta melibatkan bebrapa narasumber yang dapat dipercaya dalam mendukung proses pengumpulan data tersebut.


(23)

35

b. Wawancara (Interview)

Teknik wawancara, yaitu upaya memperoleh data dan informasi yang melalui percakapan secara langsung (face to face) antara peneliti dengan informan yang sudah ditetapkan. Moleong (2004:135) berpendapat, bahwa:

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Teknik pengumpulan data melalui wawancara bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya, oleh karenanya peneliti harus mampu mengarahkan berlangsungnya percakapan/wawancara tersebut secara mendalam (depth interview). Dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur sebagai sumber data yang utama untuk menarik kesimpulan dengan tidak mengenyampingkan hasil pengamatan dan berbagai dokumen terkait.

Wawancara semi terstruktur termasuk ke dalam kategori

in-depth interview yang dalam pelaksanaannya lebih bebas jika

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara semi terstruktur ini adalah untuk menemukan permasalahan secara terbuka dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam wawancara ini, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

Pedoman wawancara tersebut digabung dengan observasi. Pertanyaan yang dikembangkan dan diberikan lebih lanjut bila mana ada hal-hal yang dirasakan masih memerlukan informan lebih lanjut dan mendalam. Data yang diperlukan dalam wawancara ini mencakup :

1. Latar belakang terbentuknya tari Lenggang Cisadane Kota Tangerang


(24)

36

2. Minat siswa dalam mempelajari tari daerah Lenggang Cisadane di SMAN 4 Kota Tangerang

3. Kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan ekstrakurkuler di SMA 4 Kota Tangerang

4. Faktor-faktor pendukung penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler tari daerah di SMA N 4 Kota Tangerang. 5. Dampak dan hasil pembelajaran ekstrakurikuler tari

Lenggang Cisadane dalam pemahaman kehidupan multikultur pada siswa SMAN 4 Kota Tangerang.

Yang dijadikan narasumber untuk wawancara ini antara lain; Kadis Pendidikan Kota Tengerang; Bapak Nurul Huda sebagai Kepala Bidang Kebudayaan Disporabudpar Kota Tangerang; Bapak Soni Tasman Sanjaya Kepala Seksii Kebudayaan Disporabudpar Kota Tangerang; Bapak Haji Iyan Sopiansyah sebagai tokoh budayawan dan seniman tari daerah Kota Tangerang; Dua puluh empat siswa SMAN 4 Tanggerang yang menjadi peserta ekstrakurikuler level mahir tari daerah; Kepala SMAN 4 Kota Tangerang, yakni Bapak Ahmad Hidayat; Pembina dan pelatih tari daerah Tangerang, yakni Ibu Nita. Ratna Amalia guru tari di SMPN 6 Kota Tangerang; Ibu Tri Rezeki guru tari di SMKN 5 Kota Tangerang; dan Ibu Galih guru tari di SMKN 5 Kota Tangerang, Ibu Aan Andriyani guru SMPN 14 Kota Tangerang.

Alasan mengapa memilih para narasumber tersebut di atas, karena penelitian ini ada kaitannya dengan pembelajaran ekstrakurikuler seni tari, kebanyakan dari mereka adalah praktisi dan guru seni tari yang ada di Kota Tangerang. Maka naraseumber tersebut di minta pendapatnya tentang tari Lenggang Cisadane sebagai tarian multikultur Kota Tangerang,


(25)

37

c. Studi Dokumentasi

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data, dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara. Satori dan Komariah (2009: 149) menjelaskan:

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens, sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Hasil observasi atau wawancara,akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen yang terkait dengan fokus penelitian.

C. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data telah dikumpulkan, maka langkah yang dilakukan

selanjutnya adalah analisis data. Akan tetapi sebelumnya data yang telah dikumpulkan sebelumnya tersebut diolah terlebih dahulu agar memudahkan

analisis. Menurut Silalahi (1999:248) “baik atau buruknya hasil pengolahan

data menentukan kualitas data yang akan dianalisis dan menentukan kualitas hasil analisis data”. Miles & Huberman (1994:428-429) memberi pengertian analisis data, sebagai berikut in.

