PENGARUH IMPLEMENTASI DAN KARAKTERISTIK INOVASI SMM ISO 9001 : 2000 Terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO ISO 9001 : 2000 DI LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

(1)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR HAK CIPTA ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8

1.3. Rumusan Masalah ... 9

1.4. Tujuan Penelitian ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1. Konsep Manajemen Mutu Terpadu ... 13

2.1.1. Pengertian Mutu ... 13

2.1.2. Manajemen Mutu Terpadu ... 20

2.2. Konsep Inovasi ... 24

2.2.1. Karakteristik Inovasi ... 29

2.2.2. Tipe Keputusan Inovasi ... 34

2.2.3. Diskontinuansi Inovasi ... 36

2.3. Sistem manajemen mutu SMM ISO 9001:2000 ... 37

2.3.1. Prinsip-prinsip SMM ISO 9001:2000 ... 44

2.3.2. Implementasi SMM ISO 9001:2000 ... 47

2.3.3. Manfaat SMM ISO 9001:2000 ... 57

2.4. Konsep Kepuasan ... 58

2.5. Kerangka Berfikir ... 64

2.6. Hipotesis ... 67

BAB III METODE PENELITIAN ... 68

3.1. Lokasi dan Subjek Populasi ... 68

3.1.1. Lokasi, tempat dan waktu penelitian ... 68

3.1.2. Populasi dan sampel ... 68

3.2. Metode Penelitian ... 70

3.3. Desain penelitian ... 71


(2)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.5. Instrumen Penelitian ... 74

3.6. Ujicoba Instrumen Penelitian ... 77

3.6.1. Uji validitas instrumen ... 78

3.6.2. Uji reliabilitas instrumen ... 85

3.7. Teknik Analisis Data ... 87

3.7.1. Analisis Deskriptif ... 87

3.7.2. Analisis verifikatif ... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 94

4.1. Analisis Deskriptif ... 94

4.1.1. Gambaran umum responden penelitian ... 94

4.1.2. Gambaran karakteristik responden ... 95

4.1.3. Deskripsi variabel penelitian ... 103

4.2. Analisis Verifikatif ... 113

4.2.1. Uji asumsi ... 113

4.2.2. Analisis korelasi dan regresi ... 120

4.3. Pembahasan hasil penelitian ... 129

4.3.1. Gambaran implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ... 129

4.3.2. Gambaran karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 ... 132

4.3.3. Gambaran Kepuasan staf terhadap inovasi ... 133

4.3.4. Pengaruh implementasi terhadap kepuasan staf ... 135

4.3.5. Pengaruh karakteristik terhadap kepuasan staf ... 140

4.3.6. Pengaruh implementasi dan karakteristik terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001:2000 ... 143

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 146

5.1. Kesimpulan ... 146

5.2. Rekomendasi ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 151


(3)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

2.1. Hirarki konsep mutu ... 19

2.2. Paradigma proses keputusan inovasi ... 28

2.3. Roda Deming (Siklus PDCA) ... 43

2.4. Model Proses Sistem Manajemen Mutu ... 56

2.5. Paradigma Kerangka Pemikiran ... 66

2.6. Paradigma penelitian ... 67

3.1. Desain penelitian ... 72

4.1. Jumlah staf LPMP Provinsi Kalimantan Barat ... 96

4.2. Karakteristik responden berdasarkan bagian ... 98

4.3. Karakteristik responden berdasarkan pangkat/golongan ... 99

4.4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 100

4.5. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman mengikuti diklat ... 101

4.6. Karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan ... 102

4.7. Histogram variabel implementasi inovasi SMM 9001:2000 ... 105

4.8. Perbandingan rata-rata skor dimensi variabel implementasi ... 106

4.9. Histogram variabel karakteristik inovasi SMM 9001:2000 ... 108

4.10. Perbandingan rata-rata skor dimensi variabel karakteristik ... 109

4.11. Histogram variabel kepuasan staf terhadap inovasi SMM 9001:2000 111 4.12. Perbandingan rata-rata skor dimensi variabel kepuasan... 112

4.13. Hasil uji normalitas �1 ... 115

4.14. Hasil uji normalitas �2 ... 115

4.15. Hasil uji normalitas Y ... 116

4.16. Hasil uji linieralitas �1 ... 117

4.17. Hasil uji linieralitas �2 ... 118


(4)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

2.1. Perbedaan mutu menurut Deming, Juran dan Crosby ... 15

3.1. Jumlah sampel penelitian ... 70

3.2. Kisi-kisi instrumen implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ... 75

3.3. Kisi-kisi instrumen karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 ... 76

3.4. Kisi-kisi instrumen kepuasan staf terhadap inovasi ISO 9001:2000 ... 77

3.5. Hasil uji validitas instrumen implementasi SMM ISO 9001:2000 ... 80

3.6. Hasil uji validitas instrumen karakteristik SMM ISO 9001:2000 ... 82

3.7. Hasil uji validitas instrumen kepuasan staf terhadap inovasi ... 84

3.8. Hasil uji reliabilitas ... 86

3.9. Tabel kriteria... 88

3.10. Pedoman interprestasi koefisien korelasi ... 92

4.1. Jumlah staf LPMP Provinsi Kalimantan Barat ... 96

4.2. Karakteristik responden berdasarkan bagian ... 97

4.3. Karakteristik responden berdasarkan pangkat/golongan ... 99

4.4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 100

4.5. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman mengikuti diklat ... 101

4.6. Karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan ... 102

4.7. Distribusi frekuensi skor variabel implementasi ... 104

4.8. Deskripsi statistik variabel implementasi ... 104

4.9. Distribusi frekuensi skor variabel karakteristik ... 107

4.10. Deskripsi statistik variabel karakteristik ... 108

4.11. Distribusi frekuensi skor variabel kepuasan ... 110

4.12. Deskripsi statistik variabel kepuasan ... 111

4.13. Hasil uji normalitas ... 114


(5)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.15. Hasil uji multikolinieralitas ... 119

4.16. Hasil uji heteroskedastisitas ... 120

4.17. Pedoman interprestasi koefisien korelasi ... 121

4.18. Hasil korelasi data penelitian antara variabel bebas dan terikat ... 121

4.19. Ringkasan model regresi �1 terhadap Y ... 123

4.20. Hasil regresi parsial �1 terhadap Y ... 123

4.21. Ringkasan model regresi �2 terhadap Y ... 125

4.22. Hasil regresi parsial �2 terhadap Y ... 126

4.23. Ringkasan model regresi �1 dan �2 terhadap Y ... 128


(6)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat ijin penelitian ... 154

Lampiran 2 Kisi-kisi instrumen penelitian ... 155

Lampiran 3 Instrumen penelitian ... 158

Lampiran 4 Hasil uji validitas dan reliabilitas ... 167

Lampiran 5 Data hasil penelitian ... 174

Lampiran 6 Uji prasyarat ... 180

Lampiran 7 Pengujian hipotesis ... 187


(7)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Mutu merupakan kebutuhan utama setiap orang, setiap institusi bahkan setiap negara sehingga muncul slogan Quality is everybody business, dimana usaha untuk memperoleh dan meningkatkan mutu merupakan agenda utama setiap orang. Mutu menjadi salah satu tantangan bagi institusi bisnis maupun pendidikan karena mereka dihadapkan pada persoalan bagaimana mengelola sebuah mutu dalam menghadapi persaingan global. Mutu pertama kali muncul dalam dunia industri, namun dewasa ini mutu juga menjadi kebutuhan dalam dunia pendidikan. Dalam dunia industri, mutu adalah nilai jual yang menjadi prioritas utama dan menjadi faktor pembeda yang dibutuhkan oleh konsumen, sedangkan dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Hal ini ditujukan agar institusi pendidikan mampu bertahan dalam dunia persaingan yang sangat kompetitif serta mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dewasa ini, perkembangan pemikiran manajemen mutu dalam pendidikan mengarah pada sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management) atau manajemen mutu terpadu. Manajemen mutu terpadu


(8)

merupakan salah satu strategi manajemen untuk menjawab tantangan eksternal suatu organisasi guna memenuhi kepuasan pelanggan. Pengertian Total Quality Management (TQM), menurut Edward Sallis (2011: 73) adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. TQM merupakan perluasan dan pengembangan dari jaminan mutu. TQM adalah tentang usaha menciptakan sebuah kultur mutu yang mendorong semua anggota stafnya untuk memuaskan pelanggan.

