PERAN GURU PKN DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN SISWA :Studi Deskriptif Analitis di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C.Tujuan Penelitian ... 9

D.Manfaat Penelitian ... 10

E. Penjelasan Istilah ... 11

F. Metode dan Teknik Penelitian ... 13

G.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

A.Tinjauan Umum Tentang Guru PKn ... 17

1. Pengertian Guru PKn ... 17

2. Tugas Guru PKn ... 18

3. Fungsi Guru PKn ... 20

B. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Kewarganegaraan ... 22

1. Pengertian Pendidikan Kewaraganegaraan ... 22

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 23

3. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ... 26

4. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan... .... 28

C.Tinjauan Umum Tentang Karakter ... 31

1. Pengertian Tentang Karakter ... 31

2. Langkah-langkah dalam Pembentukan Karakter ... 32

3. Nilai-nilai Karakter yang Perlu Ditanamkan ... 33

D. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Karakter... ... 33

1. Pengertian Pendidikan Karakter... ... 33

2. Tujuan Pendidikan Karakter... ... 36

3. Strategi Pendidikan Karakter... ... 38

4. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter... ... 39

5. Peran PKn sebagai Pendidikan Karakter... ... 41

6. Pentingnya Pendidikan Karakter Disekolah... ... 44

7. Hal-hal yang harus dilakukan guru dalam pendidikan karakter.. .. 46

E. Tinjauan Umum Tentang Kedisiplinan... ... 47

1. Pengertian dan Unsur-unsur Disiplin... ... 47

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan... .... 50

3. Proses Pembentukan Sikap Disiplin... ... 53


(2)

2. Metode Penelitian ... 60

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 61

1. Lokasi Penelitian ... 61

2. Subjek Penelitian ... 61

C.Teknik Pengumpulan Data ... 62

1. Observasi ... 62

2. Wawancara ... 63

3. Studi Dokumentasi ... 63

4. Studi Literatur ... 64

D.Pengolahan dan Analisis Data ... 65

1. Data Hasil Wawancara ... 66

E. Uji Validitas Data Penelitian... ... 67

1. Memperpanjang Masa Observasi... ... 67

2. Meningkatkan ketekunan... ... 67

3. Triangulasi... ... 68

4. Mengadakan Member Check... ... 68

F. Prosedur Penelitian Dilapangan... ... 69

1. Tahap Pra Penelitian... ... 69

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian... ... 70

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data... ... 70

4. Tahap Penyajian Laporan Hasil Penelitian... ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 72

A.Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 72

B.Laporan Hasil Penelitian ... 82

1. Hasil Observasi ... 82

2. Hasil Wawancara... ... 86

3. Hasil Dokumentasi... ... 99

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 104

1. Kondisi kedisiplinan siswa dalam upaya pembentukan karakter Disiplin siswa... ... 104

2. Peranan guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa... ... 108

3. Kendala yang dihadapi guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa... ... 110

4. Upaya guru PKn dalam menanggulangi kendala yang dihadapi dalam membentuk karakter disiplin siswa... ... 111

D. Analisis Hasil Penelitian ... 113

1. Kondisi kedisiplinan siswa dalam upaya pembentukan karakter disiplin siswa... ... 113

2. Peranan guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa... ... 115

3. Kendala yang dihadapi guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa... ... 119 4. Upaya guru PKn dalam menanggulangi kendala


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 133

A.Kesimpulan ... 133

1. Kesimpulan Umum ... 133

2. Kesimpulan Khusus ... 133

B.Saran ... 135

1. Untuk Sekolah ... 135

2. Untuk Kepala Sekolah ... 135

3. Untuk Seluruh Staf Guru Khususnya Guru PKn ... 136

4. Untuk Jurusan PKn ... 136

5. Untuk Siswa ... 137

6. Untuk Peneliti ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 138

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Jenjang pendidikan tenaga pendidik dan kependidikan di SMAN 1 Ciasem Kab. Subang ... 75

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana SMAN 1 Ciasem Kab. Subang ... 76

Tabel 4.3 Data Siswa SMAN 1 Ciasem Kab. Subang... . 77

Tabel 4.4 Kepribadian dan Kelakuan... 100

Tabel 4.5 Kerajinan... 102


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan komponen yang sangat penting dalam mengembangkan sikap disiplin siswa. Karena disekolah siswa dibelajarkan tentang tata tertib dan kedisiplinan. Secara sederhana disiplin dapat diartikan sebagai sikap patuh, taat dan tertib terhadap peraturan yang berlaku. Komponen penting lainnya selain sekolah yaitu guru, dimana guru mempunyai peranan besar dalam membentuk karakter disiplin siswa. Peranan guru PKn sangat penting, selain memberikan materi pelajaran guru PKn pun berperan dalam membina kedisiplinan yang ada dalam diri siswanya seperti disiplin waktu, disiplin berpakaian dan berprilaku disiplin yang berbasiskan nilai, moral. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan tujuan PKn diatas peran guru PKn yaitu harus mampu membawa anak didiknya menjadi manusia Indonesia yang memiliki rasa


(5)

kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga negara yang baik serta terhindar dari dekadensi moral. Proses pendidikan dapat berhasil, apabila adanya upaya penciptaan suasana belajar mengajar yang kondusif, dimana didalamnya harus tertanam prilaku disiplin yang baik, untuk itu diperlukan peran dan figur seorang guru yang bisa bertanggung jawab dalam mengajar disekolah dengan membina dan menjadi teladan bagi siswanya khususnya dalam hal kedisiplinan. Seperti yang dikemukakan oleh Rusyan (1990:13) bahwa:

“Tenaga kependidikan sebagai pendidik bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya sehingga terjadi proses konservasi nilai dan terciptanya nilai-nilai yang baru”.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa tenaga

kependidikan yang tidak lain yaitu guru harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk mewariskan nilai dan norma kepada siswanya melalui proses pendidikan karena dengan proses pendidikan dapat menciptakan nilai-nilai yang baru sehingga mampu merubah sikap siswa kearah yang lebih baik. Setiap tanggung jawab memerlukan sejumlah kompetensi dan setiap kompetensi dapat diartikan lagi kedalam kompetensi yang lebih khusus seperti; tanggung jawab moral,tanggung jawab tenaga kependidikan dalam bidang kemasyarakatan, dan tanggung jawab kependidikan dalam bidang ke ilmuan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Soemantri (1976:35) sebagaimana dikemukakan bahwa:


(6)

“Guru Pkn harus banyak berusaha agar siswa-siswinya mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi, serta keterampilan yang bermanfaat, oleh karena itu guru Pkn harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun moral, sikap, serta memberi dorongan kearah yang lebih baik”. Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa guru terutama guru Pkn harus bisa membina dan membentuk karakter disiplin yang baik pada siswa-siswanya agar mempunyai kecerdasan yang tinggi, serta keterampilan yang bermanfaat. Guru sebagai penuntun moral dapat memberi dorongan kearah yang lebih baik harus terlebih dahulu melaksanakan nilai moral itu sendiri dalam kehidupannya, sehingga fungsi guru akan terlaksana dengan baik dan proporsional.

