EFEKTIVITAS KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA MAHASISWA: Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES Tahun Akademik 2011/2012.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan penelitian ... 9

D. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KONSEP KONSELING SPIRITUAL TEISTIK DAN KESADARAN BERAGAMAMAHASISWA ... 11

A. Konsep Spiritualitas dan Konseling Spiritual Teistik ... 11

B. Konsep Kesadaran Beragama Mahasiswa ... 28

C. Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Konseling Spiritual Teistik Untuk Meningkatkan Kesadaran Beragama Mahasiswa ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 67

A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian ... 67

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 68

C. Variabel Penelitian ... 69

D. Definisi Operasional Variabel ... 70

E. Pengembangan Alat Pengumpul Data ... 78

F. Prosedur Analisis Data ... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 91

A. Hasil Penelitian ... 91

B. Gambaran Umum Efektivitas Bimbingan dan Konseling Berbasis Konseling Spiritual Teistik Untuk Meningkatkan Kesadaran Beragama Mahasiswa ... 102


(2)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 123 A. Kesimpulan ... 123 B. Rekomendasi ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126 LAMPIRAN ... 129


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini bukan hanya mengenai ekonomi, keamanan dan kesehatan, tetapi juga menurunnya kualitas sumber daya manusia. Diantara bentuk menurunnya kualitas SDM di Indonesia, yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba, tingginya angka kejahatan, dan maraknya free sex di kalangan remaja. Data statistik menunjukkan bahwa setiap tahun jumlah koruptor semakin meningkat, jumlah remaja pemakai narkoba semakin bertambah, kejahatan yang melibatkan remaja semakin marak, serta angka aborsi di kalangan pelajar dan mahasiswa yang semakin tinggi.

Hasil survei Badan Narkotika Nasional pada tahun 2011 menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7 persen dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang. Temuan tersebut menunjukkan angka peningkatan dari 3,1-3,8 juta orang pada tahun 2008, menjadi 4,7 juta orang pada tahun 2011. Jika menggunakan angka prevalensi, terjadi kenaikan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba setahun terakhir dari 1,9% menjadi 2,2% dari mereka yang berusia 10-59 tahun di Indonesia. Menurut sasaran populasi, kebanyakan penyalahguna berasal dari kelompok pekerja (70%), kelompok pelajar/ mahasiswa (22%), kelompok rumah tangga (6%) dan sisanya terdistribusi ke wanita pekerja seks komersial dan anak jalanan. (http://


(4)

Masyarakat Islam saat ini makin parah dalam keimanan dan ibadah. Hal ini berdasarkan data statistik mengenai jumlah umat Islam secara kesuluruhan, dari jumlah penduduk Indonesia. Sofyan Willis (2009: 2) mengemukakan: “Ada yang mengatakan bahwa jumlah umat Islam 90% dari jumlah penduduk Indonesia. Akan tetapi berapakah jumlahnya yang setia dan taat dengan ajaran Islam terutama ibadah shalat? Sedikit sekali, mungkin sekitar 25% saja. Sisanya sebagian besar lebih mengutamakan urusan hidup di dunia, bahkan banyak yang menjadikan hidup di dunia sebagai tujuannya.”

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena dalam penciptaannya manusia dibekali dengan akal, yang membedakannya dari makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Sejak di dalam kandungan, manusia telah berjanji kepada Allah untuk tunduk dan patuh kepada perintah Allah. Oleh karena itu manusia dikenal sebagai makhluk beragama (homo religius). Manusia mempunyai naluri untuk mengakui keberadaan Tuhan sebagai pencipta dan satu-satunya yang wajib ditaati, naluri tersebut dipahami dengan istilah “fitrah beragama” atau religiusitas.

Allah menganugerahkan beberapa macam fitrah kepada manusia, yakni fitrah iman, fitrah jasmani, fitrah rohani, dan fitrah nafs. Dengan fitrah iman inilah manusia berkomitmen untuk tunduk dan patuh kepada ketentuan Allah, dengan melaksanakan perannya sebagai khalifah di dunia. Dalam ajaran agama Islam, bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah satu fitrah tersebut adalah kecenderungan terhadap agama. Hasan Langgulung


(5)

dalam Jalaludin (2010: 103) menyatakan: „Salah satu ciri fitrah beragama adalah bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan kata lain, manusia itu adalah dari asal mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu sebagian fitrah-Nya‟.

Bersamaan dengan terjadinya perubahan pada diri remaja akhir (perubahan fisik, perubahan emosi, dan perubahan tuntutan agama) tidak jarang remaja mulai kehilangan kepercayaan diri untuk tetap berpegang teguh pada aturan agama. Remaja mulai mencoba hal-hal baru yang kadang bertentangan dengan ajaran agama seperti, meminum minuman keras, free sex, dan sebagainya. Nilai-nilai agama yang telah tertanam dalam diri mereka sejak masih kanak-kanak seakan luntur dengan hadirnya teman sebaya (peer group) yang tidak selalu membawa pengaruh positif bagi kehidupan mereka. Menyikapi menurunnya minat dan motivasi remaja untuk beribadah dan tetap berpegang teguh pada ajaran agama ini, dosen maupun konselor seyogyanya dapat memberikan bimbingan kepada mahasiswa, bahwa mereka mampu untuk tetap menjadi remaja yang berhasil tanpa harus meninggalkan ajaran agama.

Mahasiswa semester VI merupakan mahasiswa yang telah memasuki tahun ketiga dalam kehidupan akademik di kampus, seharusnya mereka mampu menampilkan kematangan dalam hal kesadaran beragama. Kematangan dalam kesadaran beragama ini, terkait dengan usia mereka yang telah memasuki fase remaja akhir, dimana mereka diharapkan telah memahami ajaran agama dengan benar, melaksanakan ibadah ritual dengan konsisten, serta secara sukarela menerapkan ajaran agama dalam kehidupan kesehariannya.


(6)

Hasil penelitian Richard dan Bergin pada tahun 2004 (Syamsu Yusuf, 2007: 23-24) mengenai pengaruh agama terhadap kesehatan fisik dan mental menunjukkan individu yang memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan ajaran agama lebih memiliki penyesuaian psikologis, memiliki perilaku sosial yang sehat, dan terhindar dari gangguan jiwa dibandingkan orang yang kurang taat beragama. Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa hampir 100 penelitian menemukan agama menjadi faktor penghalang, perintang, dan pencegah penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau minuman keras, baik di kalangan anak-anak, remaja maupun dewasa.

Hasil observasi awal terhadap mahasiswa semester VI jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang, menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa semester VI tersebut: (1) belum melaksanakan shalat 5 waktu dengan tertib; (2) terbiasa berkata kasar dan mudah berburuk sangka kepada orang lain; (3) belum dapat bersikap sopan kepada orang yang lebih tua dan dosen; (4) cenderung berbicara dan bertindak sesuka hati, tanpa berpikir bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak; serta (5) mudah berputus asa dalam menghadapi permasalahan, karena belum meyakini bahwa Allah Maha Memberi Petunjuk. Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil angket terkait dengan pemahaman para mahasiswa tentang ajaran agama yang sebelumnya telah dilakukan oleh dosen pengampu mata kuliah Konseling Agama Islam. Berdasarkan kuesioner tersebut diperoleh informasi bahwa: (1) masih terdapat sebagian mahasiswa yang belum melaksanakan shalat lima waktu; (2)


(7)

belum semua mahasiswa mampu membaca Al Qur‟an; dan (3) sebagian besar mahasiswa belum dapat memaknai dua kalimat syahadat.