Manajemen mutu terpadu merupakan suatu teori ilmu manajemen yang mengarahkan pimpinan organisasi dan personelnya untuk melakukan program perbaikan mutu secara berkelanjutan yang terfokus pada pencapaian kepuasan para pelanggan. Jargon utama yang mendasari falsafah manajemen mutu terpadu

terfokus pada pernyataan “Do the right things, first time, every time”, yang artinya kerjakan sesuatu yang benar sejak pertama kali, setiap waktu. Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan mutu yang terbaik. TQM memberikan suatu filosofi perangkat alat untuk memperbaiki mutu dengan prinsip dasar bahwa pelanggan dan kepentingannya harus diutamakan. TQM memiliki suatu ide yang mudah dipahami namun untuk mengimplementasikannya membutuhkan komitmen yang tinggi dan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, lingkungan.


(9)

Penerapan TQM dalam suatu organisasi dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya dapat meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan. TQM merupakan konsep yang mempunyai nilai-nilai yang baik untuk perkembangan organisasi di semua sektor kehidupan. TQM telah banyak di adopsi kedalam berbagai bidang terutama pada dunia bisnis dan ekonomi. TQM tidak hanya terpaku pada aspek bisnis dan ekonomi saja, tetapi nilai-nilai yang ada dalam manajemen mutu terpadu dapat diimplementasikan dalam dunia pendidikan.

Suatu organisasi dapat memutuskan untuk mengawali inisiatif TQM-nya dengan menggunakan sistem manajemen mutunya sendiri atau menggunakan sistem yang telah ada dan diakui secara internasional. Sistem manajemen mutu menunjukkan bagaimana cara suatu organisasi menjaga dan meningkatkan kualitas produk. Berbagai cara dapat dilakukan mulai dari komitmen manajemen, manajemen sumber daya, proses realisasi produk, serta pengukuran, analisa dan perbaikan di sistem manajemen mutu sehingga produknya selalu terjaga kualitasnya dan terus menerus ditingkatkan untuk kepuasan pelanggan.

Untuk menuju profesionalisme manajemen maka diperlukan satu sistem manajemen mutu. Salah satu sistem manajemen mutu yang telah berstandar internasional adalah sistem manajemen mutu (SMM) ISO. ISO adalah organisasi internasional untuk standarisasi yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan the International Organization for Standardization Organisasi ini didirikan pada tahun 1987 berkedudukan di Jenewa Swiss. ISO terdiri dari beberapa kelompok standar (seperti : ISO 9001:2000, ISO 9004:2000, ISO 19011:2002, dll). ISO


(10)

merupakan salah satu standar sistem manajemen mutu yang diakui dunia internasional dan bersifat global untuk berbagai bidang usaha dan merupakan standarisasi eksternal sebagai bentuk pengakuan terhadap penyelenggaraan jaminan mutu pada suatu organisasi. Kepemilikan terhadap pengakuan ini akan membuat suatu organisasi mengupayakan disiplin untuk menspesifikasi dan mendokumentasikan sistem manajemen mutunya agar mendapatkan akreditasi dari pihak ketiga, karena penggunaan SMM ISO menuntut seluruh aktivitas produksi barang atau jasa dilakukan dengan prosedur yang terdokumentasikan. Sertifikasi ISO adalah alat pemasaran yang sangat jitu bagi organisasi dengan menunjukkan logo registrasinya. Keuntungan penggunaan standar ISO daripada standar buatan sendiri adalah kepemilikan terhadap validasi dan pengakuan eksternal.

Penggunaan SMM ISO merupakan suatu inovasi bagi organisasi yang baru menggunakannya. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang atau organisasi baik itu merupakan hasil invention maupun discovery yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu (Saud 2009 : 3). Suatu inovasi sebelum diadopsi akan melalui tahapan proses keputusan inovasi, yaitu proses yang dilalui/dialami individu (unit pengambil keputusan yang lain). Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang melalui suatu proses sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan


(11)

menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya (Saud, 2009 : 35). Suatu model proses keputusan inovasi terdiri dari empat tahap yaitu pengetahuan, persuasi, keputusan dan konfirmasi. Tahap pengetahuan merupakan tahap awal dimana inovasi tersebut diperkenalkan dan diketahui oleh calon adopter. Pada tahap persuasi adopter membentuk persepsinya terhadap inovasi dengan memperoleh karakteristik yang merupakan ciri-ciri inovasi dalam pengamatannya. Karakteristik inovasi menurut Everett M Roger (1971 : 137-155) terdiri dari keuntungan relatif, kompabilitas (compatibility), kompleksitas (complexity), triabilitas (triability), observabilitas (observability). Karakteristik inovasi mempengaruhi cepat lambatnya penerimaan inovasi, tetapi pada tahap konfirmasi karakteristik ini juga dapat mempengaruhi kepuasan terhadap inovasi yang dapat menyebabkan terjadinya diskontinuansi/penghentian adopsi inovasi. Kemudian pada tahap keputusan, dihasilkan sikap menerima atau menolak inovasi yang diperoleh berdasarkan keputusan sendiri, keputusan bersama atau berdasarkan paksaaan (kekuasaan). Terdapat tiga jenis keputusan inovasi (Saud, 2009:41), yaitu yaitu keputusan inovasi opsional, kolektif dan otoritas. Keputusan inovasi opsional, yaitu pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi dibuat oleh individu independen dari anggota sistem. Keputusan inovasi kolektif, yaitu pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi dibuat melalui konsensus di antara para anggota dari suatu sistem. Keputusan inovasi otoritas, yaitu pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi yang dibuat oleh individual relatif sedikit dalam sebuah sistem yang memiliki kekuatan, status, keahlian atau teknis.


(12)

Inovasi paling cepat diterima dengan menggunakan tipe keputusan otoritas, tetapi dalam implementasinya sering terjadi kebohongan dan keterpaksaan yang mempengaruhi efektifitas implementasinya. Selanjutnya pada tahap konfirmasi terjadi dua tindakan yaitu terus mengadopsi dan penghentian terhadap penggunaan inovasi yang terjadi karena mengganti inovasi dengan yang baru atau karena adanya ketidakpuasan.

Menurut Susilo (2003: 1) Sejak tahun 1988 hingga saat ini tidak kurang dari 4000 perusahaan swasta dan BUMN telah mengadopsi sistem manajemen mutu standar internasional ISO 9000. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah perusahaan pengguna SMM ISO menunjukkan bahwa lebih dari 80% perusahaan tersebut ternyata tidak menjalankan sistem manajemen mutu karena dipersyaratkan oleh pelangan. Umumnya sertifikasi pun diupayakan tergesa-gesa dan implementasi selanjutnya hanya sekedar untuk memenuhi persyaratan normatif. Lebih lanjut dikatakan bahwa menurut survei, mayoritas perusahaan pemegang sertifikat khususnya kelompok besar justru merasa tidak puas dengan dampak yang ditimbulkan setelah sekian lama menjalankan sistem.