Our definition of data analysis contains three linked subprocesses: data reduction, data display, and conclution drawing/verification. These process occur before data collection, during the study design and planning; during data collection as interim an early analyses are carried out; and after data collection as final products are approached and completed.

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa proses analisis data terdiri tiga tahapan, yakni: reduksi data (data reduction), penyajian data (data


(26)

38

Gambar 3.1 Proses Analisis Data Sumber: Miles & Huberman

(1994: 429)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting untuk selanjutnya dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, sehingga mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan. Dalam proses reduksi data, setiap peneliti berpatokan pada tujuan penelitian yang ingin dicapai. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah temuan. Jadi, ketika dalam proses penelitian seorang peneliti menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, maka hal tersebut harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

Penyajian data yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Selain itu, penyajian data dapat dilakukan dengan grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart. Semua dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu dan mudah diraih, sehingga seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Data Display Data

Data Reduction

Conclution Drawing/Verifi


(27)

39

D. Uji Keabsahan Data

Validitas dan akurasi data dan informasi perlu dijamin, maka akan dilakukan Triangulasi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2004:

174) bahwa: “Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu.” Selanjutnya Denzin (dalam Moleong, 2004:

178) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Keempat macam triangulasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dilakukan dengan cara:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

3. Triangulasi dengan metode, terdapat dua strategi yaitu : Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

4. Triangulasi dengan penyidik, yaitu dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

5. Triangulasi dengan teori, yaitu berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. (Moleong, 2004: 178)

Berdasarkan beberapa macam triangulasi di atas, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi sumber, yaitu mengecek konsistensi, kedalaman, dan ketepatan suatu informasi dengan cara mengumpulkan informasi pada waktu, tempat, dan/atau kepada individu yang berbeda.


(28)

116

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis menyampaikan kesimpulan penelitian tentang Menumbuhkan pemahaman kehidupan multikultur melalui pembelajaran ekstrakurikuler Tari Lenggang Cisadane untuk siswa SMAN 4 Kota Tangerang adalah :

A. Kesimpulan

1. Tangerang sejak abad ke tujuh belas sampai sekarang terus didatangi suku lain untuk mengubah kehidupannya. Hal ini disebabkan letaknya yang strategis, dekat dengan Jakarta dan berada dipinggir pantai. Para penghuninya, yakni Suku Sunda, Betawi, Cina, Jawa, Maluku, Melayu dan lain-lain. Mereka membawa tradisi budaya masing-masing, namun seacara berangsur-angsur terjadi pembauran antaretnis, khususnya para keturunan yang memang mulai kehilangan ciri-ciri budaya asalnya. Akhirnya mereka membentuk satu kesatuan dengan nama masyarakat Tangerang yang memiliki warisan Seni Topeng (Ubrug), Seni Cokek dan seni Marawis.

2. Pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler tari daerah di SMAN 4 Tangerang dilaksanakan pada sore hari, yakni jam 14.00 sampai 16.00 WIB pada setiap hari Sabtu oleh lebih dari seratus siswa. Materi pembelajaran berkaitan dengan wawasan, sikap dan praktek menari tarian daerah Tanggerang. Dilakukan oleh satu pembimbing dan satu asisten..

3. Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran tari Lenggang Cisadane adalah dua faktor, yakni: Faktor eksternal, yakni dukungan Pemerintah Daerah dalam bentuk bantuan dana dan fasilitas dan masyarakat Kota Tangerang sebagai sumber pembelajaran. Faktor kedua yakni faktor internal, keterkaitan karakteristik gerak tari Lenggang Cisadane yang dilandasi oleh tiga bentuk seni yang ada di Kota Tangerang, yakni seni topeng (Ubrug), Marawis dan Cokek, sangat berkaitan sekali


(29)

117

dengan pemahaman multkultur dalam pembelajaran ekstrakurikuler tari tersebut. Faktor internal lainnya yaitu SMAN 4 Tangerang, yakni dukungan kepala sekolah untuk tetap menjadi sekolah unggulan tari daerah, Dewan guru yang memberi dispensasi, Para pembina yang menanggungjawabi sebagai duta tari daerah Tangerang secara nasional dan para siswa SMAN 4 Tangerang yang mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Selain faktor hambatan, yakni kurangnya pembimbing, kompensasi untuk pembimbing dan terdapat beberapa siswa yang kurang konsisten dalam berlatih.

