Tingkat Empati Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kanjuruhan Malang

  2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6880 2337-6880 2337-6880

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  

ISSN Online:

http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 4 Nomor 1, Februari 2016, Hlm 130-135 Volume 4 Nomor 1, Februari 2016, Hlm 130-135 Volume 4 Nomor 1, Februari 2016, Hlm 130-135

  

ISSN Online:

  

ISSN Online:

  Info Artikel: Diterima 01/01/2016 Direvisi 15/01/2016 Dipublikasikan 28/02/2016

  TINGKAT EMPATI M

  I MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN AN DAN KONSELING

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

Laily Tiarani Soejanto

1 Fakultas Ilmu Pendidikan, Un Universitas Kanjuruhan Malang

  Abstratc

Empathy and the ability ility to see things from the client’s perspective is also lso important, as is the

counsellor’s ability to d to demonstrate an investment of their time and full atten ttention. The purpose of

this study is 1) to kno now the level of empathy of students Guidance and d Counseling Program

University of Kanjuruha uhan Malang; 2) To describe the difference of empathy le y level of students based

on force and gender. T . The subjects of this study are students Guidance and nd Counseling Program

University of Kanjuruha uhan Malang class of 2013, 2014 and 2015. The resear earch instrument used is

empathy scale which is is then processed by using descriptive statistic, Test-t a -t and Anova. The result

of this research is 57,5 7,5% of students are at high empathy level, 35,7% stu student are in moderate

empathy level, and 6,8% ,8% student student is a low; 2) There is no significant nt difference of empathy

level of students based sed on force 2) There is a significant difference of emp empathy level based on

gender. . .

  Keyword:Empathy,Guidance a e and Counseling Program, Gender

  Copyright © 2016 IICET (Indonesia) - All Rights Reserved Copyright © 2016 IICET (Indonesia) - All Rights Reserved Copyright © 2016 IICET (Indonesia) - All Rights Reserved Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET) Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET) Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET)

  PENDAHULUAN

  Sosok utuh kompetens tensi konselor mencakup kompetensi akademik dan n profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akadem emik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksana naan pelayanan profesional bimbingan dan konseling. Ko Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pe pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi: (1 (1) memahami secara mendalam konseli yang dilayani, ani, (2) menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbing ingan dan konseling, (3) menyelenggarakan pelayanan an bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan (4) 4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas konse nselor secara berkelanjutan. Unjuk kerja konselor sangat at dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke-empat k t kompetensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, i, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Ko Kompetensi akademik dan professional konselor secara te a terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedag agogik, kepribadian, sosial, dan professional. (Abkin, 2007 07).

  Menurut Rogers (Core orey, 2005) ada tiga karakteristik yang harus dimiliki iliki oleh konselor yaitu: 1)

  

congruence, 2) unconditional P al Positive regard, 3) Emphaty. Berdasarkan tiga karakte kteristik tersebut diharapkan

  kinerja konselor dalam mem emberikan layanan bimbingan dan konseling memilik iliki motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragam gaman, serta mengutamakan kepentingan konseli. Empati pati menjadi hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pela pelayanan bimbingan dan konseling, dalam pelaksanaan an konseling empati menjadi tonggak awal dalam mencipta iptakan raport antara konselor dan konseli, pengharg argaan tanpa syarat antara konselor dan konseli, mencipta iptakan hubungan saling percaya antara konselor dan ko konseli. Empati merupakan kemampuan untuk merasakan an keadaan emosional orang lain, merasa simpatik, dan an mencoba menyelesaikan masalah serta mengambil persp rspektif orang lain. (Baron dan Byrne, 2005).

  Empati dalam proses ko konseling dapat membuat konseli lebih didengar, dihar argai dan merasakan bahwa ada orang lain yang mampu pu untuk merasakan apa yang dirasakan oleh dirinya ya pada saat itu. Sehingga konselor yang memiliki sikap ap empati mampu menempatkan dirinya lebih dalam m apa yang dirasakan oleh konseli. Berdasarkan hal terse rsebut, empati menjadi penting untuk dikembangkan n oleh konselor yang akan membantu memfasilitasi kons nseli dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadap dapi, dan diperlukan latihan untuk menampilkan sikap emp mpati sehingga pelayanan konseling yang dilakukan men enjadi lebih efektif. Empati konseling (Handari, 2016).