Terdapat beberapa kesalahan serius pada implementasi SMM ISO 9001:2000 yaitu implementasinya dilakukan seperti bermain sandiwara. Persyaratan sistem yang telah dibangun dijalankan dengan rekayasa atau teknik tipuan yang dilakukan semata-mata untuk menunjukkan kesesuaian fiktif, akibatnya sistem manajemen mutu yang diadopsi tidak menjadi alat pengendali mutu dan alat manajemen untuk memberdayakan organisasi, malah sebaliknya menjadi pemicu terjadinya proses pembodohan. Banyak pimpinan dan karyawan


(13)

yang tidak memahami esensi dan falsafah sistem manajemen mutu secara tepat dan benar walaupun sertifikat SMM ISO 9001:2000 sudah diadopsi selama bertahun-tahun.

Penggunaan inovasi SMM ISO 9001:2000 (sekarang 9001: 2008) merupakan suatu inovasi bagi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Kalimantan Barat. LPMP sebagai unit pelaksana teknis (UPT) yang berada dibawah Depdiknas (sekarang Kemendikbudnas) mengadopsi ISO dalam rangka mendukung pencapaian Renstra Depdiknas. Inovasi yang didasarkan atas keputusan inovasi otoritas, yaitu dari unit organisasi yang berada pada posisi yang lebih tinggi tersebut menyebabkan pengadopsian menjadi lebih cepat karena orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan inovasi lebih sedikit. Adopsi inovasi dengan menggunakan tipe keputusan inovasi otoritas tersebut dapat mempengaruhi implementasinya apabila inovasi tidak terintegrasi kedalam perilaku dan cara kerja staf sebagai individu yang mengimplementasikannya. Implementasi inovasi yang didasarkan pada upaya pemenuhan kewajiban dapat menimbulkan keterpaksaan sehingga mempengaruhi kepuasan staf terhadap inovasi yang diadopsi.

LPMP berhasil memperoleh sertifikasi SMM ISO 9001:2000 dalam manajemen mutu. pada tahun 2008. Pengadopsian inovasi tersebut hanya berlangsung selama 2 tahun, yaitu pada tahun 2008 dan diperpanjang penggunaannya pada tahun 2009, kemudian pada tahun 2010 terjadi penghentian penggunaan inovasi SMM ISO 9001:2000 setelah sebelumnya mengadopsi (diskontinuansi). Pada saat mengadopsi SMM ISO 9001:2000, implementasi


(14)

inovasi dilaksanakan oleh seluruh staf LPMP yang terdiri dari 92 orang, meliputi 1 kelompok fungsional (widyaiswara), 4 kelompok struktural yang meliputi 3 Seksi, 1 Subbag. Inovasi SMM ISO 9001:2000 yang diadopsi berdasarkan proses keputusan inovasi otoritas tersebut tidak dilakukan melalui tahapan dalam proses inovasi seperti pengetahuan dan persuasi. Hal ini berarti pengetahuan dan pemahaman terhadap karakteristik yang dimiliki oleh inovasi tersebut kurang dimiliki oleh staf sebagai individu yang mengimplementasikannya. SMM ISO 9001:2000 merupakan suatu alat yang dapat berguna secara optimal dan dapat memberikan kepuasan dalam pengadopsiannya apabila digunakan dengan tepat dan dipahami karakteristiknya, begitupula sebaliknya dapat menyebabkan ketidakpuasan apabila implementasinya tidak tepat dan karakteristiknya tidak dipahami.

1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah

Inovasi merupakan bagian dari perubahan sosial. Inovasi yang terjadi dalam organisasi melibatkan individu yang ada dalam organisasi sebagai pelaksananya. Suatu inovasi yang telah diadopsi akan menghadapi konsekuensi terjadinya diskontinuansi yaitu penghentian penggunaan inovasi apabila tingkat kepuasan yang diperoleh terhadap inovasi tersebut rendah atau tidak sesuai keinginan. Rendahnya tingkat kepuasan atau ketidakpuasan dalam penggunaan inovasi dapat disebabkan karena :

1. Implementasi inovasi yang tidak tepat


(15)

3. Inovasi yang dipaksakan

4. Tingkat pendidikan adopter yang kurang.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, terdapat beberapa variabel yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan terhadap inovasi, tetapi dalam penelitian ini yang menjadi perhatian adalah variabel implementasi inovasi dan karakteristik inovasi, karena kedua variabel ini merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan terhadap suatu inovasi. Disamping pembatasan variabel, ruang lingkup penelitian ini juga dibatasi di lingkungan LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi serta batasan masalah yang ada, maka secara spesifik rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas dan akurat mengenai :

1. Bagaimanakah gambaran umum implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

2. Bagaimanakah gambaran umum karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

3. Bagaimanakah gambaran umum kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

4. Bagaimanakah pengaruh implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.


(16)

5. Bagaimanakah pengaruh karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

6. Bagaimanakah pengaruh implementasi dan karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hasil yang akan diperoleh setelah penelitian selesai dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui gambaran umum implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

2. Mengetahui gambaran umum karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

3. Mengetahui gambaran umum kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

4. Mengetahui pengaruh implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

5. Mengetahui pengaruh karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 LPMP Provinsi Kalimantan Barat.


(17)

6. Mengetahui pengaruh implementasi dan karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001:2000 LPMP Provinsi Kalimantan Barat.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dipilah menjadi dua kategori, yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis. Manfaat akademis terkait dengan kontribusi tertentu dari penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan serta dunia akademis. Sedangkan manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi praktis yang diberikan dari penyelenggaraan penelitian terhadap objek penelitian, baik individu, kelompok maupun organisasi.

1. Manfaat Akademis

Manfaat akademis yang didapat dari penelitian ini adalah :

1) Menjadi sumbangan wawasan tentang teori implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000.

2) Menjadi sumbangan wawasan tentang teori karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000.

3) Menjadi sumbangan wawasan tentang teori kepuasan terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000.

4) Menjadi sumber inspirasi bagi penelitian di bidang kajian yang sama. 2. Manfaat praktis


(18)

1) Menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan dan penyebaran inovasi.

2) Menjadi bahan masukan bagi LPMP dalam penggunaan dan penyebaran inovasi yang merupakan kebijakan dari pemerintah agar pelaksanaannya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3) Menjadi bahan masukan bagi sekolah dan instansi pemerintah yang ingin mengadopsi inovasi agar mengambil langkah-langkah yang tepat dalam proses adopsi dan penggunaan inovasi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.


(19)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Subjek Populasi

3.1.1.Lokasi, Tempat dan waktu penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di kota Pontianak yang merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat, dan yang menjadi tempat penelitian adalah Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Kalimantan Barat sebagai Lembaga yang telah mengadopsi inovasi sistem manajemen mutu (SMM) ISO 9001:2000. Penelitian akan dilaksanakan selama 30 hari dari tanggal 1 April s.d. 1 Mei 2012.

3.1.2. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian merupakan keseluruhan subjek yang akan diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2010:90). Untuk mendapatkan populasi yang relevan maka peneliti terlebih dahulu harus mengidentifikasi jenis-jenis data yang diperlukan dalam penelitian tersebut dan mengarah pada permasalahan dalam penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh staf LPMP Provinsi Kalimantan Barat.


(20)

Pada umumnya penelitian hanya menggunakan sebagian dari seluruh populasi yang disebut sampel untuk menghemat biaya, waktu dan tenaga. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Penarikan atau pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster stratified random sampling karena populasi yang diambil berkelompok dengan memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin (Akdon, 2008 : 107) sebagai berikut:

n = N (N.d2+t) Keterangan : n = Jumlah sampel N= Jumlah populasi

d2= Presisi ( ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Berdasakan rumus tersebut diatas maka didapat jumlah sampelnya adalah sebagai berikut :

n = 92

(92) x (0,05)2 + 1

n = 92 = 74,79 (92 x 0,0025)+1

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel sebanyak 75 orang.