4. Dampak atau hasil pembelajaran ektrakurikuler tari daerah, khususnya tari Lenggang Cisadane pada siswa SMAN 4 Tangerang menunjukkan adanya perubahan yang lebih baik dalam peningkatan pengetahuan tari mutikultur dalam hal pengetahuan perbedaan gerakan, peralatan keharmonisan iringan musik; kesatuan alur penyajian tarian. Dampak ekspresi diri yang cukup baik dalam kemampuan menari

B. Rekomendasi

Rekomendasi atau saran hasil penelitian mengenai Menumbuhkan pemahaman kehidupan multikultur melalui pembelajaran ekstrakurikuler Tari Lenggang Cisadane untuk siswa SMAN 4 Kota Tangerang dapat disampaikan rekomendasi ke beberapa pihak, diantaranya:

1. Bagi pengelola kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler tari daerah di SMAN 4 Tangerang untuk terus meningkatka kuantitas jumlah peserta dan kualitas pembelajarannya agar tetap menjadi duta budaya dari Pemerintah Kota Tangerang dalam perlombaan dan berbagai festival ditingkat lokal, regional, Nasional maupun Internasional .

2. Bagi pihak SMAN 4 Tangerang untuk terus mendukung kegiatan dan pembelajaran tari daerah mengingat missinya sebagai sekolah unggulan dalam memelihara tradisi tari di Kota Tanggerang. Dukungan kegiatan ekstra dalam bentuk fasilitas, keleluasan ruang dan waktu serta pemberian kompensasi bagi para pengelola.


(30)

118

3. Bagi pihak Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan dan Dnas Pemuda Oahraga Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, untuk terus mendukung pengembangan seni tari daerah, khusunys Lenggang Cisadane untuk dikenal secara meluas dikalangan pelajar yang ada di Kota Tangerang. Hal ini terbukti telah menjadi media dalam menumbuhkan sikap dan pemahaman kehidupan multikultur di Kota Tangerang.


(31)

119

DAFTAR PUSTAKA Buku-buku

Alwasilah A. Chaedar, 2000“Pokoknya Kualitatif Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif “, Pustaka Jaya Jakarta

Boedhisantoso, S. “Kesenian dan Nilai-nilai Budaya” dalam Analisis Kebudayaan Th. III no.2, Jakarta: Depdikbud R.I., l982

Caldwell, Barbara A., dan Dake, Deniss M., (2000), “The Changing Face of Art

Education” dalam School Arts Vol. 99 Maret 2000. Davis Publication Inc. Coombs, Philip H., 1985. The World Crisis In Education, The View From The

Eighties, New York: Oxford University Press.

Chapman, Laura H., 1978. Approach to Art in Education, New York: Harcourt Brace Jovanovich

Cunliffe, Leslie. 1998. “Art and Art Education As A Cognitive Proses and the National Curriculum”, dalam Burden, Robert dan Williams, Marion, (ed.), 1998, Thinking Through The Curriculum, USA, Kanada: Routledge. De Bono, Edward. 1991. Berpikir Lateral, Sutoyo (terj.), Jakarta: Erlangga.

Dorn, Charles M. 1993. “Art as Intelligent Activity”, dalam Jurnal Arts Education

Policy Review. Vol. 95. Issue. 2.

Duncum, Paul. 2001. “Theoretical Foundations for an Art Education of Global Culture and Principles for Classroom Practice” dalam International Journal of Education and The Arts V.2 No. 3 10 Juni 2001.

Ember R. Carol dan Marvin Ember. 1986. “Konsep Kebudayaan” dalam Pokok-pokok Antropologi Budaya (T.O. Ihromi editor), Jakarta: Gramedia.

Emery, Lee. 1998. “The Arts”, A Statement On the Arts As A Key Learning Area

Of The School Curriculum, Paper Prepared for Queensland School

Curriculum Council, Department Of Language, Literacy and Arts Education the University Of Melbourne.

F. Hill Winfred. 2010. “Theories of Learning (Teori-teori Pembelajaran, Konsepsi Komposisi dan Signifikasi“ (edisi V, Penerjemah Khozim. M )


(32)

120

Feeney, Stephanie. 2002. “Art as a Way of Learning [TM]: Exploration

Learning”, dalam Jurnal Childhood Education Vol.72, Issue.2,

Association for Children Education International.