Keyakinan agama yang terbentuk pada diri mahasiswa dapat dijadikan patokan sampai sejauh mana mahasiswa memiliki sense of responsibility dalam menghadapi tekanan psikologis yang dihadapinya, sehingga mahasiswa mampu menghindari pengaruh negatif yang datang dari luar. Kekosongan ruhaniah pada diri mahasiswa memberikan peluang timbulnya berbagai permasalahan, baik yang bersifat personal, maupun sosial. Keadaan semacam ini, akan berdampak pada kondisi psikologis mereka. Kondisi psikologis tersebut seperti: perasaan cemas, khawatir yang berlebihan, perasaan terasing dari lingkungan serta penyimpangan moral.

Berdasarkan fenomena di atas, yakni terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan dimana para siswa mahasiswa yang diharapkan dapat mengamalkan pengetahuan agama yang telah dimiliki dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi pada kenyataannya para mahasiswa tersebut belum dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai keislaman, maka peneliti memilih untuk menggunakan layanan konseling spiritual teistik sebagai metode untuk mengembangkan kesadaran beragama para mahasiswa di jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES.

Pemilihan layanan bimbingan dan konseling berbasis konseling spiritual teistik untuk mengembangkan kesadaran beragama mahasiswa didasarkan pada asumsi bahwa para mahasiswa semester VI Jurusan BK UNNES telah mengenal ajaran agama, yakni terkait dengan perihal kewajiban beribadah, konsekuensi jika


(8)

tidak melaksanakan kewajiban beribadah, serta manfaat yang mereka peroleh ketika melaksanakan ajaran agama secara konsisten. Namun demikian pada kenyataannya para mahasiswa tersebut belum memiliki motivasi dari dalam diri untuk melaksanakan ajaran agama.

Kesadaran beragama, mutlak diharapkan pencapaiannya pada tingkat yang optimal bagi mahasiswa jurusan BK, karena para mahasiswa tersebut merupakan calon konselor. Mengingat bahwa bimbingan dan konseling merupakan serangkaian kegiatan yang berfokus pada upaya membantu (building relationship) individu dalam mengembangkan potensinya untuk mencapai perkembangan yang optimal, maka dimensi religiusitas berfungsi sebagai petunjuk yang mengarahkan pada suatu realitas bahwa terdapat aspek-aspek yang tidak dapat ditelusuri dan dijamah, serta adanya hidayah yang berasal dari Tuhan. Hal ini terungkap dalam penjelasan Mubiar Agustin dalam M. Djawad Dahlan (2005: 243) berikut ini:

...dimensi religiusitas berfungsi sebagai radar yang mengarahkan kepada suatu titik tentang realitas, bahwa terdapat aspek-aspek kompleks pada diri individu yang tak terjangkau untuk ditelusuri dan dijamah, serta menyadarkan bahwa aspek hidayah hanya datang dari Sang Penggenggam kehidupan itu sendiri.

Berdasarkan asumsi mengenai keadaan mahasiswa serta kendala yang dihadapi mahasiswa dalam melaksanakan ajaran agama, maka layanan bimbingan yang diberikan lebih ditekankan pada layanan dasar untuk mengkaji lebih dalam dan mengingatkan kembali para mahasiswa mengenai ajaran agama yang sesungguhnya sangat bermanfaat untuk kehidupan mereka, khususnya untuk mengembangkan sikap dan tanggung jawab profesional mereka sebagai calon konselor. Adapun strategi bimbingan yang digunakan dalam penelitian ini yakni


(9)

melalui layanan dasar dengan menggunakan teknik konseling spiritual teistik yaitu berdo‟a dan membaca kitab suci. Penggunaan teknik berdo‟a dan membaca kitab suci dimaksudkan untuk menginternalisasikan hikmah dari setiap ibadah ritual yang dilaksanakan oleh mahasiswa, sehingga para mahasiswa tersebut dapat berkembang kesadaran bergamanya yaitu lebih yakin kepada Allah, ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam beribadah, serta berperilaku sesuai dengan syari‟at Islam.

Beberapa alasan mengapa menggunakan pendekatan konseling spiritual teistik adalah sebagai berikut:

1. Konseling spiritual teistik berorientasi pada upaya untuk mengembangkan fitrah beragama/ kesadaran beragama individu agar sesuai dengan nilai-nilai agama.

2. Konseling spiritual teistik mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman, keyakinan, dan praktik-praktik ritual ibadah.

3. Tujuan umum Konseling Spiritual Teistik adalah memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan klien untuk mengembangkan kesadaran beragama. 4. Kesadaran spiritual atau fitrah beragama manusia tidak dapat berkembang

secara otomatis, tetapi melalui suatu proses (pengalaman yang bermakna melalui pendidikan) dimulai dari kondisi belum memiliki kesadaran sampai kondisi dimana manusia memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan dengan Tuhan (ibadah mahdlah) dan hubungan dengan sesama manusia dan alam (ibadah ghair mahdlah).


(10)

Melalui program bimbingan dan konseling berbasis konseling spiritual teisik dengan teknik berdo‟a dan membaca kitab suci, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan kesadarannya untuk melaksanakan ajaran agama. Jika selama ini para mahasiswa masih terkesan setengah hati untuk beribadah, serta kurang dapat menghargai dan menghormati orang lain, maka konseling spiritual teistik yang ditekankan pada pemaknaan hikmah ibadah diharapkan dapat menyadarkan para mahasiswa tentang esensi ibadah dan penetapan hukum syari‟ah sebagai suatu „kebutuhan‟ dan bukan sekedar sebagai „kewajiban‟, sebagaimana selama ini dimaknai oleh para mahasiswa.

Oleh karena itu, program bimbingan dan konseling berbasis konseling spiritual teistik, disusun berdasarkan kebutuhan mahasiswa terhadap layanan bimbingan yang berguna untuk meningkatkan kesadaran dalam melaksanakan ajaran agama. Program bimbingan dan konseling yang diberikan kepada mahasiswa lebih menekankan kepada teknik berdo‟a dan membaca kitab suci, sebagai bentuk ibadah yang mudah dan telah dipahami oleh mahasiswa. Teknik berdo‟a bukan hanya berisi do‟a, akan tetapi berdo‟a yang dimaksud adalah mengoptimalkan pemahaman mahasiswa terhadap makna do‟a yang terkandung dalam bacaan shalat.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada upaya untuk mengungkap permasalahan perkembangan kesadaran beragama serta melakukan pengkajian yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang efektivitas konseling spiritual teistik dalam


(11)

mengembangkan kesadaran beragama mahasiswa. Melalui penelitian ini diharapkan dapat tersusun suatu program konseling spiritual teistik dalam mengembangkan kesadaran beragama. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu para mahasiswa untuk mengembangkan fitrah iman atau kesadaran untuk beragama, yang diwujudkan dalam keyakinan (aqidah), ibadah ritual yang tertib, dan tingkah laku (akhlak) yang mulia.

Berdasarkan pemaparan mengenai latar belakang masalah serta fokus penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Seperti apa gambaran kesadaran beragama pada mahasiswa jurusan

Bimbingan dan Konseling UNNES tahun akademik 2011/ 2012?

2. Seberapa besar tingkat keefektifan Konseling Spiritual Teistik dengan Teknik berdo‟a dan membaca kitab suci dalam mengembangkan kesadaran beragama mahasiswa jurusan BK UNNES?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan program bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kesadaran beragama mahasiswa melalui pendekatan Konseling Spiritual Teistik. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran tentang kesadaran beragama mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES tahun akademik 2011/ 2012.


(12)

2. Menguji efektivitas Konseling Spiritual Teistik dalam meningkatkan kesadaran beragama pada mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES tahun akademik 2011/ 2012.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Bab I yakni Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah, dan sistematika penulisan. 2. Bab II yakni Kajian Pustaka yang tercakup di dalamnya landasan teori tentang

konseling spiritual teistik dan teori tentang kesadaran beragama pada remaja. 3. Bab III yakni Metode Penelitian, tercakup di dalamnya penjelasan mengenai

pendekatan dan metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, metode pemilihan subjek, desain penelitian, serta metode analisis data.