Objek penelitian ini adalah tiga variabel yaitu kepuasan staf terhadap SMM ISO 9001:2000 sebagai variabel terikat (Y). Implementasi SMM ISO


(21)

9001:2000 variabel bebas 1 (X1) dan karakteristik SMM ISO 9001:2000

sebagai variabel bebas 2 (X2).

Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian

No Nama Bagian Gol/Pangkat Jumlah

staf

Jumlah sampel

1 Subbag Umum III 20 20/41x33=16

II 18 18/41x33=15

I 3 2/41x33=2

Total Subbag Umum 41 41/93x75=33

2 Seksi PMS IV 1 1/14x11=1

III 13 13/14x11=11

Total Seksi PMS 14 14/93x75=12

3 Seksi FSP IV 1 1/15x11=1

III 11 11/15x11=9

II 3 3/15x11=2

Total seksi FSP 15 15/93x75=12

4 Seksi PSI III 9 9/11x9=8

II 2 2/11x9=2

Total Seksi PSI 12 11/93x75=10

5 Widyaiswara IV 7 7/11x9=6

III 4 4/11x9=3

Total Widyaiswara 11 9/93x75=9

TOTAL 92 75

3.2.Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data, dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun cara ilmiah didasarkan pada


(22)

ciri-ciri keilmuwan yang bersifat rasional, empiris dan sistematis. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis deskriptif yang menggunakan korelasi dan regresi. Analisis deskriptif berupa tabel frekuensi dan histogram digunakan untuk memudahkan dalam melakukan interprestasi data mengenai gambaran secara umum mengenai implementasi inovasi, karakteristik inovasi dan kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengkategorikan implementasi inovasi, karakteristik inovasi dan kepuasan staf terhadap inovasi berdasarkan prosentase sehingga dapat diketahui penggolongan dalam klasifikasi tinggi, cukup tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai pengaruh implementasi SMM ISO 9001:2000 dan karakteristik inovasi terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001:2000 berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dilapangan.

Setelah melakukan analisis deskriptif, dilanjutkan dengan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas, linieritas, uji multikolinieralitas dan uji heterokedastisitas. Uji-uji tersebut dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan sebelum melakukan analisis uji korelasi dan regresi.

3.3.Desain Penelitian

Objek penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu variabel implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 1) dan karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 2) yang akan dikaji hubungannya dengan variabel


(23)

terikat yaitu kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 (Y). Penelitian ini dilakukan untuk melihat keterkaitan antara variabel tersebut yang meliputi pengaruh antara implementasi inovasi SMM ISO 9001: 2000 dengan kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001: 2000, pengaruh karakteristik inovasi SMM ISO 9001: 2000 terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001: 2000 dan pengaruh secara secara simultan antara implementasi dan karakteristik inovasi SMM ISO 9001: 2000 terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001: 2000.

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

1= Implementasi Inovasi SMM ISO 9001:2000 2= Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000

Y = Kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 p 1y

1

2

Y 2

1y, 2y


(24)

3.4.Definisi Operasional

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan pengamatan terhadap data yang dikumpulkan dan untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam menginterprestasi variabel-variabel penelitian, perlu dirumuskan definisi operasional dari masing-masing variabel.

Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian :

1. Implementasi Sistem Manajemen Mutu SMM ISO 9001:2000, adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan dalam SMM ISO 9001:2000. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ini dapat dilihat dari pelaksanaan pada beberapa aspek yang menjadi persyaratan umum dalam implementasi SMM ISO 9001:2000 antara lain :

1. Sistem manajemen mutu 2. Tanggungjawab manajemen 3. Manajemen sumberdaya

4. Pengukuran, analisis dan peningkatan

2. Karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki oleh inovasi SMM ISO 9001:2000 yang meliputi keuntungan relatif, kompatibel, kompleksitas, triabilitas, observabilitas.


(25)

3. Kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 merupakan sikap, penilaian dan respon emosional yang ditunjukkan oleh staf setelah penggunaan inovasi SMM ISO 9001:2000 yang berasal dari evaluasi terhadap pengalaman mengggunakan inovasi tersebut. Kepuasan staf ini diukur dengan menggunakan elemen-elemen kepuasan konsumen yang meliputi expectation, performance, comparison, confirmation.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa angket atau kuesioner. Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang atau responden (Arikunto, 2005:101). Pemilihan angket sebagai instrumen penelitian dengan harapan dapat memperoleh informasi mengenai fakta yang diperoleh secara langsung dari responden mengenai implementasi inovasi, karakteristik inovasi dan kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000. Pernyataan-pernyataan pada angket dibuat dengan mengacu kepada skala yang dikembangkan oleh Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial.

Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini dijabarkan menjadi dimensi variabel, kemudian dimensi tersebut dijabarkan menjadi indikator yang akan menjadi dasar dalam membuat pernyataan-pernyataan dalam instrumen yang digunakan. Adapun kisi-kisi Instrumen disajikan dalam tabel 3.2. dibawah ini.


(26)

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000

Variabel Aspek Indikator No

Butir 1.Implementasi SMM ISO 9001:2000 (Gasperz) 1.1 Sistem manajemen mutu

a.Menetapkan langkah-langkah implementasi persyaratan umum SMM ISO 9001:2000

1,2

b.Menetapkan langkah-langkah pemenuhan persyaratan dokumentasi yang dibutuhkan 3,4 1.2 Tanggungjawab manajemen

a.Membuktikan komitmen pada SMM ISO 9001:2000

5,6

b.Menjamin tercapainya kepuasan pelanggan

7,8

c.Mengkomunikasikan kebijakan dan sasaran mutu

9,10

d.Menetapkan

tanggungjawab, wewenang dan komunikasi

11,12

e.Melakukan peninjauan ulang terhadap sistem

13,14

1.3Manajemen sumberdaya

a. Perencanaan sumberdaya 15,16,17

b. Pengelolaan sumberdaya 18,19,20

c. Evaluasi sumberdaya 21,22

1.4Pengukuran, analisis dan peningkatan

a. Pelaksanaan Audit internal 23,24


(27)

c. Melakukan tindakan preventif

27,28

d. Melakukan tindakan korektif

29,30

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000

Variabel Aspek Indikator No Butir

2. Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 (Everett M Roger) 2.1.Keuntungan relatif

a.Ada nilai prestise (gengsi) 1,2

b.Adanya peningkatan secara ekonomi

3,4

c.Adanya penghematan 5,6

2.2.Kompabilitas a. Sesuai kebutuhan pekerjaan

7,8,9

b. Sesuai dengan

pengalaman masa lalu

10,11,12

2.3.Kompleksitas a.Tingkat kemudahan pemahaman

13,14

b.Tingkat kemudahan penggunaan

15,16

2.4.Triabilitas a. Mudah dilakukan ujicoba 17,18

b. Ujicoba dapat dilakukan dalam proses kegiatan

19,20


(28)

b. Prosesnya dapat diamati setiap orang

23,24,25

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Kepuasan staf terhadap Inovasi SMM ISO 9001:2000

Variabel Aspek Indikator No Butir

3. Kepuasan (Wilkie)

2.1.Expectations a.Penyediaan input 1,2,3,4

b.Proses pelaksanaan 5,6,7,8,9, 10,11,12, 13 c.Output yang diharapkan 14,15,16

2.2.Performance a. Kinerja aktual yang diterima

17,18,19

2.3.Comparison a. Perbandingan dari sistem sebelumnya

20,21

2.4.Confirmation a. Berniat untuk

menggunakan kembali

22,23

b. Menyarankan orang lain untuk menggunakan

24,25

3.6. Ujicoba Instrumen Penelitian

Ujicoba terhadap instrumen penelitian dilakukan sebelum pengumpulan data yang sebenarnya dilakukan. Ujicoba instrumen dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Uji coba


(29)

dilakukan pada populasi yang mempunyai karakteristik yang sama tetapi responden tidak termasuk responden penelitian yang sebenarnya.