Ferguson, Winnie J. dan Owen, Luisa L.. 1993. “Art Appreciation: The Learning

Disabled Look, Talk and Create”, dalam Majalah School Arts, Volume 92. No. 9, May 1993, Davis Publication Inc .

Gardner, H. 1991. The Unschoded Mind: How Children Think and How School Should Teach, New York: Basic Book.

Geertz, Cliftord. 1992. Abangan, Santri dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Jakarta: Pustaka Jaya.

Golberg, Merryl. 1997. Arts and Learning: An Integrated Approach to Teaching

and Learning in Multicultural and Multilingual settings. New York:

Longman.

Grijns Kres dan J.M. Nas Peter, 2007 “ Jakarta-Batavia Esai Sosio Kultural “, Banama KITLV, Jakarta

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Jogyakarta ; UGM Poerwadaminta, 1991.Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta ; Gramedia

Hadi. Y. Tanpa tahun. “Mencipta Lewat Tari “ Manthili: Yogyakarta

Hanafi, Dkk, 2004 “ Talempong Minangkabau “ Bahan Ajar Musik dan Tari, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST UPI)

Harrison, Lawrence E. dan Huntington, Samuel P. 2000. The Culture Matters,

How Values Shapes Human Progress, New York: Basic Book.

Hauser, Arnold. 1986. The Sociology of Art, (terj.) Kenneth J. Northcott, The University of Chicago Press, Chicago and London.

Hawkins M. Alma,2003. disadur ke Bahasa Indonesia oleh Sumandiyo

Hermawan Dedy, Dkk, 2004,”Talempong dan Tari Piring Minangkabau “ Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST UPI) Hurlock, Elizabeth B,. 1991. Perkembangan Anak Jilid 1 dan 2, Tjandrasa,

Meitasari (Terj.), Jakarta: Erlangga

Jajuli. M, 2008 “ Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni “, UNESA University Press


(33)

121

Johnson, Mia. 1997. “Teaching Children to Value Art and Artists”, dalam Jurnal

Phi Delta Kappan. Vol. 78, Issue.6, Phi Delta Kappan 1997.

Kasmahidayat Yuliawan, Mulyadi Yadi, 2010 “ Pemikiran –pemikiran Inovatif Dalam Kajian Bahasa, Sastra, Seida Pembelajaran “, Bintang Warli Artika Bandung

Kasmahidayat Yuliawan, 2010 “Agama dan Transformasi Budaya Nusantara“, Bintang WarliArtika Bandung

Kavolis, Vytautas, 1972. History On Art’s Side Social Dynamic In Efflorescences, Cornel University Press, Itacha, New York.

Koentjaraningrat, 1990. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta ; Gramedia

Masunah, Juju, 2000.“ Sawitri Penari Topeng losari “, Terawang Jakarta

---2003. “ Topeng Cirebon “, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST UPI)

Mayun Artati Ayu. A.A, 2007. “Tari Bali“, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST UPI)

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung ; Remaja Rosda Karya.

Narawati T. Dkk, 2002. “ Strategi Pembelajaran Kesenian dan Keterampilan “

Universitas Terbuka

Narawati.T, 2003 “ Wajah Tari Sunda Dari Masa ke Masa “, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST UPI)

Narawati Tati dan Masunah Juju, 2003. “ Seni dan Pendidikan Seni Sebuah

Bunga Rampai “, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST UPI)

Noth Winfiend, 1995. “Hand Bok of Semiotics “ Indiana University

Perrin, Stephanie. 1994. “Education in the Arts Is an Education for Life” dalam Jurnal Phi Delta Kappan. Vol. 75, Issue.6, Phi Delta Kappan 1994. Parani Julianti, 2011. “Seni Pertunjukan Indonesia Suatu Politik Budaya “, Nalar Jakarta


(34)

122

Peterson Royce Anya, 2007. Penerjemah Widaryanto F.X ““ sunan Ambu Pers

STSI Bandung

---, 2007. “ Ragam Pustaka Budaya Banten “ dinas Pendidikan Provinsi Banten bekerjasama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang

Read, H. 1958. Education Through Art. London: Faber and Faber

Rohidi Rohaendi Tjetjep, 2011. “ Metodologi Penelitian Seni “, Cipta Prima Nusantara Semarang

Santosa Iwan, 2012, “ Peranakan Tionghoa di Nusantara “ Kompas

Satori Jam’an dan Komariah Aan, 2010 “ Metodologi Penelitian Kualitatif “, Alfabeta Bandung

Schechner Richard, 1994, “ Performance Theory “, London ECI

Setiadi M. Elly, 2011, “ Ilmu sosial dabn Budaya Dasar “, Kencana Jakarta Sedyawati Edi, Dkk. 1986, ” pengetahuan Parameter Tari dan Beberapa

Masalah Tari “ Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta, Departemen pendidikann dan Kebudayaan

Sedyawati Edi, 2010 “ Budaya Indonesia Kajian Arkeologi Seni dan Sejarah“, Rajawali Pers : Jakarta

Soedarsono, R.M, “ Djawa dan Bali Dua Pusat perkembangan Drama Tari

Tradisional di Indonesia “, Gajah Mada Jogjakarta

Soedarsono. R.M, 2002 “ Seni Pertunjuka Indonesia di EraGlonalisasi ”, Gajah Mada University Press Yogyakarta

Spradley, J.P. “Foundation of Cultural Knowledge” dalam Culture and Cognition Roles, Maps and Plans, Toronto: Chandler Publication, Inc., l997.

Sumarjo Jakob, 2000 “ Filsafat Seni “, ITB Bandung

--- 2011 “ Sunda Pola Rasionalitas Budaya “, Kelir Bandung --- 2010 “ Estetika Paradoks “, Sunan Ambu Pers STSI Bandung

Suparlan, Parsudi. “Kebudayaan, Kesenian dan Seni Rupa” dalam Seminar

Gerakan Seni Rupa Indonesia Sebuah Tanggapan atas Makalah Soetjipto Wirosarjono, Jakarta, 2002.


(35)

123

Slattery, Patrick, (1995), Curriculum Development In The Postmodern Era, New York & London: Garland Publishing.

Treasure Within, (1996), Report to Unesco of Internasional Commision on Education for the Twenty-first Century, Unesco: Unesco Publishing. Wachowiak, F and Clements R., (1993). Emphasis Art, A Qualitative Art

Program for Elementary and Midle Schools. Fifth Edition. New York:

Harper Collins College Publishers.

Wilson, Martin. 1997. The Information Edge, London, Hongkong, Johanesburg, Melbourne, Singapore, Washington DC.: Pitman Publishing.

Windora Adi, 2010, “ Batavia 1740 Menyisir Jejak Batavia “, Gramedia Jakarta Wright, Susan. 1997. “Learning How to Learn: The Arts as Core in an Emergent

Curriculum”, dalam Jurnal Childhood Education Vol.73, Issue.6,

Association for Children Education International.

Yampolsky, P. 2001. “Konsep Pendidikan Apresiasi Seni Nusantara”. Makalah, disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Seni 18-19 April 2001 di Jakarta.

Tesis

Komalawati Endang, “ Pengembangan Aspek Kreatifitas Dalam Pembelajaran

Suni Tari”

Suwandi Tuteng, “ Kontinuitas dan Pengebangan Musik Gambang Kromong Betawi Grup Sinar Pusaka Cibubur Jakarta Timur“.

Wardhani P. Metta, “ Pengembangan Kreatifitas Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Menggambar”

Internet

Boyd, Janis,“Myth, Misconceptions, Problems, and Issues in Arts Education”

Quensland Studies Authority. terdapat dalam http://www.qsa.qld.edu.au/yrs1-10/kla/arts/pdf/rp_Jbyod.pdf. diakses 24 April 2004

http://library.um ac.id Perpustakaan Digital Unipersitas Megrei Malang http://www.start-at-zero.com/papers/multiculturalism/theories.htm

QSCC, (2002), The Arts, Year 1-10 Syllabus, Quensland: QSA Quensland,


(1)

3. Bagi pihak Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan dan Dnas Pemuda Oahraga Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, untuk terus mendukung pengembangan seni tari daerah, khusunys Lenggang Cisadane untuk dikenal secara meluas dikalangan pelajar yang ada di Kota Tangerang. Hal ini terbukti telah menjadi media dalam menumbuhkan sikap dan pemahaman kehidupan multikultur di Kota Tangerang.