  Menurut Rogers (Corey rey, 2005) empati konselor sebagai salah satu faktor kunc unci yang membantu konseli untuk memecahkan masalah lah personalnya. Ketika seseorangberempati kepada a orang lain, maka akan meletakkan dirinya “in their sh shoes”, melihat dunia dari mata mereka, membayangka kan bagaimana bila menjadi mereka, dan berusaha merasak sakan apa yang mereka rasakan. Faktor sosial dan buda udaya (seperti gender, etnis, perbedaan kultur) mempunya nyai pengaruh dalam pengekspresian emosi. Faktor tor ini mempengaruhi cara bagaimana konselor merespon on secara emosional. Jika konseli merasa dimengerti, ti, maka mereka akan lebih mudah membuka diri untuk m mengungkapkan pengalaman mereka dan berbagi pen pengalaman tersebut dengan orang lain. Konseli yang memb mbagi pengalamannya secara mendalam memungkinkan kan untuk menilai kapan dan di mana mereka membutuhka kan dukungan, dan potensi kesulitan yang membutuh tuhkan fokus untuk rencana perubahan.

  Sikap empati yang dimili imiliki oleh konselor menentukan keberhasilan dalam pr proses konseling, penelitian yang dilakukan oleh Mudjijan ijanti (2012) mengungkapkan bahwa motivasi konseli d li dan sikap empati konselor memiliki pengaruh yang sign ignifikan dalam proses konseling. Selain mempenga garuhi keberhasilan proses konseling sikap empati konselo elor yang ditunjukkan oleh konselor dapat mempengaru aruhi penerimaan siswa hasil penelitian yang dilakukan oleh leh Andangsari (2010) menyimpulkan bahwa terdapat at hubungan yang memadai antara penerimaan diri siswa d a dengan empati konselor di SMA Negeri 8 Batanghari y ri yaitu sebesar 0,46. Hal ini berarti empati konselor mem emiliki pengaruh terhadap penerimaan diri siswa itu tu sendiri. Oleh karena itu disarankan agar pada konselor lor agar dapat mempertahankan dan meningkatkan empa pati diri terhadap orang lain terutama kepada siswa sehing ingga dapat meningkatkan penerimaan diri siswa dan dan pelaksanaan bimbingan konseling pun dapat berjalan d dengan baik.

  Empati memiliki korela elasi yang sangat erat dengan perilaku pro-sosial. Sisw iswa dapat berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasa asana suka maupun duka, kesediaan memberikan bantua tuan kepada orang lain baik materiil maupun moril dan ju juga kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain lain demi tercapainya suatu tujuan. Empati juga dapat men eningkatkan harga diri individu. Richard (dalam Jones, s, 2011) menyatakan bahwa hubungan sosial merupakan n media berkreasi dan menyebabkan tumbuhnya ras rasa harga diri dalam diri seseorang. Berdasarkan papara aran di atas dapat disimpulkan bahwa empati merupaka akan sumber dari perubahan sikap individu (Irimia, 2010). ).

  Mengingat pentingnya s a sikap empati yang dimiliki konselor maka sebagai Lem embaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), Progra ram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kanju njuruhan Malang diharapkan mampu menyiapkan calon ko konselor yang memiliki sikap empati. Penelitian Tin Tingkat Empati Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Un Universitas Kanjuruhan Malang menjadi studi awal al untuk mengembangkan program pengembangan, progr gram kuratif dan program antisipatif yang berkaitan den engan empati

METODOLOGI PENELITIA TIAN

  Rancangan penelitian i n ini adalah penelitian deskriptif, penelitian deskriptif tif merupakan metode yang paling sering digunakan untuk tuk penelitian yang bertujuan menjelaskan suatu peris eristiwa. Menurut Sugiyono (2011) penelitian deskriptif a f adalah sebuah penelitian yang bertujuan menjabar barkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi dengan an menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab mas asalah secara aktual. Dalam penelitian ini akan dijabark rkan tingkat empati mahasiswa Program Studi Bi Bimbingan dan Konseling Universitas Kanjuruhan Mala alang dan mendeskripsikanperbedaan tingkat empati m ti mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Univ niversitas Kanjuruhan Malang berdasarkan angkatan se serta jenis kelamin.