Ujicoba instrumen penelitian ini dilaksanakan di LPMP Provinsi Jawa Barat terhadap 30 responden yang dipilih secara acak. Responden uji instrumen tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa staf tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian.

3.6.1. Uji Validitas Instrumen

Pengujian validitas suatu instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa tepat instrumen (alat ukur) itu mampu melakukan fungsinya yaitu mampu menghasilkan data sesuai dengan ukuran yang sesungguhnya ingin diukur. Penelitian ini menggunakan validitas internal karena data yang dihasilkan berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Pertama peneliti menggunakan validitas konstruk dengan mengkonstruksi instrumen menggunakan landasan teori yang relevan dengan variabel penelitian. Kedua, peneliti menggunakan validitas isi dengan mengukur apakah butir-butir instrumen telah menggambarkan indikator dari variabel-variabel penelitian. Penyusunan kisi-kisi instrumen dapat membantu uji validitas konstruk dan validitas isi.

Uji validitas butir instrumen menggunakan analisis butir dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows. Untuk mengetahui tingkat validitas butir insrumen dapat dilihat dari korelasi antara skor butir dengan skor total yang merupakan jumlah setiap butir, sehingga diperoleh koefisien


(30)

korelasinya. Nilai koefisien korelasi dihitung menggunakan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut:

= ∑ � � − ∑ � (∑ �

∑ �2− �2 ∑ �2− �2

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total ( ℎ� )

∑ � = Jumlah skor butir/item

∑ � = Jumlah skor total (seluruh item)

= Jumlah responden

Selanjutnya nilai ℎ� dibandingkan dengan nilai . Jika nilai

ℎ� � lebih besar dari � (nilai ℎ� � > � maka butir tersebut

dinyatakan valid (sahih).

Hasil uji coba instrumen terhadap 30 responden dapat dilihat sebagai berikut :

1) Variabel implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000

Hasil uji validitas butir instrumen impelemtasi inovasi SMM ISO 9001:2000 dapat dilihat dalam tabel 3.5. sebagai berikut :


(31)

Tabel 3.5. Hasil uji analisis butir instrumen implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000

No soal Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 0.317 0,372 tidak valid

2 0.485 0.372 Valid

3 0.407 0,372 Valid

4 0.186 0.372 tidak valid

5 0.443 0,372 Valid

6 0.563 0.372 Valid

7 0.631 0,372 Valid

8 0.633 0.372 Valid

9 0.543 0,372 Valid

10 0.579 0.372 Valid

11 0.664 0,372 Valid

12 0.743 0,372 Valid

13 0.194 0.372 tidak valid

14 0.477 0,372 Valid

15 0.386 0.372 Valid

16 0.151 0,372 tidak valid

17 0.694 0.372 Valid

18 0.442 0,372 Valid

19 0.527 0.372 Valid

20 0.659 0,372 Valid

21 0.750 0.372 Valid

22 0.505 0,372 Valid

23 0.304 0,372 tidak valid

24 0.477 0.372 Valid


(32)

26 0.570 0,372 Valid

27 0.774 0,372 Valid

28 0.644 0.372 Valid

29 0.697 0,372 Valid

30 0.468 0,372 Valid

Sumber : Data hasil penelitian 2012

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada hasil ujicoba yang dilakukan dengan menggunakan Alpha-Cronbach dapat diketahui pertanyaan yang valid dan tidak valid.

Hasil tersebut diketahui dengan cara membandingkan ℎ� dengan

� . Jika ℎ� � > � . Maka butir soal tersebut dinyatakan valid dan

sebaliknya Jika ℎ� < maka butir soal tersebut tidak valid. Berdasarkan hasil uji diatas, tampak bahwa dari 30 item pertanyaan terdapat item dibawah nilai yaitu 0,372, dan dinyatakan tidak valid yaitu item nomor 1,4,13,16,23. Berdasarkan pertimbangan bahwa masih ada item lain yang dapat digunakan setelah dikurangi item yang tidak valid, dan mempertimbangkan masukan dari dosen pembimbing, maka beberapa item yang tidak valid tersebut dibuang dan tidak dikutsertakan dalam instrumen penelitian. Selanjutnya, jumlah item yang dapat digunakan sebagai alat pengumpul data berjumlah 25 item.

2) Variabel karakteristik SMM ISO 9001:2000

Hasil uji validitas butir instrumen karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 dapat dilihat dalam tabel 3.6. sebagai berikut :


(33)

Tabel 3.6.Hasil uji analisis butir instrumen karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000

Sumber : Data hasil penelitian 2012 No soal Nilai r hitung Nilai r

tabel Keterangan

1 0.492 0,372 valid

2 0.598 0.372 valid

3 0.568 0,372 valid

4 0.485 0.372 valid

5 0.650 0,372 valid

6 0.465 0.372 valid

7 0.430 0,372 valid

8 0.446 0.372 valid

9 0.333 0,372 tidak valid

10 0.310 0.372 tidak valid

11 0.556 0,372 valid

12 0.538 0,372 valid

13 0.443 0.372 valid

14 0.432 0,372 valid

15 0.482 0.372 valid

16 0.273 0,372 tidak valid

17 0.271 0.372 tidak valid

18 0.654 0,372 valid

19 0.529 0.372 valid

20 0.234 0,372 tidak valid

21 0.563 0.372 valid

22 0.626 0,372 valid

23 0.347 0,372 tidak valid

24 0.606 0.372 valid


(34)

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada hasil ujicoba yang dilakukan dengan menggunakan Alpha-Cronbach dapat diketahui pertanyaan yang valid dan tidak valid.

Hasil tersebut diketahui dengan cara membandingkan ℎ� dengan

� . Jika ℎ� � > � . Maka butir soal tersebut dinyatakan valid dan

sebaliknya Jika ℎ� < maka butir soal tersebut tidak valid. Berdasarkan hasil uji diatas, tampak bahwa dari 30 item pertanyaan terdapat item dibawah nilai yaitu 0,372, dan dinyatakan tidak valid yaitu item nomor 9,10,16,17,20,23. Berdasarkan pertimbangan bahwa masih ada item lain yang dapat digunakan setelah dikurangi item yang tidak valid, dan mempertimbangkan masukan dari dosen pembimbing, maka beberapa item yang tidak valid tersebut dibuang dan tidak dikutsertakan dalam instrumen penelitian. Selanjutnya, jumlah item yang dapat digunakan sebagai alat pengumpul data berjumlah 19 item.

3) Variabel kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000

Hasil uji validitas butir instrumen kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 dapat dilihat dalam tabel 3.7. sebagai berikut :


(35)

Tabel 3.7.Hasil uji analisis butir instrumen kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000

No soal Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 0.684 0,372 Valid

2 0.669 0.372 Valid

3 0.680 0,372 Valid

4 0.329 0.372 tidak valid

5 0.421 0,372 Valid

6 0.463 0.372 Valid

7 0.560 0,372 Valid

8 0.527 0.372 Valid

9 0.617 0,372 Valid

10 0.686 0.372 Valid

11 0.645 0,372 Valid

12 0.684 0,372 Valid

13 0.376 0.372 Valid

14 0.686 0,372 Valid

15 0.667 0.372 Valid

16 0.718 0,372 Valid

17 0.644 0.372 Valid

18 0.682 0,372 Valid

19 0.587 0.372 Valid

20 0.526 0,372 Valid

21 0.616 0.372 Valid

22 0.705 0,372 Valid

23 0.649 0,372 Valid

24 0.652 0.372 Valid

25 0.640 0,372 Valid

Sumber : Data hasil penelitian 2012

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada hasil ujicoba yang dilakukan dengan menggunakan Alpha-Cronbach dapat diketahui pertanyaan yang valid dan tidak valid.