(2)

DAFTAR PUSTAKA Buku-buku

Alwasilah A. Chaedar, 2000“Pokoknya Kualitatif Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif “, Pustaka Jaya Jakarta

Boedhisantoso, S. “Kesenian dan Nilai-nilai Budaya” dalam Analisis Kebudayaan Th. III no.2, Jakarta: Depdikbud R.I., l982

Caldwell, Barbara A., dan Dake, Deniss M., (2000), “The Changing Face of Art

Education” dalam School Arts Vol. 99 Maret 2000. Davis Publication Inc. Coombs, Philip H., 1985. The World Crisis In Education, The View From The

Eighties, New York: Oxford University Press.

Chapman, Laura H., 1978. Approach to Art in Education, New York: Harcourt Brace Jovanovich

Cunliffe, Leslie. 1998. “Art and Art Education As A Cognitive Proses and the National Curriculum”, dalam Burden, Robert dan Williams, Marion, (ed.), 1998, Thinking Through The Curriculum, USA, Kanada: Routledge. De Bono, Edward. 1991. Berpikir Lateral, Sutoyo (terj.), Jakarta: Erlangga.

Dorn, Charles M. 1993. “Art as Intelligent Activity”, dalam Jurnal Arts Education

Policy Review. Vol. 95. Issue. 2.

Duncum, Paul. 2001. “Theoretical Foundations for an Art Education of Global Culture and Principles for Classroom Practice” dalam International Journal of Education and The Arts V.2 No. 3 10 Juni 2001.

Ember R. Carol dan Marvin Ember. 1986. “Konsep Kebudayaan” dalam Pokok-pokok Antropologi Budaya (T.O. Ihromi editor), Jakarta: Gramedia.

Emery, Lee. 1998. “The Arts”, A Statement On the Arts As A Key Learning Area

Of The School Curriculum, Paper Prepared for Queensland School

Curriculum Council, Department Of Language, Literacy and Arts Education the University Of Melbourne.

F. Hill Winfred. 2010. “Theories of Learning (Teori-teori Pembelajaran, Konsepsi Komposisi dan Signifikasi“ (edisi V, Penerjemah Khozim. M )


(3)

Feeney, Stephanie. 2002. “Art as a Way of Learning [TM]: Exploration

Learning”, dalam Jurnal Childhood Education Vol.72, Issue.2, Association for Children Education International.

Ferguson, Winnie J. dan Owen, Luisa L.. 1993. “Art Appreciation: The Learning

Disabled Look, Talk and Create”, dalam Majalah School Arts, Volume 92. No. 9, May 1993, Davis Publication Inc .

Gardner, H. 1991. The Unschoded Mind: How Children Think and How School Should Teach, New York: Basic Book.

Geertz, Cliftord. 1992. Abangan, Santri dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Jakarta: Pustaka Jaya.

Golberg, Merryl. 1997. Arts and Learning: An Integrated Approach to Teaching

and Learning in Multicultural and Multilingual settings. New York:

Longman.

Grijns Kres dan J.M. Nas Peter, 2007 “ Jakarta-Batavia Esai Sosio Kultural “, Banama KITLV, Jakarta

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Jogyakarta ; UGM Poerwadaminta, 1991.Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta ; Gramedia

Hadi. Y. Tanpa tahun. “Mencipta Lewat Tari “ Manthili: Yogyakarta

Hanafi, Dkk, 2004 “ Talempong Minangkabau “ Bahan Ajar Musik dan Tari, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST UPI)

Harrison, Lawrence E. dan Huntington, Samuel P. 2000. The Culture Matters,

How Values Shapes Human Progress, New York: Basic Book.

Hauser, Arnold. 1986. The Sociology of Art, (terj.) Kenneth J. Northcott, The University of Chicago Press, Chicago and London.

Hawkins M. Alma,2003. disadur ke Bahasa Indonesia oleh Sumandiyo

Hermawan Dedy, Dkk, 2004,”Talempong dan Tari Piring Minangkabau “ Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST UPI) Hurlock, Elizabeth B,. 1991. Perkembangan Anak Jilid 1 dan 2, Tjandrasa,

Meitasari (Terj.), Jakarta: Erlangga

Jajuli. M, 2008 “ Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni “, UNESA University Press


(4)

Johnson, Mia. 1997. “Teaching Children to Value Art and Artists”, dalam Jurnal

Phi Delta Kappan. Vol. 78, Issue.6, Phi Delta Kappan 1997.

Kasmahidayat Yuliawan, Mulyadi Yadi, 2010 “ Pemikiran –pemikiran Inovatif Dalam Kajian Bahasa, Sastra, Seida Pembelajaran “, Bintang Warli Artika Bandung

Kasmahidayat Yuliawan, 2010 “Agama dan Transformasi Budaya Nusantara“, Bintang WarliArtika Bandung

Kavolis, Vytautas, 1972. History On Art’s Side Social Dynamic In Efflorescences, Cornel University Press, Itacha, New York.

Koentjaraningrat, 1990. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta ; Gramedia

Masunah, Juju, 2000.“ Sawitri Penari Topeng losari “, Terawang Jakarta

---2003. “ Topeng Cirebon “, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST UPI)

Mayun Artati Ayu. A.A, 2007. “Tari Bali“, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST UPI)

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung ; Remaja Rosda Karya.

Narawati T. Dkk, 2002. “ Strategi Pembelajaran Kesenian dan Keterampilan “

Universitas Terbuka

Narawati.T, 2003 “ Wajah Tari Sunda Dari Masa ke Masa “, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST UPI)

Narawati Tati dan Masunah Juju, 2003. “ Seni dan Pendidikan Seni Sebuah

Bunga Rampai “, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST UPI)

Noth Winfiend, 1995. “Hand Bok of Semiotics “ Indiana University

Perrin, Stephanie. 1994. “Education in the Arts Is an Education for Life” dalam Jurnal Phi Delta Kappan. Vol. 75, Issue.6, Phi Delta Kappan 1994. Parani Julianti, 2011. “Seni Pertunjukan Indonesia Suatu Politik Budaya “, Nalar Jakarta


(5)

Peterson Royce Anya, 2007. Penerjemah Widaryanto F.X ““ sunan Ambu Pers STSI Bandung

---, 2007. “ Ragam Pustaka Budaya Banten “ dinas Pendidikan Provinsi Banten bekerjasama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang

Read, H. 1958. Education Through Art. London: Faber and Faber

Rohidi Rohaendi Tjetjep, 2011. “ Metodologi Penelitian Seni “, Cipta Prima Nusantara Semarang

Santosa Iwan, 2012, “ Peranakan Tionghoa di Nusantara “ Kompas

Satori Jam’an dan Komariah Aan, 2010 “ Metodologi Penelitian Kualitatif “, Alfabeta Bandung

Schechner Richard, 1994, “ Performance Theory “, London ECI

Setiadi M. Elly, 2011, “ Ilmu sosial dabn Budaya Dasar “, Kencana Jakarta Sedyawati Edi, Dkk. 1986, ” pengetahuan Parameter Tari dan Beberapa

Masalah Tari “ Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta, Departemen pendidikann dan Kebudayaan

Sedyawati Edi, 2010 “ Budaya Indonesia Kajian Arkeologi Seni dan Sejarah“, Rajawali Pers : Jakarta

Soedarsono, R.M, “ Djawa dan Bali Dua Pusat perkembangan Drama Tari

Tradisional di Indonesia “, Gajah Mada Jogjakarta

Soedarsono. R.M, 2002 “ Seni Pertunjuka Indonesia di EraGlonalisasi ”, Gajah Mada University Press Yogyakarta

Spradley, J.P. “Foundation of Cultural Knowledge” dalam Culture and Cognition Roles, Maps and Plans, Toronto: Chandler Publication, Inc., l997.

Sumarjo Jakob, 2000 “ Filsafat Seni “, ITB Bandung

--- 2011 “ Sunda Pola Rasionalitas Budaya “, Kelir Bandung --- 2010 “ Estetika Paradoks “, Sunan Ambu Pers STSI Bandung Suparlan, Parsudi. “Kebudayaan, Kesenian dan Seni Rupa” dalam Seminar

Gerakan Seni Rupa Indonesia Sebuah Tanggapan atas Makalah Soetjipto Wirosarjono, Jakarta, 2002.


(6)

Slattery, Patrick, (1995), Curriculum Development In The Postmodern Era, New York & London: Garland Publishing.

Treasure Within, (1996), Report to Unesco of Internasional Commision on Education for the Twenty-first Century, Unesco: Unesco Publishing. Wachowiak, F and Clements R., (1993). Emphasis Art, A Qualitative Art

Program for Elementary and Midle Schools. Fifth Edition. New York:

Harper Collins College Publishers.

Wilson, Martin. 1997. The Information Edge, London, Hongkong, Johanesburg, Melbourne, Singapore, Washington DC.: Pitman Publishing.

Windora Adi, 2010, “ Batavia 1740 Menyisir Jejak Batavia “, Gramedia Jakarta Wright, Susan. 1997. “Learning How to Learn: The Arts as Core in an Emergent

Curriculum”, dalam Jurnal Childhood Education Vol.73, Issue.6,

Association for Children Education International.

Yampolsky, P. 2001. “Konsep Pendidikan Apresiasi Seni Nusantara”. Makalah, disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Seni 18-19 April 2001 di Jakarta.

Tesis

Komalawati Endang, “ Pengembangan Aspek Kreatifitas Dalam Pembelajaran

Suni Tari”

Suwandi Tuteng, “ Kontinuitas dan Pengebangan Musik Gambang Kromong Betawi Grup Sinar Pusaka Cibubur Jakarta Timur“.

Wardhani P. Metta, “ Pengembangan Kreatifitas Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Menggambar”

Internet

Boyd, Janis,“Myth, Misconceptions, Problems, and Issues in Arts Education”

Quensland Studies Authority. terdapat dalam

http://www.qsa.qld.edu.au/yrs1-10/kla/arts/pdf/rp_Jbyod.pdf. diakses 24 April 2004

http://library.um ac.id Perpustakaan Digital Unipersitas Megrei Malang http://www.start-at-zero.com/papers/multiculturalism/theories.htm

QSCC, (2002), The Arts, Year 1-10 Syllabus, Quensland: QSA Quensland,


Dokumen yang terkait

The Efectiveness of learning reading through collaborative leraning: apre-experimental study of the second grade students of SMAN 8 South Tangerang

0 4 71

UPAYA MENGEMBANGKAN NILAI KERJASAMA MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN HOKI: PTK pada siswa ekstrakurikuler hoki di SMAN 4 Kab. Tangerang.

1 1 47

DAMPAK EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA PERMAINAN DAN EKSTRAKURIKULER BELADIRI TERHADAP BENTUK KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJAS DI SMAN 2 KOTA SUKABUMI.

0 4 58

PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA PADA PEMBELAJARAN PENJASORKES TERHADAP MINAT DALAM MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI DI SMAN 26 KOTA BANDUNG.

0 3 27

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KRITIK TARI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MULTIKULTUR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 TANGERANG ( Penelitian Tindakan di SMA Negeri 7 Tangerang ).

2 15 41

PEMBELAJARAN TARI JAIPONG PADA SISWA TUNARUNGU TINGKAT SMALB DALAM EKSTRAKURIKULER SENI TARI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.

1 2 33

PROSES KREATIF EKSTRAKURIKULER TARI GLADIATOR PATBHE LA DANSE DI SMAN 4 YOGYAKARTA.

1 6 129

PEMBELAJARAN TARI JAIPONG PADA SISWA TUNARUNGU TINGKAT SMALB DALAM EKSTRAKURIKULER SENI TARI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG - repository UPI S PLB 0900968 Title

0 0 3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KRITIK TARI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MULTIKULTUR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 TANGERANG ( Penelitian Tindakan di SMA Negeri 7 Tangerang ) - repository UPI T PSN 1201350 Title

0 0 3

STRATEGI SOSIALISASI BUDAYA TARIAN LENGGANG CISADANE (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Tangerang) - FISIP Untirta Repository

0 4 171