4. Bab IV yakni Hasil Penelitian dan Pembahasan, tercakup di dalamnya pemaparan mengenai hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil penelitian tersebut.

5. Bab V yakni Kesimpulan dan Rekomendasi, tercakup di dalamnya kesimpulan yang diperoleh peneliti setelah melakukan penelitian, serta rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen digunakan untuk mengetahui efektivitas konseling spiritual teistik dengan teknik berdo’a dan membaca kitab suci untuk mengembangkan kesadaran beragama mahasiswa.

Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen nonekuivalent control group design, dimana baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2006: 84). Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan meningkatkan kesadaran beragama pada kelompok eksperimen, dan bimbingan secara konvensional pada kelompok kontrol. Desain penelitian disajikan dalam tabel (3.1)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen 0 X 0

Kontrol 0 - 0

Sumber: Sugiyono (2006: 84) Keterangan:

X : Teknik berdo’a dan membaca kitab suci 0 : Pretest-posttest.


(14)

Adapun rancangan kuasi eksperimen uji keefektivan konseling spiritual teistik dalam mengembangkan kesadaran beragama mahasiswa, dapat dijabarkan dalam bagan berikut ini:

Gambar 3.1

Rancangan Kuasi Eksperimen

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran beragama mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES, melalui konseling spiritual teistik dengan teknik berdo’a dan membaca kitab suci. Kondisi yang diamati pada penelitian ini adalah peningkatan kesadaran beragama mahasiswa melalui layanan konseling spiritual teistik.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES, Tahun Akademik 2011/2012.

Pre Test

Traetment

Post Test

Kelompok Eksperimen

Kelompok Eksperimen Konseling

Spiritual Teistik

Kelompok Kontrol

Perlakuan Konvensional

Kelompok Kontrol


(15)

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES semester 6, yang memiliki 2 rombel (rombongan belajar), berjumlah 58 orang, karena penelitian ini bersifat kuasi eksperimen, maka rombel yang dipilih sebagai subyek penelitian adalah rombel 1 sebagai kelas eksperimen, dan rombel 2 sebagai kelas kontrol.

Subjek penelitian ini sebanyak 29 orang, yang berdasarkan hasil pengolahan data dari skala kesadaran beragama, 29 orang tersebut menunjukkan pencapaian kesadaran beragama pada tahap mengamalkan ajaran agama secara insidental, tidak mengamalkan ibadah mahdlah, serta mahasiswa yang melecehkan nilai-nilai agama secara keseluruhan.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yakni variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Adapun kedua jenis variabel tersebut dipaparkan dalam uraian berikut:

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel Independen/ variabel bebas (X)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab. Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas adalah konseling spiritual teistik dengan teknik berdo’a dan membaca kitab suci.


(16)

b. Variabel Dependen/ variabel terikat (Y)

Variabel dependen/ terikat merupakan variabel yang keberadaannya bergantung pada variabel bebas. Dalam penelitian ini sebagai variabel terikat adalah kesadaran beragama.

2. Hubungan antar Variabel

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel yakni variabel bebas (X) yaitu konseling spiritual teistik dengan teknik berdo’a dan membaca kitab suci, serta variabel (Y) yaitu kesadaran beragama. Dengan demikian, dalam hal ini konseling spiritual teistik dengan teknik berdo’a dan membaca kitab suci sebagai variabel bebas mempunyai pengaruh untuk membentuk kesadaran beragama mahasiswa sebagai variabel terikat. Hubungan antara kedua variabel tersebut dijelaskan melalui gambar berikut ini:

Gambar 3.2

Hubungan/ pengaruh variabel

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari konseling spiritual teistik dengan teknik berdo’a dan membaca kitab suci, serta kesadaran beragama. Untuk memperoleh kejelasan ruang lingkup penelitian, perlu ditegaskan definisi operasional yang merupakan konsep pokok penelitian.

Konseling spiritual teistik dengan teknik berdo’a dan membaca kitab suci)

(X)

Kesadaran Beragama


(17)

1. Konseling Spiritual Teistik dengan Teknik Berdo’a dan Membaca Kitab Suci

Konseling spiritual teistik berupaya untuk memberikan layanan konseling dengan mendasarkan kepada fitrah manusia, agar perilaku individu menjadi sesuai dengan kaidah keagamaan. Dengan kata lain, konseling spiritual teistik merupakan proses konseling yang mendasarkan kepada pengembangan fitrah manusia untuk memperoleh perilaku individu yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan.

Menurut Syamsu Yusuf (2009: 36) konsep konseling spiritual teistik yakni sebagai berikut: “Konseling spiritual teistik dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan fitrahnya sebagai makhluk beragama (homo religus), berperilaku sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), dan mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman, keyakinan, dan praktik-praktik ritual ibadah agama yang dianutnya.”

Adapun teknik berdo’a dan membaca kitab suci merupakan dua dari beberapa teknik yang disarankan dalam konseling spiritual teistik untuk membantu konseli mengembangkan fitrah beragamanya.

a. Berdo’a

Marsha Wiggins Frame menyatakan bahwa berdo’a merupakan “Pikiran -pikiran, perasaan-perasaan, dan perbuatan-perbuatan yang dirancang untuk mengungkapkan, serta memperoleh pengalaman berhubungan dengan Tuhan. “Prayer is thoughts, attitudes, and actions designed to express or experience


(18)

connection to the sacred.” (Marsha Wiggins Frame, 2003: 184). Dalam konseling spiritual teistik, berdo’a termasuk teknik intervensi spiritual yang diartikan sebagai pemberian layanan yang lebih alami. Do’a dianggap sebagai layanan yang bersifat alami, karena dengan berdo’a individu yakin bahwa permohonannya akan didengar dan dikabulkan oleh Allah.

Do’a sebagai bentuk komunikasi spiritual dengan Allah Swt. memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan mental atau rohaniah yang melakukannya secara ikhlas dan khusyu (penuh konsentrasi). Melalui berdo’a seorang muslim akan memperoleh nilai-nilai psiko-spiritual yang sangat bermanfaat bagi peningkatan mutu keberagamaannya. Berdo’a yang dimaksud dalam penelitian ini, bukan hanya dengan mengajarkan kepada konseli mengenai do’a sehari-hari yang seharusnya dibaca, melainkan ditekankan kepada pemaknaan bacaan shalat yang secara keseluruhan merupakan do’a. Apabila konseli memahami makna dari bacaan shalat, diasumsikan mereka dapat mendirikan shalat dengan khusyu’, sehingga memperoleh ketenangan dan ketentraman batin.

Lebih lanjut Syamsu Yusuf (2009: 55) menjelaskan tentang manfaat memahami bacaan shalat: “Dalam shalat, sang hamba dengan perasaan ikhlas “ajrih” dan tawadlu menghadap Tuhannya yang ghaib, untuk memanjatkan do’a, membaca ayat-ayat-Nya, bertasbih, bertahmid, bertakbir, bertahlil, bershalawat bagi utusan-Nya, dan bersalam bagi hambaNya yang shaleh. Apabila semua bacaan itu dipahami artinya dan direnungkan maknanya, maka akan melahirkan suasana hati yang tenang, perasaan berharga, sikap tawadlu (tidak arogan), dan sikap silaturahim (senantiasa menjalin hubungan baik dengan sesama manusia).”