  Instrumen penelitian y yang digunakan untuk mengungkap tingkat empati ati mahasiswa adalah skala empati yang diadaptasi dari Sc i Scale of the Empathy Questionnare berdasarkan pada da aspek-aspek empati milik Davis (1983. Aspek-aspek em empati yang diukur meliputi: Komponen kognitif dan a n afektif dan masing-masing memiliki dua aspek yaitu: k : komponen kognitif terdiri dari Perspective Taking ing (PT) dan fantacy (FS), sedangkan komponen afektif m tif meliputi EmpathicConcern (EC) dan Personal Distre tress (PD). Skala Empati ini telah mmenuhi syarat validita itas dan reabilitas, dari hasil uji validitas skala empa pati dapat diketahui bahwa keseluruhan item termasuk da dalam kategori valid sebab skor korelasi item lebih be besar dari r tabel 0,266 dan berkisar antara 0,307 sampai d i dengan 0,762. Sedangkan untuk hasil uji reliabilitas s s skala empati menunjukkan nilai CronbachAlpha sebesar ar 0,949. Hal ini menunjukkan bahwa skala empati ada adalah reliabel, karena nilai CronbachAlpha 0,949 > 0,80.

  0. Populasi penelitian ini ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Bimbingan gan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ikan Universitas Kanjuruhan Malang angkatan 2013, ang angkatan 2014 dan angkatan 2015.

  Angkatan Jumlah 2013

  73 2014

  70 2015

  71 Total 215 Untuk sampel penelitia litian yang akan diambil adalah apabila subjek kuran rang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga pe penelitian merupakan penelitian populasi. Tetapi, jik jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 2 u 20-25% atau lebih (Arikunto: 2006). Dalam penelitia litian ini sampel yang akan diambil sebanyak 25% dari ri jumlah keseluruhan mahasiswa Program Studi Bi Bimbingan dan Konseling Universitas Kanjuruhan Mala alang angkatan 2013, 2014 dan 2015 yaitu sebanya yak 53,75 responden atau dibulatkan menjadi 54 respond nden.

  Metode pengambilan s n sampel dilakukan dengan metode teknik sampling ling purposive yaitu “teknik penentuan sampel dengan perti ertimbangan tertentu”. Teknik ini bisa diartikan sebagai ai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan ter terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, ke kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan an tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang d g dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan. (Sugiyono,2011). S ). Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Progr ogram Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014, an angkatan 2014, angkatan 2015.Untuk menjawab perta rtanyaan penelitian tentang tingkat empati mahasiswa Pro Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Ka s Kanjuruhan Malang, data diolah dengan menggunakan n statistik deskriptif kurva normal, dengan menentuk tukan Mean (rata-rata) dan Standar deviasi skor hipotetik. tik. Kemudian dibuat kategori berdasarkan skor dalam re rentangan jumlah skor rata- rata dan deviasi. Skor yang ya yang berada di dalam kategori tertentu di hitung persen sentase mahasiswa yang ada dalam ketegori tersebut. Un Untuk membuktikan hipotesis penelitian tentang pe perbedaan tingkat empati mahasiswa Program Studi Bim imbingan dan Konseling Universitas Kanjuruhan Mala alang berdasarkanangkatan dan jenis kelamin data diolah d h dengan mengunakan rumus uji beda dua Mean (Uji - t) - t) dan annova.

HASIL DAN PEMBAHASAN AN

  

A. Tingkat Empati Program ram Studi Bimbingan dan Konseling Mahasiswa Un Universitas Kanjuruhan

Malang

  Berdasarkan hasil pen enelitian diperoleh data sebagai berikut: 57,5% ma mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Un Universitas Kanjuruhan Malang berada pada tingka gkat empati tinggi, 35,7% mahasiswa mahasiswa Progra ram Studi Bimbingan dan Konseling berada pada ting tingkat empati sedang, dan 6,8% siswa mahasiwa berada da pada tingkat empati rendah. Sehingga rata-rata m mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Uni niversitas Kanjuruhan Malang berada pada tingkat emp mpatit tinggi (57,5%).

  Tingkat Empati Mahasiswa Tingkat Empati Mahasiswa

  80

  60

  40

  20 Tingkat Empati Tinggi Tinggi Sedang Rendah

  

B. Tingkat Empati Program ram Studi Bimbingan dan Konseling Mahasiswa Un Universitas Kanjuruhan

Malang Berdasarkan ang ngkatannya

  Hasil penelitian ini me enggambarkan bahwa 34,3 % Mahasiswa angkatan 2 n 2013 berada pada tingkat empatitinggi, 61,3 % Mahasis siswa berada pada tingkat empatisedang, 4,4 % Mahasi asiswa berada pada tingkat empati rendah. Dapat disimpu pulkan bahwa mahasiswa angkatan 2013 yang memp mpunyai prosentase paling diperoleh hasil sebagai beriku ikut 82,6 % Mahasiswa berada pada tingkat empati tin i tinggi, 12,7 % Mahasiswa berada pada tingkat empatised sedang, 4,7% Mahasiswa berada pada tingkat empatiren tirendah. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memp punyai prosentase paling banyak adalah mahasiswa yan yang berada dalam kategori tingkat empati tinggi (82,6 %). ).

  Hasil penelitian untuk A k Angkatan 2015 adalah sebagai berikut 53,6% Mahas asiswa berada pada tingkat empati tinggi, 35,4 % Mahasis siswa berada pada tingkat empati sedang, 11 % Mahas asiswa berada pada tingkat empati rendah. Dapat disimpu pulkan bahwa mahasiswa yang mempunyai prosentas tase paling banyak adalah mahasiswa yang berada dalam m kategori tingkat empati tinggi (53,6%). Pengujian hip hipotesis menggunakan uji t dua sampel independen men enunjukkan t hitung adalah 0,371 dengan signifika ikansi 0,456. Oleh karena signifikansi 0, 456 < 0,05 ma maka diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaa aan yang signifikan antara Tingkat Empati Program Stud udi Bimbingan dan Konseling Mahasiswa Fakultas Ilmu lmu Pendidikan Universitas Kanjuruhan Malang berdasarka rkan angkatannya

  

C. Tingkat Empati Program ram Studi Bimbingan dan Konseling Mahasiswa Un Universitas Kanjuruhan

Malang Berdasarkan Jen enis Kelamin

  Hasil penelitian tentan tang Tingkat Empati Program Studi Bimbingan dan dan Konseling Mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malan lang berdasarkan jenis kelamin menunjukkan 63,2% m mahasiswa wanita berada pada tingkat empati tinggi, da dan 34,1% mahasiswa wanita berada pada tingkat em empati sedang. Sedangkan tingkat empati rendah untuk m mahasiswa wanita sebesar (2,7%). Demikian dapat disi isimpulkan bahwa rata-rata mahasiswa wanita berada pada ada tingkat empati sangat tinggi (63,2%). Sedangkan u untuk mahasiswa laki-laki menunjukkan 41,9% berada p a pada tingkat empati tinggi, 54,8% mahasiswa laki-la ki-laki berada pada tingkat empati sedang, dan 2,3% mah ahasiswa laki-laki berada pada tingkat empati rendah. ah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata m mahasiswa berada pada tingkat empati sedang yaitu 54 54,8%. Pengujian hipotesis menggunakan uji t dua sampe pel independen menunjukkan nilai t hitung adalah -2,77 ,779 dengan signifikansi 0, 027. Oleh karena signifikansi nsi 0, 027 < 0,05 maka diperoleh kesimpulan bahwa a terdapat perbedaan yang signifikan antara Tingkat Em Empati Program Studi Bimbingan dan Konseling g Mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang berdasarka rkan jenis kelamin

  PEMBAHASAN

  Empati memainkan pera eran penting dalam hubungan pribadi. Empati menunjuk juk pada kemampuan untuk melihat sesuatu melalui cara pa pandang dan perasaan orang lain. Empati berupaya untu ntuk melepaskan perspektif dirinya sendiri dan mengambi bil perspektif orang lain, sehingga orang dapat mengeta getahui dan memahami apa yang menjadi masalah orang la g lain.Dalam proses konseling, empati merupakan sikap ap positif yang ditunjukkan konselor terhadap konseli, beru erupa kesediaan konselor untuk menempatkan dirinya p a pada posisi konseli, tanpa dirinya sendiri lebur didalam lamnya, sehingga konselor dapat melihat realita denga ngan cara, sudut pandang, pengertian, dan pengalaman em emosional pribadi konseli. Ini dapat terjadi jika konselo elor dapat menerima konseli apa adanya, tidak melakukan p n penilaian atau menghakimi.

  Berdasarkan hasil pen enelitian menggambarkan bahwa mahasiswa Program ram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kanjuru juruhan Malang memiliki tingkat empati yang tinggi, h i, hal tersebut dapat terjadi karena pengalaman yang dip diperoleh mahasiswa Menurut Davis (1983) empati ti merupakan suatu reaksi individu pada saat ia mengam amati pengalaman orang lain yang terdiri dari kompo ponen kognitif dan afektif. Empati dibangun pada lingku gkup kesadaran, sehingga makin terbuka terhadap em emosi kita sendiri, makin terampil kita dalam memaham ami perasaan orang lain. Terdapat beberapa faktor yan ang mempengaruhi empati yaitu sosialisasi yang memung ngkinkan seseorang mengalami sejumlah emosi orang la g lain, kemampuan kognitif untuk melihat sesuatu dari sud sudut pandang orang lain dan proses belajar yang mend endorong siswa untuk lebih banyak membantu orang lain d n dengan cara yang lebih tepat.

  Perbedaanbudaya dapa pat mengakibatkan perbedaan tingkat empati antara a mahasiswa laki-laki dan perempuan, pernyataan ini didu idukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Martha (19 (1990) mengenai perbedaan empati berdasarkan gender m mengungkapkan bahwa ada steoreotype budaya lama a bahwa perempuan lebih empatik daripada pria. Penelitia nelitian lain yang dilakukan oleh Webb dan Tousain aint (dalam Davies, 1999) mengatakan bahwa beberapa a penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan leb lebih banyak menunjukkan perilaku prososial dan empati ati terhadap orang lain, dibandingkan anak laki-laki. pe penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa wanita le ita lebih empatik dan relasional daripada pria (misalny nya, Eisenberg & Lennon, 1983; Lennon & Eisenberg, 19 1987).

SIMPULAN DAN SARAN

  Bimbingan dan Konseling Un Universitas Kanjuruhan Malang berada pada tingk gkat empati tinggi, 35,7% mahasiswa mahasiswa Program ram Studi Bimbingan dan Konseling berada pada tingkat kat empati sedang, dan 6,8% siswa mahasiwa berada pada tin a tingkat empati rendah; 2) Tidak ada perbedaan yang ng signifikan tingkat empati mahasiswa Program Studi Bim imbingan dan Konseling Universitas Kanjuruhan Mala alang berdasarkan angkatan 2) Ada perbedaan yang sign ignifikan tingkat empati mahasiswa Program Studi B i Bimbingan dan Konseling Universitas Kanjuruhan Malan lang berdasarkan jenis kelamin

  Saran penelitian 1) Bag agi Lembaga, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini ni sebagai sumber informasi awal dalam pengembangan n program-program jangka pendek maupun jangka ka panjang dalam rangka peningkatan, pemeliharaan e empati mahasiswa Program Studi Bimbingan dan dan Konseling Universitas Kanjuruhan Malang Universita rsitas Kanjuruhan Malang ; 2) Bagi Pusat Konseling da dan Testing, data-data yang ditemukan pada penelitian ini ini dapat menjadi informasi awal bagi Pusat Konselin ling dan Testing khususnya dalam mengembangkan progra gram-program peningkatan mahasiswa Program Studi B i Bimbingan dan Konseling Universitas Kanjuruhan Malan lang Universitas Kanjuruhan Malang.; 3) Bagi Penelitia litian lanjut, data-data yang ditemukan pada penelitian ini d ini dapat menjadi informasi awal bagi tim peneliti untuk m k mengembangkan berbagai penelitian lanjutan di lingkup y p yang lebih luas berkenaan dengan aspek empati.

DAFTAR RUJUKAN

  ABKIN. 2007. Penataan Pend ndidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan an dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Forma rmal . Jakarta : Depdiknas. Andangsari. 2010. Perilaku Ke Kerja Guru Bimbingan dan Konseling Laki-Laki dan Pe Perempuan Tingkat SLTA Di Jakarta. Jurnal Hum Humaniora. Vol 1. No 1 49-60. Arikunto, S. 2006. Prosedur P r Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka C a Cipta. Corey, G.2005. Teori Dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Pt Refika Aditama Corey, G.2005. Teori Dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Pt Refika Aditama Corey, G.2005. Teori Dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Pt Refika Aditama Davis, M.H. 1983. Measuring ing Individual Differences in Empathy . Journal of Personality and Social Psycholo hology. Vol 132. No. 2 397-410. Handari. 2016. Empati Sebaga gai Pengembangan Seni Konseling Untuk Efektifitas Pela Pelayanan Konseling.

  Lentera. Vol XVIII. No No 1 49-63. Irimia C. 2010. Empathy As A A Source Of Attitude Change . Contemporary Readings in s in Law and Social Justice Volume 2. Romanian So Society of Psychoanalysis.

  Jones. 2011. Teori dan Praktik tik Konseling dan Terapi . Yogyakart: Pustaka Pelajar. . Latipun. 2001. Psikologi Konse nseling. Malang: UMM Press Mudjijanti. 2012. Pengaruh M Motivasi dan Sikap Empati Konselor Terhadap Keberha rhasilan Proses Konseling.

  Widya Warta No 2 176- 76-194. Sugiyono. 2011. Metode Penelitia nelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D . Bandung: Alfa lfabeta. Toussant L, Webb JR. 2015. Ge . Gender Differences In The Relationship Between Emph mphaty And Forgiveness. J

  Soc Psychol; 145; 673-6 3-685