(36)

Hasil tersebut diketahui dengan cara membandingkan ℎ� dengan

� . Jika ℎ� � > � . Maka butir soal tersebut dinyatakan valid dan

sebaliknya jika ℎ� < maka butir soal tersebut tidak valid. Berdasarkan hasil uji diatas, tampak bahwa dari 30 item pertanyaan terdapat item dibawah nilai yaitu 0,372, dan dinyatakan tidak valid yaitu item nomor 4. Berdasarkan pertimbangan bahwa masih ada item lain yang dapat digunakan setelah dikurangi item yang tidak valid, dan mempertimbangkan masukan dari dosen pembimbing, maka beberapa item yang tidak valid tersebut dibuang dan tidak dikutsertakan dalam instrumen penelitian. Selanjutnya, jumlah item yang dapat digunakan sebagai alat pengumpul data berjumlah 19 item.

3.6.2. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepercayaan (keyakinan) terhadap instrumen. Suatu instrumen dikatakan realibel apabila dipergunakan beberapa kali untuk mengukur objek penelitian yang sama akan menghasilkan data yang sama pula. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency yaitu melakukan uji coba instrumen yang kemudian dianalisis dengan teknik belah dua (split half) Spearman Brown menggunakan SPSS 17.0 for Windows. Instrumen yang valid dibagi kedalam dua kelompok yang kemudian dikorelasikan skornya, selanjutnya dimasukkan kedalam rumus Spearman Brown sebagai berikut:


(37)

ℎ� �= 1+2

Keterangan :

ℎ� � = Koefisien korelasi Spearman Brown

= Koefisien korelasi product moment antara skor butir ganjil dan butir genap

Tingkat reliabilitas instrumen dapat dilihat dari nilai ℎ� . Tingkat reliabilitas instrumen dapat diukur berdasarkan nilai ℎ� dibandingkan

� . Jika nilai ℎ� � lebih besar dari � (nilai ℎ� � > � ) maka

butir tersebut dikatakan reliabel.

Setelah diperoleh item/butir yang tidak valid atau tidak reliabel maka instrumen penelitian dianalisis, jika butir tersebut penting maka harus diperbaiki, sebaliknya jika butir tersebut sudah terwakili oleh butir-butir yang lain maka butir yang tidak valid/reliabel dihilangkan. Hasil uji reliabilitas instrumen secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.8. sebagai berikut.

Tabel 3.8. Hasil uji reliabilitas

No Variabel r tabel Guttman

Split-Half Coefficient

Kesimpulan

1 Implementasi 0,372 867 Reliabel

2 Karakteristik 0,372 731 Reliabel

3 Kepuasan 0,372 852 Reliabel

Sumber : Data hasil penelitian 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa angket/instrumen variabel implementasi SMM ISO 9001:2000, variabel karakteristik SMM ISO 9001:2000 dan kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 adalah


(38)

reliabel, sehingga instrumen-instrumen tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.7.1.Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang deskripsi skor tiap variabel yang diperoleh dalam penelitian, meliputi skor minimum, skor maksimum, range atau rentang skor, rata-rata, nilai tengah, modus, standar deviasi dan varians serta menampilkan data dalam bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi.

Untuk mengetahui prosentase responden terhadap skor jawaban menggunakan rumus sebagai berikut :

Skor (%) =

� x 100

Keterangan :

n = Jumlah skor jawaban responden N = Jumlah skor jawaban ideal

Penentuan kategori prosentase dari setiap indikator ditempuh dengan tahapan sebagai berikut :

1. Menentukan angka prosentase tertinggi

� x 100 5


(39)

2. Menentukan angka prosentase terendah

� �

� x 100 1

5 x 100 =20

3. Rentang prosentase 100 – 20 = 80

4. Interval kelas prosentase 80 : 5 = 16

Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor prosentase yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel kriteria 3.9 sebagai berikut :

Tabel 3.9 Tabel kriteria

Nomor Rentang % Skor Kategori

1 80 < Skor ≤ 100 Sangat tinggi

2 68 < Skor ≤ 84 Tinggi

3 52 < Skor ≤ 68 Cukup

4 36 < Skor ≤ 52 Kurang

5 Skor ≤ 36 Rendah

3.7.2.Analisis Verifikatif

Selain menggunakan analisis deskriptif, penelitian ini juga menggunakan analisis verifikatif yaitu dengan analisis regresi. Analisis regresi digunakan untuk menganalisis data yang berkaitan dengan upaya mengukur koefisien antara variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier


(40)

ganda. Apabila dalam penelitian terdapat satu variabel bebas maka digunakan analisis regresi linier sederhana dan jika terdapat lebih dari satu variabel bebas maka digunakan analisis regresi berganda.

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mencari besarnya pengaruh antara variabel bebas implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 1) terhadap variabel terikat kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 (Y) dan variabel bebas karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 2) terhadap variabel terikat kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 (Y). Analisis regresi linier ganda digunakan untuk mencari besarnya pengaruh secara bersama-sama antara variabel bebas implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 1) dan karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 2) terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001:2000 (Y).

Penggunaan analisis regresi dalam suatu penelitian harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

A. Uji normalitas

Persyaratan kedua yang harus dipenuhi dalam suatu penelitian yang menggunakan analisis korelasi dan regresi adalah data yang dianalisis harus berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau kedua-duanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik


(41)

adalah berdisribusi normal atau mendekati normal. Ada beberapa cara untuk melihat normalitas data penelitian yaitu :

1. Melihat histogram residual, apakah memiliki bentuk lonceng atau tidak. Cara pertama ini dapat menjadi fatal karena pengambilan keputusan hanya berpedoman pada pengamatan gambar saja.

2. Menggunakan rasio skewness dan ratio kurtosis Rasio ini dapat dijadikan petunjuk apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak.

3. Uji Kolmogorov-Smirnov (Setyadarma, 2010:2).

B. Uji Linearitas

Persyaratan ketiga yang harus dipenuhi dalam suatu penelitian yang menggunakan analisis korelasi dan regresi adalah data yang dianalisis harus linier. Uji linearitas menunjukkan hubungan variabel bebas dan variabel terikat yang saling membentuk kurva linier. Kurva linier dapat terbentuk apabila setiap kenaikan skor variabel bebas diikuti oleh kenaikan skor variabel terikat. Untuk menentukan hasil perhitungan uji linieralitas, digunakan nilai signifikansi (Sig) pada deviation from linearity, apabila > 0,05 yang berarti bahwa garis regresi tersebut adalah linier.

C. Uji Multikolinieralitas

Uji multikolinieralitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Penilaian tentang multikolinieralitas dapat dilihat dari besarnya nilai toleransi dan nilai VIF


(42)

(Variance inflation factor). Apabila nilai VIF<10 maka tingkat kolinieralitas masih dapat ditoleransi. Nilai eigenvalue yang mendekati nol memberikan petunjuk tentang adanya multikolinieralitas dan serta nilai toleransi harus lebih dari 0,1.

D. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila ditemukan variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka dinamakan homoskedastisitas, dan apabila berbeda maka dinamakan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah apabila terdapat homoskedastisitas atau tidak terdapat heteroskedastisitas.