Pada jaman sekarang di Indonesia Pendidikan karakter bukan merupakan sebuah istilah yang baru dalam bidang pendidikan karena pada saat ini pendidikan karakter bukan hanya ada di mata pelajaran agama dan Pkn saja melainkan disemua mata pelajaran dengan maksud untuk membina akhlak dan budi pekerti peserta didik, terlebih dengan adanya kenyataan dari berbagai ketimpangan hasil pendidikan yang dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, seperti korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, tawuran, pembunuhan, perampokan oleh pelajar dan pengangguran lulusan sekolah menengah dan atas.

Melihat dari banyaknya ketimpangan tersebut guru Pkn harus dapat memahami nilai-nilai karakter utama yang terkandung dalam mata pelajaran Pkn, menurut Departemen Pendidikan Nasional nilai-nilai karakter utama dalam mata pelajaran Pkn yaitu:


(7)

“kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, nasionalisme, kepatuhan pada aturan sosial, menghargai keberagaman, kesadaran akan hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain.”

Berdasarkan uraian diatas maka guru Pkn dituntut untuk dapat mengintegrasikan semua nilai-nilai karakter utama yang terkandung dalam mata pelajaran Pkn tersebut dalam proses pembelajaran dengan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang dari hari ke hari perlu dirancang dan dilaksanakan untuk mendukung pembentukan karakter disiplin siswa.

Istilah Pendidikan karakter sendiri masih jarang didefinisikan oleh banyak kalangan sehingga kajian secara teoritis terhadap pendidikan karakter dapat menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan karakter. Menurut Kesuma, (2011:5), beberapa masalah ketidaktepatan makna yang beredar dimasyarakat mengenai makna pendidikan karakter dapat diidentifikasi diantaranya sebagai berikut:

1) Pendidikan karakter = mata pelajaran agama dan Pkn, karena itu menjadi tanggung jawab guru agama dan Pkn.

2) Pendidikan karakter = mata pelajaran pendidikan budi pekerti.

3) Pendidikan karakter = pendidikan yang menjadi tanggung jawab keluarga, bukaan tanggung jawab sekolah.

4) Pendidikan karakter = adanya penambahan mata pelajaran baru dalam KTSP.

Berbagai makna yang kurang tepat tentang pendidikan karakter itu bermunculan dan menempati pemikiran dikalangan orang tua, guru, dan masyarakat umum sehingga menimbulkan beberapa anggapan tentang makna


(8)

pendidikan karakter. Maka para ahli pendidikan karakter seperti Megawangi (2004:95) mendefinisikan Pendidikan karakter itu adalah:

“Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-sehari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.”

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter itu adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya serta menjadikan manusia sebagai mahluk yang berketuhanan dan mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia. Selain itu Pendidikan Karakter juga dapat membentuk siswa berkarakter kuat salah satunya siswa mempunyai karakter disiplin yang sangat baik sehingga mampu mengambil keputusan dengan bijak dan dapat mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter disiplin sangat diperlukan bagi berlangsungnya kehidupan suatu bangsa. Dalam konteks kehidupan, disiplin itu merupakan sikap yang sangat penting sehingga dapat mendukung kemajuan dan perkembangan suatu masyarakat ke arah yang lebih baik namun dalam mewujudkan semua itu perlu berbagai upaya yang harus dilakukan seperti membina, membentuk dan mengembangkan karakter disiplin siswa baik dikehidupan individual, keluarga, sekolah,masyarakat, bangsa dan Negara.

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Asy Mas’udi (2000:88):

“Karakter disiplin adalah Kebiasaan seseorang yang menjadi satu dalam prilaku kehidupan dalam melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan


(9)

teratur sesuai dengan peraturan-peraturaan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa ada paksaan dari siapapun”.

Dari Definisi diatas dapat dipahami bahwa karakter disiplin mengandung arti penting karena adanya kebiasaan untuk mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan disini bukan hanya karena adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan.

Hal ini sejalan dengan yang di ungkapkan oleh Suprapto (1996:3):

“Disiplin merupakan suatu tuntutan bagi berlangsungnya kehidupan bersama yang teratur dan tertib, yang merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan perkembangan. Suatu masyarakat tanpa disiplin akan mengarah pada prilaku anarkis, suatu masyarakat tanpa aturan, serba membolehkan dan dapat saja menimbulkan kekacauan”. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa istilah disiplin merupakan sebuah tuntutan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan layak sehingga upaya yang signifikan perlu dilakukan, salah satunya melakukan pembinaan karakter disiplin kepada generasi muda khususnya dikalangan siswa, agar siswa terhindar dari krisis moral.

Dalam rangka menciptakan karakter-karakter manusia yang kreatif dan inovatif, maka langkah yang diambil oleh pemerintah dengan mencanangkan gerakan disiplin nasional dipandang sangat tepat dan strategis sehingga manifestasi disiplin nasional sudah tentu akan berhasil dengan baik karena telah tumbuhnya kesadaran disiplin pribadi dan disiplin sosial yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.