(19)

b. Membaca Kitab Suci

Membaca kitab suci dalam konteks konseling spiritual teistik adalah membaca kitab suci yang dilakukan oleh konselor dan konseli, guna memantapkan keyakinan. Alasan digunakannya kitab suci sebagai media dalam memberikan layanan konseling adalah karena di dalam kitab suci terdapat sejumlah petunjuk dan nasihat-nasihat spiritual yang sangat bermanfaat untuk individu, sebagaimana dikemukakan oleh Dennis Lines (2006: 161): “Religious text have a rich store of spiritual and moral wisdom.” Dalam Al Qur’an,

dipaparkan mengenai pedoman hidup agar seorang hamba memperoleh kehidupan yang baik, di dunia maupun di akhirat.

Oleh karena itu, membaca Al Qur’an atau mengkaji ayat-ayat yang terkandung didalamnya akan semakin memudahkan individu itu sendiri untuk memperoleh kehidupan yang bahagia. Ustman Najati (1985: 182-190) memaparkan tentang beberapa metode yang diajarkan dalam Al Qur’an untuk membangkitkan keinginan manusia, khususnya motivasi untuk mendekatkan diri kepada Allah, yakni sebagai berikut:

1) Pembangkitan dorongan dengan janji dan ancaman

Dalam seruannya pada keimanan terhadap aqidah tauhid, Al Qur’an telah menaruh perhatian dalam membangkitkan berbagai dorongan pada diri manusia untuk memperoleh imbalan yang akan dkaruniakan kepada orang-orang yang beriman dalam surga, dan akan membuat mereka takut akan siksa dan azab di neraka. Ayat-ayat Al Qur’an membangkitkan rasa harap dan mendeskripsikan tentang nikmat surga akan membangkitkan harapan umat Islam untuk


(20)

memperoleh nikmat tersebut. Hal ini juga mendorong kaum muslim untuk bertakwa kepada Allah, ikhlas dalam beribadah, beramal shaleh, serta melakukan tindakan yang diterima Allah. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur’an yang menggambarkan tentang neraka, akan membangkitkan rasa cemas, dan takut terhadap adzab di neraka.

2) Pembangkitan dorongan dengan cerita

Cerita merupakan salah satu sarana yang digunakan Al Qur’an untuk membangkitkan dorongan untuk belajar. Melalui cerita-cerita Al Qur’an berusaha menanamkan tujuan-tujuan keagamaan yang berkenaan dengan aqidah, suri teladan, atau hukum yang hendak diajarkan kepada manusia.

3) Pemanfaatan peristiwa-peristiwa penting

Diantara faktor-faktor yang membantu membangkitkan dorongan dan perhatian yaitu terjadinya peristiwa atau problema penting yang menggelorakan perasaan manusia, membangkitkan perhatiannya, dan menyibukkan pikirannya.

Konseling spiritual teistik yang dimaksud dalam penelitian ini, yakni proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada mahasiswa semester VI Jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES, melalui pemaknaan bacaan shalat (berdo’a) dan pengkajian terhadap kandungan kitab suci Al Qur’an (membaca Al Qur’an) khususnya pada ayat-ayat yang dapat memotivasi mahasiswa untuk memperoleh kehidupan yang baik, di dunia maupun di akhirat.

2. Kesadaran Beragama

Kesadaran beragama merupakan keadaan mental di mana individu berupaya untuk mengaktualisasikan keimanan kepada Allah dengan cara mengenal,


(21)

memahami, menyadari, meyakini dan mengamalkan nilai-nilai agama dalam beribadah, bersikap, serta bertingkah laku. Terdapat tiga aspek yang menggambarkan kesadaran beragama mahasiswa, yakni:

a. Aqidah atau keyakinan, yang terkait dengan aspek keyakinan atau keimanan.

Keimanan tersebut terangkum dalam rukun iman, yang mencakup: iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab suci Al Qur’an, iman kepada Nabi dan Rasul, iman kepada hari akhir, serta iman kepada takdir. 1) Iman kepada Allah ditandai dengan adanya: meyakini bahwa Allah itu ada,

meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah, meyakini bahwa Allah Swt adalah pencipta alam semesta, memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada-Nya, meyakini bahwa Allah Maha Melihat semua perbuatan manusia, serta meyakini bahwa hanya kepada Allah, manusia akan kembali.

2) Iman Kepada Malaikat, ditandai dengan: meyakini bahwa Allah menciptakan malaikat, serta merasa bahwa segala ucapan dan tindakan kita, ada yang mengontrol.

3) Iman Kepada Nabi dan Rasul, mencakup: meyakini Rasul sebagai utusan Allah yang memberikan petunjuk bagi manusia, meyakini bahwa Allah mengutus para Rasul sebagai teladan bagi manusia, serta menjadikan ucapan dan perilaku Rasul sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

4) Iman Kepada Kitab Suci, mencakup: meyakini Al Qur’an sebagai petunjuk tentang kebaikan dan keburukan, meyakini Al Qur’an sebagai penenang jiwa, secara sukarela membaca, memahami, mengkaji dan mengamalkan isi kitab


(22)

suci, serta meyakini bahwa dengan mengamalkan ajaran Al Qur’an akan selamat di dunia maupun di akhirat.

5) Iman Kepada Hari Akhir, mencakup: meyakini bahwa kehidupan pasti akan berakhir, dan menyadari bahwa segala perbuatan di dunia akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat.

6) Iman Kepada Takdir Allah, mencakup: meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa ijin Allah, Ikhlas menerima ketentuan Allah yang berlaku bagi dirinya, serta berusaha semampunya, namun menyerahkan hasilnya kepada Allah.

b. Ibadah, yaitu merendahkan diri kepada Allah dengan melaksanakan segala

apa yang diperintahkan-Nya, dan menjauhi apa-apa yang dilarang-Nya, dengan penuh kecintaan dan pengagungan kepada-Nya. Ibadah, tercakup dalam rukun Islam, yakni:

1) Dua kalimat syahadat, mencakup: memahami makna dua kalimat syahadat. meyakini bahwa seluruh ibadah yang dilakukan hanya ditujukan kepada Allah, dan memotivasi diri untuk patuh kepada ketentuan Allah.

2) Shalat, mencakup: melaksanakan sholat lima waktu, berusaha melaksanakan ibadah shalat sunnah, menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong, khusyu’ dalam shalat, serta meyakini bahwa shalat dapat menghindarkan diri dari perbuatan keji dan mungkar.

3) Puasa, tercakup di dalamnya: melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dan ibadah puasa sunnah di luar bulan Ramadhan, serta memahami hikmah puasa, yakni sebagai media untuk melatih kesabaran, sebagai sarana untuk menjaga


(23)

kesehatan, dan untuk memperoleh kejernihan hati dalam berpikir dan beragama.

4) Zakat, mencakup: membayar zakat pada akhir bulan Ramadhan, serta meyakini bahwa zakat, infaq dan shadaqah berarti mensucikan diri dari harta yang bukan milik kita.

5) Haji, mencakup: meyakini haji sebagai media untuk berlatih menghadapi kesulitan dan merendahkan diri, dan meyakini ibadah haji sebagai media untuk mengendalikan hawa nafsu.

c. Akhlak, yakni terkait dengan sikap dan perilaku yang seyogianya ditampilkan

oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak terbagi dalam empat kategori, yaitu akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang tua dan guru, akhlak terhadap sesama muslim, serta akhlak terhadap orang yang bukan muhrim.

1) Akhlak terhadap diri sendiri, mencakup: makan dan minum dengan cara yang dicontohkan oleh Rasul, berpakaian sesuai dengan tuntunan agama (menutup aurat), serta menjauhkan diri dari kebiasaan berkata-kata yang tidak bermanfaat.