E. Uji korelasi dan regresi

Setelah melakukan pengolahan data hasil penelitian dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis verifikatif, kemudian dilanjutkan dengan pengujian korelasi dan regresis. Teknik yang dilakukan dalam menganalisa hubungan antara variabel adalah dengan menggunakan persamaan korelasi product moment. Analisis Pearson product moment merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji bagaimana hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih variabel. Penelitian ini melakukan pengujian terhadap tiga hipotesis yaitu :

1. Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment untuk menghitung koefisien korelasi antara


(43)

implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 1) terhadap variabel terikat

kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 (Y).

2. Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment untuk menghitung koefisien korelasi antara karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 2) terhadap variabel terikat kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 (Y).

3. Uji hipotesis ketiga dilakukan dengan mengunakan regresi linier berganda untuk menentukan besarnya koefisien korelasi antara implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 1) dan karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 ( 2) terhadap kepuasan staf pada inovasi

SMM ISO 9001:2000 (Y).

Pengujian signifikasi koefisien korelasi dapat dihitung dengan menggunakan uji t yang dibandingkan dengan . Penfasiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil berpedoman pada ketentuan sebagai berikut : (Sugiyono, 2007:231)

Tabel 3.10 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi

No Interval Koefisien Tingkat hubungan

1 0,00 - 0199 Sangat rendah

2 0,20 – 0,399 Rendah

3 0,40 – 0,599 Sedang

4 0,60 – 0,799 Kuat


(44)

Selanjutnya, untuk melihat pengaruh dari setiap variabel bebas dengan variabel terikat secara bersama-sama, dipergunakan persamaan regresi linier berganda. Persamaan regresi liner berganda digunakan untuk memprediksi hasil penelitian berdasarkan perubahan nilai-nilai variabel bebas.

Persamaan regresi liner sebagai berikut :

a. Menggunakan satu variabel independen (regresi sederhana)

=

0+ 1X

b. Menggunakan dua variabel independen (regresi berganda)

=

0+ 1 1+ 2 2

Keterangan :

= Kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 0= Konstanta

1 2= Koefisien regresi

1= Implementasi Inovasi SMM ISO 9001:2000 2= Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan taraf signifikasi sebesar 0,05. Apabila signifikansi F ≤ 0,05 maka hipotesis nihil (� ) ditolak, dan sebaliknya apabila signifikansi F

>

0,05 maka hipotesis nihil (� ) diterima. Untuk memudahkan proses pengolahan data, maka seluruh analisa data pada penelitian ini menggunakan program SPSS 17.0.


(45)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

1. Implementasi terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 tidak selalu dilakukan untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dimensi yang memperoleh nilai tertinggi adalah sistem manajemen mutu, yang merupakan langkah awal dalam implementasi SMM ISO, sedangkan implementasi pada dimensi lainnya seperti tanggungjawab manajemen, manajemen sumberdaya, mengalami penurunan. Pada dimensi pengukuran, analisis dan peningkatan yang merupakan tahap evaluasi dalam implementasi memperoleh nilai yang paling rendah. Hal ini menunjukkan kurangnya konsistensi dalam implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000.

2. Karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 menurut staf dianggap memiliki karakteristik yang biasa saja. Dimensi yang memperoleh skor tertinggi adalah dimensi triabilitas, yang berarti bahwa inovasi SMM ISO 9001:2000 dianggap dapat dicoba oleh seluruh staf, sedangkan dimensi lainnya yaitu keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas dan observabilitas memiliki nilai lebih rendah yang menunjukkan bahwa secara umum karakteristik inovasi dianggap


(46)

biasa saja. Dimensi yang memperoleh nilai terendah adalah observabilitas yang berarti bahwa inovasi SMM ISO 9001:2000 dianggap sulit dilihat dan diamati hasilnya, karena inovasi dalam bentuk sistem manajemen mutu menekankan pada proses dan membutuhkan waktu untuk dapat dilihat hasilnya apalagi jika tidak seluruh staf memperoleh pemahaman dan pengetahuan yang cukup tentang inovasi SMM ISO 9001:2000.

3. Kepuasan yang diperoleh staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 berada pada tingkat yang biasa saja, yang berarti bahwa kepuasan yang diperoleh staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 belum mencapai hasil yang maksimal. Dimensi yang memperoleh skor tertinggi adalah dimensi comparison, sedangkan expectation, performance dan confirmation memperoleh skor yang lebih rendah. Hal ini berarti bahwa walaupun rata-rata kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 berada pada kategori biasa saja, tetapi inovasi SMM ISO 9001:2000 masih dianggap lebih baik dari sistem sebelumnya. Dimensi confirmation memperoleh nilai terendah yang berarti bahwa staf kurang memberikan konfirmasi yang positif terhadap inovasi tersebut.

4. Implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 berkorelasi positif dan sedang terhadap kepuasan staf dalam penggunaan inovasi SMM ISO 9001:2000. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi implementasi inovasi maka semakin tinggi pula kepuasan staf terhadap inovasi.


(47)

5. Karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 berkorelasi positif dan rendah terhadap kepuasan staf dalam penggunaan inovasi SMM ISO 9001:2000. Hal ini berarti bahwa karakteristik inovasi kurang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000.

6. Implementasi dan karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 berkorelasi positif dan sedang terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001:2000. Secara simultan, implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 memberikan pengaruh signifikan terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000, sedangkan karakteristik inovasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan staf terhadap inovasi. Hal ini bermakna implementasi berpengaruh kuat terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000.

5.2.Rekomendasi

1. Untuk meningkatkan implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 terutama pada dimensi pengukuran, analisis dan peningkatan dilakukan dengan cara melibatkan seluruh staf secara aktif dalam dalam pelaksanaan audit internal dan audit eksternal, evaluasi terhadap hasil audit internal dan eksternal serta perbaikan terus menerus terhadap hasil evaluasi yang telah dilakukan.

2. Untuk meningkatkan karakteristik yang positif pada inovasi SMM ISO 9001:2000 terutama pada dimensi observabilitas dilakukan


(48)

dengan cara memfasilitasi segala bentuk kegiatan dalam rangka peningkatan pemahaman, pengetahuan dan penumbuhan kesadaran tentang sistem manajemen mutu kepada seluruh staf melalui pendidikan dan pelatihan, wokshop, seminar tentang sistem manajemen mutu yang digunakan.

3. Untuk meningkatkan kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 terutama pada dimensi confirmation dapat dilakukan dengan cara melakukan evaluasi secara berkala terhadap tingkat kepuasan staf melalui pengisian kuesioner kepuasan, melakukan evaluasi meliputi perbaikan dan peningkatan terus menerus terhadap hasil evaluasi kepuasan tersebut sehingga diperoleh konfirmasi yang positif dari staf terhadap inovasi sistem manajemen mutu yang digunakan.

4. Intansi pemerintahan yang berperan sebagai agent of change (agen perubahan) seperti Kemendibudnas, dapat memfasilitasi kegiatan dalam rangka peningkatan kesadaran mutu dan membuat kebijakan yang tidak berorientasi pada hasil tetapi pada proses peningkatan mutu serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja implementasi kebijakan yang dibuat yaitu sistem manajemen mutu yang yang diadopsi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada dibawah naungannya, sehingga adopsi inovasi SMM ISO 9001:2000 yang dilakukan tidak hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban atau untuk pemenuhan persyaratan dalam audit saja.


(49)

5. Sekolah, instansi pemerintahan yang sebagai calon adopter, untuk melakukan berbagai tahapan sebelum mengadopsi inovasi, seperti peningkatan kesadaran akan pentingnya sistem manajemen mutu, pendidikan dan pelatihan tentang SMM ISO 9001:2000 dan penumbuhan komitmen bagi seluruh staf agar dapat inovasi SMM ISO yang akan diadopsi dapat diimplementasikan dengan baik dan konsisten sehingga diperoleh hasil yang maksimal.