(10)

Pembentukan karakter disiplin merupakan salah satu tujuan penting pendidikan nasional yang pada hakikatnya tidak boleh melupakan landasan konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu menyiapkan generasi muda untuk mampu menghadapi tantangan zaman. Seperti yang terdapat dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut UU tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 bab 2 pasal 3 menyatakan:

“Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Berdasarkan uraian diatas bahwa tujuan pendidikan nasional mengarah

pada pengembangan karakter manusia Indonesia, walaupun dalam

penyelenggaraannya masih jauh dari apa yang di inginkan. Maka dari itu pendidikan nasional seharusnya pendidikan karakter bukan pendidikan akademik semata. Akan hal ini Kartadinata (2010:3) menegaskan:

“Ukuran keberhasilan pendidikan yang berhenti pada pada angka ujian, seperti halnya ujian nasional, adalah sebuah kemunduran karena dengan demikian pembelajaran akan menjadi sebuah proses menguasai

keterampilan dan mengakumulasi pengetahuan. paradigma ini

menempatkan peserta didik sebagai pelajar imitatif dan belajar dari ekspose-ekspose didaktis yang akan terhenti pada penguasaan fakta, prinsip, dan aplikasinya”

Berdasarkan uraian diatas, sebuah pendidikan tidak harus terhenti pada angka ujian saja. Kemampuan dan hasil yang didapatkan siswa tidak selalu terpaku dari hasil ujian, melainkan keikutsertaan peranan guru terutama guru Pkn


(11)

yang memfasilitasi pengembangan dan pembentukan nilai-nilai karakter yang baik sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah. Pembelajaran pendidikan karakter secara formal diterapkan melalui program pengajaran PKn. Adanya pendidikan karakter yang tertanam dalam pelajaran khususnya Pkn, setidaknya dapat membentuk siswa yang mempunyai karakter disiplin serta jauh dari dekadensi moral.

Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan di lokasi penelitian, di SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang, siswanya masih banyak yang cenderung bersikap tidak disiplin walaupun di sekolah tersebut sudah menekankan tentang kedisiplinan, contohnya sering dilakukan rajia massal setiap hari senin dan hari-hari tertentu seperti diadakannya rajia Handpone, rajia Atribut, dengan harapan siswa disekolah tersebut dapat mematuhi peraturan yang berlaku. Tetapi tetap saja pelanggaran kedisiplinan masih sering terjadi. Menurut guru Pkn disekolah tersebut yang mengajar dikelas X,XI dan XII, siswa yang masih banyak melanggar kedisiplinan yaitu di kelas X sebanyak 30%, kelas XI 70% dan kelas XII 40%. Semua itu dilihat dari presentase prilaku siswa yang terkena masalah seperti membolos, berkelahi, berpakaian tidak lengkap, terlambat masuk kelas dan merokok dilingkungan sekolah.

Melihat hasil pengamatan tersebut, siswa dikelas XI yang cenderung banyak berprilaku tidak disiplin, karena pada jenjang tersebut siswa mulai berani untuk berprilaku menyimpang dari sikap kedisiplinan. Berbeda dengan kelas X yang masih malu dan beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya. Adapun pada


(12)

jenjang kelas XII mereka sudah mulai memperbaiki sikapnya dengan alasan takut berpengaruh pada hasil kelulusannya nanti.

Berdasarkan beberapa hal yang telah dipaparkan di atas maka peneliti tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam, tentang bagaimana peran guru Pkn di SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang ini dalam membentuk karakter disiplin pada siswanya.

Oleh Karena itu peneliti mengambil judul, “PERAN GURU PKN

DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN SISWA”. B.Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi perhatian penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi kedisiplinan siswa dalam upaya pembentukan karakter disiplin di SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang?

2. Bagaimana peranan guru Pkn sebagai pendidik karakter dalam membentuk karakter disiplin siswa?

3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru Pkn sebagai pendidik karakter dalam membentuk karakter disiplin siswa?

4. Bagaimana upaya guru PKn sebagai pendidik karakter dalam menanggulangi kendala yang dihadapi dalam membentuk karakter disiplin siswa?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(13)

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukakan diatas, yang secara umum adalah untuk memperoleh gambaran secara faktual mengenai peranan guru Pkn dalam membentuk karakter disiplin siswa.

2. Tujuan Khusus

Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kedisiplinan siswa dalam upaya pembentukan karakter disiplin di SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang. 2. Untuk mengetahui bagaimana peranan guru Pkn sebagai pendidik karakter

dalam membentuk karakter disiplin siswa.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru Pkn sebagai pendidik karakter dalam membentuk karakter disiplin siswa. 4. Untuk mengetahui bagaimana upaya guru PKn sebagai pendidik karakter

dalam menanggulangi kendala yang dihadapi dalam membentuk karakter disiplin siswa?

D.Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan memperkaya wawasan keilmuan yang akan menjadi pijakan teoritis tentang bagaimana peranan guru Pkn sebagai pendidik karakter dalam membentuk


(14)

karakter disiplin siswa untuk berprilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi warga negara yang baik.

2. Praktis

1. Memberikan gambaran secara faktual dan akurat tentang bagaimana peranan guru Pkn sebagai pendidik karakter dalam membentuk karakter disiplin siswa.

2. Memberikan masukan kepada pendidik dalam membina sikap dan prilaku pelajar

3. Menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan akan arti penting lingkungan sekolah sebagai salah satu sarana dalam membina sikap dan prilaku siswa.

E.Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah merupakan penyimpulan terhadap pembatasan istilah judul sehingga mempermudah penulis dalam memfokuskan pembahasan pada masalah yang dituju.

1. Pengertian Peranan

Menurut Soerjono Soekanto yang dikutif dari RB. Sihombing (Online) Peranan adalah merupakan aspek dinamisi kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.


(15)

2. Pengertian Guru

Menurut Suparlan (2006:4), Guru adalah seseorang yang memperoleh Surat Keputusan (SK) baik dari pemerintah maupun swasta untuk melaksanakan tugasnya dan karena itu ia memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dilembaga pendidikan sekolah.

3. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional Pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah program pendidikan atau mata pelajaran yang memiliki tujuan utama untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

4. Pengertian pembentukan

Menurut Soedjoko Prasadjo (1982:10) pembentukan adalah upaya pembimbingan, pengaturan, dan pengarahan kegiatan individu atau kelompok dalam setiap tindakannya agar mengarah pada kepribadian yang baik.

5. Pengertian karakter

Menurut Pusat Bahasa Depdiknas karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.

6. Pengertian disiplin siswa

Menurut Harning (2005: 18) Disiplin siswa adalah kepatuhan dalam mengendalikan diri dan sikap siswa dalam mengembangkan kepatuhan dan


(16)

ketaatan terhadap peraturan atau tata tertib disekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.

Indikator disiplin siswa menurut departemen pendidikan nasional khususnya pada jenjang sekolah menengah atas yaitu:

1) Selalu teliti dan tertib dalam mengerjakan tugas

2) Tertib dalam menerapkan kaidah-kaidah tata tulis dalam sebuah tulisan 3) Menaati prosedur kerja laboratorium dan prosedur pengamatan

permasalahan sosial

4) Mematuhi jadwal belajar yang telah ditetapkan sendiri

5) Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya tulis ilmiah 7. Pengertian Karakter disiplin

Menurut Asy Mas’udi (2000:88): Karakter disiplin adalah Kebiasaan seseorang yang menjadi satu dalam prilaku kehidupan dalam melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturaan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa ada paksaan dari siapapun.

F. Metode dan Teknik Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagai mana yang dikatakan Sugiyono (2010:8), bahwa metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.

Arikunto (2005:234) mengemukakan bahwa:

“Studi deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”.


(17)

Menurut penjelasan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang berusaha menggambarkan, menjelaskan, dan melukiskan gejala, situasi atau kejadian yang ada pada masa sekarang secara lengkap sesuai dengan masalah penelitian. Dengan kata lain, metode ini sesuai dengan masalah serta tujuan penelitian yang ingin diperoleh peneliti dan bukan menguji hipotesis, tetapi berusaha menemukan gambaran yang nyata tentang bagaimana peranan guru Pkn dalam membentuk karakter disiplin siswa di SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang.

Adapun ciri-ciri dari metode deskriptif ini seperti yang dijelaskan oleh Surakhmad (1998:140) yaitu sebagai berikut:

a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah yang aktual.

b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa (karena metode ini sering disebut juga metode analitik).

Berdasarkan ciri-ciri metode tersebut, penulis dapat kemukakan bahwa dalam penelitian ini data yang sudah diperoleh dikumpulkan, disusun, dijelaskan,

kemudian dianalisis atau disimpulkan. Hal ini dimaksudkan untuk

menggambarkan suatu keadaan yang ingin disimpulkan sehingga tujuan penelitian dapat tercapai secara maksimal.

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui:

1. Wawancara, digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus


(18)

diteliti, dan jika peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Sugiyono (2010:231). Maka, untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan wawancara diantaranya kepada: guru PKn, wakasek kurikulum, dan siswa-siswi kelas XI SMAN 1 Ciasem dengan jumlah responden sebanyak 10 orang. 2. Observasi, merupakan suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematik

dan sengaja diadakaan. Observasi tersebut dilakukan menggunakan alat indera terutama mata terhadap suatu kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada saat peristiwa tersebut terjadi.

3. Studi Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan, menganalisa

dokumen-dokumen, catatan-catatan yang penting. Hal itu bertujuan untuk memecahkan permasalahan dalam masalah yang akan diteliti. Menurut permasalahan yang akan diteliti, diperlukan data profil SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang, serta dokumentasi lainnya yang dapat mendukung penelitian tersebut.

4. Studi literatur, merupakan tehnik pelitian yang mempelajari litelatur untuk mendapatkan informasi teoritik yang ada hubunganya dengan masalah yang akan penulis teliti.

G. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

Lokasi dalam penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang. Untuk memperoleh informasi secara langsung yang dapat mendukung tercapainya tujuan penelitian yang berhubungan dengaan masalah yang akan diteliti, penulis menggunakan purposive sampling, yaitu tehnik


(19)

pengambilaan sample sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalkan orang tersebut yang dianggap paling tahu mengenai apa yang kita harapkan, sehingga akan memudahkan peneliti dalam menjelajah obyek yang diteliti. Sugiyono (2010:218).

Oleh karena itu, dalam memperoleh informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti, maka yang paling dianggap tahu tentang masalah yang akan penulis teliti diantaranya guru PKn, wakasek kurikulum dan siswa-siswi kelas XI SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang dengan jumlah responden yang tidak di tentukan


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti mengenai peran guru Pkn dalam membentuk karakter disiplin siswa yang memerlukan sejumlah data dilapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual, sehingga peneliti memperoleh gambaran dari permasalahan yang terjadi secara mendalam (berupa kata-kata, gambaran, prilaku) dan tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif. Hal ini merujuk pada pada pendapat Moleong (2005:3) bahwa:

“penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati”

Lebih lanjut Nasution (2002:9) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrument penelitian. Peneliti adalah “key instrument” atau alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri dengan pengamatan atau wawancara tak berstruktur sehingga dapat menyelami dan memahami makna interaksi antar manusia secara mendalam dengan dibantu oleh pedoman wawancara dan observasi.


(21)

Alasan pemilihan pendekatan ini, karena sesuai dengan masalah dan tujuan yang ingin diperoleh dan tidak untuk menguji hipotesis tetapi berusaha untuk memperoleh gambaran yang nyata dengan kondisi dilapangan tentang peran guru Pkn dalam membentuk karakter disiplin siswa.

2. Metode Penelitian

Didalam sebuah penelitian ilmiah untuk dapat menganalisis suatu permasalahan diperlukan adanya metode penelitian, metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, tentang bagaimana peran guru Pkn dalam membentuk karakter disiplin siswa. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena-fenomena yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai kondisi yang ada dilapangan. (Sukardi, 2004:57).

Dipilihnya metode deskriptif analitis dalam penelitian ini karena metode ini memfokuskan perhatian pada suatu fenomena yang aktual dan menggambarkannya secara mendalam sesuai kondisi dilapangan. Sehingga metode ini sangat tepat digunakan dalam penelitian ini, untuk mendapatkan gambaran yang aktual dan kontekstual mengenai peran guru Pkn dalam membentuk karakter disiplin siswa. Sesuai dengan hal tersebut diharapkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti secara komprehensif dapat


(22)

mengungkapkan fakta-fakta yang ada tentang peran guru Pkn dalam membentuk karakter disiplin siswa.

B.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi penelitian

Menurut Nasution (2003:43) lokasi penelitian menunjukan pada pengertian tempat atau lokasi penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi. Adapun lokasi penelitian ini adalah SMAN 1 Ciaesem Kabupaten Subang. Sementara itu yang menjadi pertimbangan dasar dipilihnya sekolah tersebut sebagai lokasi serta subjek dalam penelitian karena sekolah ini merupakan sekolah dengan penerapan pendidikan karakter dalam setiap pembelajarannya terutama dalam pembelajaran PKn. 2. Subjek penelitian

Penelitian ini ditujukan kepada guru PKn, wakasek kurikulum dan siswa/siswi SMAN 1 Ciasem. Subjek penelitian sebagaimana yang dikemukakan oleh Spradley (1979) dalam Basrowi & Suwandi (2008: 93) merupakan sumber informasi, sedangkan moleong (2005) mengemukakan bahwa subjek penelitian ialah orang dalam pada latar penelitian. Sedangkan subjek penelitian yang menjadi sampel penelitiannya seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1996:32) bahwa:

“Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya.


(23)

Cara ini lazim disebut snawball sampling yang dilakukan secara berurutan”.

Jadi subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive yang berhubungan dengan tujuan tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, maka subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian atau purposive. Subjek penelitian tersebut terdiri dari guru PKn, wakasek kurikulum, dan siswa/siswi di SMAN 1 Ciasem.

C.Teknik Pengumpulan Data

Pada pelaksanaan penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut: 1. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial yang wajar dan sebenarnya sukar diperoleh dengan metode-metode lain (Nasution, 1997:122). Observasi merupakan suatu aktifitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung terhadap objek penelitian dilapangan.

Dalam hal ini observasi dilaksanakan untuk mengamati aktifitas siswa apakah sudah menunjukan sikap disiplin serta pola pendidikan yang diterapkan oleh guru PKn SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang dalam membentuk karakter disiplin siswa. Observasi merupakan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial yang terjadi dengan melakukan pengamatan dan pencatatan untuk


(24)

mendapatkan gambaran yang nyata mengenai peran guru PKn dalam membentuk karakter disiplin sisiwa. Peneliti melakukan observasi mengenai peranan guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi dan data yang faktual mengenai peran guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa. Wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab lisan secara langsung kepada guru PKn, wakasek kurikulum, maupun terhadap siswa-siswi kelas XI di SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang dengan jumlah 6 responden siswa dan dipilih oleh peneliti khususnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Berkaitan dengan hal tersebut, Basrowi dan Suwandi, (2008:127) menjelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pengaju pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.

Adapun tujuan dari wawancara seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1997:73), yaitu:

“tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, tentang bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak kita ketahui melalui observasi”.

3. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan cara pengumpulan, menganalisis dokumen-dokumen, catatan-catatan yang penting dan berhubungan serta dapat memberikan data-data


(25)

untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, Basrowi dan Suwandi (2008:158) mengatakan bahwa metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang mengahasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan.

Dalam penelitian ini, studi dokumentasi diperoleh dari data primer dan sekunder, sumber yang berupa data primer berupa kata-kata atau tindakan yang dapat diperoleh dari situasi alami yang terjadi dilingkungan sekolah, baik dari guru mapun para siswa. Data sekunder berupa dokumen tertulis dan foto-foto.

Studi dokumenter dilakukan terhadap dokumen-dokumen tertulis misalnya: 1) buku catatan kasus, 2) tata tertib sekolah, 3) buku catatan siswa, dan 4)arsip-arsip lain yang ada disekolah, terutama yang berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi ini digunakan tidak hanya berfungsi sebagai data pelengkap dari data yang diperoleh melalui sumber data primer, akan tetapi digunakan untuk menjelaskan, menguji, menafsirkan, menganalisis data yang berkaitan dengan fokus penelitian.

4. Studi Literatur

Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti, karena teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan


(26)

benar dan sesuai dengan kerangka berfikir ilmiah. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tambahan yang dapat menunjang masalah yang akan diteliti. Literatur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan literatur yang berkaitan erat dengan peran guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa. D.Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Sugiono (2010:244), mengemukakan bahwa: analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sisematis dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melaksanakan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain. Untuk data yang diperoleh hasil wawancara, observasi, catatan peneliti, kajian litelatur dan studi dokumentasi akan diolah serta dianalisis sehingga data-data tersebut dapat memiliki arti agar dapat menjawab pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah penelitian tersebut.

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang peneliti dapatkan, yaitu dari hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan studi literatur maka peneliti melakukan prosedur pengolahan dan analisis dari hasil pengumpulan data. Dimana proses analisis data ini dimulai dengan menelaah, memeriksa seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, studi literatur. Bila jawaban yang diwawancarai setelah analisis terasa belum


(27)

memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel.

1. Data Hasil Wawancara

Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010 : 246), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

a. Reduksi data

Memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari kembali jika diperlukan.

b. Data display

Panyajian data yang disusun secara singkat, jelas dan terperinci namun menyeluruh akan memudahkan dalam memahami gambaran-gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Penyajian data selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan data hasil penelitian yang diperoleh.

c. Kesimpulan/Verification

Merupakan penarikan kesimpulan dan verifekasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.


(28)

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiono, 2010: 250 ).

E.Uji Validitas Data Penelitian

Validitas data dilakukan untuk membuktikan kesesuian apa yang telah diamati dengan fakta yang sesungguhnya terjadi dilapangan, validitas data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik :

1. Memperpanjang masa observasi

Untuk memeriksa absah tidaknya suatu data penelitian, perpanjang masa observasi sangat diperlukan karena dengan waktu yang lebih lama dilapangan peneliti akan mengetahui keadaan secara mendalam serta dapat menguji absah tidaknya suatu data penelitian baik yang disebabkan oleh peneliti itu sendiri atau oleh subjek penelitian. Usaha peneliti dalam memperpanjang masa observasi yaitu dengan cara meningkatkan intensitas pertemuan dan menggunakan waktu seefisien mungkin, misalnya dengan melakukan pertemuan berupa percakapan informal, hal ini dimaksudkan agar peneliti lebih memahami kondisi sumber data. 2. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan kembali secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka,


(29)

peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

3. Triangulasi

Triangulasi menurut sugiono (2010:372) merupakan ’pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu’.

Menurut sugiono (2010:247) ada tiga macam triangulasi antara lain:

a. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari melalui beberapa sumber.

b. Triangulasi teknik yaitu, yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi waktu dilaksanakan dalam rangka pengujian kredibilitas yang dapat dilakukan dengan cara pengecekan wawancara, observasi dalam waktu dan situasi yang berbeda.

Dengan demikian terdapat tiga macam triangulasi diantaranya: triangulasi sumber, triangulasi teknik, pengumpulan data dan waktu. Triangulasi pula dapat dilaksanakan dengana menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumen.

4. Mengadakan Member Check

Dalam tahap member check dilakukan pemantapan informasi atau data penelitian yang telah terkumpul selama tahap eksplorasi atau studi lapangan, dengan demikian hasil penelitiannya dapat diharapkan memiliki tingkat validitas yang tinggi. Dalam kaitan itu, data yang diperoleh melalui penggunaan teknik wawancara dibuat dalam bentuk transkrip.

Demikian juga halnya dengan data yang diperoleh melalui penggunaan teknik studi dokumentasi, dan data yang diperoleh melalui teknik observasi dibuat


(30)

dalam bentuk catatan-catatan lapangan. Kemudian, peneliti menunjukkannya kepada responden penelitian. Peneliti meminta mereka membaca dan memeriksa kesesuaian informasinya dengan apa yang telah dilakukan. Apabila ditemukan ada

informasi yang tidak sesuai, maka peneliti harus segera berusaha

memodifikasinya, apakah dengan cara menambah, mengurangi, atau bahkan menghilangkannya sampai kebenarannya dapat dipercaya.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Creswell (1998: 287) bahwa Member Check adalah membawa kembali hasil laporan akhir atau deskripsi tema-tema spesifik ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa laporan /deskripsi/tema tersebut sudah akurat

F. Prosedur Penelitiaan di Lapangan

Dalam setiap proses penelitian kualitatif batas antara satu tahapan dengan tahapan berikutnya sulit dinyatakan secara tegas. Hal itu sejalan dengan sifat

emergent” dari penelitian kualitatif yaitu sifat yang senantiasa mengalami

perubahan sepanjang penelitian dilaksanakan. Mengenai tahap penelitian, yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap penelitian sebagai berikut: 1. Tahap Pra penelitian:

Tahap ini meliputi berbagai studi kepustakaan, membuat desain penelitian, melaksanakan bimbingan intensif, menentukkan lokasi penelitian, mengurus perizinan, dan menyiapkan kelengkapan kegiatan penelitian lapangan.


(31)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini diawali dengan survey pendahuluan ke lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran awal yang sesuai dengan fokus kajian penelitian. Setelah itu, peneliti mempelajari latar lokasi (setting) subjek yang diteliti, melakukan pengamatan, wawancara, membuat catatan lapangan, mengambil pola kejadian secara langsung, dan mengumpulkan berbagai dokumen yang relevan. Dalam kegiatan ini juga peneliti melakukan kegiatan analisis data secara bertahap.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Tahap analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan telah terkumpul. Pada tahap ini peneliti mencoba untuk mengelola dan menganalisis data yang telah diperoleh dari berbagai sumber. Sugiono (2010:335) menyatakan bahwa:

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam ketegori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari , serta membuat kesimpulan sehingga akan mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain”. Dalam penelitian ini, pengelolaan dan analisis data dilakukan melalui proses menyusun, mengkategorikan, menghitung serta mencari kaitan isi dan data yang telah diperoleh dengan maksud mendapatkan maknanya. Untuk memudahkan analisis, Nasution (1996:14) menjelaskan bahwa: ”dalam penelitian kualitatif mula-mula dikumpulkan data empiris, dari data itu maka ditemukan pola atau tema, jadi ada penemuan dan kelak dapat dikembangkan menjadi sebuah teori”.


(32)

4. Tahap Penyajian Laporan Hasil Penelitian

Tahap ini berbentuk kegiatan pengetikan naskah laporan, penyuntingan, penyusunan naskah akhir, pengesahan pembimbing, penggandaan dan pencetakan naskah jadi, penyerahan naskah, dan siap untuk diuji dihadapan penguji dan pembimbing.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan

mengenai studi tentang “Peran guru PKn dalam membentuk karakter disiplin

siswa” (Studi Deskriptif Analitis di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang) dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut: A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Untuk membentuk karakter disiplin siswa di SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang diperlukan peran dari guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa. Adapun peran tersebut yaitu: Pertama, adanya keteladanan yang baik dari guru PKn. Kedua, memberikan dorongan beserta motivasi kepada siswa tentang arti penting disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, memberikan pendidikan karakter kepada siswa dalam pembelajaran PKn. Untuk melaksanakan semua itu, guru PKn harus menjalankan perannya dengan baik dalam membentuk karakter disiplin siswa di sekolah. Hal tersebut ditunjang dengan adanya peraturan sekolah yang menerapkan sanksi point terhadap pelanggaran kedisiplinan. Dengan penerapan peraturan tersebut diharapkan dapat membentuk karakter disiplin siswa-siswi SMAN 1 Ciasem Kabupaten Subang.

2. Kesimpulan Khusus

Secara Khusus hasil penelitian ini dapat dirumuskan kedalam beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:


(34)

1. Kondisi kedisiplinan siswa di SMAN 1 Ciasem Kab. Subang sudah baik. Pelanggaran yang terjadi hanya sebatas pelanggaran disiplin ringan dan dalam tahap wajar seperti: datang terlambat ke sekolah dan masuk kelas, ketika diberikan tugas oleh guru masih ada siswa yang sering tidak tepat waktu mengumpulkannya dan tidak kondusif ketika KBM berlangsung. Penyebab pelanggaran kurangnya kesadaran dan disiplin diri, pengaruh temannya, dan masalah dalam keluarga, ingin menjadi pusat perhatian, serta pemberian hukuman yang kurang tegas.

2. Peranan guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa dilakukan dengan cara: Pertama, melalui keteladanan dan pembiasaan prilaku yang baik dari guru Kedua, memberikan dorongan beserta motivasi kepada siswa tentang arti penting disiplin dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kendala yang dihadapi guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa yaitu pertama karena faktor siswa sendiri yakni jiwa siswa yang berada pada tahap remaja, kedua belum adanya kesadaran pada diri siswa akan arti penting kedisiplinan sehingga siswa bersikap acuh, dan ketiga adanya pengaruh dari luar lingkungan siswa (faktor ekstern) yang bersifat negatif.

4. Upaya guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa adalah dengan menumbuhkan sikap disiplin terlebih dahulu melalui tahap-tahap perencanaan, penyiapan, sampai pada pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran Selain dengan upaya tersebut guru PKn juga selalu bekerja sama dengan guru mata pelajaran lain, bekerja sama dengan guru BP, bekerja sama dengan kesiswaan,


(35)

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diuraikan diatas maka melalui skripsi ini penulis akan mengemukakan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian ini, terutama pihak-pihak yang berkepentingan dengan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Untuk Sekolah

a. Lebih ditingkatkan lagi ketauladanan dari pimpinan sekolah dan guru dalam melaksanakan berbagai aturan sekolah sehingga terbentuknya karakter disiplin pada diri siswa.

b. Lebih ditingkatkan lagi kerjasama antara dewan sekolah, pimpinan sekolah, guru dan orangtua dalam membentuk karakter disiplin siswa.

2. Untuk Kepala Sekolah

Terus berupaya untuk lebih membangun kebiasaan disiplin pada diri siswa khususnya dilingkungan sekolah dengan menambah strategi yaitu:

a. Kepala sekolah harus lebih berinovasi dalam membuat rencana kegiatan dalam rangka membina kedisiplin demi terbentuknya karakter disiplin siswa.

b. Lebih ditingkatkan lagi dalam melakukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti orangtua, murid, dan tenaga kependidikan lainnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi tentang pelanggaran kedisiplinan. c. Memberikan kesempatan kepada guru-guru dalam pelatihan atau diklat


(36)

3. Untuk seluruh staf guru khususnya guru PKn

Guru memegang peranan sentral dalam keberhasilan dalam pembelajaran dan ketertiban lingkungan sekolah, maka dari itu guru diharapkan terus melakukan pembinaan, pengarahan, dan inovasi dalam pembelajaran supaya dapat tetap memberikan keteladanan khususnya dalam kedisiplinan yang selama ini ditanamkan dan dibentuk pada diri siswa. Selain itu untuk menciptakan suasana kelas dan sekolah yang kondusif, guru PKn diharuskan:

a. Lebih dapat menciptakan suasana belajar yang serius tapi santai, hangat, terbuka, humoris, demokratis, dan penuh kekeluargaan, supaya siswa tidak merasa jenuh, bosan, dan lebih termotivasi pada saat pelajaran PKn, serta terjalinnya keakraban yang baik antara guru dan siswa.

b. Jangan sering memakai hukuman pada siswa dengan hukuman fisik karena dapat menimbulkan kesan yang negatif dari siswa bukan membuat jera.

4. Untuk Jurusan PKn

Bagi jurusan PKn diharapkan hendaknya lebih mengarahkan mahasiswanya untuk lebih mengembangkan kemampuan, watak, dan karakternya mengingat sebagai mahasiswa jurusan PKn tentunya harus penting memiliki moral dan karakter yang baik karena sebagai modal ketika mereka terjun ke masyarakat, dan ketika nanti sebagai tenaga pendidik.

5. Untuk Siswa

Siswa diharapkan terus belajar dengan tekun dan penuh disiplin demi meningkatkan prestasi belajar. Biasakanlah diri kita untuk senantiasa tepat


(37)

sekolah, membiasakan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, berhati-hati dalam memilih teman pergaulan karena dapat memberikan pengaruh pada diri kita.

6. Untuk Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lainnya yang respek pada terhadap permasalahan pengembangan pendidikan, khususnya yang berhubungan optimalisasi peranannya dalam pembelajaran.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Asy, M. (2000). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: PT

Tiga Serangkai

Budimansyah, D. (2010). Aktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa. Bandung: Wydia Aksara Press

Budimansyah, D. (2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran PKn. Bandung: Remaja Rosda karya

Branson, S.M. (1999). Belajar Civics Education dari Amerika. Yogyakarta: Lembaga kajian islam dan sosial dan The Asia Foundation

Cholisin, dkk. (2004). Ilmu Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka Darmadi, H. (2008). Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta Depdikbud. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka

Depdiknas. (2010) Naskah Pedoman Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kemendiknas.

Depdiknas. (2010) Panduan Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Mapel PKn. Jakarta: Depdiknas .

Djahiri, K. (2006) Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Lab. PKn UPI Bandung

Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta

Gordon, T. (1996). Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Hurlock, Elizabeth B. (1990). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga Kalsid, E. (1987). Disiplin: Suatu Media Komunikasi Hati Nurani. Makalah

(Tidak Diterbitkan) IKIP Bandung

Kartadinata, S. (2010). Refleksi Pendidikan Karakter, Landasan filosofis dan Implementasi. Makalah (tidak diterbitkan) UPI Bandung


(39)

Kesuma, D. (2011). Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Lickona, T. (1992). Educating for Character: How Our School can Teach Respect and Responsibility. USA: A. Bantam Book

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Bogor: Indonesia Heritage Foundation

Moleong, J.L. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nasution. (1998). Metode Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Q-Aness dan Hambali. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Sudrajat. (2010). Pendidikan Karakter dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Soerjono, S. (1983). Remaja dan Masalah-Masalahnya. Jakarta: Gunung Mulya Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta R&D,

Bandung: Alfabeta

Sulhan. (2010). Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya: PT Jepe Media Utama Suprapto. (1996). Disiplin Nasional dan Etos Kerja di Indonesia. Jakarta: Citra

Luhur Tata Mandiri

Surakhmad, W. (1998). Pengentar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode teknik. Bandung: Tarsitol.

Soemantri, N. (1976). Metode Mengajar Civics. Jakarta: Erlangga

Soemantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Soelaeman, M. I. (1985) Menjadi Guru. Bandung: CV Diponegoro Suparlan. (2006) Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta: Hikayat

Tabrani, Rusyan A. (1990). Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Yayasan Karya Sarjana Mandiri

Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi. Jakarta: PT. Gramedia

Indonesia


(40)

Winataputra & Budimansyah. (2007) Civics Education “Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana UPI

Yusuf, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Zuriah, N. (2007). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara

Sumber Internet

Akung Achmad, M. (2011). Guru dan Tantangan Pendidikan Karakter [ Online] tersedia:http://www.rimanews.com/read/20110114/12648/guru-dan

tantangan-pendidikan-karakter [15 februari 2011] Anastasia Evira dalam www.sribd.com

Sastriwan. (2011). Pendidikan Karakter dalam Bingkai Multikulturalisme [Online] tersedia:

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/16/pendidikan-karakter-dalam-bingkai-multikulturalisme/

Sumber Skripsi

Harning, S. (2005). Pengaruh Displin Belajar, Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Semester 1 Tahun Ajaran 2004/2005 SMAN 1 Gemolong Kabupaten Sragen. Skripsi pada Program Sarjana Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan Lina F.R. (2006). Studi tentang Pelaksanaan Pemberian Sanksi Hukuman untuk

Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah. Skripsi pada Program Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan

Konita (2012). Upaya Guru PKn dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Skripsi sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Nurgantini, Sri P. (2003). Peranan Guru PKn terhadap Pembentukan Sikap Disiplin Siswa. Skripsi sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan Sapriya. (2007). Perspektif Pemikiran Pakar tentang PKn dalam Pembangunan

Karakter Bangsa: Sebuah Kajian Konseptual Filosofis PKn dalam Konteks Pendidikan IPS. Disertasi pada sekolah pascasarjana UPI: tidak diterbitkan Sumber Dokumen


(41)

Badan Standar Nasional Pendidikan Kurikulum PKn 2004


(1)

3. Untuk seluruh staf guru khususnya guru PKn

Guru memegang peranan sentral dalam keberhasilan dalam pembelajaran dan ketertiban lingkungan sekolah, maka dari itu guru diharapkan terus melakukan pembinaan, pengarahan, dan inovasi dalam pembelajaran supaya dapat tetap memberikan keteladanan khususnya dalam kedisiplinan yang selama ini ditanamkan dan dibentuk pada diri siswa. Selain itu untuk menciptakan suasana kelas dan sekolah yang kondusif, guru PKn diharuskan:

a. Lebih dapat menciptakan suasana belajar yang serius tapi santai, hangat, terbuka, humoris, demokratis, dan penuh kekeluargaan, supaya siswa tidak merasa jenuh, bosan, dan lebih termotivasi pada saat pelajaran PKn, serta terjalinnya keakraban yang baik antara guru dan siswa.

b. Jangan sering memakai hukuman pada siswa dengan hukuman fisik karena dapat menimbulkan kesan yang negatif dari siswa bukan membuat jera.

4. Untuk Jurusan PKn

Bagi jurusan PKn diharapkan hendaknya lebih mengarahkan mahasiswanya untuk lebih mengembangkan kemampuan, watak, dan karakternya mengingat sebagai mahasiswa jurusan PKn tentunya harus penting memiliki moral dan karakter yang baik karena sebagai modal ketika mereka terjun ke masyarakat, dan ketika nanti sebagai tenaga pendidik.

5. Untuk Siswa

Siswa diharapkan terus belajar dengan tekun dan penuh disiplin demi meningkatkan prestasi belajar. Biasakanlah diri kita untuk senantiasa tepat


(2)

sekolah, membiasakan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, berhati-hati dalam memilih teman pergaulan karena dapat memberikan pengaruh pada diri kita.

6. Untuk Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lainnya yang respek pada terhadap permasalahan pengembangan pendidikan, khususnya yang berhubungan optimalisasi peranannya dalam pembelajaran.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Asy, M. (2000). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: PT

Tiga Serangkai

Budimansyah, D. (2010). Aktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa. Bandung: Wydia Aksara Press

Budimansyah, D. (2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran PKn. Bandung: Remaja Rosda karya

Branson, S.M. (1999). Belajar Civics Education dari Amerika. Yogyakarta: Lembaga kajian islam dan sosial dan The Asia Foundation

Cholisin, dkk. (2004). Ilmu Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka Darmadi, H. (2008). Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta Depdikbud. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka

Depdiknas. (2010) Naskah Pedoman Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kemendiknas.

Depdiknas. (2010) Panduan Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Mapel PKn. Jakarta: Depdiknas .

Djahiri, K. (2006) Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Lab. PKn UPI Bandung

Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta

Gordon, T. (1996). Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Hurlock, Elizabeth B. (1990). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga Kalsid, E. (1987). Disiplin: Suatu Media Komunikasi Hati Nurani. Makalah

(Tidak Diterbitkan) IKIP Bandung

Kartadinata, S. (2010). Refleksi Pendidikan Karakter, Landasan filosofis dan Implementasi. Makalah (tidak diterbitkan) UPI Bandung


(4)

Kesuma, D. (2011). Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Lickona, T. (1992). Educating for Character: How Our School can Teach Respect and Responsibility. USA: A. Bantam Book

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Bogor: Indonesia Heritage Foundation

Moleong, J.L. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nasution. (1998). Metode Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Q-Aness dan Hambali. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Sudrajat. (2010). Pendidikan Karakter dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Soerjono, S. (1983). Remaja dan Masalah-Masalahnya. Jakarta: Gunung Mulya Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta R&D,

Bandung: Alfabeta

Sulhan. (2010). Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya: PT Jepe Media Utama Suprapto. (1996). Disiplin Nasional dan Etos Kerja di Indonesia. Jakarta: Citra

Luhur Tata Mandiri

Surakhmad, W. (1998). Pengentar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode teknik. Bandung: Tarsitol.

Soemantri, N. (1976). Metode Mengajar Civics. Jakarta: Erlangga

Soemantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Soelaeman, M. I. (1985) Menjadi Guru. Bandung: CV Diponegoro Suparlan. (2006) Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta: Hikayat

Tabrani, Rusyan A. (1990). Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Yayasan Karya Sarjana Mandiri

Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi. Jakarta: PT. Gramedia Indonesia


(5)

Winataputra & Budimansyah. (2007) Civics Education “Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana UPI

Yusuf, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Zuriah, N. (2007). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara

Sumber Internet

Akung Achmad, M. (2011). Guru dan Tantangan Pendidikan Karakter [ Online] tersedia:http://www.rimanews.com/read/20110114/12648/guru-dan

tantangan-pendidikan-karakter [15 februari 2011] Anastasia Evira dalam www.sribd.com

Sastriwan. (2011). Pendidikan Karakter dalam Bingkai Multikulturalisme [Online] tersedia:

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/16/pendidikan-karakter-dalam-bingkai-multikulturalisme/

Sumber Skripsi

Harning, S. (2005). Pengaruh Displin Belajar, Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Semester 1 Tahun Ajaran 2004/2005 SMAN 1 Gemolong Kabupaten Sragen. Skripsi pada Program Sarjana Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan Lina F.R. (2006). Studi tentang Pelaksanaan Pemberian Sanksi Hukuman untuk

Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah. Skripsi pada Program Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan

Konita (2012). Upaya Guru PKn dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Skripsi sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Nurgantini, Sri P. (2003). Peranan Guru PKn terhadap Pembentukan Sikap Disiplin Siswa. Skripsi sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan Sapriya. (2007). Perspektif Pemikiran Pakar tentang PKn dalam Pembangunan

Karakter Bangsa: Sebuah Kajian Konseptual Filosofis PKn dalam Konteks Pendidikan IPS. Disertasi pada sekolah pascasarjana UPI: tidak diterbitkan

Sumber Dokumen


(6)

Badan Standar Nasional Pendidikan Kurikulum PKn 2004