2) Akhlak terhadap orang tua dan guru, mencakup: bersikap sopan dan santun, hormat dan patuh, serta berdo’a untuk orang tua dan guru.

3) Akhlak terhadap sesama muslim, mencakup: mengucapkan salam, menjenguk bila sakit, serta berbuat baik

4) Akhlak terhadap orang yang bukan muhrim, mencakup: berupaya untuk tidak berduaan dengan orang yang bukan muhrim dan memelihara pandangan.


(24)

Kesadaran beragama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan mahasiswa semester VI Jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES untuk memiliki aqidah (keyakinan), ibadah, serta akhlak (tingkah laku) yang sesuai dengan tingkat perkembangannya, yakni bukan hanya mampu mengetahui dan memahami ajaran agama, akan tetapi mahasiswa mampu beraqidah, beribadah dan berakhlak yang baik, semata-mata karena kesadaran dari dalam diri untuk memperoleh kehidupan yang baik, di dunia maupun di akhirat.

E. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data merupakan suatu metode yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Skala psikologi merupakan skala yang digunakan untuk melakukan pengukuran dalam bidang psikologis. Skala psikologis adalah alat ukur psikologis atau bidang afektif, adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala kesadaran beragama untuk mengetahui keadaan diri mahasiswa.

Pada skala psikologi, pernyataannya merupakan stimulus yang tertuju pada indikator untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek, yang pada umumnya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan. Format respon yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu a, b, c, dan d yang kadar kualitatifnya berjenjang. Skala pengukuran (rating scale) yang peneliti gunakan yaitu skala bertingkat (1, 2, 3, dan 4). Skala 1 menggambarkan remaja yang melecehkan nilai-nilai agama secara


(25)

keseluruhan, yakni tidak melaksanakan perintah Allah. Skala 2 menggambarkan remaja yang tidak mengamalkan ibadah mahdlah, tetapi dapat berinteraksi sosial dengan orang lain (habluminannas) secara baik. Skala 3 menggambarkan remaja yang mengamalkan ajaran agama secara insidental (kadang-kadang). Adapun skala 4 menggambarkan remaja yang mengamalkan ajaran agama secara konsisten.

Tabel 3.2

Pola Skor Alternatif Respon Skala Kesadaran Beragama Mahasiswa

Pernyataan Alternatif Respon

1 2 3 4

Favorable (+) Remaja yang tidak melaksanakan perintah Allah Remaja yang tidak mengamalkan ibadah mahdlah, tetapi dapat berinteraksi sosial dengan orang lain (habluminannas) secara baik. Remaja yang mengamalkan ajaran agama secara insidental (kadang-kadang) Remaja yang mengamalkan ajaran agama secara konsisten.

Tingkat kesadaran beragama dari masing-masing pernyataan tidak sama (tidak selalu berurutan 1, 2, 3, 4), namun peneliti sengaja mengacaknya (bisa 4, 3, 2, 1) atau susunan yang lainnya agar responden tidak terpaku pada model jawaban yang sama.

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen skala kesadaran beragama dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel penelitian, yang didalamnya terkandung aspek-aspek indikator, untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Langkah-langkah


(26)

tahap, baik dalam pembuatan instrumen maupun dalam uji coba instrumen. Secara lebih rinci, langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menyusun instrumen penelitian, dijabarkan dalam bagan berikut ini:

Gambar 3.3

Prosedur penyusunan instrumen

Data yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu mengenai kesadaran beragama. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan adalah skala kesadaran beragama. Kisi-kisi yang dikembangkan mencakup aspek, sub aspek, serta indikator kesadaran beragama sebagaimana telah dipaparkan dalam definisi operasional variabel. Instrumen yang telah dibuat kemudian diuji cobakan, sebelum digunakan sebagai pengumpul data. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Berikut ini dipaparkan kisi-kisi skala kesadaran beragama mahasiswa:

Kisi-kisi

instrumen Instrumen

Uji coba instrumen

Perbaikan instrumen

Instrumen jadi


(27)

Tabel 3.3

KISI-KISI SKALA KESADARAN BERAGAMA MAHASISWA

Aspek Sub Aspek Indikator No. Item

Aqidah Iman Kepada Allah Swt.

Meyakini bahwa Allah Swt adalah pencipta alam semesta.

1,2,3, 4 4 Meyakini bahwa Allah Maha

Melihat semua perbuatan manusia.

5,6,7 3

Meyakini bahwa hanya kepada Allah, manusia akan kembali.

8 1

Iman Kepada Malaikat

Meyakini bahwa Allah menciptakan malaikat.

9 1

Merasa bahwa segala ucapan dan tindakan kita, ada yang mengontrol.

10 1

Iman Kepada Nabi dan Rasul

Meyakini Rasul sebagai utusan Allah yang memberikan petunjuk bagi manusia.

11 1

Meyakini bahwa Allah mengutus para Rasul sebagai teladan bagi manusia.

12 1

Menjadikan ucapan dan

perilaku Rasul sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

13,14,15,16, 17

5

Iman Kepada Kitab Suci

Meyakini Al Qur’an sebagai petunjuk tentang kebaikan dan keburukan.

18 1

Meyakini Al Qur’an sebagai penenang jiwa.

19 1

Secara sukarela membaca, memahami, mengkaji dan mengamalkan isi kitab suci.

20 1

Meyakini bahwa dengan

mengamalkan ajaran Al Qur’an akan selamat di dunia maupun di akhirat.

21 1

Iman Kepada Hari Akhir

Menyadari bahwa segala perbuatan di dunia akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat.

22 1

Iman Kepada Takdir Allah

Meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa ijin Allah.

23 1


(28)

Allah yang berlaku bagi dirinya. Ibadah Dua kalimat

syahadat

Memahami makna dua kalimat syahadat.

25 1

Meyakini bahwa seluruh ibadah yang dilakukan hanya ditujukan kepada Allah.

26 1

Memotivasi diri untuk patuh kepada ketentuan Allah.

27 1

Shalat Melaksanakan shalat lima waktu.

28,29,30,31 4 Berusaha melaksanakan ibadah

shalat sunnah.

32 1

Menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong.

33 1

Khusyu’ dalam shalat 34 1

Meyakini bahwa shalat dapat menghindarkan diri dari perbuatan keji dan mungkar.

35 1

Puasa Melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dan ibadah puasa sunnah di luar bulan Ramadhan.

36,37 2

Memahami hikmah puasa, yakni sebagai media untuk melatih kesabaran, sebagai sarana untuk menjaga kesehatan, dan untuk memperoleh kejernihan hati dalam berpikir dan beragama.

38, 39 2

Zakat Meyakini bahwa zakat, infaq dan shodaqoh berarti

mensucikan diri dari harta yang bukan milik kita.

40,41 2

Haji Meyakini haji sebagai media untuk berlatih menghadapi kesulitan dan merendahkan diri.

42 1

Akhlak Akhlak terhadap diri sendiri.

Makan dan minum dengan cara yang dicontohkan oleh Rasul.

43, 44 2

Berpakaian sesuai dengan tuntunan agama (menutup aurat).

45, 46 2

Menjauhkan diri dari kebiasaan berkata-kata yang tidak

bermanfaat.

47 1

Akhlak

terhadap orang tua dan guru.

Bersikap sopan dan santun. 48 1

Hormat dan patuh. 49 1


(29)

guru. Akhlak

terhadap sesama muslim

Mengucapkan salam. 51 1

Menjenguk bila sakit. 52 1

Berbuat baik 53 1

Akhlak

terhadap orang yang bukan muhrim.

Berupaya untuk tidak berduaan dan memelihara pandangan.

54, 55 2

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Validitas

Penilaian terhadap skala kesadaran beragama ini dilakukan oleh tiga orang pakar (judgest) yaitu orang yang memiliki keahlian dalam bidang penyusunan instrumen, terutama instrumen kesadaran beragama. Penilaian ini dilakukan untuk menentukan validitas isi (content validity) dari skala kesadaran beragama yang telah disusun oleh peneliti. Validitas isi adalah validitas yang ditentukan oleh derajat representativitas butir-butir tes yang telah disusun, sejauh mana butir-butir tersebut mewakili keseluruhan materi yang hendak diukur. Instrumen dinyatakan valid setelah dianalisis oleh ketiga pakar tersebut, dan dinyatakan layak untuk digunakan sebagai instrumen yang berhak untuk diuji cobakan sebelum disebarkan kepada subjek penelitian.

Setelah instrumen tersusun sebanyak 66 pernyataan, kemudian dilakukan validasi isi skala kesadaran beragama oleh tiga orang pakar dalam bidang pengembangan instrumen kesadaran beragama. Ketiga pakar tersebut yakni: 1) Prof. Dr. Ahmad Juntika Nurihsan, M.Pd, 2) Dr. Mubiar Agustin, M.Pd, dan 3) Drs. Nurhudaya, M.Pd. Setelah dilakukan uji kelayakan baik secara konstruk, bahasa, maupun isi instrumen oleh ketiga pakar tersebut, maka diperoleh


(30)

masukan: 1) agar menghindari penggunaan kata-kata yang tendensius, seperti “tidak dan selalu”, 2) agar melengkapi sub aspek, agar dapat menjelaskan masing -masing aspek secara komprehen, serta 3) merubah format instrumen, dari yang semula angket dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”, menjadi skala kesadaran beragama dengan pilihan jawaban berjenjang, agar responden tidak memilih jawaban yang bersifat normatif, yaitu “ya”.

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan diukur dan mempunyai validitas yang tinggi, serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti. Uji validitas yang dilakukan oleh peneliti, menggunakan rumus “Korelasi Product Moment”, yang dikemukakan

oleh Karl Pearson sebagai berikut:

r

xy = N XY−( X) ( Y)

NX2 ( 2)

X N X2 Keterangan:

= koefisien korelasi antara X dan Y. N = jumlah responden.

= jumlah skor item. = jumlah skor total.

2 = jumlah kuadrat dari skor item. 2 = jumlah kuadrat dari skor total.

= jumlah perkalian skor total dengan skor item.

Pengujian validitas butir dengan menggunakan microsoft excell, kriteria butir soal dalam kategori valid adalah jika nilai hitung r > dari nilai tabel r, pada taraf


(31)

signifikansi 5%, dan kriteria butir soal kategori drop (tidak valid) adalah jika nilai hitung r < nilai tabel r.

Hasil pengujian validitas instrumen kesadaran beragama dengan menggunakan teknik korelasi item total - product moment, dari 66 item pernyataan yang disusun peneliti diperoleh 55 item valid, sementara jumlah item yang tidak valid sebanyak 11 item, yakni item dengan nomor pernyataan 1, 2, 3, 4, 8, 12, 28, 32, 42, 49, dan 53.

b. Reliabilitas

Reliabilitas atau keterandalan instrumen sebagai alat ukur dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur tersebut sesuai atau cocok digunakan sebagai alat ukur. Teknik yang diuji menggunakan rumus alpha (Suharsimi Arikunto, 2002: 163):

11= ��− 1

1− 2

2

11

=

reliabilitas instrumen.

k =

banyaknya butir pertanyaan. 2

∝ = jumlah varian butir. 2 = varians total.

Pengujian reliabilitas perumusan hipotesisnya adalah: � = skor butir berkorelasi positif dengan faktornya, dan � = skor butir tidak berkorelasi positif

dengan faktornya. Dasar pengambilan keputusannya adalah: jika r Alpha dan r Alpha > dari r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliabel. � diterima (jika r Alpha > dari r tabel, tapi bertanda negatif, � tetap akan ditolak) dan jika r Alpha positif dan r Alpha < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel. �


(32)

ditolak. Sugiyono (1999: 149) menjelaskan bahwa kualifikasi normatif nilai koefisien reliabilitas ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Kriteria Nilai Koefisien Reliabilitas Koefisien- Korelasi Kualifikasi

0,00 – 0,19 Sangat rendah

0,20 – 0, 39 Rendah

0,40 – 0, 59 Sedang

0,60 – 0,79 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh koefisien reliabilitas (�) sebesar 0,718. Mengacu pada rentang koefisien reliabilitas menurut (Sugiyono, 1999: 149) koefisien reliabilitas (�) sebesar 0,718 termasuk dalam kualifikasi tinggi.

F. Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data disajikan dalam beberapa kajian, yaitu: pengujian persyaratan analisis, dan metode analisis data, yang dipaparkan sebagai berikut: 1. Pengujian Persyaratan Analisis

Pada penelitian ini diupayakan melakukan uji normalitas sebaran data. Uji normalitas dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas sebaran data dilakukan dengan membandingkan nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan probabilitas dengan nilai signifikannya adalah 0.05. Dengan dasar pengambilan keputusan bahwa: P dari koefisien K-S > 0.05, maka data berdistribusi normal, dan P dari koefisien K-S < 0.05, maka data tidak berdistribusi normal. Perhitungan dalam


(33)

pengujian normalitas sebaran data ini menggunakan program SPSS 16.0 for

Windows.

2. Metode Analisis Data a. Deskripsi Data

Data yang diperoleh melalui skala kesadaran beragama yang telah diujicobakan perlu untuk dideskripsikan kembali. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tingkat kesadaran beragama mahasiswa. Dalam penelitian ini, skala kesadaran beragama digunakan untuk mengetahui rerata skor pretest yakni untuk mengetahui tingkat kesadaran beragama mahasiswa sebelum memperoleh treatment, dan skor posttest untuk mengetahui rerata skor setelah masing-masing kelompok diberikan treatment yang menentukan efektif atau tidaknya konseling spiritual teistik yang diberikan kepada mahasiswa. Data dalam penelitian ini dideskripsikan dengan perbandingan rerata empiris data mengenai kesadaran beragama mahasiswa berdasarkan pengamatan awal dan akhir, pada kelompok yang diberikan konseling spiritual teistik.

b. Teknik Analisis Data

Tujuan dari analisis data dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap hal-hal yang ingin dicapai melalui penelitian ini, yaitu ingin mengetahui efektivitas konseling spiritual teistik dalam meningkatkan kesadaran beragama mahasiswa. Adapun perhitungan analisis datanya menggunakan SPSS 16.0 for windows.


(34)

Analisis data dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Analisis Profil Kesadaran Beragama Mahasiswa Jurusan BK UNNES

Analisis terhadap gambaran umum atau profil kesadaran beragama mahasiswa dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a) Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel, dengan rumus:

Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi.

b) Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel, dengan rumus:

Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah.

c) Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel, dengan rumus:

Rentang skor = skor maksimal ideal – skor minimal ideal.

d) Mencari interval skor dengan rumus:

Interval skor = rentang skor/ 4

Berdasarkan langkah perhitungan tersebut, diperoleh kriteria kesadaran beragama mahasiswa kedalam tiga kategori kesadaran beragama, yaitu: (1) tinggi, (2) sedang, dan (3) rendah.

2) Analisis Efektivitas Konseling Spiritual Teistik dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Mahasiswa

Untuk mengetahui efektivitas konseling spiritual teistik dalam meningkatkan kesadaran beragama mahasiswa, dilakukan dengan teknik uji t independent (independent sample t test) melalui analisis data tingkat kesadaran beragama mahasiswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan layanan konseling spiritual teistik. Cara ini dilakukan dengan membandingkan data normalized gain score antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Tujuan uji tersebut adalah


(35)

untuk mengetahui data empirik tentang keefektivan konseling spiritual teistik, dibandingkan model lain yang diterima oleh kelompok kontrol. Perhitungan tersebut menggunakan bantuan software Statistical Product and Service Solution

(SPSS) 16.0.

Adapun pengujian efektivitas konseling spiritual teistik adalah dengan menghitung data normalized gain (N-Gain). Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui selisih antara skor posttest dengan pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

� = � − � �

� − � �

Selanjutnya menguji perbedaan efektivitas konseling spiritual teistik untuk meningkatkan kesadaran beragama mahasiswa menggunakan uji t independent (independent sample t test). Kriteria untuk menguji t tersebut berpatokan pada hipotesis statistik dalam penelitian ini, yaitu bahwa:

�0 = konseling spiritual teistik tidak efektif untuk meningkatkan kesadaran

beragama mahasiswa BK UNNES.

�1= konseling spiritual teistik efektif untuk meningkatkan kesadaran beragama

mahasiswa BK UNNES.

Taraf keyakinan (α) yang digunakan sebagai kriteria dasar pengambilan keputusan hipotesisnya adalah pada taraf signifikansi = 5% atau α = 0, 05. Dengan demikian, pengambilan keputusannya adalah:


(36)

2) Jika ℎ� < maka �0 diterima dan �1 ditolak.

Rumus untuk menentukan ℎ� yang dipergunakan untuk menganalisi hipotesis penelitian tersebut, adalah:

= 1− 2

�12+�22 1− 1 ( 2− 1)

Keterangan:

1 = rata-rata skor kelompok eksperimen. 2 = rata-rata skor kelompok kontrol. �12 = Variansi kelompok eksperimen. �22 = Variansi kelompok kontrol.

1 = jumlah subjek kelompok eksperimen. 2 = jumlah subjek kelompok kontrol.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Merujuk kepada hasil analisis data dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian telah tercapai, yaitu dengan diperolehnya program bimbingan dan konseling berbasis konseling spiritual teistik untuk meningkatkan kesadaran beragama. Efektivitas tersebut nampak dalam peningkatan angka statistik pada aspek aqidah dan akhlak, setelah mahasiswa memperoleh layanan konseling spiritual teistik. Selanjutnya, secara rinci terdapat beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian, yaitu sebagai berikut.

1. Pada umumnya mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES semester VI Tahun Akademik 2011/2012 telah memiliki kemauan dan kemampuan yang optimal untuk melaksanakan ibadah ritual. Mahasiswa telah mengetahui kewajibannya sebagai hamba Allah, akan tetapi mereka baru mengamalkan ajaran agama secara insidental. Mahasiswa belum melaksanakan ajaran agama secara konsisten.

2. Program bimbingan dan konseling berbasis konseling spiritual teistik mampu meningkatkan kesadaran beragama mahasiswa secara signifikan. Peningkatan kesadaran mahasiswa untuk melaksanakan ajaran agama khususnya tampak pada aspek aqidah dan akhlak, akan tetapi tidak signifikan pada aspek ibadah. Peningkatan tersebut juga diindikasikan dengan komitmen para mahasiswa


(38)

untuk lebih meningkatkan pelaksanaan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rekomendasi

Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan pada aspek aqidah dan akhlak, akan tetapi belum menunjukkan perubahan yang optimal pada aspek ibadah. Oleh karena itu disarankan untuk melakukan pengkajian lebih lanjut guna meningkatkan bidang keilmuan bimbingan dan konseling, khususnya dalam bidang konseling keagamaan, terutama pada aspek ibadah maka disarankan hal-hal berikut ini:

1. Bagi Jurusan Bimbingan dan Konseling

Dalam rangka meningkatkan kualitas kepribadian para calon konselor yakni mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling, jurusan bimbingan dan konseling perlu mengimplementasikan konseling spiritual teistik untuk meningkatkan kesadaran beragama mahasiswa. Dalam mengimplementasikan konseling spiritual teistik tersebut, jurusan bimbingan dan konseling dapat menugaskan dosen yang menguasai konsep konseling spiritual teistik.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dilakukan untuk menelaah gambaran kesadaran beragama secara umum, sehingga penelaahan kesadaran beragama secara khusus berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran beragama, dan menggunakan variasi teknik dan strategi konseling yang lain masih diperlukan. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan tema: (a) meningkatkan kesadaran beragama konselor atau calon konselor,


(39)

(b) meningkatkan kesadaran beragama calon konselor dengan menggunakan bimbingan dan konseling Islami, dengan konseli yang lebih muda usianya, (c) meneliti kesadaran beragama mahasiswa berdasarkan latar belakang pendidikan, status sosial ekonomi, dan gender, (d) meneliti konsistensi pelaksanaan ibadah ritual bagi kepribadian seorang calon konselor, (e) meneliti efektivitas ibadah untuk meningkatkan kepercayaan diri calon konselor, dan (f) meneliti bagaimana akhlak mulia yang seharusnya ditampilkan oleh konselor.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. (2005). Dimensi Religiusitas Dalam Bimbingan dan Konseling dalam Mamat Supriatna & Achmad Juntika Nurihsan (Editor). Pendidikan

dan Konseling Di Era Global Dalam Perspektif Prof. Dr. M. Djawad Dahlan. Bandung: Rizqi Press.

Ahyadi, Abdul Aziz. (2001). Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: CV. Sinar Baru.

Al Qarni, A’idh. (2005). Jagalah Allah, Allah Menjagamu. (Alih Bahasa:

Abdillah). Jakarta: Darul Haq.

Ancok, Djamaludin & Fuat Nashori. (2008). Psikologi Islami (Solusi Islam atas

Problem-problem Psikologi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arifin, H. M. (2000). Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahlan, M. Djawad. (2011). Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka

Ilmu Pendidikan dalam Suherman & Nandang Budiman (Eds.) Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia Press.

Daradjat, Zakiah. (1990). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Fathani, A. Halim. (2008). Ensiklopedi Hikmah Memetik Buah Kehidupan di

Kebun Hikmah. Jakarta: Darul Hikmah.

Frame, M. Wiggins. (2003). Integrating Religion and Spirituality Into Counseling

A Comprehensive Approach. California: Brooks/Cole- Thompson Learning.

Gysbers, C. Norman and Patricia Henderson. (2006). Developing and Managing

Your School Guidance and Counseling Program (Forth Edition).

Alexandria: American Counseling Association.

Jalaludin. (2010). Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hawari, Dadang. (2005). Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.


(41)

______________. (1999). Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.

Hikmawati, Fenti. (2008). Model Konseling Islami Untuk Meningkatkan

Kesadaran Beragama (Studi Terhadap Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung). Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.

Khalif, K A Muthi. (2005). Nasihat untuk Orang-orang Lalai (Alih bahasa: Abdul Hayyie al-Kattani & Arif Chasanul-Muna). Jakarta: Gema Insani.

Lines, Dennis. (2006). Spirituality in Counseling and Psychotherapy. London: Sage Publication.

Maesaroh, Cucu. (2010). Pendekatan Konseling Spiritual Untuk Mengembangkan

Hikmah Ibadah Bagi Pemulihan Pecandu Napza dalam Jurnal Bimbingan

dan Konseling Volume XIII, No. 1 Mei 2010. Bandung: Pengurus Besar ABKIN.

Muhammad, Syaikh bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri. (2011). Ensiklopedi

Islam Al-Kamil. Jakarta: Darus Sunnah Press.

Najati, M. Ustman. (2005). Al Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Penerbit Pustaka. Nelson, M. James. (2009). Psychology, Religion, and Spirituality. New York:

Spinger.

Nurihsan, Juntika. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

_______________. (2011). Membangun Peradaban Bangsa Indonesia Melalui

Pendidikan dan Bimbingan Komprehensif yang Bermutu dalam Suherman &

Nandang Budiman (Eds.) Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan

Konseling. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Shihab, M Q. (2000). Wawasan Al Qur’an, Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai

Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA.

Sutoyo, Anwar. (2009). Bimbingan dan Konseling Islami (Teori & Praktik). Semarang: Widya Karya.


(42)

_____________. (2006). Model Konseling Qur’ani untuk Mengembangkan Fitrah

Manusia Menuju Pribadi Kaaffah (Uji Coba Pada Mahasiswa Jurusan BK

FIP UNNES). Disertasi pada Program Pascasarjana UPI Bandung.

Tasmara, Toto. (2001). Kecerdasan Ruhani (Trancendental Intelligence). Jakarta: Gema Insani Press.

Walgito, Bimo. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Willis, Sofyan S. (2008). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung:

Alfabeta.

Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Belajar Agama. Bandung: Maestro . (2009). Konseling Spiritual Teistik. Bandung: Rizqi Press. (http:// www.bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/05/29/


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Merujuk kepada hasil analisis data dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian telah tercapai, yaitu dengan diperolehnya program bimbingan dan konseling berbasis konseling spiritual teistik untuk meningkatkan kesadaran beragama. Efektivitas tersebut nampak dalam peningkatan angka statistik pada aspek aqidah dan akhlak, setelah mahasiswa memperoleh layanan konseling spiritual teistik. Selanjutnya, secara rinci terdapat beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian, yaitu sebagai berikut.

1. Pada umumnya mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES semester VI Tahun Akademik 2011/2012 telah memiliki kemauan dan kemampuan yang optimal untuk melaksanakan ibadah ritual. Mahasiswa telah mengetahui kewajibannya sebagai hamba Allah, akan tetapi mereka baru mengamalkan ajaran agama secara insidental. Mahasiswa belum melaksanakan ajaran agama secara konsisten.

2. Program bimbingan dan konseling berbasis konseling spiritual teistik mampu meningkatkan kesadaran beragama mahasiswa secara signifikan. Peningkatan kesadaran mahasiswa untuk melaksanakan ajaran agama khususnya tampak pada aspek aqidah dan akhlak, akan tetapi tidak signifikan pada aspek ibadah. Peningkatan tersebut juga diindikasikan dengan komitmen para mahasiswa


(2)

untuk lebih meningkatkan pelaksanaan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rekomendasi

Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan pada aspek aqidah dan akhlak, akan tetapi belum menunjukkan perubahan yang optimal pada aspek ibadah. Oleh karena itu disarankan untuk melakukan pengkajian lebih lanjut guna meningkatkan bidang keilmuan bimbingan dan konseling, khususnya dalam bidang konseling keagamaan, terutama pada aspek ibadah maka disarankan hal-hal berikut ini:

1. Bagi Jurusan Bimbingan dan Konseling

Dalam rangka meningkatkan kualitas kepribadian para calon konselor yakni mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling, jurusan bimbingan dan konseling perlu mengimplementasikan konseling spiritual teistik untuk meningkatkan kesadaran beragama mahasiswa. Dalam mengimplementasikan konseling spiritual teistik tersebut, jurusan bimbingan dan konseling dapat menugaskan dosen yang menguasai konsep konseling spiritual teistik.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dilakukan untuk menelaah gambaran kesadaran beragama secara umum, sehingga penelaahan kesadaran beragama secara khusus berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran beragama, dan menggunakan variasi teknik dan strategi konseling yang lain masih diperlukan. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan tema:


(3)

(b) meningkatkan kesadaran beragama calon konselor dengan menggunakan bimbingan dan konseling Islami, dengan konseli yang lebih muda usianya, (c) meneliti kesadaran beragama mahasiswa berdasarkan latar belakang pendidikan, status sosial ekonomi, dan gender, (d) meneliti konsistensi pelaksanaan ibadah ritual bagi kepribadian seorang calon konselor, (e) meneliti efektivitas ibadah untuk meningkatkan kepercayaan diri calon konselor, dan (f) meneliti bagaimana akhlak mulia yang seharusnya ditampilkan oleh konselor.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. (2005). Dimensi Religiusitas Dalam Bimbingan dan Konseling dalam Mamat Supriatna & Achmad Juntika Nurihsan (Editor). Pendidikan dan Konseling Di Era Global Dalam Perspektif Prof. Dr. M. Djawad Dahlan. Bandung: Rizqi Press.

Ahyadi, Abdul Aziz. (2001). Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: CV. Sinar Baru.

Al Qarni, A’idh. (2005). Jagalah Allah, Allah Menjagamu. (Alih Bahasa: Abdillah). Jakarta: Darul Haq.

Ancok, Djamaludin & Fuat Nashori. (2008). Psikologi Islami (Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arifin, H. M. (2000). Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahlan, M. Djawad. (2011). Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan dalam Suherman & Nandang Budiman (Eds.) Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Daradjat, Zakiah. (1990). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Fathani, A. Halim. (2008). Ensiklopedi Hikmah Memetik Buah Kehidupan di

Kebun Hikmah. Jakarta: Darul Hikmah.

Frame, M. Wiggins. (2003). Integrating Religion and Spirituality Into Counseling A Comprehensive Approach. California: Brooks/Cole- Thompson Learning. Gysbers, C. Norman and Patricia Henderson. (2006). Developing and Managing

Your School Guidance and Counseling Program (Forth Edition). Alexandria: American Counseling Association.

Jalaludin. (2010). Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(5)

______________. (1999). Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.

Hikmawati, Fenti. (2008). Model Konseling Islami Untuk Meningkatkan Kesadaran Beragama (Studi Terhadap Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung). Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.

Khalif, K A Muthi. (2005). Nasihat untuk Orang-orang Lalai (Alih bahasa: Abdul Hayyie al-Kattani & Arif Chasanul-Muna). Jakarta: Gema Insani.

Lines, Dennis. (2006). Spirituality in Counseling and Psychotherapy. London: Sage Publication.

Maesaroh, Cucu. (2010). Pendekatan Konseling Spiritual Untuk Mengembangkan Hikmah Ibadah Bagi Pemulihan Pecandu Napza dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling Volume XIII, No. 1 Mei 2010. Bandung: Pengurus Besar ABKIN.

Muhammad, Syaikh bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri. (2011). Ensiklopedi Islam Al-Kamil. Jakarta: Darus Sunnah Press.

Najati, M. Ustman. (2005). Al Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Penerbit Pustaka. Nelson, M. James. (2009). Psychology, Religion, and Spirituality. New York:

Spinger.

Nurihsan, Juntika. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

_______________. (2011). Membangun Peradaban Bangsa Indonesia Melalui Pendidikan dan Bimbingan Komprehensif yang Bermutu dalam Suherman & Nandang Budiman (Eds.) Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Shihab, M Q. (2000). Wawasan Al Qur’an, Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA.

Sutoyo, Anwar. (2009). Bimbingan dan Konseling Islami (Teori & Praktik). Semarang: Widya Karya.


(6)

_____________. (2006). Model Konseling Qur’ani untuk Mengembangkan Fitrah Manusia Menuju Pribadi Kaaffah (Uji Coba Pada Mahasiswa Jurusan BK FIP UNNES). Disertasi pada Program Pascasarjana UPI Bandung.

Tasmara, Toto. (2001). Kecerdasan Ruhani (Trancendental Intelligence). Jakarta: Gema Insani Press.

Walgito, Bimo. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Willis, Sofyan S. (2008). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung:

Alfabeta.

Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Belajar Agama. Bandung: Maestro . (2009). Konseling Spiritual Teistik. Bandung: Rizqi Press. (http:// www.bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/05/29/