6. Untuk penelitian selanjutnya, agar diteliti secara lebih mendalam bagaimana proses adopsi inovasi SMM ISO 9001:2000 yang dilakukan untuk memenuhi kewajiban seperti pada RSBI dan SMK, apakah implementasinya telah dilakukan sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan atau hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban.


(1)

93

Selanjutnya, untuk melihat pengaruh dari setiap variabel bebas dengan variabel terikat secara bersama-sama, dipergunakan persamaan regresi linier berganda. Persamaan regresi liner berganda digunakan untuk memprediksi hasil penelitian berdasarkan perubahan nilai-nilai variabel bebas.

Persamaan regresi liner sebagai berikut :

a. Menggunakan satu variabel independen (regresi sederhana)

=

0+ 1X

b. Menggunakan dua variabel independen (regresi berganda)

=

0+ 1 1+ 2 2 Keterangan :

= Kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000

0= Konstanta

1 2= Koefisien regresi

1= Implementasi Inovasi SMM ISO 9001:2000 2= Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan taraf signifikasi sebesar 0,05. Apabila signifikansi F ≤ 0,05 maka hipotesis nihil (� ) ditolak, dan sebaliknya apabila signifikansi F

> 0,05 maka hipotesis nihil (

� ) diterima. Untuk memudahkan proses pengolahan data, maka seluruh analisa data pada penelitian ini menggunakan program SPSS 17.0.


(2)

Rita Darnila, 2012

Pengaruh Implementasi dan Karakteristik Inovasi SMM ISO 9001:2000 Terhadap Kepuasan Staf pada Inovasi SMM ISO 9001:2000 di LPMP Provinsi Kalimantan Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

1. Implementasi terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 tidak selalu dilakukan untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dimensi yang memperoleh nilai tertinggi adalah sistem manajemen mutu, yang merupakan langkah awal dalam implementasi SMM ISO, sedangkan implementasi pada dimensi lainnya seperti tanggungjawab manajemen, manajemen sumberdaya, mengalami penurunan. Pada dimensi pengukuran, analisis dan peningkatan yang merupakan tahap evaluasi dalam implementasi memperoleh nilai yang paling rendah. Hal ini menunjukkan kurangnya konsistensi dalam implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000.

2. Karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 menurut staf dianggap memiliki karakteristik yang biasa saja. Dimensi yang memperoleh skor tertinggi adalah dimensi triabilitas, yang berarti bahwa inovasi SMM ISO 9001:2000 dianggap dapat dicoba oleh seluruh staf, sedangkan dimensi lainnya yaitu keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas dan observabilitas memiliki nilai lebih rendah yang menunjukkan bahwa secara umum karakteristik inovasi dianggap


(3)

147

biasa saja. Dimensi yang memperoleh nilai terendah adalah observabilitas yang berarti bahwa inovasi SMM ISO 9001:2000 dianggap sulit dilihat dan diamati hasilnya, karena inovasi dalam bentuk sistem manajemen mutu menekankan pada proses dan membutuhkan waktu untuk dapat dilihat hasilnya apalagi jika tidak seluruh staf memperoleh pemahaman dan pengetahuan yang cukup tentang inovasi SMM ISO 9001:2000.

3. Kepuasan yang diperoleh staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 berada pada tingkat yang biasa saja, yang berarti bahwa kepuasan yang diperoleh staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 belum mencapai hasil yang maksimal. Dimensi yang memperoleh skor tertinggi adalah dimensi comparison, sedangkan expectation, performance dan confirmation memperoleh skor yang lebih rendah. Hal ini berarti bahwa walaupun rata-rata kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 berada pada kategori biasa saja, tetapi inovasi SMM ISO 9001:2000 masih dianggap lebih baik dari sistem sebelumnya. Dimensi confirmation memperoleh nilai terendah yang berarti bahwa staf kurang memberikan konfirmasi yang positif terhadap inovasi tersebut.

4. Implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 berkorelasi positif dan sedang terhadap kepuasan staf dalam penggunaan inovasi SMM ISO 9001:2000. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi implementasi inovasi maka semakin tinggi pula kepuasan staf terhadap inovasi.


(4)

5. Karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 berkorelasi positif dan rendah terhadap kepuasan staf dalam penggunaan inovasi SMM ISO 9001:2000. Hal ini berarti bahwa karakteristik inovasi kurang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000.

6. Implementasi dan karakteristik inovasi SMM ISO 9001:2000 berkorelasi positif dan sedang terhadap kepuasan staf pada inovasi SMM ISO 9001:2000. Secara simultan, implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 memberikan pengaruh signifikan terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000, sedangkan karakteristik inovasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan staf terhadap inovasi. Hal ini bermakna implementasi berpengaruh kuat terhadap kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000.

5.2.Rekomendasi

1. Untuk meningkatkan implementasi inovasi SMM ISO 9001:2000 terutama pada dimensi pengukuran, analisis dan peningkatan dilakukan dengan cara melibatkan seluruh staf secara aktif dalam dalam pelaksanaan audit internal dan audit eksternal, evaluasi terhadap hasil audit internal dan eksternal serta perbaikan terus menerus terhadap hasil evaluasi yang telah dilakukan.

2. Untuk meningkatkan karakteristik yang positif pada inovasi SMM ISO 9001:2000 terutama pada dimensi observabilitas dilakukan


(5)

149

dengan cara memfasilitasi segala bentuk kegiatan dalam rangka peningkatan pemahaman, pengetahuan dan penumbuhan kesadaran tentang sistem manajemen mutu kepada seluruh staf melalui pendidikan dan pelatihan, wokshop, seminar tentang sistem manajemen mutu yang digunakan.

3. Untuk meningkatkan kepuasan staf terhadap inovasi SMM ISO 9001:2000 terutama pada dimensi confirmation dapat dilakukan dengan cara melakukan evaluasi secara berkala terhadap tingkat kepuasan staf melalui pengisian kuesioner kepuasan, melakukan evaluasi meliputi perbaikan dan peningkatan terus menerus terhadap hasil evaluasi kepuasan tersebut sehingga diperoleh konfirmasi yang positif dari staf terhadap inovasi sistem manajemen mutu yang digunakan.

4. Intansi pemerintahan yang berperan sebagai agent of change (agen perubahan) seperti Kemendibudnas, dapat memfasilitasi kegiatan dalam rangka peningkatan kesadaran mutu dan membuat kebijakan yang tidak berorientasi pada hasil tetapi pada proses peningkatan mutu serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja implementasi kebijakan yang dibuat yaitu sistem manajemen mutu yang yang diadopsi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada dibawah naungannya, sehingga adopsi inovasi SMM ISO 9001:2000 yang dilakukan tidak hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban atau untuk pemenuhan persyaratan dalam audit saja.


(6)

5. Sekolah, instansi pemerintahan yang sebagai calon adopter, untuk melakukan berbagai tahapan sebelum mengadopsi inovasi, seperti peningkatan kesadaran akan pentingnya sistem manajemen mutu, pendidikan dan pelatihan tentang SMM ISO 9001:2000 dan penumbuhan komitmen bagi seluruh staf agar dapat inovasi SMM ISO yang akan diadopsi dapat diimplementasikan dengan baik dan konsisten sehingga diperoleh hasil yang maksimal.

6. Untuk penelitian selanjutnya, agar diteliti secara lebih mendalam bagaimana proses adopsi inovasi SMM ISO 9001:2000 yang dilakukan untuk memenuhi kewajiban seperti pada RSBI dan SMK, apakah implementasinya telah dilakukan sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan atau hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban.